Proposal Inovasi Puskesmas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A.  Latar Belakang Sesuai dengan strategi Indonesia sehat tahun 2020 dan kebutuhan pembangunan sektor kesehatan di era desentralisasi ini, Departemen Kesehatan Republik Indonesia sudah menetapkan visi dan misi Puskesmas. Visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas adalah terwujudnya Kecamatan sehat tahun 2020. Kecamatan sehat merupakan gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang hidup di lingkungan yang sehat dan perilaku hidup masyarakat yang juga sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang ada di wilayahnya serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Pencapaian visi Indonesia 2020 dapat dicapai dengan menggerakan Puskesmas sebagai pelaksana teknis Dinas Kesehatan terbawah yang memiliki enam kewajiban yang harus dilaksanakan, yaitu upaya promosi kesehatan, kesehatan lingkungan (kesling), kesehatan ibu anak dan keluarga berencana, perbaikan gizi masyarakat, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, serta pengobatan. Program Kesehatan Lingkungan pada masyarakat adalah bagian dari program pembangunan kesehatan nasional. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kemandirian masyarakat dalam pemeliharaan kesehatan dengan titik berat pada upaya peningkatan kualitas hidup dan pencegahan penyakit disamping pengobatan dan pemulihan. Indikator yang akan dicapai adalah meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pola hidup bersih dan sehat, meningkatnya industri dan tempat-tempat umum yang sehat, menurunnya angka penyakit diare, demam berdarah dan penyakit akibat kurang sehatnya lingkungan di sekitar masyarakat.3 Di Puskesmas Krebet program Kesling yang dilaksanakan di Puskesmas Krebet secara umum yaitu pengawasan terhadap tempat-tempat umum (TTU), pengawasan terhadap tempat pengolahan makanan (TPM) dan pengawasan terhadap industri rumah tangga. Program yang dituangkan dalam tugas intregasi kepada petugas Kesling adalah melaksanakan program UKS, melaksanakan kunjungan TK, melaksanakan kunjungan SD, melaksanakan kunjungan rumah, melaksanakan kunjungan TTU, melaksanakan kunjungan TPM, serta penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD).



Penderita DBD di Puskesmas Krebet cenderung meningkat di tahun 2015 jumlah penderita 33 orang meningkat di tahun 2016 dengan total jumlah penderita 55 orang. Dengan sebaran penderita di masing-masing desa sebagai berikut : Desa Pulerejo sejumlah 13 orang, Desa Luworo sejumlah 6 orang, Desa Wonoayu sejumlah 3 orang, Desa Purworejo sejumlah 3 orang, Desa Krebet sejumlah 7 orang, Desa Pilangkenceng sejumlah 13 orang, Desa Kedungbanteng sejumlah 2 orang, Desa Muneng sejumlah 1 orang, Desa Ngale sejumlah 7 orang. Kegiatan yang dilakukan untuk penanggulangan DBD di wilayah kerja Puskesmas Krebet adalah penyuluhan di tiap-tiap desa, penyelidikan epidemiologi (PE) pada daerah yang ditemukan kasus, pemeriksaan jentik di rumah penduduk setiap 3 bulan sekali, fogging, dan pemberiaan bubuk abate. Dari data evaluasi Puskesmas tahun 2016 mengenai pemeriksaan jentik berkala (PJB) yang di laksanakan setiap 3 bulan sekali dinyatakan Angka Bebas Jentik (ABJ) sebesar 84,68%. Seharusnya menurut Departemen Kesehatan Angka Bebas Jentk (ABJ) sebesar 95%. Promosi kesehatan mengenai DBD (penyuluhan 3M plus dan pola penularan penyakit DBD) di laksanakan di tiap-tiap desa setahun sekali. Seharusnya menurut Departemen Kesehatan harus dilakukan penyuluhan 3M minimal setiap 3 bulan sekali oleh Puskesmas sebagai upaya penanggulangan DBD. Berdasarkan data evaluasi tersebut, sampai saat ini kasus DBD masih menjadi penyakit berbasis lingkungan di wilayah kerja Puskesmas Krebet yang perlu diperhatikan oleh berbagai pihak yang terkait, maka diperlukan peningkatan mutu program penanggulangan secara terpadu dan menyeluruh dalam hal pemberantasan kasus DBD oleh Puskesmas Krebet, terutama program pemeriksaan jentik berkala (PJB), mengingat kasus DBD masih tinggi.



B. Analisa Masalah Berdasarkan data di atas masalah yang muncul pada kasus DBD adalah: Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan jentik berkala (PJB) yang merupakan bagian dari survailans penanggulangan dan pencegahan penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Puskesmas Krebet belum optimal, dimana ditunjukkan dari data evaluasi program Puskesmas Krebet tahun 2016 mengenai program penanggulangan dan pemberantasan penyakit menular DBD khususnya kegiatan pemeriksaan jentik berkala (PJB) diketahui hasil Angka Bebas Jentik sebesar 84,68 %. Hal ini menggambarkan bahwa kegiatan ini belum berjalan secara efektif karena harusnya Angka Bebas Jentik menurut Penilaian Kinerja Puskemas yang di tetapkan Departemen Kesehatan sebesar 95 %, hal ini meningkatkan potensial tingginya kasus DBD di wilayah kerja Puskesmas Krebet. Padahal kegiatan ini sudah ditetapkan sebagai salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas Krebet yang rutin setiap 3 bulan sekali.



BAB II PENDEKATAN STRATEGIS A. Ide dan Judul Inovasi Dalam kaitannya dengan penurunan kasus DBD, di wilayah kerja Puskesmas Krebet, maka perlu dilakukan suatu langkah inovasi. Dalam rapat UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) Essensial yang dihadiri oleh: 1. Kepala Puskesmas 2. Penanggungjawab UKM Esensial 3. Semua anggota Pokja UKM Esensial berjumalah 6 orang 4.



Bagian Keuangan



Dalam rapat ini dengan metode Focus Group Discusion menghasilkan inovasi program DBD dengan judul inovasi “GULING ANTIK” , Minggu Keliling Anti Jentik. Inovasi “GULING ANTIK” dibahas dalam rapat Forum Masyarakat Sehat (FORMASA) wilayah kerja Puskesmas Krebet. Forum ini terdiri dari unsur MUSPIKA, Kepala Desa dan Tokoh Masyarakat. Keputusan dalam rapat ini FORMASA menyetujui inovasi “GULING ANTIK” untuk dilaksanakan. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Optimalisasi pelaksanaan kegiatan Pemantauan Jentik Berkala pada program kesehatan lingkungan UPT puskesmas Krebet dalam rangka inovasi pelaksanaan program penanggulangan kasus DBD. 2. Tujuan Khusus a. Teridentifikasinya masalah di kegiatan Pemantauan Jentik Berkala melalui data sekunder, wawancara dan observasi untuk di dapatkan hasil PJB yang akurat b. Menurunkan angka kasus DBD. c. Membimbing kader dan masyarakat untuk berpartisipasi secara mandiri dalam kegiatan pemeriksaan jentik setiap seminggu sekali. d. Diperolehnya beberapa solusi dan alternatif pemecahan masalah pada kegiatan pemantauan jentik setiap seminggu sekali.



C. Ruang Lingkup Kegiatan Ruang Lingkup Kegiatan “GULING ANTIK” meliputi: 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan Kegiatan 3. Evaluasi D. Metode Pelaksanaan Metode dari pelaksanaan “GULING ANTIK” adalah sebagai berikut: a. Tujuan Umum Setelah dilakukan kegiatan pemeriksaan jentik seminggu sekali, masyarakat desa mampu memeriksa jentik secara mandiri. b. Tujuan Khusus: 1) Masyarakat mengerti pengertian pemeriksaan jentik secara berkala / rutin 2) Masyarakat mengerti cara pemeriksaan jentik berkala 3) Masyarakat melaksanakan kegiatan pemeriksaan jentik seminggu sekali 4) Tercapainya Angka Bebas Jentik sesuai PKP c. Alat dan Bahan 1) Alat pemeriksaan jentik (senter, pipet plastik, botol sampel) 2) Formulir pemeriksaan yang di tempel di tembok 3) Formulir pemeriksaan yang di gunakan untuk merekap 4) ATK d. Sasaran 1) Individu 2) Kelompok Masyarakat



BAB III PELAKSANAAN DAN PENERAPAN INOVASI A. Pelaksanaan Inovasi Melakukan kegiatan untuk memeriksa jentik yang dilakukan oleh setiap ibu rumah tangga di rumah masing-masing, memeriksa semua tempat penampungan air menggunakan senter. Kemudian di tulis di lembar hasil pemeriksaan jentik yang di tempel di tembok depan rumah masing-masing. Setiap hari minggu kader berkeliling di setiap rumah-rumah warga untuk mencatat hasil pemeriksaan jentik melihat dari lembar hasil pemeriksaan yang di tempel di tembok untuk di rekap.



B. Pemangku Kepentingan Pelaksanaan inovasi kegiatan “GULING ANTIK” program DBD dibagi dalam tiga kelompok, yaitu : penggagas ide, pelaku utama dan penggerak. 1. Penggagas ide inovasi adalah Kepala Puskesmas Krebet 2. Pelaku Utama terdiri dari : a. Koordinator UKM Essensial Puskesmas Krebet b. Pelaksana Program DBD Puskesmas Krebet c. Masyarakat di tiap-tiap desa d. Kader Kesehatan Puskesmas krebet e. FORMASA (Forum Masyarakat Sehat) 3. Penggerak adalah: a. Dinas Kesehatan Kab. Madiun b. Camat Kecamatan Pilangkenceng c. Kepala Desa Se-wilayah kerja Puskesmas Krebet C. Sumber Daya 1.



Sumber daya Manusia Sumber daya manusia dalam inovasi ini melibatkan lintas program Puskesmas Krebet, lintas sektor dan Forum Masyarakat Sehat (FORMASA).



2.



Sumber dana Pembiayaan diperoleh dari Bantuan Operasional Kegiatan dan dana dari ADD desa



D. Keluaran 1. Masyarakat menjadi mandiri memeriksa jentik di rumah sendiri, pemeriksaan jentik nyamuk



dilakukan



satu



kali



dalam



seminggu,



pada



waktu pagi hari,



apabila diketemukan jentik nyamuk maka warga menulis di blangko pemeriksaan yang di tempel di tembok 2. Terkendalinya jentik nyamuk di tempat penampungan air 3. Angka kejadian kasus DBD menurun 4. Angka Bebas Jentik meningkat 5. Kader menjadi pro aktif bergerak menyadarkan masyarakat pentingnya PJB E. Cara Memantau kegiatan Kegiatan Setiap minggu keliling memeriksa jentik 1. Adanya kegiatan warga secara mandiri memeriksa jentik / m engecek tempat penampungan air dan tempat yang dapat tergenang air bersih apakah ada jentik dan apakah sudah tertutup dengan rapat. Untuk tempat air yang sulit dikuras diberi bubuk larvasida (abate). 2. Adanya Kader yang berkeliling mencatat hasil pemeriksaaan jentik di rumah-rumah warga 3. Adanya Kader yang melakukan perekapan hasil pemeriksaan jentik tiap RT 4. Adanya rekap hasil Angka Bebas Jentik tingkat RT 5. Adanya rekap hasil Angka Bebas Jentik tingkat Desa



F. Evaluasi 1. Laporan bulanan, tribulan, semester dan tahunan. 2. Identifikasi permasalahan capaian hasil kegiatan 3. Analisa masalah dan penyebab masalah 4. Membuat rencana tindak lanjut 5. Melaksanakan implementasi hasil rencana tindak lanjut 6. Evaluasi terhadap pelaksanaan rencana tindak lanjut



G. Kendala Kendala program inovasi “GULING ANTIK” ini terdiri dari: 1. Sumber Daya Manusia Kurangnya kader di setiap RT sebagai pengrekap hasil pemeriksaan jentik dari hasil pemeriksaan di rumah-rumah warga.



2. Sumber Dana Sebagian dari kegiatan ini didanai dari Bantuan Operasional Kesehatan tapi alokasi kegiatannya baru setiap 3 bulan sekali belum didanai setiap minggu. 3. Komunikasi Pihak ketiga Belum adanya lembaga sosial yang mendukung kegiatan.



BAB IV MANFAAT DAN KESINAMBUNGAN INOVASI A. Manfaat 1. Bagi Puskesmas a. Mampu melakukan dan memberikan upaya pengendalian keberadaan larva/jentik di permukiman atau tempat-tempat umum. b. Dapat memetakan daerah yang Angka Bebas Jentiknya rendah c. Dapat terlihat gambaran daerah yang endemis DBD d. Menurunkan angka kejadian DBD e. Meningkatnya sanitasi lingkungan 2. Bagi Masyarakat a. Masyarakat memahami tentang cara pemeriksaan jentik nyamuk secara mandiri b. Masyarakat dapat melakukan PSN di tempat c. Menurunkan angka kejadian DBD d. Menumbuhkan kepedulian di masyarakat e. Kewaspadaan dan pengendalian adanya wabah DBD B. Rencana Jangka Panjang Inovasi Inovasi baru ini memiliki potensi keberlanjutan, artinya inovasi “GULING ANTIK” dapat terwujud secara berkelanjutan apabila memiliki beberapa aspek atau ada prakondisi yang harus dipenuhi agar ide dapat tercapai. Aspek-aspek keberlanjutan tersebut adalah: 1. Aspek pelaksanaan ide “GULING ANTIK” merupakan ide visioner yang memiliki manfaat luar biasa bagi program DBD; 2. Aspek keefektifan program pencegahan, penyakit DBD. 3. Aspek perencanaan bagi pelaksanaan inovasi maupun dari sisi capaian tahapan-tahapan kegiatan. 4. Aspek monitoring-evaluasi pelaksanaan kegiatan melalui capaian indikator keberhasilan.



C. Pembelajaran dari Inovasi “GULING ANTIK” Pembelajaran yang merupakan hasil dari Inovasi “GULING ANTIK” adalah : 1. Mengembangkan kemampuan sosial Pemahaman masyarakat tentang kebersihan lingkungan terutama pemberantasan saranng nyamuk lebih meningkat, apabila diberi kesempatan dan peluang maka dapat menjadi sumber informasi bagi masyarakat. 2. Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah



Inovasi “GULING ANTIK”



mampu mendorong dan melatih kader kesehatan dan



masyarakat untuk mampu mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang dihadapinya. 3. Menumbuhkan kesadaran sebagai warga negara yang baik,  Program ini dapat memberikan wawasan nilai moral dan sosial untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab, baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan sosialnya.



BAB V PENUTUP Kebijakan inovasi ”GULING ANTIK” Program Penanggulangan Penyakit DBD Pada Puskesmas Krebet dilaksanakan oleh progremer DBD bersama masyarakat dan kader kesehatan untuk menanggulangi penyakit DBD dan dibantu juga oleh tenaga medis lainnya seperti dokter, Kesehatan masyarakat, Perawat. Dalam melaksanakan implementasi kebijakan penyakit DBD, para implementator tentunya memahami benar apa yang harus dilakukan supaya tujuannya tercapai. Salah satu cara yang dilakukan oleh adalah melaksanakan penyuluhan, pemberian abate, melakukan PE pada kasus DBD yang di temukan, Pemberantasan Sarang Nyamuk, Fogging bilamana memenuhi prosedur terhadap penyakit DBD. Komunikasi, sikap atau disposisi, sumber daya,dan struktur birokrasi juga mempengaruhi implementasi program pemberantasan penyakit DBD wilayah kerja Puskesmas Krebet Perlunya ditambah kader yang mengerti dan memahami tentang pemberantasan sarang nyamuk dan PJB agar pelaksanaan penanggulangan penyakit DBD dapat berjalan optimal dan juga harus bekerjasama dengan lintas sektor, lembaga-lembaga sosial supaya memudahkan sosialisasi pemberantasan penyakit DBD. Para tenaga medis pun harus melakukan pendekatan secara persuasif ke lingkungan masyarakat dalam melakukan sosialisasi, diantaranya dengan mengunjungi kegiatan-kegiatan kemasyarakatan seperti acaran pengajian, disana dapat meminta waktu untuk memberikan pengetahuan tentang bahaya dan kewasapadaan tentang penyakit DBD.