Proposal Final Skripsi Arsy Aa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SKRIPSI



ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN AIR TERHADAP DAERAH ALIRAN SUNGAI RUPAT Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana (S1) pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bengkulu



Oleh : Rizkya Arsy Sabilla G1B009067



PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BENGKULU 2016



LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI ANALISIS TINGKAT PENCEMARAN AIR TERHADAP DAERAH ALIRAN SUNGAI RUPAT Oleh: Rizkya Arsy Sabilla G1B009067 Menyetujui, Pembimbing Utama



Pembimbing Pendamping



Dr. Muhammad Fauzi, S.T., M.T NIP. 197006271999031005 Penguji I



Samsul Bahri, S.T., M.T NIP. Penguji II



Mengetahui, Ketua Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Bengkulu



Besperi, S.T.,M.T NIP.



i



MOTTO



Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada dijalan Allah SWT. (HR.Turmudzi) Didepan menjadi teladan. Ditengah menjadi semangat. Dibelakang memberikan dorongan. (Ki. Hajar Dewantara)



Saya datang, saya bimbingan, saya kerjakan, lalu saya selesaikan. (Rizkya Arsy Sabilla)



ii



KATA PENGANTAR



Assalamualaikum wr.wb Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, karena berkat rahmat dan hidayahnya penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan judul “Analisis Tingkat Pencemaran Air Terhadap Daerah Aliran Sungai Rupat Bengkulu”. Proposal skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan tingkat Sarjana Strata-1 (S-1) pada Program Studi Teknik Sipil FakultasTeknik Universitas Bengkulu. Proses penyelesaian penulisan proposal skripsi ini tidak lepas dari adanya bantuan dan bimbingan baik moril maupun materil dari beberapa pihak, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima-kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. Khairul Amri, S.T., M.T., selaku Dekan Fakultas Teknik



Universitas



Bengkulu. 2. Ibu Fepy Supriani, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Sipil Universitas Bengkulu. 3. Ibu Elhusna,S.T.,M.T. selaku dosen Pembimbing Akademik. 4. Dr. Muhammad Fauzi, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing utama dalam mengerjakan proposal skripsi. 5. Bapak Samsul Bahri, S.T., M.T., selaku dosen Pembimbing pendamping dalam mengerjakan proposal skripsi. 6. , S.T., M.T., selaku dosen penguji I di proposal skripsi ini. 7. S.T., M.T., selaku dosen penguji II di proposal skripsi ini. 8. SegenapBapak dan Ibu Dosen Pengajar di Program Studi Teknik Sipil. 9. Mbk Yovika Sari selaku staf Prodi Teknik Sipil yang sudah banyak membantu dalm segala halnya.



iii



10. Keluarga besar saya yang masih setia mendukung sayabaik doa, moral dan material dalammenjalanikuliah di Program Studi Teknik Sipil ini. 11. Teman-teman



diTeknik



Sipilyangtelahbanyakmembantu



dan



memberikandukungan dan doa dalampenulisan proposal skripsi ini. Jika di dalam penulisan proposal ini masih ada kesalahan dan kekeliruan, untuksemuaitu, kritik dan saran pembaca sangat penulis harapkan untuk menjadi dorongan dan motifasi bagi penulis.



Bengkulu, 2016 Penulis



Rizkya Arsy Sabilla



iv



DAFTAR ISI



LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................. i MOTTO .............................................................................................................................. ii KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iii DAFTAR ISI ...................................................................................................................... v BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1 1.1



Latar Belakang ............................................................................................ 1



1.2



Rumusan Masalah ....................................................................................... 2



1.3



Tujuan Penelitian ........................................................................................ 2



1.4



Manfaat Penelitian ...................................................................................... 2



1.5



Batasan Masalah ......................................................................................... 2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 3 2.1



Sungai ......................................................................................................... 3



2.2



Pencemaran Air........................................................................................... 3



2.3



Jenis Pencemaran Air .................................................................................. 4



2.4



Komponen Pencemaran Air ........................................................................ 5



2.5



Sumber Pencemaran Air Bersih dan Air Minum ........................................ 7



2.7



Penanganan Limbah Cair .......................................................................... 11



2.8



Beban Pencemaran dan Daya Tampung Sungai ....................................... 12



2.9



Metode Indeks Pencemaran ...................................................................... 12



BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................... 16 3.1



Lokasi Penelitian....................................................................................... 16



3.2



Metode Penelitian ..................................................................................... 17



3.3



Pengumpulan Data .................................................................................... 18



3.3



Alat dan Bahan.......................................................................................... 19



3.4



Tahapan Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 19



v



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Pencemaran air di suatu tempat dapat berpengaruh terhadap tempat lain yang lokasinya jauh dari sumber pencemaran. Hal ini karena gaya gravitasi yang menyebabkan air yang dapat mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah sehingga air yang berada di gunung akan mengalir ke sungai, pantai dan berakhir di laut (Wiryono, 2013). Pencemaran air di Indonesia sebagian besar diakibatkan oleh aktifitas manusia yang meninggalkan limbah pemukiman, limbah pertanian, dan limbah industri termasuk pertambangan dan pabrik-pabrik. Asian Development Bank (2008) pernah menyebutkan kerugian akibat pencemaran air di Indonesia mencapai Rp 45 triliun per tahun. Pencemaran tersebut meliputi hampir 57 sungai lintas provinsi, nasional dan negara. Dari 33 provinsi yang ada, 70-75% sungai yang dipantau telah tercemar baik tercemar ringan, sedang maupun berat. Sungai Rupat merupakan salah satu dari banyak sungai yang ada di Provinsi Bengkulu.Sungai Rupat hulunya bermula dari kelurahan Pagar Dewa Kecamatan Selebar dan bermuara di Kelurahan Lingkar Barat Kecamatan Gading Cempaka.Sungai Rupatmengalami pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas perusahaan penambangan batubara, pabrik karet, pabrik sawit, dan pabrik tahu yang terus beroperasi di hulu sungai.Pencemaran Sungai Rupat menyebabkan dampak yang buruk bagi kualitas air. Buruknya kualitas air yang ada pada Sungai Rupat dapat merusak berbagai ekosistem yang ada di sepanjang aliran sungai tersebut. Berdasarkan masalah akan buruknya kondisi air Sungai Rupat peneliti merasakan ketertarikannya untuk menganalisisseberapabesartingkatpencemaran air pada daerah aliran Sungai Rupat. Hasil yang akan didapat nantinyaberupa hasil dari analisis kandungan air Sungai Rupat dan kuesioner kepada masyarakat didaerah aliran Sungai Rupat.



1



1.2 Rumusan Masalah Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini : 1. Kandungan zat apa saja yang ada didalam air pada Sungai Rupat? 2. Seberapa besar tingkat pencemaran air pada Sungai Rupat? 3. Bagaimana cara mengatasi pencemaran yang terjadi pada Sungai Rupat?



1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini: 1. Mengetahui kandungan zat yang terkandung didalam air pada Sungai Rupat. 2. Menentukan tingkat pencemaran air yang ada pada Sungai Rupat. 3. Menemukan solusi yang tepat dalam mengatasi pencemaran air Sungai Rupat.



1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Pemerintah Daerah Dapat dijadikan referensi dan acuan Pemerintah Daerah dalam mengatasi pencemaran air Sungai Rupat. 2. Masyarakat a) Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai tingkat kualitas air pada Sungai Rupat. b) Menghimbau kepada masyarakat akan tingkat pencemaran air pada Sungai Rupat. 3. Ilmu Pengetahuan Dapat dijadikan ilmu pengetahuan untuk referensi penelitian selanjutnya.



1.5 Batasan Masalah Mengingat luasnya permasalahan, keterbatasan waktu, dan kemampuan dari peneliti, maka dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini dibatasi hanya untuk mengetahui tingkat pencemaran yang terjadi pada air di Sungai Rupat. 2. Alat yang digunakan untuk pengujian dianggap sudah valid



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Sungai Sungai berfungsi untuk menampung curah hujan dan mengalirkan air sampai ke laut. Sehingga sungai dapat diartikan sebagai wadah atau penampung dan penyalur suatu aliran air dari tempat yang lebih tinggi menuju ketempat yang lebih rendah dan bermuara di laut. (Soewarno, 1995). Panjang sungai adalah panjang yang diukur sepanjang sungai, dari muara sungai atau percabangan sungai sampai ketitik paling jauh atau muara sungai. Pengukuran panjang sungai sangat penting dalam menganalisis tingkat pencemaran air sungai. (Triatmodjo, 2010). 2.2 Pencemaran Air Pencemaran air merupakan masalah, regional maupun lingkungan global, dan sangat berhubungan dengan pencemaran udara serta penggunaan lahan tanah atau daratan. Walaupun air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, tetapi air akan dapat dengan mudah terkontaminasi oleh aktivitas manusia untuk tujuan yang bermacam-macam sehingga dengan mudah dapat tercemar (Darmono, 1995). Air yang tersebar di alam semesta ini tidak pernah terdapat dalam bentuk murni, namun bukan berarti bahwa semua air sudah tercemar. Misalnya, walaupun di daerah pegunungan atau hutan yang terpencil dengan udara yang bersih dan bebas dari pencemaran, air hujan yang turun di atasnya selalu mengandung bahanbahan terlarut, seperti karbon dioksida (CO2), oksigen (O2), dan nitrogen (N2), serta bahan-bahan tersuspensi misalnya debu dan partikelpartikel lainnya yang terbawa air hujan dari atmosfir. Adanya benda-benda asing yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat digunakan sesuai dengan peruntukannya secara normal disebut dengan pencemaran air. Karena kebutuhan makhluk hidup akan air sangat bervariasi, maka batas pencemaran untuk berbagai jenis air juga berbeda-beda. Sebagai



3



contoh, air kali di pegunungan yang belum tercemar tidak dapat digunakan langsung sebagai air minum karena belum memenuhi persyaratan untuk dikategorikan sebagai air minum (Kristanto, 2002). 2.3 Jenis Pencemaran Air Menurut Darmano (1995), pencemaran air terdiri dari bermacam-macam jenis, antara lain: 1. Pencemaran Mikroorganisme dalam Air Berbagai kuman penyebab penyakit pada makhluk hidup seperti bakteri, virus, protozoa, dan parasit sering mencemari air. Kuman yang masuk ke dalam air tersebut berasal dari buangan limbah rumah tangga maupun buangan dari industri peternakan, rumah sakit, tanah pertanian dan lain sebagainya. Pencemaran dari kuman penyakit ini merupakan penyebab utama terjadinya penyakit pada orang yang terinfeksi. Penyakit yang disebabkan oleh pencemaran air ini disebut water-borne disease dan sering ditemukan pada penyakit tifus, kolera, dan disentri. 2. Pencemaran Air oleh Bahan Anorganik Nutrisi Tanaman Penggunaan pupuk nitrogen dan fosfat dalam bidang pertanian telah dilakukan sejak lama secara meluas. Pupuk kimia ini dapat menghasilkan produksi tanaman yang tinggi sehingga menguntungkan petani. Tetapi dilain pihak, nitrat dan fosfat dapat mencemari sungai, danau, dan lautan. Sebetulnya sumber pencemaran nitrat ini tidak hanya berasal dari pupuk pertanian saja, karena di atmosfer bumi mengandung 78% gas nitrogen . Pada waktu hujan dan terjadi kilat dan petir, di udara akan terbentuk amoniak dan nitrogen terbawa air hujan menuju permukaan tanah. Nitrogen akan bersenyawa dengan komponen yang kompleks lainnya. 3. Pencemaran Bahan Kimia Anorganik Bahan kimia anorganik seperti asam, garam dan bahan toksik logam lainnya seperti timbal (Pb), kadmium (Cd), merkuri (Hg) dalam kadar yang tinggi dapat menyebabkan air tidak enak diminum. Disamping dapat menyebabkan matinya kehidupan air seperti ikan dan organisme lainnya, pencemaran bahan



4



tersebut juga dapat menurunkan produksi tanaman pangan dan merusak peralatan yang dilalui air tersebut (karena korosif). 4. Pencemaran Bahan Kimia Organik Bahan kimia organik seperti minyak, plastik, pestisida, larutan pembersih, detergen dan masih banyak lagi bahan organik terlarut yang digunakan oleh manusia dapat menyebabkan kematian pada ikan maupun organisme air lainnya. Lebih dari 700 bahan kimia organik sintetis ditemukan dalam jumlah relatif sedikit pada permukaan air tanah untuk diminum di Amerika, dan dapat menyebabkan gangguan pada ginjal, gangguan kelahiran, dan beberapa bentuk kanker pada hewan percobaan di laboratorium. Tetapi sampai sekarang belum diketahui apa akibatnya pada orang yang mengkonsumsi air tersebut sehingga dapat menyebabkan keracunan kronis. 2.4 Komponen Pencemaran Air Pengertian Komponen pencemaran air akan menentukan terjadinya indikator pencemaran air. Pembuangan limbah industri, limbah rumah tangga, dan kegiatan masyarakat lainnya yang tidak mengindahkan kelestarian dan daya dukung lingkungan akan sangat berpotensi terjadinya pencemaran air. Menurut Sunu (2001), adapun komponen pencemaran air dikelompokkan sebagai berikut: 1. Limbah Zat Kimia Apabila limbah zat kimia yang belum terolah dibuang langsung ke air lingkungan seperti sungai, danau, laut akan membahayakan bagi kehidupan organisme di dalam air. Limbah zat kimia sebagai bahan pencemar air dikelompokkan sebagi berikut: a) Insektisida Insektisida sebagai bahan pemberantas hama masih banyak digunakan masyarakat khususnya di sektor pertanian. Apabila pemakaian insektisida berlebihan, maka akan mempunyai dampak lingkungan. b) Limbah Padat Lingkup limbah padat yang dimaksudkan ini merupakan limbah hasil proses IPAL berupa endapan (slude) yang biasanya hasil dari proses filter



5



press. Slude dapat dikategorikan tidak berbahaya dan dapat juga dikategorikan sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Limbah padat yang terbentuk lebih halus, bila dibuang ke air lingkungan tidak dapat larut dalam air dan tidak dapat mengendap, melainkan membentuk koloid yang melayang-layang di dalam air. Koloid tersebut akan menjadikan air menjadi keruh sehingga akan menghalangi penetrasi sinar matahari ke dalam air dan mengakibatkan terganggunya proses fotosintesis tanaman di dalam air. Kandungan oksigen terlarut di dalam air juga menurun sehingga akan mempengaruhi kehidupan di dalam air. c) Limbah Bahan Makanan Limbah bahan makanan pada dasarnya bersifat organik yang sering menimbulkan bau busuk yang menyengat hidung dan dapat didegradasi oleh mikroorganisme. Apabila limbah bahan makanan mengandung protein, maka pada saat didegradasi oleh mikroorganisme akan terurai menjadi senyawa yang mudah menguap dan menimbulkan bau busuk. d) Limbah Organik Limbah organik biasanya dapat membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme. Oleh karena itu, bila limbah industri terbuang langsung ke air lingkungan akan menambah populasi mikroorganisme di dalam air. Bila air lingkungan sudah tercemar limbah organik berarti sudah terdapat cukup banyak mikroorganisme di dalam air, maka tidak tertutup kemungkinan berkembangnya bakteri patogen. e) Limbah Anorganik Limbah anorganik biasanya tidak dapat membusuk dan sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Limbah anorganik pada umumnya berasal dari industri yang menggunakan unsur-unsur logam seperti Arsen (As), Kadmium (Cd), Timbal (Pb), Krom (Cr), Kalsium (Ca), Nikel (Ni), Magnesium (Mg), Air Raksa (Hg), dan lain-lain. Industri yang mengeluarkan limbah anorganik seperti industri electroplating, industri kimia, dan lain-lain. Bila limbah anorganik langsung dibuang di air lingkungan, maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam di dalam air.



6



Ion logam yang berasal dari logam berat, bila terbuang ke air lingkungan sangat berbahaya bagi kehidupan khususnya manusia 2.5 Sumber Pencemaran Air Bersih dan Air Minum Pencemaran air dapat ditandai oleh turunnya mutu, baik air daratan (sungai, danau, rawa, dan air tanah) maupun air laut sebagai suatu akibat dari berbagai aktivitas manusia modern saat ini sangat beragam sesuai karakteristiknya. Menurut Sunu (2001), adapun sumber pencemaran air yaitu: 1. Pencemaran Air oleh Pertanian Air limbah pertanian sebenarnya tidak menimbulkan dampak negatif pada lingkungan, namun dengan digunakannya fertilizer sebagai pestisida yang kadang-kadang dilakukan secara berlebihan, sering menimbulkan dampak negatif pada keseimbangan ekosistem air. Sektor pertanian juga dapat berakibat terjadinya pencemaran air, terutama akibat dari penggunaan pupuk dan bahan kimia pertanian tertentu seperti insektisida dan herbisida. 2. Pencemaran Air oleh Peternakan dan Perikanan Penanganan yang tidak tepat terhadap kotoran dan sisa makanan ternak dapat berpotensi sebagai sumber pencemaran. Karakteristik terhadap pencemaran air yang diakibatkan oleh kegiatan peternakan antara lain: - Komposisi dan jumlah kotoran ternak bervariasi tergantung pada tipe, jumlah dan metode pemberian makan dan penyiramannya. - Tingkat pencemaran sangat bervariasi tergantung pada lokasi lahan yang digunakan untuk peternakan, sistem dan skala operasi serta tingkat teknik pengembangbiakan 3. Pencemaran Air oleh Industri Air limbah industri cenderung mengandung zat berbahaya, oleh karena itu harus dicegah agar tidak dibuang ke saluran umum. Karakteristik pencemaran air dari industri manufaktur antara lain: - Limbah cair - Industri makanan - Industri tekstil



7



- Industri pulp dan kertas - Industri kimia - Industri kulit - Industri electroplating 4. Pencemaran Air oleh Aktivitas Perkotaan Aktivitas manusia di perkotaan memberikan andil dalam menimbulkan pencemaran lingkungan yang tinggi. Ledakan jumlah penduduk yang tidak terkendali mengakibatkan laju pencemaran lingkungan melampaui laju kemampuan alam. Penyebab pencemaran air karena limbah perkotaan seperti air limbah, kotoran manusia, limbah rumah tangga, limbah gas, dan limbah panas. 2.6.Parameter Pengukuran Kualitas Air Sungai 1. Parameter Kimia a) Derajat Keasaman (pH) Derajat keasaman adalah ukuran untuk menentukan sifat asam dan basa. Perubahan pH di suatu air sangat berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, maupun biologi dari organisme yang hidup di dalamnya. Derajat keasaman diduga sangat berpengaruh terhadap daya



racun bahan



pencemaran dan kelarutan beberapa gas,serta menentukan bentuk zat di dalam air. Nilai pH air digunakan untuk mengekpresikan



kondisi



keasaman (kosentrasi ion hidrogen) air limbah. Skala pH berkisar antara 1-14.



Kisaran



nilai



pH



1-7



termasukkondisiasam,pH



7-14



termasukkondisibasa,dan pH 7 adalahkondisi netral. b) BiologycalOxigenDemand(BOD) KebutuhanoksigenBiokimiaatau



BODadalahbanyaknyaoksigenyang



dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menguraikan bahan organiknya yang



mudahterurai.Bahanorganikyangtidakmudahteruraiumumnya



berasaldari limbah pertanian, pertambangan dan industri. Parameter BOD ini



merupakan



salahsatuparameteryangdi



lakukandalampemantauanparameterair,khusunya



8



pencemaranbahanorganikyang tidakmudahterurai.BODmenunjukkanjumlah oksigen yang dikosumsi oleh respirasi



mikro



aerob



yang



terdapat



dalam



botolBODyangdiinkubasipadasuhusekitar20oCselama.limahari,dalamkead aantanpacahaya(Boyd,1998). c) ChemicalOxigenDemand(COD) Kebutuhan oksigen kimiawi atau COD menggambarkan oksigenyang kimiawi,baik



jumlah total



dibutuhkanuntukmengoksidasibahanorganiksecara yang



dapatdidegradasisecarabiologismaupunyang



sukardidegradasisecara biologismenjadiCO2danH2O(Boyd1998).Keberadaanbahanorganikdapatb erasaldarialamataupundariaktivitasrumah tangga dan industri. Perairan yang memiliki nilai



COD tinggi tidak diinginkan bagikepentingan



perikanan



danpetanian.



NilaiCODpadaperairan



yangtidaktercemarbiasanyakurangdari29mg/liter.Sedangkanpadaperairan yangtercemardapatlebihdari200mg/literpadalimbahindustridapatmencapai 60.000mg/liter(UNISCO/WHO/UNEP.1992). d) LemakdanMinyak Merupakanzat



pencemaryangseringdimasukkankedalamkelompok



padatan,yaitupadatanyangmengapungdi ataspermukaanair.MenurutSugiharto (1987),bahwalemaktergolongbendaorganikyang relatiftidakmudahteruraikan



olehbakteri.Terbentuknyaemulsiair



dalamminyakakanmembuatlapisanyang



menutuppermukaanair



dandapatmerugikan,karenapenetrasisinarmataharike berkurangsertalapisanminyakmenghambatpegambilanoksigendari



dalamair udara



sehingga oksigen terlarut menurun. Untuk air sungai kadar maksimum lemakdanminyak1mg/l. e) NitrogenAmoniak(NH3-N) Merupakansalahsatuparameterdalammenentukankualitasair,



baikair



minummaupunairsungai.Amoniakberupagasyangberbautidakenaksehingga 9



kadarnyaharusrendah,padaairminumkadarnyaharusnolsedangkanairsurgai kadarnya0.5mg/l. 2. ParameterFisika a) Suhu Menurut Effendi (2003), suhu dari suatu badan air



dipengaruhi oleh



musim, lintang (latitute),ketinggian dari permukaan laut,



waktu dalam



hari, sirkulasi udara,.penutupan awan, danaliran sertakedalaman badan airadalah



salahsatufaktor



yangsangatpentingbagi



kehidupanorganisme,karenasuhu



mempengaruhibaik



aktivitasmetabolismemaupunpengembangbiakandari



organisme-



organismetersebut(HutabaratdanEvans,1986). b) TotalSuspendedSolid(TSS) TotalSuspendedSolidatau



padatantersuspensiadalahpadatanyang



menyebabkankekeruhanair,



tidakterlarut,dan



tidakdapatmengendap.Padatan



tersuspensiterdiridanpartikel-



partikelyangukuranmaupunberatnyalebihkecil daripadasedimen,sepertibahan-bahanOrganiktertentu,tanahliat danlainnya. Partikel menurunkan intensitas umumnya



cahaya yang tersuspensi dalam air



terdiridarifitoplankton,



zooplatkton,



hewan,sisatanaman



kotoran danhewan,



kotoranmanusiadanlimbahindustri(Sunu,2001). c) TotalDissolvedSolid(TDS) TotalDissolvedSolidataupadatanterlarutadalahpadatan-padatan mempunyai ukuran lebih terlarut



pada



kecil



yang



daripadatan tersuspensi. Bahan-bahan



perairanalamitidak



bersifattoksik,akan



tetapijika



berlebihandapat meningkatkan nilai kekeruhan yang selanjutnya akan menghambat penetrasicahaya matahari ke kolom air dan akhirnya berpengaruh terhadap proses fotosintesisdiperairan. 3. Parameter Biologi 1. Plankton



10



Kelimpahan plankton yang terdiri dari phytoplankton dan zooplankton sangat diperlukan untuk mengetahui kesuburan suatu perairan yang akan dipergunakan untuk kegiatan budidaya. Plankton sebagai organisme perairan tingkat rendah yang melayang-layang di air dalam waktu yang relatif lama mengikuti pergerakan air. Plankton pada umumnya sangat peka terhadap perubahan lingkungan hidupnya (suhu, pH, salinitas, gerakan air, cahaya matahari dll) baik untuk mempercepat perkembangan atau yang mematikan. Berdasarkan ukurannya, plankton dapat dibedakan sebagai berikut: a) Macroplankton (masih dapat dilihat dengan mata telanjang atau tanpa pertolongan mikroskop. b) Netplankton



atau plankton



yang masih



dapat



disaring dengan



menggunakan plankton net berukuran 0,03 – 0,04 mm c) Nanoplankton atau plankton yang masih dapat lolos oleh plankton net < 0,04 mm. Berdasarkan tempat hidup dan penyebarannya : a) Limnoplankton (plankton air tawar/danau) b) Haliplankton (hidup dalam air asin) c) Hypalmyroplankton (khusus hidup dalam air payau) d) Heleoplankton (khusus hidup dalam kolam-kolam) e) Petamoplankton atau rheoplankton (hidup dalam air mengalir, sungai) 2.7 Penanganan Limbah Cair Tahap awal penanganan limbah cair adalah proses penyaluran dan pengumpulan. Proses ini meliputi sistem perpipaan dalam rumah dan perkantoran, sistem penyambungan pipa kesaluran pengumpul, sistem penyaluran limbah cair dan kelengkapannya, seperti lubang pemeriksa serta pemompaan. Tahap berikutnya adalah pengolahan yang dimulai dari tahap pengolahan pendahuluan (pretreatment/prelaminary treatment), pengolahan tahap pertama (primary treatment), pengolahan tahap kedua (secondry treatment), pengolahan tahap ketiga (tertiary treatment), dan pengolahan lumpur (sludge disposal)..



11



Pada penanganan limbah cair jenis dan jumlah proses pengolahan limbah cair tergantung pada kualitas efluen limbah cair. Jadi, jenis teknologi yang digunakan bergantung pada analisis kualitas limbah cair serta penggunaan efluen. Efluen limbah cair dengan konsentrasi tinggi yang dibuang di sungai dapat dimanfaatkan sebagai baku air minum. Akan tetapi, memanfaatkan air tersebut menuntut proses pengolahan yang lengkap dibandingkan dengan limbah cair yang dibuang kedalam saluran irigasi untuk pertanian (Soeparman, 2001). 2.8 Beban Pencemaran dan Daya Tampung Sungai Beban pencemaran ini merupakan daya tampung beban pencemaran bagi air penerima yang telah ditetapkan peruntukanya. Sungai adalah salah satu sumber air permukaan yang rentan terhadap pencemaran, terutama pencemaran yang disebabkan oleh industri yang berada disepanjang sungai. Sehinggga sungai mempunyai daya tampung beban pencemaran oleh limbah industri. Daya tampung pencemaran adaah kemampuan air pada suatu sumber air, untuk menerima masukan beban pencemarn tanpa mengakibatkan air tersebut menjadi tercemar. Dengan masuknya limbah ke dalam air sungai akan menyebabkan kosentrasi oksigen berkurang. Penentuan daya tampung beban pencemaran dapat ditentukan dengan cara menggunakan metode Naraca Massa. Perhitungan Neraca Massa dapat digunakan untuk menentukan kosentrasi rata-rata aliran hilir (down stream) yang berasal dari sumber pencemar point sources dan non point sources, perhitungan ini dapat pula dipakai untuk menentukan persentase perubahan laju alir atau beban polutan. 2.9 Metode Indeks Pencemaran Peraturan Pemerintah No.82 Tahun 2001 dalam Pasal 14 butir 2 telah ditetapkan Pedoman Penentuan Status Mutu Air antara lain dengan menggunakan metode Storet dan Metode Indeks Pencemaran (Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003). 1. Metode Storet



12



Metodestoretmerupakan salahsatu metodeuntuk



menentukanstatusmutuair



yangumum digunakan. MenggunakanmetodeStoretini melampaui baku mutu air. Secara prinsip metode adalahmembandingkan datakualitasair dengan bakumutu airyang disesuaikan dengan peruntukannyagunamenentukan statusmutuair (Akhrunisa R, 2015).Klasifikasi pemberian skor dengan metode Storet dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2. Tabel 2.1 Penentuan Sistem Nilai untuk Menentukan Status Mutu Air Jumlah Contoh Lij rata-rata



Cim  Lij ratarata  Ci    Lij  baru Lij maksimum  Lij ratarata 6. Keraguan timbul jika dua nilai (Ci/Lij) berdekatan dengan nilai acuan 1,0, misal C1/L1j = 0,9 dan C2/L2j = 10,0. Contoh ini tingkat kerusakan badan air sulit ditentukan. Cara mengatasi kesulitan ini adalah penggunanan (Ci/Lij)hasi kalau nilai lebih dari 1,0 dan penggunaan nilai (Ci/Lij)baru jika nilai



pengukuran



nilai (Ci/Lij)hasilpengukuran lebih dari 1,0. 7. Tentukan nilai rata-rata dan maksimum dari keseluruhan Ci/Lij, (Ci/Lij)R, dan (Ci/Lij)m 8. Jadi rumus yang digunakan untuk mengetahui tingkat pencemaran pada sungai digunakan rumus dibawah ini: (



Ci 2 Ci ) × M + ( )2 ×R Lij



Pij= √ Lij



2



.............................................................................. (2.1)



Dimana:



14



Lij



: Konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam baku mutu peruntukan air (J)



Ci



: Konsentrasi parameter kualitas air dilapangan



Pij



: Indeks pencemaran bagi peruntukan (J)



(Ci/Lij)M : Nilai Ci/Lij maksimum (Ci/Lij)R : Nilai Ci/Lij rata-rata Adapun evaluasi terhadap nilai PI (Pollution Index) dapat dilihat pada Tabel 2.3 Tabel 2.3 Evaluasi terhadap Nilai PI Indeks Kualitas Air 0,0 ≤ Pij ≤ 1,0 1,0 ≤ Pij ≤ 5,0 5,0 < Pij ≤ 10 Pij > 10



Status Mutu Air Memenuhi mutu baku Tercemar Ringan Tercemar Sedang Tercemar Berat



Sumber : Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.115 Tahun 2003



15



BAB III METODOLOGI PENELITIAN



3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada 3 lokasi di Sungai Rupat, yaitu bagian hulu dapat dilihat pada (Gambar 3.1), bagian tengah dapat dilihat pada (Gambar 3.2), dan bagian hilir dapat dilihat pada gambar (3.3). Masingmasing lokasi pengambilan sample diambil 3 sample untuk diuji di laboratorium.



Gambar 3.1 Bagian Hulu



16



Gambar 3.2 Bagian Tengah



Gambar 3.3 Bagian Hilir 3.2 Metode Penelitian Metode yang dipakai dalam penelitian ini antara lain: 1. Metode Wawancara Menurut Salman (1993) metode wawancara yaitu metode yang menjadikan pertanyaan atau angket pertanyaan menjadi sebuah refrensi nyata dilapangan. Pada saat penelitian, peneliti menyebar kusioner yang menjadi landasan



17



dalam setiap pertanyaan yang berkaitan dengan pencemaran yang terjadi pada Sungai Rupat. 2. Metode Eksperimen Menurut Salman (1993) metode eksperimen yaitu metode yang menjadikan sebuah bahan, sampel, atau lainnya yang bersifat mentah sehingga menjadi hasil tertentu yang dikaitkan dan dibutuhkan akan tujuan eksperimen. 3.3 Pengumpulan Data Studi pustaka dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data dari instansi terkait, buku-buku, kumpulan jurnal-jurnal dan penelitian-penelitian atau literaturliteratur lainnya yang berhubungan dengan judul yang dibahas guna diperlukan sebagai referensi. Data-data yang dikumpulkan adalah sebagai berikut: 1. Data Primer Data primer yaitu data yang diperoleh dari obeservasi atau pengamatan langsung di lapangan. Tujuan dari pengamatan langsung di lapangan agar peneliti memperoleh fakta dari wilayah tempat dilakukan penelitian, serta untuk melengkapi data yang tidak didapat dari dokumen dan studi literatur. Pengumpulan data primer pada penelitian ini menggunakan metode wawancara/ kuesioner dan eksperimen. Eksperimen yang dilakukan berupa pengambilan sampel air Sungai Rupat yang kemudian diteliti kandungankandungan yang terkandung dalam air melalui Laboratorium Dinas Kesehatan. 2. Data Sekunder Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari refrensi-refrensi, literaturliteratur atau instansi – instansi yang berhubungan dengan penelitian ini. Data sekunder berupa data kondisi Sub DAS Bengkulu Hilir Sungai Air Bengkulu (Sungai Rupat), Peta DAS Air Bengkulu, Peta Sub DAS Bengkulu Hilir, Data tata guna lahan dan karakteristik Sub DAS Air Bengkulu, peta topografi Sub DAS Air Bengkulu Hilir.



18



3.3 Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : seperangkat komputer (PC), printer, kamera digital untuk keperluan dokumentasi, seperangkat alat tulis, alat pengambil sampel air, wadah penyimpanan sampel air, dan laboratorium pengujian indeks pencemaran air sungai. Bahan dalam penelitian ini adalah berupa kuesioner untuk masyarakat didaerah aliran Sungai Rupat dan sampel air pada titik-titik tertentu berdasarkan hasil kuesioner yang dilakukan terlebih dahulu dikalangan masyarakat. 3.4 Tahapan Pelaksanaan Penelitian Tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Pengumpulan jurnal-jurnal dan refrensi-refrensi terkait penelitian 2. Persiapan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam penelitian. 3. Kuesioner penelitian. 4. Penentuan titik pengambilan lokasi sampel air pada Sungai Rupat berdasarkan hasil kuesioner penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. 5. Pengambilan sampel air 6. Analisis sampel air di lab. 7. Menentukan tingkat pencemaran air Sungai Rupat berdasarkan hasil dari uji sampel di laboratorium. 3.5 Metode Pengambilan Sampel Kuisioner Populasi dalam penelitian ini adalah penduduk yang tinggal di sepanjang 100 meter ke kiri dan kanan lokasi pengambilan sample air pada Sungai Rupat. Berdasarkan hasil survei pendahuluan pada tanggal 25-27 Maret 2016, terdapat 20 rumah dibagian hilir dan 15 rumah dibagian tengah dan 30 rumah dibagian hulu. Sampel populasi penduduk diambil dengan menggunakan metode Solvin, agar sampel mendekati populasi yang ada (Rossaty, 2010) yaitu: n=



N ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ (3.1) 1 + NE²



19



Keterangan: n = Jumlah sampel N = Jumlah Populasi E = Presisi 5 % dengan tingkat kepercayaan 95% 3.6 Diagram Alur Penelitian Diagram alur penelitian adalah sebagai acuan langkah-langkah dalam melakukan penelitian dengan baik dan sebagai pedoman dalam mencapai tujuan yang telah di buat pada Bab 1. Diagram alur penelitian dapat dilihat pada (Gambar 3.4).



20



Mulai



Studi Pustaka



Survei Pendahuluan



Pengambilan Data



Data Primer:



Data Sekunder:



1. Kuisioner 2. Sampel Air di Hulu, Tengah dan Hilir sungai Rupat 3. Uji kualitas air sungai Rupat



1. Jurnal, majalah dan website yang berkaitan dengan penelitian 2. Data dari BWSS VII



Rekapitulasi dan Pengolahan Data Analisis dan Pembahasan



Kesimpulan



Selesai Selesai Gambar 3.4 Diagram Alir Penelitian



21



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Sungai Rupat Sungai Rupat merupakan salah satu anak dari aliran Sub DAS Air Bengkulu. Secara kondisi topografi Sungai Rupat berupa dataran rendah bervariasi. Air sungai Rupat sebagian berasal sumber mata air tanah yang berhulu di Kecamatan Selebar Kota Bengkulu. Terdapat 3 kecamatan yang penduduknya bertempat tinggal di bantaran atau tepi sungai Rupat. Berdasarkan kelasnya, sungai Rupat termasuk dalam kelas III yaitu penggunaannya hanya untuk pengairan irigasi serta peternakan. Namun dari hasil survey lapangan masih terdapat beberapa warga yang menggunakan air sungai Rupat untuk kebutuhan sehari-hari. 4.2. Kondisi Kualitas Air Sungai Rupat 4.2.1 Parameter Fisika Hasil analisa kualitas dari parameter fisik air pada sungai Rupat yang dibandingkan dengan kriteria mutu air sebagaimana termuat dalam lampiran PP nomor 82 Tahun 2001, tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Konsentrasi rata-rata dan kisaran TSS air sungai Rupat Parameter



Satuan



Residu Tersuspensi (TSS)



mg/L



Lokasi Penelitian Hulu Tengah Hilir 5.4 6.0 7.0



Residu Terlarut (TDS)



mg/L



17.46



48.22



118.76



1000



Suhu



°C



26.0



26.0



26.0



25-32



Bau



-



Tidak



Tidak



Tidak



Tidak berbau



Rasa



-



Tidak



Tidak



Tidak



Tidak berasa



Warna



-



2



2



2



-



Kadar maksimum yang diperbolehkan 400



22



Residu tersuspensi (TSS) merupakan salah satu parameter perairan untuk indikator tingkat sedimentasi. Hasil uji pengukuran TSS di hilir lebih tinggi dibandingkan dengan di bagian tengah dan hulu sungai namun masih tetap dalam batas yang disyaratkan. Rata-rata berat zat padat yang terkandung dalam air sungai hanya sebesar 6,13 mg/L. Hal ini sangat jauh dari batas maksimum yang disyaratkan sebesar 400 mg/L. Indikasi sedimentasi yang akan terjadi pada aliran sungai Rupat sangat kecil. Residu terlarut (TDS) merupakan jumlah material terlarut dalam air. Material ini dapat mencakup karbonat, bikarbonat, klorida, sulfat, fosfat, nitrat, kalsium, magnesium serta ion-ion lainnya. Perubahan dalam konsentrasi TDS dapat berbahaya karena densitas (masa jenis) air menentukan aliran masuk dan keluar dari sel-sel organik.



23



DAFTAR PUSTAKA



Sabdono, A. 2003. Kandungan Koprostanol dan Bakteri Coliform pada Lingkungan Perairan Sungai, Muara dan Pantai di Banjir Kanal Timur, Semarang pada Monsun Timur. Jurnal Eko Harsono. 2010. Evaluasi Kemampuan Pulih Diri Oksigen Terlarut Air SungaiCitarum Hulu. Jurnal Limnotek. Vol 17 Pemanfaatan Lumpur Aktif dan EM4 sebagaiAktivator Noviriana Hendrasarie, Cahyarani. 2010. Kemampuan Self Purification Kali Surabaya, ditinjau dari Parameter Organik, berdasarkan Model Matematis Kualitas Air, Jurnal IlmiahTeknik Lingkungan, Vo.2. No. 1. Priyambada, I, B, Oktiawan, W, Suprapto,R,P,E, 2008, AnalisaPengaruh Perbedaan Fungsi TataGuna Lahan terhadap BebanCemaran BOD Sungai (Studi KasusSungai Serayu Jawa Tengah), JurnalPresipitasi Suriawiria, Unus. 2003. Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. PenerbitAlumni. Bandung Tafangenyasha, C. and T. Dzinomwa. 2005.Land-use Impacts on River WaterQuality in Lowveld Sand RiverSystems in South-East Zimbabwe.Land Use and Water Resources. Tchobanoglous, George, 1979. Wasterwater Engineering, Treatment, Disposal, Reuse. New York, USA: McGraw Hill Wiwoho, 2005, Model Identifikasi DayaTampung Beban Cemaran SungaiDengan QUAL2E. Tesis. UniversitasDiponegoro. SemarangPeraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001tentang



Pengelolaan



Kualitas



Air



danPengendalian



Pencemaran Air.



24