Proposal Penelitian [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL PENELITIAN PENGARUH HEALTH EDUCATION WITH SIMULATION BASSIC EMERGENCY PEMBIDAIAN FRAKTUR EKSTREMITAS BAWAH TERHADAP KETERAMPILAN ANGGOTA FPTI (FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA) TULUNGAGUNG TAHUN 2019



SKRIPSI



Oleh : RACHMA EKA YUNIARI NIM. A2R16086



PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN “HUTAMA ABDI HUSADA” TULUNGAGUNG 2019



PROPOSAL PENELITIAN PENGARUH HEALTH EDUCATION WITH SIMULATION BASSIC EMERGENCY PEMBIDAIAN FRAKTUR EKSTREMITAS BAWAH TERHADAP KETERAMPILAN ANGGOTA FPTI (FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA) TULUNGAGUNG TAHUN 2019 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Pada Pendidikan Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan “Hutama Abdi Husada” Tulungagung



Oleh : RACHMA EKA YUNIARI NIM. A2R16086



PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN “HUTAMA ABDI HUSADA” TULUNGAGUNG 2019



LEMBAR PERSETUJUAN Nama



: RACHMA EKA YUNIARI



NIM



: A2R16086



Judul



: PENGARUH HEALTH EDUCATION WITH SIMULATION BASSIC EMERGENCY PEMBIDAIAN FRAKTUR EKSTREMITAS BAWAH TERHADAP KETERAMPILAN ANGGOTA FPTI (FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA) TULUNGAGUNG TAHUN 2019



Disetujui untuk diseminarkan pada tanggal



Pembimbing I : Lasman S.Kep, Ns, M.Kep



(..............................)



Pembimbing II : Dr. Ketjuk Herminaju SST, MM



(..............................)



BAB 1



PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah Panjat tebing adalah kegiatan yang berawal dari explorasi para pendaki gunung yang menemui jalan dengan tingkat kesulitan yang tidak bisa lagi di daki secara biasa. Disinilah berawalnya kegiatan pemanjatan dengan medan vertikal yang membutuhkan pengamanan diri (safety prosedure) serta peralatan penunjang. Panjat tebing mulai dikenal di Inonesia sekitar tahun 1960 dan diresmikan pada tanggal 21 April 1988 dengan nama awal Federasi Panjat Tebing dan Gunung Indonesia (FPTGI) dan menjadi Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) pada tahun 1990. Olahraga panjat tebing telah menjadi salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan pada Pekan Olahraga Nasional (PON) yang sampai saat ini masih di pertandingkan. (www.fpti.or.id). FPTI resmi menjadi anggota Komite Olahraga Nasional Indonesia pada tahun 1994 dan menjadi anggota yang ke-50. FPTI bertanggungjawab terhadap administrasi serta pengembangan segala aspek yang berhubungan dengan olahraga dan kompetisi panjat tebing nasional. Cabang olahraga panjat tebing pertama kali dilombakan di Asian Games. Pada Asian Games 2018 Jakarta – Palembang, nomor yang dipertandingkan adalah Speed WR, Speed Relay dan Boulder bertempat di Stadion Jakabaring – Palembang. TIMNAS Panjat Tebing Indonesia memperoleh 3 emas masing-masing di nomer Speed WR Putri, Speed Relay putri dan putra.



Memanjat tebing merupakan ativitas yang memiliki tingkat bahaya yang tinggi, oleh karena itu dalam memanjat dibutuhkan sekali kemampuan fisik, teknik dan peralatan yang menunjang Menurut Yusuf Adi Sasmita (2009:13). Olahraga panjat tebing dibutuhkan keterampilan tangan dan kaki dalam mengatasi tonjolan dan retakan yang terdapat di tebing yang digunakan sebagai sarana menaikinya (Gladian Nasional, 2001) Sama halnya seperti olahraga yang lain, panjat tebing juga mempunyai resiko cedera dalam pelaksanaannya baik dari faktor external maupun dari faktor internal. Faktor internal tersebut meliputi daya tahan tubuh yang kurang, kekuatan otot untuk menahan beban tubuh yang kurang, pengalaman yang minim kurangnya ketenangan, kurangnya pemanasan dan kelalaian. Sedangkan yang termasuk faktor external meliputi peralatan panjat tidak memenuhi standar, medan pemanjatan yang rapuh, cuaca yang buruk, kerjasama tim yang kurang baik. Menurut laporan status global tentang keselamatan jalan 2018, diluncurkan oleh WHO (World Health Organization) pada Desember 2018, menyoroti bahwa jumlah kematian lalu lintas jalan tahunan telah mencapai 1,35 juta. Cedera lalu lintas jalan sekarang menjadi pembunuh utama orang berusia 5-29 tahun. Secara global diperkirakan 391.000 orang meninggal karena jatuh



pada tahun 2002, menjadikannya penyebab utama ke-2



kematian akibat kecelakaan yang tidak disengaja secara global setelah cedera lalu lintas. Hasil survei tim Depkes RI 2013 mendapatkan 25% penderita fraktur mengalami kematian, 45% cacat fisik, 15% stres psikologis seperti cemas atau bahkan depresi, dan 10% sembuh dengan baik. Berbagai jenis



kecelakaan merupakan penyebab penting morbiditas, kecacatan fisik temporer atau permanen, dan bahkan kematian. Salah satu resiko cedera yang dialami oleh Pemanjat Tebing adalah cedera. Karena pemanjat tebing memerlukan ketepatan berpijak dan memanjat, kalau salah berpijak atau pun memanjat bisa menimbulkan resiko cedera mulai cedera ringan sampai cedera berat. Cedera pada umumnya terjadi pada sistem muskuloskeletal yaitu tendon, otot, ligamen, kulit dan tulang. Kecelakaan pada sistem muskuloskeletal harus ditangani dengan cepat dan tepat. Jika tidak ditangani denan cepat akan menimbulkan cedera yang semakin parah dan dapat memicu terjadinya pendarahan serta patah tulang pada ekstremitasnya. Dampak lain yang terjadi dapat mengakibatkan kelainan bentuk tulang atau kecacatan bahkan kematian. Untuk mencegah terjadinya cedera pada sistem muskuloskeletal terutama fraktur dibutuhkan pertolongan pertama pembidaian. Fraktur merupakan ancaman potensial maupun aktual terhadap integritas seseorang, sehingga akan mengalami gangguan fisiologis maupun psikologis yang dapat menimbulkan respon berupa nyeri (Mediarti & Seprianti, 2015). Trauma benda tumpul dapat menyebabkan patah tulang yang dapat mengakibatkan perdarahan dalam ataupun luar, yang dapat ditangani yaitu luka yang bersifat superfisial atau dipermukaan saja, sehingga akan mudah menekan daerah yang mengalami perdarahan (Wartatmo, 2013). Kekuatan dan sudut tenaga fisik, keadaan tulang itu sendiri, serta jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi lengkap atau tidak lengkap (Helmi, 2012). Tindakan pertama dalam menolong patah tulang dengan melakukan pembidaian yang sangat dibutuhkan sebagai tindakan dan upaya untuk



mengistirahatkan bagian yang patah (Susilo, 2008). Pertolongan pertama merupakan tindakan awal yang harus segera diberikan pada korban yang mengalami masalah kegawatdaruratan akibat kecelakaan, insiden gawat darurat ataupun oleh penyakit mendadak sebelum datangnya petugas medis terkait lainnya (Chanif, dkk, 2015). Pertolongan balut bidai dapat dilakukan oleh semua orang yang terlatih. Pembidaian adalah berbagai tindakan dan upaya untuk mengistirahatkan bagian yang patah. Pembidaian adalah suatu cara pertolongan pertama pada cedera/ trauma sistem muskuloskeletal untuk mengistirahatkan (imobilisasi) bagian tubuh yang mengalami cedera dengan menggunakan suatu alat. Pembidaian dapat menyangga atau menahan bagian tubuh agar tidak bergeser atau berubah dari posisi tempatnya dan mengurangi rasa nyeri (Smeltzer, 2002 dalam Fakhrurrizal, 2015). Dari data yang didapatkan pada permasalahan ini, maka penulis tertarik untuk mengetahui “Pengaruh health education with simulation bassic emergency pembidaian fraktur ekstremitas bawah terhadap keterampilan anggota FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia) Tulungagung tahun 2019”.



B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang dapat diambil adalah : “Bagaimana pengaruh health education with simulation bassic emergency pembidaian fraktur ekstremitas bawah terhadap keterampilan anggota FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia) Tulungagung tahun 2019?” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum



Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh health education with simulation bassic emergency pembidaian fraktur ekstremitas bawah terhadap keterampilan anggota FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia) Tulungagung tahun 2019. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi keterampilan anggota FPTI sebelum diberian health education bassic emergency pembidaian. b. Mengidentifikasi keterampilan anggota FPTI sesudah diberikan health education bassic emergency pembidaian. c. Menganalisa pengaruh health education with simulation bassic emergency pembidaian fraktur ekstremitas bawah terhadap keterampilan anggota FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia). D. Manfaat Penelitian Diharapkan manfaat dari hasil penelitian ini : 1. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan dalam melaksanakan penelitian tentang pengaruh health education with simulation bassic emergency pembidaian fraktur ekstremitas bawah terhadap keterampilan anggota FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia) Tulungagung. 2. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian dapat menjadi masukan untuk menambah wawasan tentang health education with simulation bassic emergency pembidaian fraktur ekstremitas bawah terhadap keterampilan anggota FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia) Tulungagung. 3. Bagi Lahan Penelitian Hasil penelitian ini dapat memberikan suatu kontribusi tinggi bagi anggota FPTI Tulungagung yang bisa dipakai sebagai salah satu



bahan pertimbangn dalam upaya pemberian health education with simulation bassic emergency pembidaian fraktur ekstremitas bawah. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil ini dapat memberikan pemahaman dan informasi tentang pengaruh health education with simulation bassic emergency pembidaian fraktur ekstremitas bawah dan selanjutnya dapat digunakan sebagai acuan awal untuk mengembangkan penelitian berikutnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA