Proposal Kuantitatif [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI SMK NEGERI 1 PENGASIH



PROPOSAL SKRIPSI



Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan



Disusun Oleh : Dian Purnomo NIM. 14802241035



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN JURUSAN PENDIDIKAN ADMINISTRASI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017



A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar



dan



proses



pembelajaran



agar



peserta



didik



secara



aktif



mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1). Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003). Jadi, tujuan pendidikan adalah berkembangnya potensi peserta didik. Pendidikan membutuhkan sumber daya yang mendukung dan menunjang pelaksanaannya agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Guru adalah sosok yang menempati posisi dan memegang peran penting dalam pendidikan. Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan. Sehingga, guru dituntut untuk meningkatkan kualitas dalam melaksanakan tugasnya agar memiliki kinerja yang tinggi.



1



Kinerja adalah prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja (Mulyasa, 2004: 136). Kinerja dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal yaitu dorongan untuk bekerja, tanggung jawab terhadap tugas, minat terhadap tugas. Sedangkan faktor eksternal yaitu penghargaan atas tugas, peluang untuk berkembang, perhatian dari kepala sekolah, hubungan interpersonal sesama guru, adanya pelatihan, kelompok diskusi terbimbing, dan layanan perpustakaan (Mulyasa, 2007: 227). Kinerja guru adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran yaitu bagaimana guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai serta mengevaluasi pembelajaran. Kinerja guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, merupakan faktor utama dalam pencapaian tujuan pengajaran, keterampilan peguasaan proses pembelajaran ini sangat erat kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab guru sebagai pengajar, pendidik dan fasilator belajar siswa. Jadi, kinerja guru berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Guru harus memiliki penguasaan tehadap materi pelajaran, penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan cara-cara menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya, disamping itu guru harus merupakan pribadi yang berkembang dan bersifat dinamis.



2



Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa: Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban (1) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis, (2) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan dan (3) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. SMK Negeri 1 Pengasih merupakan salah satu sekolah kejuruan terbaik di Kabupaten Kulon Progo, sehingga dituntut untuk meningkatkan kualitasnya baik dari segi input, proses, maupun output. Guru di SMK Negeri 1 Pengasih dituntut untuk memiliki kinerja yang tinggi agar dapat menunjang berjalannya proses pendidikan. Peneliti telah melakukan observasi di SMK Negeri 1 Pengasih. Berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah SMK Negeri 1 Pengasih diperoleh informasi bahwa guru dalam melaksanakan tugasnya ada yang memiliki kinerja tinggi, namun ada juga yang belum memiliki kinerja yang tinggi. Peneliti juga mendapatkan informasi berdasarkan wawancara dengan siswa SMK Negeri 1 Pengasih bahwa guru hanya menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran di dalam kelas juga kurang dimanfaatkan dengan baik, sebagian besar guru hanya fokus pada LKS maupun buku paket saja. Berdasarkan hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa terdapat fenomena gap kinerja guru di SMK N 1 Pengasih.



3



Kepemimpinan kepala sekolah dapat juga mempengaruhi kinerja guru karena kepala sekolah adalah seorang manager di sekolah yang bertugas membimbing dan mengarahkan guru untuk mencapai tujuan sekolah. Kepala sekolah adalah guru yang diangkat dan memiliki tugas tambahan untuk memimpin sekolah. Tugas kepala sekolah dalam proses kegiatan belajar mengajar lebih sedikit namun kepala sekolah memiliki tanggung jawab atas proses belajar mengajar yang terjadi di sekolah. Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi yang sangat berpengaruh dan menentukan kemajuan sekolah harus memiliki kemampuan administrasi, memiliki komitmen tinggi, dan luwes dalam melaksanakan tugasnya. Kepemimpinan kepala sekolah yang baik harus dapat mengupayakan peningkatan kinerja guru melalui program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan. Oleh karena itu kepala sekolah harus mempunyai kepribadian atau sifat-sifat dan kemampuan serta keterampilan-keterampilan untuk memimpin sebuah lembaga pendidikan. Dalam perannya sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah harus dapat memperhatikan kebutuhan dan perasaan orang-orang yang bekerja sehingga kinerja guru selalu terjaga. Depdiknas dalam Sudrajat (2010) menyatakan bahwa terdapat tujuh peran utama kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru yaitu (1)educator



(pendidik),



(2)manager,



(3)administrator,



(4)supervisor,



(5)leader, (6)pencipta iklim kerja, (7) wirausahawan.



4



Hal ini dapat diwujudkan jika seorang kepala sekolah dapat atau bisa memberikan sikap keteladanan yang baik dalam berperilaku, perhatian terhadap respon guru dan pemberian kesempatan untuk pengambilan keputusan di organisasi dalam pencapaian visi dan misi organisasi. Jika hal ini diperhatikan dengan baik maka akan memberikan hal yang positif dalam peningkatan semangat kerja guru. Salah satu penelitian lain yang mendukung pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru adalah sebagai berikut: Vela Miarri Nurma Arimbi (2011) yang mengkaji pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru sekolah menegah kejuruan (SMK) Di Temanggung, memperoleh hasil bahwa ada pengaruh positif kepemimpinan sekolah dengan kinerja guru di SMK Negeri 1 Temanggung. Berdasarkan latar belakang di atas maka kepemimpinan kepala sekolah dan motivasi merupakan faktor yang diduga sebagai penentu kinerja guru dan diperkuat dengan hasil penelitian sebelumnya maka peneliti tertarik untuk mengajukan judul skripsi “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SMK Negeri 1 Pengasih”



5



2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka identifikasi permasalahan yang menjadi bahan pengkajian dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Kualitas pendidikan di sekolah seringkali dipandang dari sejauhmana



prestasi siswa, guru atau kepala sekolah, sehingga kinerja guru menjadi salah satu sorotan. b. Guru sebagai pendidik wajib memiliki kriteria-kriteria, yaitu: kualifikasi



akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional sehingga terciptanya kualitas kinerja guru yang profesional. c. Kinerja guru dituntut dengan indikasi kemampuan merancang program



pembelajaran, menata, mengelola kelas, mendidik, mengajar, dan melatih para peserta didik dalam proses pembelajaran. d. Adanya perbedaan motivasi yang dimiliki tiap-tiap guru dan lingkungan



kerja sehingga kualitas kinerja guru di sekolah akan berbeda-beda pula. e. Siswa untuk pengembangan dan kemajuan sekolah berkaitan dengan



peran kepala sekolah sebagai leader dan manager sehingga perlu dicermati mengenai kepemimpinan kepala sekolah lebih lanjut. f.



Kepala sekolah sebagai pemimpin dituntut mampu mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran melalui berbagai program yang direncanakan sehingga diharapkan kemampuan manajemen dan kepemimpinan terlaksana dengan baik dalam meningkatkan mutu pendidikan.



6



g. Kepala sekolah diharapkan mampu menciptakan lingkungan kerja yang



kondusif sehingga berdampak pada kinerja atau prestasi kerja guru baik dan keefektifan kepemimpinan kepala sekolah. h. Sering ditemui kepala sekolah dalam memimpin mengalami beberapa



kendala diantaranya dalam mengorganisasikan kegiatan guru sehingga terdapat guru yang tidak disiplin. Hal ini mengidentifikasikan bahwa kepala



sekolah



dituntut



mampu



melaksanakan



tugas



sebagai



administrator, sekaligus sebagai pemimpin (leader), manager, dan supervisor.



3. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah diuraikan. Pada Penelitian ini akan lebih ditekankan pada kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru, yang pada hakikatnya merupakan salah satu kunci keberhasilan proses pelaksanaan atau peningkatan mutu pendidikan. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang ada, tidak semua dijadikan masalah penelitian, karena keterbatasan peneliti sehingga peneliti membatasi masalah pada pelaksanaan fungsi kepemimpinan kepala sekolah, kinerja guru, serta hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Pengasih.



7



4. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan diatas maka permasalahan yang menjadi bahan pengkajian dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Adakah pengaruh kempemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru baik secara parsial maupun simultan? b. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru baik secara parsial maupun simultan?



5. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah sehingga rumusan masalah seperti diatas, dapat dirumuskan tujuannya yaitu untuk mengetahui hal-hal berikut: a. Kepemimpinan Kepala Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Pengasih. b. Pengaruh kepemimpinan Kepala Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Pengasih terhadap kinerja guru baik secara parsial maupun simultan. c. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan Kepala Sekolah Menegah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Pengasih terhadap kinerja guru baik secara parsial maupun simultan.



8



6. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Manfaat Teoritis 1) Penelitian ini sebagai sarana mengembangkan ilmu pengetahuan yang secara teoritis dipelajari dan secara khusus pengetahuan tentang peningkatan kinerja guru. 2) Bagi dunia pendidikan, penelitian ini bermanfaat sebagai sarana untuk pertimbangan dalam penelitian-penelitian yang serupa dimasa yang akan datang berkaitan dengan pengetahuan untuk meningkatkan kinerja sumber daya pendidikan yaitu guru. 3) Bagi peneliti selanjutnya penelitian ini dapat dikembangkan lebih baik lagi dengan meneliti faktor-faktor lain yang mempengaruhi kinerja guru. b. Manfaat Praktis 1) Bagi Peneliti Penelitian ini diharapakan dapat menambah pengetahuan nanti dalam melaksanakan tugas keseharian sebagai guru untuk bekerja dengan sungguh-sungguh dan dengan kinerja yang tinggi, sehingga akan mencapai hasil yang optimal.



9



2) Bagi Guru SMK Negeri 1 Pengasih Penelitian



ini



diharapkan



dapat



membantu



guru



untuk



melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang lebih efisien dan kondusif agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, serta membantu guru untuk meningkatkan kinerjanya lebih professional sebagai staf pendidik. 3) Bagi Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Pengasih Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang baik pada sekolah itu sendiri dalam rangka memperbaiki kualitas siswa pada khususnya dan kualitas sekolah. 4) Bagi Universitas Negeri Yogyakarta Hasil penelitian ini dapat menambah koleksi pustaka untuk bahan bacaan dan kajian ilmu khususnya bagi para mahasiswa pendidikan administrasi perkantoran dan mahasiswa universitas negeri Yogyakarta pada umumnya.



10



B. KAJIAN TOERI DAN FORMULA HIPOTESIS 1. Kajian Teori a. Definisi Kinerja Menurut Mangkunegara (2007: 67) istilah kinerja berasal dari Job Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja adalah prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja (Mulyasa, 2004: 136). Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kinerja sebagai sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan, dan kemampuan kerja. Jadi kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya. b. Kinerja Guru Kinerja guru dapat dilihat pada saat guru melaksanakan proses pembelajaran



termasuk



persiapannya



dalam



bentuk



perangkat



pembelajaran. UU No.14 Tahun 2005 Bab IV Pasal 20 a tentang Guru dan Dosen dalam melaksanakan tugas keprofesional guru berkewajiban: merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan evaluasi hasil pembelajaran.



11



Kinerja guru merupakan kemampuan kerja yang dicapai oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas sebagai seorang pengajar yang profesional. Kinerja yang dimaksud adalah kinerja dalam proses pembelajaran yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. c. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru Muhlisin (2008) mengatakan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja guru adalah: 1) Kepribadian dan dedikasi Kepribadian adalah suatu cerminan dari citra seorang guru dan akan mempengaruhi interaksi antara guru dan anak didik. Oleh karena itu kepribadian merupakan faktor yang menentukan tinggi rendahnya martabat guru. Kepribadian guru akan tercermin dalam sikap dan perbuatannya dalam membina dan membimbing anak didik. Semakin baik kepribadian guru, semakin baik dedikasinya dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru, ini berarti tercermin suatu dedikasi yang tinggi dari guru dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pendidik.



12



Kepribadian dan dedikasi yang tinggi dapat meningkatkan kesadaran akan pekerjaan dan mampu menunjukkan kinerja yang memuaskan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi. Guru yang memiliki kepribadian yang baik dapat membangkitkan kemauan untuk giat memajukan profesinya dan meningkatkan dedikasi dalam melakukan pekerjaan mendidik sehingga dapat dikatakan guru tersebut memiliki akuntabilitas yang baik. 2) Pengembangan profesi Pengembangan profesi guru merupakan hal penting untuk diperhatikan guna mengantisipasi perubahan dan beratnya tuntutan terhadap profesi guru. Pengembangan profesionalisme guru menekankan kepada penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya. Pengembangan profesional guru harus memenuhi beberapa standar sebagaimana yang dikemukakan Stiles dan Horsley dalam Muhlisin (2008) bahwa ada empat standar pengembangan profesi guru, yaitu: a) Standar pengembangan profesi A adalah pengembangan profesi untuk para guru memerlukan pembelajaran isi sains yang diperlukan melalui perspektif-perspektif dan metodemetode inquiri;



13



b) Standar pengembangan profesi B adalah pengembangan profesi untuk guru memerlukan pengintegrasian pengetahuan sains, pembelajaran, pendidikan, dan siswa, juga menerapkan pengetahuan tersebut ke pengajaran sains; c) Standar pengembangan profesi C adalah pengembangan profesi untuk para gurumemerlukan pembentukan pemahaman dan kemampuan untuk pembelajaran sepanjang masa; d) Standar pengembangan profesi D adalah program-program profesi untuk guru harus koheren (berkaitan) dan terpadu. Pembinaan dan pengembangan profesi guru bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan dilakukan secara terus menerus sehingga mampu menciptakan kinerja sesuai dengan persyaratan yang diinginkan, disamping itu pembinaan harus sesuai arah dan tugas/fungsi yang bersangkutan dalam sekolah. Semakin sering profesi guru dikembangkan melalui berbagai kegiatan maka semakin mendekatkan guru pada pencapaian predikat guru yang profesional dalam menjalankan tugasnya sehingga harapan kinerja guru yang lebih baik akan tercapai. 3) Kemampuan mengajar Kemampuan mengajar guru yang sesuai dengan tuntutan standar tugas yang diemban memberikan efek positif bagi hasil yang ingin dicapai seperti perubahan hasil akademik siswa, sikap siswa, keterampilan siswa, dan perubahan pola kerja guru yang makin meningkat, sebaliknya jika kemampuan mengajar yang dimiliki



14



guru sangat sedikit akan berakibat bukan saja menurunkan prestasi belajar siswa tetapi juga menurunkan tingkat kinerja guru itu sendiri. Kemampuan mengajar guru menjadi sangat penting dan menjadi keharusan bagi guru untuk dimiliki dalam menjalankan tugas dan fungsinya, tanpa kemampuan mengajar yang baik sangat tidak mungkin guru mampu melakukan inovasi atau kreasi dari materi yang ada dalam kurikulum yang pada gilirannya memberikan rasa bosan bagi guru maupun siswa untuk menjalankan tugas dan fungsi masing-masing. 4) Hubungan dan komunikasi Komunikasi memegang pera penting dalam organisasi, adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya. Misalnya Kepala Sekolah tidak menginformasikan kepada guru-guru mengenai kapan sekolah dimulai sesudah libur maka besar kemungkinan guru tidak akan datang mengajar. Guru



dalam



proses



pelaksanaan



tugasnya



perlu



memperhatikan hubungan dan komunikasi baik antara guru dengan Kepala Sekolah, guru dengan guru, guru dengan siswa, dan guru dengan personalia lainnya di sekolah. Hubungan dan komunikasi yang baik membawa konsekuensi terjalinnya interaksi seluruh komponen yang ada dalam sistem sekolah. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru akan berhasil jika ada hubungan dan komunikasi yang baik dengan siswa sebagai komponen yang diajar.



15



Kinerja guru akan meningkat seiring adanya kondisi hubungan dan komunikasi yang sehat di antara komponen sekolah sebab dengan pola hubungan dan komunikasi yang lancar dan baik mendorong pribadi seseorang untuk melakukan tugas dengan baik. 5) Hubungan dengan masyarakat Sekolah merupakan lembaga sosial yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat lingkungannya, sebaliknya masyarakat pun tidak dapat dipisahkan dari sekolah sebab keduanya memiliki kepentingan, sekolah merupakan lembaga formal yang diserahi mandat untuk mendidik, melatih, dan membimbing generasi muda bagi peranannya di masa depan, sementara masyarakat merupakan pengguna jasa pendidikan itu. Hubungan dengan masyarakat harus terjamin baik dan berlangsung kontinu, maka diperlukan peningkatan profesi guru dalam hal berhubungan dengan masyarakat. Guru disamping mampu melakukan tugasnya masing-masing di sekolah, mereka juga diharapkan dapat dan mampu melakukan tugas-tugas hubungan dengan masyarakat. Mereka bisa mengetahui aktivitas-aktivitas masyarakatnya, paham akan adat istiadat, mengerti aspirasinya, mampu membawa diri di tengah-tengah masyarakat, bisa berkomunikasi dengan mereka dan mewujudkan cita-cita mereka.



16



Untuk mencapai hal itu diperlukan kompetensi dan perilaku dari guru yang cocok dengan struktur sosial masyarakat setempat, sebab ketika kompetensi dan perilaku guru tidak cocok dengan struktur sosial dalam masyarakat maka akan terjadi benturan pemahaman dan salah pengertian terhadap program yang dilaksanakan sekolah dan berakibat tidak adanya dukungan masyarakat terhadap sekolah, padahal sekolah dan masyarakat memiliki kepentingan yang sama dan peran yang strategis dalam mendidik dan menghasilkan peserta didik yang berkualitas. 6) Kedisiplinan Kedisiplinan sangat perlu dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing siswa. Disiplin yang tinggi akan mampu membangun kinerja yang profesional sebab pemahaman disiplin yang baik guru mampu mencermati



aturan-aturan



dan



langkah



strategis



dalam



melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar. Kemampuan guru dalam memahami aturan dan melaksanakan aturan yang tepat, baik dalam hubungan dengan personalia lain di sekolah maupun dalam proses belajar mengajar di kelas sangat membantu upaya membelajarkan siswa ke arah yang lebih baik. Kedisiplinan bagi para guru merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.



17



Kedisiplinan seorang guru menjadi tuntutan yang sangat penting untuk dimiliki dalam upaya menunjang dan meningkatkan kinerja dan disisi lain akan memberikan tauladan bagi siswa bahwa disiplin sangat penting bagi siapapun apabila ingin sukses. 7) Kesejahteraan Faktor kesejahteraan menjadi salah satu yang berpengaruh terhadap kinerja guru di dalam meningkatkan kualitasnya sebab semakin sejahteranya seseorang makin tinggi kemungkinan untuk meningkatkan kerjanya. Mulyasa (2004) menegaskan bahwa terpenuhinya



berbagai



macam



kebutuhan



manusia,



akan



menimbulkan kepuasan dalam melaksanakan apapun tugasnya. Profesionalitas guru tidak saja dilihat dari kemampuan guru dalam mengembangkan dan memberikan pembelajaran yang baik kepada peserta didik, tetapi juga harus dilihat oleh pemerintah dengan cara memberikan gaji yang pantas serta berkelayakan. Bila kebutuhan dan kesejahteraan para guru telah layak diberikan oleh pemerintah, maka tidak akan ada lagi guru yang membolos karena mencari tambahan diluar. Program peningkatan mutu pendidikan apapun yang akan diterapkan pemerintah, jika kesejahteraan guru masih rendah maka besar kemungkinan program tersebut tidak akan mencapai hasil yang maksimal.



18



Jadi tidak heran kalau guru di negara maju memiliki kualitas tinggi dan profesional, karena penghargaan terhadap jasa guru sangat tinggi. Adanya jaminan kehidupan yang layak bagi guru dapat memotivasi untuk selalu bekerja dan meningkatkan kreativitas sehingga kinerja selalu meningkat tiap waktu. 8) Iklim kerja Sekolah merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai unsur yang membentuk satu kesatuan yang utuh. Di dalam sekolah terdapat berbagai macam sistem sosial yang berkembang dari sekelompok manusia yang saling berinteraksi menurut pola dan tujuan tertentu yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungannya sehingga membentuk perilaku dari hasil hubungan individu dengan individu maupun dengan lingkungannya. Interaksi yang terjadi dalam sekolah merupakan indikasi adanya keterkaitan satu dengan lainnya guna memenuhi kebutuhan juga sebagai tuntutan tugas dan tanggung jawab pekerjaannya. Untuk terjalinnya interaksi-interaksi yang melahirkan hubungan yang harmonis dan menciptakan kondisi yang kondusif untuk bekerja diperlukan iklim kerja yang baik. Iklim yang kondusif pada tempat kerja dapat menjadi faktor penunjang bagi peningkatan kinerja sebab kenyamanan dalam bekerja membuat guru berpikir dengan tenang dan terkosentrasi hanya pada tugas yang sedang dilaksanakan.



19



d. Indikator Kinerja Guru Seorang guru yang memiliki kinerja yang tinggi ditunjukkan dengan keprofesionalannya dalam menjalankan profesinya. Menurut Suyud dalam Sugiyono (2010: 153) kinerja profesional guru diukur melalui: 1) Penguasaan bahan ajar, 2) Pemahaman karakteristik siswa, 3) Penguasaan pengelolaan kelas, 4) Penguasaan metode dan strategi pembelajaran, 5) Penguasaan evaluasi pembelajaran, 6) Kepribadian. Kinerja guru dibuktikan dengan kompetensi yang dimiliki guru dalam menunjang tugas dan perannya dalam meningkatkan pendidikan. Standar kompetensi guru terdapat dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 yang terdiri dari: 1) Kompetensi pedagogik, 2) Kompetensi kepribadian, 3) Kompetensi profesional, 4) Kompetensi sosial.



20



Berikut adalah penjabaran dari masing-masing kompetensi yang sudah di sebutkan diatas, yaitu: 1) Kompetensi Pedagogik a) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual b) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. c) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu. d) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. f) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. g) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. h) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. i) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. 2) Kompetensi Kepribadian a) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.



21



b) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, teladan, mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa bagi peserta didik dan masyarakat. c) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri. d) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru. 3) Kompetensi Profesional a) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. b) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. c) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. d) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri. 4) Kompetensi Sosial a) Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. b) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.



22



c) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya. d) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. Dalam penelitian ini indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja guru adalah (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi profesional, (4) kompetensi sosial, karena lebih mencakup semua aspek dan tidak terbatas pelaksanaan kegiatan belajar mengajar saja. e. Pengertian Kepemimpinan Kepala Sekolah Menurut



Soepardi



dalam



Mulyasa



(2004)



mendefinisikan



kepemimpinan untuk menyelenggarakan, mempengaruhi, memotivasi, melarang, dan bahkan menghukum serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja sama dalam rangka tujuan administratif secara efektif dan efisien. Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan murid yang menerima pelajaran (Wahjosumidjo, 2007).



23



kepemimpinan kepala sekolah dapat diartikan sebagai kemampuan kepala sekolah untuk menggerakkan, mengarahkan, membimbing, melindungi, membina, member teladan, memberi dorongan dan memberi bantuan terhadap semua sumber daya yang ada di suatu sekolah agar dapat mencapai tujuan sekolah.



f. Pendekatan Kepemimpinan Ngalim Purwanto (2005) mengatakan bahwa dalam hubungannya dengan kepemimpinan pendidikan ada 3 macam pendekatan, yaitu: 1) Pendekatan sifat Pendekatan



sifat



sangat



diperlukan



dalam



kepemimpinan



pendidikan, mengingat bahwa kepala sekolah dan guru atau pendidik lainnya perlu memiliki sifat-sifat yang baik dan sesuai. Kepala sekolah dituntut memiliki sifat-sifat yang baik untuk dapat memberikan bimbingan dan sekaligus member contoh kepada guru dan para siswanya. 2) Pendekatan perilaku Pendekatan perilaku merupakan konsep kepemimpinan yang sesuai dengan prinsip-prinsip mendidik. Salah satu fungsi pendidikan adalah mengubah tingkah laku subyek didik lainnya, baik perilaku sebagai individu maupun kelompok.



24



3) Pendekatan situasi Pendekatan situasional dalam kepemimpinan pendidikan tidak pula kalah pentingnya. Para pemimpin pendidikan, termasuk kepala sekolah dan guru-guru bahkan setiap lembaga pendidikan memiki situasi yang berbeda-beda sehingga memerlukan kepemimpinan berbeda pula.



g. Standar Kompetensi Kepala Sekolah Standar kompetensi tentang Standar Kepala Sekolah atau Madrasah terdapat dalam Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007. Kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah adalah: 5) Kompetensi kepribadian, 6) Kompetensi manajerial, 7) Kompetensi kewirausahaan, 8) Kompetensi supervisi 9) Kompetensi sosial.



25



Berikut ini adalah penjabaran dari kompetensi-kompetensi tersebut, yaitu: 1) Kompetensi Kepribadian a) Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan akhlak mulia bagi komunitas disekolah/madrasah. b) Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin. c) Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala sekolah/madrasah. d) Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi. e) Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah/ madrasah. f) Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.



2) Kompetensi Manajerial a) Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkat perencanaan. b) Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai denga n kebutuhan. c) Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/ madrasah secara optimal. d) Mengelola perubahan danpengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar yang efektif.



26



e) Menciptakan budaya dan iklim sekolah/ madrasah yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran peserta didik. f) Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumberdaya manusia secara optimal. g) Mengelola sarana dan prasarana sekolah/ madrasah dalam rangka pendayagunaan secara optimal. h) Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka



pencarian



dukungan



ide,



sumber



belajar,



dan



pembiayaan sekolah/ madrasah. i)



Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik.



j)



Mengelola



pengembangan



kurikulum



dan



kegiatan



pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional. k) Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang akuntabel, transparan, dan efisien. l)



Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah/madrasah.



m) Mengelola unit layanan khusus sekolah/ madrasah dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik disekolah/madrasah. n) Mengelola



sistem



informasi



sekolah/madrasah



dalam



mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan.



27



o) Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah/madrasah. p) Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan sekolah/ madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak lanjutnya. 3) Kompetensi Kewirausahaan a) Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah. b) Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar yang efektif. c) Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas



pokok



dan



fungsinya



sebagai



pemimpin



sekolah/madrasah. d) Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/madrasah. e) Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik. 4) Kompetensi Supervisi a) Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan profesionalisme guru. b) Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.



28



c) Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan profesionalisme guru. 5) Kompetensi Sosial a) Bekerja



sama



dengan



pihak



lain



untuk



kepentingan



sekolah/madrasah. b) Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. c) Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain. h. Peranan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru Guru dituntut memiliki kompetensi yang memadai, baik dari segi jenis untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Guru yang kompeten bukanlah sesuatu yang sederhana, untuk mewujudkan dan meningkatkan kompetensi guru diperlukan upaya sunggug-sungguh dan komprehensif. Salah satu upaya tersebut adalah melalui optimalisasi peran kepala sekolah (Sudrajat: 2007). Tujuh peran utama kepala sekolah dalam perspektif kebijakan Depdiknas (2006) yaitu: 1) Educator (pendidik), 2) Manager, 3) Administrator, 4) Supervisor, 5) Leader, 6) Pencipta iklim kerja, 7) wirausahawan.



29



Berikut adalah penjabaran dari masing-masing kompetensi tersebut: 1) Kepala sekolah sebagai educator (pendidik) Kepala sekolah sebagai educator harus memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik di sekolahnya, menciptakan iklim sekolah yang kondusif, memberikan nasihat kepada warga sekolah, memberikan dorongan kepada seluruh tenaga pendidik serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik. Kepala sekolah harus berusaha menanamkan, memajukan dan meningkatkan sedikit 4 macam nilai, yaitu pembinaan mental, moral, fisik dan artistik. 2) Kepala sekolah sebagai manager Tugas manajer adalah merencanakan, mengorganisasikan, mengatur, mengkoordinasikan, dan mengendalikan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manajer adalah orang yang melakukan sesuatu secara benar (people who do things right).Oleh karena itu, kepala sekolah harus mampu merencanakan dan mengatur serta mengendalikan semua program yang telah disepakati bersama.



30



Tugas penting yang harus dilakaukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembanan profesi para guru.



Kepala



memberikan



sekolah



sebaiknya



kesempatan



yang



dapat luas



memfasilitasi



kepada



guru



dan untuk



melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melaui kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan sekolah seperti MGMP, workshop, diskusi professional dan sebagainya. 3) Kepala sekolah sebagai administrator Kepala sebagai administrator sangat diperlukan karena kegiatan di sekolah tidak terlepas dari pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan dan pendokumentasian seluruh program sekolah. Kepala sekolah dituntut memahami dan mengelola kurikulum, administrasi peserta didik, administrasi sarana dan prasarana, dan administrasi kearsipan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara efektif agar administrasi sekolah dapat tertata dan terlaksana dengan baik. Kemampuan kepala sekolah sebagai administrator harus diwujudkan dalam penyusunan kelengkapan data administrasi pembelajaran, bimbingan dan konseling, kegiatan praktikum, kegiatan di perpustakaan, data administrasi peserta didik, guru, pegawai TU, penjaga sekolah, teknisi dan pustakawan, kegiatan ekstrakurikuler, data administrasi hubungan sekolah dengan orang tua murid, data administrasi gedung dan ruang surat menyurat.



31



4) Kepala sekolah sebagai supervisor Kepala



sekolah



sebagai



supervisor



berfungsi



untuk



membimbing, membantu, dan mengarahkan tenaga pendidik untuk mneghargai dan melaksanakan prosedur-prosedur pendidikan guna menunjang kemajuan pendidikan. Kepala sekolah juga harus mampu melakukan



berbagai



pengawasan



dan



pengendalian



untuk



meningkatkan kinerja tenaga pendidik. Pengawasan dilakukan sebagai tindakan preventif untuk mencegah



agar



para



tenaga



pendidik



tidak



melakukan



penyimpangan dan lebih hati-hati dalam melaksanakan tugasnya. Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu memaksakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan meliputi kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Dari hasil supervisi ini ,dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, tingkat penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan, selanjutnya diupayakan solusi pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru



dapat



memperbaiki



mempertahankan



kekurangan



keunggulannya



yang dalam



ada



sekaligus



melaksanakan



pembelajaran.



32



5) Kepala sekolah sebagai leader Teori kepemimpinan menyebutkan bahwa ada dua gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. 6) Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap guru lebih termotivasi untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh karena itu, dalam upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif, kepala sekolah hendaknya memperhatikan prinsipprinsip sebagai berikut: a) Para guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan menyenangkan, b) Tujuan



kegiatan



diinformasikan



perlu



kepada



disusun para



guru



dengan



jelas



sehingga



dan



mereka



mengetahui tujuan dia bekerja, para guru juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut, c) Para guru harus selalu diberitahu tentang dari setiap pekerjaannya, d) Pemberian hadiah lebih baik dari hukuman, namun sewaktuwaktu hukuman juga diperlukan,



33



e) Usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik guru sehingga memperoleh kepuasan. 7) Kepala sekolah sebagai wirausahawan Prinsip-prinsip



kewirausahaan



dihubungkan



dengan



peningkatan kompetensi guru, maka kepala sekolah sebaiknya dapat menciptakan



pembaharuan,



keunggulan



komparatif,



serta



memanfaatkan berbagi peluang, kepala sekolah dengan sikap kewirausahaan yang kuat akan berani melakukan perubahanperubahan yang inovatif di sekolahnya, termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran siswa beserta kompetensi gurunya Kepala sekolah sebagai wirusahawan harus mampu mencari, menemukan dan melaksanakan berbagai pembaharuan yang inovatif dengan menggunakan strategi yang tepat, sehingga terjalin hubungan yang harmonis antara keepala sekolah, staf, tenaga pendidik dan peserta didik, disamping itu juga agar pendidikan yang ada menjadi semakin baik. Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam organisasi, baik buruknya organisasi seringkali sebagian besar bergantung pada faktor pemimpin. Jadi , untuk dapat mendorong kinerja guru dibutuhkan pemimpin yang mampu mengarahkan, memotivasi dan mengawasi agar tujuan tersebut dapat tercapai.



34



2. Kajian Penelitian yang Relevan a. Pada penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Vela Miarro Nurma Arimbi (2011) dengan judul “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri di Temanggung”, Penelitian ini berkesimpulan bahwa Kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positif secara signifikan terhadap kinerja guru SMK Negeri di Temanggung sehingga tinggi rendahnya kualitas kepemimpinan kepala sekolah akan berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kinerja guru SMK Negeri di Temanggung. Hal tersebut ditunjukkan dengan uji regresi yang lebih kecil dari taraf signifikansi, yaitu < 0,05 dan nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel, yaitu 65,222 > 3,92. Koefisien R2 sebesar 0,306 berarti variabel kepemimpinan kepala sekolah mampu menjelaskan variabel kinerja guru sebesar 30,6%. Kebermaknaan 69,4% yang lainnya diperkirakan dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini seperti pengetahuan guru, kepribadian guru, dedikasi, pengembangan profesi, dan lain sebagainya. Tempat penelitian ini di SMK Negeri di daerah Temanggung. b. Pada penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Ari Sapta Nawang Pawikan (2011) dengan judul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sekolah Menengah Pertama se Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon”, Penelitian ini berkesimpulan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan partisipatif kepala sekolah dengan kinerja guru, hal



35



tersebut ditunjukkan dengan harga rxy dari perhitungan koefisien korelasi regresi yang diperoleh sebesar 0,497 yang bernilai positif. Harga koefisien determinan (R2) sebesar 0,300. Hal ini berarti 30 % variansi yang terjadi pada kinerja guru dijelaskan oleh gaya kepemimpinan partisipatif, sedangkan 70% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini seperti pengetahuan guru seperti faktor kepribadian guru, dedikasi, pengembangan profesi. c. Pada penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Adlan Adam (2014) dengan judul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SD Negeri di Kecamatan Gondokusuman Daerah Istimewa Yogyakarta”. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh peneliti tentang pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SD Negeri di Kecamatan Gondokusuman Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai sig 0,002 < 0.05. Selain itu dapat juga melihat nilai t, yaitu nilai t hitung sebesar 3,130 lebih besar jika dibandingkan dengan nilai t tabel sebesar 1,655. Adapun besarnya pengaruh gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di SD Negeri Kecamatan Gondokusuman Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebesar 6,4%. Sedangkan sisanya yaitu 93,6% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang bukan menjadi fokus pembahasan dalam penelitian ini. Tempat penelitian ini di SD Negeri Kecamatan Gondokusuman Daerah Istimewa Yogyakarta.



36



d. Pada penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Citra Pratiwi (2014) dengan judul “Pengaruh Tipe Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah Terhadap Kinerja uru SD Se-Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman”. Penelitian ini berkesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara tipe kepemimpinan demokratis kepala sekolah terhadap kinerja guru SD seKecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai Thitung sebesar 5,848 pada taraf signifikansi 5% (Thitung> Ttabel) yaitu 5,848 > 1,980. Sedangkan koefisien korelasi sebesar 0,519 dan koefisien determinasi sebesar 0,269. Dengan demikian dapat diartikan kinerja guru SD se-Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman 26,9% ditentukan oleh tipe kepemimpinan demokratis kepala sekolah. Selanjutnya 73,1% sisanya ditentukan oleh variabel lain yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini. e. Pada penelitian terdahulu yang telah dilakukan oleh Ayny Maharrayni Fatmawati (2015) dengan judul “Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di SMK N 4 Klaten”. Penelitian ini berkesimpulan bahwa kepemimpinan kepala sekolah berperan terhadap kinerja guru di SMK N 4 Klaten. Hal ini ditinjau dari setiap kompetensi kinerja guru, pada kompetensi pedagogik jumlah persentase yang didapatkan sebesar 45,33% dan jumlah responden sebesar 34 orang. Kompetensi kepribadian dengan jumlah persentase yang didapatkan sebesar 42,67% dan jumlah responden sebanyak 32 orang. Berdasarkan



37



data tersebut ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan berperan terhadap kompetensi pedagogik dan kepribadian. 3. Kerangka Pikir Sistem pendidikan membutuhkan sumber daya yang bekualitas agar mampu mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Guru memegang peranan penting dalam dunia pendidikan, karena guru adalah “lakon” di dalam kelas yang langsung berinteraksi dengan siswa. Oleh karena itu guru dituntut memiliki kinerja tinggi agar dapat “mengolah” siswa menjadi output yang berkualitas. Kinerja guru merupakan kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan evaluasi hasil pembelajaran. Namun di era sekarang ini, kemampuan tersebut tidaklah cukup, guru dituntut untuk memiliki berbagai kompetensi untuk menunjang tugas dan perannya. Kinerja guru dipengaruhi oleh berbagai macam faktor-faktor yaitu: a. Kepribadian dan dedikasi, b. Pengembangan profesi, c. Kemampuan mengajar, d. Hubungan dan komunikasi, e. Hubungan dengan masyarakat, f. Kedisiplinan, g. Kesejahteraan, h. Iklim kerja.



38



Peneliti mengambil salah satu dari faktor-faktor tersebut. kinerja guru dipengaruhi oleh iklim kerja dimana kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru. Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi



sekolah,



pembinaan



tenaga



kependidikan



lainnya,



dan



pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana (Mulyasa 2004: 25). Hal tersebut menjadi lebih penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah, yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan efisien. Salah satu upaya untuk menciptakan guru yang berkompeten adalah melalui optimalisasi peran kepala sekolah (Sudrajat: 2010). Dalam perspektif kebijakan Depdiknas terdapat tujuh peran utama kepala sekolah yaitu: a. educator (pendidik), b. manager, c. administrator, d. supervisor, e. leader, f. pencipta iklim kerja, g. wirausahawan.



39



Kepemimpinan Kepala Sekolah



Kinerja Guru



1. Educator (pendidik)



1. Kompetensi kepribadian



2. Manager



2. Kompetensi pedagogik



3. Administrator



3. Kompetensi profesional



4. Supervisor



4. Kompetensi sosial



5. Leader 6. Pencipta iklim kerja 7. Wirausahawan



Gambar 1 Kerangka Berpikir 4. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. (Suharsimi Arikunto, 2005: 67). Suatu hipotesis akan diterima apabila data yang dikumpulkan mendukung pernyataan maka hipotesis diterima. Hipotesis merupakan anggapan dasar yang kemudian membuat suatu teori yang masih harus diuji kebenarannya. Berdasarkan kerangka berpikir yang diuraikan di atas maka dapat diajukan suatu hipotesis dalam penelitian ini hipotesis tersebut adalah: ”Terdapat pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru”.



40



2. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, karena data yang diperoleh berupa angka-angka dan pengolahannya menggunakan metode statistik yang digunakan lalu diinterpretasikan. Tujuan dipilihnya pendekatan kuantitatif mengacu pada pendapat F.X. Sudarsono (1989:9) yaitu menggambarkan suatu gejala secara kuantitatif dengan sajian skor rerata, penyimpangan, grafik dan lainlain, serta membuat prediksi dan estimasi berdasarkan hasil analisis dan model yang telah ditetapkan. Lebih lanjut penelitian ini bersifat ex-post facto karena hanya mengungkapkan data peristiwa yang sudah berlangsung dan telah ada pada responden tanpa memberikan perlakukan atau manipulasi terhadap variabel yang diteliti. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2007: 3) yang menyatakan bahwa penelitian ex-post facto dilakukan untuk meneliti peristiwa yang terjadi dan kemudian meruntut ke belakang melalui data tersebut untuk menentukan sebab-sebab yang mungkin atas peristiwa yang diteliti. Jenis penelitian ini dipilih karena peneliti bermaksud untuk mengungkapkan seberapa besar pengaruh variabel bebas (kepemimpinan kepala sekolah) terhadap variabel terikat (kinerja guru) 2. Setting Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di SMK Negeri 1 Pengasih. Sekolah yang berlokasi di jalan Kawijo No.11, Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Studi ini akan dilakukan pada bulan Desember 2017.



41



3. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dari penelitian ini adalah seluruh guru SMK N 1 Pengasih. Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah guru ada 72, mengingat bahwa penelitian populasi dilakukan apabila peneliti ingin melihat semua liku-liku yang ada dalam populasi. Oleh karena subyeknya meliputi semua yang terdapat dalam populasi, maka penentuan sampel dengan memberlakukan semua populasi menjadi sampel adalah dengan metode sensus (Arikunto, 2006). 4. Variabel Penelitian dan Definisi Variabel Operasional a. Variabel Penelitian Menurut Aswarni Sudjud (1989: 3) variabel penelitian merupakan suatu konsep atau konstruksi logis yang mendeskripsikan sebuah ciri khusus yang terdapat pada seluruh anggota tetapi ciri khusus ini bervariasi. Selain itu Sutrisno Hadi (2004: 224) menyatakan variabel penelitian juga dapat diartikan sebagai objek menjadi sasaran penelitian yang menunjukkan variasi nilai baik dalam jenis maupun tingkatnya. Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa variabel penelitian adalah gejala yang dimiliki, ciri khusus dan bervariasi yang menjadi objek penelitian dan dapat diobservasikan atau diukur. Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat, sedangkan variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (X) adalah kepemimpinan kepala sekolah sedangkan kinerja guru sebagai variabel terikat (Y).



42



b. Definisi Variabel Operasional Untuk menghindari pengertian yang berbeda terhadap istilah yang ada dalam judul penelitian ini, maka berikut dijelaskan definisi operasional pada masing-masing variabel baik variabel bebas maupun variabel terikat. 1) Variabel 𝑿 Variabel 𝑋 dalam penelitian ini adalah kepemimpinan kepala sekolah yang diukur dengan indikator dibawah ini menurut Depdiknas dalam Sudrajat (2010): 1. Educator (pendidik) 2. Manager 3. Administrator 4. Supervisor 5. Leader 6. Pencipta iklim kerja 7. Wirausahawan



43



2) Variabel Y Variabel Y atau variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel yang bebas (Sugiyono, 2010: 61). Variabel Y dalam penelitian ini adalah kinerja guru. Kinerja guru yang diukur dengan indikator dibawah ini menurut UU Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 10: a) Kompetensi profesional b) Kompetensi kepribadian c) Kompetensi pedagogik d) Kompetensi sosial



5. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumentasi dan angket. Angket disini sebagai teknik utama penelitian dan teknik pendukung penelitian berupa studi dokumentasi. Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang identitas guru dan jumlah guru. Kemudian untuk metode angket yang digunakan adalah bentuk angket (kuesioner) tertutup, kuesioner tertutup yaitu responden sudah diberi jawaban alternatif. Responden tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan dirinya. Metode kuesioner digunakan untuk memperoleh informasi mengenai semua variabel yang bersangkutan.



44



Alasan digunakan angket sebagai metode utama dalam penelitian ini yaitu biaya relatif murah, waktu untuk mendapatkan data singkat, dan dapat dilakukan terhadap subjek dengan jumlah besar. Seperti yang dikemukakan oleh Sumadi Suryabrata (2003: 17-18) beberapa kelebihan dengan metode angket yaitu biaya murah, waktu untuk mendapatkan data relatif singkat, tidak dibutuhkan keahlian lapangan yang diselidiki, dan dilakukan sekaligus terhadap subjek yang jumlahnya besar. 6. Instrumen Pengumpulan Data a. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data (Suharsimi Arikunto, 2006: 126). Sesuai dengan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dan studi dokumentasi. Pedoman studi dokumentasi merupakan instrumen penelitian yang mempelajari dokumen–dokumen yang ada kaitannya dengan penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mencari informasi guna membantu dalam proses analisa data. Pedoman dokumentasi ini dijadikan sebagai data penunjang atau melengkapi data yang sudah diperoleh. Hal ini bisa melihat atau mengetahui identitas guru dan jumlah guru di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Pengasih yang dijadikan sebagai pedoman dalam mengukur pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SMK Negeri 1 Pengasih.



45



Angket yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan angket tertutup karena responden tinggal memilih jawaban yang telah disediakan oleh peneliti. Hal ini sesuai dengan pendapat Riduwan (2007: 27) yang menyatakan bahwa angket tertutup (angket terstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang (x) atau tanda checlist (√). Angket yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan telaah pustaka untuk mendukung variabel yang diungkap. Dalam pengembangan instrumen ini ditempuh langkah-langkah penyusunan instrumen mengacu pada pendapat yang dikemukakan Nana Sudjana dan Ibrahim (2001: 98) sebagai berikut: 1) Analisis variabel penelitian dan membuat indikator variabel berdasarkan teori atau konsep ilmiah. 2) Menetapkan jenis instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel. 3) Menyusun item atau pertanyaan sesuai dengan jenis instrumen. 4) Melakukan uji coba instrumen kemudian menguji validitas dan reliabilitasnya.



46



Berdasarkan teori yang telah disajikan dalam bab sebelumnya maka dapat dikemukakan indikator-indikator dari variabel penelitian sebagai berikut: Tabel 1. Kisi-kisi Kepemimpinan Kepala Sekolah No. No



Sub Variabel



Indikator Item a) Kepala sekolah merupakan



1, 2



panutan/keteladanan b) Kepala sekolah dapat dipercaya



3



c) Kepala



4



sekolah



mampu



mengemban



Karisma amanah 1.



(Charisma) d) Kepala sekolah dihormati oleh sesama



5–7



kepala sekolah warga sekolah e) Kepala



sekolah



mampu



mengambil



8 – 10



keputusan yang terbaik untuk kepentingan sekolah a) Kepala sekolah mengawal ketercapaian 11, 12 visi organisasi yang jelas Idealisme b) Kepala sekolah mampu (idealized 2.



13 mengkomunikasikan visi organisasi yang



Influence) jelas kepala sekolah c) Kepala sekolah mampu 14 mengkomunikasikan misi sekolah.



47



d) Kepala sekolah mampu mengkomunikasikan tujuan sekolah.



15



a) Kepala sekolah selalu memberi motivasi



16, 17



b) Kepala sekolah memberikan dukungan



18, 19



Motivasi terhadap gagasan guru inspirasi c) Kepala sekolah memberikan dorongan 3.



20, 21



(inspirational semangat motivation) d) Kepala sekolah memberikan inspirasi



22 – 24



Kepala sekolah kepada guru, karyawan, dan siswa



a) Kepala sekolah memberikan hak yang



25



sama b) Kepala sekolah menumbuhkan semangat



26



intelektual inovasi (intellectual c) Kepala sekolah mendukung cara-cara kerja 4.



27, 28



stimulation) guru kepala d) Kepala sekolah melibatkan partisipasi guru



29, 30



sekolah dalam menyelesaikan masalah e) Kepala sekolah memiliki



31, 32,



kecerdasan/intelektual



33 34 – 37



Consideration/ a) Kepala sekolah memberikan bimbingan 5.



kepedulian kepada guru, karyawan, dan siswa. terhadap



38 – 40



48



individu guru (individual



b) Kepala



sekolah



memberikan



nasehat



kepada guru, karyawan, dan siswa



consideration) kepala sekolah Tabel 2. Kisi-kisi Variabel Kinerja Guru No. No.



Sub Variabel



Indikator Item



Kinerja guru



a) Perumusan tujuan pembelajaran



1, 2, 3



b) Pemilihan dan pengorganisasian bahan



4–8



belajar/materi pelajaran



dalam



c) Pemilihan media/alat pembelajaran



9 – 13



Perencanaan



d) Skenario atau kegiatan pembelajaran



14 – 18



1.



Pembelajaran e) Pemilihan sumber belajar



Kinerja guru dalam



19 – 21



f) Penilaian hasil belajar



22 – 25



a) Kemampuan membuka pelajaran



26 – 29



b) Penguasaan bahan belajar (materi pelajaran)



30 – 33



c) Interaksi pembelajaran/skenario



34 – 41



pembelajaran



2. Pelaksanaan



d) Sikap guru dalam proses pembelajaran



Pembelajaran e) Evaluasi pembelajaran f) Kemampuan menutup kegiatan



42 – 45 46 – 48 49 – 52



pembelajaran



49



a) Memberikan test atau ulangan akhir pokok



53



Kinerja guru bahasan dalam 3.



b) Memberikan penilaian hasil belajar



54



c) Memeriksa hasil tugas atau test siswa



55



d) Daftar hasil pelaksanaan penilaian



56



Pelaksanaan Penilaian



Kinerja guru dalam Tindak



a) Mengolah dan menginformasikan hasil



57, 58



penilaian



4. lanjut hasil



b) Melaksanakan program perbaikan



59



penilaian



c) Melaksanakan program pengayaan



60



Berdasarkan tabel kisi-kisi tersebut kemudian disusun butir-butir instrumen yang akan digunakan dalam mengumpulkan data untuk penelitian ini dalam bentuk angket dengan pengukuran jenis data berskala interval yaitu skala yang menunjukkan jarak yang sama antara satu data dengan data yang lain. Butirbutir instrumen ini bersifat non-test dan dirancang menurut skala likert dengan alternatif jawaban diberi skor 1, 2, 3, dan 4. Analisis akan dilakukan secara kuantitatif. Pengukuran variabel bebas dan variabel terikat dalam hal ini kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja guru, disusun dalam bentuk skala likert dengan empat pilihan alternatif yakni: 



Skor 4 = Sangat Sesuai (SS)







Skor 3 = Sesuai (S)







Skor 2 = Tidak Sesuai (TS)







Skor 1 = Sangat Tidak Sesuai (STS)



50



b. Analisis Uji Kualitas Instrumen 1) Uji Validitas Instrumen Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan suatu instrumen (Suharsimi, 2006: 168). Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2010: 173). Cara mengukur validitas pada penelitian ini adalah dengan membandingkan antara kriteria yang ada pada instrumen dengan indikator masing-masing variabel. Cara menghitung validitas intrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor butir pertanyaan dengan skor total variabel dengan menggunakan alat bantu SPSS 19. Kemudian membandingkan nilai Correlated Item – Total Correlation pada tampilan output Cronbach Alpha dengan nilai r tabel. Jika r hitung lebih besar dari r tabel dan nilai positif, maka butir pertanyaan atau indikator tersebut dinyatakan valid (Ghozali, 2011:53). 2) Uji Reliabilitas Instrumen Reliabilitas menunjukan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen sudah baik (Suharsimi 2006: 86). Ghozali (2011: 47) menyatakan bahwa suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.



51



Reliabilitas instrumen dihitung dengan menggunakan alat bantu SPSS 19. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha. Nunnally dalam Ghozali (2011: 48) menyatakan bahwa suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,70. 7. Analisis Data a. Metode Analisis Data Metode analisis data digunakan untuk mengetahui bagaimana hubungan atau pegaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru SMK Negeri 1 Pengasih. 1) Statistik Deskriptif Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis



data



dengan



cara



mendeskripsikan



atau



menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2010: 208). Perhitungan yang digunakan untuk mengetahui tingkat persentase skor jawaban dari masing-masing pertanyaan: 𝑛



Persentase skor (%) = 𝑁 × 100% n = jumlah skor jawaban responden N = jumlah skor jawaban ideal



52



a) Menentukan angka persentase tertinggi 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 × 100% 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 5 × 100% = 100% 5 b) Menentukan angka persentase terendah 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 × 100% 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 1 × 100% = 20% 5 c) Rentang persentase = 100% -20% = 80% d) Interval kelas persentase = 80% : 5 = 16% Skor yang diperoleh dalam bentuk persentase dengan analisis deskriptif persentase kemudian dikonsultasikan dalam bentuk tabel kriteria. Tabel 3 Kriteria Analisis Deskriptif Persentase No.



Interval Persentase Skor



Kriteria



1.



85 < %skor ≤ 100



Sangat Tinggi



2.



69 < %skor ≤ 84



Tinggi



3.



53 < %skor ≤ 68



Cukup



4.



37 < %skor ≤ 52



Rendah



5.



21 < %skor ≤ 36



Sangat Rendah



53



2) Statistik Inferensial a) Uji Asumsi klasik (1) Uji multikolinearitas Uji



Multikolinearitas



digunakan



untuk



mengetahui apakah terjadi korelasi yang kuat di antara variabel-variabel independen yang diikutsertakan dalam pembentukan model. (2) Uji heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah



dalam



model



regresi



liner



kesalahan



pengganggu (e) mempunyai varians yang sama atau tidak dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk menguji heteroskedastisitas dapat diketahui dari nilai signifikan korelasi Rank Spearman antara masingmasing variabel independen dengan residualnya. Jika nilai signifikan lebih besar dari α (5%) maka tidak terdapat Heteroskedastisitas, dan sebaliknya jika lebih kecil dari α (5%) maka terdapat Heteroskedastisitas. (3) Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal karena dalam uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal (Ghozali, 2011:160).



54



Jadi, dalam uji normalitas akan diketahui apakah data berdisribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini digunakan bantuan alat uji dengan bantuan software SPSS 19 dengan menggunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikansi 0,05. Jika nilai signifikan lebih besar dari α (5%) maka data berdistribusi normal dan sebaliknya jika lebih kecil dari α (5%) data tidak berdistribusi normal. b) Analisis regresi berganda (1) Koefisien determinasi Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model regresi dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Semakin besar nilai R2 maka semakin besar pula kemampuan variabel dependen dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Nilai R2 yang digunakan adalah Adjusted R2. (2) Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Uji F menunjukkan semua variabel independen atau



bebas



yang



dimaksukkan



dalam



model



mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011: 98)



55



Variabel independen dinyatakan berpengaruh terhadap variabel dependen apabila nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Selain itu dapat diketahui juga dengan membandingkan nilai Fhitung dengan nilai Ftabel. Apabila nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel, maka variabel



dependen



secara



bersama-sama



mempengaruhi variabel dependen. (3) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa



jauh



penjelas/independen



pengaruh



satu



secara



individual



variabel dalam



menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2011:98) Variabel independen dinyatakan berpengaruh terhadap variabel dependen apabila nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Selain itu dapat diketahui juga dengan membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel. Apabila nilai thitung lebih besar dari ttabel, maka variabel independen mempengaruhi variabel dependen.



56



DAFTAR PUSTAKA Adam, Adlan. 2014. “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SD Negeri di Kecamatan Gondokusuman Daerah Istimewa Yogyakarta”. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan UNY. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arimbi, Nurma, M. V, . 2011. “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri di Temanggung”. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan UNY. Fatmawati, Maharrayni, A,. 2015. “Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru di SMK N 4 Klaten”. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan UNY. F.X. Sudarsono. (1989). Beberapa dalam penelitian. Yogyakarta: Gadjahmada Press. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hadi, Sutrisno. (2004). Metodologi research. Jilid 1, cetakan ke-IV. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan, Fakultas Psikologi UGM. Mangkunegara, Anwar Prabu. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.



57



Muhlisin. 2008. Profesionalisme Kinerja Guru Masa Depan. Diakses pada tanggal 07 Juni 2017, pukul 20.14 WIB melalui: https://muhlis.files.wordpress. com/2008/05/profesionalisme-kinerja-guru-masa-depan.doc. Mulyasa. 2004. Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks Mensukseskan MBS dan KBK. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Pawikan, Nawang, S. A, . 2011. “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Sekolah Menengah Pertama se Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo”. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan UNY. Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007. Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007. Tentang Kepala Sekolah/Madrasah. Pratiwi, Citra. 2014. “Pengaruh Tipe Kepemimpinan Demokratis Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SD se-Kecamatan Cangkringan kabupaten Sleman”. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan UNY. Purwanto, Ngalim. (2005). Administrasi dan supervisi pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Riduwan. (2007). Skala pengukuran variabel-variabel penelitian. Bandung: Alfabeta.



58



Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sudjana, Nana dan Ibrahim. (2001). Penelitian dan penilaian pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Sudjud, Aswarni. (1989). Metodologi penelitian pendidikan, Yogyakarta : AP FIP IKIP Yogyakarta. Sudrajat, Akhmat. 2010. Kompetensi Guru dan Peran Kepala Sekolah. Jurnal Equilibrium Vol 3. 5-8. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Alfabeta. Suryasubrata, Sumadi. (2003). Metodologi penelitian. Jakarta: Garafindo. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005. Tentang Guru dan Dosen. Wahjosumidjo. (2007). Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.



59



L A M P I R A N 60



INSTRUMEN PENELITIAN PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 1 PENGASIH Kepada Yth. Bapak/Ibu Guru SMK Negeri 1 Pengasih Di Pengasih. Dengan hormat, Untuk mendapatkan data bagi penelitian kami, kami mohon kesedian Bapak/Ibu guru mengisi angket penelitian ini dalam rangka kami menyelesaikan tugas akhir pada program Pendidikan Administrasi Perkantoran guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta. Angket ini semata-mata digunakan untuk kepentingan ilmiah, tidak ada sangkut pautnya dengan politik maupun posisi dan kondisi Bapak/Ibu dalam pekerjaan. Jawaban yang Bapak/Ibu berikan tidak akan ada nilai benar atau salah, oleh karena itu kami mohon untuk dapat memberikan jawaban yang sejujurnya dan sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi angket ini merupakan sumbangan yang sangat berguna bagi peneliti, peneliti lain, akademisi, serta bagi Dinas Pendidikan dan Pemerintah Daerah Kabupaten Kolun Progo sendiri. Atas perhatian dan kesediaannya kami ucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya. Pengasih, ..................... 2017 Hormat saya,



Dian Purnomo NIM. 14802241035



61



A. PETUNJUK PENGISIAN 1. Bacalah terlebih dahulu petunjuk pengisian sebelum Bapak/ Ibu mengisi pertanyaan-pertanyaan berikut. 2. Tulislah identitas Bapak/Ibu jika tidak keberatan pada tempat yang sudah di sediakan. 3. Jawablah pertanyaan yang ada dengan memberikan tanda check list (√) pada tempat yang telah disediakan. 4. Terdapat emapat alternalif jawaban dengan angka 1, 2, 3, dan 4 yang dapat Bapak/Ibu pilih yaitu: Skor 4 = Sangat Sesuai (SS) Skor 3 = Sesuai (S) Skor 2 = Tidak Sesuai (TS) Skor 1 = Sangat Tidak Sesuai (STS) 5. Jawaban yang diberikan hendaknya sesuai dengan peandapat Bapak/Ibu dan keadaan yang sebenarnya. 6. Kepemimpinan yang dimaksud dalam angket ini adalah atasan langsung Bapak/Ibu. 7. Sebelum angket ini dikumpulkan, Mohon diperiksa kembali apakah sudah dijawab seluruhnya. 8. Dimohon dalam memberikan penilaian tidak ada pernyataan yang terlewatkan. 9. Hasil penelitian ini hanya untuk kepentingan skripsi. Identitas dari Bapak/Ibu akan dirahasiakan dan hanya diketahui oleh peneliti. Hasil penilaian ini tidak ada pengaruhnya dengan hubungan kerja selanjutnya. Ini semata-mata hanya untuk memberikan kontribusi dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan



TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASINYA



62



B. BIODATA RESPONDEN



Nama Responden



: ..........................................................................



NIP



: ..........................................................................



Jenis Kelamin



: Laki-laki/Perempuan *)



Umur



: ............................................................. Tahun



Pangkat/Golongan



: .........................................................................



Masa Kerja



: ............................................................. Tahun



Pendidikan Terakhir



: SPG/DII/DIII/DIV/SI/SII/SIII *)



Mata Pelajaran yang diampu : ........................................................................... Asal Prodi



: ........................................................................... *) coret yang tidak perlu



C. ANGKET 1. Instrumen Pengumpulan data Kepemimpinan Kepala Sekolah Jawaban No.



Alternatif



Pertanyaan 4



3



2



Kharisma Bapak/Ibu menjadikan Kepala sekolah sebagai 1. panutan/keteladanan bagi seluruh warga sekolah. Bapak/Ibu menjadikan kepala sekolah sebagai cerminan perilaku 2. tauladan bagi guru dan karyawan di sekolah.



63



1



Bapak/Ibu memberikan kepercayaan kepada kepala sekolah 3. terhadap segala kebijakan yang dikeluarkan oleh kepala sekolah. Keputusan-keputusan yang diambil oleh kepala sekolah dapat 4. dipertanggungjawabkan. Pimpinan dalam keseharian mampu menciptakan hubungan baik 5.



dengan



pimpinan



yang



lain



sehingga



menimbulkan



keharmonisan dalam bekerja Pimpinan dalam keseharian mampu menciptakan hubungan baik 6.



dengan bawahan sehingga menimbulkan keharmonisan dalam bekerja Sesama guru dan karyawan (bawahan) dalam keseharian



7.



mampu menciptakan hubungan baik sehingga menimbulkan keharmonisan dalam bekerja Setiap keputusan yang diambil oleh kepala sekolah merupakan



8. hasil pemikiran yang matang. Kepala sekolah mampu menganalisis faktor-faktor kekuatan, 9. kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi sekolah. Kepala sekolah memiliki ketegasan sikap dalam memecahkan 10. masalah dan mengambil keputusan. Pengaruh Idealisme Kepala sekolah mengajak guru untuk memiliki visi yang sama 11. dalam mencapai tujuan pendidikan. Kepala sekolah dapat menentukan langkah-langkah strategis 12. untuk mencapai visi, misi, dan tujuan sekolah.



64



Kepala sekolah mampu mengkomunikasikan visi sekolah 13. kepada guru dan warga sekolah lainnya. Kepala sekolah mampu mengkomunikasikan misi yang sama 14.



dalam mencapai visi sekolah kepada guru dan warga sekolah lainnya. Kepala sekolah mampu mengkomunikasikan tujuan sekolah



15. kepada guru dan warga sekolah lainnya. Motivasi yang inspiratif bagi guru Bapak/Ibu mendapatkan motivasi dari kepala sekolah untuk 16. untuk meningkatkan kualitas kerjanya. Bapak/Ibu mendapatkan motivasi dari kepalas ekolah dalam 17. meningkatkan kreatifitas guru dalam pendidikan. Bapak/Ibu mendapatkan kesempatan dari kepala sekolah dalam 18. mengajukan gagasan-gagasan baru. Bapak/Ibu mendapatkan penghargaan dari kepala sekolah atas 19. gagasan-gagasan yang cemerlang. Bapak/Ibu mendapatkan semangat dari kepala sekolah dalam 20. membangun team work yang kompak dan berdedikasi tinggi. Bapak/Ibu dan seluruh personil sekolah mendapatkan 21. bimbingan dan arahan secar baik dari kepala sekolah. Kepala sekolah memberikan inspirasi kepada Bapak/Ibu dalam 22. disiplin dan kerja keras untuk memajukan sekolah.



65



Kepala sekolah memberikan inspirasi kepada Karyawan dalam 23. disiplin dan kerja keras untuk memajukan sekolah Kepala sekolah memberikan inspirasi kepada siswa dalam 24. disiplin dan kerja keras untuk memajukan sekolah. Rangsangan intelektual kepada guru Kepala sekolah memberikan hak yang sama antar guru dan 25.



karyawan untuk mengemukakan pemikiran-pemikiran yang membangun. Kepala sekolah menyampaikan berbagai inovasi dan kebijakan baru dalam pendidikan kepada seluruh warga sekolah, misalnya



26. tentang life skill, Manajemen Pendidikan Mutu Bersasis Sekolah, dan sebagainya. Kepala sekolah memberikan penghargaan kepada setiap guru 27.



yang memiliki kreativitas dalam meningkatkan kualitas instruksional. Kepala



28.



sekolah



memiliki



keberanian



untuk



melakukan



perubahan-perubahan dalam organisasi menuju ke arah yang lebih baik. Kepala sekolah memacu guru untuk memberikan gagasan



29. gagasan inovatif untuk kemajuan sekolah. Kepala sekolah memberikan kesempatan kepada guru untuk 30.



mengerjakan tugas sesuai kemauan tanpa paksaan, namun sesuai peraturan yang berlaku di sekolah.



66



Kepala sekolah memberikan apersepsi kepada guru yang bekerja 31. dengan kreativitas yang tinggi. Kepala sekolah mengajak guru untuk membahas setiap 32. permasalahan yang muncul. Kepala sekolah memiliki kemampuan dalam mengambil 33. keputusan dengan cepat, tegas dan tepat sasaran. Kepedulian terhadap individu guru Kepala sekolah memberikan bimbingan kepada guru yang 34. belum memahami tugas. Kepala sekolah memberikan petunjuk teknis terhadap masalah 35. masalah di lapangan. Kepala sekolah melaksanakan penilaian kinerja guru secara 36.



baik, dan memberikan nasehat bagi guru yang melanggar untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya. Kepala sekolah memberikan penghargaan yang layak kepada



37. guru yang berprestasi. Kepala sekolah memberikan nasehat bagi guru yang melanggar 38. aturan. Kepala sekolah mendorong pengembangan karir para guru 39. melalui pelatihan-pelatihan atau diklat. Kepala sekolah mendorong pengembangan karir melalui studi 40. lanjut kepada guru. Jumlah Nilai



67



2. Instrumen Penelitian Variabel Kinerja Guru Jawaban No.



alternative



Pertanyaan 4



3



2



Perencanaan Pembelajaran 1.



a. Perumusan tujuan pembelajaran. 1) Tujuan pembelajaran yang Bapak/Ibu rumuskan mampu



menjelaskan tujuan pembelajaran yang sebenarnya. 2) Cakupan rumusan yang Bapak/Ibu lengkapi di dasarkan



pada tujuan pembelajaran. 3) Tujuan pembelajaran yang Bapak/Ibu rumuskan



disesuaikan dengan kompetensi dasar. b. Pemilihan dan pengorganisasian materi ajar 4) Materi pelajaran yang Bapak/Ibu pilih disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. 5) Penyusunan bahan belajar yang Bapak/Ibu organisasikan, disusun secara sistematis. 6) Materi ajar yang Bapak/Ibu pilih dan diorganisasikan disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. 7) Bahan belajar yang Bapak/Ibu gunakan disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku. 8) Materi ajar yang Bapak/Ibu organisasikan disesuaikan dengan alokasi waktu pembelajaran.



68



1



c. Pemilihan media/ alat pembelajaran. 9) Media/alat pembelajaran yang Bapak/Ibu pilih disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. 10) Media/alat pembelajaran yang Bapak/Ibu pilih disesuaikan dengan materi pembelajaran. 11) Media/alat pembelajaran yang Bapak/Ibu pilih disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. 12) Media/alat pembelajaran yang Bapak/Ibu pilih disesuaikan dengan kemampuan guru yang dimiliki. 13) Media/alat pembelajaran yang Bapak/Ibu pilih disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi kelas. d. Skenario/kegiatan pembelajaran. 14) Strategi dan metode pembelajaran yang Bapak/Ibu gunakan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. 15) Strategi dan metode pembelajaran yang Bapak/Ibu gunakan disesuaikan dengan materi pembelajaran. 16) Strategi dan metode pembelajaran yang Bapak/Ibu gunakan disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. 17) Langkah-langkah proses pembelajaran yang Bapak/Ibu tentukan berdasarkan metode pembelajaran yang digunakan. 18) Penataan alokasi waktu proses pembelajaran yang Bapak/Ibu susun disesuaikan dengan proporsi yang telah ditentukan.



69



e. Pemilihan sumber belajar. 19) Sumber belajar yang Bapak/Ibu pilih/tentukan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. 20) Sumber belajar yang Bapak/Ibu pilih/tentukan disesuaikan dengan materi pembelajaran. 21) Sumber belajar yang Bapak/Ibu pilih/tentukan disesuaikan dengan karakteristik peserta didik f. Penilaian hasil belajar. 22) Teknik penilaian hasil belajar yang Bapak/Ibu gunakan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. 23) Teknik penilaian hasil belajar yang Bapak/Ibu gunakan disesuaikan dengan materi pembelajaran 24) Prosedur penilaian hasil belajar yang Bapak/Ibu gunakan mampu menjelaskan penilaian hasil belajar yang sebenarnya. 25) Instrumen penilaian hasil belajar yang Bapak/Ibu gunakan memiliki kelengkapan kriteria penilaian hasil belajar. Pelaksanaan Pembelajaran 2.



a. Kemampuan membuka pelajaran 26) Ruang, alat dan media pembelajaran yang Bapak/Ibu siapkan dalam proses Kegiatan belajar mengajar (KBM) mampu mengawali pelaksanaan pembelajaran.



70



27) Bapak/Ibu mampu memberikan motivasi awal tentang materi yang akan diajarkan kepada peserta didik/siswa. 28) Bapak/Ibu mampu memberikan apersepsi (kaitan materi sebelumnya dengan materi yang akan disampaikan) kepada peserta didik/siswa. 29) Bapak/Ibu menyampaikan kompetensi dasar atau tujuan pembelajaran yang ingin dicapai kepada peserta didik/siswa. b. Penguasaan materi pelajaran (bahan belajar) 30) Bapak/Ibu mampu menguasai materi pembelajaran



(memiliki wawasan yang luas dalam menyampaikan bahan belajar) dalam pelaksanaan pembelajaran. 31) Bahan belajar yang Bapak/Ibu jelaskan memiliki



kejelasan sesuai materi pelajaran. 32) Kejelasan dalam memberikan contoh yang Bapak/Ibu



berikan sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai. 33) Bapak/Ibu dalam menyampaikan materi pembelajaran



dilakukan secara sistematis. c. Interaksi pembelajaran/skenario pembelajaran. 34) Bapak/Ibu dalam menyajikan bahan belajar sesuai



dengan langkah-langkah yang direncanakan dalam RPP.



71



35) Bapak/Ibu mampu mengelola kelas dan menguasai



kelas dengan baik, sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan tertib. 36) Bapak/Ibu mampu menggunakan teknik tanya jawab



dalam meningkatkan partisipasi siswa dikelas. 37) Bapak/Ibu mampu membagi waktu dengan tepat,



sehingga proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan waktu yang direncanakan 38) Bapak/Ibu menggunakan variasi berbagai metode



pembelajaran dalam mengajar, sehingga pembelajaran tidak monoton yang disesuaikan dengan materi atau kompetensi dasar. 39) Bapak/Ibu menggunakan media pembelajaran yang



disesuaikan dengan materi atau kompetensi dasar. 40) Bapak/Ibu memiliki keterampilan dalam pemanfaatan



atau penggunaan media pembelajaran. 41) Bapak/Ibu membantu meningkatkan perhatian siswa



dalam kegiatan pembelajaran dengan pemanfaatan sumber belajar. d. Sikap guru dalam proses pembelajaran. 42) Bapak/Ibu memiliki kejelasan dalam artikulasi suara,



kelancaran berbicara dan variasi intonasi dalam proses pembelajaran.



72



43) Bapak/Ibu mampu meningkatkan efektifitas variasi



gerakan badan dalam proses pembelajaran. 44) Bapak/Ibu memiliki ketepatan dalam penggunaan



bahasa dan isyarat dalam proses pembelajaran. 45) Bapak/Ibu mampu memanfaatkan ecukupan dan



proporsi alokasi waktu yang tersedia. e. Evaluasi pembelajaran. 46) Bapak/Ibu dalam mengevaluasi pembelajaran



menggunakan penilaian relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan. 47) Bapak/Ibu menggunakan bentuk dan jenis penilaian



yang telah ditentukan. 48) Bapak/Ibu dalam memberikan penilaian disesuaikan



dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. f. Kemampuan menutup pembelajaran. 49) Bapak/Ibu mampu membuat kesimpulan kegiatan



pembelajaran. 50) Bapak/Ibu mampu mengulang secara ringkas atau



meninjau kembali materi yang telah diberikan. 51) Bapak/Ibu menginformasikan materi yang akan



dipelajari pada pertemuan berikutnya. 52) Bapak/Ibu memberikan tugas atau pekerjaan rumah



kepada para siswa. Pelaksanaan Penilaian Hasil Belajar



73



Bapak/Ibu memberikan test setelah mengakhiri satu kompetensi 53. dasar atau satu standar kompetensi. Bapak/Ibu melakukan penilaian selama proses pembelajaran di 54. kelas. Bapak/Ibu memeriksa hasil test siswa atau memberi skor test 55. hasil belajar siswa secara objektif. Bapak/Ibu memiliki daftar hasil penilaian berdasarkan tugas 56. tugas dan tes yang diberikan. Pelaksanaan Tindak Lanjut Hasil penilaian Bapak/Ibu mampu mengolah dan menganalisis hasil penilaian 57. pembelajaran siswa. Bapak/Ibu menginformasikan hasil penilaian pembelajaran 58. kepada siswa. Bapak/Ibu mengadakan perbaikan kepada siswa yang hasil 59. evaluasinya di bawah rata-rata. Bapak/Ibu mengadakan pengayaan kepada siswa yang hasil 60. evaluasinya di atas rata-rata. Jumlah Nilai



74