Proposal Fix November [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL PENELITIAN PENGARUH BOKASHI KOTORAN KAMBING DAN KALSIUM NITRAT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KUBIS BUNGA PADA TANAH GAMBUT OLEH: DIYAH ARDIYANTI NIM. C1011171020



PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2022



PENGARUH BOKASHI KOTORAN KAMBING DAN KALSIUM NITRAT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KUBIS BUNGA PADA TANAH GAMBUT



DIYAH ARDIYANTI NIM C1011171020



Jurusan Budidaya Pertanian



Tim Pembimbing :



Pembimbing Pertama



Pembimbing Kedua



Dr. Ir. Basuni, M.Si NIP.1965020219991021001



Ir. Setia Budi, MMA NIP.195811100198603100



Disahkan Oleh: Ketua Jurusan Budidaya Pertanian



Dr. Ir. Fadjar Rianto, MS NIP 196101261985031002



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Allah SWT atas karunia rahmat dan hidayah-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal penelitian yang berjudul “Pengaruh Bokashi Kotoran Kambing dan Kalsium Nitrat Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kubis Bunga pada Tanah Gambut”. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Dr. Ir. Basuni, M.Si selaku Dosen Pembimbing Pertama, Ir. Setia Budi, MMA selaku Dosen Pembimbing Kedua, Ir. Hj. Rahmidiyani, MS selaku Dosen Penguji Pertama dan Ir. Dini Anggorowati, M.Sc selaku Dosen Penguji Kedua. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak yang terhormat: 1. Kedua orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan moril maupun materil. 2. Prof. Dr. Ir. Hj. Denah Suswati, MP selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak. 3. Dr. Ir. Fadjar Rianto, MS selaku Ketua Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak. 4. Maulidi, SP, M.Sc selaku Pembimbing Akademik serta Ketua Program Studi Agroteknologi. 5. Comdev & Outreaching Universitas Tanjungpura yang telah memberikan bantuan beasiswa Bidikmisi selama kuliah. 6. Serta kelurga, sahabat, dan teman-teman yang selalu membantu, mendukung, dan memberikan saran kepada penulis. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan keterbatasan pengetahuan, pengalaman dalm penulisan proposal ini. Penulis mengharapkan kritik maupun saran yang membangun untuk penyempurnaan dalam proposal ini. Atas perhatian dan partisipasinya, penulis mengucapkan terima kasih. Pontianak, November 2022



DIYAH ARDIYANTI NIM C1011171020



i



DAFTAR ISI



Halaman KATA PENGANTAR.................................................................................... i DAFTAR ISI ..................................................................................................



ii



DAFTAR TABEL ..........................................................................................



iii



DAFTAR GAMBAR .....................................................................................



iv



DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................



v



I. PENDAHULUAN ......................................................................................



1



A. Latar Belakang ...................................................................................... B. Masalah Penelitian................................................................................. C. Tujuan Penelitian ...................................................................................



1 2 4



II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................



4



A. Landasan Teori ...................................................................................... B. Kerangka Konsep .................................................................................. C. Hipotesis ................................................................................................



4 10 11



III. METODE PENELITIAN .........................................................................



12



A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... B. Bahan dan Alat Peneltian ...................................................................... C. Alat Peneltian ........................................................................................ D. Rancangan peneltian.............................................................................. E. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................... F. Variabel pengamatan..............................................................................



12 12 12 12 13 16



DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................



20



ii



DAFTAR TABEL



Halaman Tabel 1. Kandungan Unsur Hara Pupuk Kandang .........................................



8



Tabel 2. Analisis Keragaman Faktorial Rancangan Acak Lengkap ...............



18



iii



DAFTAR GAMBAR



Halaman Gambar 1. Tanaman Kubis Bunga ................................................................. 4



iv



DAFTAR LAMPIRAN



Halaman Lampiran 1. Deskripsi Kubis Bunga ..............................................................



22



Lampiran 2. Denah Lokasi .............................................................................



23



Lampiran 3. Jarak Tanam Dalam Plot Penelitian ..........................................



24



Lampiran 4. Analisis Sifat Fisika Tanah ........................................................



25



Lampiran 5. Hasil Analisis Tanah Gambut ....................................................



26



Lampiran 6. Hasil Analisis Daya Netralisasi Kapur Dolomit ........................



27



Lampiran 7. Hasil Analisis Kebutuhan Kapur ...............................................



28



Lampiran 8. Perhitungan Kebutuhan Kapur Dolomit ....................................



29



Lampiran 9. Perhitungan Perlakuan Pupuk Bokashi Kotoran Kambing ........



30



Lampiran 10. Perhitungan Kebutuhan Pupuk kalsium nitrat .........................



31



Lampiran 11. Deskripsi Pupuk Kalsium Nitrat ..............................................



32



Lampiran 12. Perhitungan Kebutuhan Pupuk NPK .......................................



34



v



I. PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Kubis bunga atau sering juga disebut sebagai kembang kol (Brassica oleracea var. botrytis) memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi. Setiap 100 gram curd kubis bunga mengandung protein 2,4 g, lemak 0,2 g, karbohidrat 4,9 g, Ca 22 mg, P 72 g, Zn 1,1 g, Vitamin A 90,0 mg, Vitamin B1 0.1 mg, Vitamin C 69,0 mg dan air 91,7 g. Kubis bunga merupakan sayuran yang dikonsumsi pada bagian krop bunga (curd). Manfaat mengkonsumsi kubis bunga yaitu dapat menurunkan berat badan, menurunkan risiko kanker, meningkatkan kekuatan tulang, meningkatkan kesehatan pencernaan, dan masih banyak lainnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat (2019), produksi kubis bunga di Kalimantan Barat pada tahun 2019 mencapai 25 ton setara dengan 0.05% dari persentase data sayur yang ditanam di Kalimantan Barat dan tergolong masih sangat rendah dibandingkan sayur lainnya. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya peningkatan produksi tanaman kubis bunga yang merupakan salah satu jenis sayuran yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Produksi kubis bunga masih terbatas karena selama ini lebih banyak dibudidayakan petani di daerah dataran tinggi. Edi dan Bobihoe (2010) menjelaskan dataran tinggi dengan ketinggian antara 1000-3000 meter diatas permukaan laut (mdpl) adalah tempat yang cocok untuk ditanami kubis bunga. Namun beberapa varietas dapat ditanam pada dataran rendah salah satunya adalah varietas Larissa F1 yang dapat beradaptasi dengan baik pada daerah dataran rendah. Menurut Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat (2017), bahwa penyebaran tanah gambut di Kalbar sekitar 1.543.752 ha dari luas wilayah Kalbar. Secara alami status hara tanah gambut tergolong rendah, baik hara makro maupun mikro. Kandungan unsur hara gambut sangat ditentukan oleh lingkungan pembentukannya tergantung pada beberapa faktor yaitu kandungan mineral yang berada dibawah lapisan tanah gambut, ketebalan lapisan tanah gambut dan tingkat dekomposisi, serta jenis tanaman penyusun tanah gambut. Upaya untuk memperbaiki kandungan hara pada tanah gambut yaitu dengan pemberian pupuk anorganik dan organik. Pupuk anorganik yang digunakan yaitu



1



2



Kalsium Nitrat, pupuk ini mengandung unsur hara Nitrogen dalam bentuk NO3 (nitrat) yang langsung tersedia bagi tanaman serta Ca larut air yang dapat mengatasi gejala kekurangan kalsium. Kalsium bersama unsur karbon dalam tubuh tanaman membentuk ikatan yang berupa dinding-dinding sel yang membungkus protoplasma. Peran kalsium sebagai unsur pembangun inilah yang membuat batang tanaman bisa berdiri tegak, daun-daunnya tidak lembek, dan bunga atau buah dapat menempel pada tangkainya. Kalsium bersifat immobile atau tidak dapat bergerak, namun ketika bersenyawa dengan nitrat maka kalsium ini akan menjadi reaktif dan bergerak mengangkut anion-anion tersebut ke bagian-bagian yang membutuhkan termasuk ujung akar, tunas, cabang, bunga dan buah. Pupuk anorganik termasuk pupuk kimia, jika digunakan terus menerus akan mencemari lingkungan serta meningkatkan keasaman tanah, maka penggunaan pupuk anorganik harus dikurangi. Pupuk organik yang digunakan yaitu pupuk bokashi kotoran kambing. Bokashi kotoran kambing mampu menyediakan unsur hara yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk partumbuhan. Salah satu manfaat penggunaan pupuk organik adalah untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik, penggunaan pupuk anorganik secara terus



menerus



dapat



merusak



kesuburan



tanah



sehingga



mengakibatkan



mikroorganisme penyubur tanah mati bahkan tidak tersedia. Penambahan bahan organik dapat membantu menyediakan sumber makanan bagi mikroorganisme sehingga aktif dan berkembangbiak karena itu dapat membantu penguraian tanah gambut. Secara tidak langsung bahan organik dapat menambah miroorganisme karena menjadi sumber makanannya. Salah satu manfaat penggunaan pupuk organik ialah untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik, penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus dapat merusak kesuburan tanah, kondisi ini membuat mikroorganisme penyubur tanah tidak tersedia, sehingga perlu penambahan bahan organik yang dapat membantu memperbaiki kesuburan tanah serta menambah unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman.



B. Masalah Penelitian Produksi kubis bunga yang masih rendah karena minimnya budidaya yang dilakukan petani. Alternatif untuk meningkatkan produksi kubis bunga yaitu dengan memanfaatkan tanah gambut sebagai media tanam, namun tanah gambut memiliki



3



beberapa kendala yaitu tingkat kemasaman yang cukup tinggi (hal ini disebabkan asam organik atau gabungan antara asam organik dan asam oksida pirit di bawah permukaan gambut), tingkat kesuburan alami yang rendah, kandungan bahan organik yang sangat tinggi, kandungan hara makro rendah terutama unsur N, P, dan K. Salah satu usaha untuk meningkatkan kandungan hara pada tanah gambut yaitu dengan pemberian pupuk anorganik dan pupuk organik. Pupuk anorganik yang digunakan dalam penelitian ini adalah kalsium nitrat, kandungan nitrogen dalam bentuk nitrat memberikan reaksi super cepat pada tanaman karena langsung tersedia bagi tanaman. Kandungan kalsium dapat mengatasi gejala kekurangan unsur hara Ca dan dapat mengatasi bunga gugur dan busuk pada tangkai bunga. Sedangkan pupuk organik yang digunakan adalah pupuk bokashi kotoran kambing. Pupuk bokashi kotoran kambing mengandung unsur hara yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kubis bunga karena terdapat unsur hara makro maupun mikro. Pupuk organik selain dapat menambah unsur hara di dalam tanah juga dapat menaikkan pH tanah, memperbaiki sifat biologi tanah dengan meningkatkan kandungan mikroorganisme yang dapat mempercepat proses dekomposisi tanah gambut. Untuk tanaman kubis bunga pH tanah yang optimal berkisar antara 5,5 – 7,0 sedangkan tanah gambut memiliki sifat masam dengan kisaran pH 2,5- 4, hal ini menjadi masalah penting yang harus diatasi maka perlu penambahan kapur dolomit pada saat pengolahan tanah untuk meningkatkan pH sesuai dosis. Selain itu pemberian dosis bokashi kotoran kambing dan pupuk kalsium nitrat perlu dicari yang optimal. Dosis perlu diteliti karena tumbuhan memiliki kebutuhan unsur hara dalam jumlah tertentu agar menunjang pertumbuhan dan perkembangan serta hasil yang optimal, tidak semua dosis bersifat positif bagi tumbuhan, kelebihan pupuk dapat bersifat toksik bagi tanaman, sedangkan kekurangan pupuk atau unsur hara dapat menyebabkan defisiensi atau kekurangan unsur hara bagi tanaman. Dari uraian tersebut, maka rumusan masalah pada penelitian ini apakah terjadi interaksi antara dosis bokashi kotoran kambing dan dosis kalsium nitrat terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kubis bunga di tanah gambut.



4



C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan dosis interaksi bokashi kotoran kambing dan pupuk kalsium nitrat yang terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kubis bunga pada tanah gambut



II. TINJAUAN PUSTAKA



A. Landasan Teori 1. Klasifikasi Kubis Bunga Secara 2015). Kingdom Subkingdom Divisio Subdivisi



lengkap klasifikasi tanaman kubis bunga sebagai berikut: (Pratama,



Kelas



: Dicotyledonae



Subkelas



: Dilleniidae



Ordo



: Capparales



Famili



: Cruciferae (Brassicaceae)



Genus



: Brassica



Spesies



: Brassica oleracea var. Botrytis



: Plantae : Tracheobionta : Spermatophyta : Angiospermae



Gambar 1. Tanaman Kubis Bunga Kubis bunga atau bunga kol merupakan salah satu anggota dari keluarga tanaman kubis-kubisan (Cruciferae). Bagian yang dikonsumsi dari sayuran ini adalah massa bunganya atau disebut dangan curd. Massa kubis bunga atau bunga kol umumnya berwarna putih bersih atau putih kekuning - kuningan. Seperti tanaman yang lainnya, tanaman kubis bunga mempunyai bagian - bagian tanaman seperti akar, batang, daun, bunga, buah dan biji. Tanaman kubis bunga memiliki akar tunggang dengan akar lateral tumbuh melekat pada akar tunggang. Akar tunggang tumbuh tegak menuju pusat bumi 4



5



sedangkan akar lateral tumbuh menyamping dan menyebar. Akar kubis bisa tumbuh dengan sangat baik pada tanah yang gembur (Depertemen Pertanian,2013). Batang tanaman yang satu ini tumbuh tegak dan pendek dengan panjang sekitar 30 cm hingga 60 cm. Batang kubis bunga berwarna hijau dengan diameter yang cukup tebal. Tekstur batang lunak dan berair namun cukup kuat untuk menopang daun kubis. Batang tanaman kubis tidak memiliki cabang seperti tanaman lain dan permukaannya tidak ditumbuhi rambut halus. Batang kubis beruas – ruas dan setiap ruas sebagai tempat melekatnya duan kubis (Budiman, 2012). Lembaran daun kubis berbentuk bulat telur dengan toreh di bagian tepi daunnya dengan ukuran lebar. Daun tanaman kubis bunga tumbuh dengan tulang daun bertipe menyirip. Kubis bunga memiliki tulang daun yang besar. Daun kubis bunga tumbuh berselang-seling dan tersusun rapat membentuk bulatan yang lumayan berat (Aksi Agraris Kanisius, 2010). Masing-masing daun yang sudah tua saling bertumpukan dan menindih daun yang lebih muda. Bersamaan dengan tumbuhnya daun, batang kubis perlahan juga akan membesar. Daun ini memiliki tangkai yang agak panjang dan juga pangkal daun yang tebal. Massa bunga (curd) terdiri dari bakal bunga yang belum mekar, tersusun atas lebih dari 5000 kuntum bunga dengan tangkai pendek, sehingga tampak membulat padat dan tebal berwarna putih bersih atau putih kekuning - kuningan. Diameter massa bunga bunga kol dapat mencapai lebih dari 20 cm dan memiliki berat antara 0,5 kg – 1,3 kg, tergantung varietas dan kecocokan tempat tanam (Pracaya, 2000). Buah dan Biji Tanaman bunga kol dapat menghasilkan buah yang mengandung banyak biji. Buah tersebut terbentuk dari hasil penyerbukan bunga yang terjadi karena penyerbukan sendiri ataupun penyerbukan silang dengan bantuan hama lebah madu. Buah berbentuk polong, berukuran kecil dan ramping, dengan panjang antara 3 cm – 5 cm. Di dalam buah tersebut terdapat biji berbentuk bulat kecil, berwarna coklat kehitam – hitaman. Biji – biji tersebut dapat dipergunakan sebagai benih perbanyakan tanaman (Cahyono, 2001). 1. Syarat Tumbuh Tanaman Kubis Bunga Kubis bunga pada umumnya ditanam di daerah dataran tinggi 1000-2000 mdpl dan bertipe iklim basah, sedangkan penyinaran yang dibutuhkan kubis bunga



6



berkisar 200-300 cal/cm2/detik. Waktu tanam yang baik pada awal musim hujan atau awal musim kemarau. Namun kubis bunga dapat ditanam sepanjang tahun dengan pemeliharaan lebih intensif (Syukur dan Rifianto, 2013). Kubis bunga merupakan tanaman sayuran yang berasal dari daerah sub tropis. Temperatur untuk pertumbuhan kubis bunga yaitu minimum 15 -18 derajat celcius dan maksimum 24 derajat celcius. Kelembaban optimum bagi tanaman kubis antara 80-90%, curah hujan yang ideal untuk pertumbuhan tanaman kubis bunga adalah 85 - 200 mm (Rukmana,2007). Tanaman kubis bunga cocok ditanam pada tanah lempung berpasir,tetapi toleran terhadap tanah ringan seperti andosol. Namun syarat yang paling penting keadaan tanahnya subur, gembur, kaya akan bahan organik, tidak mudah becek (menggenang), kisaran pH antara 6 -7 dan pengairannya cukup memadai (Agus dan Subiksa, 2008). 2. Tanah Gambut Tanah gambut di Kalimantan Barat termasuk gambut ombrogen jika dilihat dari proses pembentukannya. Tebal dari gambut ombrogen berkisar antara 0,5-16 m terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan dan hutan yang telah membusuk. Luas tanah gambut yang ada di Kalimantan Barat adalah 1.680.000 ha, yang berpotensi untuk dijadikan lahan pertanian ( Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat, 2018). Menurut Agus dan Subiksa (2008). Tingkat kematangannya gambut dibedakan menjadi : (a) Gambut fibrik (mentah) adalah gambut yang belum melapuk, bahan asalnya masih dikenali,berwarna coklat,berat jenis sangat rendah < 0,1 dan bila diremas >75% seratnya masih tersisa. (b) Gambut hemik ( setengah matang ) adalah gambut setengah lapuk,Sebagian bahan asalnya masih bisa dikenali,berwarna coklat,berat jenis 0,7-0,18 dan bila diremas bahan seratnya 15-75%.



7



(c) Gambut saprik (matang) adalah gambut yang sudah melapuk lanjut dan bahan asal tidak dikenali, berwarna coklat tua sampai hitam, dengan bobot isi 0,2 atau lebih, dan bila diremas kandungan seratnya < 15%. Sifat fisik tanah gambut merupakan faktor yang sangat menentukan tingkat produktifitas tanaman yang diusahakan pada lahan gambut, karena menentukan kondisi aerasi, drainase, daya menahan beban, serta tingkat atau potensi degradasi lahan gambut. Dalam pemanfaatan lahan gambut untuk pertanian, karakteristik atau sifat fisik gambut yang penting untuk di pelajari adalah kematangan gambut, kadar air, berat isi (bulk density), daya menahan beban (bearing capacity), penurunan permukaan tanah (subsidence), sifat kering tak balik (irreversible drying) (Agus dan Subiksa, 2008). Tanah gambut umumnya memiliki sifat kimia yang tingkat kesuburan rendah ditandai dengan pH rendah (masam), ketersediaan unsur hara makro (Ca, K, Mg, P) dan mikro (Ca, Zn, Mn, dan B) yang sedikit, mengandung asam-asam organik yang beracun, serta memiliki kapasitas tukar kation (KTK) tinggi tapi kejenuhan basa (KB) rendah. Kandungan Al pada tanah gambut umumnya rendah sampai sedang, berkurang degan turunnya pH tanah, kandungan N total termasuk tinggi, namun umumnya tidak tersedia bagi tanaman, oleh karena rasio C/N yang tinggi (Sri Najiyati, 2005). Tingkat kesuburan tanah gambut dapat dicirikan oleh kadar abu, kadar abu dalam gambut di Indonesia sangat rendah umumnya kurang dari 1%, kecuali pada tanah gambut yang mengalami kebakaran atau telah di budidayakan secara intensif, kadar abu mencapai 2-4% (Noor, 2004). Sifat biologi tanah gambut ditentukan oleh dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme didalam tanah, cepat atau lambatnya menyebabkan tanah gambut memeiliki tingkat kematangan yang berbeda-beda. 3. Bokashi Kotoran Kambing Upaya dalam meningkatkan kesuburan tanah gambut dapat dilakukan menggunakan bahan-bahan organik seperti bokashi kotoran kambing. Pemupukan dengan bahan organik bertujuan untuk menciptakan lingkungan tumbuh yang optimal dengan memberikan tambahan hara kedalam tanah sehingga tersedia bagi tanaman dalam keadaan cukup dan berimbang. Dengan penggunaan bokashi kotoran kambing diharapkan dapat menunjang pertumbuhan dan produksi tanaman kubis bunga yang



8



mengarah pada peningkatan kualitas hasil. Pupuk bokashi kotoran kambing diberikan sebagai pupuk organik, bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik,kimia,biologi tanah dan sebagai sumber nutrisi dalam tanah bagi tanaman. Pupuk bokashi kotoran kambing adalah hasil fermentasi bahan organik yang berasal dari kotoran kambing dengan bantuan EM-4. EM-4 merupakan kultur campuran dari berbagai mikroorganisme hasil fermentasi untuk meningkatkan aktivitas dalam tanah. Menurut Setyorini, (2004), pupuk kandang kambing memiliki tekstur yang berbeda dari kotoran hewan jenis lain, atau dengan kata lain kotoran kambing mempunyai ciri khas dikerenakan kotoran kambing memiliki tekstur butiran-butiran kecil yang agak susah terurai apabila tidak melalui serangkaian pengomposan. Pada umumnya C/N rasio pupuk kandang kambing masih di atas 30%. Pupuk kandang yang baik untuk digunakan harus memiliki C/N rasio dibawah 20%. Pupuk kandang kambing haruslah dikomposkan dengan batasan waktu 3-4 minggu. Pupuk kandang kambing mengandung kalium yang relatif lebih tinggi dari pupuk lainnya, sementara kadar N dan P pada pupuk kandang kambing hampir sama dengan pupuk kandang lainya. Menurut Lingga (2007), kandungan hara dari pupuk kandang padat/segar dapat dilihat pada gambar tabel berikut. Tabel 1. Kandungan Unsur Hara Pupuk Kandang



Sumber: Lingga, 2007



Nutrisi atau hara yang ada di dalam media dapat tersedia dengan cepat melalui degradasi oleh bakteri pengurai yang ada didalam EM4. Bakteri yang terkandung didalam EM4 berperan dalam menguraikan bahan organik sehingga nutrisi didalamnya dapat tersedia. Semakin besar konsentrasi EM4, maka semakin cepat penurunan C/N rasio atau waktu pengomposan semakin singkat. Semakin besar suhu sampai 40 derajat celcius, pada hari ke-4 rasio C/N semakin rendah atau dengan kata lain penurunan C/N rasio semakin cepat, sedangkan pada suhu di atas 40 derajat



9



celcius, kenaikan suhu akan mempengaruhi kecepatan penurunan C/N rasio. Semakin kecil ukuran butiran pada hari ke-4 rasio C/N semakin rendah atau dengan kata lain kecepatan C/N rasio semakin cepat. Dengan menggunakan kondisi proses optimal (konsentrasi EM4 0,5%, suhu 40 derajat celcius, ukuran bahan 0,0356 cm (-30/+40 mesh) dan konsentrasi gula 0,8%) di peroleh waktu pengomposan 3 hari ( Yuniwati, 2012). Kualitas bokashi yang digunakan tergantung pada pupuk kandang yang digunakan. Bokashi yang berasal dari pupuk kandang kambing memiliki kandungan unsur hara K yang paling tinggi dibandingkan dengan bokashi yang berasal dari hewan lain seperti sapi, babi, ayam. Kandungan K yang tinggi dalam pupuk kandang kambing dapat membentuk dan mengangkut karbohidrat, menetralkan asam organik, memper kokoh batang tanaman. 4. Pupuk Kalsium Nitrat Salah satu pupuk kimia yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan produksi bunga kubis adalah pupuk kalsium nitrat. Pupuk Kalsium Nitrat terdiri dari dua unsur hara yakni unsur hara kalsium dan unsur hara nitrogen dalam bentuk nitrat. Kalsium nitrat adalah garam dari asam nitrat yang disebut sebagai garam nitrat. Kombinasi unsur kalsium dan nitrogen dalam bentuk nitrat memberikan efek yang baik karena pupuk menjadi lebih mudah larut dalam air. Sehingga akar tanaman lebih mudah menyerap unsur hara yang tersedia dan kebutuhan tanaman lebih cepat terpenuhi. Nitrat adalah sumber nitrogen anorganik yang dibutuhkan oleh tanaman untuk memacu pertumbuhan daun dan batang. Nitrogen dalam bentuk nitrat lebih cepat dilepaskan dari bahan tambahan/pembawa pupuk yang dapat digunakan secara langsung oleh tanaman. Ada 2 tipe kalsium nitrat yaitu kalsium nitrat anhidrat dan kalsium nitrat tetrahidrat. Kalsium nitrat anhidrat adalah bentuk murni yang tidak mengandung molekul H2O atau air, penggunaannya untuk berbagai industri. Sedangkan kalsium nitrat tetrahidrat mengandung 4 molekul H2O / air yang menyatu dengan kalsium nitrat membentuk kristal, jenis inilah yang lebih cocok dipakai untuk pupuk. Terdiri dari beragam bentuk yaitu granul, tepung kristal, maupun kepingan (flake) yang berwarna putih agak jernih. Keunggulan dari pupuk ini yaitu cepat dan mudah larut dalam air, mengatasi masalah defisiensi kalsium pada titik-titik tumbuh bagian atas atau tunas, mempunyai kisaran pH 6 hingga 7 atau cenderung netral. Komposisi unsur nitrogen dalam bentuk nitrat dengan kalsium cukup variatif yang ada



10



di pasaran, dan umumnya 15% nitrogen dalam bentuk nitrat, dan 26% kalsium dalam bentuk kalsium oksida. B. Kerangka Konsep Penggunaan bokashi kotoran kambing pada tanah gambut bertujuan untuk memperbaiki kehidupan mikroorganisme dalam tanah gambut, sehingga unsur hara di dalam tanah dapat tersedia bagi tanaman. Penggunaan bokashi kotoran kambing dapat membantu proses penguraian dan menyediakan tambahan unsur hara makro bagi tanaman kubis bunga. Namun jumlah unsur hara yang tersedia dalam tanah gambut masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hara bagi tanaman, sehingga diperlukan penambahan pupuk anorganik yaitu pupuk kalsium nitrat bagi tanaman kubis bunga. Hasil penelitian Suparhun (2015), menyatakan bahwa pemberian kotoran kambing dengan dosis 15-30 ton/ha memberikan hasil terbaik untuk pertumbuhan tanaman sawi. Hasil penelitian Rona (2021), menyatakan bahwa pemberian pupuk kandang kambing berpengaruh nyata terhadap parameter pertumbuhan sawi hijau. Pemberian 5 ton/ha memberikan pengaruh yang lebih baik dibanding 15 dan 30 ton/ha pada variabel jumlah daun (4,87 helai), tinggi tanaman (23,18 cm), berat basah (18,05 g) dan panjang akar (7,03 cm). Hasil penelitian Dinariani (2014) menyatakan bahwa Pemberian pupuk kandang kambing pada dosis 10 ton/ha mampu meningkatkan hasil panen tongkol segar dengan klobot sebesar 19,46% dibandingkan tanpa aplikasi pupuk kandang kambing, tetapi tidak berbeda nyata dengan aplikasi pupuk kandang kambing 7,5 ton/ha. Kerapatan tanaman 75.556 tanaman/ha mampu meningkatkan hasil panen tongkol segar dengan klobot sebesar 41,59% dibandingkan kerapatan tanaman 45.333 tanaman/ha. Hasil penelitian Tarigasa (2022) menyatakan bahwa interaksi pupuk kalsium nitrat dan pupuk kalium fosfat berpengaruh nyata terhadap jumlah biji per tanaman. Perlakuan 900 kg/ha kalsium nitrat dan 240 kg/ha kalium fosfat menghasilkan jumlah biji tertinggi. Hasil penelitian Aisyawati (2020) menyatakan bahwa dosis 5 g/l kalsium nitrat yang di tambahkan dengan 150 kg/ha urea dan 375 kg/ha ZA memberikan hasil yang optimal pada tanaman bawang merah. Penggunaan pupuk anorganik kalsium nitrat 5



11



g/l pada ¾ dosis rekomendasi memiliki produksi yang sama dengan dosis rekomendasi. Berdasarkan hal diatas, maka perlu adanya penelitian pemberian bokashi kotoran kambing dan pupuk kalsium nitrat dalam usaha meningkatkan hasil tanaman kubis bunga pada tanah gambut. C. Hipotesis Pada penelitian ini diduga pemberian bokashi kotoran kambing 10 ton/ha dan pupuk kalsium nitrat 5 g/tanaman adalah dosis terbaik untuk pertumbuhan dan hasil kubis bunga pada tanah gambut.



III. METODE PENELITIAN



A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan dilahan yang beralamat di Jl. Cilacap, Desa Rasau Jaya Tiga, Kecamatan Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya. Penelitian akan berlangsung selama kurang lebih 3 bulan. B. Bahan Penelitian a.



Benih Tanaman Kubis Bunga Benih tanaman kubis bunga yang digunakan dalam penelitian ini adalah varietas Larissa F1 (deskripsi tanaman kubis bunga dapat dilihat pada lampiran) yang didapatkan dari toko pertanian di kota Pontianak.



b.



Media Tumbuh Media tumbuh yang digunakan yaitu tanah gambut yang berada di Jalan Cilacap Desa Rasau Jaya Tiga Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya.



c.



Pupuk Pupuk yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kalsium Nitrat sebagai perlakuan dan NPK sebagai susulan.



d.



Pupuk Organik Pupuk organik yang digunakan adalah bokashi kotoran kambing.



e.



Kapur Kapur yang digunakan adalah kapur dolomit pertanian.



C. Alat Peneltian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gergaji, palu, cangkul, parang, timbangan, hand sprayer, kamera, thermohygrometer, corong, dirigen, oven, gelas ukur, pipet ukur, pisau, ayakan , penggaris, gembor, ember, gunting, pulpen, dan buku tulis. D. Rancangan peneltian Penelitian ini menggunakan percobaan lapangan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang disusun dalam faktorial terdiri dengan 2 faktor yaitu: Faktor pertama: Bokashi Kotoran Kambing (A) terdiri atas 3 taraf yaitu:



12



13



A1= Dosis pemberian bokashi kotoran kambing sebanyak 5 ton/ha setara dengan 120g/lubang tanam. A2= Dosis pemberian bokashi kotoran kambing sebanyak 10 ton/ha setara dengan 240g/lubang tanam. A3= Dosis pemberian bokashi kotoran kambing sebanyak 15 ton/ha setara dengan 360g/lubang tanam. Faktor kedua: Pupuk Kalsium Nitrat (B) terdiri atas 3 taraf yaitu : b1= Dosis pemberian pupuk Kalsium Nitrat 100 kg/ha setara dengan 2,5 g/tanaman. b2= Dosis pemberian pupuk Kalsium Nitrat 200 kg/ha setara dengan 5 g/tanaman. b3= Dosis pemberian pupuk Kalsium Nitrat 300 kg/ha setara dengan 7,5 g/tanaman. Maka, didapatkan 9 kombinasi perlakuan, setiap perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 27 petak perlakuan. Setiap petak perlakuan terdiri dari 16 tanaman, maka terdapat 432 jumlah tanaman seluruhnya. Jumlah tanaman sampel sebanyak 4 tanaman dalam setiap petak. E. Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Bokashi Kotoran Kambing Pembuatan bokashi dilakukan di Jalan Cilacap Desa Rasau Jaya Tiga Kecamatan Rasau Jaya Kabupaten Kubu Raya. Pembuatan bokashi kotoran kambing yaitu dengan mengaktifkan terlebih dahulu starter EM4 dengan cara mencampur larutan EM4 ditambah gula dan air dengan takaran sesuai kebutuhan. Cara pembuatan bokashi kotoran kambing yaitu campur kotoran kambing kedalam wadah penampungan kemudian disiram EM4 dan diaduk secara merata. Setelah itu diinkubasi selama kurang lebih 15 hari, setiap 3 hari sekali bokashi dibalik dan dipehatikan kelembabannya, apabila bokashi kering maka perlu dilakukan penyiraman agar bokashi tetap lembab, bokashi dianggap telah jadi apabila sudah berwarna hitam, tidak berbau dan suhunya menurun. Setelah itu bokashi diayak dan dipisahkan dari kotoran kambing yang belum hancur atau yang masih berbentuk butiran. 2. Persiapan lahan penelitian Persiapan lahan yang dilakukan yaitu membersihkan gulma telebih dahulu sebelum membuat bedengan. Bedengan dibuat dengan ukuran lebar 1,8 meter dan panjang 3 meter. Pembuatan bedengan dilakukan dengan cara menggemburkan tanah yang dicangkul dengan kedalaman 0-20 cm. Pada saat pengolahan lahan pemberian kapur dolomit dengan cara ditabur diatas permukaan tanah dengan dosis yang sudah



14



ditentukan yaitu 1,042 kg/ bedengan. Kemudian tanah diaduk dengan cangkul agar kapur dolomit tercampur dengan rata setelah itu lahan yang sudah selesai diolah diinkubasi selama 14 hari, setelah itu dilakukan pengukuran pH tanah. Pemberian bokashi kotoran kambing dilakukan setelah pemberian kapur dengan cara langsung pada setiap lubang tanam tidak diaduk seperti pemberian kapur. Dosis bokashi kotoran kambing sesuai dengan perlakuan yaitu 120 gram/lubang tanam, 240 gram/lubang tanam, dan 360 gram/lubang tanam. 3. Persiapan Benih Sebelum disemai benih terlebih dahulu diseleksi dengan memperhatikan fisiknya yaitu sehat, bernas, mengkilat, bersih, tidak ada bekas gigitan hama dan tidak ada cendawan. 4. Penyemaian Sebelum melakukan penyemaian terlebih dahulu untuk menyiapkan media penyemaian berupa campuran tanah gambut dan pupuk bokashi kotoran kambing dengan perbandingan 1:1 setelah itu benih di taburkan sekitar 50 benih per polibag dan mengatur jarak benih agar tidak terlalu berdempetan. 5. Pembibitan Bibit yang telah tumbuh kemudian disapih dengan cara memilih bibit yang sehat dan memiliki 2 helai daun, lalu dipindahkan kedalam gelas cup (gelas aqua) dengan kedalaman sekitar 3 cm selama 14 hari. Bibit dipindahkan dari gelas cup ke lahan setelah berdaun 4 atau lebih. 6. Penanaman Bibit yang akan dipindahkan ke lahan merupakan bibit yang sehat yaitu tidak kerdil dan tidak mengalami etiolasi dengan cara mengeluarkan bibit dari gelas cup beserta dengan tanahnya kedalam lubang yang sudah dibuat di bedengan. 7. Pemupukan a.



Pemupukan Pupuk dasar dan susulan yang diberikan adalah pupuk NPK mutiara dengan kandungan N (15%), P (15%), K (15%) dengan dosis anjuran 6 gram per tanaman dan diberikan 2 kali pada saat tanaman kubis bunga berumur 7 hari setelah tanam dan pada saat tanaman memasuki masa vegetatif maksimum



15



yaitu antara 30-35 hari setelah tanam. Pupuk diberikan dengan cara ditugal di sekitar tanaman dengan jarak kurang lebih 5 cm dari batang tanaman. b.



Pemberian Pupuk Kalsium Nitrat Pupuk kalsium nitrat ditimbang dahulu sesuai dosis perlakuan. Pupuk yang telah ditimbang diaplikasikan dengan cara ditugal di sekitar tanaman dengan jarak kurang lebih 5 cm dari batang tanaman. Pemberian pupuk kalsium nitrat dilakukan pada umur tanaman 15 hari setelah tanam dan 35 hari setelah tanam.



8. Pemeliharaan Tanaman a.



Penyiraman Penyiraman dilakukan 2 kali sehari (sesuai kapasitas lapang) dan dapat disesuaikan dengan kondisi cuaca.



b.



Penyiangan Penyiangan gulma dilakukan secara manual yaitu dengan cara mencabut semua gulma yang tumbuh disekitar tanaman dan disekitar lokasi penelitian dengan cara mekanisasi menggunakan parang atau arit.



c.



Penyulaman Penyulaman dilakukan terhadap tanaman yang mati, yaitu dilakukan pada seminggu setelah tanam. Tanaman yang digunakan untuk menyulam adalah tanaman yang memiliki umur yang sama.



d.



Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman Pengendalian OPT dilakukan dengan kultur teknis terebih dahulu, apabila tingkat serangan meningkat maka akan digunakan pestisida dengan dosis yang tepat sesuai anjuran.



9. Pemanenan Pemanenan merupakan kegiatan memetik hasil produksi tanaman yang dilakukan pada umur yang tepat. Pada tanaman kubis bunga bagian tanaman yang dipetik sebagai hasil panen yang utama adalah massa bunganya. Pada pemanenan kubis bunga harus diperhatikan umur panen tanaman, umumnya pada umur 55 – 60 HST. Cara pemanenan massa kubis bunga sangat sederhana, yaitu dengan memotong tangkai bunga bersama dengan batang dan daun - daunnya dengan menggunakan gunting panen atau pisau. Pemotongan sebagian batang dan daun - daunnya hendaknya dilakukan jangan terlalu dekat dengan tangkai bunganya, yaitu sepanjang kurang lebih



16



25 cm atau mendekati permukaan tanah (pangkal batang). Waktu pemanenan kubis bunga yang baik adalah pagi atau sore hari saat cuaca yang cerah (tidak mendung atau hujan) (Cahyono, 2001). F. Variabel pengamatan 1. Jumlah Daun (helai) Jumlah daun dihitung dengan cara menghitung semua daun yang telah terbentuk sempurna pada hari yang sama saat akan panen. 2. Volume Akar (cm3) Pengukuran volume akar dilakukan pada saat tanaman mencapai tahap vegetatif maksimum dan hanya mengambil satu sampel tanaman setiap perlakuannya. Pengukuran dilakukan dengan cara membersihkan akar tanaman dari tanah, kemudian ditiriskan di atas koran setelah itu dipotong pangkal akar dari tanaman dan masukkan ke dalam gelas ukur yang telah diisi air dengan ukuran tertentu, sesuai dengan besar akar. Setelah itu sedot pertambahan volume air pada gelas ukur menggunakan pipet ukur yang sudah ada pipet fillernya. 3. Berat kering Tanaman (g) Pengukuran berat kering dilakukan setelah tanaman memasuki tahap vegetatif maksimum dan hanya diambil satu sampel yang sama dengan sampel destruktif pengukuran volume akar pada setiap kombinasi perlakuan. Tanaman dengan akarnya dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran yang menempel kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 70°C selama 48 jam sampai beratnya konstan. Berat kering ditimbang dengan timbangan digital. 4. Berat Bunga Per Tanaman (g) Pengukuran berat bunga per tanaman dilakukan pada saat tanaman kubis bunga sudah memasuki kriteria panen yaitu berumur 55-60 hari setelah tanam dan sebelum bunganya mekar. Bunganya ditimbang menggunakan timbangan analitik satu persatu, kemudian dihitung rata-rata keseluruhan berat kubis bunga per perlakuan. Adapun variabel penunjang yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:



17



1. Suhu Udara Harian (℃) Pengukuran dilakukan setiap hari dengan termohygrometer udara yaitu pagi hari jam 06.00, siang hari 12.00, sore hari 18.00. Suhu udara dihitung dengan rumus : Suhu udara harian (℃)=



(𝟐𝐱 𝐓 𝐩𝐚𝐠𝐢)+ 𝐓 𝐬𝐢𝐚𝐧𝐠+𝐓 𝐬𝐨𝐫𝐞) 𝟒



2. Kelembaban Udara Harian (%) Kelembaban udara relatif diukur setiap hari bersamaan dengan pengukuran suhu. Perhitungan rata-rata kelembaban udara menggunakan rumus sebagai berikut: Rata-rata kelembaban udara (%) =



(2x RH pagi)+ (RH siang)+ (RH sore) 4



3.Curah Hujan (mm) Curah hujan diukur sejak mulai penelitian sampai akhir penelitian menggunakan alat sederhana yaitu corong dan derijen, dihitung dengan rumus sebagai volume air (cm3 )



berikut: Curah hujan (mm) = Luas mulut corong (cm2 ) 4. pH Tanah pH tanah diukur setelah media tanam diinkubasi selama dua minggu sebelum penanaman dimulai. G. Analisis Statistik Rancangan yang akan digunakan Faktorial Rancangan Acak Lengkap (RAL). Menurut Gasperz (1994), model statistik untuk percobaan faktorial dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), adalah :



Υijk



= μ + αᵢ + βj + (αβ) ijk + Σijk



Dimana: Yijk =



nilai pengamatan pada satuan percobaan ke-kij yang memperoleh kombinasi perlakuan ij (taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari taraf B)



μ



=



nilai tengah populasi (rata-rata yang sesungguhnya)



αᵢ =



pengaruh aditif taraf ke- i dari faktor A



βj



pengaruh aditif ke-j dari faktor B



=



(αβ)ijk= pengaruh interaksi taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor B Σijk=



pengaruh galat ij.



18



Analisis statistik dilakukan terhadap parameter penelitian setelah daftar angka tersusun, kemudian dilakukan tabel analisis keragaman percobaan dalam bentuk Faktorial Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial pada Tabel 2 sebagai berikut : Tabel 2. Analisis Keragaman Faktorial Rancangan Acak Lengkap Sumber Keragaman



Jumlah Kuadrat JKP



Kuadrat Tengah KTP



F Hitung



Perlakuan



Derajat Bebas ab- 1



A



a-1



JK (A)



KT (A)



KTA/KTG



B



b-1



JK (B)



KT (B)



KTB/KTG



Interaksi



(a-1) (b-1)



JK (AB)



KT (AB)



KTAB/KT



F Tabel 5%



G Galat



ab (r-1)



JKG



Total



rab-1



JKT



KTG



Sumber: Gasperz (1991). Setelah didapat hasil F hitung maka hasilnya dibandingkan dengan F table 5% sehingga dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.



Bila F hitung > F tabel 5%, maka antar perlakuan berpengaruh nyata (significant)



2.



Bila F hitung ≤ F tabel 5%, maka antar perlakuan berpengaruh tidak nyata (non significant) Untuk melihat keragaman data dari hasil penelitan ini, maka dilakukan √𝐊𝐓𝐠𝐚𝐥𝐚𝐭



perhitungan koefisien keragaman (KK) dengan rumus: KK=



𝐗



x 100%



Dimana : KK = Koefisien Keragaman KTG = Kuadrat Tengah Galat X=



Nilai rata-rata



Perhitungan analisis keragaman (ANOVA) dilanjutkan ke uji Beda Nyata Jujur (BNJ) 5% apabila hasil yang diperoleh saat analisis keragaman berpengaruh nyata. Menurut Gaspersz (1994) rumus BNJ sebagai berikut: BNJ = qa (p. fe) sŶ



19



Keterangan : Q=



Jumlah perlakuan



t =



Derajat bebas galat



v=



Nilai yang diperoleh dari tabel Q untuk tingkat nyata 5%



sŶ =



simpangan baku yang dihitung dengan rumus sebagai berikut: 𝑲𝑻 𝒈𝒂𝒍𝒂𝒕



sŶ (A) = √



𝒓.𝒂



𝑲𝑻 𝒈𝒂𝒍𝒂𝒕



sŶ (B) = √



𝒓.𝒃 𝑲𝑻 𝒈𝒂𝒍𝒂𝒕



sŶ (Interaksi) = √



𝒓



Keterangan : r = jumlah ulangan A = faktor a (Bokashi Kotoran Kambing) B = faktor b (dosis Kalsium Nitrat)



DAFTAR PUSTAKA



Agus, F dan I. G. M. Subiksa. 2008. Lahan Gambut: Potensi untuk Pertanian dan Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Tanah dan world Agroforestry Center (ICRAF). Bogor. Indonesia. Aisyawati, L dan F. N. Azis. (2020). Respon Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah terhadap Pupuk Kalsium Nitrat. Jurnal Agrika. Vol 14. No 1. Hal: 1-93 Aksi Agribisnis Kanisius. 2010. Teknik Bercocok Tanam. Yogyakarta. BPS. 2019. Produksi Tanaman Sayuran dan Buah Semusim. Pontianak: Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Barat. Budiman, H. 2012. Budidaya Tanaman Kubis Cara Organik. Yogyakarta: Pustaka Baru Putra. Cahyono, B. 2001. Kubis Bunga dan Broccoli. Yogyakarta: Kanisius. Departemen Pertanian. 2013. Budidaya Kubis Bunga. Departemen Pertanian Indonesia. http://epetani.deptan.go.id/budidaya-kubis-bunga-7908- [Diakses 23 September 2021]. Dinariani, Y. B. S. Heddy, dan B. Guritno. 2014. Kajian Penambahan Pupuk Kandang dan Kerapatan Tanaman yang berbeda pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt). Jurnal Produksi Tanaman. Vol 02. No 2. Hal: 128-136 Edi, S. dan J. Bobihoe. 2010. Budidaya Tanaman Sayuran. Jambi: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Gaspersz, V. 1994. Metode Rancangan Percobaan: Untuk Ilmu-Ilmu Pertanian, IlmuIlmu Teknik, dan Biologi. Bandung: ARMICO. Lingga, P. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar Swadaya. Nada, R. Q. 2021. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Kambing dan Mikoriza terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.). Skripsi. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Najiyati, S., L. Muslihat, dan I. N. Suryadiputra. 2005. Panduan Pengelolaan Lahan Gambut untuk Pertanian Berkelanjutan. Bogor: Wetlands International Indonesia Programme. Noor, M. 2004. Lahan Rawa Sifat dan Pengelolaan Tanah Bermasalah Sulfat Masam. Surabaya: Raja Grafindo Persada.



20



21



Pracaya. 2000. Kol Alias Kubis. Jakarta: Penebar Swadaya. Rahayu, T., M. W. Ardhi, dan E. M. Tyastuti. 2014. Modul Praktikum Mikrobiologi. Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta. Rukmana, R. 2007. Selada Budidaya dan Pengelolaan Pasca Panen. Yogyakarta: Kanisius. Setyorini, D., W. Hartatik, dan L. R. Widowati. 2004. Peranan Pupuk Organik dalam Peningkatan Produktivitas Tanah dan Tanaman. Jurnal Sumberdaya Lahan. Vol 9. No 2. Hal 107-120. Suparhun, S., M. Anshar, dan Y. Tambing. 2015. Pengaruh Pupuk Organik dan Poc dari Kotoran Kambing terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi (Brassica juncea L.). Jurnal Agrotekbis. Vol 3. No 2. Hal: 602-611. Syukur, M., dan A. Rifianto. 2013. Kubis. Jakarta: Penebar Swadaya Tarigasa, O., Radian, dan Wasian. 2022. Pengaruh Pupuk Kalsium Nitrat dan Pupuk Kalium Fosfat terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Hijau (Vigna radiata) di Tanah Gambut. Jurnal Agrifor. Vol 21. No 2. Hal: 175-186. Yuniwati, M., Iskarima, F., Padulemba, A. 2012. Optimasi Kondisi Proses Pembuatan Kompos dari Sampah Organik dengan cara Fermentasi menggunakan EM4. Jurnal Teknologi. Vol 5. No 2. Hal: 172- 181.



22



Lampiran 1. Deskripsi Kubis Bunga Nama varietas Nama komoditas



: Larissa F1 : Kubis bunga



Bentuk tanaman



: Tegak



Umur berbunga



: 30-35 hari setelah tanam



Umur panen



: 55-60 HST



Bentuk daun



: Eliptik



Permukaan daun



: Hijau kebiru-biruan



Bentuk bunga



: Semi dome



Warna bunga



: Putih



Bobot tanaman



: 800 - 1200 gram



Kepadatan bunga



: Padat



Tekstur bunga



: Renyah



Hasil panen



: 24 - 28 ton/ha



Keterangan



: Beradaptasi baik pada dataran rendah



Sumber: PT. East West Seed Indonesia (2013)



23



Lampiran 2. Denah Lokasi



1 A1B3



18 A3B1



19 A2B2



A1B1



17 A1B2



20 A1B3



A1B1



16 A3B1



21 A2B1



A1B3



15 A3B2



22 A1B2



A3B3



14 A2B1



23 A3B1



A1B2



13 A1B3



24 A2B2



A1B2



12 A3B3



25 A1B1



A2B1



11 A2B3



26 A3B2



A2B2



10 A3B2



27 A2B3



2



3



4



5



6



7



8



9



Keterangan : 1 – 27 :



Nomor plot



A1 - A3 :



Bokashi Kotoran Kambing



B1 - B3 :



Dosis Kalsium Nitrat



U



24



Lampiran 3. Jarak Tanam Dalam Plot Penelitian 2m



40 cm



60 cm



1,4 m



Keterangan: : Tanaman Pinggir



: Tanaman Sampel Panjang Bedengan



:3m



Lebar Bedengan



: 1.8 m



Tinggi Bedengan



: ± 30 cm



Jarak Tanman



: 40 cm x 60 cm



25



Lampiran 4. Analisis Sifat Fisika Tanah



26



Lampiran 5. Hasil Analisis Tanah Gambut



27



Lampiran 6. Hasil Analisis Daya Netralisasi Kapur Dolomit



28



Lampiran 7. Hasil Analisis Kebutuhan Kapur



29



Lampiran 8. Perhitungan Kebutuhan Kapur Dolomit Diketahui : Luas lahan 1ha



= 10.000 m2



Tebal lapisan tanah gambut = 20 cm = 0,2 m Bobot isi tanah gambut



= 0,32 kg/cm3 = 320 g/cm3



Daya netralisisasi kapur



= 92,08%



Jadi berat tanah gambut 1 ha = 10.000 m2 x 0,32 kg/m3 x 0,2 m = 6,4 x 105 kg/ha Maka dalam 1 ha diperlukan: = 6,4 x 105 (7,21 x 10-3kg CaCO3) = 4.614,4 kg CaCO3/ha Jika daya netralisir kapur dolomit 92,08. Maka diperlukan kapur dolomit sebanyak: 𝑥 4.614,4 kg/ha



=



= 5.011 kg/ha Maka kebutuhan kapur dolomit perpetak adalah: =



2,08 10.000



𝑥 5.011



= 1,042 kg/petak



30



Lampiran 9. Perhitungan Perlakuan Pupuk Bokashi Kotoran Kambing Diketahui : Luas lahan 1 ha



= 10.000 m2



Jarak tanam Kubis Bunga



= 40 cm x 60 cm = 0,4 m x 0,6 m = 0,24 m2



Jumlah tanaman/ha



= 41.666 tanaman



Rumus kebutuhan bokashi/polybag =



𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 (𝑘𝑔/ℎ𝑎) 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛/ℎ𝑎



A1= Pemberian bokashi kotoran kambing sebanyak 5 ton/ha 5000 𝑘𝑔



= 41.666 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛/ℎ𝑎 = 0,12 kg/tanaman =120 g/tanaman A2= Pemberian bokashi kotoran kambing sebanyak 10 ton/ha 10.000 𝑘𝑔



= 41.666 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛/ℎ𝑎 = 0,24 kg/tanaman = 240 g/tanaman A3= Pemberian bokashi kotoran kambing sebanyak 15 ton/ha 15.000 𝑘𝑔



= 41.666 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛/ℎ𝑎 = 0,36 kg/tanaman =360 g/tanaman



31



Lampiran 10. Perhitungan Kebutuhan Pupuk kalsium nitrat Diketahui : Populasi Tanaman/ha= 41.666 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑝𝑢𝑝𝑢𝑘/ℎ𝑎



Jumlah pupuk yang digunakan= 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛/ℎ𝑎 Berdasarkan perhitungan pupuk kalsium nitrat maka dosis perlakuan yang digunakan adalah sebagai berikut: B1= B2= B3=



100 𝑘𝑔/ℎ𝑎 41.666 200 𝑘𝑔/ℎ𝑎 41.666 300 𝑘𝑔/ℎ𝑎 41.666



= 2,5 g/tanaman = 5 g/tanaman = 7,5 g/tanaman



32



Lampiran 11. Deskripsi Pupuk Kalsium Nitrat



Merupakan pupuk kalsium nitrat berupa butiran (Granulometry 2-4mm 90%) berwarna kuning yang diproduksi secara mutakhir dengan kandungan unsur hara yang merata disetiap butirannya. Pupuk ini mudah larut dalam air dan mudah diserap oleh tanaman, sehingga mudah diaplikasikan. Mengandung unsur hara lengkap yang dapat memacu pertumbuhan serta meningkatkan kualitas dan hasil produksi tanaman. Nitrogen yang terkandung dalam pupuk ini berupa Nitrate (N-NO3) yang dapat memberikan respon pertumbuhan lebih cepat terhadap tanaman. Sedangkan kalsium (Ca) dapat memacu pertumbuhan akar, meningkatkan jumlah pertumbuhan tunas baru pada tanaman, serta berperan sebagai penguat dan perekat dinding-dinding sel yang terdapat dalam jaringan tanaman. Selain itu, pupuk meroke karate ini juga dilengkapi dengan kandungan Boron (B) yang berperan dalam proses metabolisme karbohidrat, sintesa protein dan juga pembelahan sel tanaman. Kandungan Pupuk Meroke Karate Plus Boroni : 1. Nitrogen (N): 15,5% (Nitrate: 14,4%) dan Ammonium (1%) 2. Kalsium Oksida (CaO): 26,0% 3. Kalsium (Ca): 18,3% 4. Boron: 0,3%



33



Keuntungan menggunakan Pupuk Meroke Kalsium Nitrat: 1. Sebagai sumber Nitrat-Nitrogen, Kalsium dan Boron yang larut dalam air. 2. Membuat tanaman sayur dan buah menjadi lebih mengkilat dan mulus. 3. Dapat membantu pertumbuhan baru pada ujung-ujung akar, tunas-tunas baru dan titik tumbuh tanaman. 4. Tidak menyebabkan tanah menjadi asam. 5. Menjadi pilihan yang tepat untuk tanaman hortikultura secara luas, baik tanaman pangan buah, bunga, sayuran, palawija maupun tanaman perkebunan. 6. Meningkatkan kualitas tanaman dan ketahanan terhadap penyakit. 7. Hasil panen dapat disimpan lebih lama



34



Lampiran 12. Perhitungan Kebutuhan Pupuk NPK Berdasarkan anjuran pemberian pupuk NPK mutiara pada tanaman sayuran yang tercantum pada kemasan yaitu 250 kg/ha, maka perhitungan kebutuhan pupuk NPK mutiara dengan dosis N (15%), P (15%) ,dan K (15%) per tanaman adalah: Diketahui : Luas tanah 1 ha



=10.000 m2



Jarak tanam



= 40 cm x 60 cm = 0,4 m x 0,6 m = 0,24m2



Populasi tanaman



=



Kebutuhan pupuk NPK per tanaman =



= 41.666 tanaman / ha 250 𝑘𝑔 41.666



= 0,0060 kg/tanaman



= 6 g/tanaman