Proposal PKL 1 Lele [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit licin. Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka), ca tre trang (Jepang). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish. Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Ikan lele bersifat noctural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam ikan lele memijah pada musim penghujan. Ikan lele banyak ditemukan di benua Afrika dan Asia. Terutama di Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi sangat besar dalam pembangunan budidaya perikanan bila dilihat dari media untuk hidup ikan, dimana media untuk hidupnya berupa sungai Kapuas, danau dan beberapa waduk. Untuk masyarakat Kalimantan Barat, ikan yang biasa di budidayakan berupa ikan lele, nila, jelawat dan mas, namun ikan yang paling banyak di budidayakan merupakan ikan lele, dimana ikan lele ini memiliki nilai jual yang cukup terjangkau di pasaran dan cukup banyak peminatnya. Pembenihan ikan lele merupakan suatu tahap kegiatan dalam budidaya, kesuksesan dalam kegiatan pembenihan akan sangat berpengaruh baik dan menentukan tahap kegiatan budidaya selanjutnya, yaitu pembesaran atau suatu kegiatan kegiatan pemeliharaan yang bertujuan untuk menghasilkan benih dan benih yang dihasilkan dapat menjadi komponen input bagi kegiatan pembesaran. Permintaan benih ikan lele khususnya di Kalimantan Barat setiap tahunnya meningkat, dari tahun 2007-2010 dapat dilihat peningkatannya 3.369.6005.822.669 ekor (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Barat,



1



2010). Ketersediaan benih merupakan salah satu faktor pendukung pada permintaan benih di setiap Kabupaten/Kota yang ada di Kalimantan Barat. Tidak setiap musim benih lele selalu tersedia, maka untuk memenuhi ketersediaan benih tersebut diperlukan teknologi yang modern. Induce Breeding (kawin suntik) adalah salah satu usaha untuk memproduksi benih ikan secara optimal yang tidak tergantung kepada musim. Karena melalui kawin suntik dapat mempercepat proses pematangan gonad pada induk ikan, sehingga ikan dapat dengan cepat memijah (Susanto, 2002). Salah satu lokasi yang bisa dijadikan tujuan untuk melakukan Praktek Kerja Lapangan 1 yaitu berada di BBI Kota Pontianak. Karena di sini sudah mampu untuk menyediakan sarana dan teknisi, yang siap dalam hal mempersiapkan induk yang baik dan benih yang unggul. Serta tujuan bagaimana cara yang baik dan benar dalam memijahkan ikan lele, supaya bisa memenuhi kebutuhan benih untuk para pembudidaya ikan di Kota Pontianak dan sekitarnya. 1.2 Batasan Masalah Dalam melakukan Praktek Kerja Lapangan 1 tentang “Teknik Pembenihan Ikan Lele (Clarias sp) di Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Benih Ikan Kota Pontianak (UPTD BBI Kota Pontianak).” yang meliputi: 1. Persiapan wadah dan media. 2. Seleksi induk dan pemberokan. 3. Penyuntikan. 4. Pemijahan. 5. Penetasan telur. 6. Perawatan larva. 7. Pemanenan larva. 1.3 Tujuan Praktek Kerja Lapangan 1 ini bertujuan untuk mengetahui penerapan dan melakukan teknik pembenihan ikan lele (Clarias sp) di unit pelaksana teknis daerah balai benih ikan kota pontianak (UPTD BBI kota pontianak).



2



1.4 Manfaat Manfaat yang di dapat dari Praktek Kerja Lapangan 1 di BBI Kota Pontianak, yaitu: 1. Mahasiswa dapat melakukan persiapan dan pengelolaan wadah atau media yang sesuai untuk budidaya ikan lele. 2. Mahasiswa dapat berkompeten dalam melakukan teknik pembenihan ikan lele. 3. Mahasiswa dapat mengetahui perbandingan antara teori dan praktek khususnya teknik pembenihan ikan lele. 4. Mahasiswa dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang usaha perikanan.



3



2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Ikan Lele 2.1.1 Klasifikasi Susanto (2007), Ikan Mas merupakan ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang, sedikit pipih ke samping dan lunak. Ikan mas sudah dipelihara sejak tahun 475 sebelum masehi di Cina. Di Indonesia ikan mas mulai dipelihara sekitar tahun 1920. Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan ikan mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan Jepang. Klasifikasi ikan mas sebagai berikut: Kingdom



: Animalia



Filum               : Chordata Kelas               : Pisces Ordo                : Cypriniformes Familia            :Cyprinidae Genus              : Cyprinus Spesies            : Cyprinus carpio L 2.1.2 Morfologi Di alam aslinya, ikan mas sering ditemui di pinggiran sungai, danau, atau perairan tawar lainnya yang airnya tidak terlalu dalam dan aliran airnya tidak terlalu deras. Lingkungan perairan ideal yang diinginkan ikan mas adalah daerah yang berketinggian 150 - 600 m di atas permukaan laut dengan suhu air berkisar  antara 25 – 30ºC (Susanto, 2007). Ciri-ciri morfologi pada ikan mas bentuk tubuh ikan mas agak memanjang dan memipih tegak (compressed). Mulutnya terletak di bagian tengah ujung kepala (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil). Di bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut, secara umum hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik. Sisik ikan mas berukuran besar dan digolongkan ke dalam sisik tipe sikloid (lingkaran), sirip punggungnya (dorsal) memanjang dengan bagian belakang berjari keras dan di bagian akhir (sirip ketiga dan keempat) bergerigi.



Letak sirip punggung



4



berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral). Sirip duburnya (anal) mempunyai ciri-ciri seperti sirip punggung, yaitu berjari keras dan bagian akhirnya bergerigi. Garis gurat sisi (linea lateralis) berada di pertengahan tubuh dengan bentuk melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor (Susanto, 2007). Ikan mas dapat dilihat pada Gambar 1.



Sumber: Susanto, 2007 Gambar 1. Ikan Mas (Cyprinus carpio)



2.1.3 Habitat dan Tingkah Laku Habitat atau lingkungan hidup ikan lele adalah air tawar. Meskipun air yang terbaik untuk memelihara lele ialah air sungai, air dari saluran irigasi, air tanah dari mata air, maupun air sumur, akan tetapi ikan lele juga relatif tahan terhadap kondisi air yang menurut kehidupan ikan dinilai kurang baik. Sebagai contoh, lele dapat hidup subur di kolam penampungan air comberan maupun di sawah dengan air yang dangkalnya 5-10cm saja, asalkan ada tempat-tempat untuk berlindung seperti kolong dari tumpukan batu-batu atau potongan pipa-pipa paralon bahkan tumpukan dedaunan. Ikan lele juga dapat hidup dengan padat penebaran tinggi maupun pada kolam yang kadar oksigennya rendah karena ikan lele mempunyai alat pernapasan tambahan yang disebut labirin yang memungkinkan ikan lele mengambil oksigen langsung dari udara untuk pernapasannya. Di alam ikan lele banyak tinggal di sungai-sungai yang alirannya mengalir secara perlahan dan banyak juga hidup di daerah waduk, telaga, rawa, serta genangan air tawar lainnya, seperti kolam dan sejenisnya. Karena ikan lele



5



memiliki kebiasaan membuat lubang di tepian sungai atau kolam (Hernowo dan Suyanto, 2011). Pada dasarnya ikan lele disebut binatang nokturnal artinya bersifat aktif pada malam hari atau suasana gelap. Oleh karena itu, disiang hari ikan lele lebih suka bersembunyi atau berlindung dibalik benda-benda, dedaunan atau bebatuan didasar perairan (Hernowo dan Suyanto, 2011). Berkaitan dengan sifat dan tingkah lakunya, memancing ikan lele pada waktu malam hari akan lebih berhasil daripada waktu siang hari karena ikan lele aktif mencari makan pada waktu malam hari atau sesudah matahari terbenam. Cara menangkap ikan lele pada siang hari adalah dengan meletakkan tabung-tabung dari bambu atau bahan lainnya di dasar kolam atau sawah kemudian ikan lele digiring agar berkumpul di dalam tabung tersebut. Setelah penuh ikan lele, tabung-tabung tersebut diangkat dan ikan lele di pindahkan ke dalam wadah yang telah disediakan (Hernowo dan Suyanto, 2011). 2.1.4 Perkembangbiakan Ikan lele di alam memijah pada awal atau sepanjang musim penghujan. Rangsangan memijahnya di alam berhubungan erat dengan bertambahnya volume air yang biasanya terjadi pada musim penghujan dari meningkatnya kualitas air serta ketersediaan jasad renik (pakan alami). Lele terangsang untuk memijah setelah turun hujan lebat dan munculnya bau tanah yang cukup menyengat (bau ampo) akibat tanah kering kena air hujan. Pada musim penghujan terjadi peningkatan kedalaman air yang dapat merangsang ikan lele memijah. Ikan lele lebih suka memijah di tempat terlindung dan teduh. Lele berkembangbiak secara ovivar (eksternal), yaitu pembuahan terjadi di luar tubuh (Mahyuddin dan Kholish, 2011). Pada pembenihan lele lokal di kolam budidaya dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara berpasangan dan massal. Pada pembenihan secara massal, induk jantan akan mencari sendiri induk betina, demikian



6



juga sebaliknya. Jika telah menemukan pasangannya, lele lokal biasanya akan setia terhadap pasangannya dalam melakukan pemijahan. Sementara itu, pembenihan lele lokal secara berpasangan dalam satu kolam hanya berisi satu induk jantan dan satu induk betina yang siap memijah. Induk lele yang telah memijah, pada pagi harinya akan terlihat telur-telur yang menempel di ijuk. Kedua induk lele secara bergantian akan menjaga telur hingga menetas dan menjaganya selama kurang lebih dua minggu (Mahyuddin dan Kholish, 2011). Biasanya ikan lele memijah pada waktu sore hari dapa musim hujan. Namun bila dipelihara dikolam, induk ikan lele dapat memijah sepanjang tahun. Hal ini mungkin disebabkan oleh keadaan kolam yang dapat dialiri air baru setiap saat. Adanya aliran air baru inilah yang merangsang ikan lele yang sudah matang telur (hamil tua) untuk memijah. Tanpa aliran air pun, ikan lele dapat memijah di dalam kolam meskipun frekuensinya tidak sering. Lain hal nya dengan ikan lele dumbo, karena lele ini semula merupakan produk impor maka untuk dapat memijah harus disuntik dengan hormon yang dapat diambil dari hipofisa (bagian otak lele lain) atau hormon sintesis seperti ovaprim (Hernowo dan Suyanto, 2011). Sejalan



dengan



semakin



tingginya



minat



masyarakat



untuk



mengkonsumsi ikan lele, ada beberapa jenis lele unggulan yang dewasa ini paling banyak di budidayakan oleh peternak ikan lele. Berikut adalah beberapa jenis ikan lele unggul : a) Lele Dumbo Jenis lele yang ini banyak dibudidayakan saat ini. Sementara lele lokal sudah jarang ditemukan karena pertumbuhannya lambat dibandingkan lele dumbo. Secara umum sosok ikan lele dumbo mirip dengan ikan lele lokal hanya ukuran tubuh ikan lele dumbo lebih besar (cederung lebih panjang dan lebih gemuk) di banding lele jenis lokal. Karena tubuh lele dumbo akan berubah bercak-bercak hitam dan putih bila ikan terkejut atau stress. Kondisi tersebut bersifat sementara dan akan segera normal kembali jika kondisi lingkungan kolam sudah stabil.



7



Jumlah sirip lele lokal dan lele dumbo sama, tetapi sirip keras (patil) pada lele lokal lebih berbahaya daripada lele dumbo. Patil lele dumbo tidak begitu beracun bila dibandingkan lele lokal, ukurannya juga lebih pendek dan tumpul. Sedangkan sungut lele dumbo relatif lebih panjang dibandingkan dengan lele lokal. Lele dumbo tidak merusak pematang. Beberapa



literatur



menyebutkan



lele



dumbo



merupakan



hasil



perkawinan silang dua spesies, yakni antara lele betina Clarias fuscus dari Taiwan dan lele jantan Clarias mossambicus dari Kenya, Afrika. Dari hasil perkawinan tersebut diduga sifat-sifat lele jantan lebih dominan (Moehtar Hadi, 2015). b) Lele Sangkuriang Salah satu varietas unggulan lele dumbo adalah lele sangkuriang. Lele sangkuriang merupakan perkawinan antara lele dumbo betina F2 dengan lele dumbo jantan F6 menghasilkan lele dumbo jantan F2-6. Lalu dikawinkan kembali dengan lele dumbo betina F2 sehingga menghasilkan lele sangkuriang. Kemunculan lele sangkuriang dilatar belakangi kualitas benih lele dumbo yang cederung semakin menurun. Lele sangkuriang memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan lele dumbo lainnya. Sesuai angka produksinya, lele sangkuriang lebih tinggi dibanding lele dumbo biasa. Untuk membesarkan benih lele dumbo 1000 ekor dibutuhkan pakan 1 kuintal dengan hasil lele siap konsumsi sebanyak 70-80 kg. Sedangkan untuk lele sangkuriang dengan jumlah benih dan pakan sama menghasilkan 1-1,4 kuintal. 



Masa panen ikan lele sangkuriang juga lebih cepat dibandingkan dengan lele dumbo.







Ditingkat pembenihan, pertumbuhan lele sangkuriang dari ukuran 2-3 cm mencapai 5-6 cm hanya butuh waktu 20-25 hari.







Untuk lele dumbo biasa dibutuhkan waktu lebih lama sekitar 30-40 hari.







Penebaran benih 5-6 cm, untuk mencapai ukuran lele sangkuriang siap panen, hanya membutuhkan waktu 50-60 hari, dengan asumsi suhu udara rata-rata 25-28o celcius.



8







Akan lebih cepat lagi apabila dibesarkan didaerah dengan suhu tinggi. Contoh untuk daerah yang suhunya 35-38o celcius memerlukan waktu 45 hari lele siap panen.







Berbeda dengan lele dumbo yang butuh waktu 3-4 bulan untuk panen.







Kemampuan bertelur lele sangkuriang lebih besar dua kali lipat dibandingkan dengan lele dumbo. Jika satu ekor lele dumbo sehari bertelur 20.000-30.000 butir, maka lele sangkuriang bisa mencapai 40.000-60.000 butir.







Daya tetas lele dumbo terbilang cukup tinggi yakni 80% tetapi lele sangkuriang lebih tinggi lagi, yakni 90%.



c) Lele Python Lele jenis ini dikembangkan dan diperkenalkan oleh Teja Suwarna, Sonar Raja Jati dan Wawan Setiawan dari Pandeglang, Banten. Lele python merupakan hasil perkawinan antara induk betina lele eks Thailand dengan lele dumbo jantan F6. Perkawinan induk tersebut menghasilkan lele yang mempunyai ciri, warna dan bentuk kepala hampir menyerupai ular python, yaitu mulut kecil dan kepala pipih memanjang dengan warna yang cerah, hingga akhirnya lele jenis ini disebut lele python. Ciri lain adalah lele python mempunyai punuk dibelakang kepala, ekor bulat dan sungut lebih panjang dibandingkan lele dumbo biasa. Keunggulan lele python pertumbuhannya lebih cepat, berukuran seragam, tingkat kelulusan hidup (SR) tinggi dan relatif lebih tahan terhadap serangan penyakit. 



Masing-masing jenis lele memiliki keunggulan dan kelemahan, pilihan untuk membudidayakannya tergantung pada kondisi dan daya dukung lingkungan yang paling memenuhi syarat dan keinginan peternak ikan.







Teknik pemeliharaan lele jauh lebih mudah dibanding ikan air tawar lainnya.







Hanya butuh lahan 5x2 meter untuk membesarkan benih 1000 ekor.







Dengan luas lahan 5x2 meter, dapat menghasilkan lele siap konsumsi sebanyak 1-1,4 kuintal.







Lele juga bisa dibudidayakan menggunakan kolam terpal.



9



2.1.5 Makanan dan Kebiasaan Makan Menurut Mahyuddin (2008), lele mempunyai kebiasaan makan didasar perairan atau kolam. Berdasarkan jenis pakannya lele digolongkan sebagai ikan yang bersifat karnivora (pemakan daging). Di habitat aslinya, lele memakan cacing, belatung, laron, jentik-jentik, serangga air, kutu air. Karena bersifat karnivora pakan yang baik untuk ikan lele adalah pakan tambahan yang mengandung protein hewani. Jika pakan yang diberikan banyak mengandung protein nabati makan pertumbuhannya lambat. Lele bersifat kanibalisme, yaitu suka memakan jenis sendiri. Jika kekurangan pakan ikan ini tidak segan-segan untuk memakan atau memangsa kawannya sendiri yang berukuran lebih kecil. Oleh karena itu, benih ikan lele harus dipelihara terpisah dari lele yang ukurannya lebih besar. Cacing juga dapat diberikan sebagai pakan lele. Cacing yang diberikan pada lele ukuran benih yaitu cacing rambut (cacing sutera atau cacing tubifex) yang dapat di peroleh diselokan-selokan atau dijual di toko ikan hias. Sementara pada masa pembesaran (ukuran lele lebih 20 gram), lele diberi cacing tanah atau cacing kebun dan makanan tambahan berbentuk serbuk atau pellet yang telah di tumbuh (Hernowo dan Suyanto, 2011). 2.2 Teknik Pembenihan Ikan Lele 2.2.1 Persiapan Wadah dan Media a. Kolam Pemijahan Kolam pemijahan merupakan kolam khusus bagi induk yang akan memijah. Pemijahan adalah proses pertemuan induk jantan dan betina untuk mengeluarkan sel telur dan sel sperma. Tanda induk jantan siap kawin yaitu alat kelamin berwarna merah. Induk betina tandanya sel telur berwarna kuning (jika belum matang berwarna hijau). Sel telur yang telah dibuahi menempel pada sarang dan dalam waktu 24 jam akan menetas menjadi anakan lele.



10



Adapun kolam yang digunakan untuk memijahkan ikan lele yaitu bak semen, bak terpal plastik dan fiberglass. 



Bak Semen Ukuran bak pemijahan untuk satu pasang induk lele yang akan



dipijahkan yaitu 1 m x 2 m dengan tinggi bak 0,8 m. Sebelum digunakan, bak pemijahan harus dibersihkan dan dikeringkan. Selanjutnya bak diisi dengan air yang jernih dan bersih setinggi 40-50 cm. 



Bak Terpal Plastik Pengadaan terpal lebih mudah dibandingkan dengan pembuatan bak



semen. Cara pembuatannya dengan menyusun sejumlah bata atau batako disekeliling pinggiran plastik. Ukuran bak terpal untuk pemijahan yaitu lebar 1 m, panjang 2 m, dan tinggi 0,8 m. Ukuran tersebut digunakan untuk satu pasang induk lele yang akan dipijahkan. 



Faberglass Ukuran faberglass untuk pemijahan lele, yaitu 1 m x 2 m, dan tinggi



0,8 m. Ukuran bak tersebut dapat digunakan untuk pemijahan satu pasang induk lele. Bak fiberglass tergolong praktis karena lokasinya bisa dipindah-pindahkan, tetapi harganya masih terlalu mahal. 



Bak Penetasan Wadah penetasan telur lele dapat berupa aquarium, bak semen, bak



terpal plastik, dan fiberglass yang dilengkapi dengan generator untuk menyuplai oksigen terlarut. Tetapi pada objek peternakan lele yang kami teliti menggunakanbak semen yang ukuran bak penetasannya 1 m x 2 m dengan tinggi bak 0,8 m. 2.2.2 Seleksi Induk Induk ikan lele yang akan digunakan dalam proses produksi harus berasal dari keturunan dan memiliki karakteristik kualitatif dan kuantitatif yang baik berdasarkan pada morfologi, fekunditas, daya tetas telur, pertumbuhan dan kelangsungan hidup (sunarma, 2004). Sunarma (2004) mengatakan syarat induk lele yang baik yaitu: kulit induk betina lebih kasar dibanding dengan induk lele jantan, induk lele di



11



ambil dari lele yang dipelihara dalam kolam sejak kecil supaya terbiasa hidup dalam kolam. Ciri-ciri lele yang betina siap dipijahkan yaitu bagian perut ikan betina maupun jantan membesar dan lembek saat di pegang, lubang betina tampak bulat dan agak mengembang serta berwarna merah jambu, sedangkan induk jantan alat kelaminnya panjang dan terlihat jelas berwarna merah jambu. Induk betina harus di pelihara secara berpisah pada kolam tersendiri dengan induk jantan. Kolam khusus ini bertujuan mempercepat proses kematangan Gonad. Penyimpanan induk yang telah di kawinkan, serta mempermudah dalam pengelolaan, pengontrolan dan menghindarkan terjadinya pemijahan diluar kehendak pemelihara. Ciri-ciri induk lele betina dan jantan siap pijah. Ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina berikut. Tabel 1. Ciri ikan jantan dan betina Ciri Induk Jantan 1) Kepalanya lebih besar dari induk jantan. 2) Warna kulit dada agak gelap. 3) Urogenital



Ciri Induk Betina 1.) Kepala lebih kecil dari induk lele betina. 2.) Warna kult dada agak tua bila dibanding induk lele betina.



papilla



(kelamin) berbetuk oval (bulat daun), berwarna kemerahan, lubangnya agak lebar dan terletak di belakang anus. 4) Gerakannya lambat, tulang kepala pendek,



3.) Urogenital papilla (kelamin ) agak monjol, memanjang ke arah belakang, terletak di belakang anus dan warna kemerahan. 4.) Gerakan



lincah,



tulang



kepala pendek agak gepeng.



dan agak cembung. 5) Perutnya lebih gemuk dan lunak.



5.) Perutnya lebih lansing dan kenyal bila di banding induk



6) Bilah bagian perut di



lele betina. 6.) Bila di bagian perut di



strippig secara manual



stripping secara manual dari



12



dari bagian perut arah



ke



ekor



akan



mengeluarkan



cairan



perut ke arah



ekor akan



mengeluarkan cairan putih kental (spermatozoa-mani).



kekuning-kuningan (ovum/telur). 7.) Kulit lebih halus di banding induk lele betina. Sumber: Hadi, 2015



2.2.3 Pemberokan Pemberokan adalah tahapan dalam pemijahanyang dilakukan secara dipuaskan saat induk ikan selesai diseleksi dan sebelum dipijahkan 1-2 hari. Pemberokan induk jantan dan betina harus di wadah terpisah. Fungsi pemberokan adalah menghilangkan stress pada saat di tangkap. Selain itu mengurangi kandungan lemak dalam gonad dan meyakinkan hasil seleksi induk betina. Setelah diberok kematangan induk lele betina diperiksa kembali, apabila induk betina menjadi kempes, berarti buncit karena adanya pakan bukan kareda adanya telur. Pemberokan bertujuan agar kolam dan lemak dalam tubuh induk terbuang, pemberokan dilakukan selama 1-2 hari. Selama perlakuan ini, air harus tetap mengalir dalam bak walaupun dengan aliran kecil dan induk tidak diberi makan, untuk meyakinkan kematangannya, induk yang sudah diberok kemudian diseleksi ulang (Prihartono, 2002). 2.2.4 Penyuntikan Perkembangan muktahir untuk merangsan pemijahan itu sekarang dapat di gunakan hormon buatan atau hormon sintetis yang banyak di produksi diluar negeri. Beberapa hormon sitetis tersebut misalnya Ovaprim, HCG, dan LHRH. Hormon ovaprim relatif mudah di peroleh karena sudah di jual umum seperti di tokoh perikanan di beberapa kota besar, HCG sebenarnya merupakan hormon untuk manusia sehingga hanya dapat diperoleh bila disertai resep dokter, LHRH tergolong agak sulit diperoleh.



13



Persyaratan agar penyuntikan hormon dapat relatif maka induk lele mengandung telur yang siap memijah (matang telur). Apabila kondisi induk tidak matang gonad atau induk lele itu tidak dalam keadaan hamil tua, tentu injeksi hormon yang dilakukan tidak akan efektif (tidak berhasil). Beberapa hormon yang digunakan



untuk merangsang lele agar



memijah adalah hormon alamiah (dari kelenjar hipofisa) dan hormon buatan 1. Penyuntikan Hormon alamiah (Hipofisasi) Hormon ini diambil dari kelenjar hipofisa yang terletak di bagian bawah otak kecil ikan. Setiap ikan ( juga makhluk bertulang belakang lainnya ) mempuyai kelenjar hipofisa yang terletak dibawah otak kecil ikan kelenjar hipofisa ini hanya sebesar butir kacang hijau, bahkan lebih kecil. Untuk penyuntikan ikan lele dumbo, diperlukan kelenjar hipofisa yang diambil dari donor, sedangkan penerimanya disebut resipien. Sebagai donor dapat dipilihkan dari lele dumbo, ikan mas atau lele lokal. Hormon yang berasal dari ikan jenis lain tidak cocok untuk lele dumbo. Karena hormon untuk keperluan



penyuntikan ini diambil dari hipofisa maka tindakan



penyuntikan untuk merangsang pemijahan ini disebut juga hipofisasi. 2. Penyuntikan Hormon Buatan Hormon sintetis (Buatan) kini dapat di beli ditoko-toko suplai obat perikanan, yaitu hormon yang disebut ovaprim. Ovaprim berbentuk cairan yang di simpan dalam ampul. Satu ampul berisi 10 ml. Dosis pemakaiannya 0,3-0,5 ml untuk seekor induk lele yang beratnya 1 kg induk lele seberat 0,5 kg berarti memerlukan hormon 0,15-0,25 ml saja. Penyuntikan memerlukan hormon ovaprim lebih praktis sebab sudah berupa larutan sehingga tinggal di suntikan saja. Hormon sisa di dalam ampul dapat di simpan dalam tempat teduh (suhu kamar), tidak perlu di dalam lemari es dalam ruang teduh ini,ovaprim tahan hingga 3-4 bulan. 2.2.5 Pemijahan Mahyudi (2013) mengatakan pemijahan adalah proses pengeluaran sel telur oleh induk betina dan sperma oleh induk jantan yang kemudian diikuti



14



dengan perkawinan. Pemijahan salah satu paket dari reproduksi merupakan mata rantai siklus hidup yang menentukan kelangsungan hidup spesies. Pemijahan ikan dapat di lakukan dengan tiga cara yaitu : pemijahan alami (natural spawning), pemijahan semi alami dilakukan dengan cara memilih induk ikan yang matang gonad kemudian dimsukan di bak/wadah pemijah, ikan di biarkan secara alami melakukan pembuahan dan di berikan kakaban. Pemijahan secara alami dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan penyuntikan hormon perangsang, untuk mempercepat kematangan gonad, selanjutnya sperma dan telur ikan dikeluarkan dan kemudian disatukan, di aduk dalam wadah dengan air, dan kemudian telur dan sperma tadi dimasukkan ke dalam akuarium hingga menetas. Setelah (10 – 12) jam dari penyuntikan, induk betina siap di strepping. Namun sebelumnya sperma harus sudah siapkan dahulu dan jumlah jantan harus dua kali lebih banyak dari induk betina. Telur yang keluar selanjutnya di tampung dalam wadah plastik dan pada saat yang bersamaan dimasukkan sperma sambil di aduk –aduk hingga rata dengan menggunakan bulu ayam. Bila telur banyak mengandung darah, bilas campuran telur dan sperma tersebut dengan pemberian sodium klorida penetasan telur dilakukan di dalam bak terpisah di lengkapi hapa (Effendi, 2004). 2.2.6 Penetasan Telur Penetsan telur sebaiknya dilakukan pada sistem air yang mengalir untuk menjamin ketersediaan oksigen terlarut penggantian air yang kotor akibat pembusukan akibat telur yang tidak terbuahi. Peningkatan kandungan oksigen terlarut



dan penggantian air yang kotor akibat



pembusukan telur yang tdak tebuahi.peningkatan kandungan oksigen terlarut dapat pula di upayakan dengan pemberian aerasi. Telur ikan lele menetas 30 – 36 jam setelah pembuahan pada suhu 22 -250 C, larva yang baru menetas memiliki cadangan makanan yang berupa kantung telur yang diserap sebagai sumber makanan bagi larva. Penetasan



15



dan penyerapan kuning telur akan lebih cepat terjadi pada suhu yang lebih tinggi. Pakan dapat mulai diberikansetelah larva berumur 4-5 hari atau ketika larva sudah mulai berwarna kehitaman ( sunarma 2004 ). Setelah itu, penetasan telur di lakukan didalaam bak



fiber yang



berukuran 2 x 1 x 0,3 m3 dan ketinggian air sekitar 30 – 40 cm. Biasanya telur – telur akan menetas selama 1 – 2 hari setelah pemijahan pada suhu 25-30C (Susanto , 1989 2.2.7 Permeliharaan Larva Setelah telur menetas semua waktu 2-3 hari selanjutnya mengangkat kakaban didalam hapa satu persatu pengangkatan harus hati-hati agar kualitas air tetap terjaga. Larva yang baru menetas belum perlu diberi makanan. Sebab masih mempunyai cadangan makanan berupa kuning telur. Larva yang masih kecil dengan sistem pencernaan yang belum maksimal membutuhkan pakan yang bisa menyesuaikan dengan kondisinya. Pakan alami dibutuhkan oleh larva untuk tumbuh dan berkembang lebih cepat (Mahyudin, 2013). Pertumbuhan benih ikan lele sangat bergantung pada mutuh dan jumlah makanannya setiap hari. Ikan yang dipelihara dalam suatu tempat, pertumbuhannya tidak selalu sama, ada yang cepat pula ada yang lambat. Gejalah ini di sebabkan adanya persaingan di dalam memperoleh makanan (Suyanto, 2011). 2.2.8 Pendederan Pendederan adalah proses pembesaran hingga berukuran siap jual, yaitu 5-7 cm, 7-9 cm dan 9-12 cm dengan harga berbeda. Kolam pendederan permukaannya diberi perlindung berupa eceng gondok atau penutup dari plastik untuk menghindari naiknya suhu air yang menyebabkan lele mudah stress. Pemberian pakan mulai dilakukan sejak anakan lele dipindahkan ke kolam pendederan ini (Budi, 1993). 2.2.9 Pakan



16



2.2.10 Kualitas Air 2.2.11 Pengendalian Penyakit 2.2.12 Panen



17



3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) 1 dilaksanakan pada bulan Desember 2018 yang bertempat di Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Benih Ikan Kota Pontianak (UPTD BBI Kota Pontianak). 3.2 Metode Pengambilan Data Marsuki (2002), metode yang digunakan dalam pengambilan data praktek kerja lapangan 1, dengan menggunakan metode deskriptif. Metode ini adalah metode yang mengumpulkan data dan pengamatan di lapangan untuk menentukan frekuensi terjadinnya peristiwa yang disertai atau tidak disertai hipotesis, dan data yang diambil meliputi data primer dan data sekunder. 3.2.1 Teknik Pengumpulan Data 3.2.2 Jenis Data 3.2.2.1 Data Primer Marsuki (2002), data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber yang ada. Pengambilan data primer dilakukan dengan pengamatan atau observasi di lapangan, partisipasi dan wawancara dengan narasumber dan pekerja di lapangan. 1. Persiapan Wadah Data persiapan wadah dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2. Persiapan wadah No



Uraian



Metode



1.



Bentuk wadah



Partisipasi



2.



Ukuran wadah



Partisipasi



3.



Sumber air



Observasi dan Partisipasi



Pengambilan data Mengukur panjang, lebar, tinggi, dan bentuk wadah. Melihatdan mengukur panjang, lebar, tinggi. Melihat sumber air yang digunakan dan mengukur ph air.



18



2. Seleksi Induk Seleksi induk bertujuan mendapatkan induk yang sudah matang gonad dan siap untuk dipijahkan. Data-data yang akan diperoleh dari seleksi indukdapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 3. Seleksi induk No



Uraian



Metode



1.



Umur



Wawancara



2.



Berat induk



Observasi dan Partisipasi



3.



Asal



Wawancara



4.



Periode pemijahan



Wawancara



5.



Pakan dan dosis



Observasi dan Partisipasi



6.



Ciri-ciri fisik



Observasi



Pengambilan data Wawancarai teknisi agar mengetahui umur induk yang digunakan untuk pemijahan. Penimbangan induk dengan menggunakan timbangan agar mengetahui berat induk yang digunakan untuk pemijahan. Wawancarai teknisi untuk asal induk yang akan dipijahkan. Wawancarai teknisi kapanperiode pemijahan yang baik dapat dilakukan agar dapat hasil yang baik. Menghitung dosis pakan agar pakan yang diberikan sesuai dengan yang dibutuhkan ikan. Melihat tubuh induk apakah terdapat luka atau tidak.



3. Pemijahan Data yang diambil meliputi dosis penyuntikan, tahapan dan waktu penyuntikan, proses dan tingkah laku ikan dalam pemijahan, perhitungan fekunditas dan derajat fertilisai. Pada proses pemijahan dilakukan beberapa tahap untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 4. Pemijahan No



Uraian



Metode



1.



Perbandingan induk jantan dan betina



Partisipasi



2.



Dosis penyuntikan



Partisipasi



Pengambilan Data Melihat kematangan gonad induk dengan distriping, jantan akan mengeluarkan sperma,dan betina akan mengeluarkan telur. Penimbangan induk jantan dan betina. Setelah itu baru dapat 19



3.



Jenis hormon



Partisipasi



No



Uraian



Metode



4.



Jumlah total hormon



Observasi dan Partisipasi



5.



Cara penyuntikan



Obsevasi dan Partisipasi



Fekunditas



Observasi dan Partisipasi



6.



menghitung dosis penyuntikan pada induk. Hormon yang digunakan pada induk adalah hormon ovaprim. Pengambilan Data Dengan melihat berat induk baru dapat menghitung total hormon yang akan digunakan pada masing-masing induk. Penyuntikan sebaiknya dilakukan dibagian punggung induk, karena jauh dengan alat vital induk. Menghitung banyaknya telur yang terbuahi dengan menggunakan sampel telur.



4. Penetasan Telur Penetasan telur ikan mas (Cyprinus carpio) dilakukan untuk menghasilkan individu baru pada ikan mas. Data yang akan diambil dalam kegiatan penetasan telur dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5. Penetasan telur No 1.



Uraian Jumlah rata-rata total telur



Metode Partisipasi



2.



Waktu penebaran



Partisipasi



3.



Jumlah telur yang terbuahi ( FR )



Partisipasi



4.



Telur tidak terbuahi



Partisipasi



5.



Waktu penetasan telur



Observasi



6.



Pengentrolan kualitas air



Partisipasi



7.



Kisaran kualitas air



Partisipasi



Pengambilan Data Menghitung jumlah telur terbuahi dengan sampel. Dilakukan ketika kuning telur habis. Menhitung secara langsung dengan menghitung perbandingan jumlah telur yang terbuahi dan jumlah telur yang tidak yang tidak terbuahi. Waktu penetasan telur bertanya kepada kepada teknisi kapan waktu penetasan. Mengamati Pengontrolan air dapat menggunakan alat ph, DO,suhu Mengukur suhu air menggunakan thermometer.



20



5. Perawatan Larva Pemeliharan larva merupakan tahapan pembenihan yang dilakukan setelah pemijahan. Kegiatan yang dilakukakan dalam perawatan larva dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 6. Perawatan larva No



Uraian



Metode



1.



Waktu pemeliharaan larva



Partisipasi



2.



Jenis pakan yang digunakan



Parisipasi



3.



Frekuensi pemberian pakan



Partisipasi



4.



Dosis pemberian pakan



Observasi dan Partisipasi



5.



Cara pemberian pakan



Partisipasi



Pengambilan Data Waktu pemeliharaan larva setelah telur kening telur pada bagian perut ikan habis. Jenis pakan yang digunakan berupa kuning telur dan tepung pelet. Waktupemberian pakan dapat dilakukan pagi dan sore hari. Mengetahui jumlah larva agar dapat menghitung dosis pakan yang akan diberikan pada larva. Pemberian pakansebaiknya ditebar agar tidak bergerombol.



Untuk menentukan hasil dalam proses pembenihan dapat dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus-rumus sebagai berikut: 1. Fekunditas Teknik pengukuran menggunakan metode grafimetrik dengan menimbang semua telur yang diperoleh setelah distripping, telur kemudian ditimbang. Telur sampel yang telah diambil kemudian dihitung sebagai sampel. Untuk mengetahui fekunditas semua data yang diperoleh kemudian dimasukan kedalam rumus (Murtidjo, 2001) sebagai berikut : F=



W xn w



21



Keterangan : F= Fekunditas W= Berat telur seluruhnya w =Berat sampel telur n= Jumlah telur dari sampel 2. Fertilisasi Rate Murtidjo (2001), hasil perhitungan FR didapat dengan cara mengamati telur yang ada pada wadah sampel. Sampel yang terbuahi berbentuk bening dan transparan sedangkan telur yang tidak terbuahi berbentuk putih. Telur yang terbuahi kemudian dihitung jumlah seluruhnya dan dibagikan dengan jumlah yang menjadi sampel. Untuk menghitung Fertilisasi Rate menggunakan rumus sebagai berikut: FR=



Qt x 100 % Qo



Keterangan : FR= Derajat pembuahan (100%) Qt= Jumlah telur yang terbuahi Qo= Jumlah telur keseluruhan 3. Hatching Rate Murtidjo (2001), bahwa daya tetas telur adalah presentase telur yang menetas setelah waktu tertentu. Cara mengetahui daya tetas telur adalah dengan cara menghitung jumlah telur yang menetas pada sampel, telur yang menetas tersebut kemudian dibagikan dengan telur yang terbuahi yang telah dihitung sebelumnya. Untuk menghitung daya tetas telur dapat digunakan rumus sebagai berikut :



HR =



Et x 100 % Eo



Keterangan :



22



HR = Daya tetas telur (100%) Et = Jumlah telur yang menetas (ekor) Eo = Jumlah telur yang ditebar (butir)



4. Survival Rate Survival Rate (SR), adalah jumlah larva yang hidup dalam periode waktu tertentu. Parameter ini dapat dihitung misalnya pada umur sehari, dua hari, seminggu, sebulan dan seterusnya sesuai dengan keperluan. Nilai Survival Rate dari kegiatan yang dilakukan didapat dengan cara menghitung jumlah larva yang hidup pada akhir peiode tebar dengan jumlah larva yang ditebar pada awal kegiatan. Rumus yang digunakan dalam kegiatan tersebut menggunakan rumus dari (Murtidjo, 2001) derajat kelangsungan hidup larva dihitung dengan cara sebagai berikut :



SR =



Jumlah larva yang hidup x 100 % Jumlah larva awal



3.2.2.2 Data Sekunder Marsuki (2002), data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh penelitian secara tidak sengaja atau tidak langsung, yang dinama data tersebut bisa didapat dari refrensi orang maupun catatan data orang lain. Biasannya data sekunder adalah berupa catatan atau laporan yang sudah di susun secara rapi dan di arsipkan di mana data tersebut ada yang dipublikasikan dan ada juga yang menjadi hak cipta yang tidak bisa dipublikasikan. Marsuki (2002), data sekunder ini bertujuan untuk pelengkap dari data primer. Data yang diperoleh biasannya akan dijadikan buku dan sebagai literature petunjuk dalam pengumpulan data dan biasanya sudah memiliki hak cipta, dan penulis yang sah. 3.2.3 Analisa Data 23



DAFTAR PUSTAKA Amri dan Khairuman. 2008. Pengelolaan Induk Yang Baik Pada Kolam Beton. Semarang: Menara Aspirasi Rakyat. Anggita. 2012. Pengertian Fekunditas Pada Ikan Mas. Surabaya: PT. Kencana Jaya. Bachtiar. 2002. Pembenihan Ikan Air Tawar Secara Semi Buatan Di Kolam Terpal. Bandung: PT . Sinar Sejahtera Rakyat. Djarijah. 2001. Perkembang Biakan Ikan Pada Tahap Siap Pijah. Jakarta: Media Rakyat. Efendi. 2004. Kiat Sukses Dalam Budidaya Ikan Air Tawar. Surabaya: Agro Media Pustaka. Gunadi. 2010. Tahap Saat Persiapan Wadah Dan Media Pemijahan. Bandung: PT Kita Suka Cerita. Marsuki. 2002. Metode Pengambilan Data. Jakarta: Media Rakyat. Muharram. 2009. Penyakit Dan Hama Yang Menyerang Ikan Pada Saat Pemijahan. Jakarta: Pustaka Rakyat.



24



Murtidjo. 2001. Beberapa Metode Pembenihan Ikan Air Tawar. Yogyakarta: Kanisius. Partosuwiryo dan Warseno. 2011. Kiat Sukses Budidaya Ikan Mas. Yogyakarta: PT. Citra Aji Parama. Peluang usaha perikanan. 2013. Penggunaan Bak Terpal Bagi Media Ikan Hidup. http://www.ilmuhewan.com/. Satyani. 2007. Penerapan Bak Semen Untuk Pemijahan Ikan Secara Alami, Semi Buatan, Dan Buatan. Jakarta: Jaya Eka Media. Sudenda. 2008. Proses Pembenihan Ikan Secara Semi Buatan. Malang: PT Sumber Media. Susanto. 2007. Metode Sukses Cara Budidaya Ikan Mas. Jakarta: PT Dalam Sinar Tani.



25