Proposal Skripsi (Angga Trisna Nugraha 1611011015) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SKRIPSI



PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU MOBILISASI DINI PASIEN POST OPERASI DI RUANG BEDAH RSD KALISAT



Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan



Oleh : ANGGA TRISNA NUGRAHA 16.1101.1015



PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 2020



SKRIPSI



PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU MOBILISASI DINI PASIEN POST OPERASI DI RUANG BEDAH RSD KALISAT



Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan



Oleh: ANGGA TRISNA NUGRAHA 16.1101.1015



PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 2020



i



PERNYATAAN PERSETUJUAN



PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU MOBILISASI DINI PASIEN POST OPERASI DI RUANG BEDAH RSD KALISAT



ANGGA TRISNA NUGRAHA 16.1101.1015



Skripsi ini telah diperiksa oleh pembimbing dan telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi S1 Keperawatan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember



Jember, Juni 2020



Pembimbing I



Ns. Mohammad Ali Hamid, S. Kep.,M.Kes NIP. 1981080710310068



Pembimbing II



Ns. Mad Zaini, M.Kep, Sp. Kep. J NIP. 198707141003751



ii



PENGESAHAN



PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERILAKU MOBILISASI DINI PASIEN POST OPERASI DI RUANG BEDAH RSD KALISAT



ANGGA TRISNA NUGRAHA 16.1101.1015



Dewan Penguji Ujian Skripsi pada Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember Jember, Desember 2019



Penguji,



1.



Ketua



: Dr. Wahyudi Widada, S.Kp., M.Ked NIP. 1967121610704448



2.



Penguji I : Ns. Mohammad Ali Hamid, S.Kep,.M.Kes (.........................) NIP. 1981080710310068



3.



Penguji II : Ns. Mad Zaini, M. Kep, Sp. Kep. J NIP. 198707141003751



Mengetahui, Dekan



Sasmiyanto, S.Kep., Ns., M.Kes. NIDN. 0716047902



iii



(.........................)



(..........................)



PENGUJI SKRIPSI



Dewan Penguji Ujian Skripsi Pada Program S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember



Jember, Desember 2019 Penguji I



Dr. Wahyudi Widada, S.Kp., M.Ked NIP. 1967121610704448



Penguji II



Ns. Mohammad Ali Hamid, S. Kep.,M.Kes NIP. 1981080710310068



Penguji III



Ns. Mad Zaini, M.Kep, Sp. Kep. J NIP. 198707141003751



iv



ABSTRAK Abstrak UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN Skripsi, Agustus 2020 Angga Trisna Nugraha Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Perilaku Mobilisasi Dini Pasien Post Operasi di Ruang Bedah RSD. Kalisat Kabupaten Jember xii + 45halaman + 1bagan + 1Tabel + 10Lampiran Abstrak Tindakan operasi menyebabkan terjadinya perubahan kontinuitas jaringan tubuh. Untuk menjaga homeostasis tubuh melakukan mekanisme untuk segera melakukan pemulihan pada jaringan yang mengalami perlukaan. Setelah di lakukan tindakan operasi pasien disarankan untuk bergerak, semakin cepat bergerak semakin baik namun mobilisasi harus tetap di lakukan secara hati-hati. Dukungan keluarga sangat penting untuk memotivasi pasien dalam menjalankan mobilisasi. Oleh karena itu peran keluarga sangat perlu dalam rangka untuk memberikan dukungan terhadap pasien supaya terbebas dari penyakit dan komplikasi yang mungkin timbul setelah pasca operasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan perilaku mobilisasi dini pasien post operasi di ruang bedah RSD.Kalisat Kabupaten Jember. Desain penelitian ini adalah studi korelasional dengan pendekatan cross sectional dengan menggunakan teknik sampling total sampling. Subyek penelitian keluarga pasien dan pasien post operasi berjumlah 32 responden. Instrument penelitian yang di gunakan yaitu kuisioner dukungan keluarga dan kuesioner mobilisasi. Analisa data pada hasil penelitian menggunakan uji Spearman Rho di dapatkan hasil p value 0,003 ≤ p 0,05 artinya H1 diterima dan R 0,515 yang artinya mobilisasi dini dan dukungan keluarga memiliki hubungan yang kuat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara dukungan keluarga dengan perilaku mobilisasi dini pasien post operasi di ruang bedah RSD. Kalisat Kabupaten Jember. Dengan demikian dukungan keluarga sangat dibutuhkan untuk pasien menjalankan mobilisasi dalam proses penyembuhan pasca operasi. Kata Kunci : Dukungan Keluarga, Mobilisasi Dini, Pasien Post Operasi



v



ABSTRAK Abstract UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH JEMBER STUDY PROGRAM OF IS NURSERY FACULTY 0F HYGIENICS Thesis, August 2020 Angga Trisna Nugraha The relationship between family support and post mobilization patient early mobilization behavior in RSD Operating Room. Kalisat Regency of Jember. xii + 45pages + 1chart+ 1 table + 10 attachments Abstract The operation action causes a change in body tissue continuity. To keep the body homeostasis to perform mechanisms to immediately perform recovery on the network that is experiencing the need. After the action of surgery the patient is advised to move, the quicker the move the better but the mobilization should remain carefully. Family support is crucial to motivate the patient in running mobilization. Therefore, the role of the family is necessary in order to provide support to the patient to be free from diseases and complications that may arise after the post-operative. The study aims to find out the family support relationship with the early mobilization behavior of patient post operations in the RSD surgical chamber. Kalisat Jember District. The design of this research is a correlational study with a cross sectional approach using a sampling technique of total sampling. The subject of patient family studies and post-operative patients amounted to 32 respondents. The research instruments used are the family support questionnaires and the mobilization questionnaire. Analysis of the data on the research results using the Spearman Rho test in Get the result of P value 0.003 ≤ p 0.05 means H1 accepted and R 0.515 which means early mobilization and support of the family has a strong relationship. It can thus be concluded that there is an influence between family support with the early mobilization behavior of patient post operations in the RSD surgical chamber. Kalisat Jember District. Thus the support of the family is necessary for the patient to carry out mobilization in the post-operative healing process. Keywords: family support, early mobilization, patient post surgery



v



HALAMAN PERSEMBAHAN Alhamdulillahhirobbilalamin atas segala karunia dan pertolongan yang Allah SWT berikan kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan proposal ini dengan sebaik mungkin. Proposal ini saya persembahkan untuk: 1. Ayah dan Ibu tercinta, karena kasih sayang dan kesabaran yang selama ini kalian berikan untukku, menjadikan kekuatan untuk putramu ini. Terima kasih atas segala do’a dan pengorbanan yang tidak bisa tergantikan. 2. Kakak saya Fatkhul Iksan Hadi Siswanto Setiawan dan Erna Innaha, juga kepada kakak Wahyuning Kholifatul Wasiah dan Hendra Kusuma yang selalu kompak dan memberikan semangat dalam segala hal kebaikan. 3. Adik saya Nadia, Ara, dan Qisya yang selalu membuat saya tertawa saat mengeluh mengerjakan skripsi. 4. Sahabat saya Intan Faratiti, Wendah, Rosita, Dian, Gafur, Lana, Iqbal, Catur, Shobri, Fikri, Ayik, Candra dll, yang selalu membantu dan memberikan waktunya untuk saya dalam keadaan susah maupun senang. 5. Keluarga Besar KSR Unit Universitas Muhammadiyah Jember khususnya Angkatan x terimakasih atas supportnya dan semangatnya yang selalu diberikan dalam keadaan susah maupun senang. 6. Teman–teman seperjuanganku angkatan’16 Fakultas Ilmu Kesehatan 7. Almamater ku tercinta yang sudah memberikan ilmu dan pengalaman yang luar biasa.



v



MOTTO Gagal itu bukan keberhasilan yang tertunda Gagal itu sebuah proses supaya nanti berhasil (dr. Tirta)



Hidup ini seperti sepeda, agar tetap seimbang kau harus bergerak (Albert Einstein)



Usaha yang kita tanam pada hari kemarin dan sekarang adalah buah yang akan dipetik dikemudian hari (Angga Trisna Nugraha)



viii



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Dukungan Keluarga Dengan Perilaku Mobilisasi Dini Pasien Post Operasi Di Ruang Bedah RSD Kalisat”. Skripsi ini dibuat guna memenuhi syarat untuk melakukan penelitian dan sebagai salah satu tugas akhir dan menyelesaikan pendidikan S1 Keperawatan di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember. Peneliti merasa bahwa selesainya skripsi ini karena bimbingan, bantuan dan dorongan dari banyak pihak, maka peneliti mengucapkan terimakasi dan penghormatan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Dr. Hanafi., M.Pd, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Jember. 2. Ns. Sasmiyanto, S.Kep., M.Kes, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember. 3. Ns. Yeni Suryaningsih, S.Kep.,M.Kep selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember. 4. Ns. Mohammad Ali Hamid, S. Kep.,M.Kes selaku Dosen Pembimbing I yang selalu meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta selalu sabar dalam membimbing penyusunan proposal ini.



ix



5. Ns. Mad Zaini, M. Kep, Sp. Kep. J selaku Dosen Pembimbing II yang juga selalu meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta selalu sabar dalam membimbing penyusunan proposal ini. 6. Ayah saya, Kusnadi dan ibu saya, Umiatun selaku orang tua yang selalu memberikan do’a sekaligus penyemangat dalam menyusun proposal ini. 7. Kepada seluruh pihak RSD Kalisat dan petugas yang lain, saya mengucapkan terimakasih telah memberikan kepercayaan dan informasi kepada peneliti. 8. Responden yang telah bersedia dan meluangkan waktu nya menjadi responden untuk penelitian ini serta memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu peneliti sangat mengharap kritik dan saran demi kesempurnaan



skripsi



ini.



Semoga



penelitian



ini



dapat



bermanfaat



bagi



perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang keperawatan.



Jember, Juni 2020



Peneliti



x



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................ HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................ LEMBAR PENGESAHAN ............................................................. LEMBAR PENGUJI SKRIPSI ...................................................... ABSTRAK......................................................................................... HALAMAN PERSEMBAHAN....................................................... MOTTO............................................................................................. KATA PENGANTAR...................................................................... DAFTAR ISI..................................................................................... DAFTAR BAGAN............................................................................ DAFTAR TABEL............................................................................. DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................



i ii iii iv v vi vii viii ix x xi xii



BAB I PENDAHULUAN ................................................................ A. Latar Belakang....................................................................... B. Perumusan Masalah............................................................... C. Tujuan Penelitian................................................................... D. Manfaat Penelitian.................................................................



1 1 6 7 7



BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................... A. Konsep Post Operasi.............................................................. B. Konsep Mobilisasi Dini......................................................... C. Konsep Dukungan Keluarga ................................................. D. Penelitian Terkait...................................................................



9 9 10 22 32



BAB III KERANGKA KONSEP ................................................... A. Kerangka Konsep................................................................... B. Hipotesis Penelitian................................................................



35 35 36



BAB IV METODE PENELITIAN.................................................. A. Desain Penelitian.................................................................... B. Populasi, Sampel dan Sampling............................................. C. Definisi Operasional .............................................................. D. Tempat Penelitian .................................................................. E. Waktu Penelitian .................................................................... F. Etika Penelitian....................................................................... G. Alat Pengumpulan Data.......................................................... H. Prosedur Pengumpulan Data.................................................. I. Analisis Data...........................................................................



37 37 37 39 40 40 40 42 43 45



xi



BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................ A. Data Umum............................................................................. B. Data Khusus............................................................................



49 49 51



BAB VI PEMBAHASAN................................................................. A. Interpretasi dan Diskusi Hasil............................................... B. Keterbatasan Penelitian......................................................... C. Implikasi Keperawatan..........................................................



53 53 57 58



BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN........................................ A. Kesimpulan............................................................................. B. Saran.......................................................................................



59 59 59



DAFTAR PUSTAKA.........................................................................



61



LAMPIRAN



xii



LAMPIRAN DAFTAR BAGAN Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian.............................................



xiii



35



DAFTAR TABEL Tabel 4.2 Definisi Operasional........................................................... Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin........ Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur..................... Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan............ Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan............... Tabel 5.5 Gambaran Dukungan Keluarga.......................................... Tabel 5.6 Gambaran Mobilisasi Dini................................................. Tabel 5.7 Pengaruh Dukungan Keluarga Dengan Perilaku Mobilisasi Dini Pasien Post Operasi Di Ruang Bedah RSD Kalisat Jember......



xiv



39 49 49 50 50 51 51 52



DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Lampiran 10 Lampiran 11 Lampiran 12 Lampiran 13 Lampiran 14 Lampiran 15



Lembar Permohonan Lembar Informed Concent Data Demografi Kuisioner Dukungan Keluarga Kuisioner Mobilisasi Dini Lembar Pengesahan Judul Skripsi Surat Ijin Studi Pendahuluan Fakultas Surat Ijin Studi Pendahuluan Oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Surat Ijin Studi Pendahuluan RSD. Kalisat Surat Ijin Penelitian Fakultas Surat Ijin Penelitian oleh Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Surat Ijin Penelitian RSD. Kalisat Lembar Konsultasi Data Output SPSS Dokumentasi



xv



xvi



BAB I LATAR BELAKANG



A. Latar Belakang Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh dan pada umumnya di lakukan dengan membuat sayatan pada bagian tubuh yang akan di tangani lalu dilakukan tindakan perbaikan dan diakhiri dengan penutupan dan penjaitan luka (Apriansyah, Romadoni,& Andrianovita, 2015). Menurut World Health Organization (WHO) (2013), jumlah pasien dengan tindakan operasi mencapai angka peningkatan yang sangat signifikan. Pada tahun 2011 terdapat 140 jt pasien di seluruh rumah sakit di dunia, pada tahun 2012 di Indonesia tindakan operasi mencapai 1,2 jt jiwa dan di perkirakan



32%



diantaranya



merupakan



tindakan



bedah



laparatomi



(Kemenkes RI, 2013). Sedangkan di Jawa Timur terdapat 10.503 kasus bedah efektif yang di lakukan selama tahun 2015 (Dinkes Jawa Timur, 2015). Pembedahan dilakukan karena beberapa alasan seperti diagnostik (biopsi, laparatomi eksplorasi), kuratif (eksisi masa tumor, pengangkatan apendik yang mengalami inflamasi), reperatif (memperbaiki luka multipel), rekontruksi dan paliatif ( Wira Ditya, Asril Zahri,2016). Tindakan pembedahan diawali dengan suatu prosedur anestesi di mana salah satu tujuan anestesi adalah untuk menghilangkan nyeri selama prosedur pembedahan



1



2



berlangsung. Secara garis besar prosedur anestesi di bedakan menjadi anestesi umum dan anestisi lokal. Anestesi umum artinya hilangnya rasa nyeri di tubuh yang disertai dengan keadaan tidak sadar karena pemeberian obat-obatan tertentu. Perbedaanya dengan keadaan anestesi lokal adalah keadaan hilangnya rasa nyeri di tubuh tetapi tidak disertai hilangnya kesadaran (Morgan et.al,2007). Tindakan operasi menyebabkan terjadinya perubahan kontinuitas jaringan tubuh. Untuk menjaga homeostasis tubuh melakukan mekanisme untuk segera melakukan pemulihan pada jaringan yang mengalami perlukaan. Pada proses pemulihan ini terjadi reaksi kimia dalam tubuh sehingga nyeri di rasakan oleh pasien (Field, dalam Aini, 2010). Respon psikologi yang terjadi akibat kecemasan memerlukan dukungan mental dari keluarga guna meningkatkan semangat hidup pasien. Dukungan keluarga penting sebagai strategi preventif dalam menurunkan kecemasan pasca pre operasi. Terdapat dukungan penilaian dalam dukungan keluarga. Untuk memahami keinginan pasien, keluarga dapat memberikan ekspresi pengharapan positif, dukungan instrumental, bantuan finansial, dukungan informasional dan dukungan emosional. Dukungan penilaian berupa respon positif keluarga terhadap penyakit yang di derita pasien, dalam kasus lain pasien yang mengalami kelainan jantung bawaan, kondisi dalam hal ini penting dan perlu mendapatkan dukungan keluarga dan orang-orang terdekat. Jika pasien mendapatkan penialain negatif makan akan berdampak buruk bagi keberlangsungan



3



pengobatanya. Tidak hanya dukungan penilaian, dukungan instrumental berupa pelayanan, contoh menemani pasien selama di rumah sakit. Bantuan finansial bantuan nyata yang efektif mengurangi kecemasan dalam hal ini dapat berupa biaya pengobatan. Dukungan informasional dari keluarga yaitu memberikan solusi dari masalah yang ada, dalam contoh keluarga dapat memberikan edukasi berupa cara mobilisasi guna mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital yang pada akhirnya justru akan mempercepat penyembuhan luka pada pasien post operasi. Adapun dukungan emosional yang diberikan pihak keluarga dapat berupa semangat dan motivasi. Dukungan keluarga juga sangat penting untuk memotivasi pasien dalam menjalankan mobilisasi, pada kenyataanya banyak keluarga yang kurang mengerti bagaimana cara merawat keluarga yang sakit. Oleh karena itu peran keluarga sangat perlu dalam memberikan dukungan terhadap pasien. Setelah di lakukan tindakan operasi pasien disarankan untuk bergerak semakin cepat bergerak semakin baik namun mobilisasi harus tetap di lakukan secara hati-hati. Mobilisasi akan mencegah kekakuan otot dan sendi sehingga dapat mengurangi rasa nyeri, memperlancar peredaran darah, memperbaiki pengaturan metabolisme tubuh, mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital yang pada akhirnya justru akan mempercepat penyembuhan luka. Menggerakkan badan atau melatih otot-otot dan sendi pasca operasi di sisi lain akan memperbugar pikiran dan mengurangi dampak negatif dari beban psikologi yang tentu saja berpengaruh baik terhadap pemulihan fisik. Salah satu dari perawatan klien post operasi adalah dengan dilakukannya mobilisasi.



4



Latihan mobi lisasi dilakukan untuk mencegah dekubitus, merangsang peristaltik serta mengurangi nyeri (Hidayat,2008). Menurut Hidayat (2008), mobilisasi atau mobilitas merupakan suatu kemampuan individu untuk dapat bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatanya. Sehingga segala aktivitas yang dilakukan oleh seorang individu merupakan mobilisasi. Setiap orang memiliki rentang kemampuan untuk mobilisasi yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain. Seseorang yang sehat berbeda intensitas mobilisasinya dengan seseorang yang sakit. Seperti seseorang yang telah menjalani operasi akan memiliki intensitas mobilisasi yang lebih sedikit dari pada seseorang yang tidak menjalani operasi. Untuk melatih seseorang yang telah menjalaini operasi maka dibutuhkan latihan mobilisasi secara lebih dini untuk memandirikan individu tersebut melakukan aktivitas dan mobilisasi dari yang paling ringan hingga yang mencangkup seluruh aktivitas sehari-harinya. Menurut Potter & Perry (2007) mobilisasi dini sangat penting sebagai tindakan pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya. Dampak mobilisasi yang tidak dilakukan bisa menyebabkan gangguan fungsi tubuh, aliran darah tersumbat dan peningkatan intensitas nyeri. Mobilitas dini mempunyai peranan penting dalam mengurangi rasa nyeri dengan cara menghilngkan konsentrasi pasien pada lokasi nyeri atau daerah operasi, mengurangi aktivitas respon nyeri serta meminimlkan transmisi saraf nyeri menuju saraf pusat.



5



Mobilisasi dini adalah tindakan yang dilakukan untuk membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbing selekas mungkin berjalan. Hal ini menjelaskan bahwa pasien post operasi atau bedah, diperbolehkan untuk bergerak dari mobilisasi yang ringan hingga aktivitas yang lebih berat. Namun mobilisasi yang di lakukan post operasi sangat bermanfaat dalam mendukung kesembuhan pasien. Mobilisasi dini merupakan suatu aspek penting pada fungsi fisiologis karena komponen esensial guna mempertahankan kemandirian. Mobilisasi dini berfungsi untuk melatih otot, sistem saraf, tulang maupun sirkulasi darah sehingga di harapkan mampu mempercepat proses penyembuhan luka pasca operasi (Carpenito, 2009). Relaksasi otot skeletal di percaya dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri (Smeltzer & Bare, 2006). Mobilisasi dini juga dapat merupakan salah satu cara untuk dapat merileksasikan otot-otot dan membiasakan diri dalam



dalam melakukan



aktivitas diri yang sederhana hingga yang lebih rumit. Pasien post operasi merasa lebih sehat dan kuat dengan mobilisasi dini. Dengan gerakan miring kanan dan kiri 6 jam post operasi, otot-otot akan kembali normal, sehingga otot menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit. Dengan demikian pasien merasa sehat, meningkatkan peristaltik usus, membantu memperoleh kekuatan dan mempercepat penyembuhan. Setelah dilakukan tindakan operasi pasien akan berada di fase proses pemulihan yaitu terjadi reaksi kimia dalam tubuh sehingga nyeri di rasakan oleh pasien. Akibat dari reaksi kimia inilah pasien mengalami kecemasan dan



6



rasa nyeri yang memerlukan dukungan mental dari keluarga guna meningkatkan semangat hidup pasien. Banyak pasien masih beranggapan bahwa melakukan mobilisasi justru menghambat proses pemulihan atau penyembuhan luka pasca operasi, oleh karena itu dukungan informasional tentang mobilisasi sangat dibutuhkan dan efektif dalam meningkatkan perilaku mobilisasi pasien guna mempercepat proses pemulihan. Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti didapatkan data pasien post operasi di RSD Kalisat Kabupaten Jember pada tanggal 19 Desember 2019 berjumlah 32 pasien post operasi selama 1 bulan terakhir. Berdasarkan sumber diatas peneliti mengangkat judul “Pengaruh Dukungan Keluarga dengan Perilaku Mobilisasi Dini Pada Pasien Post Operasi di Ruang Bedah RSD. Kalisat Kabupaten Jember”. B. Rumusan Masalah 1. Pernyataan Masalah Perilaku mobilisasi merupakan salah satu input penting untuk penyembuhan luka post oprasi. Salah satu indikator untuk penyembuhan luka degan cara prilaku mobilisasi. Buruknya prilaku mobilisasi pasca oprasi di Indonesia berimbas pada proses penyembuhan luka. Post oprasi merupakan salah satu indikator dari mobilisasi kurang maka berdampak negatif pada proses penyembuan luka. 2. Pertanyaan Masalah a. Bagaimanakah dukungan keluarga terhadap mobilisasi pasien post operasi di ruang bedah RSD Kalisat?



7



b. Bagaimanakah perilaku mobilisasi dini pasien post operasi di ruang bedah RSD Kalisat? c. Adakah pengaruh dukungan keluarga dengan perilaku mobilisasi dini pasien post operasi di ruang bedah RSD Kalisat? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan makna dan arti dari dukungan keluarga dengan perilaku mobilisasi dini pasien post operasi di ruang bedah RSD Kalisat. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi dukungan keluarga terhadap mobilisasi pasien post operasi di ruang bedah RSD Kalisat. b. Mengidentifikasi perilaku mobilisasi dini pasien post operasi di ruang bedah RSD Kalisat. c. Menganalisis pengaruh dukungan keluarga dengan perilaku mobilisasi dini pasien post operasi di ruang bedah RSD Kalisat. D. Manfaat Penelitian 1. Petugas Kesehatan Melalui penelitian ini di harapkan perawat dapat menjalankan perannya dan dapat mengkaji mobilisasi pada kejadian post oprasi pada masyarakat untuk membantu proses penyembuhan luka .Dari hasil penelitian diharapkan perawat / tim kesehatan serta masyarakat bisa mengetahui penyembuhan luka dengan prilaku mobilisasi.



8



2. Instansi Layanan Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pada Instsansi pelayanan kesehatan prilaku mobilisasi pada kejadian post oprasi. sehingga instansi kesehatan dapat lebih baik dalam penyembuhan luka post oprasi. 3. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai sarana diagnosis dalam mencari sebab masalah atau kegagalan yang terjadi di dalam sistem penilaian pelayanan yang sedang berjalan. Dengan demikian akan memudahkan pencarian alternatif pemecahan masalah-masalah. 4. Keluarga dan Pasien Penelitian ini diharapkan dapat mengingatkan kepada keluarga khususnya keluarga yang mempunyai keluarga post oprasi supaya lebih memperhatikan penyembuhan luka dengan cara mobilisasi. 5. Penelitian Selanjutnya Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat menjadi dasar dalam melakukan penelitian mengenai intervensi untuk meningkatkan penyembuhan luka pasca post operasi.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Post Operasi 1. Definisi Post Operasi Post Operasi adalah masa setelah dilakukan pembedahan yang di mulai saat pasien di pindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya (Uliyah & Hidayat, 2008). Tahap pasca operasi di mulai dari memindahkan pasien dari ruangan bedah ke unit pasca operasi dan berakhir saat pasien pulang. 1. Jenis-jenis Operasi a. Menurut fungsinya (tujuannya), Potter dan Perry (2006) membagi menjadi : 1) Diagnostik : biopsi, laparatomy eksplorasi 2) Kuratif (ablatif) : tumor, appendiktomi 3) Reparatif : memperbaiki multipel 4) Rekontroktif : mamoplasti, perbaikan wajah 5) Paliatif : menghilangkan nyeri 6) Transplantasi : penanaman organ tubuh untuk menggantikan organ atau struktur tubuh yang malfungsi (cangkok ginjal, kornea) b. Menurut Luas atau Tingkat Resiko : 1) Mayor Operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas dan mempunyai tingkat resiko yang tinggi terhadap kelangsungan hidup pasien. 9



10



2) Minor Operasi pada sebagian kecil dari tubuh yang mempunyai resiko komplikasi lebih kecil dibandingkan dengan operasi mayor. 2. Komplikasi Post Operasi Menurut Baradero (2008) komplikasi post operasi yang akan muncul antara lain yaitu hipotensi dan hipertensi. Hipotensi didefinisikan sebagai tekanan darah systole kurang dari 70mmHg atau turun lebih dari 25% dari nilai sebelumnya. Hipotensi dapat di sebabkan oleh hipovelemia yang di akibatkan oleh perdarahan dan overdosis obat anestetika. Hipertensi di sebabkan oleh analgesik dan hipnosis yang tidak adekuat, batuk, penyakit hipertensi yang tidak diterapi dan ventilasi yang tidak adekuat. Sedangkan menurut Majid, (2011) komplikasi post operasi adalah perdarahan dengan manifestasi klinis yaitu gelisah, gundah, terus bergerak, merasa haus, kulit dingin, basah, pucat, nadi meningkat, suhu turun, pernapasan cepat dan dalam, bibir dan konjungtiva pucat dan pasien melemah. B. Mobilisasi Dini 1. Definisi Mobilisasi Mobilisasi adalah suatu kegiatan untuk melatih alat tubuh dan meningkatkan fleksibilitas sendi. Mobilisasi merupakan suatu kebutuhan dasar manusia yang di perlukan oleh individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang berupa pergerakan sendi, sikap, gaya berjalan, latihan maupun kemampuan aktivitas (Potter & Perry, 2010). Mobilisasi adalah



11



kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan



untuk



memenuhi



kebutuhan



aktivitas



guna



mempertahankan



kesehatanya (Hidayat, 2011). Mobilisasi adalah suatu kebutuhan dasar manusia yang diperlukan oleh individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang berupa pergerakkan sendi, sikap, gaya berjalan, latihan maupun kemampuan aktivitas, sehingga dalam mempertahankan mobilisasi fisik secara optimal maka sistem saraf, otot, dan skletal harus tetap utuh dan berfungsi dengan baik (Potter & Perry, 2010). 2. Tujuan dan Manfaat Mobilisasi Mekanik dan gerak tubuh sangat bermanfaat bagi seseorang diantaranya dapat membuat tubuh menjadi lebih segar, memperbaiki tonus otot dan posisi tubuh, mengontrol berat badan, mengurangi stress, serta dapat meningkatkan relaksasi, merangsang peredaran darah ke otot dan organ tubuh lain sehingga meningkatkan kelenturan tubuh, pada anak dapat merangsang pertumbuhan (Asmadi, 2010). Latihan mobilisasi juga dapat di lakukan untuk mencegah komplikasi, mencegah dekubitus, merangsang peristaltik serta mengurangi adanya nyeri (Hidayat, 2010). Selain itu tujuan untuk mobilisasi yaitu untuk mencegah terjadinya bronkopnemoni, kekakuan sendi, mencegah tromboplebitis, atropi otot, penumpukan sekret, memperlancar sirkulasi darah, mencegah kontrktur, dekubitus serta memelihara faal kandung kemih agar tetap berfungsi secara baik dan pasien dapat beraktivitas. Mobilisasi juga memiliki banyak tujuan



12



seperti mengekpresikan emosi dengan gerakan non verbal, pertahanan diri, pemenuhan kebutuhan dasar, aktivitas hidup sehari-hari dan kegiatan rekreasi. Menurut Kozier, et al. (2010), manfaat yang dapat diperoleh dari mobilisasi bagi tubuh adalah sebagai berikut. a. Sistem Muskuloskeletal Ukuran, bentuk, tonus dan kekuatan rangka dan otot jantung dapat dipertahankan dengan melakukan latihan yang ringan dan dapat di tingkatkan dengan melakukan latihan yang berat. Dengan melakukan latihan, tonus otot dan kemampuan kontraksi otot meningkat serta dapat meningkatkan fleksibilitas tonus otot dan Range Of Motion (ROM). b. Sistem Kardiovaskuler Melakukan latihan atau mobilisasi yang adekuat dapat meningkatkan denyut jantung (heart rate), menguatkan kontraksi otot jantung, dan menyuplai darah ke jantung dan otot. Jumlah darah yang di pompa oleh jantung (cardiac output) meningkat karena aliran balik dari darah. Jumlah darah yang di pompa oleh jantung (cardiac output) normal 5 liter/menit, dengan mobilisasi dapat meningkatkan cardiac output sampai 30 liter/menit. c. Sistem Respirasi Jumlah udara yang di hirup dan di keluarkan oleh paru (ventilasi) meningkat. Ventilasi normal 5-6 liter/menit. Pada mobilisasi yang berat kebutuhan oksigen meningkat hingga mencapai 20x dari kebutuhan



13



normal. Aktivitas yang adekuat juga dapat mencegah penumpukan sekret pada bronkus dan bronkiolus, menurukan pernapasan. d. Sistem Gastrointestinal Beraktivitas dapat memperbaiki nafsu makan dan meningkatkan tonus saluran pencernaan, memperbaiki pencernaan dan eliminasi seperti mempercepat pemulihan peristaltik usus dan mencegah terjadinya konstipasi serta menghilangkan distensi abdomen. e. Sistem Metabolik Dengan latihan dapat meningkatkan kecepatan metabolisme dengan demikian peningkatan produksi dari panas tubuh. Selama melakukan aktivitas berat, kecepatan metabolisme dapat meningkat sampai 20x dari kecepatan normal. Dengan beraktivitas juga dapat meningkatkan penggunaan trigliserid dan asam lemak, sehingga dapat mengurangi tingkat trigliserid serum dan kolestrol dalam tubuh. f. Sistem Urinari Karena aktivitas yang adekuat dapat menaikkan aliran darah, tubuh dapat memisahkan sampah dengan lebih efektif, dengan demikian dapat mencegah terjadinya statis urinari. Kejadian retensi urine juga dapat di cegah dengan melakukan aktivitas. 3. Dampak Imobilisasi Imobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak bebas yang di sebabkan oleh kondisi di mana gerakan terganggu atau di batasi secara terapeutik (Potter & Perry, 2010). Menurut Asmadi (2009), terdapat beberapa dampak



14



apabila seseorang tidak bergerak atau imobilisasi. Beberapa dampak tersebut adalah sebagai berikut : a. Sistem Integumen Badrest yang lama dapat menyebabkan abrasi dan dekubitus. Hal tersebut di sebabkan karena pada immobilisasi terjadi gesekan, tekanan, jaringan bergeser satu dengan yang lain, dan penurunan sirkulasi darah pada area yang tertekan. Kondisi yang dapat memperburuk hal tersebut antara lain seperti kegemukan, adanya infeksi, trauma, berkeringat, dan nutrisi yang buruk. Selain itu sirkulasi darah yang lambat mengakibatkan kebutuhan oksigen dan nutrisi pada area yang tertekan menurun, sehingga laju metabolisme jaringan menurun. b. Sistem Kardiovaskuler Beberapa dampak imobilisasi terhadap sistem kardiovaskuler, diantaranya menyebabkan



penurunan



Cardiac



reserve



yakni



immobilisasi



menyebabkan pengaruh simpatis atau sistem adrenergik lebih besar dari pada sistem kolonergk. Hal ini menyebabkan peningkatan denyut jantung. Peningkatan denyut jantung mengakibatkan waktu pengisian diastolik memendek dan terjadi penururnan kapasitas jantung untuk merespon kebutuhan metabolisme tubuh. Pada kondisi bedrest yang lama juga dapat terjadi hipotensi ortostatik yang mengakibatkan klien merasa pusing saat bangkit dari bedrest yang lama tersebut. c. Sistem Respirasi



15



Dampak imobilisasi pada sistem respirasi diantaranya terjadi penurunan kapasitas vital, penurunan ventilasi volunter maksimal, penurunan ventilasi atau perfusi setempat, mekanisme batuk menurun. d. Sistem Pencernaan Dampak pada sistem pencernaan antara lain anoreksia yang diakibatkan penurunan kebutuhan kalori pada klien imobilisasi yang dapat menguragi nafsu makan, konstipasi yang diakibatkan karena jumlah adrenergik yang banyak pada imobilisasi dapat menghambat peristaltik dan sphincter menjadi konstriksi, faktor lain dari terjadinya konstipasi karena kurang gerak, perubahan makan dan minum, meningkatnya absorbsi air, rendahnya intake cairan dan serat. Pada klien immobilisasi juga mempengaruhi metabolisme tubuh karena penurunan mobilitas dapat mengakibatkan penurunan energi yang di butuhkan oleh sel-sel tubuh. Bedrest yang terus-menerus akan menurunkan aktivitas pankreas, di mana insulin yng diproduksi tidak cukup untuk mentoleransi glukosa, sehingga menyebabkan kadar glukosa dalam serum, dan efek tersebut dapat kembali normal bila klien melakukan aktivitas. e. Sistem Perkemihan Pada kondisi normal urin mengalir dari pelvis renalis masuk ke ureter lalu ke kandung kemih yang disebabkan oleh gaya gravitasi namun pada kondisi terlentang ginjal dan ureter berada pada posisi yang sejajar sehingga urin tidak dapat melewati ureter dengan baik, akibatnya urin



16



banyak tersimpan di pelvis renalis. Hal ini meningkatkan potensi untuk terjadinya infeksi saluran kemih. f. Sistem Muskuloskeletal Imobilisasi menyebabkan penurunan massa otot sebagai akibat dari kecepatan metabolisme yang turun dan kurang beraktivitas. Selain itu imobilisasi juga dapat mengakibatkan pemendekan serat otot yang mengakibatkan kekauan sendi yang dapat menimbulkan hambatan dalam pergerakan selanjutnya. 4. Definisi Mobilisasi Dini Menurut Potter & Perry (2010) mobilisasi dini sangat penting sebagai tindakan pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya. Dampak mobilisasi yang tidak dilakukan bisa menyebabkan gangguan fungsi tubuh, aliran darah tersumbat dan peningkatan intensitas nyeri. Mobilisasi dini diatas tempat tidur dapat dilakukan dengan melakukan latihan umum diatas tempat tidur dalam 24 jam pertama, tujuan latihan ini untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah terjadinya kontraktur dan juga memungkinkan klien kembali secara penuh fungsi fisiologisnya (Smeltzer & Bare, 2010). Pada saat awal pergerakan fisik bisa dilakukan diatas tempat tidur dengan menggerakkan tangan dan kaki yang bisa ditekuk atau diluruskan, mengkontraksikan otot-otot dalam keadaan statis maupun dinamis termasuk juga menggerakkan badan lainnya, miring ke kiri atau ke kanan. Pergerakan



17



akan mencegah kekakuan otot dan sendi, menjamin kelancaran peredaran darah, memperbaiki pengaturan metabolisme tubuh, mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital yang pada akhirnya justru akan mempercepat penyembuhan pasien. Menggerakkan badan atau melatih kembali otot-otot dan sendi pasca operasi di sisi lain akan memperbugar pikiran dan mengurangi dampak negatif dari beban psikologis yang tentu saja berpengaruh baik juga terhadap pemulihan fisik (Kusmawan, 2009).



5. Jenis Mobilisasi Mobilisasi dibagi menjadi beberapa jenis. Jenis mobilisasi diantaranya adalah mobilisasi penuh dan mobilisasi sebagian. Mobilisasi sebagian dibagi menjadi mobilisasi sebagian temporer dan mobilisasi sebagian permanen. a. Mobilisasi Penuh Mobilisasi penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang. b. Mobilisasi Sebagian Mobilitas sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena



18



dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuhnya. Mobilitas sebagian dibagi menjadi dua jenis, yaitu : a) Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabkan oleh trauma reversibel pada muskulosekeletal, contohnya dislokasi sendi dan tulang. b) Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf reversibel, contohnya terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang, poliomyelitis karena terganggunya sistem syaraf motorik dan sensorik. 6. Tahapan Mobilisasi Pasien Post Operasi Mobilisasi pasca operasi yaitu proses aktivitas yang dilakukan pasca pembedahan dimulai dari latihan ringan di atas tempat tidur (latihan pernapasan, latihan batuk efektif, dan menggerakkan tungkai) sampai dengan pasien bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan keluar kamar. a. Tahap-tahap mobilisasi pada pasien pasca operasi meliputi (Cetrione dalam Rismalia,2010) : 1) Pada saat awal (6 samapi 8 jam setelah operasi) Pergerakan fisik bisa dilakukan di atas tempat tidur dengan menggerakkan tangan dan kaki yang bisa ditekuk dan diluruskan,



19



mengkontraksikan otot termasuk juga menggerakkan badan lainnya, miring ke kiri atau ke kanan. 2) Pada 12 sampai 24 jam berikutnya atau bahkan lebih awal Badan sudah bisa diposisikan duduk, baik bersandar maupun tidak dan fase selanjutnya duduk di atas tempat tidur dengan kaki yang dijatuhkan atau ditempatkan di lantai sambil digerak-gerakkan. 3) Pada Hari ke dua pasca operasi Rata-rata untuk pasien yang dirawat di kamar atau bangsal dan tidak ada hambatan fisik untuk berjalan, semestinya memang sudah bisa berdiri dan berjalan di sekitar kamar atau keluar kamar misalnya ke toilet atau kamar mandi sendiri. Pasien harus diusahakan untuk kembali ke aktivitas biasa sesegera mungkin hal ini perlu dilakukan sedini mungkin pada pasien pasca operasi untuk mengembalikan fungsi pasien kembali normal. b. Tahap mobilisasi dini menurut (Thomson, 2012) dijelaskan sebagai berikut : 1) Tahap 1 : mobilisasi atau gerakan awal : nafas dalam, batuk efektif, dan menggerakkan ekstremitas 2) Tahap 2 : mobilisasi atau gerak memutarkan pergelangan kaki dan lengan 3) Tahap 3 : mobilisasi atau gerakan duduk tegak selama 5 menit 4) Tahap 4 : mobilisasi atau gerakan turun dari tempat tidur dan berdiri (3x/hari)



20



5) Tahap 5 : mobilisasi atau gerakan berjalan dengan bantuan (2x/hari) 6) Tahap 6 : mobilisasi atau gerakan berdiri sampai sampai kembali duduk naik ke tempat tidur tanpa bantuan secara perlahan 7) Tahap 7 : mobilisasi a tau gerakan bangkit dari duduk ditempat tidur tanpa bantuan 7. Faktor-faktor yang mempengaruhi Mobilisasi dini 1) Penyakit tertentu dan cidera Penyakit-penyakit tertentu dan cidera berpengaruh terhadap mobilitas misalnya penderita multipe aklerosis dan cidera pada urat saraf tulang belakang. Demikian juga pada pasien post operasi atau yang mengalami nyeri, cenderung membatasi gerakan. 2) Budaya Beberapa faktor budaya juga mempunyai pengaruh terhadap aktivitas. Masyarakat masih mempunyai pandangan bahwa mobilisasi pasca post operasi harus membatasi gerakan aktivitas tubuh agar tidak memperparah luka operasi. 3) Energi Tingkat energi bervariasi pada setiap individu. Terkadang seseorang membatasi aktivitas tanpa mengetahui penyebabnya. Selain itu tingkat usia juga berpengaruh terhadap aktivitas. Misalnya orang pada usia pertengahan cenderung mengalami penurunan aktivitas yang berlanjut sampai usia tua.



21



4) Keberadaan nyeri Nyeri merupakan sensasi yang rumit, universal dan bersifat individual. Dikatakan bersifat individual karena respon individu terhadap sensasi nyeri beragam dan tidak bisa disamakan satu dengan yang lainnya, sehingga pasien post operasi tidak berkenan untuk melakukan mobilisasi dini karena hanya meningkatkan rasa nyeri saja. 5) Faktor perkembangan Faktor yang mempengaruhi adalah umur sehingga pasien post operasi susah melakukan mobilisasi karena bertambahnya usia sehingga kelemahan ototnya berkurang. 6) Tingkat Kecemasan Yang mempengaruhi mobilisasi



adalah cemas



(ansietas) Ansietas



merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan sesuatu diluar dirinya dan



mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi



permasalahan. 7) Tingkat Pengetahuan Pasien yang sudah diajarkan mengenai gangguan muskuloskeletal akan mengalami peningkatkan penanganan. Informasi mengenai apa yang diharapkan termasuk sensasi selama dan setelah penenganan dapat memberanikan



pasien



untuk



berpartisipasi



secara



aktif



dalam



pengembangan dan penerapan penanganan. Informasi khusus mengenai antisipasi peralatan misalnya penanganan alat fiksasi eksternal, alat bantu ambulasi



(trapeze,



walker,



tongkat),



latihan



dan medikasi



harus



22



didiskusikan dengan pasien (Brunner & Suddarth, 2002). Informasi yang diberikan tentang prosedur perawatan dapat mengurangi ketakutan pasien. 8) Depresi Besar kemungkinan setelah operasi akan pasien mengalami depresi. Biasanya depresi berlangsung sekitar satu sampai dua hari, hal ini dapat terjadi karena perubahan mendadak dari hormon. Gejalanya berupa mudah tersinggung , menangis, tanpa sebab, dan gelisah (Chapman, 2006). C. Dukungan Keluarga 1. Pengertian Keluarga Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat dimana terjadi interaksi antara anak dan orang tua. Keluarga berasal dari bahasa sansakerta kulu dan warga atau kuluwarga yang berarti anggota kelompok kerabat (Ali, 2010). Mubarak, dkk (2010) keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang di ikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan tiaptiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain. Sedangkan menurut Andarmoyo (2012) keluarga adalah satu sistem sosial yang terdiri dari individu-individu yang bergabung dan berinteraksi secara teratur antara satu dengan yang lain yang di wujudkan dengan adanya saling ketergantungan dan berhubungan untuk mencapai tujuan bersama. 2. Fungsi Keluarga Menurut Marwani (2010) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga sebagai berikut:



23



1) Fungsi Afektif Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagian dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dapat di pelajari dan di kembangkan melalu interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan demikian keluarga yang berhasil melaksanakan



fungsi



afektif,



seluruh



anggota



keluarga



dapat



mengembangkan konsep diri positif. Komponen yang perlu di penuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah : a) Saling mengasuh : cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain. Maka kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan meningkat yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakan modal dasar dalam memberi hubungan dengan orang lain diluar keluarga/masyarakat. b) Saling Menghargai , bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif maka fungsi afektif akan tercapai. c) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan



24



melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga. Orang tua harus mengembangkan proses identifikasi yang posisitif sehingga anak-anak meniru tingkah laku yang positif dari kedua orang tuanya. Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan kebahagian keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga timbul karena fungsi afektif dalam keluarga tidak terpenuhi. 2) Fungsi Sosialisasi Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan orang-orang yang disekitarnya. Kemudian beranjak balita dia mulai belajar bersosialisasi dengan lingkungan sekitar meskipun demikian keluarga tetap berperan penting dalam bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi keluarga. 3) Fungsi Reproduksi Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah,



25



selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan. 4) Fungsi Ekonomi Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri hal ini menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian. 5) Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberi asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan. 3. Instrument Dukungan Keluarga Alat ukur (Blue Print) Menurut Arikunto (2011), untuk mengungkap variabel dukungan keluarga, menggunakan skala dukungan keluarga yang diadaptasi dan dikembangkan dari teori House. Dan aspek-aspek yang digunakan untuk mengukur dukungan keluarga adalah dukungan emosional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan informatif. Indikator Alat Ukur Dukungan Keluarga :



26



1) Dukungan emosional 2) Dukungan penilaian 3) Dukungan instrumental 4) Dukungan informatif Pada pengisian skala ini, sampel diminta untuk menjawab pertanyaan yang ada dengan memilih salah satu jawaban dari beberapa alternatif jawaban yang tersedia. Skala ini menggunakan skala model likert yang terdiri dari pernyataan dari empat alternatif jawaban yaitu 1= tidak pernah, 2= kadangkadang, 3= sering , 4= selalu. Instrumen dukungan keluarga ini terdiri dari dua tipe pertanyaan : a. Pertanyaan positif (favourable) terdapat pada pernyataan nomor 1,2,3,4,5,6,7,8,10,14,15,16. Dengan skor selalu (4), sering (3), kadang-kadang (2), tidak pernah (1). b. Pertanyaan negatif (unfavourable) terdapat pada pernyataan nomor 9,11,12,13. Dengan skor selalu (1), sering (2), kadang-kadang (3), tidak pernah (4). 4. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan Menurut Andarmoyo (2012) tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut : 1) Mengenal masalah kesehatan 2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat 3) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit 4) Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat 5) Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat. Menurut Donsu, dkk (2015) tugas keluarga : 1) Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya



27



2) Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga 3) Pembagian



tugas



masing-masing



anggotanya



sesuai



dengan



kedudukannya masing-masing 4) Sosialisasi antar anggota keluarga 5) Pengaturan jumlah anggota keluarga 6) Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga 7) Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas 8) Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga. 5. Pengertian Dukungan Keluarga Dukungan keluarga menurut Fridman (2010) adalah sikap, tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya berupa dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan emosional. Jadi dukungan keluarga adalah suatu bentuk interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga sehingga anggota keluarga merasa ada yang memperhatikan. Murniasih (2010) menyatakan dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga dipandang sebagai bagian yang tidak tepisahkan dalam lingkungan keluarga. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan.



28



6. Bentuk atau Fungsi Dukungan Keluarga Menurut Harnilawati (2013), keluarga memiliki beberapa bentuk dukungan yaitu : 1) Dukungan Penilaian Dukungan ini meliputi pertolongan pada individu untuk memahami kejadian depresi dengan baik dan juga sumber depresi dan strategi koping yang dapat digunakan dalam mengahadapi stressor. Dukungan ini juga merupakan dukungan yang terjadi bila ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu. Individu mempunyai seseorang yang dapat diajak bicara tentang masalah mereka, terjadi melalui ekspresi pengharapan positif individu kepada individu lain, penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau perasaan seseorang dan perbandingan positif seseorang dengan orang lain, misalnya orang yang kurang mampu. Dukungan keluarga dapat membantu meningkatkan strategi koping individu dengan startegi-strategi alternatif berdasarkan pengalaman yang berfokus pada aspek-aspek yang positif. 2) Dukungan Instrumental Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmani seperti pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata (Instrumental support material support) suatu kondisi dimana benda atau jasa akan membantu memecahkan masalah praktis termasuk didalamnya bantuan langsung seperti saat seseorang memberi atau meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari-hari, menyampaikan pesan, menyediakan



29



transportasi, menjaga dan merawat saat sakit ataupun mengalami depresi yang dapat membantu memecahkan masalah. Dukungan nyata paling efektif bila dihargai oleh individu dan mengurangi depresi individu. Pada dukungan nyata keluarga sebagai sumber untuk mencapai tujuan praktis dan tujuan nyata. 3) Dukungan Informasional Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab bersama termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah, memberikan nasehat, pengarahan, saran atau umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat menyediakan informasi dengan menyarankan tentang dokter, terapi yang baik bagi dirinya dan tindakan spesifik bagi individu untuk melawan stresor. Individu yang mengalami depresi dapat keluar dari masalahnya dan memecahkan masalahnya dengan dukungan dari keluarga dengan menyediakan feed back. Pada dukungan informasi ini keluarga sebagai penghimpun informasi dan pemberian informasi. 4) Dukungan Emosional Selama depresi berlangsung, individu sering menderita secara emosiaonal, sedih, cemas dan kehilangan harga diri. Jika depresi mengurangi perasaan seseorang akan hal yang dimiliki dan dicintai. Dukungan emosional memberikan individu perasaan nyaman, merasa dicintai, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu yang menerimanya merasa berharga.



30



Pada dukungan emosional ini keluarga menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat. 7. Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga Menurut Friedman (2010), ada bukti kuat dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara kualitatif menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan. Anak-anak yang berasal dari keluarga kecil menerima lebih banyak perhtian daripada anakanak yang berasal dari keluarga yang lebih besar. Selain itu dukungan keluarga yang diberikan oleh orang tua (khususnya ibu) juga dipengaruhi oleh usia. Menurut Friedman (2010), ibu yang masih muda cenderung untuk lebih tidak bisa merasakan atau mengenali kebutuhan anaknya dan juga lebih egosentris di bandingkan ibu-ibu yang lebih tua. Hal ini yang mempengaruhi faktor-faktor dukungn keluarga lainnya adalah kelas ekonomi orang tua. Kelas sosial ekonomi meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas bawah hubungan yang ada lebih otoritas dan otokrasi. Selain itu orang tua dan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi dari pada orang tua dengan kelas sosial bawah (Friedman, 2010). Faktor lainnya adalah adalah tingkat pendidikan semakin tinggi tingkat pendidikan kemungkinan semakin tinggi dukungan yang diberikan pada keluarga yang sakit.



31



8. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Mobilisasi Dini Pada Pasien Post Operasi Menurut Sjamsuhidayat dan de Jong (1997) bahwa metode operasi dapat memunculkan berbagai keluhan dan gejala. Keluhan dan gejala yang sering adalah nyeri. Semakin segera bergerak / mobilisasi maka semakin baik namun mobilisasi dini harus tetap di lakukan secara berhati-hati dan mendapat bimbingan dari tim kesehatan. Usaha untuk mencegah atau meminimalkan komplikasi post operasi dapat di lakukan dengan tindakan farmakologi maupun nonfarmakologi yang efektif dan efesien adalah mobilisasi dini (early ambulation) sesuai standart (SOP) Mobilisasi merupakan salah satu cara untuk dapat merileksasikan otototot dan membiasakan diri dalam melakukan aktivitas dari yang sederhana hingga yang lebih rumit. Pasien post operasi merasa lebih sehat dan kuat dengan mobilisasi dini atau early ambulation. Dengan gerakan miring kanan dan kiri 6 jam post operasi, otot-otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perut menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit. Dengan demikian klien merasa sehat, meningkatkan peristaltik usus, membantu



memperoleh



kekuatan



dan



mempetcepat



penyembuhan



(Fitriyahsari, 2010). Mobilisasi dini dilakukan setelah pasien sadar dari pengaruh anastesi dan segera setelah operasi. Latihan mobilisasi dilakukan untuk mencegah komplikasi, mencegah dekubitus, merangsang peristaltik serta mengurangi



32



adanya nyeri (Hidayat, 2010). Mobilisasi dini merupakan suatu aspek penting pada fungsi fisiologis



karena merupakan komponen esensial guna



mempertahankan kemandirian. Mobilisasi dini berfungsi untuk melatih otot, sistem saraf, tulang, maupun sirkulasi darah sehingga diharapkan mampu mempercepat proses penyembuhan luka apendektomi (Carpenito, 2010). Menurut Potter & Perry (2010) mobilisasi dini sangat penting sebagai tindakan pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya. Dampak mobilisasi yang tidak di lakukan bisa menyebabkan fungsi tubuh, aliran darah tersumbat dan peningkatan intensitas nyeri. Pada saat awal pergerakan fisik bisa dilakukan diatas tempat tidur dengan menggerakkan tangan dan kaki yang bisa ditekuk atau diluruskan, mengkontraksikan otot-otot dalam keadaan statis maupun dinamis termasuk juga menggerakkan badan lainnya, miring ke kiri atau ke kanan. Pergerakan akan mencegah kekakuan otot dan sendi, menjamin kelancaran peredaran darah, memperbaiki pengaturan metabolisme tubuh, mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital yang pada akhirnya justru akan mempercepat penyembuhan pasien. Menggerakkan badan atau melatih kembali otot-otot dan sendi pasca operasi di sisi lain akan memperbugar pikiran dan mengurangi dampak negatif dari beban psikologis yang tentu saja berpengaruh baik juga terhadap pemulihan fisik. D. Penelitian Terkait 1



Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Muslika, Ismonah, dan Meika (2015), dengan judul “Efektiitas Mobilisasi Dini Terhadap Respon Berkemih



33



Pada Pasien Post Operasi Abdomen Di Rs Panti Wilasa Citarum Semarang”. didapatkan hasil penelitian yaitu, terdapat hubungan yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Terlihat dari hasil uji shapiro wilk hasil uji menunjukkan kelompok intervensi berdistribusi normal dengan hasil (p=0,55) sedangkan kelompok kontrol berdistribusi tidak normal yaitu (p=0.03) sehingga dilanjutkan dengan uji mann whitney hasil menunjukkan (p=0,00). Pada karakteristik responden bedah abdomen usia responden di dominasi oleh kelompok dewasa yaitu pada kisaran 26-35 tahun sejumlah 7 responden (46,7%) pada kelompok intervensi sedangkan pada kelompok kontrol 8 responden (953,3%), sedangkan pada jenis kelamin responden dengan jenis kelamin laki-laki 4 responden (26,7%) dan perempuan 11 responden (73,3%) pada kelompok intervensi demikian pula pada kelompok kontrol. 2



Pada penelitian yang dilakukan oleh Aisyah dan Budi (2011), dengan judul “ Hubungan Pengetahuan Tentang Mobilisasi Dini Dengan Tindakan Mobilisasi Dini Pada Ibu Nifas 1 Hari Post Sectio Caesarea”. Desain penelitian analitik cross sectional. Populasi seluruh ibu nifas 1 hari post sectio caesarea. Sampel 20 responden sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi, di ambil secara aksidental sampling. Hasil penelitian responden berpengetahuan baik seluruhnya melakukan tindakan mobilisasi dini yaitu 15 (100%). Responden berpengetahuan cukup lebih dari sebagian melakukan tindakan mobilisasi dini yaitu 2 (66,7 %). Sedangkan pengetahuan kurang sebagian melakukan tindakan mobilisasi dini yaitu 1 (50 %) responden. Kesimpulan ada hubungan antara pengetahuan tentang mobilisasi dini dengan tindakan mobilisasi dini pada ibu nifas 1 hari post sectio caesarea.



34



3



Menurut Sari, Siswantoro dan Dwipayanti (2018), dengan judul “ Efektivitas Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka Post Operasi Hernia Inguinalis”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyembuhan luka dengan dilakukan mobilisasi dini pada kelompok intervensi mengalami penyembuhan luka baik hampir seluruhnya 90,9%. Pada penyembuhan luka tidak dilakukan mobilisasi dini pada kelompok kontrol didaptkan penyembuhan luka kurang baik sebagian besar 72,7%. Nilai signifikan p = 0,008 antara mobilisasi dini dengan penyembuhan luka. Kesimpulan dari penelitian ini adanya pengaruh mobilisasi dini terhadap penymbuhan luka post operasi.



4



Penelitian yang dilakukan oleh Basthomy, Prasetyaningati, dan Rahmawati (2018), dengan judul “Hubungan Motivasi Keluarga Dengan Kemampuan Mobilisasi Pada Pasien Post Operasi Trans Urethral Resection Of Prostate (Studi di Ruang Mawar RSUD Kabupaten Jombang)”. Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki motivasi kuat sebanyak 12 responden (60%) dan sebagian besar responden mampu melaksanakan mobilisasi sebnyak 15 responden (75%).



BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kerangka Konsep Input



Proses



Pasien post operasi di ruang bedah RSD Kalisat



Dukungan keluarga 1. Dukungan Penilaian 2. Dukungan Instrumental 3. Dukungan Informasional 4. Dukungan Emosional



Output Perilaku mobilisasi dini : 1. Melakukan mobilisasi dini 2. Tidak melakukan mobilisasi dini



Variabel Confounding: 1. Pekerjaan 2. Pendidikan 3. Jenis kelamin



Keterangan: : Variabel yang di teliti : Variabel yang tidak diteliti Bagan 3.1 Kerangka konsep pengaruh dukungan keluarga dengan perilaku mobilisasi dini pada pasien post operasi di Ruang Bedah RSD Kalisat



35



36



H1: Ada pengaruh antara dukungan keluarga dengan perilaku mobilisasi dini pada pasien post operasi di Ruang Bedah RSD Kalisat.



BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan oleh peneliti pada penelitian ini adalah Correlation Research sedangkan desain penelitian yang akan digunakan oleh peneliti adalah Study Cross Sectional, yaitu mencoba mencari hubungan antar variabel dan subjek penelitian dikumpulkan dan di ukur dalam waktu bersamaan (Notoatmojo, 2010). B. Populasi Sampel dan Sampling 1. Populasi Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah diterapkan (Nursalam, 2013), sedangkan menurut (Hamdi, 2014) populasi adalah sekelompok elemen atau kasus, baik itu individual, objek atau peristiwa yang berhubungan dengan kriteria spesifik dan merupakan sesuatu yang menjadi target dan diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan di tarik kesimpulannya. Populasi pada penelitian ini adalah pasien post operasi di ruamg bedah RSD Kalisat sejumlah 32 pasien. Berdasarkan studi pendahuluan yang sudah dilakukan oleh peneliti pada bulan Desember jumlah populasinya sekitar 32 pasien. 2. Sampel Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoadmodjo,2010).



37



38



Sample pada penelitian ini adalah pasien post operasi di ruamg bedah RSD Kalisat sejumlah 32 pasien. a. Kriteria Insklusi Kriteria insklusi adalah karakteristik subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2013). Pada penelitian ini kriteria inklusinya adalah : 1) Bersedia menjadi responden. 2) Bisa



membaca



dan



menulis



dan



mampu



untuk



berkomunikasi. 3) Kooperatif dan menandatangani persetujuan (informed consent). 4) Pasien yang untuk pertama kalinya melakukan operasi dan berusia ≥ 10 tahun. 5) Pasien post operasi yang di rawat/ di temani keluarganya di rumah sakit. 6) Pasien yang sudah melakukan operasi dan sudah dalam keadaan sadar (tanpa ada pengaruh obat bius/anastesi). b. Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang tidak memenuhi kriteria inklusi dari subjek (Nursalam, 2013). Pada penelitian ini kriteria eklusinya adalah : 1) Pasien post operasi dalam keadaan tidak dirawat / ditemani oleh keluarganya.



39



3. Sampling Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat diwakili populasi (Nursalam,2017). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan jumlah populasi karena jumlah populasi yang kurang dari 100, maka seluruh populasi dijadikan sampel penelitian (Sugiono, 2007). Peneliti mengambil sample 32 pasien post operasi. C. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2013). Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter yang dijadikan



ukuran



dalam



penelitian.



Sedangkan



cara



pengukuran



merupakan cara dimana variabel dapat diukur dan di tentukan karakteristiknya (Hidayat, 2009). Variabel independen dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga pada pasien post operasi. Variabel dependen dari penelitian ini adalah perilaku mobilisasi dini pasien post operasi. No 1



Variabel Independen : Dukungan keluarga



Definisi Dukungan yang diberikan keluarga kepada pasien dalam melakukan aktivitas post operasi



Parameter 1.Dukungan instrumental 2.Dukungan informasional 3.Dukungan penilaian 4.Dukungan emosional



Cara Ukur Wawancara Kuisioner



Skala ordinal



Skor Skoring : 1. Selalu (SL): 4 2. Sering (SR): 3 3. Jarang (JR) : 2 4. Tidak Pernah (TP) : 1 Kategori: 1. Kurang: 16-31



40



2. Cukup: 32-47 3. Baik: 48-64 2



Dependen: Perilaku Mobilisasi dini pada pasien post operasi



Suatu kebutuhan dasar manusia yang di perlukan oleh individu untuk melakukan aktivitas seharihari yang berupa pergerakan sendi, sikap, gaya berjalan, latihan maupun kemampuan aktivitas



1.Mobilisasi Sebagian 2. Mobilisas Penuh



Wawancara Kuisioner



ordinal



Skor : Ya : 2 (baik) Tidak : 1 (kurang) Kesimpulan skoring: Kurang : 14-20 Cukup : 20-24 Baik : 24-28



D. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di ruang bedah RSD. Kalisat Kabupaten Jember E. Waktu Penelitian Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada bulan oktober sampai Juni 2020 F. Etika Penelitian Etika membantu manusia untuk melihat dan menilai secara kritis moralitas yang dihayati dan dianut oleh masyarakat. Pelaku penelitian atau peneliti dapat menjalankan tugas meneliti atau melakukan penelitian hendaknya memegang teguh sikap ilmiah serta berpegang teguh pada etika penelitian meskipun mengkin penelitian yang dilakukan tidak akan merugikan atau membahayakan bagi subyek penelitian. Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut (Hidayat, 2009).



41



1. Informed Consent (persetujuan) Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian serta mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka responden harus menandatangani lembar persetujuan. Jika subjek tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden. 2. Anonymity (tanpa nama) Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden. 3. Confidentiality (kerahasian) Semua informasi yang telah dikumpulkan dari sempel penelitian dijaga dan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti, hany a kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset. 4. Beneficence Peneliti harus berusaha melindungi subjek yang diteliti terhindar dari bahaya atau ketidaknyamanan fisik dan mental membuat subjek penelitian terpapar pada pengalaman yang mengakibatkan bahaya yang menetap, tidak dapat diterima. Oleh karena itu penelitian harus dilakukan hanya oleh orang yang memenuhi persyaratan secara ilmiah,



42



terutama jika potensial terjadinya bahaya yang dapat diakibatkan oleh peralatan atau prosedur yang digunakan dalam penelitian. Peneliti memperhatikan etika, selama penelitiannya harus siap untuk menghentikan penelitian, apabila terdapat alasan bahwa penelitian tersebut bisa mengakibatkan cedera, ketidak mampuan, distres berkepanjangan, atau bahkan kematian bagi peserta penelitian. G. Alat Pengumpulan Data Jenis instrumen penelitian yang dapat digunakan pada ilmu keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi 5 bagian yang meliputi pengukuran antara lain: biofisologis, observasi, wawancara, kuesioner dan skala (Nursalam, 2013). Pada penelitian kali ini peneliti menggunakan kusioner dan lembar observasi sebagai alat untuk pengumpulan data. 1. Variabel Independen (dukungan keluarga pada pasien post operasi) Alat ukur (Blue Print) Menurut Arikunto (2011), untuk mengungkap variabel dukungan keluarga, menggunakan skala dukungan keluarga yang diadaptasi dan dikembangkan dari teori House. a) Kurang : 16-31 b) Cukup : 32-47 c) Baik



: 48-64



43



d) Pertanyaan positif (favourable) terdapat pada pernyataan nomor 1,2,3,4,5,6,7,8,10,14,15,16. Dengan skor selalu (4), sering (3), kadang-kadang (2), tidak pernah (1). e) Pertanyaan negatif (unfavourable) terdapat pada pernyataan nomor 9,11,12,13. Dengan skor selalu (1), sering (2), kadang-kadang (3), tidak pernah (4). 2. Variabel Dependen (perilaku mobilisasi dini pasien post operasi) a. Kurang



: 14-20



b. Cukup



: 20-24



c. Baik



: 24-28



d. Skor



: Ya



: 2 (baik)



Tidak



: 1 (kurang)



H. Prosedur Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan suatu proses pendekatan kepada responden dan proses pengumpulan karakteristik responden yang diperlukan dalam suatu penelitian. Langkah-langkah dalam pengumpulan data bergantung pada rancangan penelitian serta teknik instrument yang digunakan oleh peneliti (Nursalam, 2017). 1. Prosedur Administratif Pada prosedur ini, langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut : a. Peneliti mengurus surat pengantar untuk studi pendahuluan dari Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember yang ditujukan kepada Kepada Badan Kesatuan Bangsa dan



44



Politik (BAKESBANGPOL) dan Perlindungan Masyarakat Jember. Setelah itu BAKESBANGPOL akan memberikan surat rekomendasi tentang survei dan pengambilan data awal kepada peneliti. b. Surat rekomendasi tentang survey dan pengambilan data awal dari BAKESBANGPOL ditujukan kepada Direktur RSD Kalisat



dan diserahkan oleh peneliti kepada salah satu



karyawan yang tugasnya adalah mengurusi mengenai perijinan untuk penelitian. c. Kemudian RSD Kalisat akan memberikan surat balasan mengenai perijinan melakukan penelitian. d. Setelah itu peneliti diarahkan kepada karyawan bagian pengurusan berkas tentang jumlah keluar masuknya pasien di RSD Kalisat untuk melakukan studi pendahuluan. 2. Prosedur Pelaksanaan a. Meminta ijin kepada kepala koordinator penelitian di RSD



Kalisat. b. Peneliti memperkenalakan diri serta menjelaskan maksud dan



tujuan dari penelitian yang akan dilakukan kepada calon responden. c. Apabila calon responden bersedia untuk menjadi subyek



penelitian maka peneliti akan memberikan informed consent untuk persetujuan menjadi responden.



45



d. Setelah mendapatkan persetujuan, responden akan diberikan



kuisioner yang dilakukan dalam satu waktu. e. Saat responden selesai mengisi kuisioner maka dikembalikan



lagi kepada peneliti. f. Hasil dari kuisioner yang telah diisi oleh responden selanjutnya



akan dilakukan pengolahan serta analisis oleh peneliti menggunakan aplikasi SPSS. I. Analisis Data a. Editing Editing dilakukan untuk memeriksak kembali kelengkapan dan kebenaran data yang diperoleh dari data observasi dan kuisioner. b. Scoring Scoring adalah memberikan skor atau penilain terhadap data observasi dan kuisioner. Pada kuisioner ini ketentuan skornya yaitu : 1. Variabel Independen (dukungan keluarga pada pasien post operasi) a) Kurang



: 16-31



b) Cukup



: 32-47



c) Baik



: 48-64



d) Pertanyaan



positif



(favourable)



terdapat



pada



pernyataan nomor 1,2,3,4,5,6,7,8,10,14,15,16. Dengan skor selalu (4), sering (3), kadang-kadang (2), tidak pernah (1).



46



e) Pertanyaan



negatif



(unfavourable)



terdapat



pada



pernyataan nomor 9,11,12,13. Dengan skor selalu (1), sering (2), kadang-kadang (3), tidak pernah (4). 2. Variabel Dependen (perilaku mobilisasi dini pasien post operasi) a) Kurang : 14-20 b) Cukup : 20-24 c) Baik



: 24-28



d) Skor : Ya



: 2 (baik)



Tidak



: 1 (kurang)



c. Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. 1. Variabel Independen (dukungan keluarga pada pasien post operasi) a) Kurang



: 16-31



b) Cukup : 32-47 c) Baik



: 48-64



2. Variabel Dependen (perilaku mobilisasi dini pasien post operasi) a) Kurang



: 14-20



b) Cukup : 20-24 c) Baik



: 24-28



d. Processing



47



Processing merupakan pemrosesan data, agar data yang sudah di entri dapat dianalisis, pemrosesan data di lakukan dengan cara mengentri data ke dalam computer. e. Cleaning Cleaning merupakan tahap terakhir untuk membersihkan data yang sudah dimasukkan ke dalam program computer dan membandingkan dengan standar penelitian yang sudah ditetapkan. 2. Analisis Data Analisis data merupakan bagian yang sangat penting untuk mencapai tujuan pokok penelitian, yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti yang mengungkap fenomena. Data mentah yang didapat, tidak dapat menggambarkan informasi yang diinginkan untuk menjawab masalah penelitian (Nursalam, 2013). Analisis data dalam penelitian ini melalui beberapa prosedur antara lain: a. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran dari variabel bebas yaitu dukungan keluarga denganperilaku mobilisasi dini. b. Analisis Bivariat Analisis yang dilakukan untuk menganalisis hubungan dua variabel. Dalam analisis bivariat ada variabel bebas yang jumlahnya bisa lebih dari satu dan sebuah variabel terikat (Setiawati, 2017). Data yang sudah dianalisis dilakukan pengujian menggunakan uji statistik yaitu uji Sperman rho dengan P (signifikan) α= 0,05 dimana 95% memiliki arti P value