Proposal Oven Elektroda Mahadi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

OVEN ELEKTRODA DENGAN PENGATUR SUHU AUTOMATIC SETTING



PROPOSAL SKRIPSI



Oleh :



Mahadi 1103191167



KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI POLITEKNIK NEGERI BENGKALIS JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN PROGRAM STUDI D3 TEKNIK PERKAPALAN BENGKALIS



2021



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Peranan dunia pengelasan dalam industri sangatlah penting karena mengelas



adalah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam penambah dan menghasilkan sambungan yang kontinyu. Oleh sebab itu masalah kualitas kawat las (electrode) perlu di pertimbangkan agar menjaga struktur dan kekuatan pada sambungan baja. Banyak keluhan akan konsumen atau para pekerja dibidangnya karena sering mengalami kecacacatan dalam pengelasan, ada yang mengalami porosity, cut off, hinggan crack. Maka penulis menjadi termotivasi dengan banyaknya keluhan mereka, dan kami pun menyimpulkan akar penyebabnya yaitu kondisi kawat las yang lembab dan dingin karena penyimpanan yang terlalu lama atau suhu yang terlalu rendah. Padahal solusi kawat las hanyalah perlu dipanaskan, banyak metode sederhana maupun modern untuk memanaskannya, salah satunya adalah dengan metode di Oven. Banyak tipe dan model pemanas di pasaran, namun semua itu harus menyesuaikan dengan kebutuhan konsumen, ada yang mencari dengan harga yang murah, ada yang menari kualitas, adapula yang mencari berdasarkan kapasitas. Penulis pun mendapatkan ide bagaimana semua itu dapat di kombinasikan dengan harga yang terjangkau namun tidak kalah kualitasnya apalagi jaman sekarang banyak produk pasaran yang berkelas industri dengan keunggulannya yaitu energy saving, Rencana modifikasi yang akan kami kembangkan adalah dari kalangan usaha dagang, maupun kelas menengah kebawah dengan model Lite Version atau versi yang lebih ringan atau kecil dari versi aslinya, Model ini di dasari dengan



penyesuaian kebutuhan yang fleksibel, ringkas, namun kualitas yang terjamin. Penekanan yang paling penting adalah tingkat keamanan alat tersebut, penulis nantinya akan mencari celah terbaik dalam meningkatkan keamanan alat yang akan kami modifikasi. Berdasarkan hasil observe awal meneliti



dengan



partner,



penulis



mendapatkan data mengenai keperluan karyawan dalam penggunaan Oven Electrode di berbagi perusahaan di daerah Kaltim Seperti PT. Pupuk Kaltim khususnya bagian Divisi Jasa Pelayanan Pabrik, hasilnya beberapa karyawan ada yang memerlukan alat tersebut alasan nya karena workshop di Divisi JPP tidak setiap hari menerima orderan dengan stabil, terkadang beberapa hari workshop tidak berproduksi. Jadi kawat las perlu dipanaskan kembali ketika ingin Employee di gunakan. Gambar 1.1 Pengguna Oven Electrode di Workshop di Divisi JPP PT. Pupuk Kaltim Bontang. Perlu Oven Electrode



60



% 40



1.2



Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat



dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. Jenis Hardware seperti apa yang digunakan dalam perancangan alat ? 2. Berapa suhu yang digunakan dalam mengeringkan elektroda/ kawat las ? 3. Berapa Lama waktu yang dibutuhkan dalam proses pengeringan ? 1.3



Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui Jenis Hardware yang digunakan dalam perancangan alat meliputi, Element, Switch, LED Indicator, Volt Meter Digital, Thermo couple, dan rangka dengan menggunakan bahan Seng Galvanum. Komposisi Bahan Galvalum terdiri dari 97% Zinc/seng dan +/- 1% Alumunium sisanya bahan lain hingga 100%. Dimana bahan-bahan lainnya seperti Silikon (Si), Mangan (Mn), Fosfor (P) 2. Untuk mengetahui temperatur yang diinginkan dan sesuai dengan standar produk kawat las. 3. Untuk mengetahui durasi alat untuk memanaskan kawat las.



1.4



Manfaat Penelitian Manfaat Yang bisa didapat diantaranya: 1. Bagi Institusi a. Untuk mengetahui sejauh mana daya serap mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan. b. Untuk bahan evaluasi dalam peningkatan mutu perguruan tinggi. 2. Bagi Mahasiswa a. Sebagai latihan menyelesaikan suatu permasalahan di bidang yang ditekuni untuk persiapan dalam menghadapi dunia kerja. b. Dapat memperdalam bidang yang ditekuni dan juga sebagai penerapan teori yang didapat dibangku kuliah dengan kenyataan.



1. Data primer a) Metode Observasi Berupa pengamatan dan pengambilan data laporan dengan:  Studi Literatur  Studi Pustaka b) Metode Survei Berupa pemantauan langsung pada alat, terutama pada keadaan yang dapat mendukung keterangan bahan penyusunan tugas akhir. 2. Data sekunder Pengumpulan data berupa buku dari penerbitan: a) Buku umum b) Buku referensi c)



Laporan ilmiah



d) Jurnal ilmiah 1.5



Sistematika Penulisan Dalam penulisan tugas akhir ini sistematika penulisan yang akan digunakan



adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang, batasan masalah, tujuan penulisan tugas akhir, manfaat penulisan tugas akhir, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berisi tentang teori dasar dari beberapa komponen yang digunakan dalam pembuatan alat.



BAB III METODOLOGI PENELITIAN Berisi tentang perancangan perangkat keras& lunak dari semua bagian peralatan yang dibuat. BAB II LANDASAN TEORI 2.1



Kotak Panel Kotak panel adalah alat yang terbuat dari plat galvalum berukuran 0,7 mm



yang tahan karat dan tahan terhadap tekanan mekanis yang berfungsi untuk meletakkan semua peralatan maupun instalasi serta tombol-tombol yang digunakan untuk mengatur atau mengoperasikan alat sesuai dengan keinginan pemakai. Selain itu kotak panel juga berfungsi untuk merapikan peralatan maupun instalasi supaya tertata rapi serta indah dilihat. 2.2



Switch Button Push button switch (saklar tombol tekan) adalah perangkat / saklar



sederhana yang berfungsi untuk menghubungkan atau memutuskan aliran arus listrik dengan sistem kerja tekan unlock (tidak mengunci). Sistem kerja unlock disini berarti saklar akan bekerja sebagai device penghubung atau pemutus aliran arus listrik saat tombol ditekan, dan saat tombol tidak ditekan (dilepas), maka saklar akan kembali pada kondisi normal.



Gambar 2.1 Switch Button



2.3



Light Emitting Diode



`



Light Emitting Diode atau sering disingkat dengan LED adalah komponen



elektronika yang dapat memancarkan  cahaya monokromatik ketika diberikan tegangan maju. LED merupakan keluarga Dioda yang terbuat dari bahan semikonduktor. Warna-warna Cahaya yang dipancarkan oleh LED tergantung pada jenis bahan semikonduktor yang dipergunakannya. LED juga dapat memancarkan sinar inframerah yang tidak tampak oleh mata seperti yang sering kita jumpai pada Remote Control TV ataupun Remote Control perangkat elektronik lainnya. Bentuk LED mirip dengan sebuah bohlam (bola lampu) yang kecil dan dapat dipasangkan dengan mudah ke dalam berbagai perangkat elektronika. Berbeda dengan Lampu Pijar, LED tidak memerlukan pembakaran filamen sehingga tidak menimbulkan panas dalam menghasilkan cahaya. Oleh karena itu, saat ini LED (Light Emitting Diode) yang bentuknya kecil telah banyak digunakan sebagai lampu penerang dalam LCD TV yang mengganti lampu tube. Simbol dan Bentuk LED (Light Emitting Diode) :



Gambar 2.2 Bentuk dan Simbol Lampu LED



2.4



Temperature control Temperature Control adalah sistem otomatisasi yang dapat berfungsi



dengan memanfaatkan bantuan berbagai macam sensor sebagai input, seperti sensor gerak,sensor suhu,sensor kecepatan dan masih banyak lagi, yang selanjutnya akan di proses oleh control unit untuk memberikan perintah kepada sistem selanjutnya. Sebagai contoh suatu ruangan yang memiliki pendingin udara harus dapat menghemat biaya pengunaan listrik, dengan menggunakan temperature control kita dapat membuat pendingin ruangan tersebut dapat menyala dan mati sesuai waktu yang telah kita tentukan. Dengan memanfaatkan sensor suhu data suhu ruangan dapat kita ketahui selanjutnya data tersebut akan diproses oleh control unit, dan control unit  akan memberikan perintah kepada sistem yang dimiliki oleh pendingin ruangan untuk menyala dan padam ketika pendingin udara tidak diperlukan. Dalam dunia



industry



temperature



control



banyak



sangat



membantu,



karna



dengan temperature control pekerjaan menjadi lebih mudah dan juga biaya menjadi lebih efisien. Gambar 2.4



Gambar 2.3 Temperature Control Kontrol Suhu Menggunakan Thermocouple



Thermocouple adalah sambungan dua logam yang berbeda dan mempunyai output tegangan yang sebanding dengan beda suhu antara sambungan panas dan ujung kawat (sambungan dingin). Oleh karena kasarnya dan lebarnya rentang suhu thermocouple, thermocouple digunakan pada industri untuk memonitor dan mengontrol suhu open atau tungku. Gambar 2.5 Thermocouple



Gambar 2.4 Thermocouple Pengontrolan suhu digunakan untuk proses pengontrolan suhu dengan cermat tanpa melibatkan penambahan operator. Pengontrolan menerima sensor suhu misalnya thermocouple atau RTD sebagai input, dan membandingkan suhu yang sesungguhnya dengan suhu kontrol yang dikehendaki, atau titik penyetelan, dan menyediakan output pada elemen kontrol. Ada tiga jenis cara mengontrol suhu, ON/OFF, proposal, dan PID. Tergantung dari system yang dikontrol, operator dapat menggunakan satu jenis atau yang lain untuk mengontrol proses.



Gambar 2.5 Jenis-Jenis Kontrol Suhu Variasi output kontrol ada pada pengontrol suhu. Mencakup relai, relai solidstate (Solid-state Relai = SSR), juga output tegangan atau arus. Misalnya, output kontak relai 5 A pada 250 Vac, pulsa 12 Vdc untuk menggerak SSR%, 4 sampai dengan 10 mA, dan 1 sampai dengan 5 Vdc. Kapasitas output relai biasanya hanya cukup menangani beban elemen pemanas kecil. Untuk beban besar tersebut digunakan untuk memberikan energi kontaktor. Dengan kontrol suhu ON-OFF, output hidup ketika suhu turun di bawah titik penyetelan dan mati apabila suhu mencapai titik penyetelan. Kontrol adalah sederhana, tetapi Overshoot dan Cycling di sekitar titik penyetelan dapat menjadi kelemahan dalam beberapa proses. Kontrol ON-OFF biasanya digunakan dimana kontrol yang tepat tidak diperlukan, pada sistem yang tidak dapat menangani energi yang sering dihidup dan dimatikan, di mana system begitu besar sehingga suhu berubah sangat lambat atau untuk alarm suhu.



Kontrol proporsional dirancang untuk membatasi getaran (cycling) berkaitan dengan kontrol ON-OFF. Pengontrol proporsional menurunkan daya ratarata yang sedang diberikan pada pemanas ketika suhu mencapai titik penyetelan. Ini akan melambatkan pemanasan, sehingga tidak akan melampaui titik penyetelan tetapi akan mencapai titik penyetelan dan mempertahankan suhu yang stabil. Tergantung pada proses dan keakuratan yang dikehendaki, kemungkinan diperlukan kontrol proporsional sederhana atau PID. Kontrol PID atau control mode-3, menggabungkan aksi proporsioanal, integral (reset) dan derivative (laju), dan biasanya diperlukan untuk control yang ketat dari aplikasi yang sensitive. Output ON dan OFF sebanding dengan penyimpangan suhu dari titik penyetelan. Fungsi laju memperpendek waktu yang diambil suhu untuk menstabilkan mendekati titik penyetelan. Fungsi reset membatasi setiap pengganti kerugian dari titik penyetelan suhu. 2.5



Pemanas (Heater) Hantaran panas terjadi karena molekul-molekul suatu bahan saling



berbenturan dan dengan demikian saling meneruskan energi panas yang mereka miliki. Tidak semua bahan dapat menghantarkan panas sama baiknya. Umumnya penghantar-penghantar listrik yang baik juga merupakan penghantar panas yang baik. Arus panas banyak persamaannya dengan arus listrik. Karena itu daya hantar jenis untuk panas dapat disamakan dengan daya hantar jenis untuk listrik seperti di bawah ini: a. Bahan kawat pemanas Bahan-bahan yang banyak digunakan untuk pembuatan elemen pemanas listrik, terdiri dari campuran: 1.



Krom-nikel



2. krom-nikel-besi



3. krom-besi-allumunium Supaya elemennya tahan lama, dicampurkan juga sedikit unsur-unsur lain. Tahanan jenis logam-logam campuran ini berkisar antara (1-1,5) x 10-6 Ωm. Kawat untuk elemen-elemen pemanas listrik harus memenuhi syarat-syarat berikut ini: 1. Harus tahan lama pada suhu yang dikehendaki. 2. Mekanis harus cukup kuat pada suhu yang dikehendaki. 3. Koefisien muainya harus kecil, sehingga perubahan bentuknya pada suhu yang dikehendaki tidak terlalu besar. 4. Tahanan jenisnya harus tinggi. 5. Koefisien suhunya harus kecil, sehingga arus kerjanya sedapat mungkin konstan. Bahan-bahan tersebut di atas tahan panas karena membentuk lapisan oksida yang kuat pada permukaannya, sehingga tidak terjadi oksidasi lebih lanjut. Bahan yang digunakan sebagian besar ditentukan oleh suhu maksimum yang dikehendaki. Logam-logam campuran tersebut di atas dapat digunakan sampai 1000o C hingga 1250o C. Untuk suhu lebih tinggi, misalnya untuk tanur listrik, dapat digunakan campuran kanthal. Campuran ini terutama terdiri dari krom, alumunium, besi dan kobalt, dan dapat dibedakan dari campuran krom-nikel karena memiliki beberapa sifat penting berikut ini: 1. Kalau dipanasi diudara, campuran kanthal akan membentuk kulit oksida yang sampai melekat. 2. Elemen-elemen kanthal dapat digunakan sampai 1350o C. 3. Tahanan jenis bahan ini (1,35 – 1,45) × 10-6 Ωm. 4. Umumnya bahan ini dapat diberi beban permukaan (dalam satuan W/cm2) yang tinggi



Kanthal super dapat digunakan sampai 16000 C. Bahan ini berupa bubuk yang dipanaskan hingga padat, dan terdiri dari suatu bahan yang dapat disamakan dengan logam, dan suatu bahan keramik. Unsure - unsur utamanya Mo, Si dan SiO2.



Beban permukaanuntuk kanthal-super dapat mencapai 10-20 W/cm2. Tahanan jenisnya meningkat kalau suhunya naik, yaitu pada: 1. 20o C sama dengan 0,4 . 10-6 Ωm 2. 500o C sama dengan 1,2 . 10-6 Ωm 3. 1000o C sama dengan 2,3 . 10-6 Ωm 4. 1300o C sama dengan 2,9 . 10-6 Ωm 5. 1600o C sama dengan 3,5 . 10-6 Ωm Karena tahanan jenisnya rendah kalau masih dingin, elemen-elemen emanas dari kanthal super memerlukan tegangan asut, yang kira-kira sama dengan 1/3 dari tegangan kerjanya. b. Bahan isolasi untuk kawat pemanas Bahan isolasi untuk kawat pemanas tidak boleh mengadakan reaksi kimia dengan bahan kawatnya pada suhu penggunaan. Syarat ini penting untuk bahanbahan isolasi keramik. Untuk bahan isolasi keramik, koefisien muainya juga penting. Bahan isolasi keramik yang dipergunakan antara lain adalah porselen. Akan tetapi pada kira-kira 300o C bahan ini berubah menjadi penghantar. Selain porselen, sebagai bahan isolasi keramik juga digunakan steatite misalnya dalam bentuk manik-manik, dan sebagai penyangga kawat pemanas. Untuk



lemen-elemen



berbentuk



batang



atau



pipa



digunakan



magnesiumoksida sebagai bahan isolasinya. Pipa elemennya diisi dengan magnesiumoksida aini sampai padat, sehingga kawat pemanasnya tidak dapat bergerak. Elemen-elemen ini antara lain digunakan untuk alat pemanas celup, alat pemanas kamar mandi, kompor listrik



dan setrika listrik. Untuk suhu tinggi dapat digunakan mika (sampai 600o C) atau mika ambar (sampai 800o C - 900o C). Kalau sudah lama digunakan, mika menjadi higroskopis karena kehilangan air kristalnya. Mika antara lain digunakan untuk elemen seterika listrik. Untuk suhu rendah, sampai 300o C, dapat digunakan asbes. Tetapi bahan ini higroskopis. 2.6



Kabel Dalam dunia industri banyak jenis dan ukuran kabel yang digunakan.



Kebanyakan kabel dapat dianggap tersusun dari tiga bagian yaitu bagian konduktor yang harus berpenampang lintang yang sesuai untuk dialiri dengan bebas arus bagian isolasi, yang memiliki warna atau nomor kode untuk identifikasi, dan bagian lapis luar yang dapat mengandung sesuatu untuk memberikan perlindungan terhadap kerusakan mekanis. Konduktor suatu kabel dibuat dari tembaga atau allumunium dan bisa berupa serabut dari kabel yang sangat halus, sehalus sehelai rambut manusia. Ini memberikan kualitas fleksibel tinggi bagi kabel. Kabel yang akan digunakan dalam pembuatan alat ini adalah kabel jenis NYAF 2,5 mm2 dan 1,5 mm2.



Gambar 2.6 Kabel jenis NYAF



2.7



LCD (Liquid Cristal Display) LCD dibuat dari kristal cair yang merespon adanya medan listrik. Cristal



tersebut terdiri atas molekul seperti batang yang apabila tekena medan listrik akan menyusun diri agar melewatkan atau menahan cahaya yang mengenainya. Oleh karena itu diperlukan sumber cahaya lain agar tampilan LCD dapat terlihat. Lapisan film yang berisikan cristal cair diletakan diantara dua lempeng kaca yang telah ditanami elektroda logam transparan, seperti terlihat pada Gambar 2.10 saat tegangan dicatukan pada beberapa pasang elektroda, molekul-molekul cristal cair akan menyusun diri agar cahaya yang mengenainya akan dipantulkan atau diserap. Dari hasil pemantulan atau penyerapan cahaya tersebut akan terbentuk pola huruf, angka, atau gambar sesuai bagian yang diaktifkan.



Gambar 2.10 Liquid cristal display



2.8 Perawatan 2.11.1 Pengertian perawatan Perawatan adalah salah satu rangkaian aktivitas untuk memelihara atau menjaga fasilitas peralatan pabrik serta mengadakan perbaikan atau penggantian alat yang diperlukan agar operasi dapat dicapai sesuai dengan yang direncanakan. Kegagalan instalasi listrik atau mesin dapat mengakibatkan kemacetan produksi. Untuk itu diperlukan pemeliharaan atau perawatan guna menghindari peralatan dari kerusakan yang parah. Pemeliharaan adalah suatu rangkaian yang meliputi pemeriksaan, pengujian dan perbaikan instalasi serta peralatan listrik dengan tujuan agar keadaan selalu baik, bersih dan aman dalam penggunaan, sehingga perusahaan dapat beroperasi dengan lancar. 2.11.2 Tujuan perawatan Peralatan dan mesin-mesin merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu instalasi. Kegagalan operasi peralatan atau mesin-mesin dapat mengakibatkan kemacetan produksi yang akan merugikan perusahaan. Disamping itu kerusakan peralatan atau mesin-mesin yang sifatnya fatal memerlukan biaya yang cukup besar untuk memperbaikinya. Oleh karena itu perlu diadakan suatu perawatan untuk peralatan atau mesin-mesin. Adapun tujuan ataupun sasaran yang dilakukan suatu perawatan adalah: 1. Mengurangi kegagalan operasi. 2. Peralatan dan fasilitas lain agar dapat digunakan secara optimal tanpa ada gangguan. 3. Mekanisme kerja dapat maksimum sehingga kemampuan produk akan meningkat. 4. Biaya operasi dapat ditekan seminimal mungkin.



5. Keselamatan kerja yang menggunakan sarana tersebut dapat terjamin. Oleh karena proses perawatan atau pemeliharaan dari suatu pabrik sangat bermanfaat dalam menunjang proses produksi itu sendiri. 2.11.3 Jenis perawatan Ditinjau dari aktifitas pemeliharaannya maka maintenance dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: 1. Preventive maintenance Preventive maintenance yaitu pelaksanaan pemeliharaan yang terkoordinir dan berencana agar peralatan tidak mengalami kerusakan yang lebih parah, untuk itu diperlukan: a. Jadwal pelaksanaan b. Manpower yang memenuhi syarat (terampil) c. Spare part yang cukup. d. Tool yang memadai. e. Standar maintenance prosedur. 2.Corrective Maintenance Corrective Maintenance yaitu tindakan maintenance yang dilakukan apabila ada kerusakan saja. Jadi corrective maintenance dapat dikatakan sebagai tindakan perbaikan. Ada kalanya kerusakan tersebut ditemukan pada saat inspeksi. Umumnya kegiatan maintenance tidak terencana dan tidak terduga. 3.Pemeliharaan Kombinasi Pada umumnya sulit untuk melaksanakan salah satu kegiatan tersebut secara tersendiri, sehingga biasanya kegiatan ini merupakan koordinasi antara kegiatan preventive maintenance dan kegiatan corrective maintenance, bahkan dapat dikaitkan dengan kegiatan lain, misalnya: a. Proyek penyempurnaan.



b. Proyek modifikasi. Dalam system maintenance dikenal adanya suatu program pemeliharaan yang umumnya dilaksanakan adalah: a. Program servise berkala (periodic service) Program service berkala adalah pemeliharaan yang dilakukan secara teratur dan berkala dan pelaksanaannya disesuaikan dengan jam kerja setiap mesin (service hour). Misalnya: 1. Penggantian oli mesin. 2. Pembersihan bagian-bagian mesin. b. Program perbaikan ringan (minor repair program) Program perbaikan ringan adalah perbaiakn atas kesalahan-kesalahan kecil pada komponen setiap saat, baik pada waktu mesin sedang beroperasi maupun pada saat pengecekan. Misalnya pada saat terjadi kebocoran oli. c. Program perbaikan besar Program perbaikan besar dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Tidak terencana. Dilakukan apabila terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga, sehingga harus dilakukan tindakan perbaikan secepatnya. 2. Terencana Dilakukan sesuai dengan rencana, mempersiapkan peralatan atau perlengkapan Bantu yang dibutuhkan dan rencana over houl. d. Program penggantian komponen Adalah penggantian komponen yang terencana, hal ini dilakukan karena komponen life time terbatas. Program ini dilakukan untuk mencegah kerusakan yang lebih besar.



2.11.5



Syarat-syarat perawatan yang baik Untuk mencapai suatu tujuan perawatan yang baik dalam mempertahankan



kondisi peralatan semaksimal mungkin perlu memperlihatkan syarat-syarat perawatan yang baik, diantaranya: 1. Tata letak industri yang baik, sehingga memudahkan aktifitas perusahaan. 2. Pemeliharaan peralatan yang tepat. 3. Sistem pemeliharaan yang sesuai atau baik. 4. Sistem inventaris yang baik. 5. Tool (peralatan Bantu) yang memadai. 6. Adanya fasilitas perlengkapan disekitar industri tersebut. 7. Tenaga



kerja



yang



kualitatif



mampu



melaksanakan



rencana-rencana



maintenance. 2.11.6 Maintenance pada system instalasi tenaga Sistem produksi tenaga merupakan bagian terpenting pada proses produksi. Oleh karena itu instalasi tenaga harus mendapat perawatan khusus agar tidak terjadi kerusakan. Adapun perawatan pada instalasi tenaga meliputi: 1. Perawatan CB (Circuit Breaker) Pada CB mungkin berupa pemutusan rangkaian bertipe memakai minyak banyak, tipe minyak minimum, pemutusan rangkaian menggunakan udara dan tipe hampa udara. Pemerikasaan, pemeliharaan dan Over houl dapat dikerjakan sesuai dengan anjuran pabrik. Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah pembersihan minyak, pengembalian keadaan minyak, rangkaian-rangkaian tambahan kerja dari system tanpa bahaya, dan keadaan kontak, cepatnya nyala kawat dan pemutusan rangkaian dengan udara dan keadaan pemutus rangkaian hampa udara. 2. Perawatan sambungan Perawatan sambungan bertujuan agar sambungan pada system instalasi dapat terjaga dengan baik. Apabila terjadi kegagalan dalam sambungan akan mengakibatkan hubung singkat dan apabila CB tidak bekerja dengan baik maka



dapat menimbulkan kebakaran dan kegagalan proses produksi, maka perawatan sambungan harus dilakukan secara rutin. 3. Perawatan sistem instalasi Perawatan system instalasi sangat penting karena instalasi tenaga merupakan tempat penyaluran daya listrik dari sumber ke beban. Perawatan instalasi dilakukan dari sumber dengan pengecekan menggunakan megger untuk mengukur tahanan isolasi dengan tujuan untuk mengetahui apakah penghantar mampu dialiri arus yang besar apa tidak. Pengecekan hantaran cabang dilakukan agar tidak terjadi hubung singkat pada cabang tersebut dengan tujuan agar proses produksi tidak terganggu. 4. Perawatan sumber listrik Apabila motor dihubungkan dengan sumber tidak berputar, maka sebelum mencari kerusakan-kerusakan pada bagian yang lain, perlu pemeriksaan tegangan pada bagian stop kontak (dengan mengukur volt meter). Tegangan diukur pada mesin pendingin bekerja. Tegangan dapat turun umumnya disebabkan karena instalasi yang kurang baik, kabel yang sudah tua dan lain-lain. 5. Hubungan kabel-kabel Semua kabel diperikasa, apakah hubungannya sudah sesuai dengan diagram garis tunggal atau tidak. Disinilah pentingnya diagram garis tunggal, memudahkan mengadakan pengecekan hubungan kabel-kabel. Apakah sambungan dengan kabelkabel klem dengan terminal yang kurang kuat menegangnya akan mengakibatkan turun tegangan (drop tegangan) dan dapat memutuskan aliran listrik.



BAB III METODOLOGI PENELITIAN



Mulai



Modifikasi Oven Elektroda dengan pengatur suhu automatic setting dan tampilan LED



Elemen yang di Rencanakan



Pengolahan data dan Perhitungan



Pembuatan dan perakitan



Uji Coba ya



Kesimpulan dan saran



Selesai



tidak



2.12



Rancangan Alat dan Bahan



SumberAC 220



MCB



KONTAKTO RMAGNET1



CATU DAYA



BLOWER



KEYPAD



MIKROKONTROLER AT89S51



LCD TRIAC



THERMO KONTRO L



KONTAKTOR MAGNET2



HEATER



Gambar3.1 Diagram Blog Rangkaian



2.13



Persiapan Komponen Dan Alat Persiapan komponen dan alat yang baik adalah amat penting dalam



melakukan perancangan alat ini. Karena dalam meimilih perlengkapan instalasi listrik, termasuk juga menetukan jenis, ukuran tegangan dan kemampuan harus diperhatikan hal berikut:



a. Kesesuaian dan maksud pemasangan dan penggunaan. b. Kekuatan dan kemagnetan, termasuk bagian yang dimaksudkan untuk melindungi perlengkapan lain. c. Keadaan dan resistansi isolasi. d. Pengaruh suhu, keadaan normal maupun tidak normal. Komponen atau bahan yang digunakan adalah: 1.



MCB (Magnetic Circuit Breaker) 10 A



2.



Kontaktor magnet



3.



Thermal Over Load



4.



Thermo Control



5.



Pilot Lamp



6.



Pohon kabel



7.



Kabel NYAF



8.



Sepatu kabel (scun)



9.



Alumunium Voil



10. Blower atau fan 11. Rangkaian Mikrokontroler 12. LCD (Liquid Cristal Display) 16x2 13. Keypad 4x4 Alat yang digunakan adalah: 1.



Tang



2.



Obeng



3.



Bor listrik



4.



Mata bor kembang



5.



Gergaji besi



6.



Gerinda sudut



7.



Tang pemotong



8.



Tang press



9.



Pisau



10. Palu 11. Meteran logam 12. Tespen 2.14



Box Panel dan Mesin Pengering



3.3.1 Box panel Dalam memilih box panel yang harus diperhatikan adalah ukuran yang cukup untuk memasang komponen-komponen rangkaian kontrol. Panel kontrol harus terbuat dari bahan yang tahan korosi, kuat terhadap gangguan mekanis dan harus mempunyai lubang sirkulasi udara agar suhu di dalam box panel tidak terlalu tinggi. Jika suhu terlalu tinggi akan menyebabkan gangguan terhadap komponen yang ada di dalam box panel. Dikarenakan pada perancangan alat ini box panel yang digunakan sudah siap pakai, maka tidak perlu dilakukan pembuatan box panel. Yang dilakukan adalah pengeboran pada tutup box panel untuk menempatkan beberapa komponen. Seperti thermo control, Lampu indikator, dan saklar selektor. Untuk menempatkan komponen pada tutup panel, urutannya adalah sebagai berikut: 1. Membuat titik-titik pengeboran sesuai dengan perencanaan letak komponen yang akan dipasang. 2. Thermo control bagian belakang harus diukur sedemikian rupa supaya bagian belakang dari thermo control dapat masuk kedalam box panel dan kemudian digambarkan pada pintu box panel. 3. Pengeboran menggunakan mata bor kembang ukuran 25mm untuk lampu indikator dan saklar selektor.



4. Untuk thermo control, karena berbentuk persegi, maka dilakukan pengeboran pada keempat sudutnya menggunakan mata bor kembang 25mm dan kemudian untuk membuat bentuk persegi digunakan gergaji besi. 5. Menghaluskan lubang thermo control dengan menggunakan gerinda sudut, sampai bagian belakang thermo control benar-benar masuk dan memperkuat kondisinya. 6. Pasangan komponen pada lubang-lubang yang telah selesai dilakukan pengeboran. 7. Untuk menempatkan box panel pada mesin pengering digunakan bor kembang dan juga membuat lubang dengan ukuran yang sama untuk memasukkan kabel pengontrol kedalam mesin pengering.



Gambar3.2KontruksiBoxPanel



Keterangan gambar: 1. MCB (Magnetic Circuit Breaker) 2. Thermo Control 3. LCD (Liquid Cristal Display) 4. Keypad 5. Indukator tegangan 6. Indikator Blower 7. Indikator Heater 3.3.2 Mesin pengering Mesin pengering yang akan dibuat adalah dalam bentuk mini yang menyerupai rancangan mesin pengering di industri. Mesin ini diharapkan dapat mempercepat waktu dalam pengeringan pakaian dan hasilnya akan lebih baik. Dalam pembuatan alat ini menggunakan lempengan plat dengan tebal 1mm. Urutan pembuatan mesin pengering adalah sebagai berikut: 1. Membuat gambar atau sketsa tentang mesin yang akan dibuat sekaligus dengan ukuran (Gambar 3.3). 2. Membuat ukuran pada lempengan plat akan



sesuai ukuran mesin pengering yang



dibuat. 3. Memotong plat yang telah diukur dengan menggunakan gergaji besi.



4. Menghaluskan sisa pemotongan dengan menggunakan gerinda sudut.



Gambar 3.3 Kontruksi Mesin Pengering Tampak Atas



Keterangan Gambar: 1. Kontaktor magnet 1 2. Kontaktor magnet 2 3. Blower 4. Rangkaian mikrokontroler 2.15



Perakitan Perancangan suatu instalsi listrik harus memastikan bahwa desainnya



memenuhi persyaratan peraturan pengkabelan untuk instalasi dan peraturanperaturan lainnya yang mungkin relevan terhadap instalasi tertentu. Penghantar yang digunakan adalah kabel jenis NYAF 2,5 mm dan 1,5 mm. Urutan pengerjaannya adalah sebagai berikut:



2.1



Mengeluarkan papan panel dari box panel untuk mempermudah dalam



mengatur letak komponen dan pengkabelan sesuai dengan gambar. 2.2



Mengatur dan memperkirakan letak komponen yang akan digunakan untuk



pengoperasian. 2.3



Memasang rel bantalan komponen sesuai penguat posisi komponen di



dalam box panel dan juga memasang rel kabel agar instalasi di dalam box panel menjadi rapi dan akan mempermudah jika ada perbaikan atau perubahan. 2.4



Memasang komponen-komponen yang digunakan seperti MCB, kontaktor



magnet, thermal over load, terminal kabel. 2.5



Memasang komponen yang diletakkan di pintu box panel seperti thermo



control, pilot lamp, saklar selektor. 2.6



Melakukan pengawatan seperti pada gambar rangkaian yang telah



dirancang. Tidak lupa untuk setiap ujung kabel atau penghantar menggunakan sepatu kabel yang berfungsi sebagai penguat hubungan kabel-kabel ke terminalterminal kabel dan untuk mengurangi adanya percikan api yang disebabkan karena sambungan yang tidak kuat. 2.7



Mengecek jalur rangkaia dengan menggunakan multitester pada posisi



OHM agar dapat mengetahui bila terjadi kesalahan saat melakukan pengkabelan sehingga dapat menghindari bahaya terjadinya hubung singkat yang dapat menimbulkan percikan api dan merusak komponen. 2.8



Memasukkan kembali papan panel ke dalam box panel. Dan diperkuat



dengan menggunakan mur agar papan panel merekat kuat pada box panel. 2.9



Melakukan tes uji coba rangkaian dan membuat data tentang kerja



rangkaian dan hasil produksi.