Proposal Tak Stimulasi Sensori [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK (TAK) STIMULASI PERSEPSI Mata kuliah : Keperawatan jiwa Dosen Pembimbing : Ns. Annisa Ain.,S.Kep.,M.Kep



Oleh Kelompok : 2 1. Aji M. Rifky : P1908070 2. Citra Damayantika : P1908077 3. Dwi Ayu : P1908142 4. Haji Syarifudin : P1908140 5. Elana Yenti : P1908085 6. Linawati Dwi Lestari : P1908100 7. Norcahya : P1908111 8. Ravy Haryo Wodigdo : P1908117 9. Ria Sasmita : P1908120 10. Vera Melida : P1908128



PROGRAM STUDI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIYATA HUSADA SAMARINDA 2020



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologi dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan emosi. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan oleh perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan, lingkungan masyarakat yang didukung sarana pelayanan kesehatan jiwa dan sarana lain seperti keluarga dan lingkungan sosial. Lingkungan tersebut selain menunjang upaya kesehatan jiwa juga merupakan stressor yang dapat mempengaruhi kondisi jiwa seseorang, pada tingkat tertentu dapat menyebabkan seseorang jatuh dalam kondisi gangguan jiwa (Vide beck, 2008). Meningkatnya pasien dengan gangguan jiwa ini disebabkan banyak hal. Kondisi lingkungan sosial yang semakin keras diperkirakan menjadi salah satu penyebab meningkatnya jumlah masyarakat yang mengalami gangguan kejiwaan. Apalagi untuk individu yang rentan terhadap kondisi lingkungan dengan tingkat kemiskinan terlalu menekan. Penatalaksanaan keperawatan Pasien dengan gangguan jiwa adalah pemberian terapi modalitas yang salah satunya adalah TAK ( Terapi Aktivitas Kelompok ). Terapi kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secarakelompok  untuk  memberikan 



stimulasi 



bagi 



pasien 



dengan 



gangguan interpersonal(Yosep,



2008).Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompokpasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa di Indonesia dalam Yosep, 2007). Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika Pasien ditemui dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu fokus



terapi adalah membuat sadar diri (self-awareness). Peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan, atau ketiganya. Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan 1 dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (stuart dan Laraia, 2001). Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan, dan menarik (Yolam, 1995 dalam Stuart dan Laraia, 2001). Semua kondisi ini akan mempengaruhi dinamika kelompok, ketika anggota kelompok member dan menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi dalam kelompok. Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (Stuart & Laraia, 2001 dikutip dari Cyber Nurse, 2009).   B. Tujuan 1. Tujuan Umum TAK ini bertujuan untuk pasien dengan gangguan jiwa yaitu peserta dapat meningkatkan kemampuan dalam menyampaikan topik pembicaraan tertentu dalam anggota kelompok sesuai dengan stimulus yang diberikan 2. Tujuan Khusus a. Klien mampu menceritakan isi video yang dilihat. b. Klien mampu menyebutkan nilai positif dari video yang dilihat c. Klien dapat memberikan pendapat terhadap video yang dilihat C. Manfaat 1. Meningkatkan keterampilan ekspresi diri 2. Meningkatkan keterampilan sosial 3. Meningkatkan kemampuan empati 4. Meningkatkan kemampuan atau pengetahuan pemecahan masalah 5. Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan efektif



BAB II PEMBAHASAN 1. Halusinasi A. Pengertian Halusinasi Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi; halusinasi merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, penciuman, perabaan atau penghidungan. Klien merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada (Keliat, 2010). Berdasarkan Depkes (2000 dalam Dermawan & Rusdi, 2013) halusinasi adalah gerakan penyerapan (persepsi) panca indera tanpa ada rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem panca indera terjadi pada saat kesadaran individu penuh atau baik. Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata (Farida, 2010). Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud halusinasi adalah persepsi salah satu gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan persepsi sensori seseorang yang hanya mengalami rangsang internal (pikiran) tanpa disertai adanya rangsang eksternal (dunia luar) yang sesuai. B. Jenis – Jenis Halusinasi Menurut Farida ( 2010 ) halusinasi terdiri dari tujuh jenis: a. Halusinasi Pendengaran Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat membahayakan.



b. Halusinasi Penglihatan Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bisa yang menyenangkan atau menakutkan. c. Halusinasi Penghidu atau Penciuman Membau bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses, parfum atau bau yang lain. Ini sering terjadi pada seseorang pasca serangan stroke, kejang atau dimensia. d. Halusinasi Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses. e. Halusinasi Perabaan Merasa mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain. f. Halusinasi Cenesthetik Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makan atau pembentukan urine. g. Halusinasi Kinestetika Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak. C. Tahapan Halusinasi Tahapan halusinasi menurut Depkes RI (2000 dalam Dermawan & Rusdi, 2013) sebagai berikut : a. Tahap I (comforting): Memberi rasa nyaman, tingkat ansietas sedang, secara umum halusinasi merupakan suatu kesenangan dengan karakteristik : 1) Klien mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan. 2) Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas. 3) Pikiran dan pengalaman masih dalam kontrol kesadaran. Perilaku klien : 1) Tersenyum atau tertawa sendiri. 2) Menggerakkan bibir tanpa suara.



3) Pergerakan mata yang cepat. 4) Respon verbal yang lambat. 5) Diam dan berkonsentrasi. b. Tahap II (Condeming): Menyalahkan,



tingkat



kecemasan



berat,



secara



umum



halusinasi



menyebabkan rasa antipasti dengan karakteristik : 1) Pengalaman sensori menakutkan. 2) Merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut. 3) Mulai merasa kehilangan kontrol. 4) Menarik diri dari orang lain. Perilaku klien : 1) Terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah. 2) Perhatian dengan lingkungan berkurang. 3) Konsentrasi terhadap pengalaman sensorinya. 4) Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dengan realitas. c.



Tahap III (Controlling): Mengontrol, tingkat kecemasan berat, pengalaman halusinasi tidak dapat ditolak lagi dengan karakteristik : 1) Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya (halusinasi). 2) Isi halusinasi menjadi atraktif. 3) Kesepian bila pengalaman sensori berakhir. Perilaku klien : 1) Perintah halusinasi ditaati. 2) Sulit berhubungan dengan orang lain. 3) Perhatian terhadap lingkungan berkurang, hanya beberapa detik. 4) Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat, tampak tremor dan berkeringat.



d. Tahap IV (Conquering): Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi, klien tampak panik. Karakteristiknya yaitu suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak diikuti. Perilaku klien : 1) Perilaku panik. 2) Resiko tinggi mencederai. 3) Agitasi atau kataton. 4) Tidak mampu berespon terhadap lingkungan. D. Etiologi Halusinasi Menurut Rawlins & Heacock (1988 dalam Dermawan & Rusdi, 2013) etiologi halusinasi dapat dilihat dari 5 dimensi, yaitu : a. Dimensi Fisik Halusinasi dapat meliputi kelima indera, tetapi yang paling sering ditemukan adalah halusinasi pendengar, halusinasi dapat ditimbulkan dari beberapa kondisi seperti kelelahan yang luar biasa. Pengguna obat-obatan, demam tinggi hingga terjadi delirium intoksikasi, alkohol dan kesulitankesulitan untuk tidur dan dalam jangka waktu yang lama. b. Dimensi Emosional Terjadinya halusinasi karena ada perasaan cemas yang berlebih yang tidak dapat diatasi. Isi halusinasi berupa perintah memaksa dan menakutkan yang tidak dapat dikontrol dan menentang, sehingga menyebabkan klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut. c. Dimensi Intelektual Penunjukkan penurunan fungsi ego. Awalnya halusinasi merupakan usaha ego sendiri melawan implus yang menekan dan menimbulkan kewaspadaan mengontrol perilaku dan mengambil seluruh perhatian klien. d. Dimensi sosial Halusinasi dapat disebabkan oleh hubungan interpersonal yang tidak memuaskan sehingga koping yang digunakan untuk menurunkan



kecemasan akibat hilangnya kontrol terhadap diri, harga diri, maupun interaksi sosial dalam dunia nyata sehingga klien cenderung menyendiri dan hanya bertuju pada diri sendiri. e. Dimensi spiritual Klien yang mengalami halusinasi yang merupakan makhluk sosial, mengalami ketidakharmonisan berinteraksi. Penurunan kemampuan untuk menghadapi stress dan kecemasan serta menurunnya kualitas untuk menilai keadaan sekitarnya. Akibat saat halusinasi menguasai dirinya, klien akan kehilangan kontrol terhadap kehidupanya. Menurut Struat & Sundden (1998 dalam Dermawan & Rusdi, 2013) terjadi halusinasi disebabkan karena : a) Teori psikoanalisa Halusinasi merupakan pertahanan ego untuk melawan rangsangan dari luar yang mengancam, ditekan untuk muncul akan sabar. b) Teori biokimia Halusinasi terjadi karena respon metabolisme terhadap stress yang mengakibatkan dan melepaskan zat halusinogenik neurokimia seperti bufotamin dan dimetyltransferase. Menurut Mc. Forlano & Thomas (dalam Dermawan & Rusdi, 2013) mengemukakan beberapa teori yaitu: a) Teori psikofisiologi Terjadi akibat ada fungsi kognitik yang menurun karena terganggunya fungsi luhur otak, oleh karena kelelahan, karacunan dan penyakit. b) Teori psikodinamik Terjadi karena ada isi alam sadar dan akan tidak sadar yang masuk dalam alam tak sadar merupakan sesuatu atau respon terhadap konflik psikologi dan kebutuhan yang tidak terpenuhi sehingga halusinasi adalah gambaran atau proyeksi dari rangsangan keinginan dan kebutuhan yang dialami oleh klien.



c) Teori interpersonal Teori ini menyatakan seseorang yang mengalami kecemasan berat dalam situasi yang penuh dengan stress akan berusaha untuk menurunkan kecemasan dengan menggunakan koping yang biasa digunakan. E. Rentang Respons Rentan Respon Neurobiologis Respon Maladaptif



Respon Adaptif



1. Pikiran logis 2. Persepsi akurat 3. Emosi konsisten dengan pengalaman 4. Perilaku sesuai 5. Hubungan sosial harmonis



1. Kadang proses pikir terganggu 2. Ilusi 3. Emosi berlebihan/kuran g 4. Perilaku tidak biasa



1. Gangguan proses pikir (waham) 2. Halusinasi 3. Kerusakan proses emosi 4. Perilaku tidak terorganisir 5. Isolasi sosial



(Stuart dan Laraia 2007)



F. Mekanisme Koping Mekanisme Koping menurut Stuart (2008) yaitu perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi klien dari pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon neurologis maladaptif meliputi : a. Regresif berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengatasi ansietas, yang menyisakan sedikit energi untuk aktivitas hidup sehari – hari. b. Proyeksi sebagai upaya untuk menjelaskan karancuan persepsi. c. Menarik diri.



G. Proses Terjadinya Masalah Halusinasi terjadi karena klien tersebut pada dasarnya memiliki koping yang tidak efektif terhaap berbagai stresor yang menimpanya. Kondisi yang timbul karena kondisi di atas adalah klien cnderung akan menarik diri dari lingkungan dan terjadilah isolasi sosial. Kesendirian tersebut jika berlangsung lama akan menimbulkan halusinasi dan semakin lama klien akan semakin menikmati dan asik dengan halusinasinya itu. Karena adanya hal yang tidak nyata akan muncul perintah yang bisa menyuruh klien merusak diri sendiri dan lingkungan di sekitarnya (Keliat dkk, 2009). H. Masalah Keperawatan Keliat dkk (2008) menerangkan bahwa 4 masalah keperawatan pada gangguan halusinasi, diantaranya adalah risiko mencederai diri, gangguan sensori atau persepsi, isolasi sosial: menarik diri, gangguan pemeliharaan kesehatan. I.



Tindakan Keperawatan Pasien Halusinasi Berdasarkan Dermawan & Rusdi (2013) tindakan keperawatan pada pasien halusinasi terdiri dari tindakan keperawatan untuk pasien dan tindakan keperawatan untuk keluarga. a. Tindakan keperawatan untuk pasien meliputi: 1) Tujuan tindakan meliputi pasien mampu mengenali halusinasi yang dialaminya, pasien dapat mengontrol halusinasinya, pasien mengikuti program pengobatan secara obtimal. 2) Tindakan keperawatan meliputi: a) Membantu pasien mengenali halusinasi Untuk membantu pasien mengenali halusinasi, dapat dilakukan dengan cara diskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar atau dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi munculdan respon pasien saat halusinasi muncul.



b) Melatih pasien mengontrol halusinasi Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi, dapat melatih pasien dalam 4 cara yang dapat mengendalikan halusinasi, diantaranya adalah : (1) Menghardik halusiasi Merupakan upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatin untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi



yang



muncul



atau



tidak



memperdulikan



halusinasinya. Jika ini dapat dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul. (2) Bercakap-cakap dengan orang lain Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakapcakap dengan orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi. Fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain tersebut, sehingga salah satu cara yang efektif untuk mengontrol halusinasi adalah dengan menganjurkan pasien untuk bercakap-cakap dengan orang lain. (3) Melakukan aktivitas yang terjadwal Dengan beraktivitas secara terjadwal, pasien tidak akan memiliki bayak waktu luang untu sendiri yang dapat mencetuskan halusinasi. Pasein dapt menyusun jadwal dari bangun pagi sampai tidur malam. Tahapannya adalah menjelaskan pentingnya beraktivitas, yang teratur untuk mengatasi halusinasi. Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan pasien, melatih melakukan aktivitas, menyusun jadwal aktivitas sehari-hari, membantu pelaksanaan jadwal kegiatan, memberi penguata pada perilaku yang positif.



(4) Menggunakan obat secara teratur Untuk menghindari kekambuhan atau muncul kembali halusinasi, pasien perlu memgkonsumsi obat secara teratur dengan tindakan menjelaskan manfaat obat, menjelaskan akibat putus obat, menjelaskan cara mendapatkan obat atau berobat dan jelaskan cara menggunakan dengan 5 benar (benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis) 3) Tindakan keperawatan dengan pendekatan strategi pelaksanaan (SP): a) SP 1 P : Membantu



pasien



mengenal



halusinasi,



menjelaskan   cara



mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan menghardik. b) SP 2 P : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. c) SP 3 P : Melatih pasien mengontrol halusinasi melaksanakan aktivitas terjadwal. d) SP 4 P : Melatih pasien menggunakan obat secara teratur. b. Evaluasi Tindakan Keperawatan Evaluasi Tindakan keperawatan menurut keliat (2008) yaitu evaluasi merupakan suatu proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi menjadi dua yaitu evaluasi proses atau formatif dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan



umum



yang



telah



ditentukan.evaluasi



dapat



dilakukan



dengan



menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola pikir: S = Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. O = Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan A = Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada. P = Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien.



2. Proses Keperawatan TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL HALUSINASI SESI I :Mengenal Halusinasi A. Tujuan 1. Klien mengenal halusinasi 2. Klien mengenal waktu terjadinya halusinasi 3. Klien mengenal frekuensi halusinasi 4. Klien mengenal perassan bila mengalami halusinasi B. Setting 1. Kelompok berada diruang yang tenang 2. Klien duduk melingkar C. Alat 1. Sound system 2. Spidol 3. Papan tulis (white borad) D. Metode 1. Diskusi 2. Tanya jawab E. Langkah – langkah kegiatan 1. Persiapan a. Memilih klien sesuai dengan indikasi yaitu klien dengan perubahan sensori persepsi; halusinasi b. Membuat kontrak dengan klien c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan 2. Orientasi a. Salam terapeutik: terapis mengucapkan salam b. Evaluasi validasi : terapis menanyakan perasaan peserta hari ini c. Kontrak : 1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan 2) Terapis menjelaskan aturan main:



a) masing masing klien memperkenalkan diri nama, nama panggilan b) jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus meminta izin pada terapis c) lama kegiatan 45 menit d) setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir 3. Kerja a. Terapis memperkenalkan diri (nama dan nama panggilan). Terapis meminta klien memperkenalkan nama dan nama panggilan secara berurutan, dimulai dari klien yang berada di sebelah kiri terapis, searah jarum jam. b. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu masingmasing klien membagi pengalaman tentang halusinasi yang mereka alami dengan menceritakan : 1) Isi halusinasi 2) Waktu terjadinya 3) Frekuensi halusinasi 4) Perasaan yang timbul saat mengalami halusinasi. c. Meminta klien menceritakan halusinasi yang dialami secara berurutan dimulai dari klien yang ada di sebelah kiri terapis, seterusnya bergiliran searah jarum jam. d. Saat seorang klien menceritakan pengalaman hausinasi, setelah cerita selesai terapis mempersilakan klien lain untuk bertanya sebanyakbanyaknya 3 pertanyaan. e. Lakukan kegiatan (b) sampai semua klien selesai mendapat giliran. f. Setiap kali klien bisa menceritakan halusinasiny, terapis memberikan pujian. 4. Terminasi a. Evaluasi 1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK 2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan anggota kelompok



b. Rencana tindak lanjut 1) Terapis menganjurkan kepada peserta jika mengalami halusinasi segera menghubungi perawat atau teman lain c. Kontrak yang akan datang 1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien kegiatan TAK berikutnya yaitu belajar mengontrol halusinasi. 2) Terapis membuat kesepakatan dengan klien waktu dan tempat TAK berikutnya. F. Evaluasi dan dokumentasi No 1 2 3 4



Aspek Yang dinilai Menyebut isi Halusinasi Menyebutkan waktu halusinasi Menyebutkan frekunsi halusinasi Menyebutkan perasaan bila halusinasi timbul Petunjuk dilakukan



=1



Nama Peserta TAK



tidak dilakukan



=0



TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL HALUSINASI SESI I I: Mengontrol Halusinasi: menghardik A. Tujuan 1. Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan mangatasi halusinansi 2. Klien dapat memahami dinamika halusinasi. 3. Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi 4. Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi B. Setting 1. Klien duduk melingkar 2. Kelompok di tempat yang tenang C. Alat 1. Sound system D. Metode 1. Diskusi 2. Tanya jawab 3. Stimulasi E. Langkah langkah kegiatan 1. Persiapan a. mempersiapkan alat b. mempersiapkan tempat pertemuan. 2. Orientasi a. Salam terapeutik : terapis mengucapkan salam b. Evaluasi/validasi: 1) Terapis menanyakan perasaan klien hari ini 2) Terapis menanyakan pengalaman halusinasi yang telah terjadi c. Kontrak 1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan 2) Terapis menjelaskan atusan main: a) Lama kegiatan 45 menit.



b) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal dan akhir. c) Jika akan meninggalkan kelompok ,klien harus meminta izin 3. Kerja a. Terapis meminta massing masing klien secara berurutan searah dengan jarum jam menceritakan pa yang dilakukan jika mangalami halusinasi dan apakah itu bisa mengatasi halusinasinya. b. Setiap selasai klien menceritakan pengalamanya,terapis memberikan pujian dan mengajak peserta lain memberikan tepuk tangan . c. Terapis menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik halusinasi saat halusinasi muncul d. Terapis memperagakan cara menghardik halusinasi e. Terapis meminta masing masing klien memperagakan menghardik halusinasi dimulai dari peserta disebelah kiri terapis berurutan searah jarum jam sampai semua peserta mendapatkan giliran f. Terapis memberikan pujian dan megajak semua klien bertepuk tangan saat setiap klien selesai memperagakan menghardik halusinasi 4. Terminasi a. Evaluasi 1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK 2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok b. Rencana tindak lanjut 1) Terapis menganjurkan klien untuk menerapkan cara yang sudah dipelajari jika halusinasi muncul c. Kontrak yang akan datang 1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien TAK berikutnya yaitu belajar mengontrol halusinasi dengan cara lain 2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK F. Evaluasi dan Dokumentasi No



Aspek yang dinilai



1.



Menyebutkan cara yang selama ini digunakan mengatasi halusinasi



Nama Peserta TAK



2. 3. 4.



Menyebutkan efektifitas cara Menyebutkan cara mengatasi halusinasi dengan menghardik Memperagakan menghardik halusinasi



TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL HALUSINASI SESI III: Menyusun jadwal kegiatan A. Tujuan 1. Klien dapat memahami pentingnya melakukan aktivitas untuk mencegah munculnya halusinasi 2. Klien dapat menyusun jadwal aktivitas dari pagi sampai tidur malam B. Setting 1. Klien duduk melingkar mengelilingi meja 2. Lingkungan tenang dan nyaman C. Alat 1. Kertas HVS sejumlah peserta 2. Pensil 3. Spidol 4. White board D. Metode 1. Diskusi 2. Latihan E. Langkah – langkah kegiatan 1. Persiapan a. Terapis mempersiapkan alat dari tempat TAK b. Terapis membuat kontrak dengan klien 2. Orientasi a. Salam terapeutik : terapis mengucapkan salam b. Evaluasi / validasi : 1) Terapis menanyakan keadaan klien hari ini 2) Terapis



menanyakan



pengalaman



menghardik halusinasi c. Kontrak: 1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan



klien



menerapkan



cara



2) Terapis menjelaskan aturan peraminan a) Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir b) Jika klien ingin meninggalkan kelompok harus meminta izin kepada terapis c) Waktu TAK adalah 90 menit 3. Kerja a. Terapis menjelaskan langkah-langkah kegiatan b. Terapis membagikan kertas satu lembar dan masing – masing sebuah pensil untuk masing – masing klien c. Terapis menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur dalam mencegah terjadinya halusinasi d. Terapis



memberi



contoh



cara



menyusun



jadwal



dengan



menggambarkannya dipapan tulis e. Terapis meminta masing – masing klien menyusun jadwal aktivitas dari bangun pagi sampai dengan tidur malam f. Terapis membimbing masing – masing klien sampai berhasil menyusun jadwal g. Terapis memberikan pujian kepada masinng – masing klien setelah berhasil menyusun jadwal 4. Terminasi a. Evaluasi 1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah bisa menyusun jadwal 2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok b. Tindak lanjut : terapis menganjurkan klien melaksanakan jadwal aktivitas tersebut c. Kontrak yang akan datang 1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien TAK berikutnya 2) Terapis membuat kesepakatan waktu dan tempat TAK F. Evaluasi dan Dokumentasi



No 1. 2.



Aspek yang dinilai Menyebutkan pentingnya aktivitas mencegah halusinasi Mmembuat jadwal kegiatan harian



Nama peserta TAK



TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL HALUSINASI SESI IV: Cara minum obat yang benar A. Tujuan 1. Klien dapat mengetahui jenis – jenis obat yang harus diminumnya 2. Klien mengetahui perlunya minum obat secara teratur 3. Klien mengetahui 5 benar minum obat 4. Klien mengetahui efek terapi dan efek samping obat 5. Klien mengetahui akibat jika putus obat B. Setting 1. Klien duduk melingkar 2. Kelompok berada diruang yang tenang dan nyaman C. Alat 1. Contoh obat – obatan 2. Spidol white board 3. White board D. Metode 1. Diskusi 2. Tanya jawab 3. Simulasi E. Langkah – langkah kegiatan 1. Persiapan a. Terapis mempersiapkan alat dan tempat b. Terapis membuat kontrak dengan klien 2. Orientasi a. Salam terapeutik : terapis mengucapkan salam kepada klien b. Evaluasi / validasi : 1) Terapis menanyakan perasaan klien hari ini 2) Terapis menanyakan apakah jadwal aktivitas telah dikerjakan (TL TAK sebelumnya). c. Kontrak



1) Terapis menjelaskan tujuan TAK 2) Terapis menjelaskan aturan main TAK a) Klien mengikuti dari awal sampai akhir b) Jika klien akan keluar dari kelompok, harus meminta izin kepada terapis c) Lama waktu TAK 60 menit 3. Kerja a. Terapis membagikan contoh obat, sesuai obat yang diberikan kepada masing – masing klien b. Terapis menjelaskan pentingnya minum obat secara teratur, sesuai anjuran c. Terapis meminta klien untuk menjelaskan ulang pentingnya minum obat, secara bergantian, searah jarum jam, dimulai dari klien yang berada disebelah kiri terapis d. Terapis mejelaskan akibat jikan tidak minum obat secara teratur e.



Terapis meminta klien menyebutkan secara bergantian akibat jika tidak minum obat secara teratur



f. Terapis menjelaskan lima benar ketika menggunakan obat: benar obat, benar klien, benar waktu, benar cara, benar dosis g. Terapis menjelaskan efek terapi dan efek samping masing-masing obat sesuai contoh obat yang yang ada pada klien. h. Terapi meminta klien menyebutkan jenis obat, dosis masing masing obat, cara penggunakan , waktu dan efek obat (efek terapi dan efek samping) sesuai dengan contoh obat yang ada di tangan klien masingmasing. Secara berurutan secara jarum jam, dimulai dari sebelah kiri terapi. i. Terapi memberikan pujian dan mengajar klien bertepuk tangan setiap kali klien menyebutkan dengan benar. 4. Terminasi a. Evaluasi



1) Menayakan perasaan klien setelah mengikuti TAK 2) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok. b. Tindak lanjut 1) Menganjurkan klien untuk meminum obat secara teratur 2) Menganjurkan jika ada pertanyaan lain tentang obat, klien dapat menghubungi perawat yg saat itu bertugas c. Kontrak yang akan datang 1) Terapi menyepakati kegiatan TAK berikutnya 2) Terapi menyepakati tempat dan waktu TAk F. Evalusi dan dokumentasi No



Aspek yang dinilai



1



Menyebutkan pentingnya minum obat secara teratur Menyebutkan akibat jika tidak minum obat secara teratur Menyebutkan jenis obat Menyebutkan dosis obat Menyebutkan waktu minum obat Menyebutkan cara minum obat yang tepat Menyebutkan efek terapi obat Menyebutkan efek samping obat



2 3 4 5 6 7 8



Nama perserta TAK



TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL HALUSINASI SESI V: Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap A. Tujuan 1. Klien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain 2. Klien menerapkan cara menghubungi orang lain ketika mulai mengalami halusinasi B. Setting 1. Tempat TAK di ruangan yang tenang dan nyeman 2. Klien duduk melingkar C. Alat 1. Spidol 2. White board D. Metode 1. Diskusi kelompok 2. Simulasi E. Langkah-langkah kegiatan 1. Persiapan a. Terapis mempersiapkan alat dan tempat TAK b. Terapis membuat kontrak dengan klien 2. Orientasi a. Salam; terapi mengucapkan salam ke klien b. Evalusi/validasi; 1) Terapis menanyakan kabar klien hari ini; 2) Terapis menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi setelah menerapkan 3 cara lainya c. Kontrak 1) Terpi menjelaskan tujuan TAK 2) Terapi menjelaskan waktu kegiatan 3) Terapi menjelaskan aturan maen 3. Kerja



a. Terapi menjelaskan pentingnya berbincang dengan orang lain untuk mengatasi halusinasi. b. Terapi meminta kepada klien setiasi yang sering dialami sehingga mengalami halusinasi. Klien secara bergantian bercerita c. Terapi memperagakan becakap cakap dangan orang lain jika ada tanda halusinasi muncul d. Klien meminta memperagakan hal yang sama secara bergantian. e. Terapi memberikan pujian kepada klien setiap selesai memperagakan 4. Terminasi a. Evalusi; 1) Terapi menyakan perasaan klien setelah selesai mengikuti TAK 2) Terapi memberikan pujian atas kebersihan kelompok b. Tindak lanjut 1) Terapi menganjurkan klien untuk menerapkan bercakap cakap dengan orang lain bila mulai mengalami halusinasi 2) Mendorong klien untuk memulai bercakap cakap bila ada klien lain yang mulai mengalami halusinasi c. Kontrak yang akan datang; 1) Terapi menyepakati kegiatan TAK berikutnya 2) Terapi menyapakati tempat dan waktu TAK berikutnya F. Evaluasi dan dokumentasi No Aspek yang dinilai 1 Menyebutkan pentingnya bercakap-cakap ketika halusinasi muncul 2 Menyebutkan cara bercakap 3 Memperagakan saat mulai percakapan



Nama Peserta TAK



3.



Terapi Aktivitas Kelompok A. Pengertian Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu upaya untuk memfasilitasi psikoterapis terhadap sejumlah klien pada waktu yang sama untuk memantau dan meningkatkan hubungan antar anggota (Depkes RI, 2008). Terapi aktivitas kelompok adalah aktivitas membantu anggotanya untuk identitas hubungan yang kurang efektif dan mengubah tingkah laku yang maladaptive (Stuart & Sundeen, 2005). Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagi terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan (Kelliat, 2009) Terapi aktivitas kelompok: stimulasi sensori merupakan aktivitas yang digunakan untuk memberikan stimulasi pada sensori klien, kemuadian diobservasi reaksi sensori klien berupa ekspresi emosi atau perasaan melalui gerakan tubuh, ekspresi muka, ucapan. Terapi aktivitas kelompok untuk menstimulasi sensori pada penderita yang mengalami kemunduran fungsi sensoris.Tekhnik yang digunakan meliputi fasilitas penggunaan pancaindera dan kemampuan mengekpresikan stimulus baik dari internal maupun eksternal (Purwaningsih, 2009). B. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Kognitif Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Kognitif adalah terapi psikososial yang mengasumsikan bahwa gangguan kognitif atau pikiran, pola menyebabkan tanggapan emosional dan perilaku maladaptif. Pengobatan berfokus pada perubahan pikiran untuk menyesuaikan masalah psikologis dan kepribadian. Terapi kognitif menekankan apa yang orang pikirkan dari pada apa yang mereka lakukan. Terapi kognitif digunakan untuk merubah pemikiran disfungsional yang mengarah pada emosi atau perilaku dengan mengubah pemikiran mereka,



orang dapat mengubah apa yang mereka rasakan dan apa yang mereka lakukan. Apabila seorang individu teridentifikasi gejala kecemasan, panik, pikiran obsesi, kekhawatiran dan ketakutan terus menerus, maka mereka membutuhkan terapi agar hidupnya menjadi lebih tenang. Salah satu terapi yang bisa digunakan untuk mengatasi beberapa masalah tersebut di atas adalah terapi kognitif (cognitive therapy:CT) dan terapi perilaku (behaviour therapy: BT) yang kemudian dikenal dengan istilah CBT. CBT dapat membantu individu menjadi lebih rileks, melihat sesuatu yang baru, menggabungkan koping adaptif dan keterampilan memecahkan masalah. Oleh karena itu CBT bisa menurunkan masalah kecemasan, panik dan ketakutan. C. Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Depkes RI (2005) mengemukakan tujuan terapi aktivitas kelompok secara rinci sebagai berikut: 1. Tujuan Umum a. Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti fungsi kognitif dan afektif. 2. Tujuan Khusus a. Meningkatkan identifikasi diri, dimana setiap orang mempunyai identifikasi diri tentang mengenal dirinya di dalam lingkungannya. b. Meningkatakan kemampuan untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. c. Mampu mengungkapkan perasaan yang sedang dialami dalam kehidupan sehari – hari. D. Indikasi dan Kotra Indikasi Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Adapun indikasi dan kontra indikasi terapi aktivitas kelompok (Depkes RI (2005) adalah : 1. Indikasi :



a. Semua klien terutama klien rehabilitasi perlu memperoleh terapi aktifitas kelompok . kecuali mereka yang b. Ada berbagai persyaratan bagi klien untuk bisa mengikuti terapi aktifitas kelompok antara lain : sudah ada observasi dan diagnosis yang jelas, sudah tidak terlalu gelisah, agresif dan inkoheren sehingga bisa kooperatif dan tidak mengganggu terapi aktifitas kelompok. c. Untuk pelaksanaan terapi aktifitas kelompok di rumah sakit jiwa di upayakan pertimbangan tertentu seperti : tidak terlalu ketat dalam tehnik terapi, diagnosis klien dapat bersifat heterogen, tingkat kemampuan berpikir dan pemahaman relatif setara, sebisa mungkin pengelompokan berdasarkan problem yang sama. 2. Kontra Indikasi a. Psikopat dan sosiopat b. Autistic c. Delusi tak terkontrol d. Mudah bosan



E. Komponen Kelompok Kelompok terdiri dari delapan aspek, sebagai berikut (Kelliat, 2009) : 1. Struktur kelompok. Menjelaskan batasan, komunikasi, proses pengambilan keputusan dan hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur kelompok menjaga stabilitas dan membantu pengaturan pola perilaku dan interaksi. Struktur dalam kelompok diatur dengan adanya pemimpin dan anggota, arah komunikasi dipandu oleh pemimpin, sedangkan keputusan diambil secara bersama. 2. Besar kelompok. Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jika angota kelompok terlalu besar



akibbatnya tidak semua anggota mendapat kesempatan mengungkapkan perasaan, pendapat, dan pengalamannya. Jika terlalu kecil, tidak cukup variasi informasi dan interaksi yang terjadi (Kelliat, 2009). 3. Lamanya sesi. Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi kelompok yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi. Banyaknya sesi bergantung pada tujuan kelompok, dapat satu kali/dua kali perminggu, atau dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan (Kelliat, 2009). F. Jenis Terapi Kelompok Kegiatan kelompok dibedakan berdasarkan kegiatan kelompok sebagai tindakan keperawatan pada kelompok dan terapi kelompok. Menurut kelliat, 2005 membagi kelompok menjadi tiga yaitu : 1. Terapi kelompok. Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu. Focus terapi kelompok adalah membuat sadar diri, peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan atau ketiganya. 2. Kelompok terapeutik. Membantu mengatasi stress emosi, penyakit fisik krisis, tumbuh kembang, atau penyesuaian social, misalnya kelompok ibu hamil yang akan menjadi ibu, individu yang kehilangan, dan penyakit terminal. Banyak kelompok terapeutik dikembangkan menjadi self-help-group. Tujuan dari kelompok ini adalah sebagai berikut: mencegah masalah kesehatan, mendidik dan mengembangkan kelompok.



potensi



antara



anggota



anggota



menyelesaiakan masalah. 3. Terapi aktivitas kelompok (TAK).



kelompok,



kelompok



meningkatkan



saling



membantu



kualitas dalam



Terapi



aktivitas



kelompok



stimulasi



persepsi



adalah



terapi



yang



menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternative penyelesaian masalah. Tujuan umum terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi adalah klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya. Sedangkan tujuan khususnya adalah klien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan tepat, klien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dialami. Aktivitas terapi kelompok stimulasi persepsi dibagi dalam empat (4) bagian yaitu : a. Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata sehari-hari. Klien yang mempunyai indikasi aktivitas ini adalah klien dengan perubahan perubahan persepsi sensori dan klien menarik diri yang telah mengikuti terapi aktivitas kelompok sosialisasi. Aktivitas dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu aktivitas menonton televisi, aktivitas membaca majalah/Koran/artikel dan aktivitas melihat gambar. b. Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata dan respon yang dialami dalam kehidupan. Klien yang mempunyai indikasi aktivitas ini adalah klien dengan perilaku kekerasan yang telah kooperatif. Aktivitas dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu : aktivitas mengenal kekerasan yang biasa dilakukan, aktivitas mencegah kekerasan melalui kegiatan fisik, aktivitas mencegah perilaku kekerasan melalui interaksi social asertif, aktivitas mencegah perilaku kekerasan melalui kepatuhan minum obat, aktivitas mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan ibadah. c. Aktivitas mempersepsikan stimulus nyata yang menyebabkan harga diri rendah.



Klien yang mempunyai indikasi aktivitas ini adalah klien gangguan konsep diri : harga diri rendah. Aktivitas ini dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu : aktivitas mengidentifikasikan aspek yang membuat harga diri rendah dan aspek positif kemempuan yang dimiliki selama hidup (di rumah dan di rumah sakit), aktivitas melatih kemampuan yang dapat digunakan di rumah sakit dan di rumah. d. Aktivitas mempersepsikan stimulus tidak nyata dan respon yang dialami dalam kehidupan. Klien yang mempunyai indikasi aktivitas ini adalah klien yang mengalami perubahan persepsi sensori : halusinasi. Aktivitas ini dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu : aktivitas mengenal



halusinasi,



aktivitas



mengusir/menghardik



halusinasi,



aktivitas mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan, aktivitas mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap, aktivitas mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat. G. Proses Terapi Aktivitas Kelompok Proses terapi aktifitas kelompok pada dasarnya lebih kompleks dari pada terapi individual, oleh karena itu untuk memimpinnya memerlukan pengalaman dalam psikoterapi individual. Dalam kelompok terapis akan kehilangan sebagian otoritasnya dan menyerahkan kepada kelompok. Terapis sebaiknya mengawali dengan mengusahakan terciptanya suasana yang tingkat kecemasannya sesuai, sehingga klien terdorong untuik membuka diri dan tidak menimbulkan atau mengembalikan mekanisme pertahanan diri. Setiap permulaan dari suatu terapi aktifitas kelompok yang baru merupakan saat yang kritis karena prosedurnya merupakan sesuatu yang belum pernah dialami oleh anggota kelompok dan mereka dihadapkan dengan orang lain. Setelah klien berkumpul, mereka duduk melingkar, terapis memulai dengan memperkenalkan diri terlebih dahulu dan juga memperkenalkan co-terapis dan kemudian mempersilakan anggota untuk memperkenalkan diri secara bergilir, bila ada anggota yang tidak mampu maka terapis memperkenalkannya. Terapis



kemudian menjelaskan maksud dan tujuan serta prosedur terapi kelompok dan juga masalah yang akan dibicarakan dalam kelompok. Topik atau masalah dapat ditentukan oleh terapis atau usul klien. Ditetapkan bahwa anggota bebas membicarakan apa saja, bebas mengkritik siapa saja termasuk terapis. Terapis sebaiknya bersifat moderat dan menghindarkan kata-kata yang dapat diartikan sebagai perintah. Dalam prosesnya kalau terjadi bloking, terapis dapat membiarkan sementara. Bloking yang terlalu lama dapat menimbulkan kecemasan yang meningkatoleh karenanya terapis perlu mencarikan jalan keluar. Dari keadaan ini mungkin ada indikasi bahwa ada beberapa klien masih perlu mengikuti terapi individual. Bisa juga terapis merangsang anggota yang banyak bicara agar mengajak temannya yang kurang banyak bicara. Dapat juga co-terapis membantu mengatasi kemacetan. Kalau terjadi kekacauan, anggota yang menimbulkan terjadinya kekacauan dikeluarkan dan terapi aktifitas kelompok berjalan terus dengan memberikan penjelasan kepada semua anggota kelompok. Setiap komentar atau permintaan yang datang dari anggota diperhatikan dengan sungguh-sungguh dan di tanggapi dengan sungguh-sungguh. Terapis bukanlah guru, penasehat atau bukan pula wasit. Terapis lebih banyak pasif atau katalisator. Terapis hendaknya menyadari bahwa tidak menghadapi individu dalam suatu kelompok tetapi menghadapi kelompok yang terdiri dari individu-individu. Diakhir terapi aktifitas kelompok, terapis menyimpulkan secara singkat pembicaraan yang telah berlangsung / permasalahan dan solusi yang mungkin dilakukan. Dilanjutkan kemudian dengan membuat perjanjian pada anggota untuk pertemuan berikutnya. (Kelliat, 2013). H. Dampak Terapeutik dari Kelompok Terjadinya interaksi yang diharapkan dalam aktivitas kelompok dapat memberikan dampak yang bermanfaat bagi komponen yang terlibat. Yalom



(1985) dalam tulisannya mengenai terapi kelompok telah melaporkan 11 kasus yang terlibat dalam efek terapeutik dari kelompok. Faktor-faktor tersebut adalah : 1) Universalitas, klien mulai menyadari bahwa bukan ia sendiri yan mempunyai masalah dan bahwa perjuangannya adalah dengan membagi atau setidaknya dapat dimengerti oleh orang lain. 2) Menanamkan harapan, sebagian diperantarai dengan menemukan yang lain yang telah dapat maju dengan masalahnya, dan dengan dukungan emosional yang diberikan oleh kelompok lainnya. 3) Menanamkan harapan, dapat dialami karena anggota memberikan dukungan satu sama lain dan menyumbangkan ide mereka, bukan hanya menerima ide dari yang lainnya. 4) Mungkin terdapat rekapitulasi korektif dari keluarga primer yang untuk kebanyakan klien merupakan problematic. Baik terapis maupun anggota lainnya dapat jadi resepien reaksi tranferensi yang kemudian dapat dilakukan. 5) Pengembangan keterampilan sosial lebih jauh dan kemampuan untuk menghubungkan dengan yang lainnya merupakan kemungkinan. Klien dapat memperoleh umpan balik dan mempunyai kesempatan untuk belajar dan melatih cara baru berinteraksi. 6) Pemasukan informasi, dapat dapat berkisar dari memberikan informasi tentang ganguan seseorang terhadap umpan balik langsung tentang perilaku orang dan pengaruhnya terhadap anggota kelompok lainnya. 7) Identifikasi, prilaku imitative dan modeling dapat dihasilkan dari terapis atau anggota lainnya memberikan model peran yang baik. 8) Kekohesifan kelompok dan pemilikan dapat menjadi kekuatan dalam kehidupan seseorang. Bila terapi kelompok menimbulkan berkembangnya rasa kesatuan dan persatuan memberi pengaruh kuat dan memberi perasaan memiliki dan menerima yang dapat menjadi kekuatan dalam kehidupan seseorang.



9) Pengalaman antar pribadi mencakup pentingnya belajar berhubungan antar pribadi, bagaimana memperoleh hubungan yang lebih baik, dan mempunyai pengalaman memperbaiki hubungan menjadi lebih baik. 10) Atarsis dan pembagian emosi yang kuat tidak hanya membantu mengurangi ketegangan emosi tetapi juga menguatkan perasaan kedekatan dalam kelompok. 11) Pembagian



eksisitensial



memberikan



masukan



untuk



mengakui



keterbatasan seseorang, keterbatasan lainnya, tanggung jawab terhadap diri seseorang. I. Indikasi dan Kontraindikasi Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) Adapun indikasi dan kontra indikasi terapi aktivitas kelompok (Depkes RI (1997) adalah : a. Semua klien terutama klien rehabilitasi perlu memperoleh terapi aktifitas kelompok kecuali mereka yang : psikopat dan sosiopat, selalu diam dan autistic, delusi tak terkontrol, mudah bosan. b. Ada berbagai persyaratan bagi klien untuk bisa mengikuti terapi aktifitas kelompok antara lain : sudah ada observasi dan diagnosis yang jelas, sudah tidak terlalu gelisah, agresif dan inkoheren dan wahamnya tidak terlalu berat, sehingga bisa kooperatif dan tidak mengganggu terapi aktifitas kelompok. c. Untuk pelaksanaan terapi aktifitas kelompok di rumah sakit jiwa di upayakan pertimbangan tertentu seperti : tidak terlalu ketat dalam tehnik terapi, diagnosis klien dapat bersifat heterogen, tingkat kemampuan berpikir dan pemahaman relatif setara, sebisa mungkin pengelompokan berdasarkan problem yang sama. J. Kriteria Pasien a. Kriteria inklusi atau kiteria yang memungkinkan bisa diberikan terapi CBT adalah sebagai berikut:



1) Klien dengan halusinasi yang mempunyai keyakinan tentang persepsi yang sama atau serupa. 2) Klien dengan kondisi yang stabil 3) Pasien kooperatif 4) Bersedia ikut TAK b. Kriteria eksklusi 1) Memiliki keterbelakangan mental (misalnya penderita down syndrome) K. Proses Seleksi 1. Mengobservasi pasien yang masuk kriteria. 2. Memilih Pasien yang masuk criteria sebanyak 7 orang 3. Membuat kontrak dengan pasien yang setuju ikut TAK, meliputi & menjelaskan tujuan TAK pada pasien. L. Uraian Struktur Kelompok 1) Tempat Pertemuan Ruang Gelatik RSJD Atma Husada Samarinda dengan setting tempat : di ruang TAK Gelatik, duduk membentuk lingkaran, fasilitator berada di samping pasien (berselang-seling dengan pasien). Leader dan Co leader berada di lingkaran. Observer berada di luar dari lingkaran untuk mengawasi jalannya kegiatan. 2) Setting Tempat



Fasilitator 4 Observ .



Pasien



Pasien



Fasilitator 3 Fasilitator 5



Pasien



Pasien



Fasilitator 2



Fasilitator 6



Pasien



Pasien



Fasilitator 1



Leader



Co leader Layar



Gambar 2.1 setting tempat TAK 3) Waktu Pelaksanaan a. Hari/ tanggal



: Jumat, 19 Juli 2019



b. Waktu



: 08.00 – 09.00



c. Lamanya



: 60 menit



d. Alokasi Waktu : 1) Perkenalan dan pengarahan



: 10 menit



2) Terapi



: 45 menit



3) Penutup



: 5 menit



4) Jumlah Pasien : 6 orang a. Tn.... (Perawat) b. Tn.... (Perawat) c. Tn.... (Perawat) d. Tn.... (Perawat) e. Tn.... (Perawat)



f. Tn.... (Perawat) 5) Metode Simulasi, Dinamika Kelompok, dan Diskusi 6) Media



:



-



2 file video



-



Spekers



-



LCD



-



Tag Name



-



Spidol



-



Papan LJK a. In My Head ( cara manusia mengatasi halusinasi dengan menutup tangan) b. Animasi lagu anak-anak “Kepala,Pundak,Lutut,Kaki”



M. Pengorganisasian 1. Leader



:



Tugas : a. Membuka acara dan memperkenalkan diri serta mempersilahkan peserta lain untuk memperkenalkan diri b. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan c. Menetapkan dan menjelaskan aturan permainan d. Memotivasi peserta TAK untuk menjawab pertanyaan 2. Co. Leader



:



Tugas



:



a. Membantu leader b. Mengingatkan hal-hal yang mungkin terlewatkan oleh leader 3. Fasilitator 1 : 4. Fasilitator 2 :



5. Fasilitator 3 : 6. Fasilitator 4 : 7. Fasilitator 5 : 8. Fasilitator 6 : Tugas



:



a



Ikut serta dalam kegiatan kelompok.



b



Memastikan lingkungan dan situasi aman dan kondusif bagi peserta.



c



Menghindarkan peserta dari distraksi selama kegiatan berlangsung.



d



Memberikan stimulus/motivasi pada peserta lain untuk berpartisipasi



e



Memberikan reinforcemen terhadap keberhasilan peserta lainnya.



f



Membantu melakukan evaluasi hasil.



9. Observer



:



Tugas



:



a. Mengamati proses kegiatan b. Menilai jalannya TAK c. Menyimpulkan hasil kegiatan N. Peraturan Kegiatan 1. Peserta diharapkan mengikuti seluruh acara dari awal hinggga akhir. 2. Peserta tidak boleh berbicara bila belum diberi kesempatan; perserta tidak boleh memotong pembicaraan orang lain. 3. Peserta



dilarang



meninggalkan



ruangan



bila



acara



belum



dilaksanakan. 4. Peserta yang tidak mematuhi peraturan akan diberi sanksi : 1) Peringatan lisan. 2) Dihukum : menyanyi, menari, atau menggambar. 3) Diharapkan berdiri dibelakang pemimpin selama lima menit. 4) Dikeluarkan dari ruangan/kelompok O. Proses Pelaksanaan



selesai



Sesi menonton video 1. Persiapan a. Memilih pasien sesuai dengan indikasi, yaitu pasien dengan perubahan sensori persepsi : halusinasi pendengaran b. Membuat kontrak dengan pasien yang dilakukan oleh fasilitator isi topik, waktu, dan tempat pelaksanaan kegiatan c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan 2. Orientasi a. Salam terapeutik 1. Salam dari terapis kepada pasien Leader membuka acara dan memberi salam kepada pasien "Selamat siang bapak-bapak, bagaimana kabarnya hari ini" ?masih tetap semangatkan?” b. Evaluasi/validasi Menanyakan perasaan pasien saat ini "Bagaimana perasaan Bapak hari ini?” c. Kontrak Terapis menjelaskan aturan main berikut : 1) Jika ada pasien yang ingin meninggalkan kelompok,seperti ke wc harus minta izin kepada terapis dan diharapkan setelah itu kembali ke ruangan ini"Sebelumnya saya akan menjelaskan aturan mainnya bapak-bapak, jika



ada bapak-bapak yang ingin



meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada perawat pendamping yang di sebelah kanan bapak, seperti ke wc serta di harapkan bapak-bapak kembali lagi menggikuti kegiatan terapi aktivitas kelompok dari awal hingga akhir."



2) Lama kegiatan ± 60menit



"Waktu yang kita butuhkan selama terapi aktivitas kelompok kurang lebih 60 menit ya pak." 3) Setiap pasien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai "Sesuai janji kita kemarin, kita akan melakukan Terapi Aktivitas Kelompok menonton video yang akan dibagi dengan 2 sesi. Sesi pertama dengan video In My Head ( cara manusia mengatasi halusinasi dengan menutup tangan). Dan sesi yang kedua Kepala, Pundak, Lutut Kaki. Baiklah bapak– bapak sebelum kita memulai kegiatan agar lebih mengenal dan saling akrab, kita saling berkenalan dulu ya, dengan menyebutkan Salam, nama lengkap, nama panggil, asal kota dan hobi. Dimulai dari saya dan selanjutnya mengikuti arah jarum jam. Kita mulai ya, dengan saya sendiri sebagai leader (....) , nama panggil saya (...) , saya dari Samarinda , hobi saya main bulutangkis, saya tulis ya dibadge name saya (....) dan saya tempel, selanjutnya saya persilahkan untuk teman saya …… Bagus sekali bapak sudah bisa memperkenalkan diri mari kita berikan tepuk tangan untuk bapak….. Silahkan Duduk Kembali ya…., Selanjutnya….. Perawat 1: Selamat pagi semuanya, perkenalkan nama lengkap saya(....), nama panggilan (....) , hobi saya main futsal, asal saya Kutai Barat. Pak….sekarang giliran bapak untuk memperkenalkan dirinya ya dengan menyebutkan salam,nama lenkap, nama panggilan, hobi dan asal kota saya persilahkan pak. Bagus sekali pak…… sudah bisa memperkenalkan diri mari kita beri tepuk tangan buat pak…..



Perawat 2 : Assalamualaikum wr.wb selamat pagi semua nya,perkenalkan nama lengkap saya Livinding , nama panggilan saya Vinding , Asal kota saya Kutai Barat , Hobi saya bermain bermain futsal. Baik sekarang giliran teman saya di sebelah kiri saya untuk memperkenalkan diri Silahkan berdiri 3. Tahap kerja a. Menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu menonton video “baiklah bapak - bapak, sebelum menonton video saya akan memberikan tugas kepada bapak - bapak. Yaitu bapak –bapak harus mampu menceritakan isi video dan mengungkapkan perasaan setelah menonton video.” Kita mulai ya ……. b. Setelah



selesai



menonton



video,



masing-masing



klien



diberi



kesempatan untuk menjawab tugas yang telah diberikan tadi. “sekarang dimulai dengan bapak untuk menceritakan isi video dan mengungkapkan persaan setelah menonton video. Pre memori… Bagus sekali pak, sudah bisa mengulang tugas yang saya beri tadi dengan baik mari kita berikan tepuk tangan untuk bapak……” ( point B dst. ) c. Setelah selesai menonton video di sesi ke tiga ,masing masing klien di berikan kesempatan untuk menjawab tugas yang di berikan tadi “sekarang di sesi ketiga dan terakhir ini tugas nya juga sama bapakbapak yaitu menceritakan isi video dan mengungkapkan perasaan setelah menonton video. Judul video nya “Kepala Pundak Lutut Kaki”.Jadi semua nya ikut gerak ya mengikuti gerakan di video bersama sama. Baik saya mulai ya. Ayo semangat bapak bapak (dan selanjutnya)



4. Tahap terminasi



a. Evaluasi “Bagaimana perasaan bapak - bapak tadi setelah menonton 2 video tadi ? Ok bapak-bapak kalau suara suara itu muncul lagi, bisa di praktekkan bapak dengan latihan – latihan, menutup telinga dengan tangan tadi, juga bisa melakukan kegiatan seperti melakukan gerakan Kepala Pundak Lutut Kaki supaya bapak bapak fokus dan tidak mendengarkan suara suara yang mengganggu. b. Kontrak yang akan datang “Nah untuk kegiatan terapi aktivitas selanjutnya nanti akan di lanjutkan untuk kelompok lain nya bapak-bapak jadi tidak terputus di sini saja. Adapun waktu nya nanti di sesuaikan ya bapak-bapak dan tempat nya masih sama di ruang Gelatik dari mahasiswa D3 keperawatan selanjutnya dan berikan tepuk tangan untuk kita semua…. Baik saya tutup kegiatan ini ya, namun kita berfoto bersama dahulu ya….Assalamualaikum wr.wb”



Kegiatan



: Terapi Aktivitas Kelompok



Hari / Tanggal



:



Kelompok



: II ASPEK



NO



Nama



Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir



Mampu menceritakan isi sesuai dengan video



Pasien mampu mengungkapka n perasaan



1 2 3 4 5 6 7



Petunjuk : Dilakukan = √        Tidak dilakukan = X Program antisipasi secara umum a. Penanganan klien yang tidak aktif saat aktivitas klompok Intervensi : 1. Memanggil klien, 2. Memberi kesempatan kapada klien tersebut untuk menjawab sapaan perawat atau klien yang lain b. bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit : Intervensi : 1. Panggil nama klien 2. Tanya alasan klien meninggalkan permainan



3. Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan pada klien bahwa klien dapat melaksanakan keperluannya setelah itu klien boeh kembali lagi. c. Bila ada klien lain ingin ikut Intervensi : 1. Berikan penjelasan bahwa permainan ini di tujukan pada klien yang telah di pilih 2. Katakan pada klien lain bahwa ada permainan lain yang mungkin dapat di ikuti oleh klien tersebut 3. Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi peran pada permainan tersebut d. Pasien tidak ingin ikut TAK Intervensi : Fasilitator berusaha membujuk agar klien tetap di tempat untuk mengikuti TAK hingga selesai. Jika tidak bisa maka fasilitator mengantarkan kembali ke ruangannya.



DAFTAR PUSTAKA Keliat BA, Akemat. 2004. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC Keliat, B.A. 2002. Model Praktik Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC Herawaty, Netty. 1999. Materi Kuliah Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : EGC Stuart, Gail Wiscart & Sandra J. Sundeen. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC Kaplan, H.I., Saddock, B.J., & Grebb, J.A.(2010). Sinopsis Psikiatri IlmuPengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis.Jilid I. (7th ed.). Jakarta : Bina RupaAksara. Jakarta Keliat, B. A., & Akemat. 2009. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: ECG Stuart, G. W & Laraia, M.T. 2014. Principles and practice of Psychiatric Nursing. (7tgh edition). St. Louis: Mosby Tim  keperawatan jiwa. (2012). Penuntun praktek laboratorium keperawatan jiwa:UMS Townsend, C. M. 2014. Essentials of Psycjiatric Mental Health Nursing. (3th Ed). Philadelphia: F. A. Davis Company Videbeck, S. L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC