Proposal Penelitian - Revisi 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL PENELITIAN STUDI ETNOGRAFI PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU SUKU JAWA DI DESA TASAHEA KECAMATAN TIRAWUTA KABUPATEN KOLAKA TIMUR



TAFTI DWIHARYATI JUNITASARI K201902017 Peminatan :Promosi Kesehatan



FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI SI KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MANDALA WALUYA 2021



LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL Proposal ini telah kami setujui untuk diajukan pada Seminar Proposal Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Mandala Waluya Kendari, dalam rangka penyempurnaan Penulisan.



Kendari,……………. 2021



Tim pembimbing



Pembimbing I



Pembimbing II



Moh.Guntur Nangi,SKM,M.Kes NIDN : 09-1112-8401



Jumartin Gerung, SKM, M.Kes NIDN : 09-1110-8302



Mengetahui, Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat



Moh.Guntur Nangi,SKM,M.Kes NIDN : 09-1112-8401



KATA PENGANTAR Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah



memberikan



menyelesaikan



Rahmat



dan



Karunia-Nya



sehingga



Penulis



dapat



proposal penelitian yang berjudul :“ Studi Etnografi Pemberian



ASI Eksklusif pada ibu suku jawa di Desa Tasahea kecamatan Tirawuta kabupaten kolaka timur” ” guna memenuhi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat di Universitas Mandala Waluya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Penyusunan proposal penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena saran – saran dari semua pihak yang sifatnya membangun untuk meningkatkan mutu dari penulisan ini sangat Penulis harapkan. Pada kesempatan ini Penulis tidak lupa pula menghaturkan rasa terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Bapak Moh. Guntur Nangi, SKM, M.Kes selaku Pembimbing I dan kepada Ibu Jumartin Gerung, S.Si selaku Pembimbing II atas semua waktu, tenaga dan pikiran yang telah diberikannya dalam membimbing, mengarahkan, memberi saran maupun kritik sehingga proposal ini menjadi lebih baik. Tak lupa Penulis haturkan rasa terima kasih yang sebesar – besarnya kepada 1. Ketua Yayasan Mandala Waluya Kendari 2. Rektor Univesitas Mandala Waluya



3. Para Wakil Rektor



(Akademik, Non Akademik, Kemahasiswaan)



Universitas Mandala Waluya 4. Para Ketua Lembaga (LPPM,LPM) Univesitas Mandala Waluya 5. Para Dekan Lingkup Universitas Mandala Waluya 6. Ketua Prodi Kesehatan Masyarakat Universitas Mandala Waluya 7. Tim Penguji (masing – masing) :Lodes Hadju,SKM, M.Kes, H. Muslimin, SKM, M.Kes, Ld. Muh. Yasmin, SKM, M. Kes. 8. Seluruh dosen dan staf / karyawan Univestitas Mandala Waluya yang telah banyak membantu Penulis semasa pendidikan 9. Suami dan Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan dukungan, kasih sayang serta motivasi 10. Seluruh teman – teman khususnya Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada Penulis hingga selesainya proposal ini. Demikian proposal ini semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak dan terutama Penulis dalam menyelesaikan pendidikan di Univertas Mandala Waluya.



Kendari,



2021



Penulis



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL............................................................................................i LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL........................................................ii KATA PENGANTAR.........................................................................................iii DAFTAR ISI........................................................................................................ v BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang........................................................................................1 B. Rumusan Masalah...................................................................................5 C. Tujuan Penelitian.....................................................................................6 D. Manfaat Penelitian...................................................................................6 E. Keaslian Penelitian.................................................................................7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang ASI Eksklusif.............................................................15 B. Tinjauan Tentang ibu menyusui.............................................................24 C. Tinjauan Tentang ibu menyusui suku jawa.............................................30 BAB III METODE PENELITIAN A._Jenis Penelitian.........................................................................................31 B._Pengelolaan peran sebagai peneliti...........................................................32 C._Waktu Dan Tempat Penelitian ................................................................32 D._Sumber data..............................................................................................33 E._Informan Penelitian..................................................................................34 F._Tehnik Pengolahan data............................................................................35 G._Analisis data.............................................................................................37 H._Tehnik uji keabsahan data........................................................................38 I._Etika penelitian..........................................................................................48 J._Tahapan penelitian..................................................................................... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air susu ibu merupakan sumber nutrisi terbaik yang dapat meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Pemberian ASI pada bayi sangat penting terutama dalam periode awal kehidupan, oleh karena itu bayi cukup diberi ASI secara eksklusif selama 6 bulan pertama tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. Proses menyusui segera setelah melahirkan juga membantu kontraksi uterus sehingga mengurangi kehilangan darah ibu pada masa nifas (Badan Pusat Statistik, 2017). Dalam rangka menurunkan angka kesaki tan dan kematian bayi, UNICEF dan WHO merekomendasikan sebaiknya bayi hanya disusui air susu ibu (ASI) selama paling sedikit 6 bulan, dan pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berumur dua tahun (WHO, 2018). Agar ibu dapat mempertahankan ASI eksklusif selama 6 bulan, WHO merekomendasikan agar melakukan inisiasi menyusui dalam satu jam pertama kehidupan, bayi hanya menerima ASI tanpa tambahan makanan atau minuman, termasuk air, menyusui sesuai permintaan atau sesering yang diinginkan bayi, dan tidak menggunakan botol atau dot (WHO, 2018). Sustainable Development Goals dalam The 2030 Agenda For Sustainable Development menargetkan pada tahun 2030 dapat mengurangi angka kematian neonatal paling sedikit 12 per 1.000 kelahiran hidup dan kematian pada anak di bawah usia 5 tahun paling sedikit 25 per 1.000 1



kelahiran hidup. Hal tersebut dapat dicapai salah satunya dengan pemberian ASI eksklusif dilaksanakan dengan baik (United Nations). Cakupan pemberian ASI eksklusif di Afrika Tengah sebanyak 25%, Amerika Latin dan Karibia sebanyak 32%, Asia Timur sebanyak 30%, Asia Selatan sebanyak 47%, dan negara berkembang sebanyak 46%. Secara keseluruhan, kurang dari 40 persen anak di bawah usia enam bulan diberi ASI Eksklusif. Hal tersebut belum sesuai dengan target WHO yaitu meningkatkan pemberian ASI eksklusif dalam 6 bulan pertama sampai paling sedikit 50%. Ini merupakan target ke lima WHO di tahun 2025 (WHO, 2017). Pemerintah telah menetapkan kebijakan nasional terkait program yang telah dituangkan dalam Peraturaan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif. Pengaturaan pemberian ASI e ksklusif bertujuan untuk menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif, serta memperhatikaan pertumbuhan dan perkembanganya, memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI eksklusif kepada bayinya, dan meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakaat, Pemerintah Daerah dan Pemerintah terhdap pemberian ASI Eksklusif (Permenkes, 2012). Hasil data dari Survey Data dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2017 menunjukkan praktik pemberian ASI bayi beruumur dibawah 6 bulan adalah 52%. Presentase ASI eksklusif menurun seiring dengan bertambbahnya umur bayi, dari 67% pada umur pada umur 0 sammpai 1



bulan, menjadi 55% pada umur 2 sampaaii 3 bulan, dan 38% pada umur 4 sampai 5 bulan (SDKI, 2017). Secara nasional, cakupan bayi mendapat ASI eksklusif tahun 2018 yaitu sebesar 68,74% sudah melampaui target renstra 47%. Persentase tertinggi cakupan pemberian ASI eksklusif terdapat pada Provinsi Jawa Barat (90,79%), sedangkan persentase terendah terdapat di Provinsi Gorontalo (30,71%). Sebanyak enam provinsi belum mencapai target Renstra tahun 2018 (profil kesehatan Indonesia 2018) Pada tahun 2019, secara nasional persentase bayi baru lahir yang mendapat IMD yaitu sebesar 75,58%. Angka ini telah melampaui target Renstra tahun 2019 yaitu sebesar 50,0%. Provinsi dengan persentase tertinggi bayi baru lahir mendapat IMD adalah Sulawesi Tenggara (94,92%) sedangkan provinsi dengan persentase terendah adalah Papua Barat (3,06%). Terdapat dua provinsi yang belum mencapai target Renstra tahun 2019 yaitu Maluku dan Papua Barat. Cakupan bayi mendapat ASI eksklusif tahun 2019 yaitu sebesar 67,74% sudah melampai target Renstra 50%. Persentase tertinggi cakupan pemberian ASI eksklusif terdapat pada Provinsi Nusa Tenggara Barat (86,26%), sedangkan persentase terendah terdapat di Provinsi Papua Barat (41,12%). Terdapat empat provinsi yang belum mencapai target Renstra tahun 2019, yaitu Gorontalo, Maluku, Papua, dan Papua Barat.(Profil Kesehatan Indonesia, 2019) Angka pemberian ASI esklusif pada bayi 0-6 bulan di Sulawesi tenggara cenderung fluktuatif, dari tahun 2013 sebanyak 34,19%, 2014



sebanyak 32,90%, tahun 2015 sebanyak 54,15%, tahun 2016 sebanyak 46,63% dan tahun 2017 sebanyak 55,56%, tahun 2018 sebanyak 47,53% sebanyak,



tahun



2019



sebanyak



66,81%.



Capaian



fluktuatif



mengidentifikasikan belum bakunya program peningkatan capaian ASI Ekslusif yang dilakukan oleh program teknis terkait. Cakupan pemberian ASI Esklusif pada bayi usia 0 – 6 bulan di provinsi Sulawesi tenggara baru mencapai 66,81% dan belum mencapai target 85%. Meski naik dari tahun sebelumnya tapi belum signifikan dan masih jauh dengan target nasonal. (Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara, Tahun 2019) Kabupaten kolaka timur pada tahun 2019 jumlah bayi sebanyak 2.307 bayi sedangkan jumlah bayi yang di berikan ASI Eksklusif usia 0 – 6 bulan sebanyak 1.549 (67%). Ada empat kecamatan dengan pemberian ASI Eksklusif terendah yaitu puskesmas Tirawuta 80 (40%) puskesmas polipolia 70 (41%) puskesmas Ueesi 18 (44%) (Profil Kesehatan Kolaka Timur, Tahun 2019) Untuk mencapai keberhasilan menyusui memerlukan dukungan pemerintah pusat dan daerah, swasta, dunia usaha dan semua lapisan masyarakat secara terus menerus dan berkelanjutan. Dalam rangka peringatan PAS tahun 2018 untuk mendukung pemberian ASI, akan dilakukan rangkaian kegiatan di pusat dan daerah yang dilaksanakan pada bulan Agustus dan sepanjang tahun 2018. Diharapkan dengan melaksanakan kegiatan peringatan PAS tahun 2018 kita dapat mengkampanyekan tentang pentingnya menyusui dan berkomitmen untuk mencapai SDGs pada tahun 2030. (PAS, 2018)



Berdasarkan penelitian Zulfa (2018) yang dilakukan di desa Mundu Pesisir menyatakan bahwa masih banyak bayi di desa Mundu pesisir yang beresiko terkena gangguan saluran pencernaan karena adanya budaya pemberian MP-ASI dini pada bayi. Budaya yang masih banyak dilakukan adalah mengoleskan madu di langit – langit mulut bayi (62,8%), pemberian pisang kerok (73,4%) pemberian bubur susu (62,8%), sedangkan budaya yang sudah mulai di tinggalkan pemberian makanan yang dilumat oleh ibu dan diberikan pada bayi, pemberian air tajin, nyapih dan cekok. Pandangan budaya suku jawa tentang pemberian ASI esklusif sangat berkaitan dengan budaya yang di anut turun menurun temurun dan masih melekat di masyarakat suku jawa. Praktek pemberian MP-ASI dini seperti memberikan makanan pisang kerok, madu, nasi bubur atau air tajin, kepada bayi sebelum usia 6 bulan bayi menangis pasti karena lapar dan ASI saja tidak cukup untuk bayi (Tuti, 2016) Menurut wiji (2013) beberapa mitos tentang menyusui diantaranya dapat membuat payudara kendur, bayi yang hanya minum ASI nutrinya tidak tercukupi, jika makan makanan yang panas atau terasa pedas maka ASI juga panas dan pedas, kolostrun / ASI pertama adalah susu basi, bayi yang sedang sakit tidak boleh disusui, bayi yang menangis karena lapar perlu diberikan makanan dan minuman lain, pisang dapat menyembuhkan diare dan membersihkan usus bayi, untuk perkembangan otak susu formula lebih baik dari pada ASI dan saat ASI belum keluar, bayi dapat diberikan susu formula atau madu.



Masih sangat rendahnya pemberian ASI esklusif pada masyarakat kecamatan tirawuta khususnya di desa tasahea karena kurangnya pengetahuan yang baik sehingga membentuk prilaku yang sebagian besar masih cukup rentan dengan budaya mitos yang berkaitan tentang pemberian MP-ASI dini. Hal ini membuat mereka hanya mengikuti kebiasaan yang menjadi tradisi leluhur tanpa mengetahui secara jelas dan spesifik mengenai dampak yang di timbulkan jika tidak memberikan ASI esklusif terhadap bayi sehingga membentuk persepsi bahwa bayi tidak akan cepat tumbuh dan bertambah berat badannya jika hanya di berikan ASI saja. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan di desa Tasahea Kecamatan Tirawuta pada ibu menyusui dengan uUsia bayi lebih dari 6 bulan. Dari 5 partisipan terdapat 4 partisipan tidak memberikan ASI secara Eklsusif, 1 partisipan memberikan susu formula karena merasa ASI saja tidak cukup untuk kebutuhan bayinya, 2 partisipan memberikan air putih untuk membersihkan mulut bayi dan pisang kerok pada bayinya saat usia 5 bulan karena pisang kerok ini dianggap bisa menyembuhkan diare dan membersihkan saluran penceraan bayi dan 1 partisipan memberikan madu hal ini dilakukan untuk agar lidah bayi terangsang rasa manis selain itu mereka percaya madu merupakan bahan alamiah dan di anggap bayi akan tumbuh menjadi kuat. 1 partisipan memberikan ASI Eksklusif. Dari 5 partisipan yang memiliki Pengetahuan yang baik sebanyak 2 orang dan hanya 3 orang yang memiliki pengetahuan yang kurang.



Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian studi etnografi mengenai Pemberian ASI Eksklusif Pada Ibu Suku Jawa Di Desa Tasahea Kecamatan Tirawuta” B. Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini Bagaimana Studi etnografi mengenai pemberian ASI Esklusif pada ibu suku jawa di Desa Tasahea Kecamatan Tirawuta? C. Tujuan Penelitian Untuk mengkaji Studi etnografi mengenai pemberian ASI Esklusif pada ibu suku jawa di Desa Tasahea Kecamatan Tirawuta D. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini memberikan pengetahuan dan wawasan bagi pembaca khususnya mengenai Studi etnografi mengenai pemberian ASI Esklusif pada ibu suku jawa di Desa Tasahea Kecamatan Tirawuta 2. Manfaat praktis Melalui penelitian ini dapat di gunakan sebagai masukkan bagi kaum wanita mengenai hal – hal apa saja yang mesti diperhatikan dalam pemberian ASI Esklusif 3. Manfaat Bagi Institusi Menjadi bahan masukan bagi ilmu pengetahuan yang dapat memberikan sumbangan informasi bagi peneliti selanjutnya terkhusus yang berkaitan dengan Studi etnografi mengenai pemberian ASI Esklusif



pada ibu suku jawa di Desa Tasahea Kecamatan Tirawutaaspek prilaku informan F. Keaslian Penelitian No Nama peneliti / tahun 1 intan pratama martha irene kartasurya yudhy dharmawan (2018)



No, Vol, Tahun volume 6, nomor 2, april 2018



Judul penelitian



Jenis penelitian Hasil penelitian



perilaku menyusui pada ibu dengan tingkat sosial ekonomi rendah di kecamatan sidoharjo, sragen



jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif



1. ibu tidak bekerja, memberikan ma tidak memberikan eksklusif me pengetahuan namun, terdapat bekerja memberikan eksklusif yang mem pengetahuan k baik tentang in menyusu dini ( pada ibu tidak be memiliki penget tentang kolostrum namun, terdapat bekerja yang mengert idan dapat menjel pengertian dan ma kolostrum. 2. saat masa keham ibu dengan ekonomi rendah tidak bekerja sudah merencanakannya. namun, semua bekerja merencanakan pemberian asi s eksklusif pada kehamilan karena ingin ribet. selain ibu juga setuju terh pemberian asi eks karena sebagian



ibu memahami ma pemberian asi eks bagi bayi. umunya, ibu setuju bahwa fomula yang sekarang sudah c baik menggantikan asi 3. persepsi ibu ter petugas kesehatan memiliki persepsi terhadap pe kesehatan. beranggapan b petugas kesehatan menyarankan ibu menyusui, men dengan b memberikan eksklusif, membe kolostrum, pemberian asi eks untuk ibu yang be pada masa keham saat melak pemeriksaankeham dan pada pertemuan kelas hamil. 4. Dukungankeluarga pada umumnya telah diberi duku oleh suami, oran dan mertua d pemberian asi eksk dukungan ter dalam bentuk sara hal mengingatkan memberikan eksklusif kepada namun, terdapa orang tua dan m dari ibu bekerja tidak membe dukungan d



pemberian asi eksk semua suami, oran dan mertua memberikan 5. sumber informasi sumber informas dalam pemberian eksklusif dapat b televisi, radio, m sosial, koran, ma buku kia, dan in praktik pemberian ibu yang be maupun tidak be tetap memberikan eksklusif k menyadari baik kesehatan, aliran lancar, serta ala ekonomi (lebih he ibu bekerja ma tidak bekerja n tidak memberikan eksklusif karena masalah berupa p tidak menonjol. 2



Ramli



perilaku ibu bayi dalam pemberian asi pada etnis banggai di kecamatan liang kabupaten banggai kepulauan



penelitian dilakukan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi



hasil pene menunjukan bahwa pemberian asi pada banggai mengikuti orang tua sebelu yang terpola secara t temurun. pada ibu banggai memberikan asi bayi telah diberikan mak pendamping (prala hal tersebut tidak te dari “nillobi” yang b memperkenalkan ma kepada bayi. makanan yang dibe pada umumnya a jenis ubi banggai (b bayi menangis dim



3



1. Ulfatul Latifah, 2. Seventina Nurul 3. Hidayah, Meyliya Qudriani



jurnal siklus perilaku ibu volume 08 primipara dalam nomor 01, pemberian asi januari 2019 eksklusif di kecamatan tegal barat kota tegal



penelitian ini menggunaan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi



lapar, pekerjaan berpen pada intensitas pemb asi, ibu bayi etnis ban pada umumnya mendapatkan info tentang pemberian asi 1. terkait pengeta tentang asi eksk sebanyak satu info mendapat info langsung dari bida 1) satu info mendapat info tidak langsung yait teman, tetangga internet pengetahuan merupakan faktor dapat mempeng pemberian asi ekskl 2. semua info mengungkapkan b menyusui sangat pe untuk bayi k membuat bayi sehat dan tidak m sakit, hal ini se dengan teori yait memegang pe untuk meningk kekebalan tubuh ba 3. informan utama 1 mengungkapkan b bayi tidak perlu susu formula sa dengan 6 bulan s asi cukup dan meli susu formula b perlu diberikan sam bulan sedan informan menyampaikan b asi dapat mempen tumbuh kembang berat bayi menjadi



4



1. reni mareta 2. nurul hidayah



jurnal keperawatan



studi kualitatif optimalisasi peran



penelitian studi fenomenologi



naik. jika asi cukup susu fo sebaiknya tidak diberikan (iu 2) 4. ungkapan informan menunjukkan b mereka b mendapatkan duku sepenuhnya keluarga teru mertua, namun info tidak meng kesulitan d meneruskan ni untuk tetap membe asi eksklusif sebagian besar info memiliki motivasi kuat, perasaan s dan bangga karena menyusui ba sendiri. 5. dukungan suami b dukungan info berupa penje pengarahan dan dapat memutuskan untuk mencoba tidak. hal ini membuat ibu m memiliki hak menguasai keadaan dipercaya seh muncul percaya di apabila dukungan diberikan kepada maka semua rasa p akan berdampak reflek keluarnya asi 6. semua info merasakan senang bangga memberikan eksklusif selama 6 b 1. respon orang tua r yang muncul pada



anak . volume 2, no. 1, mei 2014;



suami terhadap pemberian asi ekslusif pada ibu menyusui



yang merupakan suatu pendekatan untuk menggali pengalaman hidup dari individu.



sebagian mengatakan per yang senang saat dan putrinya perasaan ini munc dukung oleh ka perasaan senang k bayi yang lahir me sangat diharapkan jenis kelaminnya sesuai dengan diinginkan. 2. harapan pemberian asi eks harapan dari pemb asi yang ekslusif mereka ingin agar anak mereka tu cerdas dengan mereka memp tekat dan cita-cita besar untuk memberikan asi eks 3. perilaku pemberia semua mendapatkan kolus kondisi fisiologis peneliti dapatkan hasil wawancara dilakukan kepada satu suami (respo yang mengatakan b putting istrinya menonjol hambatan ditemukan pada satu responden ada lagi hambatan muncul antara pemberian cuti. 4. pemanfaatan duku asi suami menga bahwa pemberian bisa berhasil jumlah asinya ba dan hal tersebut



5



1. Ely Noviawati, 2. Chrisnawa 3. Anastasia Maratning



jurnal injec vol. 2 no. 2 oktober 2015:



studi etnografi: ibu etnis madura dalam pemberian mp-asi



penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan etnografi



6 1. Tika Noor Prastia 2. Yulia Novika J 3. Erdani Harimurti Azhar 4. Chuzaemah 5. Sofia Anis Isnani



jurnal kesehatan masyarakat vol.7 no.1 2019



studi kualitatif praktik pemberian asi pada bayi usia 0-4 bulan di wilayah kerja puskesmas abadijaya issn. 2620- kota depok 7869



desain studi kualitatif dengan teknik rapid assessment procedure (rap) menggunakkan metode FGD, wawancara mendalam, dan observasi.



7



prosiding konferensi nasional ppni jawa tengah



penelitian ini menggunakan metode



Muhamad Rofi’i



kepercayaan wanita jawa tentang perilaku atau kebiasaan yang



tercapai kalau mengkonsumsi sa hijau yang banyak persepsi ibu etnis mad tentang pemberian mp dini adalah tangisan b berarti tanda bayi ters lapar, sehingga ibu memberikan mpasi lebih awal. m memiliki keteri dengan budaya begitu erat. hasil pene menunjukkan seluruh memberikan asi kepada bayi, ko umum dan payudara baik, seluruh a keluarga ber mendukung ibu meny serta ibu memiliki t menyusui yang sedangkan hanya seb kecil yang masih mem budaya pemb makanan prelakteal k bayi baru lahir. kesim yang didapat b keberhasilan ibu d menyusui berperan d menentukan tercap pemberian asi s eksklusif kepada sehingga anak mencapai pertumb dan perkembangan optimal. 1. kepercayaan tentan perilaku atau kebias yang dianjurkan sel kehamilan



2013



dianjurkan dan dilarang selama masa kehamilan



kualitatif dengan wawancara mendalam dan pendekatan fenomenologi.



hasil wawancara pada empat informan menyatakan bahwa informan mempercayai tentang perilaku atau kebiasaan yang dianju selama masa kehamilan yaitu berdo makan dicobek yang besar, ngepel saa hamil tua, minum jamu ditaruh daun lum diberi minyak kelapa, posisi nunggin acara mitoni anak pertama, dan sua dan si ibu 2. dampak dari perilak atau kebiasaan yang dianjurkan selam kehamilan hasil wawancara pada empat informan juga menyat bahwa dampak apabila melak perilaku atau kebiasaan yang dianju selama masa kehamilan adalah seh dan selamat, melahirkan jadi muda menghindari sungsang melahirkan gampang 3. kepercayaan tentan perilaku atau kebias yang dilarang selam kehamilan hasil wawancara pada empat informan menyatakan bahwa informan mempercayai tentang perilaku atau kebiasaan yang dilara



selama masa kehamilan adalah bepergian jauh, membunuh binatang, membatin orang, bepergian ditempat um memotong kaki binantang, maka didepan pintu, merendam baju atau pakaian atau cucian piring dan gelas, memancing ikan, menyakiti hewan, memotong ayam, duduk ditengah pintu, mandi saat maghrib, menyembeli ayam atau sapi, memukul hewan dan pasar atau tempat umu selama hamil tua. 4. dampak dari perila atau kebiasaan yang dilarang selama kehamilan hasil wawancara pada empat informan juga menyat bahwa dampak melakukan perilaku atau kebiasaan yang dilara selama masa kehamilan adalah keguguran, bayi yang dikandung akan pinda musibah, bayi lahirny susah, air ketubannya banyak sekali, kecaca pada bayi, bayi mau lahir bisa terham bisa kembar banyu, bayinya bisa n jeleknya, dan mengambil bayi lewa



dukun perewangan 8 1*)herman , 2)yulfiana 3)nurdin rahman, 4)ahmad yani



media publikasi promosi kesehatan indonesia



perilaku ibu menyusui dalam keberhasilan pemberian asi eksklusif di wilayah kerja puskesmas tawaeli kota palu



jenis ini bersifat kualitiatif dengan pendekatan studi kasus



september, 2018) 112-117 vol. 1. no. 3



9



muladefi choiriyah*, elsi dwi hapsari**, wiwin lismidiati**



kesmas: jurnal kesehatan masyarakat nasional vol. 10, no. 1, agustus 2015



tradition and social environment influence breastfeeding support on low birthweight in malang



penelitian kualitatif ini dengan pendekatan fenomenologi.



hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan informan dikategorikan kurang sikap informan dikategorikan baik, pemanfaatan fasilitas kesehatan yang tersed dikategorikan baik, dukungan petugas kesehatan dikategorik kurang baik dan dujun keluarga dikategorika baik. penelitian ini menyimpulkan perilak ibu menyusui di wilay kerja puskesmas tawa sudah baik, namun dukungan petugas kesehatan dalam memberikan kie terka eksklusif kepada ibu menyusui masih sang kurang. 1. pengenalan menyusui seja dini untuk bay bblr, pengenalan menyusui sejak dini disampaika ketujuh partisipan berupa dilakukannya imd, raw gabung, memerah asi, kmc selama di rumah tujuh orang partisipan menyampaikan kesuli selama



menyusui yang dialam seperti kelainan putin bayi menolak menyusu, ib bekerja, pemberian m dini 2. pemberian mp dini sebagai alternatif dalam mengatasi kes menyusui tradisi yang dipercaya untuk memperlancar a disampaikan ketujuh partisipan berupa anju dan pantangan yang berkaitan dengan makanan-minuman, perilaku atau kepercayaan untu ibu menyusui seperti larangan makan pedas anjuran makan sayur, mandi banyu wuwung yaitu mandi keramas setiap dengan mata terbuka ketika dialirkan air dari kepa 3. tradisi yang dipercayai dan lingkungan so memengaruhi dukungan bag menyusui, pengaruh lingkungan sosial bagi ibu menyu seperti menggunakan interne untuk mengetahui informasi menyusui, memilih su formula untuk mpasi ibu mengikuti anjuran tetangga/lingkungan



sekitar dalam praktik menyusui. 4. menerima menyusui seba bagian dari ko seorang perem dukungan disampaika partisipan berupa adan dukungan formal dari tenaga kesehatan dan dukungan informal dari suami, keluarga, dan teman u meningkatkan produksi asi.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang ASI Eksklusif 1.



Pengertian ASI Eksklusif Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu cairan hasil dari pengeluaran kelenjar payudara ibu. ASI Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan sampai bayi berumur 6 bulan, tanpa adanya penambahan minuman seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim. Setiap ibu menghasilkan ASI sebagai makanan alami yang disediakan untuk bayi sesuai dengan kebutuhannya. Pemberian ASI eksklusif dan proses menyusui dapat meningkatkan pembangunan SDM yang berkualitas (Suhaeni dkk, 2019) Asi eksklusif adalah asi yang diberikan kepada bayi hingga umur 6 bulan tanpa tambahan makanan apapun kecuali obat. Menyusui merupakan cara yang benar dan sehat untuk memberikan makanan bayi. ASI makanan terbaik untuk bayi karena inilah yang dia butuhkan (Nurfuri, 2020)



2. Komposisi ASI



ASI mengandung lebih dari 200 unsur – unsure pokok antara lain zat putih telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormone, enzim, zat kekebalan dan sel darah putih. Semua zat tersebut proporsional dan seimbang satu dengan yang lainnya. Cairan hidup yang mempuyai keseimbangan biokimia yang sangat tepat ini bagai “simfoni 15 nutrisi bagi perumbuhan bayi” sehingga tidak mungkin bisa ditiru oleh manusia. (Suhaeni dkk, 2019) Hal – hal yang perlu diperhatikan ialah : a)



Komposisi



ASI



disesuaikan



dengan



laju



pertumbuhan



dan



perkembangan anak manusia b)



Komposisi ASI berbeda dari satu ibu ke ibu, Komposisi ASI pada ibu premature berbeda dengan komposisi air susu ibu yang melahirkan cukup bulan, walaupun ibu melahirkan dalam waktu yang sama



c)



Komposisi ASI berbeda dari hari ke hari ASI berbeda dari satu ibu ke ibu yang lain ASI mengandung



berbagai komponen zat gizi mikro maupun makro. Komposisi gizi pada ASI disesuaikan dengan kebutuhan bayi pada usia tertentu. Adapun perbedaan komposisi ASI dari hari ke hari biasa disebut stadium laktasi (Nurfuri, 2020) a)



Kolostrum merupakan ASI yang dihasilkan saat hari ke-1 sampai ke-3 menyusui. ASI ini kaya akan zat gizi terutama protein. ASI ini kental dan berwarna kuning berasal dari β-karoten. Setiap harinya komposisi zat gizi pada ASI berubah-rubah. Kolostrum mengandung IgA untuk



antibodi, vitamin larut lemak dan kolestrol lesitin, vitamin A dan tripsin



untukmemfasilitasi



perkembangan



bifidobacterium



serta



memfasilitasi pengeluaran mekonium dan mencegah ikterus pada bayi



b)



ASI transisi atau peralihan, diproduksi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa menyusui. Warna lebih putih dibandingkan kolostrum. ASI ini banyak mengandung lemak dan gula susu (laktosa). Jumlah total produksi ASI dan asupan pada bayi bervariasi setiap kali menyusui bisa sampai 450-1200 ml dengan rata-rata antara 750-850 ml/hari. ASI peralihan adalah ASI yang keluar setelah kolostrum sampai dengan sebelum menjadi ASI yang matang. Kadar ASI peralihan ini kadar protein makin rendah sedangkan kadar karbohodrat dan lemak makin tinggi volumenya akan makin meningkat. (Suherni, 2019)



c)



ASI matur merupakan ASI yang diproduksi pada hari ke-10 dan seterusnya, komposisinya relatif konstan/tetap. Berwarna putih kental, kandungan lemak dan karbohidrat sangat tinggi. Kandungan nutrisi terus berubah sesuai dengan perkembangan bayi sampai berumur 6 bulan. Mengandung air sebanyak 87,5 %. Oleh karena itu, bayi yang mendapat cukup ASI tidak perlu lagi mendapatkan air walaupun di tempat yang panas. Kekentalan pada ASI disesuaikan dengan saluran cerna bayi.



3. Manfaat Pemberian ASI Eksklusif



Menurut Susilowati (2018) manfaat dari pemberian ASI bagi bayi adalah sumber zat gizi yang sangat ideal bagi bayi dengan kualitas dan kuantitas yang normal, dapat menurunkan resiko kematian neonatal, meningkatkan daya tahan tubuh karena kolostrum yang terdapat pada ASI mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari ASI matur. ASI matur dapat melindungi bayi dari alergi, muntah dan diare, kanker pada anak, sepsis dan meningitis. Manfaat lain dari ASI adalah mudah diserap, dicerna dan mengandung enzim pencernaan, ASI mengandung zat untuk mencegah adanya penyakit dikarenakan adanya imonoglobulin, leukosit dan antibakteri di dalamnya. ASI selalu pada suhu yang tepat. Suhu ASI mengikuti suhu tubuh ibu, yaitu 37-39oC. ASI tidak menyebabkan alergi. ASI eksklusif membantu pematangan “pelapis usus” dan menghalangi masuknya molekul pemicu alergi. ASI mencegah kerusakan gigi. Kalsium dalam ASI langsung dimetabolisme oleh sistem pencernaan bayi untuk pembentukan jaringan sel tulang rahang dan tulang lainnya. ASI mengoptimalkan



perkembangan



bayi.



Pemberian



ASI



dapat



mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak bayi. ASI membantu bayi tumbuh dewasa menjadi orang yang percaya diri. ASI mengurangi kemungkinan berbagai penyakit kronik di kemudian hari. Menurut (Suhaeni 2019) Manfaat pemberian ASI bagi bayi, ibu dan semua orang : 1)



Bagi bayi Pemberian ASI membantu bayi memulai kehidupannya dengan baik. Kolostrum, susu jolong atau susu pertam, megandung



antibody yang kuat untuk mencegah infeksi untuk membuat bayi menjadi kuat. Penting sekali untuk segera memberikan ASI pada jam pertema pasca persalinan dan kemudian seterusmya dua sampai tiga jam. ASI mengandung campuran yang tepat dan berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi. ASI mudah dicernah oleh bayi. ASI saja tanpa makanan tambahan yang lain merupakan cara terbaik untuk memberikan makan pada bayi dalam empat sampai enam bulan pertama kehidupan. Sesudah enam bulan, beberapa makanan yang baik lainnya harus di tambahkan kedalam menu bayi. Pemberian ASI pada umumnya harus di sarankan selama setidaknya satu tahun pertama kehdupam anak 2)



Bagi ibu Pemberian ASI membantu ibu untuk memulihkan diri dari proses persalinannya. Pemberian ASI selama beberapa hari pertama membuat rahim berkontraksi dengan cepat dengan memperlambat perdarahan (hisapan padaaputing susu merangsang dikeluarkannya oksitosin alami yang akan membantu kontraksi rahim). Wanita yang menyusui akan cepat pulih dan turun berat badannya dari berat badan yang bertambah semasa hamil. Ibu yang menyusui yang belum mestruasi kembali akan kecil kemungkinan akan hamil (kadar prolaktin yang tinggi akan menekan hormone FSH dan ovulasi) pemberian ASI adalah cara yang penting bagi ibu untuk mencurahkan kasih saying dan membuat bayi merasa nyaman



3)



Bagi semua orang ASI selalu bersih dan bebas hama yang dapat menyebabkan infeksi. Pemberian ASI tidak menuntut persiapan khusus. ASI selalu tersedia dan gratis. Bila ibu memberikan ASI pada saat diminta (on demand) Bagi keluarga manfaat dari ASI adalah bisa menghemat biaya, anak tumbuh menjadi sehat dan jarang sakit, dan ASI sangat mudah pemberiannya secara langsung tanpa harus membersihkan botol dan membuat susu terlebih dahulu (Susilowati & Kuspriyanto, 2018). Menurut Anita (2018) manfaat ASI dari Aspek ekonomi, Aspek psikologis ,Aspek kemudahan Manfaat ASI bagi Negara Menurukan anka kesakitan dan kematian anak . Mengurangi subsidi untuk Rumah Sakit .Mengurangi devisa untuk membeli susu formula



4. Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI Menurut



Susilowati



(2016)



ada



beberapa



faktor



yang



mempengaruhi produksi ASIKetenangan jiwa dan pikiran, perlunya kondisi kejiwaan dan pikiran yang tenang pada masa menyusui karena akan berpengaruh menurunkan volume ASI. a)



Perawatan payudara, sangat bermanfaat dalam merangsang hormon prolaktin dan oksitosin dalam mengeluarkan ASI. Masalah yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak periode antenatal, masa setelah persalinan dini dan masalah setelah persalinan lanjut. Masalah menyusui pada masa setelah persalinan



dini salah satunya adalah putting susu lecet, putting susu nyeri, payudara bengkak dan mastitis (ambarwati, 2010) b)



Pola isitrahat, apabila kondisi ibu melemah dan kurang istirahat maka ASI juga akan berkurang. Kondisi ibu yang terlalu letih dan kurang istirahat akan menyebabkan ASI kurang, hal yang bisa di antisipasi dengan mengikuti pola tidur bayi, setidaknya bu terbangun dan mendapatkan waktu istirahat yang lebih cukup (Ria 2012)



c)



Isapan anak atau frekuensi menyusui, produksi ASI dipengaruhi oleh seringnya bayi menyusu pada ibu. Rekomendasi lama menyusui paling sedikit 8 kali per hari pada awal setelah melahirkan. Frekuensi ini berkaitaan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara. Ibu yang menyusui anak secara jarang dan berlangsung sebentar maka hisapan anak berkurang dengan demikian pengeluaran ASI berkurang (Ambarwati, 2010 )



1) Stres dan penyakit akut, ibu yang stress dapat menganggu produksi ASI. Sebaiknya ibu harus merasa rileks dan nyaman agar produksi ASI berjalan dengan lancar. Kondisi kejiwaan dan pikiran yang tenag akan mempengaruhi produksi ASI, jika ibu mengalami stress, pikiran tertekan, tidak tenag, sedih dan tegang produksi ASI akan berpengaruhi secara signifikan, (Ria 2012)



2) Konsumsi rokok dan alkohol, kandungan zat yang terdapat pada rokok dan alkohol mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin untuk memproduksi ASI 3) Hormon yang berpengaruh dalam menyusui adalah prolaktin dan oksitosin. Saat bayi menghisap payudara akan merangsang saraf sensori disekitar payudara sehingga kelenjar hipofisis bagian depan menghasilkan hormon prolaktin. Prolaktin akan masuk ke peredaran darah kemudian ke payudara menyebabkan sel sekretori di alveolus (pabrik ASI) menghasilkan ASI. Semakin banyak ASI yang dikeluarkan untuk diberikan pada bayi, semakin banyak pula produksi ASI. Selain dapat membantu mempertahankan produksi ASI, hormon prolaktin dapat menunda kehamilan (Roesli & Yohmi, 2013). Hormon oksitosin diproduksi pada bagian belakang kelenjar hipofisis. Hormon tersebut dihasilkan bila ujung saraf dirangsang oleh isapan. Oksitosin akan dialirkan melalui darah menju ke payudara dan akan merangsang kontraksi otot di sekeliling alveolus (pabrik ASI) dan memeras ASI keluar. Jika refleks oksitosin tidak bekerja dengan baik, maka bayi mengalami kesulitan untuk mendapatkan ASI. Keadaan yang dianggap dapat mempengaruhi hormon oksitosin, yaitu perasaan ibu, tangisan bayi, dukungan ayah dalam pengasuhan bayi, dan pijat oksitosin (Roesli & Yohmi, 2013) 5. Masalah menyusui pada ibu yang sering terjadi di masyarakat : Untuk ibu :



a)



Puting susu datar atau terbenam



b)



Puting susu lecet



c)



Payudara bengkak



d)



Mastitis atau abses payudara



e)



Merasa ASI tidak cukup



f)



Ibu bekerja



g)



Ibu melahirkan dengan bedah sesar



h)



Ibu yang menderita HIV



i)



Ibu hamil lagi



pada bayi : a) Bayi bingung puting b) Bayi premature dan bayi kecil (berat badan lahir rendah) c) Bayi kuning d) Bayi kembar e) Bayi sakit f) Bayi dengan bibir sumbing g) Bayi dengan lidah pendek (Kementerian Kesehatan RI, 2017) 6. Peran Suami dalam Pemberian ASI



Menurut penelitian Priscilla (2014), menyatakan adanya hubungan yang bermakna antara dukungan emosional, instrumental, informasional dan penilaian suami terhadap pemberian ASI. Saat keadaan menyusui emosional ibu sangat mempengaruhi kelancaran pengeluaran ASI. Peran suami jika berada dirumah, yaitu melibatkan diri dalam hal memberikan



bantuan langsung kepada ibu seperti membantu merawat bayi, menggendong, menidurkan, mengerjakan pekerjaan rumah tentunya ibu akan merasa lebih terjaga kondisi emosionalnya dan juga ibu dapat menggunakan waktu yang cukup untuk merawat dan memberikan ASI karena tidak adanya kekhawatiran bahwa pekerjaanya belum selesai dan takut bayi akan terbangun saat ibu sedang bekerja Dalam menyusui perlunya cara yang benar agar tidak terjadinya puting lecet, ASI tersumbat dan masalah menyusui lainnya. Ada beberapa langkah menyusui dengan benar (Mufdlilah, 2017). B. Tinjauan tentang Ibu Menyusui 1.



Konsep Menyusui Menyusui merupakan suatu proses ilmiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil atau menghentikan menyusui lebih dini dari semestinya (Depkes RI, 2008). Ibu menyusui adalah ibu yang memberikan air susu kepada bayi dari buah dada (Kamus Besar Bahasa Indonesia). ASI adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui proses menyusui. ASI diproduksi dalam kelenjar-kelenjar susu tersebut, kemudian ASI masuk ke dalam saluran penampungan ASI dekat putting melalui saluran-saluran air susu (ductus), dan akan disimpan sementara dalam penampungan sampai tiba saatnya bayi mengisapnya melalui putting payudara (Nur Khasanah, 2011). Hisapan bayi memicu pelepasan ASI dari alveolus mamae melalui duktus ke sinus lactiferous. Hisapan merangsang produksi oksitosin oleh kelenjar hypofisis posterior. Oksitosin memasuki darah dan menyebabkan



kontraksi sel-sel khusus (sel-sel myoepithel) yang mengelilingi alveolus mamae dan duktus lactiferous. Kontraksi sel-sel khusus ini mendorong ASI keluar dari alveoli melalui duktus lactiferous menuju sinus lactiferous, tempat ASI akan disimpan. Pada saat bayi menghisap, ASI di dalam sinus tertekan keluar ke mulut bayi. Gerakan ASI dari sinus ini dinamakan letdown reflect atau “pelepasan”. Pada akhirnya, letdown dapat keluar tanpa rangsangan hisapan.



2. Teknik Menyusui Teknik menyusui yang tidak benar dapat mengakibatkan putting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu (Wulandari & Handayani, 2011). Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. a)



Persiapan menyusui Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan. Pada kehamilan, payudara semakin padat karena retensi air, lemak serta berkembanganya kelenjar-kelenjar payudara yang dirasakan tegang dan sakit. Bersamaan dengan membesarnya kehamilan, perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI makin tampak. Payudara makin besar, putting susu makin menonjol, pembuluh darah makin tampak, dan aerola mamae makin menghitam (Sulystyawati, 2009).



Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan: 1)



Membersihkan putting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang lepas tidak menumpuk.



2)



Putting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk memudahkan isapan bayi.



3)



Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan jalan operasi (Sulystyawati, 2009). Tidak ada perawatan khusus untuk putting atau payudara



sebelum menyusui. Putting sudah dirancang untuk menyusui. Dalam banyak kasus, mereka akan menjalankan fungsinya dengan sukses tanpa persiapan. Seorang ibu mungkin akan mengalami kesulitan ketika belajar menyusui bayinya pertama kali. Anda bisa membantunya dengan menunjukkan padanya posisi yang benar untuk menyusui. Posisi yang baik membantu bayi minum lebih baik dan mencegah putting susu jadi kempis atau pecah (Klein, 2009). b) Teknik Dasar Menyusui Adapun teknik dasar pemberian ASI sebagai berikut: 1)



Sebelum menyusui, keluarkan ASI sedikit, oleskan pada putting dan areola (kalang) di sekitarnya sebagai desinfektan dan untuk menjaga kelembaban putting.



2)



Letakkan bayi menghadap payudara ibu. Pegang belakang bahu bayi dengan satu lengan. Kepala bayi terletak di lengkung siku ibu. Tahan bokong bayi dengan telapak tangan. Usahakan perut bayi menempel



pada badan ibu dengan kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan kepala bayi). 3)



Untuk memasukkan payudara ke mulut bayi, pegang payudara dengan ibu jari atas. Jari yang lain menopang di bawahnya.Jangan menekan putting susu atau areola-nya saja ( Icemi, 2013).



4)



Beri bayi rangsangan membuka mulut (rooting reflek) dengan cara menyentuh pipi atau sisi mulut bayi dengan putting. Setelah bayi membuka mulut, segera dekatkan putting ke mulut bayi. Jangan menjejalkan putting ke mulutnya. Biarkan bayi mengambil inisiatif.



5)



Pastikan bayi tidak hanya mengisap puting, tetapi seluruh areola masuk ke dalam mulutnya. Jika bayi hanya mengisap bagian puting, kelenjar-kelenjar susu tidak akan mengalami tekanan sehingga ASI tidak keluar maksimal. Selain itu, jika bagian putting saja yang di hisap bisa menyebabkan putting nyeri dan lecet.



6)



Gunakan jari untuk menekan payudara dan menjauhkan hidung bayi agar pernapasannya tidak terganggu.



7)



Jika bayi berhenti menyusu, tetapi masih bertahan di payudara, jangan menariknya dengan kuat karena dapat menimbulkan luka. Pertama-tama, hentikan isapan dengan menekan payudara atau meletakkan jari anda pada ujung mulut bayi.



8)



Selama menyusui, tataplah bayi penuh kasih sayang.



9)



Jangan khawatir jika bayi belum terampil mengisap dengan baik maupun bayi masih belajar. Dibutuhkan ketenangan, kesabaran, dan latihan agar proses menyusui menjadi lancar (Hesty, 2008).



3.



Lama dan frekuensi menyusui Bayi memiliki jadwal menyusu yang harus diketahui oleh ibu, biasanya bila bayi merasa lapar ,ia akan menangis minta disusui. Bayi sebaiknya diberi selang waktu dua jam dari minumnya yang terakhir. Jika bayi menangis terus menerus berilah dot dan sebotol air hangat. Selanjutnya gendong dan usap-usaplah punggungnya hingga tertidur pulas (Riyanti, 2007). Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan disetiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan/kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat menyosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu kemudian (Hanyow, 2008). Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari akan memicu produksi ASI (Sulystyawati, 2009). Menjaga keseimbangan besarnya kedua peyudara maka sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara. Pesan kan kepada ibu



agar berusaha menyusui sampai payudara terasa kosong. Agar produksi ASI menjadi lebih baik.Setiap kali menyusui, dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan kutang (BH) yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat (Sulystyawati, 2009). 4. Masalah dalam Menyusui pada ibu a). puting susu tidak menonjol b). Puting susu lecet c). Payudara bengkak d). Abses Payudara (mastitis) e). Sindrom ASI kurang f). ibu bekerja g). Pengeluaran ASI (Sulystyawati, 2009) 5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Ibu menyusui Suku jawa Sikap dan keputusan ibu dalam memberikan ASI dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pengalaman menyusui sebelumnya, apakah ibu menyusui pertama kali atau tidak, apakah menyusui sebelumnya pernah mengalami kegagalan atau tidak (kemampuan dalam menyusui), adat istiadat atau pandangan budaya dan kepercayaan dalam menyusui di tempat tinggal ibu, kebiasaan ibu serta keluarga dalam menyusui, dukungan keluarga dan lingkungan pada ibu untuk tetap menyusui, faktor pengetahuan, dan informasi yang diterima ibu dan keluarga tentang manfaat ASI untuk bayi, ibu dan keluarga, sikap dan penerimaan terhadap kelahiran,



dukungan dari petugas kesehatan tempat ibu melahirkan, motivasi untuk memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya, faktor ibu bekerja (pekerjaan ibu), usia ibu (Sidi, dkk, 2010). Ku dan Chow (2010) menyatakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap pemberian ASI adalah dukungan sosial keluarga dan motivasi menyusui. Sharpe, et al (2003) menyatakan bahwa karakteristik ibu (pendidikan, ibu bekerja, penggunaan kontrasepsi sesudah melahirkan, status pernikahan), dan pendapatan keluarga berpengaruh terhadap pemberian ASI, dan ibu dengan penyakit HIV juga merupakan faktor yang mempengaruhi pemberian ASI (Swarts, Kruger & Dolman, 2010).



C. Tinjauan Tentang Ibu Menyusui Suku Jawa Keberhasilan ASI eksklusif banyak terkendala pada mitos- mitos yang berkembang di masyarakat dan kepercayaan yang kurang tepat yang banyak di anut di masyarakat kepercayaan dan faktor budaya yang kental banyak mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat terutama di pedesaan (Warsiti, 2020) Suku jawa adalah salah satu suku yang memiliki banyak mitos dan mempercayai banyak kepercayaan leluhur, sebagai salah satu suku yang kental adat dan budayanya suku jawa memiliki beberapa mitos terkait dengan pemberian ASI Eksklusif. Namun demikian tidak semua mitos merugikan dalam pemberian ASI EKsklusif, banyak juga mitos yang mendukung dalam pemberian ASI Eksklusif, salah satu mitos yang merugikan pada suku jawa adalah ASI yang pertama kali keluar harus di buang karena ASI ini di Anggap ASI yang kotor jadi tidak boleh di



berikan pada bayi Mitos lain yang juga merugikan adalah mitos jika bayi sudah berumur 5 bulan di berikan pisan kerok atau buah – buahan lain. (Yusriana, 2016)



BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan desain penelitian 1. Jenis penelitian Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan, tulisan dan perilaku orang – orang yang diamati dari suatu individu kelompok, masyarakat atau organisasi dalam suatu konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang utuh, komprehensif dan holistic (Wiratna, 2020). Untuk menemukan atau mengembangkan studi etnografi mengenai pemberian ASI esklusif pada ibu suku jawa Di Desa Tasahea Kecamatan Tirawuta yang memerlukan keterlibatan peneliti dalam mengidentifikasi pengertian atau relevansi dari ibu meyusui suku jawa yang memberikan ASI esklusif. Penelitian ini memusatkan diri secara intensif pada satu obyek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu kasus. Data studi kasus dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, dengan kata lain dalam studi ini dikumpulkan dari berbagai sumber (Satori, 2017). 2. Desain penelitian etnografi Desain penelitian etnografi merupakan desain penelitian kualitatif yang membutuhkan waktu lama dan biaya yang relatif tinggi serta menuntut kemampuan peneliti untuk masuk dalam kehidupan kelompok masyarakat yang diteliti agar mendapatkan informasi yang mendalam dan dapat



memahami perilaku, budaya atau kebiasaan tertentu. Penentuan lama waktu suatu penelitian etnografi ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian serta tingkat kejenuhan penggalian. Pada umumnya, penelitian etnografi yang sudah dilakukan dalam bidang kesehatan, bisa dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (Nunik, 2015) B. Kehadiran peneliti Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pengumpul data sekaligus instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data – data lapangan. Sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri, dimana dalam melaksanakan penelitian, peneliti melengkapi diri dengan tape recorder yang berfungsi merekam proses wawancara mendalam antara peneliti dan informan, kamera digital untuk memotret proses di lapangan, pedoman interview (pedoman informasi dan catatan harian yang berfungsi sebagai resume C. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan Di Desa Tasahea Kecamatan Tirawuta 2. Waktu penelitian Penelitian akan dilaksanakan setelah di lakukan seminar proposal dan di nyatakan layak untuk di teliti



D. Sumber data 1. Data primer



Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari informan penelitian melalui wawancara mendalam, pengamatan langsung serta peneliti terlibat menanyakan sejumlah pertanyaan mengenai pemberian ASI esklusif 2. Data sekunder Data yang di dapat dengan mengkaji dokumen yang berhubungan dengan objek penelitian, baik berupa buku – buku, data dari internet maupun sumber lainnya yang masih berhubungan dengan objek penelitian E. Informan Peneliti Informan dalam penelitian ini adalah pihak – pihak yang terlibat dalamstudi etnografi mengenai pemberian ASI eksklusif pada ibu suku jawa Di Desa Tasahea Kecamatan Tirawuta yaitu : 1. Informan utama Informan utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti. Yang menjadi informan utama dalam penelitian ini adalah ibu menyusui dengan Kriteria inklusi ibu menyusui dengan usia bayi > 6 bulan, suku jawa dan tidak memiliki penyakit 2. Informan kunci Informan kunci adalah mereka yang mengetahui dan memiliki informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah konselor ASI 3. Informan pendukung



Informan pedukung adalah mereka yang dapat memberikan informasi meskipun mereka tidak terlibat dalam interaksi social. Yang menjadi informan pendukung dalam penelitian ini adalah suami F. Tehnik Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2013). Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan metode : 1. Observasi (observation) Observasi merupakan tehnik utama dalam penelitian ini. Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan panca indra, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalh penelitian. Hasil observasi berupa aktifitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu dan perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran nyata suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian.pengamatan secara langsung yang berkaitan dengan ratus vagina berupa interaksi terapis dan pelanggan 2. Wawancara mendalam (In depth interview) Menurut (sugiyono, 2013) wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar imformasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontribusikan makna dalam suatu topik tertentu. Bentuk wawancara yang dilakukan dalam ini adalah wawancara bebas



terpimpin atau semi terstruktur yang dilakukan yang dilakukan dalam situasi santai dan spontan sehingga memungkinkan peneliti untuk mengajukan pertanyaan di luar wawancara. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data yang berhubungan dengan Studi etnografi pemberian ASI Eksklusif pada ibu suku jawa Di Desa Tasahea Kecamatan Tirawutaguna kelengkapan data – data yang diperoleh sebelumnya. Wawancara dilakukan berdasarkan kontrak waktu dan tempat yang telah di tentukan informan sebelumnya 3. Dokumentasi Menurut (Sugiyono, 2013) Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya – karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan dan kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain – lain. Hasil wawancara di rekam dan di foto untuk mendokumentasikan hasil penelitian tersebut. Dokumentasi dalam pengumpulan data dimaksudkan sebagai cara pengumpulan dokumen yang berbentuk gambar, cacatan, yang dianggap penting dan relevan yang terdapat dalam lokasi penelitian yaitu di salon bundamapun tempat lain yang berhungan dengan masalah penelitian G. Tehnik Pengelolaan



Dalam penelitian ini, data yang telah terkumpul akan diolah dan pengelolaan data dilakukan dengan reduksi, penyajian data, penarikan kesimpulan 1. Reduksi data Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal – hal yang pokok, memfokuskan pada hal – hal yang penting, di cari tema dengan polanya (Sugiyono, 2013). Data yang peneliti peroleh di lapangan, peneliti sajikan dalam laporan secara sistematik yang mudah di baca dan di pahami baik sebagai keseluruhan maupun bagian – bagiannya dalam konteks sebagai suatu kesatuan yang pokok sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas. 2. Penyajian data Data yang telah direduksi kemudian dilakukan penyajian data / data display. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar katagori, flowchat, dan sejenisnya (sugiyono, 2013). Dalam penelitian ini penyaian data bertujuan untuk memudahkan peneliti memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah di pahami dari penyajian data tersebut. 3. Penarikan kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada, temuan dapat berupa deskripsi



atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang – remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas (sugiyono, 2013). Data yang telah diperoleh di kumpulkan kemudian diseleksi setelah itu dilakukan interpretasi data. Interpretasi data beru mencari makna dan implikasi yang lebih luas tentang hasil penelitian. Ininterpretasi data dilakukan dengan mencoba mencari pengertian yang lebih luas tentang hasil – hasil yang telah di dapatnya dengan membandingkan hasil analisisnya dengan membandingkan hasil analisnya dengan kesimpulan peneliti lainnya bila ada dan dengan dengan menghubungkan kembali dengan teori. H. Analisis Data Analisis data di mulai sejak peneliti mulai turun lapangan sampai dengan berakhirnya kegiatan di lapangan. Analisis pada tahap selanjutnya dilakukan setelah kegiatan lapangan. Analasis data di mulai dengan mengumpulkan dan memilah – milah data untuk dikelompokkan atau di klasifikasikan, di katagorikan dan selanjutnya di analisis secara “analisis domain dan analisis taksonomi” 1. Analisis domain Analisis domain pada hakikatnya adalah upaya peneliti untuk memperoleh gambaran umum tentang data untuk menjawab fokus penelitian. Caranya ialah dengan membaca naskah data secara umum dan menyeluruh untuk memperoleh domain atau ranah apa saja yang ada di dalam data tersebut. Pada tahap ini peneliti belum



perlu membaca dan memahami data secara rinci dan detail karena targetnya hanya untuk memperoleh domain atau ranah. Hasil analisis ini masih berupa pengetahuan tingkat “permukaan” tentang berbagai ranah konseptual. Dari hasil pembacaan itu diperoleh halhal penting dari kata, frase atau bahkan kalimat untuk dibuat catatan pinggir. 2. Analisis taksonomi Taksonomi adalah himpunan kategori-katagori yang di organisasi berdasarkan suatu semantic relationship.  Jadi taksonomi merupakan rincian dari domain cultural. Pada tahap analisis taksonomi, peneliti berupaya memahami domain-domain tertentu sesuai fokus masalah atau sasaran penelitian. Masing – masing domain mulai dipahami secara mendalam, dan membaginya lagi menjadi sub-domain, dan dari sub-domain itu dirinci lagi menjadi bagian-bagian yang lebih khusus lagi hingga tidak ada lagi yang tersisa, alias habis (exhausted). Pada tahap analisis ini peneliti bisa mendalami domain dan sub-domain yang penting lewat konsultasi dengan bahan-bahan pustaka untuk memperoleh pemahaman lebih dalam. I. Tehnik Uji Keabsahan Data Untuk menjaga validitas yang digunakan dalam penelitian adalah dengan metode triangulasi data yaitu triangulasi sumber, triangulasi tehnik dan triangulasi waktu (sugiyono, 2013)



1. Triangulasi sumber Triangulasi sumber membandingkan atau mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif pada penelitian ini Membandingkan data hasil pengamatan di lokasi dengan data hasil wawancara dan membandingkan data hasil wawancara ibu menyusui 2. Triangulasi teknik Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda 3. Triangulasi data Triangulasi data untuk mengali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Membandingkan data hasil pengamatan di lokasi dengan data hasil wawancara dan membandingkan data hasil wawancara ibu menyusui bayi J. Etika Penelitian 1. Semua informan dalam menelitin ini tidak di cantumkan indentitasnya sehingga tetap terjamin kerahasiaanya 2. Mode wawancara dalam pengisisan kuesioner tidak melanggar norma susila, nilai agama, nilai kebudayaan masyarakat serta memperhatikan hak informan



K. Tahap – Tahap Penelitian Dan Jadwalnya Pemilihan Informan Pertama Yang Dilakukan Dengan Cara Snowball Sampling Yang Memenuhi Criteria Yang Telah Di Tetapkan Sbelumnya



Informed consent Membina Hubungan Saling Percaya Dengan Partisipan Pengumpulan Data Melalui Wawancara Semi Terstruktur Analisis Data Menguji Keabsahan Data Triangulasi



DAFTAR PUSTAKA Abdullah, G. I., & Ayubi, D. (2013). Determinan Perilaku Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif pada Ibu Pekerja. Kesmas: National Public Health Journal, Dwi Laksono -Lafi Munira Robi, A., & Al Asnawiyah -Usman Marselinus Laga Nur -Timoti Tirta Yohakim Dawi -Titan Amaliani Eka Fatmawati -Septa Agung Kurniawan Nor Efendi -Ade Aryanti Fahriani, ah. (n.d.). Nusantara Ethnographic Health Advocacy. Eksklusif Yang Ada Di Kutai Kartanegara Skripsi Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan Oleh : Pangas Tuti Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah. (2016). Gerung, Jumartin, and Ridia Utami Kasih. "STUDI ETNOGRAFI PERSEPSI KAUM PRIA DI WILAYAH PESISIR KEC. ABELI KOTA KENDARI MENGENAI KB PRIA/VASEKTOMI." (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat) 5.4. Kemenkes. (2018). Pedoman Pekan Asi Sedunia (PAS) Tahun 2018. Direktorat Gizi Masyarakat. Kemenkes RI. (2019a). Profil Kesehatan Indonesia 2018 [Indonesia Health Profile 2018]. http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profilkesehatan-indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia2018.pdf Kemenkes RI. (2019b). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. In Kementrian Kesehatan Repoblik Indonesia (Vol. 42, Issue 4). Latifah, UlfatulUlfatul Latifah 1) , Seventina nurul hidayah 2), M. qudriani 3), & Primipara, I. (2019). Ulfatul Latifah 1) , Seventina nurul hidayah 2) , Meyliya qudriani 3). 08, 67–73. Mareta, R., & Hidayah, N. (2014). Studi kualitatif optimalisasi peran suami terhadap pemberian ASI Ekslusif pada ibu menyusui. Jurnal Keperawatan Anak, 2(1), 34–38. Mufdillah, Subijanto, Sutisna, E. &, & Akhyar, M. (2017). Buku Pedoman Pemberdayaan Ibu Menyusui pada Program ASI Ekslusif. Peduli ASI Ekslusif, 0–38. Palupi, R. A. (2014). Perilaku Pemberian ASI oleh Ibu Dengan Usia Di Bawah 20 Tahun Di Kelurahan Sidotopi, Surabaya. Universitas Airlangga, 31. Prastia, T. N., J, Y. N., Azhar, E. H., . C., & Isnani, S. A. (2019). Studi Kualitatif Praktik Pemberian Asi Pada Bayi Usia 0-4 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Abadijaya Kota Depok. Hearty,



Profil Kesehatan Dines Kesehatan Kolaka Timur 2019 Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara 2019 Profil Kesehatanindonesia 2019 Roesli, Utami. (2005). Mengenal ASI Esklusif. Jakarta: TrubusAgriwidya. Roesli U. Dan Yohmi. E 2013 BukuBedah ASI IDAI: Jakarta IDAI Savira, F., & Suharsono, Y. (2013). No Title No Title. In Journal of Chemical Information and Modeling (Vol. 01, Issue 01). Satori, Aan Komariah, 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif : Bandung Alfabeta SDKI 2017. Survey Demografi Dan Kesehatan Indonesia 2017. Selli 2019 Prilaku Ibu TentangPemberian ASI Eksklusif Di Puskesmas Helvetia Kota Medan Vol 5 No 1 Sidi P. 2010 Bahan Bacaan Manajemen Laktasi, Menuju Persalinan Aman Dan BayiBaru Lahir Sehat, Jakarta :Perinasia Indonesia Sunyanti, S. (2019). Keluhan Kelelahan Mata Pada Pekerja Pengguna Komputer Di Perusahaan Travel Di Kolaka Raya. IDENTIFIKASI: Jurnal Ilmiah Keselamatan, Kesehatan Kerja Dan Lindungan Lingkungan, Sulistiyawati, Ari. (2009). Buku Ajar AsuhanKebidanan Pada Masa Nifas.Yogyakarta: Adi. , Sulistyawati, 2009. AsuhanKebidananKehamilan. Jakarta : Salemba Susilowati Dan Kuspriyanto 2016. GiziDalamDaurKehidupan Bandung : RafikaAditama Swarts Kruger H.S Dan Dolman R.C (2010) Factors Affecting Mother’s Choice Of Breastfeeding VS Formula – Feeding In The LowisUnfolozi District War Memorial Hospital, Kwazuli – Natal Warsiti, Rosida, L., & Sari, D. F. (2020). Faktor Mitos Dan Budaya Terhadap Keberhasilan Asi Eksklusif Pada Suku Jawa Warsiti,. Jurnal Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya, World Health Organization (WHO). Infant And Young Child Feeding. 2018 World Health Organization (WHO). Infant And Young Child Feeding. 2017 Wulandari Dan Handayani 2011, Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas. Yogyakarta : PenerbitGosyen Publishing



YatiDkk (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Riset Keperawatan : Rajagrafindo. Persada Zakaria Dkk. 2016 Pengeruh Pemberian Ekstrak Daun Kelor Terhadap Kualitas Dan Kuantitas Air Susu Ibu (ASI) Pada Ibu Menyusui Bayi 0 – 6 Bulan Vol.12 No.3