Proposal I [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PRE-EKLAMSIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS KOTO BARU KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2022



SKRIPSI



OLEH : UCHI RAFNA DELITA NIM : 2007034



PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN STIKes SYEDZA SAINTIKA PADANG TAHUN 2022



FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PRE-EKLAMSIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS KOTO BARU KABUPATEN PESISIR SELATAN TAHUN 2022



PROPOSAL Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kebidanan (S.Keb) Dalam Program Studi Sarjana Kebidanan



OLEH : UCHI RAFNA DELITA NIM : 2007034



PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN STIKes SYEDZA SAINTIKA PADANG TAHUN 2022



KATA PENGANTAR



Syukur Alhamdulillah peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan



rahmat,



hidayah



serta



karunia-Nya,



sehingga



peneliti



dapat



menyelesaikan proposal yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pre-Eklamsia Pada Ibu Hamil Trimester III Di Puskesmas Koto Baru Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2022”. Proposal ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kebidanan (S.Keb) pada program studi Sarjana Kebidanan STIKes Syedza Saintika Padang. Dalam penulisan proposal ini, peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Drs. H. Hasrinal, A.Md.Kep. MM sebagai Ketua STIKes Syedza Saintika Padang 2. Ibu Silvy Zaymi, M.Keb sebagai Ketua Prodi S1 Kebidanan STIKes Syedza Saintika Padang 3. Ibu Fafelia Rozyka, M.Keb selaku pembimbing 1 yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk, nasehat, bimbingan dan arahan selama penyusunan proposal ini. 4. Ibu Hartati Deri Manila, M.Keb selaku pembimbing 2 yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk, nasehat, bimbingan dan arahan selama penyusunan proposal ini. 5. Seluruh staff dosen prodi S1 Kebidanan STIKes Syedza Saintika Padang yang telah mendidik dan membimbing peneliti selama mengikuti pendidikan.



6. Teristimewa buat keluarga terutama orang tua yang selalu memberikan dukungan moral maupun materil dan Do’a kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan Proposal ini 7. Teman-teman seperjuangan atas dorongan, kritik, saran, dan bantuan dalam pembuatan proposal ini serta kerjasama selama ini. 8. Serta berbagai pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.



Peneliti menyadari bahwa Proposal ini belum sempurna, dengan kesungguhan dan kerja keras peneliti berupaya memberikan hasil yang semaksimal mungkin demi tercapainya kesempurnaan. Tanggapan, kritikan dan saran akan sangat berarti bagi peneliti dalam mencapai kesempurnaan skripsi ini.



Padang,



Peneliti



2022



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR.................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 5 1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................. 6 1.4 Manfaat Penilitian................................................................................. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Kehamilan................................................................................ 8 2.2 Konsep Kehamilan Trimester III ......................................................... 12 2.3 Konsep Pre-Eklamsia ........................................................................... 16 2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pre-Eklamsia ............................. 27 2.5 Kerangka Teori/Konsep ....................................................................... 33 2.6 Hipotesa................................................................................................ 35 2.7 Definisi Operasional ............................................................................ 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Dan Desain Penelitian.................................................................. 38 3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian.............................................................. 38 3.3 Populasi Dan Sampel............................................................................ 38 3.4 Jenis Dan Teknik Pengumpulan Data................................................... 39 3.5 Teknik Pengolahan Data....................................................................... 40 3.6 Teknik Analisa Data............................................................................. 42 DAFTAR PUSTAKA



1



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang



Kematian ibu adalah kematian seseorang wanita yang terjadi saat hamil, bersalin atau 42 hari setelah persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung atau tidak langsung terhadap persalinan. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator utama derajat kesehatan masyarakat dan ditetapkan sebagai salah satu tujuan SDGs (Sustainable Development Goals). Angka kematian ibu (AKI) menunjukkan angka yang sangat tinggi di dunia. Setiap hari di Tahun 2018, terdapat 810 ibu meninggal karena kelainan yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan (WHO, 2019). Di Indonesia pun angka kematian ibu (AKI) juga terhitung masih tinggi. Data tahun 2018 menunjukkan terdapat 216 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Rasio Angka Kematian Ibu masih dirasa cukup tinggi sebagaimana ditargetkan menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030 (KEMENKES RI, 2019). Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat keberhasilan upaya kesehatan ibu. AKI adalah rasio kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan atau insidental di setiap 100.000 kelahiran hidup. Kejadian kematian Ibu bersalin sebesar 49,5%, hamil 26%, nifas 24% (Profil Kesehatan Indonesia, 2020). Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2019, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 359 per



2



100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu di provinsi Sumatera Barat adalah 111 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut WHO, penyebab 75% kematian ibu disebabkan oleh hipertensi pada kehamilan (preeklampsia / eklampsia), perdarahan, infeksi, partus lama, dan aborsi yang tidak aman (WHO, 2019). Komplikasi yang paling umum terjadi pada ibu hamil di seluruh dunia adalah hipertensi pada kehamilan (beberapa studi memperkirakan bahwa hal itu mempengaruhi 7-10% dari semua kehamilan di dunia), dan dikaitkan dengan morbiditas dan mortalitas pada ibu serta kematian perinatal secara signifikan. Faktanya, hipertensi dalam kehamilan adalah penyebab kematian ibu terbesar kedua di dunia (14% dari total), dan sekitar 192 orang meninggal setiap hari (Riskesdas, 2018). Penyebab terjadinya angka kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan 60-70%, infeksi 10-20%, preeklampsia dan eklampsia 20-30%. Di Indonesia sendiri, dari 4.226 kematian ibu pada tahun 2018-2019, terdapat 1.066 yang meninggal akibat hipertensi pada kehamilan (KEMENKES RI, 2020). Penyebab langsung yaitu perdarahan (42%), eklamsia atau pre-eklamsia (30%), abortus (11%), infeksi (10%), partus lama atau persalinan macet (9%) dan penyebab lain (15%) (Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Barat, 2019). Preeklampsia adalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung disebabkan oleh kehamilan. Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria yang muncul pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan. Preeklampsia pada ibu hamil adalah suatu kondisi



3



kegawatdaruratan yang harus segera ditangani agar tidak terjadi eklampsia. Tekanan darah yang tinggi dapat memicu kejang pada ibu hamil. Kejang terjadi



4



karena adanya gangguan aktivitas otak yang berakibat pada menurunnya kesadaran bahkan sampai kehilangan kesadaran (Ratnawati, 2020). Pre-eklamsia memberi pengaruh buruk pada kesehatan janin yang disebabkan oleh menurunnya perfusi utero plasenta, hipovolemia, vasospasme dan kerusakan endotel pembuluh darah plasenta. Dampak pre-eklamsia dan eklamsia pada janin adalah Intrauterine Growth Restriction (IUGR) dan oligohidramion, kenaikan morbiditas dan mortalitas janin secara tidak langsung akibat Intrauterine Growth Restriction (IUGR), prematuritas, vasospasme, oligohidramion dan solusio plasenta (Faiza, dkk,. 2019). Penyebab preeklampsia sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian pre-eklamsia yaitu faktor umur ibu, paritas, berat badan ibu. Faktor yang berhubungan dengan terjadinya preeklamsi yaitu umur ibu. Umur adalah usia individu terhitung mulai saat dia dilahirkan sampai saat berulang tahun, semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir. Insiden tertinggi pada kasus preeklamsi pada usia remaja atau awal usia 20 tahun, tetapi prevalensinya meningkat pada wanita diatas 35 tahun. Usia yang rawan berisiko mengalami preeklamsi antara usia 35 tahun. Pada saat seseorang terkena hipertensi maka terjadi peningkatan oksidatif sehingga debris apoptosis dan nekrotik trofoblast juga meningkat, hal ini menyebabkan terjadinya beban reaksi inflamasi pada darah ibu jauh lebih besar dibandingkan reaksi inflamasi pada kehamilan normal. Terdapatnya respon inflamasi akan mengaktivasi pada sel endotel dan sel makrofag/granulosit yang lebih besar sehingga dapat



5



menyebabkan terjadinya reaksi sistemik inflamasi yang selanjutnya dapat mengakibatkan timbulnya gejala-gejala preeklamsia pada ibu (Ratnawati, 2020) Faktor yang berhubungan dengan kejadian pre-eklamsia yaitu paritas ibu. Paritas dengan jumlah kelahiran yang pernah di alami oleh ibu. jarak kehamilan, adanya rentang waktu antara kehamilan terakhir dengan kehamilan sebelumnya. Paritas sangat rentan terjadinya penyakit salah satunya pre-eklamsia. Dan faktor Berat badan ibu hamil yang berlebih beresiko mengalami perdarahan dan merupakan indikasi awal terjadinya keracunan kehamilan (pre-eklamsia) (Arantika, dkk, 2019). Berdasarkan Arikel Anita Setiawati, dkk (2018), menunjukkan bahwa faktor-faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian preeklampsia adalah karakteristik ibu, riwayat kehamilan, berat badan, riwayat penyakit kronis, pengetahuan, dan riwayat kontrasepsi. Dan juga Berdasarkan hasil penelitian Nurfadillah Zam, dkk (2021), menunjukkan bahwa hanya jarak kehamilan yang mempunyai hubungan yang signifikan antara jarak kehamilan dengan preeklampsia kehamilan diperoleh nilai p-value (0,009). Sedangkan faktor pendidikan, usia, riwayat komplikasi, dan Antenatal care tidak ada hubungan dengan penyakit preeklampsia. Serta berdasarkan penelitian Nur Rakhmawati, dkk (2021), bahwa Faktor yang paling berpengaruh adalah riwayat hipertensi dengan nilai Odd Ratio sebesar 401,76 berarti bahwa ibu yang memiliki riwayat hipertensi mempunyai kemungkinan 401,76 kali lebih besar mengalami pre eklamsia saat kehamilan daripada ibu yang tidak memiliki riwayat hipertensi. Berdasarkan data dari WHO pada tahun 2019 menunjukan bahwa hipertensi menyebabkan 16% dari seluruh angka kematian ibu di negara berkembang, 9% di Afrika dan Asia, yang paling tinggi di Amerika Latin dan



6



Caribbean yang mencapai angka 26%. Angka kejadian preeklamsi di Indonesia sekitar 7-10% dari seluruh kehamilan (Profil Kesehatan Indonesia, 2020). Menurut laporan tahunan Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2020 kejadian paling tinggi pada ibu hamil adalah pre-eklamsia dan eklamsia 44%, sepsis 40% dan perdarahan 34%. Jumlah kejadian pre-eklamsia yang paling banyak terdapat di kota Padang dengan jumlah kasus terbanyak 203 kasus pada tahun 2019 dan di tahun 2020 mengalami peningkatan kejadian pre-eklamsi sebanyak 242 kasus. Di Kabupaten Pesisir Selatan kejadian pre-eklamsia berjumlah 62 kasus pada tahun 2018 dan meningkat pada tahun 2019 berjumlah 73 kasus sedangkan pada tahun 2020 terdapat kejadian pre-eklamsia sebanyak 121 kasus. Hasil Survey awal pada tanggal 1 Desember 2021 Puskesmas Koto Baru Kabupaten Pesisir Selatan memiliki frekuensi yang tinggi terhadap kejadian preeklamsia. Berdasarkan survei awal yang dilakukan di Puskesmas Koto Baru Kabupaten Pesisir Selatan ibu hamil trimester ke III yang mengalami preeklamsia pada tahun 2018 sebanyak 24 kasus, tahun 2019 terdapat 32 kasus dan tahun 2020 terdapat 45 kasus. Pada tahun 2021 dari bulan Januari-November terdapat 39 kasus pre-eklamsia. Berdasarkan uraian diatas dan dampak yang ditimbulkan akibat preeklamsia maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “FaktorFaktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pre-Eklamsia Pada Ibu Hamil Trimester III Di Puskesmas Koto Baru Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2022”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti ingin mengetahui “Apa Saja Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pre-



7



Eklamsia Pada Ibu Hamil Trimester III Di Puskesmas Koto Baru Kabupaten Pesisir Selatan. Tahun 2022?”. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Pre-Eklamsia Pada Ibu Hamil Trimester III Di Puskesmas Koto Baru Kabupaten Pesisir Selatan Tahun 2022. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.



Diketahui distribusi kejadian pre-eklamsia ibu hamil trimester III di Puskesmas Koto Baru Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2022.



2.



Diketahui distribusi frekuensi umur ibu hamil trimester III di Puskesmas Koto Baru Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2022.



3.



Diketahui distribusi frekuensi paritas ibu hamil trimester III di Puskesmas Koto Baru Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2022.



4.



Diketahui distribusi frekuensi berat-badan ibu hamil trimester III di Puskesmas Koto Baru Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2022.



5.



Diketahui hubungan umur ibu hamil trimester III dengan kejadian preeklamsia di Puskesmas Koto Baru Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2022.



6.



Diketahui hubungan paritas ibu hamil trimester III dengan kejadian preeklamsia di Puskesmas Koto Baru Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2022.



7.



Diketahui hubungan berat badan ibu hamil trimester III dengan kejadian pre-eklamsia di Puskesmas Koto Baru Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2022.



8



1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti Dapat mengaplikasikan ilmu yang didapatkan selama menjalani pendidikan di bangku perkuliahan serta dapat menambah pengetahuan, wawasan dan meningkatkan potensi diri dalam penelitian serta diaplikasikan dalam masyarakat.



1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan menjadi bahan masukan bagi instansi pendidikan mengenai pre-eklamsia pada ibu hamil trimester III. Sehingga memberikan ide selanjutnya bagi penelitian kebidanan untuk meneliti hubungan erat dengan kasus tentang pre-eklamsia dengan angka kematian ibu. 1.4.3 Bagi Tempat Penelitian (Puskesmas Koto Baru) Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Koto Baru Kabupaten Pesisir Selatan dalam penanganan kasus pre-eklamsia sehingga dapat mengurangi angka kematian ibu yang masih tinggi pada saat ini serta memberikan informasi dan masukan bagi Puskesmas Koto Baru Kabupaten Pesisir Selatan di dalam menerapkan pelayanan kesehatan yang profesional dan untuk meningkatkan derajat pelayanan kesehatan.



9



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Konsep Kehamilan 2.1.1 Defini Kehamilan Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari fase fertilitas hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan berlangsung dalam tiga trimester, trimester satu berlangsung dalam 13 minggu, trimester kedua 14 minggu (minggu ke-14 hingga ke- 27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Diki Retno, dkk, 2021). Menurut Lusiana Gultom, dkk (2020), Kehamilan adalah proses normal yang menghasilkan serangkaian perubahan fisiologis dan psikologis pada wanita hamil. Kehamilan merupakan periode dimana terjadi perubahan kondisi biologis wanita disertai dengan perubahan perubahan psikologis dan terjadinya proses adaptasi terhadap pola hidup dan proses kehamilan itu sendiri. Proses kehamilan sampai persalinan merupakan mata rantai satu kesatuan dari konsepsi, nidasi, pengenalan adaptasi, pemeliharaan kehamilan, perubahan endokrin sebagai persiapan menyongsong kelahiran bayi, dan persalinan dengan kesiapan pemeliharaan bayi.



10



Kehamilan adalah kondisi yang rentan terhadap semua jenis "stres", yang berakibat pada perubahan fungsi fisiologis dan metabolik. Kehamilan adalah



pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi sampai permulaan persalinan. Kehamilan terjadi jika ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum (konsepsi), dan nidasi (implantasi) hasil konsepsi (Dartiwen, 2019). 2.1.2 Tanda Gejala kehamilan Menurut Dartiwen (2019), tanda gejala kehamilan sebagai berikut : a.



Tanda



mungkin



Amenorea



(tidak



dapat



haid),



mual



dan



muntah,mengidam (ingin makanan kusus), sinkop (pingsan) anoreksia (tidak ada selera makan), fatigue (lelah), payudara membesar dan tegang serta sedikit nyeri, sering miksi (kencing),konstipasi atau opstipasi, pigmentasi kulit oleh hormone kortikosteroid, varises. b.



Tanda pasti hamil. Gerakan janin, denyut jantung janin. 2.1.3 Perubahan Fisiologis pada saat kehamilan



Menurut Lusiana Gultom, dkk (2020), ada beberapa perubahan fisiologi yang terjadi saat kehamilan adalah : a.



Uterus Uterus bertambah besar, dari alat yang beratnya 30 gr menjadi 1000 gr, dengan ukuran panjang 32 cm, lebar 24 cm dan ukuran muka belakang 22 cm. Pembesaran ini disebabkan oleh hypertrofi dari otot otot rahim, tetapi pada kehamilan muda terbentuk juga sel sel otot yang baru



b.



Vagina dan Vulva. Terjadi hipervaskularisasi pada vagina dan vulva karena pengaruh esterogen sehingga terlihat merah dan kebiruan.



c.



Ovarium. Ovulasi berhenti, masih terdapat korpusluteum graviditas sampai terbentuknya uri (plasenta) yang mengambil alih pengeluaran esterogen dan progesterone.



d.



Payudara. Payudara membesar disebabkan oleh hipertrophi dari alveoli, hal ini sering menimbulkan hipersensitivitas pada mamae.



e.



Darah. Volume darah bertambah, baik plasma maupun eritrositnya menyebabkan oleh hydraemia lebih menonjol hingga biasanya kadar Hb menurun



2.1.4 Usia kehamilan Kehamilan berlangsung selama 9 bulan menurut penanggalan international, 10 bulan menurut penanggalan luar, atau sekitar 40 minggu. Kehamilan dibagi menjadi tiga periode bulanan atau trimester. Trimester pertama adalah periode minggu pertama sampai minggu ke 13. Trimester kedua adalah periode minggu ke 14 sampai ke 26, Sedangkan Trimester ke tiga, minggu ke 27 sampai kehamilan cukup bulan 38-40 minggu (Diki Retno, dkk, 2021). 1) Usia kehamilan trimester I (0-3 bulan/ 1-13 minggu). Dalam masa kehamilan trimester pertama terjadi pertumbuhan dan perkembangan pada sel telur yang telah dibuahi dan terbagi dalam 3 fase yaitu fase ovum, fase embrio dan fase janin. Fase ovum sejak proses pembuahan sampai proses implamasi pada dinding uterus, fase ini di tandai dengan proses pembelahan sel yang kemudian disebut dengan zigot. Fase ovum memerlukan waktu 10 – 14 hari setelah proses pembuahan. Fase embrio ditandai dengan pembentukan organ organ utama,Fase ini berlangsung 2 sampai 8 minggu. Fase janin berlangsung dari 8 minggu sampai tibanya waktu kelahiran, pada fase ini tidak ada lagi pembentukan melainkan proses pertumbuhan dan perkembangan. Pemeriksaan dokter atau bidan secara rutin pada periode kehamilan



trimester II bertujuan untuk mengetahui riwayat kesehatan ibu yang sedang hamil, sehingga memungkinkan kehamilannya dapat diteruskan atau tidak. 7. 2) Usia kehamilan trimester II (4-6 bulan / 14 – 26 minggu) Masa kehamilan trimester II merupakan suatu periode pertumbuhan yang cepat. Pada periode ini bunyi jantung janin sudah dapat didengar, gerakan janin jelas, panjang janin kurang lebih 30 cm dan beratnya kurang lebih 600 gr. Pada periode ini , dokter dan bidan biasanya mengadakan pemeriksaan terhadap berat dan tekanan darah, pemeriksaan urin, detak jantung baik ibu maupun janin serta kaki dan tangan untuk melihat adanya pembekakan (odema) dan gejaja gejala yang umum terjadi. Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk mengetahui kemungkinan timbulnya suatu penyakit yang membahayakan proses pertumbuhan dan perkembangan janin pada akhir masa kehamilan. 3) Usia kehamilan trimester III (7-9 bulan/ 27 -40 minggu) Trimester III kehamilan adalah periode penyempurnaan bentuk dan organ organ tumbuh janin untuk siap dilahirkan. Berat janin pada usia kehamilan trimester ini mencapai 2,5 Kg. Semua fungsi organ organ tubuh yang mengatur kehidupan sudah berjalan dengan sempurna. Oleh karena adanya perubahan tersebut, pemeriksaan rutin lebih sering dilakukan biasanya 2 kali seminggu. Hal ini dimaksudkan untuk memantau lebih teliti setiap perkembangan dan pertumbuhan janin, kondisi fisik maupun psikis calon ibu, kemungkinan yang akan terjadi pada calon ibu maupun janin selama sisa proses kehamilan serta dalam menghadapi proses persalinan.



2.2 Konsep KehamilanTrimester III 2.2.1 Pengertian Kehamilan Trimester III Trimester ketiga berlangsung selama 13 minggu, mulai dari minggu ke-28 sampai minggu ke-40. Pada trimester ketiga, organ tubuh janin sudah terbentuk. Hingga pada minggu ke-40 pertumbuhan dan perkembangan utuh telah dicapai (Diki Retno, dkk, 2021). Kehamilan trimester III merupakan kehamilan dengan usia 28-40 minggu dimana merupakan waktu mempersiapkan kelahiran dan kedudukan sebagai orang tua, seperti terpusatnya perhatian pada kehadiran bayi sehingga disebut juga sebagai periode penantian (Dartiwen, 2019). 2.2.2 Perubahan Fisiologis Trimester III Menurut Dartiwen (2019), perubahan fisiologi pada masa kehamilan Trimester III adalah : a. Minggu ke-28/bulan ke-7 Fundus berada dipertengahan antara pusat dan sifoudeus. Hemoroid mungkin terjadi. Pernapasan dada menggantikan pernapasan perut. Garis bentuk janin dapat dipalpasi. Rasa panas perut mungkin terasa. b. Minggu ke-32/bulan ke-8 Fundus mencapai prosesus sifoideus, payudara penuh, dan nyeri tekan. Sering BAK mungkin kembali terjadi. Selain itu, mungkin juga terjadi dispnea. c. Minggu ke-38/bulan ke-9 Penurunan bayi ke dalam pelvis/panggul ibu (lightening). Plasenta setebal hampir 4 kali waktu usia kehamilan 18 minggu dan beratnya 0,5-0,6 kg. Sakit punggung dan sering BAK meningkat. Braxton Hicks



meningkat karena serviks dan segmen bawah rahim disiapkan untuk persalinan. 2.2.3 Perubahan Psikologis Trimester III Menurut Diki Retno, dkk (2021), perubahan psikologis pada masa kehamilan Trimester III yaitu : a. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh dan tidak menarik b. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu c. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan, khawatir akan keselamatannya d. Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal, bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya e. Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya f. Merasa kehilangan perhatian g. Perasaan mudah terluka (sensitif) dan libido menurun 2.2.4 Kebutuhan dasar pada trimester III Menurut Sylvi Wafda (2019), Kebutuhan dasar pada ibu hamil trimester III adalah : 1) Kebutuhan fisik ibu hamil a)



Oksigen Pada kehamilan terjadi perubahan sistem respirasi untuk memenuhi kebutuhan oksigen, akibat desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar ibu hamil akan bernafas lebih dalam. Hal ini akan berhubungan dengan aktivitas paru-paru untuk mencukupi kebutuhan oksigen. Untuk memenuhi kecukupan oksigen yang meningkat, disarankan bagi ibu hamil untuk jalan-jalan di pagi



hari, duduk-duduk di bawah pohon yang rindang, berada di ruang yang ventilasinya cukup. b) Nutrisi Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira 84.000 kalori selama masa kurang lebih 280 hari. Dianjurkan penambahan 300 kkal/hari untuk ibu hamil trimester ketiga. Dengan demikian dalam satu hari asupan energi ibu hamil trimester ketiga dapat mencapai 2300 kkal/hari. Penambahan jumlah protein dianjurkan sebanyak 17 gram untuk kehamilan pada terimester III atau sekitar 1,3 g/kg per hari. Vitamin dan mineral diperlukan untuk mendukung 13 pertumbuhan dan perkembangan janin serta proses diferensiasi sel, seperti vitamin c, asam folat, zat besi, kalsium, zink, dan air. c)



Istirahat



Kehamilan



trimester



III



sering



diiringi



dengan



bertambahnya ukuran janin, sehingga kadang kala ibu kesulitan untuk menentukan posisi yang baik dan nyaman saat tidur. Istirahat yang diperlukan ialah 8 jam pada malam hari dan 1 jam di siang hari, walaupun tidak dapat tidur baiknya berbaring saja untuk istirahat, sebaiknya dengan kaki yang terangkat, mengurangi duduk atau berdiri. d) Aktivitas fisik Ibu hamil yang sehat dapat melakukan aktivitas fisik sehari-hari dengan memperhatikan kondisi ibu dan keamanan janin yang dikandungnya. Kegiatan fisik atau olahraga yang banyak dianjurkan adalah jalan-jalan pagi hari untuk ketenangan, relaksasi, latihan otot ringan dan mendapatkan udara segar. Hindari melakukan gerakan peregangan berlebihan pada otot perut, punggung serta



rahim. Ikuti senam hamil sesuai dengan anjuran petugas kesehatan. Senam hamil merupakan suatu program latihan fisik yang sangat penting bagi calon ibu untuk mempersiapkan persalinan baik secara fisik atau mental. Gerakan yang dilakukan memang dikonsentrasikan pada organ-organ kehamilan yang diperlukan untuk melancarkan proses kehamilan dan persalinan. e)



Kebutuhan personal hygiene Pada ibu hamil karena bertambahnya aktivitas metabolisme tubuh maka cenderung menghasilkan keringat yang berlebih, sehingga perlu menjaga 14 kebersihan badan secara ekstra selain itu menjaga kebersihan badan juga mendapatkan rasa nyaman bagi tubuh.



f)



Seksual Memasuki trimester III, janin sudah semakin besar dan bobot janin semakin berat, membuat tidak nyaman untuk melakukan hubungan intim. Pada trimester ketiga minat libido menurun. Hubungan intim tetap bisa dilakukan tetapi dengan posisi tertentu dan lebih hati-hati. Hubungan seks selama kehamilan juga mempersiapkan ibu hamil untuk proses persalinannya nanti melalui latihan otot panggul yang akan membuat otot tersebut menjadi kuat dan fleksibel.



g) Persiapan persalinan Menjelang proses persalinan, setiap ibu hamil diharapkan melakukan persiapan persalinan agar tercapainya persalinan yang aman dan selamat. Persiapan persalinan dijelaskan dalam Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) yang juga tercantum di dalam buku KIA, penolong persalinan,



fasilitas tempat bersalin, pendamping persalinan, calon donor darah, transportasi, dan adanya perencanaan termasuk pemakaian KB. h) Memantau kesejahteraan janin Pemantauan gerakan janin minimal dilakukan selama 12 jam, dan pergerakan janin selama 12 jam adalah minimal 10 kali gerakan janin yang dirasakan oleh ibu hamil. Gerakan janin normal rata-rata bergerak 3-4 kali dalam 1 jam. 15 i)



Program stimulasi dan nutrisi pengungkit otak (brain booster) Perkembangan struktur dan sirkuit otak yang merupakan faktor kecerdasan dimulai sejak janin dan selanjutnya dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor keturunan dan lingkungan . Salah satu cara yang dapat dilakukan ibu hamil untuk meningkatkan perkembangan kecerdasan janin dikandungannya dengan stimulasi dan pemenuhan nutrisi pengungkit otak.



2) Kebutuhan psikologis ibu hamil trimester III Ibu hamil trimester akhir akan lebih berorientasi pada realitas untuk menjadi orang tua dan menantikan kelahiran anaknya. Perlunya dukungan dari suami dan anggota keluarga serta dukungan dari tenaga kesehatan kepada ibu memberikan rasa aman dan nyaman selama kehamilan. 2.3 Konsep Pre-Eklamsia 2.3.1 Pengertian Pre-Eklamsia Preeklamsia adalah kelaianan multi sistemik yang terjadi pada kehamilan yang ditandai dengan adanya hipertensi dan edema, serta dapat disertai proteinuria, biasanya terjadi pada usia kehamilan 20 minggu keatas atau dalam



triwulan ketiga dari kehamilan, tersering pada kehamilan 37 minggu, ataupun dapat terjadi segera sesudah persalinan (Diana Christine, 2018). Preeklampsia adalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung disebabkan oleh kehamilan. Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria yang muncul pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan (Arantika, dkk, 2019). Preeklampsia pada ibu hamil adalah suatu kondisi kegawatdaruratan yang harus segera ditangani agar tidak terjadi eklampsia. Tekanan darah yang tinggi dapat memicu kejang pada ibu hamil. Kejang terjadi karena adanya gangguan aktivitas otak yang berakibat pada menurunnya kesadaran bahkan sampai kehilangan kesadaran (Ratnawati, 2020). 2.3.2 Klasifikasi Pre-Eklamsia Menurut Ratnawati (2020), ada 2 klasifikasi pre-eklamsia yaitu : a. Pre-Eklamsia ringan 1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau yang lebih di ukur pada posisi berbaring terlentang atau kenaiakan diastolik dengan interval pemeriksaan 6 jam 2) Cara pengukurn sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam. 3) Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka atau kenaikan berat badan 1 kg atau lebih perminggu. 4) Proteinuria memiliki berat 0,3 gr atau per liter, kualitatif 1+ atau 2+ pada urin kateter atau midstream. b. Pre-Eklamsia berat



1) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih 2) Proteinuria 5 gr/lt atau lebih per liter 3) Oliguria yaitu jumlah urine < 500 cc per 24 jam 4) Terdapat oedema paru dan sianosis 5) Adanya gangguan serebral, gangguan visus dan rasa nyeri di epigastrum 2.3.3 Etiologi Pre-Eklamsia Penyebab pre-eklamsia sampai sekarang belum diketahui. Terdapat banyak teori yang mencoba menerangkan sebab penyakit tersebut tetapi tidak ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Menurut Ratnawati (2020), Teori yang dapat diterima menerangkan : 1) Penyebab



pre-eklamsia



yaitu



bertambahnya



frekuensi



pada



primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa. 2) Bertambah frekuensi karena semakin tua kehamilan 3) Dapat terjadi perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus 4) Timbuknya hipertensi, edema, proteinuria, kejang, koma Menurut Arantika, dkk (2019) Faktor resiko terjadinya pre-eklamsia antara lain sebagai berikut : a. Primigravida terutama primigravida tua b. Kelompok sosial ekonomi yang rendah c. Hipertensi esensial d. Penyakit ginjal kronik (menahun dan terus-menerus) e. Diabetes melitus (DM) f. Obesitas



g. Riwayat pre-eklamsia pada kehamilan yang lain dalam keluarga 2.3.4 Tanda Gejala Pre-Eklamsia Menurut Diana Christine (2018), ada beberapa tanda gejala pre-eklamsia yaitu : a. Gejala awal yang muncul adalah hipertensi Adanya kenaikan tekanan sistole 30 mmHg atau lebih dan kenaikan diastole 15 mmHg atau lebih. Untuk memastikan diagnosa tersebut harus dilakukan pemeriksaan tekanan darah minimal dua kali dengan jarak 6 jam pada saat istirahat. b. Oedema Penimbunan secara umum dan berlebihan dalam jaringan tubuh biasanya dapat diketahui dengan kenaikan BB yang berlebihan serta pembengkakan kaki, jari tangan dan muka. Bila kenaikan BB lebih dari 1 kg setiap minggunya selama beberapa kali maka perlu adanya kewaspadaan akan timbulnya pre-eklamsia. c. Proteinuria Kosentrasi protein dalam urine >0,3 gr/liter urine 24 jam atau pemeriksaan kuantitatif menunjukkan +1 atau +2. Proteinuria timbul lebih lambat dari dua gejala sebelumnya sehingga perlu kewaspadaan jika muncul gejala tersebut. 2.3.5 Patofisiologi Pre-Eklamsia Menurut Diana Christine (2018), yang termasuk patofisiologi preeklamsia adalah : 1) Vasokontriksi merupakan dasar patogenesis pre-eklamsia dan eklamsia. Vasokontriksi menimbulkan peningkatan total perifer resisten dan



menimbulkan hipertensi. Adanya vasokontriksi juga akan menimbulkan hipoksia pada endotel. Selain adanya vasokontriksi arteri spinalis akan menyebabkan terjadinya penurunan perfusi uteroplasenter yang selanjutnya akan menimbulkan maladaptasi plasenta. 2) Hipoksia atau anoksia jaringan merupakan sumber reaksi hiperoksidase lemak sedangkan proses hiperoksidase itu sendiri memerlukan peningkatan konsumsi oksigen sehingga dengan demikian akan mengganggu metabolisme didalam sel hiperoksidase lemak adalah hasil proses oksidase lemak tak jenuh yang menghasilkan hiperoksidase lemak jenuh. Peroksidase lemak merupakan radikal bebas. Apabila keseimbangan antara peroksidase terganggu, dimana peroksidase dan oksidan lebih dominan maka akan timbul keadaan yang disebut stress oksidatif. 3) Pada pre-eklamsia dan eklamsia serum anti oksidan kadarnya menurun dan plasenta menjadi sumber terjadinya peroksidase lemak. Sedangkan pada wanita hamil normal, serumnya mengandung transferin, ion tembaga dan sulfhidril yang berperan sebagai antioksidan yang cukup kuat. Peroksidase lemak beredar dalam aliran darah melalui ikatann lipoprotein. Peroksidase lemak ini akan sampai kesemua komponen sel yang dilewati termasuk sel-sel endotel yang akan mengakibatkan rusaknya sel-sel endotel tersebut. Rusaknya sel-sel endotel tersebut akan mengakibatkan antara lain adheli dan agregasi trombosit, gangguan permeabilitas lapisan endotel terhadap plasma, terlepasnya enzim lisosom, tromboksan dan serotonim sebagai akibat dari rusaknya trombosit. Produksi prostasiklin terhenti. Terganggunya keseimbangan



prostasiklin dan tromboksan. Terjadi hipoksia plasenta akibat konsumsi oksigen oleh peroksidase lemak. 4) Pada pre-eklamsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi peningkatan hematokrit, dimana perubahan pokok pada preeklamsia yaitu mengalami spasme pembuluh darah perlu adanya kompensasi hipertensi (suatu usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan tercukupi). Dengan adanya spasme pembuluh darah menyebabkan perubahanperubahan ke organ antara lain: a.



Otak Mengalami resistensi pembuluh darah ke otak meningkatkan akan terjadi oedema yang menyebabkan kelainan cerebral bisa menimbulkan pusing dan CVA serta kelainan visus pada mata.



b.



Ginjal Terjadi spasme arteriole glomerulus yang menyebabkan aliran darah ke ginjal berkurang maka terjadi filtrasi glomelurus negatif, dimana filtrasi natrium lewat glomelurus mengalami penurunan sampai dengan 50% dari normal yang mengakibatkan retensi garam dan air sehingga terjadi oliguri dan oedema.



c.



URI Dimana aliran darah plasenta menurun yang menyebabkan gangguan plasenta maka akan terjadi IUGR, oksigenisasi berkurang sehingga akan terjadi gangguan pertumbuhan janin, gawat janin serta kematian janin dalam kandungan.



d.



Rahim Tonus otot rahim peka rangsang terjadi peningkatan yang akan menyebabkan partus prematur.



e.



Paru Dekompensi cordis yang akan menyebabkan oedema paru sehingga oksigenasi terganggu dan sianosis maka akan terjadi gangguan pola nafas. Juga mengalami aspirasi paru atau abses paru yang bisa menyebabkan kematian.



f.



Hepar Penurunan perfusi ke hati dapat menyebabkan oedema hati dan perdarahan subskapular sehingga sering menyebabkan nyeri epigastrium serta ikterus.



2.3.6 Komplikasi Pre-Eklamsia Menurut Ratnawati (2020), komplikasi pre-eklamsia sebagai berikut: a. Pada ibu 1) Eklamsia 2) Solusio plasenta 3) Perdarahan subkapsula hepar 4) Kelainan pembekuan darah (DIC) 5) Sindrom HELLP (hemolisis, elevared, liver, enzymes dan low platelet count) 6) Ablasio retina 7) Gagal jantung hingga syok dan kematian



b. Pada janin 1) Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus 2) Prematur 3) Asfiksia neonaturum 4) Kematian dalam uterus 5) Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal 2.3.7 Penatalaksanaan Pre-Eklamsia Menurut Arantika (2019), Penatalaksanaan pre-eklamsia dengan tindakan seperti : a. Segera rawat diruangan yang terang dan tenang, terpasang infus dektrosa/RL dari IGD b. Total bed rest dalam posisi lateral decubitus c. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam d. Antasida e. Diuretika antepartum : monitol, post partum : spironolakton (non K release), forosemide (K release). Indikasi : edema paru-paru, gagal jantung kongestif, edema anasarka f. Anti hipertensi, indikasi : tekanan darah > 180/110 mmHg g. Kardiotonika, indikasi : gagal jantung h. Antipiretik, jika suhu > 38,5 0C i. Anti kejang 1) Sulas magnesikus (MgSO4), syarat : tersedia antidotum calsium clukonas 10% (1 amp/IV dalam 3 menit). Reflek patella (+), respiratory rate > 16x/i, tanda distress nafas (-), produksi urine >100 cc dalam 4 jam sebelumnya. Penghentian SM : pengobatan



dihentikan bila terhadap tanda-tanda intoksikasi setelah 6 jam pasca persalinan atau dalam 6 jam tercapai normotensi 2) Diazepam : digunakan bila MgSO4 tidak tersedia atau syarat pemberian MgSO4 tidak terpenuhi. Cara pemberian : drip 10 mg dalam 500 ml maksimal 120 mh/24 jam. Jika dalam dosis 100 mg/24 jam tidak ada pemberian, alih rawat ruang ICU. 2.3.8 Pengobatan Pre-eklamsia Menurut Ratnawati (2020), ada beberapa cara pengobatan untuk preeklamsia adalah : a. Belum inpartu, amniotomi dan oxytocin drip (OD), sectio caesaria, syarat : kontraindikasi oxytocin drip 12 jam OD belum masuk fase aktif b. Sudah inpartu, kala I fase aktif : 6 jam tidak masuk, fase aktif dilakukan SC (bila perlu drip oxytocin). Kala II pada persalinan pervaginan dilakukan partus buatan vacum ektraksi (VE)/forceps ekstraksi (FE) c. Untuk kehamilan 35 tahun faktor resiko dapat disebabkan karena pada usia tersebut terjadi perubahan jaringan organ reproduksi dan jalan lahir karena proses penuaan cenderung berakibat buruk pada proses kehamilan dan persalinan yang dapat menyebabkan kesakitan dan kematian pada ibu. 2.4.2 Paritas Paritas adalah keadaan seorang ibu yang melahirkan janin lebih dari satu. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman untuk kehamilan dan persalinan. Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi. Berdasarkan teori immunologikhal ini dikarenakan pada kehamilan pertama terjadi pembentukan “blocking antibides” terhadap antigen yang tidak sempurna, namun pada paritas tinggi akan terjadi lagi penigkatan angka kejadian pre-eklamsia/eklamsia, semakin tinggi paritas semakin tinggi kematian maternal (Arantika, 2019). Menurut Arantika (2019), paritas adalah wanita yang pernah melahirkan dan dibagi menjadi beberapa istilah : a. Primigravida Seorang wanita yang telah melahirkan janin untuk pertama kali b. Multipara Seorang wanita telah melahirkan janin lebih dari satu kali



c. Grande multipara



Seorang wanita yang telah melahirkan janin lebih dari lima kali. Pada primigravida frekuensi pre-eklamsia lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida terutama primigravida muda. 2.4.3 Berat Badan Menurut WHO menyatakan batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan oleh IMT (Indeks Masa Tubuh) atau BMI (Body Mass Index). IMT didefenisikan sebagai berat badan dibagi tinggi badan kemudian dikalikan 100 (Dartiwen, dkk, 2019). Menurut Dartiwen, dkk (2019), pada ibu hamil terdapat 4 kategori IMT : a) Normal



: 19,8-26,6



b) Under weight : 29,0



Berat badan wanita hamil akan mengalami kenaikan sekitar 6,5-16,5 kg. Kenaikan berat badan terlalu banyak ditemukan pada kasus pre-eklamsia dan eklamsia, kenaikan berat badan wanita hamil disebabkan oleh janin, uri, air ketuban, uterus, payudara, kenaikan volume darah, lemak, protein dan retensi air (Dartiwen, dkk, 2019). Berat badan hamil harus memadai bertambah sesuai dengan umur kehamilan. Berat badan yang bertambah dengan normal menghasilkan anak yang normal demikan juga sebaliknya. Kondisi fisik dan kenaikan berat badan normal bagi wanita hamil pada setiap trimester sebagai berikut : a) Trimester I (0-12 minggu)



Umumnya nafsu makan ibu berkurang sering timbul rasa mual dan ingin muntah. Pada kondisi ini, ibu harus tetap berusaha untuk makan agar janin dapat tumbuh dengan baik. Kenaikan berat badan antara 0,7-1,4 kg. b) Trimester II (sampai dengan usia 28 minggu) Nafsu makan sudah pulih, kebutuhan makan harus diperbanyak, kenaikan berat badan normal 6,7-7,4 kg. c) Trimester III (sampai dengan usia 40 minggu) Nafsu makan sangat baik tetapi jangan berlebihan. Kenaikan berat badan normal antara 12,7-13,4 kg. Berat badan ibu sebelum hamil dan kenaikan berat badan selama hamil kurang (under weihgt) atau lebih (over weight) dari normal akan membuat kehamilan menjadi beresiko (low risk). Berat badan ibu yang kurang akan beresiko melahirkan dengan berat badan kurang atau Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Bayi dengan BBLR tentu akan terganggu perkembangan dan kecerdasannya. Selain kesehatan fisiknya yang juga kurang bagus, berat badan ibu berlebih atau sangat cepat juga beresiko mengalami perdarahan atau bisa jadi merupakan indikasi awal terjadinya keracunan kehamilan (preeklamsia) atau diabetes melitus. Mula-mula over weight, tensi tinggi, bengkak pada kaki, ginjal bermasalah akhirnya keracunan kehamilan. Bayi juga akan beresiko terhambatnya pertumbuhan janin, pengiriman makanan ke janin jadi berkurang karena adanya penyempitan pembuluh darah. Bila penyempitan darah berlanjut akan berakibat fatal pada janin. Berat badan ibu berlebihan juga biasa mempengaruhi proses persalinan.



Jadi berat badan yang ideal akan mempermudah berjalannya kelahiran tanpa komplikasi. Berat badan ideal selama hamil akan segera mengembalikan bentuk tubuh ke berat semula setelah kelahiran (Dratiwen, dkk, 2019).



2.5 Kerangka Teori/Konsep 1. Kerangka Teori Faktor Resiko



Gejala



1. 2. 3. 4. 5.



Usia Paritas Berat badan/obesitas Riwayat pre-eklamsia Kelompok sosial ekonomi rendah 6. Hipertensi esensial 7. Penyakit ginjal 8. DM



1. Hipertensi 2. Oedema 3. Protein urine



Pre-Eklamsia



Komplikasi Pada Ibu 1. Eklamsia 2. Solusio plasenta 3. Sindrom HELLP 4. Ablasio retina 5. Gagal jantung hingga syok dan kematian



1. 2. 3. 4. 5.



Penatalaksaan Segera rawat diruangan yang tenang dan terang Bed rest Diet cukup protein Antasida Diuretika antepartum



Pada Janin 1. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus 2. Premature 3. Asfiksia neonaturum 4. Kematian dalam uterus



Gambar 2.5.1 Kerangka Teori (Diana Christine, 2018)



2. Kerangka Konsep Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan maka kerangka konsep faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pre-eklamsia pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Koto Baru Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2022 sebagai berikut :



Variabel Independen



Variabel Dependen



Umur Kejadian Pre-Eklamsia Paritas



Berat Badan



Gambar 2.5.2 Kerangka Konsep



2.6 Hipotesis Hipotesis adalah pernyataan tentang suatu dalil atau kaidah, tetapi kebenarannya belum terujikan secara empirik. Hipotesis pada penelitian ini adalah : Ha 1



: Ada hubungan umur ibu hamil trimester III dengan kejadian preeklamsia di Puskesmas Koto Baru Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2022



H0 1



: Tidak ada hubungan umur ibu hamil trimester III dengan kejadian pre-eklamsia di Puskesmas Koto Baru Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2022.



Ha 2



: Ada hubungan paritas ibu hamil trimester III dengan kejadian preeklamsia di Puskesmas Koto Baru Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2022.



H0 2



: Tidak ada hubungan paritas ibu hamil trimester III dengan kejadian pre-eklamsia di Puskesmas Koto Baru Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2022.



Ha 3



: Ada hubungan berat badan ibu hamil trimester III dengan kejadian pre-eklamsia di Puskesmas Koto Baru Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2022.



H0 3



: Tidak ada hubungan berat badan ibu hamil trimester III dengan kejadian pre-eklamsia di Puskesmas Koto Baru Kabupaten Pesisir Selatan tahun 2022.



2.7 Definisi Operasional



No



Variabel



Defenisi



Alat Ukur



Operasional 1



Pre-eklamsia Terjadinya peningkatan



Cara



Hasil Ukur



Ukur Tensi meter,



Skala Ukur



Observasi Ya : TD :



uri scan



>140/90



TD dalam



(protein set),



mmHg,



kehamilan



Buku KIA



Ordinal



oedema (+),



140/90



protein urine



mmHg,



(+)



oedema (+),



Tidak :
20 th dan



sekarang



3



dimiliki ibu



Tidak



Ordinal



beresiko : paritas 2 dan 3 4



Berat badan



Parameter



Timbangan



Observasi Beresiko :



antropometri



dan alat ukur



IMT >26,6



pada ibu



tinggi badan



Tidak



hamil



beresiko : IMT α (0,05) maka tidak ada hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.



DAFTAR PUSTAKA



Adiputra, Sudarma, dkk. (2021). Metodologi Penelitian Kesehatan. Medan : Yayasan Kita Menulis. Amelia, SWN. (2019). Asuhan Kebidanan Kasus Kompleks Maternal & Neonatal. Yogyakarta : Pustaka Baru Press. Dartiwen, dkk. (2019). Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta : ANDI. Gultom, Lusiana, dkk. (2020). Asuhan Kebidanan Kehamilan. Sidoarjo : Zifatama Jawara. Kemenkes RI. (2019). Angka Kematian Ibu. Meidya, Arantika. (2019). Patologi Kehamilan. Yogyakarta : Pustaka Baru Press Notoatmodjo. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Profil Kesehatan Indonesia. (2020) Profil Kesehatan Sumatera Barat. (2019) Rakhmawarti, Nur. (2021). Faktor-faktor yang mempengaruhi preeklamsia pada ibu hamil di Puskesmas Banyuanyar Surakarta. Jurnal Kesehatan Madani Medika. Volume 12, No. 01, Hal 59-67, ISSN (P) : 2088-2246, ISSN (E) : 2684-7345 Ratnawati, Ana. (2020). Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.



Retno, Diki, dkk. (2021). Asuhan Kehamilan. Medan : Yayasan Kita Menulis. Setyawati, Anita, dkk (2018). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Preeklamsia di Indonesia. Jurnal Perawat Indonesia. Voleme 2, No. 1, Hal 32-40, e-ISSN 2548-7051. Word Healty Organization (WHO).(2019). Trend In Maternal Mortality : 2015 to 2019.geneva world health organization. Zam, Nurfadhillah. (2021). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian preeklamsia kehamilan dirumah sakit umum andi makkasau kota parepare. Jurnal Ilmiah Manusia dan Kesehatan, Volume 4, No. 1, pISSN 2614-5073, eISSN 2614-3151.