Proposal Penelitian  [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Proposal Penelitian Pewarnaan Tekstil Bunga Telang Ujian Akhir Semester Metodologi Penelitian Disusun Oleh : Chelia Vernanda Muchtar C0918010



S-1 Kriya Tekstil Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Sebelas Maret



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar belakang Bunga telang (Clitoria ternatea L.) adalah tumbuhan monokotil rambat berwarna biru yang sejak dulu biasa digunakan sebagai hiasan taman dan tanaman pagar. Tumbuhan anggota suku polong-polongan ini berasal dari Asia tropis, yang menyebar ke negara tropis seperti Indonesia. Salah satu pigmen alami yang berpotensi dan mempengaruhi warna biru pada bunga telang adalah antosianin jenis delphinidin glikosida (Tantituvanont et al., 2008). Pemanfaatan bunga telang di Indonesia selama ini sebagai bahan pewarna alami pangan. Pada beberapa Negara pun bunga telang di manfaatkan sebagai pewarna alami pada pangan. Pigmen pada bunga telang yang menyebabkan warna biru adalah antosianin. Pigmen antosianin memiliki warna antara merah, violet dan biru yang dapat berubah akibat perubahan pH dari 4-10. Perubahan warna pigmen bunga telang dipengaruhi oleh kondisi keasaman larutan ekstrak bunga telang. Intensitas warna bunga telang dipengaruhi oleh pH terutama pada pH 7 adalah intensitas warna tertinggi dari bunga telang. Meningkatnya pH akan mempercepat degradasi dari warna pigmen bunga telang. Karena selama ini bunga telang yang menghasilkan warna yang cantik hanya dimanfaatkan sebagai pewarnaan alami pangan, pada penelitian kali ini akan dimanfaatkan pada pewarnaan alam tekstil, lebih tepatnya terhadap kain batik. Dalam khasanah kebudayaan, Batik merupakan salah satu bentuk seni kuno yang adiluhung. Batik berasal dari bahasa jawa yaitu “amba” berarti nulis dan “nitik yang berarti titik. Yang dimaksud adalah menulis dengan lilin. Membatik diatas kain menggunakan canting yang ujungnya kecil memberi kesan “orang sedang menulis titik-



2



titik”. Kata batik menurut (Sularso dkk, 2009:23) merujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan malam (wax) yang diaplikasikan ke atas kain sehingga menahan masuknya bahan pewarna (dye) atau dalam bahasa inggrisnya “wax resist dyeing”. Penelitian ini dilakukan karena bahan untuk pewarnaan alami sebelumnya yaitu tanaman indigofera mulai sulit ditemukan. Selain karena tanaman indigofera susah ditemukan, ini juga agar variasi bahan pewarna alami kain batik memiliki alternative bahan. Karena batik yang berwarna dominan biru dengan warna alam sangat susah ditemukan, sekalipun ada pasti harganya yang sangat mahal. Sehingga penelitian ini pun dilakukan.



1.2 Rumusan Masalah Masalah yang ditemui dalam pemanfaatan bunga telang sebagai zat pewarna alam (ZPA) adalah kemungkinan perubahan warna ekstraksi setelah diberi fiksator. Perlu diketahui fiksator adalah bahan untuk mengunci warna pada kain batik agar tidak mudah luntur, fiksator yang biasa digunakan adalah tawas, tunjung, dan kapur. Lalu, sebelum diberi warna pun kain batik akan dimordant. Sehingga dapat disimpulkan rumusan masalah yang diambil adalah 1. Bagaimana daya ikat ekstraksi warna bunga telang terhadap kain batik? 2. Bagaimana reaksi perubahan ekstraksi warna bunga telang setelah diberi fiksator?



1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan oleh penelitian ini adalah 1. Mengetahui kemungkinan bunga telang menjadi bahan alami baru untuk mendapatkan warna biru berbahan alam. 2. Mengetahui bunga telang dapat dijadikan pewarna tekstil alami.



3



3. Mengetahui Perubahan warna bunga telang setelah diberi fiksator atau penguncian warna.



4



BAB II KAJIAN PUSTAKA



A. Zat Pewarna Alam (ZPA) 1. Pengertian Zat Pewarna Alam (ZPA) Pewarna alami merupakan alternatif pewarna yang tidak toksik, dapat diperbaharui (renewable), mudah terdegradasi dan ramah lingkungan (Yernisa, dkk., 2013). Pada tulisan ini disajikan dan dibahas zat pewarna alami yang meliputi sejarah, sumber, penggolongan, cara memperoleh, kandungan senyawa kimia, dan penggunaan zat pewarna alami pada berbagai industri. Hal ini untuk memberikan informasi tentang zat pewarna yang aman, ramah lingkungan untuk digunakan pada proses pengolahan atau pembuatan produk industri, baik pada pangan, obat-obatan, kosmetika dan industri lainnya. Sumber pewarna alami adalah tumbuhan, binatang, dan mikroorganisme. Visalakshi and Jawaharlal (2013) menyatakan bahwa pewarna alami dapat diperoleh dari tumbuhan, binatang atau mineral. Dari berbagai sumber tersebut hanya sedikit yang tersedia dalam jumlah yang cukup untuk digunakan secara komersial sebagai pewarna tekstil. Hampir semua bagian tumbuhan apabila diekstrak dapat menghasilkan zat warna, seperti : bunga, buah, daun, biji, kulit, batang/kayu dan akar. Di antaranya adalah; ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L) memberikan pigmen berwarna kuat dan apabila dilarutkan dalam air akan menimbulkan warna merah, jingga, ungu, dan biru (Hayati dkk., 2012). Ekstrak kulit buah manggis menghasilkan warna merah



5



(Wulaningrum, 2013), dapat digunakan untuk pewarna kain katun, menghasilkan warna coklat muda sampai coklat kemerahan (Manurung, 2012). Pada penelitian ini, bagian yang dimanfaatkan untuk proses pewarnaan dari tanaman telang adalah Bunganya. Bunga telang memiliki warna biru yang mencolok dengan gradasi warna putih. Pigmen pada bunga telang yang menyebabkan warna biru adalah antosianin. Pigmen antosianin memiliki warna antara merah, violet dan biru yang dapat berubah akibat perubahan pH dari 4-10. Perubahan warna pigmen bunga telang dipengaruhi oleh kondisi keasaman larutan ekstrak bunga telang. Intensitas warna bunga telang dipengaruhi oleh pH terutama pada pH 7 adalah intensitas warna tertinggi dari bunga telang. Meningkatnya pH akan mempercepat degradasi dari warna pigmen bunga telang. Terutamanya pigmen biru untuk pewarnaan alami tekstil masih sangat terbatas.



2. Cara Memperoleh Zat Pewarna Alami Isolasi pigmen/pewarna alami dari tumbuhan dapat dilakukan dengan cara mengekstrak bagian tumbuhan dengan menggunakan pelarut yang sesuai kepolarannya dengan zat yang akan diekstrak. Menurut Purnomo (2004) zat pewarna alam dapat diperoleh dengan cara ekstraksi dari berbagai bagian tanaman menggunakan pelarut air pada suhu tinggi atau rendah. Pada cara ini zat yang terambil sangat bervariasi tergantung dari jenis sumbernya. Dalam proses ekstraksi terdapat 2 cara yaitu a. Ekstraksi dingin, ekstraksi dingin dibagi menjadi 2 : -



Metode Maserasi : Maserasi istilah aslinya adalah macerare (bahasa latin, artinya merendam) adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam menggunakan pelarut bukan air



6



(pelarut non polar) atau setengah air, misalnya etanol encer, selama periode waktu tertentu sesuai. -



Metode Perkolasi : Perkolasi Merupakan ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna, umumnya dilakukan pada suhu kamar.



b. Ekstraksi Panas, ekstraksi panas dibagi lagi menjadi 4 : -



Refluk : ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Ekstraksi refluks digunakan untuk mengektraksi bahanbahan yang tahan terhadap pemanasan.



-



Soxhletasi : proses untuk menghasilkan ekstrak cair yang dilanjutkan dengan proses penguapan. Pada cara ini pelarut dan simplisia ditempatkan secara terpisah.



-



Digesti : Digesti merupakan maserasi kinetik (dengan pengadukan kontiniu) pada temperatur yang lebih tinggi dari suhu kamar.Secara umum dilakukan pada suhu 40-500C.



-



Infudasi / Dekok :



proses yang umumnya dipakai untuk menyari zat



kandungan dalam air dari bahan-bahan nabati.



B. Mengukur Kekuatan Resapan Ekstraksi Zat Pewarna Alam Bunga Telang Terdapat beberapa factor yang mempengaruhi tingkat resapan ekstraksi ke kain batik. Faktor yang mempengaruhi yaitu : 1. Pemilihan Kain 2. Proses pe-mordantingan kain 3. Proses ekstraksi bahan 4. Proses pencelupan



7



Dari ketiga faktor tersebut saling terkait, karena merupakan satu rangkaian dalam pewarnaan batik. baik dari mordant kain, ekstraksi hingga pencelupan masing-masing mempengaruhi daya resap ZPA bunga telang.



C. Alur Penelitian Penyelesaian penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan. Tahapan pertama yaitu proses mordanting atau proses pembukaan serat-serat kain. Setelah melakukan proses mordant terhadap kain, lalu masuk ketahapan ekstraksi. Ekstraksi bunga telang merupakan proses yang utama karena bahan utama akan diproses hingga siap digunakan. Pada proses ekstraksi tentunya ada hal yang di perhatikan yaitu perlakuan pada bahan utama sebelum ekstraksi dan lamanya proses ekstraksi. Setelah proses ekstraksi, masuk ke tahapan Pencelupan. Proses pencelupan dilakukan dengan beberapa variabel waktu yang berbeda untuk melihat tingkat resapan ZPA bunga telang terhadap kain yang telah dimordant. Variabel pencelupan juga dapat dilaksanakan dengan beberapa kali pengulangan pencelupan kain ke ekstraksi ZPA bunga telang. Setelah proses pencelupan, masuk ke proses fiksasi atau pemberian penguncian warna. Fiksasi ada 3 jenis yang digunakan yaitu kapur, tawas, dan tunjung. Setelah alur penelitian dilaksanakan, maka dapat disusun dalam satu data utuh yang akhirnya dapat disimpulkan hasil terbaiknya.



8



BAB III METODE PENELITIAN



A. Tinjauan Umum Metode penelitian yang peneliti gunakan disini adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bahwa ZPA dari bunga telang mampu menjadi pewarna alam tekstil. Penelitian dilakukan di Studio Batik Kriya Tekstil Universitas Sebelas Maret Surakarta.



B. Sumber Data dan teknik pengumpulan data Pada penelitian ini saya menggunakan metode penelitian Kualitatif. Metode Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 2005). Perbedaannya dengan penelitian kuantitatif adalah penelitian ini berangkat dari data, memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas dan berakhir dengan sebuah teori. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Dalam penelitian Bunga telang sebagai pewarna Alami tekstil menggunakan 2 variabel namun variabel yang digunakan bukan berarti mengkategorikan penelitian ini sebagai penelitian kuantitatif. Variabel yang digunakan adalah



1. Variabel waktu lamanya perendaman kain di ZPA bunga telang



9



2. Variabel pencelupan yang dilakukan oleh masing-masing kain. Pada umumnya kain dilakukan pencelupan kedalam ZPA sebanyak 5-10 kali, disini banyaknya pengulangan akan berbeda tiap kain. Dalam proses pewarnaan, fiksator atau penguncian warna ada 3 jenis. Namun akan diteliti dan dicoba diketiganya dengan waktu yang sama.



10



DAFTAR PUSTAKA



-



Chance, Jan. 2015. Pengaruh Penambahan Bahan Enkapsulan Terhadap Karakteristik Serbuk Pewarna Alami Ekstrak Bunga Telang. Universitas Katolik Soegijapranata.



-



Hartati, Emi. 2016. Ekstraksi Panas Dan Dingin. Universitas Tulang Bawang. Lampung.



-



Pujilestari, Titiek. 2015. Review: Sumber Dan Pemanfaatan Zat Warna Alam Untuk Keperluan Industri. Balai Besar Kerajinan Dan Batik. Yogyakarta.



11