Proposal Skripsi Pertanian [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



1. PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian disektor pertanian, sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional, hal ini terlihat dari banyaknya jumlah penduduk Indonesia yang hidup dan bekerja disektor tersebut. Tujuan pembangunan pertanian adalah untuk meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, pendapatan petani, memperluas lahan pekerjaan dan mendorong pemerataan berusaha. Seiring dengan meningkatnya pebangunan nasional terutama dalam memenuhi kebutuhan pangan maka pemerintah bahan pangan pun meningkat, mengingat sumber daya alam yang besar pada sector pertanian maka di masa mendatang sector ini masih merupakan sector penting dalam memberikan konstribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional (Adiwilanga, 1992). Tahun 2004 oleh pemerintah di canagkan sebagai „„Tahun Padi Nasional‟‟. Pencanagan ini dilaksanakan dalam upacara Hari Pangan Sedunia tingkat nasional yang dipusatkan di Ambarawa Kabupaten Semarang Jawa Tengah beberapa waktu yang lalu. Pencanagan Tahun Padi Nasional ini berkaitan erat dengan upaya pemerintah untuk mensukseskan program ketahanan pangan nasional dan meningkatkan kesejahteraan petani (Sinar Tani, 2005). Kabupaten



Kutai



Kartanegara



secara



geografis



terletak



antara



115026‟28‟‟ BT – 117036‟43‟‟ BT dan 1028‟21‟‟ LU – 1008‟06‟‟ LS. Topografi



2



wilayah sebagian besar bergelombang sampai berbukit dengan kelerengan landai sampai curam, pada wilayah pedalaman dan perbatasan pada umumnya merupakan kawasan pegunungan dengan ketinggian 500-2000 m dpl.(Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, 2011 Kabupaten Kutai Kartanegara mempunyai luas wilayah 2.726,310 km², dengan luas areal pertanian sekitar 809,161 ha dimana potensi lahan sawah 74,362 ha. Lahan fungsional atau yang telah dimanfaatkan 24,798 ha. Sedangkan luas panen padi sawah dari tahun ketahun mengalami peningkatan pada tahun 2009 sebesar 37.514 ha, tahun 2010 sebesar 38.658 ha dengan produktivitas hasil panen tahun 2009 190.146 ton dan tahun 2010 sebesar 202.746 ton yang terbagi dalam 18 Kecamatan yang mana hasil produksi padi sawah terbesar dari kecamatan Tenggarong Seberang sebesar 41.949 ton dan selanjutnya kecamatan Loa Kulu sebesar 31.122 (Kutai Kartanegara Dalam Angka.2011). Kecamatan Loa Kulu menjadikan padi sebagai mata pencaharian utama mereka ini dapat dilihat dari hasil produksi mereka yang meningkat meskipun lahan pertanian juga semakin berkurang seiring berkembangnya sector pertambangan terutama tambang batu bara di wilayah ini, secara keseluruhan luas panen seluas 5.838 Ha, dengan produktifitas atau hasil perhektar 51,12 dan produksinya sebesar 29.842,65 ton yang mana desa Jonggon Jaya adalah desa yang mempunyai areal luas panen paling luas yaitu 900 Ha, dengan diikuti produksi padinya yang juga tinggi yaitu sebesar 4.207,65 ton (Kecamatan Loa Kulu Dalam Angka, 2011).



3



Melihat luas panen dan produksi padi sawah yang besar di Desa Jonggon Jaya ternyata masih banyak permasalahan yang dihadapi petani di antaranya ketika saat panen tiba dengan hasil yang melimpah pendapatan mereka masih sangat kurang dibandingkan dengan biaya pengelolaan produksi padi sawah mulai dari pengadaan bibit, pupuk, pengolahan, pestisida dan biaya lainnya yang tidak terduga ini terjadi dikarenakan hasil panen mereka hanya di jual pada pedagang (tengkulak) yang berada di Desa Jonggon Jaya sehingga harga dapat dipermainkan dan ada juga pedagang yang datang dari luar daerah. Tetapi kedatangan pedagang dari luar daerah tersebut tidak menetu kedatanganya ditambah persaingan hasil panen dari wilayah lain. Hal ini disebabkan karena belum adanya suatu instansi yang memfasilitasi dalam mendistribusikan atau memasarkan hasil produksi padi sawah. Berdasarkan uraian di atas maka perlu melaksanakan penelitian dengan mengambil judul “Analisi Pendapatan Petani Dalam Penjualan Hasil Produksi Padi Sawah (Oryza Sativa L) di Desa Jonggon Jaya Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara”. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah : 1.



Bagaimana proses pemasaran hasil produksi padi sawah di Desa Jonggon Jaya Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara ?



2.



Berapa pendapatan petani dalam penjualan hasil produksi padi sawah dalam satu kali periode penanaman ?



4



1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1.



Mengetahui proses pemasaran hasil produksi padi sawah ?



2.



Mengatahui pendapatan petani dalam penjualan hasil produksi padi sawah dalam satu kali periode ?



1.4. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian tersebut diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut : 1.



Sebagai sumbangan pemikiran bagi pemerintah daerah khususnya dalam hal ini adalah Desa Jonggon Jaya, dalam rangka pembinaan terhadap petani padi dalam upaya peningkatan hasil produksi dan tingkat pendapatan petani.



2.



Untuk menambah pengalaman dan pengetahuan penulis tentang masalah pertanian khususnya sektor tanaman padi.



3.



Sebagai bahan masukan bagi instansi yang terkait untuk merumuskan kebijakan pengembangan padi sawah yang bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan para petani padi sawah.



4.



Sebagai bahan perbandingan bagi pihak lain yang akan melanjutkan penelitian lebih lanjut.



5



II. TINJAUAN PUSTAKA



2.1. Tinjauan Penelitian Sebelumnya Putri Aprilia R (2011), meneliti tentang Analisis Pendapatan Usaha Tani Padi Sawah (Oryza Sativa L) di Kelurahan Mangkurawang Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara. Pendapatan usahatani padi sawah diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan biaya produksi selama satu kali musim tanam dengan perhitungan pendapatan per musim tanam sebesar Rp. 201.300.000,- dengan ratarata Rp. 5.651.189,30 dengan pendapatan per bulan Rp. 1.412.972,82. Adapun persamaan sama-sama meneliti tentang komunditi padi sawah, sedangkan perbedaannya terletak pada tempat penelitiannya sebelumya di lakukan di Kelurahan Mangkurawang Kecamatan Tenggarong Kabupaten Kutai Kartanegara. Sedangkan penelitian yang akan saya laksanakan di Desa Jonggon Jaya Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara. Sarinda Jamin (2009) meneliti tentang Analisis Pendapatan Petani Karet di Kecamatan Barong Tongkok Kabupaten Kutai Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pendapatan petani karet yang di kecamatan barong tongkok Kabupaten Kutai Barat. Hasil penelitian ini diketahui pendapatan petani karet di Kecamatan Barong Tongkok Kabupaten Kutai Barat adalah Rp. 124.018.000,00 atau rata-rata



6



Rp. 2.841.319.00 per responden. Penerimaan petani karet adalah Rp. 290.500.000,00 atau rata-rata Rp. 60602.27,00 per responden, jumlah produksi sebesar 33. 080 kg atau rata0rata 752,83 kg per responden, total biaya produksi yang dikeluarkan petani adalah Rp. 166.212.000,00 atau rata-rata Rp. 3.777.545,00 per responden dengan demikian tanaman karet yang dilaksanakan petani di Kecamatan Barong Tongkok dapat dikatakan layak untuk diusahakan. Adapun persamaan penelitian ini dengan yang akan dilaksanakan sama-sama meneliti



tentang



pendapatan



petani



namun



perbedaanya



terletak



pada



komonditinya dan tempat penelitian. 2.2. Tinjauan umum padi sawah 2.2.1. Sejarah Padi Menurut sejarahnya, padi termasuk genus Oriza L. yang meliputi lebih kurang 25 species, terbesar di daerah tropik dan daerah subtropika seperti di Asia, Afrika, Amerika dan Australia. Menurut Chevalier dan Neguier, padi berasal dari dua benua : Oryza Fatua Koenig dan Oriza Satifa L berasal dari benua Asia, sedangkan jenis padi lainya yaitu Oryza Stapfii Roschev dan Oryza Glaberrima Steund berasal dari afrika barat (Benua Afrika). Oryza Fatua Konig dan Oriza Minuta Presl berasal dari India (Himalaya). Padi yang ada sekarang ini merupakan persilangan antara Oryza officinalis dan Oryza Sativa f. spontanea. Di Indonesia pada mulanya tanaman padi di usahakan di daerah tanah kering dengan system ladang, tanpa pengairan. Hal ini dilakukan pula di negara-negara lain (AAK, 1983).



7



Menurut Suparyono dan A. Setyono (1993), berdasarkan kedudukanya dalam taksonomi tumbuhan, klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut : Kingdom



: Plantae (tumbuh-tumbuhan)



Divisi



: Spermathophyta (tumbuhan berbiji)



Kelas



: Angiospermae



Sub kelas



: Monocotyledone



Famili



: Graminaceae



Sub family



: Oryzidae



Genus



: Oryza



Spesies



: Oryza sativa L.



2.2.2. Proses Bercocok Tanam Padi Menurut AAK ( 1990), bahwa tekhnik bercocok tanaman padi yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini harus dimulai dari awal, yaitu sejak di lakukan persemean tanaman itu bisa dipanen sebagaimana diuraikan sebagai berikut: 1. Persemaian Membuat persemean merupakan langkah awal bertanam padi dimana dimulainya dengan penggunaan benih unggul. benih yang digunakan harus sebaik-baiknya dan sehat dimana tujuannya adalah membantu memberikan keadaan lingkungan yang baik untuk saat awal pertumbuhan. Dari umur 25 – 40 hari benih siap ditanam disawah yang telah disiapkan. 2.



Persiapan dan pengolahan tanah sawah



8



Pengolahan tanah bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian dengan alat tertentu sehingga memperoleh susunan tanah yang dikehendaki oleh tanaman, pengolahan tanah yaitu pembersihan lahan, pencangkulan, pembajakan dan penggaruan. 3.



Penanaman Dalam penanaman yang baik harus diperhatikan sebelumnya adalah



persiapan lahan umur bibit dan tahap penanaman. 4.



Pemeliharaan Tanaman padi ditanam dengan baik dapat membuahkan hasil yang



memuaskan, sesuai dengan yang diharapkan. Yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan adalah penyulaman dan penyiangan, pengairan padi sawah dan pemumupukan. 5.



Pengendalian organisme tanaman Menurut Soemartono. B. (1984) ada beberapa cara memberantas



pengganggu tanaman padi sawah yaitu: a. Cara fisik dan mekanik, misalnya dengan cara Gropyokan untuk memberantas hama tikus. b. Cara Biologis, dengan menggunakan predator atau parasit misalnya burung yang memakan ulat. c. Dengan mengatur waktu tanaman dengan cara pergiliran tanaman. d. Menanam tanaman yang resisten, yaitu tanaman yang tahan terhadap hama dan penyakit.



9



e. Penggunaan bahan kimia yaitu dengan cara penggunaan prestisida (Insektisida, fungsida, rodentisida, dan herbisida)



6.



Panen Panen merupakan tahap akhir penanaman padi sawah. Bila hasil yang



diharapkan telah menjadi kenyataan, berarti bua padi sudah cukup masak dan siap untuk di panen atau di petik. Namun pemanenan padi harus di lakukan pada waktu yang tepat, sebab ketepatan waktu memanen berperngaruh terhadap jumlah dan mutu gabah dan berasnya. Panen yang terlambat pada varietas padi yang mudah rontok, dan menurunkan hasil produksi. Sedangkan panen yang teralu awal menyebabkan mutu padi kurang baik. 7.



Tahap Pascapanen Menurut AAK (1990) bahwa tahap pascapanen atau perlakuan



pascapanen meliputi kegiatan pasca perontokan, pengangkutan, pengeringan, pembersiahan dan penyiapan serta penggilingan. Ditambahkan Soeparyono dan A. Setyono (1993), bahwa pasca panen hasil petani merupakan tahanan kegiatan yang dimulai sejak pemungutan hasil sampai siap untuk dipasarkan. Penanganan pasca panen tindakan yang dilakukan atau disiapkan agar hasil pertanian siap dan aman digunakan oleh konsumen atau dapat oleh lebih lanjut melalui kegiatan industri. 2.2.3. Produksi padi sawah



10



Menurut M. Fuad, dkk (2006), mendefisikan produksi adalah sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan menjadi keluaran dalam arti sempit. Pengertian produksi hanya di maksudkan sebagai kegiatan yang menghasilkan barang, baik barang jadi atau setengah jadi, barang industri, suku cadang maupun komponen-komponen penunjang. Ditambahkan



Aristanti



dan



Bambang, (2007).



Produksi



adalah



merupakan kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa. Pengertian produksi secara sempit adalah perbuatan atau kegiatan manusia untuk membuat suatu barang atau mengubah suatu barang menjadi barang lain. Secara luas produksi dapat diartikan sebagai segala perbuatan atau kegiatan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung, yang di tunjukan untuk menambah atau mempertinggi nilai dan guna suatu barang untuk memenuhi kebutuhan manusia. 2.2.4. Biaya Produksi Biaya adalah setiap kegiatan yang dilakukan pada suatu usaha memerlukan pengorbanan fisik non fisik, baik langsung maupun tidak langsung. Dalam kegiatan ekonomi setiap kegiatan untuk memperoleh suatu barang atau jasa diperlukan pengorbanan dari barang atau jasa lain dengan demikian perngorbanan ini diartikan sebagai modal atau baiya. Biaya produksi dalam usahatani dapat berupa uang tunai, upah kerja untuk biaya persiapan dan penggarapan tanah, biaya pembelian pupuk, biaya bibit, herbisida dan sebagainya (Mubyarto, 1991). Biaya dapat dibedakan menjadi beberapa macam yaitu:



11



1.



Biaya tetap, biaya yang harus dikeluarkan oleh para petani yang penggunaannya tidak habis dalam masa satu kali produksi, seperti membajak tanah pertanian, retribusi air, gajih karyawan tetap, premi asuransi, penyusutan alat dan bangunan pertanian.



2.



Biaya variabel, yaitu biaya yang besar dan kecilnya tergantung pada jumlah produksi seperti biaya pupuk, herbisida, upah langsung petani, dan alat – alat pertanian.



3.



Biaya semi variable, ialah biaya yang sifatnya bisa di anggap tetap, namun bisa juga di anggap variabel, seperti biaya pemeliharaan dan perawatan padi sawah secara langsung bisa berpengaruh pada produksititas pertanaman dan karyawan harian (Supari, 2001)



2.2.5. Penerimaan Menurut Sudarsono (1995), penerimaan merupakan suatu hasil penjualan dari barang tertentu yang diterima atas penyerahan sejumlah barang pada pihak lain. Jumlah penerimaan (total revenue) di definisikan sebagai penerimaan dari penjualan dari barang tertentu yang peroleh dari sejumlah satuan barang yang terjual di kalikan harga penjualan setiap satuan barang. Penerimaan dibidang pertanian adalah produksi yang dinyatakan dalam betuk uang tunai sebelum dikurangi dengan biaya pegeluaran selama kegiatan usaha tani tersebut (Daniel, 2002). Sedangkan menurut Soeharno (2009), penerimaan adalah harga di kalikan dengan jumlah yang di jual. Secara matematis dapat dilihat seperti : TR = P.Q



12



Keterangan : TR



: Total Penerimaan (Total Revenue)



Q



: Kualitas barang yang di hasilkan (Quantity)



P



: Harga (Price)



2.2.6. Pendapatan Menurut Adiwilanga, (1992) pendapatan diperlukan oleh keluarga petani untuk memenuhi kebutuhan hidup ini tidak tetap melainkan terus menerus. Oleh karena itu, pendapatan yang dimaksimal itulah yang selalu diharapkan petani dari usaha tani. Di tambahkan oleh (Mosher, 1991), pendapatan merupakan produksi yang dinyatakan dalam bentuk uang setelah dikurang biaya yang dikeluarkan selama kegiatan usaha tani. Menurut Aukley (1983), pendapatan seseorang indifidu di definisikan sebagai jumlah penghasilan yang diperoleh dari jasa – jasa produksi yang diserahkan pada suatu atau diperolehnya dari harta kekayaannya, sedangkan pendapatan tidak lebih dari pada penjumlahan dari semua pendapatan individu. Menurut Soekarwati (1995), pendapatan dibedakan atas dua pengertian yaitu: a. Pendapatan kotor usahatani Sebagai nilai produksi usahatani dikalikan harga dalam jangka waktu tertentu baik yang jual maupun yang dikonsumsi sendiri, digunakan untuk pembayaran dan simpanan atau ada digudang pada akhir tahun. b. Pendapatan bersih usahatani Merupakan selisih antara pendapatan kotor dengan usahatani dengan pengeluaran total usahatani.



13



Hubungan biaya dengan pendapatan dapat diperitungkan untuk seluruh usaha tani sebagai satu unit selama periode tertentu, misalnya pada musim tanam. Dalam hal ini semua biaya semua produksi dijumlahkan kemudian di bandingkan dengan pendapatan diperoleh (Hadisaputro, 1985). Menurut Soekarwati, dkk (1994), pendapatan keluarga mencerminkan tingkat kekayaan besarnya modal yang dimiliki petani. Pendapatan yang besar mencerminkan dana yang besar dalam usahatani, sedangkan pendapatan yang rendah dapat menyebabkan menurunnya infestasi dan upaya pemupukan modal, pendapatan bersih petani hasil kotor dari produksi yang dinilai dengan uang kemudian hasil kotor tersebut dikurangi dengan biaya produksi dan biaya pemasaran.



14



III. METODE PENELITIAN



3.1. Waktu Dan Tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2012, terhitung sejak pengambilan data awal ke lapangan sampai pengolahan data ahir. Adapun lokasi penelitian yaitu pada Petani Desa Jonggon Jaya Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara. 3.2. Devinisi Operasional Penelitian ini diarahkan pada perhitungan pendapatan dan produksi usahatani padi sawah di desa Jonggon Jaya. Perhitungan ini dilakukan pada satu kali musim tanam atau 4 bulan. Untuk memudahkan ukuran variabel – variabel, maka diberikan batasan – batasan sebagai berikut: 1. Petani responden yang dimaksud dalam penelitian ini adalah petani padi sawah yang berada di Desa Jonggon Jaya Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai Kartanegara. 2. Luas lahan adalah luas tanah sawah yang ditanami padi sawah oleh petani responden yang dikonversikan kedalam satuan hektar. 3. Sarana produksi adalah modal yang berupa barang seperti benih (Bibit), pupuk, herbisida dan pestisida yang digunakan oleh petani responden untuk kegiatan usaha tani dalam satuan kilogram yang dikonversikan kedalam satuan harga rupiah (Rp). 4. Selama satu kali musim panen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lamanya usaha tani dilakukan yaitu dari tahap persemayan, persiapan dan



15



pengolahan lahan sampai dengan tahap panen, dan satu kali musim tanam pada penelitian ini adalah 3 bulan. 5. Produksi adalah padi sawah berupa gabah kering panen menjadi gabar kering giling, dan selanjutnya diproses menjadi beras yang dihasilkan oleh petani responden dalam satu kali musim tanam, diukur dalam satuan kilogram. 6. Penerimaan merupakan hasil kali dari jumlah produksi dalam satu kilogram dikali dengan harga jual dalam satua Rupiah (Rp). 7. Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk membayar tenaga kerja yang bekerja dalam proses produksi. Biaya tenaga kerja dihitung menurut standar upah yang berlaku pada daerah setempat atau lokasi penelitian dilaksanakan yaitu berdasarkan borongan dan lamanya harian orang kerja yang dikonversikan dengan tenaga kerja setara pria (TKSP) dalam satuan Rupiah (Rp). 8. Biaya penyusutan alat adalah biaya yang dibebankan terhadap alat – alat yang dimiliki petani. Biaya penyusutan merupakan selisih antara nilai baru dengan nilai sisa dibagi jangka usia ekonomis, yang dikonversikan dalam satuan Rupiah (Rp). Pada penelitian ini alat pertanian dihitung dalam jangka usia ekonomis 5 tahun. Menurut Suwandi (2006), biaya penyusutan alat dihitung dengan rumus sebagai berikut:



D



Nb – Ns Jue



16



Dimana :



9.



D



= Penyusutan



Nb



= Nilai Baru



Ns



= Nilai Sisa



Jue



= Jangka Usia Ekonomis



Biaya tetap yaitu biaya – biaya yang jumlahnya relatif tetap dan terus dikeluarkan tanpa dipengaruhi jumlah hasil produksi, seperti biaya penyususat alat pertanian, pajak dan sewa tanah, dalam hal ini sawah yang digarap petani, yang dikonversikan kedalam satuan Rupiah (Rp).



10. Biaya tidak tetap adalah biaya – biaya produksi yang jumlahnya dipengaruhi langsung jumlah tanaman, luas lahan dan jumlah produksi, seperti biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja, biaya pengolahan lahan, yang dikonversikan kedalam satuan Rupiah (Rp). 11. Pendapatan merupakan selisih dari jumlah peneriamaan dengan biaya – biaya produksi, yang dikonversikan dalam satuan Rupiah (Rp). 3.3. Populasi dan Sampel Menurut Mardalis (1989), populasi itu adalah sekumpulan kasus yang perlu memenuhi syarat – syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian tersebut dapat berupa orang, barang, binatang, hal atau peristiwa. Ditambah oleh Pangestu Subagyo (2003), keseluruhan fakta dari hal ini disebut populasi, sedangkan bagaian dari semua fakta yang dianggap dapat mewakili seluruhnya disebut sebgai sampel. Berdasarkan pendapat tersebut diatas maka seluruh petani padi sawah yang berada di Desa Jonggon Jaya diasumsikan sebagai polulasi



17



berdasarkan profil Desa Jonggon Jaya (2012), jumlah petani padi sawah yang berada di Desa Jonggon Jaya sebanyak 364 orang petani Menurut pendapat Husein Umar (2005), ukuran sampel minimum yang dapat diterima berdasarkan desain penelitian yang digunakan untuk metode deskriftif yaitu 10%-20% populasi atau minimal 30 sampel. Untuk menentukan jumlah sampel, digunakan 10% dari jumlah populasi atau 0,1 x 364 opulasi, maka didapat 36,4 sampel. Untuk memudahkan penghitungan data, maka jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini dibulatkan menjadi 36 orang petani padi sawah yang berada di Desa Jonggon Jaya. Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan mengunakan metode simple random sampling atau metode acak sederhana. 3.4. Data yang diperlukan Untuk memudahkan perhitungan, maka rincian data yang akan diperlukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.



Data Desa Jonggon Jaya meliputi penduduk, luas wilayah, letak geografis dan lain-lain.



2.



Profil responden atau petani sawah di Desa Jonggon Jaya yang meliputi keseluruhan kelompok petani, luas lahan dan status kepemilikan, komonditas yang ditanam dan umur komonditas.



3.



Jumlah produksi yang dihasilkan pada musim tanam bulan juni-september 2012.



4.



Biaya sarana produksi meliputi pembelian benih, pembelian pupuk,pembelian herbisida, pembelian pestisida.



18



5.



Biaya tenaga kerja meliputi biaya pengolahan tanah, biaya menanam, biaya memupuk, biaya merumput, biaya menyemprot dan biaya panen.



6.



Biaya pembelian alat dan mesin pertanian meliputi pembelian cangkul, pembelian arit, pembelian parang dan lain-lain dimana selanjutnya akan dihitung biaya penyusutannya.



7.



Data penunjang meliputi jumlah hasil produksi yang dikonsumsikan, jumlah yang dijual yang disimpan.



3.5. Tenik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaiti: 1.



Penelitian lapangan ( field work research ), yaitu melakukan wawancara langsung dengan respoden, mengunakan kuisioner dan mendatangi atau observasi langsung kelapangan.



2.



Penelitian kepustakaan ( library research ), yaitu dengan cara mengumpulkan data-data dari bahan kepustakaan dilanjutkan dengan pengutipan bagianbagian releven yang ada hubungannya dengan peneliti. Untuk memudahkan perhitungan maka pengolahan data dilakukan secara



manual mengunakan rumus yang telah ditetapkan sebelumnya dengan alat bantu Microsoft Office Exel 2007. Kemudian dari perhitungan tersebut diketahui seluruh data yang diperlukan sebagai hasil penelitian sehingga dapat ditarik kesimpulan.



19



3.6. Alat Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung dilapangan dengan wawancara kepada petani padi sawah dengan mengunakan pertanyaan (kuisioner) sesuai dengan tujuan penelitian maka digunakan perhitungan sebagai berikut: untuk menghitung penerimaan mengunakan rumus (Sudaesono,(1995), yaitu : TR = PXQ Keterangan : TR



= Jumlah Penerimaan / total revenue ( Kg )



P



= Harga / Prince ( Rp )



Q



= Produksi / Quantity ( Rp ) Pendapatan usaha tani padi dengan menggunakan konsep pendapatan



dikemukakan oleh ( Mosher, 1991 ) dengan mengunakan total biaya dengan rumus : I = TR – TC Keterangan : I = Pendapatan usaha tani padi TR = Total Penerimaan / Total Revenue TC = Jumlah Biaya Produksi / Total Cost