Proposal Fiana Tami Putri - 1747240027 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

i



PROPOSAL



ANALISIS PROBLEMATIKA GURU PENJASKES DALAM MEMODIFIKASI MEDIA PEMBELAJARAN PJOK SD GUGUS I KECAMATAN ULAWENG KABUPATEN BONE



ANALYSIS OF THE PROBLEMS OF PHYSICAL EDUCATION TEACHERS IN MODIFYING THE LEARNING MEDIA OF PJOK SD CLUSTER I ULAWENG DISTRICT BONE REGENCY



FIANA TAMI PUTRI 1747240027



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR 2021



ii



KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR Alamat: 1. Kampus IV UNM Tidung Jl. Tamalate 1 Kota Makassar, 2. Kampus V UNM Kota Parepare, 3. Kampus VI UNM Kota Watampone Jl. Jenderal Sudirman Telepon : 0411. 4001010-0421.883076-0481.21089 Fax. : 0411.88445-0421.21698-0481.21089



LEMBAR PENGESAHAN Judul



: Analisis Problematika Guru Penjaskes Dalam Memodifikasi Media



Pembelajaran



PJOK SD Gugus 1 Kecamatan



Ulaweng Kabupaten Bone Nama



: Fiana Tami Putri



NIM



: 1747240027



Program Studi



: Pendidikan Guru Sekolah Dasar



Setelah dikonsultasikan dan dilakukan perbaikan sesuai saran pembimbing, maka naskah usulan proposal penelitian telah memenuhi persyaratan untuk diseminarkan. Watampone, 10 Maret 2021 Menyetujui, Dosen Pembimbing I



Dosen Pembimbing II



Drs. Muliadi, M.Kes NIP 19641231 198803 1 013



Dr. Sudarto, M.Pd NIP 19701121 200312 1 002



Disahkan oleh: a.n Ketua Prodi PGSD FIP UNM Ketua UPP PGSD Bone FIP UNM



Drs. Abd.Hafid, S.Pd.,M.Pd. NIP 19640201 198803 1 002



iii



DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL.................................................................................... HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... DAFTAR ISI................................................................................................ DAFTAR TABEL........................................................................................ DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ I. PENDAHULUAN................................................................................... A. Konteks Penelitian..................................................................... B. Fokus Penelitian......................................................................... C. Tujuan Penelitian....................................................................... D. Manfaat Penelitian..................................................................... II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ A. Kajian Pustaka............................................................................ III. METODE PENELITIAN.............................................................. A. Jenis Penelitian.......................................................................... B. Waktu dan Tempat Penelitian................................................... C. Subjek Penelitian....................................................................... D. Definisi Istilah........................................................................... E. Prosedur Penelitian.................................................................... F. Teknik Pengumpulan Data........................................................ G. Instrumen Penelitian.................................................................. H. Pemeriksaan Keabsahan Data................................................... I. Teknik Analisis Data................................................................. JADWAL PENELITIAN............................................................................. RENCANA BIAYA PENELITIAN............................................................ DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. LAMPIRAN.................................................................................................



i ii iii iv v 1 1 6 6 6 8 8 26 26 26 27 27 27 28 30 31 34 36 37 38 40



iv



DAFTAR TABEL Tabel 1 2



Halaman Rencana Jadwal Penelitian.............................................................. Biaya Rencana Penelitian...............................................................



36 37



v



DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 2 3 4



Halaman



Lampiran Pedoman Wawancara.................................................. Lampiran Kisi-Kisi Angket.......................................................... Lampiran Instrumen Angket........................................................ Lampiran Dokumentasi................................................................



41 42 44 48



1



Judul: Analisis Problematika Guru Penjaskes dalam Memodifikasi Media Pembelajaran PJOK SD Gugus I Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone I. PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan merupakan kebutuhan mutlak bagi manusia untuk kelangsungan hidup yang lebih baik, tanpa adanya pendidikan mustahil sekelompok manusia dapat berkembang sesuai dengan cita-cita yang diharapkannya. Pendidikan memiliki peranan yang penting untuk membina



manusia,



karena



dengan



pendidikan



manusia



dapat



mengembangkan potensi yang dimiliki baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan budaya. Menurut Hasbullah (2017) pendidikan merupakan suatu proses transformasi ilmu pengetahuan dan nilai-nilai agar seseorang bertambah dewasa, karena pendidikan dipercaya sebagai alat untuk melakukan suatu perubahan yang terjadi di masyarakat. Pendidikan mengajarkan segala hal yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik terhadap aktivitas jasmani, pikiran maupun kelembutan hati nurani. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan semua potensi atau kemampuan yang ada pada diri seseorang sehingga terbentuk kepribadian baik, cerdas dan bertanggungjawab. Hal ini sesuai dengan Pendidikan Berdasarkan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 Ayat 1:



2



Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pelaksanaan pendidikan tidak terlepas dari peran guru. Guru adalah seseorang yang mengabdikan diri untuk mengajar, mendidik, mengarahkan, dan melatih siswa agar memahami ilmu pengetahuan yang telah diajarkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Safitri (2019) menyatakan seorang pendidik profesional yang mendidik, mengajarkan suatu ilmu, melatih, membimbing, memberikan suatu penilaian, dan melakukan evaluasi kepada siswa. Guru tidak sekedar menyampaikan materi saja, namun lebih dari itu guru dikatakan sebagai sentral dalam proses pembelajaran. Guru sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, serta mampu membuat suatu pembelajaran menjadi lebih efektif dan menarik sehingga materi pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa termotivasi dalam mempelajari materi tersebut. Pembelajaran yang efektif dapat guru terapkan pada salah satu mata pelajaran yaitu pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (PJOK). Pelajaran PJOK memiliki peranan yang penting di Sekolah, pelajaran PJOK dapat membentuk siswa sehat jasmani, rohani serta mempunyai kepribadian baik, disiplin, sportif yang tinggi dan pada akhirnya akan terbentuk manusia yang berkualitas. Adanya mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di semua jenjang pendidikan salah satunya di Sekolah Dasar (SD).



3



Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan melalui aktivitas jasmani atau olahraga yang bertujuan mendidik siswa dalam mengembangkan keterampilan yang berguna bagi pengisian waktu senggang, terlibat dalam aktivitas yang kondusif dalam mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan fisik dan mentalnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Simbolon (2019) bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan yang mengutamakan aktivitas jasmani dan pembinaan hidup sehat untuk pertumbuhan, pengembangan jasmani, mental, sosial, emosional yang serasi, selaras dan seimbang. Pelaksanaan proses pembelajaran PJOK tidak lepas dari penggunaan media pembelajaran agar pelaksanaan dapat berjalan lancar dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Media pembelajaran adalah sebuah alat yang digunakan dalam menyampaikan pesan dalam suatu pembelajaran. Menurut Hujair (2013) media pembelajaran adalah sarana atau alat bantu pendidikan yang dapat



digunakan



sebagai



perantara



dalam



proses



pembelajaran



untuk



mempertinggi efektifitas dan efesiensi dalam mencapai tujuan pengajaran. Namun terkadang media pembelajaran yang ada di sekolah sangat terbatas, kurang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lingkungan siswa sehingga guru dituntut untuk melakukan inovasi, melakukan suatu tindakan untuk menyesuaikan media dengan kondisi dan kebutuhan siswa atau biasanya yang disebut memodifikasi media. Keterbatasan fasilitas penjas dalam hal ini media pembelajaran yang ada di sekolah menjadi kendala dalam proses pembelajaran PJOK. Modifikasi sebagai



4



salah satu alternatif untuk mengatasi keterbatasan fasilitas yang ada dan untuk menciptakan variasi yang baru dalam proses pembelajaran PJOK. Modifikasi merupakan kegiatan yang mengacu pada sebuah penciptaan, penyusaian dan menampilkan suatu alat atau media yang unik, baru dan menarik terhadap suatu proses belajar mengajar penjas. Pelaksanaan modifikasi sangat diperlukan bagi setiap guru penjaskes karena untuk mengatasi kekurangan media pembelajaran, menciptakan media pembelajaran yang baru dan unik sehingga siswa merasa senang, antusias serta tidak bosan dalam mengikuti pembelajaran. Memodifikasi media dalam pembelajaran tidak terlepas dari kesesuaian terhadap tujuan pembelajaran. Tentunya terdapat masalah atau problematika dalam memodifikasi media pembelajaran. Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (2002) problematika sebagai hal yang belum dapat dipecahkan yang dapat menimbulkan suatu permasalahan. Masalah itu sendiri dapat diartikan sebagai suatu persoalan atau kendala yang harus dipecahkan dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang diharapkan dapat terselesaikan. (Hazra, 2019, h. 7). Problematika guru adalah segala persoalan atau kendala yang dihadapi oleh guru dalam proses pembelajaran. Kendala tersebut di antaranya adalah kendala dalam memodifikasi media pembelajaran. Berdasarkan pra penelitian yang dilakukan oleh calon peneliti pada tanggal 22 Januari 2021 di SD Gugus I Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone diperoleh informasi melalui observasi dan wawancara kepada beberapa guru PJOK SD yang ada di Gugus I menyatakan bahwa guru belum terbiasa merancang media



5



modifikasi PJOK, guru mengalami kesulitan dalam membuat media modifikasi yang interaktif dari bahan sederhana, biaya pembuatan media modifikasi dibebankan kepada guru dan pihak sekolah tidak memiliki dana khusus dalam membuat media PJOK serta guru belum mendapat pendampingan di dalam memodifikasi media PJOK yang atraktif, efektif dan efisien. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Zusuf Awaludin Fajri, (2012) yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Sepak Mula Melalui Modifikasi Media Pembelajaran Penjas Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Gambirsari Surakarta”. Hasil penelitian tersebut adalah pembelajaran yang menggunakan modifikasi media pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa, memberikan pengalaman baru dan berbeda dalam proses pembelajaran PJOK sebelumnya. Pembelajaran PJOK yang pada awalnya membosankan bagi siswa menjadi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Keberhasilan dalam proses pembelajaran PJOK dipengaruhi oleh guru yang memiliki kemampuan yang kreatif dalam membuat model-model pembelajaran dan menyalurkan kemampuannya serta memanfaatkan fasilitas yang tersedia di Sekolah dalam upaya meningkatkan kinerja sebagai seorang pendidik yang profesional dan inovatif. Oleh karena itu, calon peneliti tertarik melakukan penelitian dengan topik Memodifikasi



“Analisis



Problematika



Guru



Penjaskes



dalam



Media Pembelajaran PJOK SD Gugus 1 Kecamatan Ulaweng



Kabupaten Bone”.



6



B. Fokus Penelitian Berdasarkan uraian pada konteks penelitian, maka fokus penelitian ini adalah: 1. Apa



saja



problematika



guru



Penjaskes



dalam



memodifikasi



media



pembelajaran PJOK di SD Gugus I Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone? 2. Bagaimana gambaran modifikasi media pembelajaran PJOK di SD Gugus I Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan fokus penelitian yang dikemukakan maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan problematika guru Penjaskes dalam memodifikasi media pembelajaran PJOK di SD Gugus I Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone. 2. Mengetahui gambaran modifikasi media pembelajaran PJOK di SD Gugus I Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini sebagai bukti-bukti ilmiah dan sebagai bahan referensi bagi penelitian



dimasa yang akan datang tentang Problematika



guru Penjaskes dalam memodifikasi media pembelajaran PJOK SD Gugus I Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone.



7



2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah: a. Sebagai



masukan



bagi



sekolah



untuk



lebih



memperhatikan



dalam



pengembangan media pembelajaran PJOK b. Manfaat bagi guru PJOK dalam merawat, memelihara, dan memodifikasi media pembelajaran PJOK agar siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran c. Manfaat bagi peneliti, penelitian ini sangat bermanfaat agar peneliti dapat mengetahui minat siswa dalam penggunaan media pembelajaran PJOK.



II. TINJAUAN PUSTAKA



A. Kajian Teori 1. Problematika Guru Problematika berasal dari bahasa inggris yaitu problematic yang memiliki arti persoalan atau masalah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2021) problematika adalah “hal yang masih belum dapat dipecahkan yang menimbulkan permasalahan”. Masalah adalah suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan dengan kata lain masalah adalah suatu kesenjangan antara kenyataan dengan harapan. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa problematika merupakan suatu persoalan atau masalah sulit yang dihadapi oleh seseorang yang belum dapat dipecahkan atau diselesaikan.



8



Menurut Hazra (2019) problematika secara umum adalah masalah atau kendala dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan, suatu kesulitan yang akan menggerakkan seseorang untuk mengatasi atau memecahkan kesulitan tersebut, masalah harus dirasakan sebagai suatu tantangan yang harus diatasi. Menurut Lestari (2019) menyatakan bahwa kendala



atau



permasalahan



dalam



mencapai



tujuan



yang



telah



direncanakan, suatu keadaan yang akan membuat kita tidak yakin, raguragu, bingung, cemas, perbedaan antara sesuatu yang diinginkan dengan kenyataan serta suatu kesulitan yang akan menggerakkan seseorang dalam mengatasi atau memecahkan kesulitan tersebut. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa problematika adalah suatu kendala atau permasalahan yang masih belum dapat dipecahkan sehingga diperlukan suatu penyelesaian atau pemecahan. Menurut Iskandar ada beberapa peranan yang dimiliki oleh guru dalam pendidikan yaitu memiliki tanggung jawab yang besar atas perkembangan siswa baik dalam hal kognitif, psikomotor,afektif, maupun spiritual. (Siti Shofiya, 2020, h.112 ). Guru adalah suatu sebutan bagi jabatan, posisi, dan profesi bagi seseorang yang mengabdikan dirinya dalam bidang pendidikan melalui interaktif edukatif secara terpola, formal dan sistematis. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang (UU) Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen : Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah. (Hasbullah, 2017, h. 52)



9



Wahyuningtyas (2020) menyatakan bahwa guru merupakan pendidik professional yang memiliki tugas utama dalam mendidik, mengajar,



membimbing,



mengarahkan,



melatih,



menilai,



dan



mengevaluasi siswa pada jalur pendidikan formal. Tugas utama itu akan efektif jika guru memiliki derajat profesionalitas tertentu yang tercermin dari kompetensi, kemahiran, kecakapan, atau keterampilan yang memenuhi standar mutu atau norma etik tertentu. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian dari problematika guru adalah masalah, kendala atau persoalan sulit yang dihadapi dalam proses pembelajaran oleh guru yang bertugas untuk mendidik dan mengajar siswa hingga memperoleh kedewasaan baik jasmani maupun rohani dalam suatu pendidikan. 2. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SD a. Pengertian Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SD Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah adalah Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (PJOK). Esensi dari pendidikan jasmani adalah suatu proses belajar bergerak untuk bergerak (learning to move) dan belajar melalu gerak (learning through movement). PJOK merupakan mata pelajaran yang melibatkan suatu aktivitas fisik dan pembiasaan pola hidup sehat sehingga dapat merangsang pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan serta perkembangan individu yang seimbang. Hal ini sejalan dengan pendapat Muliadi, Sudirman & Kadir (2020):



10



Pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, dan penghayatan nilai nilai serta pembiasaan pola hidup sehat untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang. (h 166) Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dapat meningkatkan potensi yang ada dalam diri siswa, meningkatkan minat dalam mengikuti materi pembelajaran pendidikan jasmani serta dapat menyalurkan bakat yang dimiliki oleh siswa melalui kegiatan yang bermanfaat. Menurut Rosdiana (2013) pendidikan jasmani adalah suatu proses dalam pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematis bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, perseptual, kognitif, dan emosional dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Hal ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional



No. 20 Tahun 2003 pasal 3 dinyatakan bahwa:



Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi amnesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah bagian yang integral dari seluruh pendidikan yang memiliki tujuan dalam mengembangkan fisik, mental,emosi, dan sosial siswa melalui suatu aktivitas jasmani yang telah dipilih untuk mencapai hasilnya.



11



b. Tujuan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SD Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di Sekolah adalah memacu kepada pertumbuhan dan perkembangan jasmani, emosional, mental, sosial yang selaras dalam upaya membentuk dan mengembangkan kemmapuan gerak dasar, menanamkan sikap, nilai dan membiasakan siswa hidup sehat. Menurut Rismayanthi (2011) pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut, 1) mengembangkan keterampilan siswa dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui aktivitas jasmani



dan



olahraga



2)



meningkatkan



pertumbuhan



fisik



dan



pengembangan psikis siswa, 3) meningkatkan pengetahuan, keterampilan gerak dasar siswa, 4) mengembangkan sikap sportif siswa, disiplin, kerja sama, jujur, percaya diri, bertanggungjawab dan demokratis, 5) mengembangkan keterampilan yang dimiliki oleh siswa untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain, dan lingkungannya dan 6) memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan bersih sebagai informasi dalam mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat memiliki sikap yang baik dan memiliki keterampilan. Menurut Rosdiana (2013) tujuan khusus pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan yaitu, 1) Meningkatkan keselarasan penumbuhan dan perkembangan antara jasmani, rohani mental dan kehidupan dalam masyarakat, 2) mengembangkan keterampilan dari gerak dasar, 3)



12



Menanamkan nilai dan sikap yang positif, 4) Mengembangkan pengetahuan dan kebiasaan diperlukan untuk hidup sehat, 5) Menanamkan kegemaran berolahraga, 6) Meningkatkan kesegaran jasmani dan 7) Mengenalkan, mengembangkan dan melestarikan budaya Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah untuk membentuk karakter yang kuat pada siswa, mengembangkan keterampilan gerak, menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, mengembangkan sikap sportifitas serta pola hidup sehat. c. Manfaat Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Pendidikan



jasmani



memanfaatkan



alat



fisik



dalam



mengembangkan keutuhan manusia. Melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut berkembang bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. Menurut Rosdiana (2013) secara umum, pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan memiliki manfaat sebagai berikut:



1. Memenuhi kebutuhan anak akan gerak Pendidikan jasmani memang merupakan dunia anak-anak sesuai dengan kebutuhan anak-anak, di dalamnya anak-anak akan belajar sambil bergembira melalui penyaluran hasratnya untuk bergerak. Semakin terpenuhi kebutuhan akan gerak dalam masa-masa pertumbuhannya, kian besar kemaslahatannya bagi kualitas pertumbuhan itu sendiri.



13



2. Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi yang ada pada dirinya Pendidikan jasmani adalah waktu untuk berbuat. Anak-anak akan lebih memilih untuk berbuat sesuatu dari pada hanya harus melihat atau mendengarkan orang lain ketika mereka sedang belajar. 3. Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna Peranan pendidkan jasmani di sekolah dasar cukup unik, karena turut mengembangkan dasar-dasar keterampilan dalam kehidupan di kemudian hari. 4. Menyalurkan energi yang berlebihan Anak-anak berada dalam masa kelebihan energi. kelebihan energi ini perlu disalurkan agar tidak menggangu keseimbangan perilaku dan mental anak. 5. Proses pendidikan secara serentak baik fisik, mental maupun emosional Pendidkan jasmani memberikan sumbangan yang sangat berarti terhadap pendidikan anak secara keseluruhan. Hasil nyata yang diperoleh dari pendidikan jasmani adalah perkembangan yang lengkap, meliputi aspek fisik, mental, emosi, sosial dan moral. Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa manfaat pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan adalah membantu siswa dalam tumbuh kembangnya yaitu menjadi siswa yang aktif dan sehat. d. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SD



14



Ruang lingkup pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan untuk sekolah dasar mencakup banyak aspek. Menurut Rahayu (2013) bahwa ruang lingkup pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1) Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor, non lokomotor, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, basket, tenis meja, bola voli, tenis lapangan, bela diri, dan bulu tangkis, serta aktivitas lainnya 2) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh, serta aktivitas lainnya 3) Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, tanpa alat, dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya 4) Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam kesegaran jasmani (SKJ), senam pagi dan senam aerobic serta aktivitas lainnya 5) Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang, serta aktivitas lainnya 6) Pendidikan luar kelas meliputi: piknik atau karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung 7) Kesehatan meliputi: penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan unit kesehatan sekolah (UKS). Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek. (Junaedi & Wisnu, 2015, h. 836) Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan memiliki beberapa ruang lingkup dalam suatu proses pembelajaran diantaranya permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, aktivitas senam, aktivitas ritmik, aktivitas air, pendidikan luar kelas dan kesehatan.



e. Pentingnya Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SD Beban belajar di Sekolah begitu berat dan menekan kebebasan siswa untuk bergerak. Kebutuhan mereka akan gerak tidak bisa terpengaruhi akibat keterbatasan waktu dan kesempatan. Lingkungan



15



sekolah tidak menyediakan wilayah yang menarik untuk di jelajahi. Penyelenggaraan pendidikan yang ada di Sekolah lebih mengutamakan prestasi akademis, dan memberikan tugas yang menumpuk kepada siswa. Kehidupan sekolah yang berkombinasi dengan kehidupan rumah dan lingkungan luar sekolah. Jika di sekolah anak kurang bergerak, di rumah keadaanya juga demikian. Kemajuan teknologi yang dicapai pada saat ini, malah membuat anak-anak kurang bergerak di dalam lingkungannya. Anak semakin asyik dengan kesenanganya seperti menonton televisi atau bermain video game. Hal ini menyebabkan kerisauan pada anak akan kebugarannya semakin menurun. Semakin rendahnya kebugaran jasmani, maka meningkat pula gejala penyakit hipokinetik



(kurang gerak). Sehingga menyebabkan



kegemukan, tekanan darah tinggi, nyeri pinggang bagian bawah dan kencing manis. Selain itu mengakibatkan penyakit jantung tidak lagi menjadi monopoli orang dewasa melainkan anak-anak juga bisa terserang penyakit tersebut. Pendidikan jasmani tampil untuk mengatasi masalah tersebut sehingga kedudukannya dianggap penting. Melalui program yang direncanakan dengan baik, anak-anak dilibatkan dalam kegiatan fisik yang tinggi intensitasnya. Selain itu, pendidikan jasmani mnenyediakan ruang untuk belajar menjelajahi lingkungan yang ada di sekitar dengan banyak mencoba, sehingga kegiatannya tetap sesuai dengan minat anak.



16



Menurut Kristiyandru (2010) ada tiga hal yang menjadi pentingnya pendidikan jasmani yaitu, 1) dapat meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan siswa 2) dapat meningkatkan keterampilan fisik siswa 3) dapat meningkatkan



pengertian



siswa,



dan



siswa



mampu



menerapkan



pengetahuannya dalam kegiatan praktik. ( Junaedi & Wisnu, 2015, h. 837) Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sangatlah penting karena membantu siswa dalam meningkatkan kebugaran jasmani, kesehatannya, keterampilan dan pengetahuan siswa. 3. Modifikasi Media Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SD a. Pengertian Modifikasi Media Pembelajaran Modifikasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu usaha dalam mengubah atau menyesuaikan. Secara khusus modifikasi diartikan sebagai suatu upaya yang dilakukan untuk menciptakan dan menampilkan sesuatu hal yang baru, unik dan menarik. Modifikasi mengacu kepada sebuah penciptaan, penyesuaian dan menampilkan suatu alat atau sarana dan prasarana yang baru, unik, dan menarik terhadap suatu proses belajar mengajar pendidikan jasmani. Hal ini sejalan dengan pendapat Iwanda (2019) modifikasi merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani dalam mengatasi keterbatasan sarana dan prasana yang ada dan untuk membuat proses pembelajaran lebih bervariasi sehingga



17



membuat siswa merasa senang dan termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Menurut Ali (2014) dalam penyelenggaraan pendidikan jasmani hendaknya mencerminkan karakteristik program pendidikan jasmani itu sendiri yaitu “Developmentally Apropriate Practice” (DAP) yang artinya tugas yang diberikan oleh guru kepada siswa harus memperhatikan perubahan kemampuan siswa dan mampu mendorong perubahan tersebut. Oleh karena itu DAP termasuk di dalamnya “Body Scalling” atau ukuran dari tubuh siswa, dijadikan sebagai prinsip utama dalam memodifikasi media pembelajaran pendidikan jasmani. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa modifikasi merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh guru Penjas dalam membuat atau menciptakan sesuatu yang baru, menarik dan efektif digunakan dalam proses pembelajaran . Media pembelajaran merupakan salah satu elemen penting dalam sutu proses belajar mengajar. Penggunaan media pada setiap proses pembelajaran menjadi sebuah tuntutan atau bahkan keharusan bagi setiap guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Secara harfiah, media diartikan sebagai perantara atau pengantar. Media juga dapat diartikan sebgai segala bentuk yang digunakan dalam proses penyaluran informasi. Secara umum media diartikan segala hal yang memuat pesan atau bahan ajar untuk menstransmisikan melalui suatu alat tertentu.



18



Media pembelajaran merupakan sebuah alat yang digunakan dalam menyampaikan pesan pembelajaran kepada siswa. Pembelajaran adalah suatu proses komunikasi yang dilakukan antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Maka dapat dikatakan bahwa bentuk dari komuniasi tidak akan berjalan tanpa adanya bantuan sarana dalam menyampaikan pesan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sanaky (2013) media pembelajaran sarana atau alat bantu pendidikan yang digunakan guru sebagai perantara dalam pelaksanaan proses



pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan



efesiensi dalam pencapaian tujuan dari suatu pengajaran. Menurut Rosyid (2019) media pembelajarakan dikatakan sebagai alat atau segala bentuk saluran yang digunakan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim (guru atau pendidik) ke penerima pesan (siswa atau peserta didik) yang bertujuan memberikan suatu rangsangan kepada siswa agar siswa tertarik atau memiliki minat dalam belajar dan media pembelajaran membantu guru dan siswa dalam pelaksanaan proses pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Media pembelajaran mempunyai kemampuan yang lebih luas dari hanya sekedar alat bantu menurut Rahardjo (1984) secara rinci mengemukakan kemampuan tersebut sebagai berikut: 1) Membuat kongkrit konsep yang abstrak, 2) menampilkan obyek yang berukuran besar, misalnya lapangan bola, lapangan basket dan sebagainya, 3) mengamati gerakan yang terlalu cepat, misalnya dengan slow motion, 4) memungkinkan terjadinya interaksi dari siswa dengan lingkungannya, 5)



19



memungkinkan adanya keseragaman pengamatan dan persepsi terhadap pengalaman belajar siswa, 6) membangkitkan motivasi siswa, 7) memberikan kesan perhatian individu untuk seluruh anggota kelompok belajar, 8) menyajikan informasi belajar yang konsisten dan dapat diulang maupun disimpan sesuai kebutuhan dan 9) menyajikan pesan atau informasi belajar secara serentak, mengatasi batasan waktu, ruang, dan mampuh mengontrol serta mengarahkan siswa dalam belajar. (Iwanda, 2019, h. 21) Kemampuan tersebut dapat dimanfaatkan dalam kebutuhan proses belajar pendidikan jasmani, misalnya saat menayangkan gerak lambat suatu tugas gerak, saat menampilkan geraka-gerakan yang sulit dipahami dan berbahaya menurut siswa. Kreativitas guru disini sangat dibutuhkan dalam mendesain media pembelajaran yang menarik perhatian siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan pengertian modifikasi media pembelajaran adalah usaha yang dilakukan oleh guru dengan menambah atau mengurangi tingkat kompleksitas bahan ajar dalam pelaksanaan pembelajaran. Seperti apabila keterampilan yang diajarkan oleh guru sulit, maka guru dapat menyederhanakan bahan ajar agar lebih mudah dipelajari oleh siswa, dengan memodifikasi media pembelajaran akan membuat siswa lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran dan mampu bergerak serta gembira selama proses pembelajaran yang dilakukan.



20



b. Faktor-Faktor Modifikasi dalam Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SD Modifikasi dalam pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan memiliki beberapa faktor-faktor. Menurut Reski (2020) ada beberapa faktor-faktor dalam melakukan modifikasi sebagai berikut: 1. Ukuran lapangan. Ukuran lapangan permainan dan panjangnya waktu permainan harus di sesuaikan dengan keadaan fisik anak-anak. 2. Bentuk, ukuran dan jumlah peralatan yang digunakan. Bentuk, ukuran dan jumlah peralatan yang digunakan. Peralatan yang digunakan harus dalam batasbatas penguasaan anak-anak, ukuran dan jumlah bola harus mudah dan familiar untuk



dimainkan,



ketinggian



sasaran



dimodifikasi



dengan



cara



menurunkannya; 3. Panjang waktu permainan. Konsentrasi dan faktor kesenangan pada anak-anak biasanya relatif pendek, agar anak-anak dapat berkonsentrasi penuh pada waktu bermain harus diperpendek; 4. Peraturan pertandingan. Modifikasi terhadap peraturan pertandingan dapat mengembangkan keterampilan dan menimbulkan rasa senang pada anak-anak. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan proses pendidikan jasmani di Sekolah Dasar. Media yang standar untuk cabang olahraga tertentu, belum tentu bisa memenuhi syarat yang akan digunakan oleh



21



siswa. Modifikasi media pembelajaran yang sudah ada atau menciptakan yang baru merupakan salah satu alternatif yang dapat dikembangkan guru sebagai



upaya



dalam



menyesuaikan



dengan



karakteristik



dan



perkembangan dari siswa. c. Jenis–Jenis Modifikasi dalam Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SD Menurut Saputra (2017) modifikasi dalam pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan memiliki beberapa jenis : 1. Modifikasi Pengaturan Giliran Pengaturan



giliran



adalah



mempraktekkan



gerakan



yang



berpengaruh terhadap kecepatan peningkatan penguasaan gerakan. Semua siswa perlu diberikan kesempatan yang cukup secara merata jangan sampai ada yang memperoleh giliran terlalu berlebihan dan ada yang terlalu kurang. Kadang-kadang ada siswa yang terlalu bersemangat dan ada pula yang terlalu pasif.



Guru perlu mengendalikan dan



memodifikasinya. Siswa yang terlalu bersemangat diarahkan agar bisa mengatur pemanfaatan tenaganya secara efisien tanpa menjadikan semangatnya menurun, sedangkan yang terlalu pasif perlu diberi motivasi agar mau berlatih. 2. Modifikasi Beban Belajar Meningkat Pengaturan modifikasi peningkatan beban belajar gerak dapat diwujudkan dalam bentuk pengaturan materi belajar yaitu, a) dimulai dari yang mudah ke yang sukar, b) dimulai dari yang sederhana ke yang



22



kompleks, c) dimulai dari gerakan yang kurang memerlukan tenaga ke yang lebih banyak memerlukan tenaga.



3. Modifikasi Kondisi Praktik Bervariasi Mempraktikan gerakan merupakan tahapan belajar paling berat karena harus melakukan aktivitas fisik yang cukup lama, di samping faktor kelelahan, faktor kejemuan yang merupakan hambatan belajar yang paling besar. Apabila kejemuan cepat menghinggapi diri siswa, maka sulit bagi siswa untuk bisa segera menguasai gerakan yang dipelajari. Oleh karena itu guru perlu mengatur dan memodifikasi kondisi praktik agar tidak mudah menimbulkan kejemuan. Cara yang bisa dilakukan adalah mengatur kondisi praktik yang bervariasi. Variasi kondisi praktik bisa dibuat dalam bentuk a) satu jam latihan jangan hanya mempraktikan satu pola gerak saja, melainkan perlu mempraktikan beberapa pola gerak dengan mempertimbangkan kesesuaian pola-pola gerak untuk dipadukan dan waktu yang tersedia, b) praktik dilakukan dalam pemberian dalam bermacam macam formasi, c) memperhatikan pemberian waktu istirahat secara berkala, dan d) memberikan cukup kebebasan dalam upaya masing masing pelajar untuk menguasai gerakan. 4. Modifikasi Media Pembelajaran



23



Media pembelajaran dimodifikasi agar mudah digunakan oleh siswa dan membuatnya menjadi lebih aman dan praktis, dengan prinsip pembuatan modifikasi media tersebut mengarah pada tujuan pembelajaran. Sebagai contoh: pembuatan media pembelajaran atletik yang dimodifikasi untuk nomor-nomor lompat dan lempar. Pembuatan bola berekor yang menggunakan bola kasti dan tali, dengan berat dan ukuran yang disesuaikan. Banyak media pembelajaran pendidikan jasmani yang bisa dibuat dengan memanfaatkan bahan-bahan disekeliling kita, oleh karena itu guru penjas harus lebih kreatif dan inovatif dalam hal tersebut, contohnya: kotak kardus mie, galon air, paralon kertas yang biasa digunakan pedagang untuk menggulung tikar, bambu, tali-tali plastik, karet gelang, ember dan lain-lain. Memanfaatkan barang bekas sebagai media pembelajaran penjas di sekolah dasar, maka secara langsung akan membuat efisiensi pembiayaan dalam pengadaan peralatan sekolah. Saat ini media pembelajaran penjas yang tersedia semua dalam bentuk yang standar dan tidak cocok dengan usia siswa SD, kalaupun ada harganya juga sangat mahal dan sulit untuk mendapatkannya. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis modifikasi dalam pembelajaran PJOK ada empat yaitu modifikasi pengaturan giliran, beban belajar meningkat, kondisi praktik bervariasi, dan modifikasi alat pembelajaran.



24



d. Tujuan Memodifikasi Media Pembelajaran Kesehatan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SD Keterbatasan fasilitas Penjas yang ada di Sekolah menjadi kendala yang serius dalam proses pembelajaran PJOK. Modifikasi dilakukan sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi keterbatasan fasilitas yang ada dan untuk menciptakan variasi yang baru dalam proses pembelajaran PJOK. Media modifikasi membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa, proses tersebut dilakukan agar semua pesan atau materi belajar lebih mudah dipahami oleh siswa dan menarik perhatian siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain itu, pengaruh dari media modifikasi dalam proses pembelajaran cukup besar agar terciptanya proses pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa yang nantinya berdampak pada kualitas pembelajaran. Menurut Ngasmain dan Soeparton (1997) bahwa alasan utama perlunya modifikasi yaitu, 1) siswa bukanlah orang dewasa yang memiliki kematangan fisik dan mental selengkap orang dewasa, 2) pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani selama ini kurang efektif, hanya bersifat monoton sehingga membuat pembelajaran kurang menarik perhatian minat siswa dalam belajar, dan 3) fasilitas pembelajaran pendidikan jasmani yang ada sekarang hampir semuanya didesain untuk orang dewasa. (Iwanda, 2019, h. 18) Penggunaan media pembelajaran secara umum diperlukan dalam kaitannya dengan peningkatan mutu pendidikan. Menurut Rosyid (2019) tujuan media pembelajaran di sekolah yaitu, 1) memberikan kemudahan



25



kepada siswa untuk memahami konsep, prinsip dan keterampilan tertentu dengan menggunakan media yang tepat menurut sifat bahan ajar, 2) memberikan pengalaman belajar yang bervariasi kepada siswa sehingga siswa termotivasi dan memiliki minat dalam belajar, 3) menumbuhkan sikap dan keterampilan siswa dalam teknologi karena siswa tertarik dalam menggunakan atau mengoperasikan media tertentu, 4) memperjelas informasi atau pesan yang disampaikan kepada siswa dan 6) meningkatkan kualitas belajar mengajar. Tujuan modifikasi menurut Haryati (2013) yaitu, 1) mengatasi keterbatasan akan sarana dan prasarana pendidikan jasmani, artinya masalah kurangnya sarana dan prasarana dapat diatasi dengan cara memodifikasi atau membuat alat pengganti sarana yang tidak ada dengan peralatan yang lain yang sudah dimodifikasi, 2) mendukung pertumbuhan dan perkembangan siswa. Apapun yang dimodifikasi dan dibuat menarik akan meningkatkan minat siswa untuk bergerak dan melakukannya sehingga akan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan siswa, 3) mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang efektif. Siswa akan antusias untuk mengikuti pembelajaran sesuai tujuan yang ingin dicapai dan 4) mengurangi resiko cedera akibat proporsi antara sarana pembelajaran dan kondisi fisik yang tidak seimbang. (Hidayah, 2017, h.7) Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari modifikasi media pembelajaran adalah menciptakan proses pembelajaran yang



efektif



dengan



memberikan



peluang



kepada



guru



dalam



26



menyampaikan pemahaman kepada siswa dan materi yang disampaikan oleh guru kepada siswa dapat dipahami dengan baik.



III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2017) penelitian kualitatif merupakan penelitian untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku subjek penelitian, persepsi, tindakan motivasi yang dilakukan secara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dalam penelitian ini memanfaatkan berbagai metode ilmiah.



27



Penelitian ini dilakukan pada kondisi yang alamiah dan calon peneliti ikut berpartisipasi di lapangan. Selain itu, metode penelitian ini dipilih karena mementingkan proses dan hasil serta mengutamakan makna yang ditemukan di lapangan sehingga dipilihlah penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan kualitatif untuk menganalisis problematika guru Penjaskes dalam memodifikasi media pembelajaran PJOK di SD Gugus I Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone. B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Penelitian ini akan dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pertengahan bulan Januari dan akan berakhir pada bulan Juni tahun 2021. 2. Penelitian ini akan dilaksanakan di SD Gugus 1 Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone yang terdapat 7 Sekolah yaitu SD SD Inpres 12/79 Pallawa Rukka, SD Inpres 10/73 Ulaweng Cinnong, SD Inpres 4/82 Jompie, SD Negeri 136 Jompie, SD Negeri 134 Sappewalie, SD Negeri 135 Manurunge dan SD Inpres 7/83 Manurunge. C. Subjek Penelitian Subjek penelitian ditentukan oleh calon peneliti berdasarkan pertimbangan pihak-pihak yang dapat memberikan informasi dan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Subjek dalam penelitian ini ada 7 orang yang merupakan guru-guru di SD Gugus I yaitu SD Inpres 12/79 Pallawa Rukka, SD Inpres 10/73 Ulaweng Cinnong, SD Inpres 4/82 Jompie, SD Negeri 136 Jompie, SD Negeri 134 Sappewalie, SD Negeri 135 Manurunge dan SD Inpres 7/83 Manurunge. D. Definisi Istilah



28



Definisi istilah pada penelitian ini adalah: 1. Problematika guru adalah masalah, kendala atau persoalan sulit yang dihadapi dalam proses pembelajaran oleh guru yang bertugas untuk mendidik dan mengajar siswa hingga memperoleh kedewasaan baik jasmani maupun rohani dalam suatu pendidikan. 2. Modifikasi media pembelajaran adalah usaha yang dilakukan guru dengan menambah atau mengurangi tingkat kompleksitas bahan ajar dalam pelaksanaan pembelajaran. 3. PJOK adalah bagian integral dari seluruh pendidikan yang memiliki tujuan dalam mengembangkan fisik, mental, emosi dan social siswa melalui suatu aktivitas jasmani yang telah dipilih untuk mencapai hasilnya. E. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian merupakan langkah-langkan kegiatan yang dilaksanakan oleh calon peneliti dalam melaksanakan penelitiannya untuk mencapai tujuan penelitian. Pelaksanaan pengumpulan data penelitian ini akan dilaksanankan kurang lebih selama sebulan dengan rincian Sekolah diamati secara penuh selama kurang lebih satu minggu. Selanjutnya menyerahkan angket untuk diisi oleh guru. Lalu melakukan wawancara bersama guru untuk memperoleh informasi dan pengambilan data. Prosedur penelitian disusun dengan uraian sebagai berikut: 1) melakukan pra penelitian, 2) menentukan partisipan yang akan diwawancarai, 3) menentukan dokumen apa yang harus didapatkan, 4) melakukan pengumpulan data, 5) merencanakan analisis data, 6)



29



merencanakan pemeriksaan keabsahan data, 7) melakukan analisis akhir, membuat interpretasi data dan kesimpulan penelitian serta 8) membuat laporan akhir penelitian. F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini mengumpulkan informasi melalui teknik triangulasi (gabungan), adalah sebagai berikut: 1. Teknik Observasi Menurut



Sugiyono



(2019)



observasi



merupakan



teknik



pengumpulan data yang memiliki ciri-ciri yang lebih spesifik jika dibandingkan dengan teknik yang lainnya yaitu angket dan wawancara. Pada pelaksanaan pengumpulan data dengan teknik angket dan wawancara selalu berkomunikasi dengan orang, tetapi dalam pelaksanaan observasi tidak terbatas pada orang, melainkan juga pada objek-objek alam yang lain. Pengumpulan data secara observasi dilakukan pengamatan secara langsung di tempat penelitian yaitu di SD Gugus I Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui problematika guru Penjaskes dalam memodifikasi media pembelajaran PJOK. 2. Teknik Kuesioner (Angket) Kuesioner (angket) merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung dengan memberi beberapa pertanyaan atau pernyataan kepada responden untuk dijawabnya. Hal tersebut diharapkan dapat mewakili calon peneliti dalam memberikan pertanyaan atau



30



pernyataan ysng dilakukan secara langsung pada subjek penelitian dengan jumlah yang cukup banyak. Angket disini ditujukan kepada guru di SD Gugus I Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone. Angket yang digunakan berupa pertanyaan tertutup. Pertanyaan dan jawaban yang telah disediakan, sehingga responden hanya memilih jawaban yang telah tersedia. 3. Teknik Wawancara Wawancara adalah interaksi antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai untuk mendapatkan informasi secara langsung. Calon peneliti



menggunakan



wawancara



terencana-terstruktur



karena



memudahkan calon peneliti untuk memberikan pertanyaan kepada subjek. Menurut



Sugiyono



(2018)



wawancara



terencana-terstruktur



merupakan wawancara yang dilakukan oleh calon peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan, responden diberi pertanyaan yang sama dan pewawancara mencatatnya. Melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara menjadi lancar. Tujuan wawancara tersebut adalah untuk mengetahui problematika yang dialami oleh guru Penjaskes di Gugus I Ulaweng Kabupaten Bone. 4. Studi Kepustakaan



31



Mengumpulkan data-data atau teori dalam penelitian ini maka peneliti memanfaatkan berbagai macam data dan teori yang dikumpulkan melalui berbagai tinjauan pustaka penunjang dengan tujuan melengkapi data yang berhubungan dengan topik penelitian ini. G. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 1. Instrumen Utama Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri karena peneliti mencari informasi yang dibutuhkan dalam suatu penelitian. Hal ini karena peneliti merupakan instrumen kunci penentu suatu penelitian. 2. Instrumen Pendukung Instrumen pendukung yang digunakan untuk mengumpulkan data yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaiu: a. Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang melibatkan interaksi antara peneliti dengan informan dalam satu latar penelitian selama pengumpulan data. Teknik observasi ini didasarkan atas pengalaman yang langsung sehingga dapat dirasakan kebenarannya. Secara umum pengamatan mengoptimalkan kemampuan calon peneliti melihat, menghayati, dan merasakan apa yang dirasakan subjek sehingga menunjukkan sesuatu yang natural dan sebenar-benarnya. b. Pedoman wawancara, digunakan sebagai kerangka dasar melakukan wawancara agar wawancara yang dilakukan peneliti tetap terarah dan tetap menjaga relevansi terhadap masalah dalam penelitian.



32



c. Lembar angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan penjelasan kepada responden untuk dijawabnya. Penelitian ini calon peneliti menggunakan tertutup



dengan



mengajukan



beberapa



pertanyaan



untuk



mengetahui



problematika guru Penjaskes dalam memodifikasi media pembelajaran PJOK. H. Pemeriksaan Keabsahan Data Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang dilakukan benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji data yang diperoleh. Menurut Sugiono (2018) uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility, dependability, transferability, confirmability. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut: 1. Credibility Keakuratan, keabsahan, dan kebenaran data yang dikumpulkan dan dianalisis sejak awal penelitian akan menentukan suatu kebenaran dan ketapatan hasil penilaian dengan masalah dan fokus penelitian. agar penelitian yang dilakukan mendapat hasil yang tepat dan benar yang sesuai dengan konteksnya , maka calon peneliti dalam melakukan penelitian ini menggunakan berbagai cara sebagai berikut: a. Meningkatkan Ketekunan dalam Penelitian Meningkatkan ketekunan yaitu melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan maka kepastian data dan urutan peristiwa dalam penelitian dapat dicatat dan direkam secara pasti dan sistematis. Meningkatkan ketekunan



33



calon peneliti melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan dan dikumpulkan sudah benar atau belum. b. Triangulasi Yusuf (2017) “Triangulasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan temuan dan interpretasi data yang lebih akurat dan kredibel” (h, 395). Triangulasi menggunakan beberapa cara yaitu dengan menggunakan metode yang berbeda dan sumber yang banyak. c. Analisis Kasus Negatif Sugiono (2018) melakukan analisi kasus negatif yaitu peneliti mencari data yang tidak sama atau bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Jika tidak ada lagi data yang sama atau bertentangan dengan data ditemukan, berarti masih mendapatkan data yang bertentangan dengan data yang ditemukan, maka data yang ditemukan oleh peneliti mungkin akan diubah. d. Menggunakan Bahan Referensi Sugiyono (2018) referensi merupakan pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti, sebaiknya dalam membuat laporan penelitian data-data yang dikemukakan perlu dilengkapi



dengan dokumen



autentik dan foto-foto sehingga data-data yang ditemukan oleh peneliti dapat dipercaya. e. Mengadakan Membercheck Sugiyono (2018) tujuan dari membercheck



adalah untuk mengetahui



kesesuaian data yang diperoleh dari pemberi data. Tujuan dari membercheck



34



adalah agar informasi yang diperoleh dapat digunakan dalam penulisan laporan apakah sesuai dengan sumber data atau informan. 2. Dependability Uji dependability atau penelitian yang dapat dipercaya dengan kata lain beberapa percobaan yang dilakukan selalu mendapatkan hasil yang sama. Penelitian dependability adalah penelitian yang dilakukan oleh orang lain dengan proses penelitian yang sama akan memperoleh hasil yang sama pula 3. Transferability Menurut Sugiyono (2018) “Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel tersebut diambil.” (h, 276). Agar penelitian ini dapat dipahami hasil penelitiannya maka peneliti harus memberikan uraian yang jelas, rinci, sistematis dan dapat dipercaya oleh pembaca. 4. Corfirmability Pengujian Corfirmability dilakukan dengan melihat keterkaitan antara hasil penelitian dengan proses yang dilakukan. Apabila hail penenlitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar corfirmability.



I. Teknik Analisis Data



35



Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengelompokkan data apek guru. Analisis data yang dilakukan setelah pengumpulan data. Menurut Miles dan Huberman (1984) “aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display dan conclusion drawing/verification”. (Sugiyono, 2018, h.133) Tiga tahapan tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Data Reduction Mereduksi data berarti merangkum, memilih dan memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta mencari tema dan polanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah calon peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. 2. Data Display Penyajian data dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan bentuk uraian singkat, hubungan antara kategori bagan dan sejenisnya penyajian data akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, kemudian merencanakan kerja selanjutnya. 3. Conclution Drawing/Verification Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kasual atau interaktif, hipotesis atau teori.



36



Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat calon peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang valid.



37



JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN Adapun jadwal penelitian yang akan dilaksanakan secara rinci jenis kegiatan yang diuraikan dalam tabel di bawah ini: Tabel 1. Rencana Pelaksanaan Penelitian N



Uraian



o 1



kegiatan



Januari 2



Februari



April



Mei



Juni



3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1



Persiapan



Pelaksanaan Pra Penelitian Pengajuan Judul Penyusunan Proposal Seminar Proposal Revisi Seminar Proposal 2 Pelaksanaan Melakukan Observasi Melakukan Wawancara Pembagian Angket Analisis data Hasil Penelitian 3 Penyusunan Laporan Akhir Menyusun Hasil Penelitian Seminar Hasil Penelitian Revisi Seminar Hasil Penelitian Penyusunan Skripsi Ujian Tutup



Maret



2



Ket.



38



Pengumpulan Skripsi



RENCANA BIAYA PENELITIAN Rencana biaya penelitian ini adalah perkiraan biaya yang akan dikeluarkan selama penelitian berlangsung. Adapun rencana biaya penelitian ini akan diuraikan pada tabel berikut: No. 1. 2. 3. 4.



Jenis Pengeluaran Kertas HVS A4 2 rim Tinta Print Transportasi Biaya Tak Terduga Jumlah



DAFTAR PUSTAKA



Biaya (Rp) Rp. 100.000 Rp. 100.000 Rp. 500.000 Rp. 500.000 Rp. 1.200.0000



39



Ali, A. 2014. Upaya Peningkatan Keterampilan Bermain Sepakbola Siswa Melalui Modifikasi Permainan Sepakbola Terhadap Siswa SD Inpres Bertingkat Mattoangin. Skripsi. Universitas Negeri Makassar. Junaedi, A & Wisnu, H. 2015. Survei Tingkat Kemajuan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan Di SMA, SMK, dan MA Negeri Se-Kabupaten Gresik. Jurnal Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, 3, 834–842. Fajri, Z. A. 2012. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Sepak Mula Melalui Modifikasi Media Pembelajaran Pendidikan Jasmani Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Gambirsari Surakarta. Skripsi. Surakarta. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Hasbullah. 2017. Dasar - Dasar Ilmu Pendidikan. Depok: Raja Grafindo Persada. Hazra, M. 2019. Problematika Pembentukkan Karakter dan Disiplin Siswa dalam Kegiatan ekstrakurikuler Pramuka di Madrasah Ibtidaiyah Al Munawwarah Kota Jambi. Skripsi. Jambi. Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Hidayah, A. 2017. Modifikasi Alat Permainan Woodball untuk Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta Iwanda, B. P. 2019. Ragam Hasil Kreativitas Guru Penjasorkes dalam Memodifikasi Media Pembelajaran Penjasorkes di SMA Negeri SeKabupaten Demak Yogyakarta. Skripsi. Universitas Negeri Semarang KBBI. 2021. Kamus Besar http://kbbi.web.id/fasilitas.



Bahasa



Indonesia



(KBBI).



(Online



Lestari, B. D. 2019. Problematika Pembelajaran Tematik dalam Kurikulum 2013 Di Kelas I Sekolah Dasar Negeri 26 Kota Jambi. Skripsi. Jambi. Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Moleong. 2017. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muliadi, Sudirman & Kadir. A. 2020. PKM Pelatihan Media Modifikasi Pendidikan Jasmani Bagi Guru - Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan SD Di Kecamatan Cina Kabupaten Bone. Jurnal Dedikasi, 22, 166–176 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Reski. 2020. Tingkat Kreativitas Guru Pendidikan Jasmani dalam Memodifikasi Sarana dan Prasarana Di SD Gugus 1 Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone.



40



Skripsi. Universitas Negeri Makassar Rismayanthi, C. 2011. Optimalisasi Pembentukan Karakter dan Kedisiplinan Siswa Sekolah Dasar Melalui Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Pendidikan Jasmani Indonesia, 8, 1–17. Rosdiana, D. 2013. Dinamika Olahraga dan Pengembangan Nilai. Bandung: Alfabeta. Rosdiana, D. 2013. Model Pembelajaran Langsung Dalam Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Bandung: Alfabeta. Safitri, D. 2019. Menjadi Guru Profesional. Riau: Indragiri Dot Com Sanaky, H. 2013. Media Pembelajaran Interaktif-Inovatif. Yogyakarta: Kaukaba Dipantara. Saputra, S. A. 2017. Pengembangan Media Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Kediri: CV. Dhaha Pustaka. Simbolon, D. 2019. Tingkat Pemahaman Guru PJOK Terhadap Metode Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 SD Negeri Se-Kecamatan Wates Yogyakarta. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta Shofiya, S & Sartika, B. S. 2020. Peran Guru IPA SMP Sebagai Fasilitator dalam Kegiatan Belajar Dari Rumah. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sains Indonesia (JPPSI), 3, 112–117 Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta, CV Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif , Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta, CV Tim Penyusun. 2019. Pedoman Penulisan Akhir Mahasiswa. Makassar: Universitas Negeri Makassar. Wahyuningtyas, A. (2020). Problematika Guru dalam Menghadapi Gaya Belajar Siswa Kelas 5 MI Sailul Ulum Pagotan Madiun Ponorogo. Skripsi. Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Ponorogo Yusuf. (2017). Metode Penelitian kuantitatif, kualitatif & Penelitian Gabungan. Jakarta: Kencana.



41



LAMPIRAN



Lampiran 1



42



PEDOMAN WAWANCARA 1. Bagaimana pengadaan media pembelajaran PJOK di Sekolah? 2. Apa saja jenis media pembelajaran PJOK di Sekolah? 3. Bagaimana kondisi media pembelajaran PJOK yang ada di Sekolah? 4. Apakah Bapak/Ibu guru pernah melakukan modifikasi media pembelajaran PJOK? 5. Apa saja langkah-langkah yang dilakukan oleh Bapak/Ibu guru saat memodifikasi media pembelajaran PJOK? 6. Bagaimana kegiatan tindak lanjut yang dilakukan oleh Bapak/Ibu guru setelah memodifikasi media pembelajaran PJOK? 7. Apa problematika yang dihadapi oleh Bapak/Ibu guru dalam memodifikasi media pembelajaran PJOK? 8.



Apakah ada masalah yang Bapak/Ibu guru jumpai pada saat penggunaan media modifikasi yang telah dibuat?



9. Adakah kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menggunakan media modifikasi PJOK? 10. Apakah media modifikasi dimanfaatkan secara maksimal?



Lampiran 2



43



KISI-KISI ANGKET Analisis Problematika Guru Penjaskes dalam Memodifikasi Media Pembelajaran PJOK SD Gugus 1 Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone Variabel



Faktor



Analisis Problematika guru Penjaskes dalam Memodifikasi Media Pembelajaran PJOK SD Gugus 1 Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone



Kemampuan dalam melihat masalah yang berhubungan dengan Media Pembelajaran PJOK



Kebutuhan dan ketersediaan Media Pembelajaran PJOK Kondisi 3, 4*, 5*, 6 Media Pembelajaran PJOK Manfaat dan 7*8*9 pemanfaatan Media Pembelajaran PJOK



Kemampuan guru dalam menciptakan dan menerapkan ide dalam memecahkan masalah melalui modifikasi Media Pembelajaran PJOK



Sikap dan kemauan guru untuk memecahkan masalah terkait Media Pembelajaran PJOK Ide dalam memodifikas i Media Pembelajaran PJOK Penerapan ide Media Pembelajaran PJOK Informasi



Sikap



Indikator



Nomor Jumlah Butir Pernyataan 1, 2 2



4



3



10, 11, 12, 12 13, 14*, 15, 16, 17, 18*, 19, 20, 21 22, 23, 24



3



25*26* 27



3



28, 29, 30, 5



44



terbuka dan dan mau Teknologi Pengetahuan menerima hal- hal baru untuk kemajuan pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan



31, 32 33, 35*



Jumlah *: Pernyataan Negatif



Lampiran 3 INSTRUMEN ANGKET



34*, 3



35



45



Analisis Problematika Guru Penjaskes dalam Memodifikasi Media Pembelajaran PJOK SD Gugus 1 Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone Identitas Responden Nama



:



NIP



:



Jenis Kelamin : L / P Sekolah



:



Petunjuk Pengisian 1. Isi identitas diri anda sebelum mengisi angket berikut. 2. Baca baik-baik setiap pernyataan berikut. Kemudian jawablah semua pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. 3. Pilih salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda yang sebenarnya dengan memberi tanda centang ( √ ) pada jawaban yang telah di sediakan. Alternatif Jawaban:  SL berarti Selalu  SR berarti Sering  TS berarti Tidak Sering/ Kadang-kadang  TP berarti Tidak Pernah 4. Jawaban yang paling benar adalah jawaban yang sesuai dengan keadaan anda. 5. Semua pertanyaan yang ada pada angket ini, tidak bermaksud menilai anda dalam



bentuk apapun.



46



6. Jawaban yang anda berikan sangat berarti bagi kami. No. 1



2



3 4 5 6



7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17



Pernyataan SL SR TS TP Saya berusaha menemukan kemungkinan masalahmasalah yang muncul terkait dengan media pembelajaran sehingga dapat melakukan antisipasi nantinya Sebelum menentukan dan menyiapkan media pembelajaran yang digunakan, saya memperhatikan kondisi media pembelajaran yang ada. Karakter siswa tidak saya pikirkan dalam menentukan media pembelajaran Saya tidak melakukan pengecekan terhadap kondisi media pembelajaran yang dimiliki Sekolah Inventaris saya lakukan terhadap media pembelajaran yang sekolah miliki. Saya menggunakan media pembelajaran yang dimiliki sekolah asal dapat menunjang/sesuai materi. Saya mengajarkan materi yang ada dikurikulum, walaupun media pembelajaran tidak ada. Media pembelajaran menghambat siswa SD dalam menerima dan menguasai materi yang diajarkan. Alat yang rusak saya buang tanpa memikirkan hal lain untuk memanfaatkannya. Masalah media pembelajaran yang ada, berusaha saya atasi dengan kemampuan yang saya miliki. Dalam mengajar saya menggunakan media pembelajaran seadanya yang ada di sekolah. Media pembelajaran yang rusak akan saya perbaiki jika masih bisa diperbaiki. Saya berusaha mencari alternatif media pembelajaran lain, jika media pembelajaran yang saya butuhkan tidak tersedia atau tidak mencukupi. Jika media pembelajaran yang dibutuhkan tidak tersedia atau tidak mencukupi maka pelajaran akan saya ganti. Saya tetap berusaha mengajar sebaik mungkin meski media pembelajaran dalam keadaan rusak. Kemampuan dalam menggunakan alat dan efektivitas gerak menjadi fokus saya memodifikasi media pembelajaran Saya berusaha menemukan cara-cara yang lebih efektif dan efisien dalam mengajar serta dalam



47



18 19 20 21 22 23 24 25 26



27 28 29 30



31 32



memanfaatkan media pembelajaran Memodifikasi media pembelajaran hanya akan membuang waktu, tenaga, dan menganggu dalam pekerjaan serta aktivitas saya sebagai seorang guru. Saya berprinsip dan berfikir bahwa pembelajaran akan berhasil jika proses belajar mengajar berjalan efektif dan efisien Saya berusaha mencari metode yang tepat dalam mengajar dengan pemikiran saya sendiri. Saya menggunakan halaman sekolah jika lapangan yang saya butuhkan tidak ada. Untuk membantu kelancaran dalam mengajar saya membuat media pembelajaran sederhana yang mendukung. Saya memodifikasi media pembelajaran yang ada agar pembelajaran efektif dan efisien. Saya membuat lapangan mini dan atau memanfaatkan lapangan lain untuk mendukung aktivitas pembelajaran yang saya lakukan. Saya tidak melibatkan pihak-pihak lain dalam menerapkan dan mewujudkan ide modifikasi media pembelajaran pembelajaran PJOK Ketika menemukan ide dalam memodifikasi media pembelajaran , saya langsung merealisasikan tanpa memikirkan efeknya bagi siswa, materi, lingkungan, maupun yang lainnya. Saya membuat tugas kepada siswa untuk membawa atau membuat alat yang dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran Saya memberi kesempatan siswa untuk bertanya menyampaikan kesulitan serta keluhan dalam mengikuti pembelajaran. Saya berusaha menjalin hubungan dan kerja sama dengan masyarakat sekitar untuk mengatasi masalah yang ada termasuk media pembelajaran Saya berusaha berkonsultasi permasalahan sarana dan disampaikan prasarana pada ahli pendidikan terutama pendidikan jasmani, olahrga dan Kesehatan agar tujuan dari pembelajaran dapat tercapai. Media elektronik serta media cetak lainnya saya manfaatkan sebagai salah satu sumber inspirasi dalam menemukan ide untuk memecahkan masalah. Kerjasama dan tukar pendapat serta pikiran saya lakukan dengan sesama guru Penjaskes



48



33 34 35



Saya memperoleh pengetahuan dan ide untuk menyikapi keterbatasan media pembelajaran dari lingkungan sekitar. Saya mencari permainan-permainan dengan memanfaatkan media pembelajaran dari berbagai sumber, bagi saya tidak perlu. Pengalaman dari rekan sesama guru terutama guru penjaskes tidak pernah saya perhatikan, karena tidak ada hubungan dan manfaat bagi saya.



Lampiran 4 Dokumentasi Pelaksaan Pra Penelitian di SD Gugus 1 Kecamatan Ulaweng Kabupaten Bone



49



Gambar 1. Wawancara dengan Bapak A di SDN 135 Manurunge



Gambar 2. Wawancara dengan Ibu A di SD Inpres 10/73 Ulaweng Cinnong



Gambar 3. Wawancara dengan Ibu B di SD Inpres 7/83 Manurunge



Gambar 4. Wawancara dengan Ibu B di SDN 134 Sappewalie



50



Gambar 5. Media Pembelajaran PJOK



51