Proposal TAK Stimulasi Sensori Melihat Gambar [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK “STIMULASI PERSEPSI SENSORIK: MELIHAT GAMBAR” RUANG 23 PSIKIATRI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR MALANG



Untuk Memenuhi Tugas Profesi Departemen Jiwa



Oleh: Riri Febria Rhamdhani Hairul anam Dian Fithria Oki Nur Fitria



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2017



HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL KEGIATAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK “STIMULASI PERSEPSI SENSORIK: MELIHAT GAMBAR” RUANG 23 PSIKIATRI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR MALANG



Diajukan untuk Memenuhi kompetensi Praktek Profesi Departemen MHN Oleh: Kelompok 4 Riri Febria Rhamdhani Hairul anam Dian Fithria Oki Nur Fitria



Telah diperiksa kelengkapannya pada Hari



:



Tanggal



: Mengetahui Malang, Februari 2017



Preceptor Akademik



Preseptor Klinik



Ns. Ridhoyati, H., S.Kep., M.Kep NIP. 2010038509202001 198005142008011013



Wachid Abdillah, S.ST NIP.



Menyetujui, Kepala Ruang 23



Rus Yuliati, S.Kep., Ns. NIP. 19620726198632005



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologi dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan emosi. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan oleh perorangan, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan, lingkungan masyarakat yang didukung sarana pelayanan kesehatan jiwa dan sarana lain seperti keluarga dan lingkungan sosial. Lingkungan tersebut selain menunjang upaya kesehatan jiwa juga merupakan stressor yang dapat mempengaruhi kondisi



jiwa



seseorang,



pada



tingkat



tertentu



dapat



menyebabkan



seseorang jatuh dalam kondisi gangguan jiwa (Videbeck, 2008). Meningkatnya pasien dengan gangguan jiwa ini disebabkan banyak hal. Kondisi lingkungan sosial yang semakin keras diperkirakan menjadi salah satu penyebab meningkatnya jumlah masyarakat yang mengalami gangguan kejiwaan. Apalagi untuk individu yang rentan terhadap kondisi lingkungan dengan tingkat kemiskinan terlalu menekan. Penatalaksanaan keperawatan klien dengan gangguan jiwa adalah pemberian terapi modalitas yang salah satunya adalah Terapi Aktifitas Kelompok (TAK). Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat pada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktifitas digunakan sebagai terapi, dan kelompok digunakan sebagai target asuhan (Fortinash & Worret, 2004). Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam



rancangan



waktu



tertentu



dengan



tenaga



yang



memenuhi



persyaratan tertentu fokus terapi adalah membuat sadar diri (selfawareness). Peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan, atau ketiganya. Kelompok adalah suatu system social yang khas yang dapat didefinisikan dan dipelajari. Sebuah kelompok terdiri dari individu yang saling berinteraksi, interelasi, interdependensi dan saling membagikan norma social yang sama (Stuart & Sundeen, 1998).



Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada kelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagai target asuhan. Di dalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling bergantung, saling membutuhkan, dan menjadi laboratorium tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptive. 1.2



Tujuan 1.2.1 Tujuan umum TAKS untuk pasien dengan gangguan jiwa yaitu peserta dapat meningkatkan



kemampuan



dalam



menyampaikan



topik



pembicaraan tertentu dalam anggota kelompok sesuai dengan stimulus yang diberikan 1.2.2 Tujuan Khusus a. Klien mampu menyebutkan nama gambar yang dilihat b. Klien mampu menyebutkan peran gambar yang dilihat c. Klien mampu menceritakan gambar yang dilihat. d. Klien mampu menyebutkan nilai positif dari gambar yang dilihat e. Klien dapat memberikan pendapat terhadap gambar yang dilihat 1.3



Manfaat



1.3.1 Manfaat Bagi Klien Sebagai cara untuk meningkatkan kemampuan klien dengan gangguan jiwa agar mempunyaikemampuan dalam menyampaikan topik pembicaraan yang jelas, ringkas dan relevan. 1.3.2 Manfaat Bagi Terapis 



Sebagai upaya untuk memberikan asuhan keperawatan jiwa secara holistic.







Sebagai terapi modalitas yang dapat dipilih untuk mengoptimalkan Strategi



Pelaksanaan



dalam



implementasi



rencana



tindakan



keperawatan klien. 1.3.3 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan Sebagai informasi untuk pihak akademisi,pengelola dan sebagai bahankepustakaan, khususnya bagi mahasiswa Ilmu Keperawatan sebagai



aplikasi dari pelayanan Mental Health Nurse yang optimal pada klien dengan Gangguan jiwa. 1.3.4 Manfaat Bagi Rumah Sakit Sebagai masukkan dalam implementasi asuhan keperawatan yang holistik pada pasien dengan



Gangguan jiwa, sehingga diharapkan



keberhasilan terapi lebih optimal.



BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1



Definisi Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan 1



dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (stuart dan Laraia, 2001). Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan, ketidaksamaan, kesukaan, dan menarik (Yolam, 1995 dalam Stuart dan Laraia, 2001). Semua kondisi ini akan mempengaruhi dinamika kelompok, ketika anggota kelompok member dan menerima umpan balik yang berarti dalam berbagai interaksi yang terjadi dalam kelompok. Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (Stuart & Laraia, 2001 dikutip dari Cyber Nurse, 2009). Terapi



kelompok



secarakelompok



untuk



adalah



terapi



memberikan



gangguan interpersonal(Yosep,



psikologi



stimulasi



2008).Terapi



bagi



kelompok



yang pasien



dilakukan dengan



merupakan



suatu



psikoterapi yang dilakukan sekelompokpasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi



satu



sama



lain



yang



dipimpin



atau diarahkan



oleh



seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih (Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa di Indonesia dalam Yosep, 2007).



2.2



Komponen Kelompok



Kelompok terdiri dari tiga aspek, sebagai berikut (Kelliat, 2005) a. Struktur kelompok. Struktur



kelompok



menjelaskan



batasan,



komunikasi,



proses



pengambilan keputusan dan hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur kelompok menjaga stabilitas dan membantu pengaturan pola perilaku dan interaksi. Struktur dalam kelompok diatur dengan adanya pemimpin dan anggota, arah komunikasi dipandu oleh pemimpin, sedangkan keputusan diambil secara bersama. b. Besar kelompok Jumlah anggota kelompok yang nyaman adalah kelompok kecil yang anggotanya berkisar antara 5-12 orang. Jika angota kelompok terlalu besar



akibbatnya



tidak



semua



anggota



mendapat



kesempatan



mengungkapkan perasaan, pendapat, dan pengalamannya. Jika terlalu kecil, tidak cukup variasi informasi dan interaksi yang terjadi (Kelliat, 2005). c. Lamanya sesi Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-40 menit bagi fungsi kelompok yang rendah dan 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi. Banyaknya sesi bergantung pada tujuan kelompok, dapat satu kali/dua



kali



perminggu,



atau



dapat



direncanakan



sesuai



dengan



kebutuhan (Kelliat, 2005). 2.3



Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Tujuan kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan



orang lain serta mengubah perilaku yang destruktif dan maladaptive. Kekuatan kelompok ada pada konstribusi dari setiap anggota dan pimpinan dalam mencapai tujuannya. Kelompok berfungsi sebagai tempat berbagai pengalaman dan saling membantu satu sama lain, untuk menemukan cara menyelesaikan masalah. Kelompok merupakan laboratorium tempat untuk mencoba



dan



menemukan



hubungan



interpersonal



yang



baik,



serta



mengembangkan perilaku yang adaptif. Anggota kelompok merasa dimiliki, diakui, dan dihargai eksistensinya oleh anggota kelompok yang lain. Depkes RI mengemukakan tujuan terapi aktivitas kelompok secara rinci sebagai berikut: a. Tujuan Umum



1) Meningkatkan kemampuan menguji kenyataan yaitu memperoleh pemahaman dan cara membedakan sesuatu yang nyata dan khayalan. 2) Meningkatkan sosialisasi dengan memberikan kesempatan untuk berkumpul, berkomunikasi dengan orang lain, saling memperhatikan memberikan tanggapan terhadap pandapat maupun perasaan ortang lain. 3) Meningkatkan kesadaran hubungan antar reaksi emosional diri sendiri dengan prilaku defensif yaitu suatu cara untuk menghindarkan diri dari rasa tidak enak karena merasa diri tidak berharga atau ditolak. 4) Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti fungsi kognitif dan afektif. b. Tujuan Khusus 1) Meningkatkan



identifikasi



diri,



dimana



setiap



orang



mempunyai



identifikasi diri tentang mengenal dirinya di dalam lingkungannya. 2) Penyaluran



emosi,



merupakan



suatu



kesempatan



yang



sangat



dibutuhkan oleh seseorang untuk menjaga kesehatan mentalnya. Di dalam kelompok akan ada waktu bagi anggotanya untuk menyalurkan emosinya untuk didengar dan dimengerti oleh anggota kelompok lainnya. 3) Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk kehidupan seharihari, terdapat kesempatan bagi anggota kelompok untuk saling berkomunikasi yang memungkinkan peningkatan hubungan sosial dalam kesehariannya. 2.4



Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)



Terapi aktivitas kelompok mempunyai manfaat yaitu : a.



Umum 1) Meningkatkan



kemampuan



menguji



kenyataan (reality



testing)



melalui komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain. 2) Membentuk sosialisasi 3) Meningkatkan



fungsi



psikologis,



yaitu



meningkatkan



kesadaran



tentang hubungan antara reaksi emosional diri sendiri dengan perilaku defensive (bertahan terhadap stress) dan adaptasi. 4) Membangkitkan motivasi bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti kognitif dan afektif. b.



Khusus 1) Meningkatkan identitas diri.



2) Menyalurkan emosi secara konstruktif. 3) Meningkatkan keterampilan hubungan sosial untuk diterapkan seharihari. 4) Bersifat



rehabilitatif:



keterampilan



sosial,



meningkatkan kepercayaan



kemampuan



diri,



ekspresi



kemampuan



diri,



empati,



dan



meningkatkan kemampuan tentang masalah-masalah kehidupan dan pemecahannya. 2.5



Macam-macam Terapi Aktivitas Kelompok(TAK) TAK adalah manual, rekreasi dan teknik kreatif untuk menfasilitasi



seseorang serta meningkatkan respon social dan harga diri.Aktivitas yang digunakan sebagai terapi didalam kelompok yaitu membaca puisi, musik, menari, dan literature. Terapi aktivitas kelompok (TAK) dibagi empat, yaitu : a. Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus terkait dengan pengalaman dan atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok (Keliat, 2004). Fokus terapi aktivitas kelompokstimulasipersepsi adalah membantupasien yang mengalami



kemunduran



dengan gangguan



persepsi;



orientasi



dengan



halusinasi,



karakteristik:



menarik



diri dengan



pasien realitas,



kurang inisiatif atau ide, kooperatif, sehat fisik, dan dapat berkomunikasi verbal (Yosep, 2007).Terapi aktivitas kelompok stimulasi kognitif/persepsi melatih mempersiapkan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami, diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan menjadi adaptif. Adapun



tujuan



dari



mempunyai



kemampuan



diakibatkan



oleh



TAK



stimulasi



untuk



persepsi



menyelesaikan



paparan stimulus



kepadanya.



adalah



pasien



masalah



yang



Sementara,



khususnya: pasien dapat mempersepsikan stimulus yang



tujuan



dipaparkan



kepadanya dengan tepat dan menyelesaikan masalahyang timbul dari stimulus yang dialami (Darsana, 2007). Aktivitas mempersepsikan stimulus tidak nyata dan respon yang dialami dalam kehidupan, khususnya untuk pasien halusinasi. Aktivitas dibagi dalam empat sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu : 1) Sesi pertama : mengenal halusinasi



2) Sesi kedua : mengontrol halusinasi dan menghardik halusinasi 3) Sesi ketiga : menyusun jadwal kegiatan 4) Sesi keempat : cara minum obat yang benar b. Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori TAK sensori digunakan sebagai stimulus pada sensori klien.TAK stimulasi sensori adalah TAK yang diadakan dengan memberikan stimulus tertentu kepada klien sehingga terjadi perubhan perilaku.TAK orientasi realita melatih klien mengorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien.Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori untuk membantu klien melakukan stimulasi sensori dengan individu yang ada disekitar klien. Bentuk stimulus : 1)



Stimulus suara: musik



2)



Stimulus visual: gambar



3)



Stimulus gabungan visual dan suara: melihat televisi, video



Tujuan dari TAK stimulasi sensori bertujuan agar klien mengalami : 1)



Peningkatan kepekaan terhadap stimulus.



2)



Peningkatan kemampuan merasakan keindahan



3)



Peningkatan apresiasi terhadap lingkungan



Jenis TAK yaitu : 1)



TAK Stimulasi Suara



2)



TAK Stimulasi Gambar



3)



TAK Stimulasi Suara dan Gambar



c. Terapi aktivitas orientasi realita Terapi Aktivitas Kelompok Oientasi Realita (TAK): orientasi realita adalah upaya untuk mengorientasikan keadaan nyata kepada klien, yaitu diri sendiri, orang lain, lingkungan/ tempat, dan waktu. Klien dengan gangguan jiwa psikotik, mengalami penurunan daya nilai realitas (reality testing ability). Klien tidak lagi mengenali tempat,waktu, dan orang-orang di sekitarnya. Hal ini dapat mengakibatkan klien merasa asing dan menjadi pencetus terjadinya ansietas pada klien. Untuk menanggulangi kendala ini, maka perlu ada aktivitas yang memberi stimulus secara konsisten kepada klien tentang realitas di sekitarnya. Stimulus tersebut meliputi stimulus tentang realitas lingkungan, yaitu diri sendiri, orang lain, waktu, dan tempat. Tujuan umum yaitu klien mampu mengenali orang, tempat, dan waktu sesuai dengan kenyataan, sedangkan tujuan khususnya adalah:



1) Klien mampu mengenal tempat ia berada dan pernah berada 2) Klien mengenal waktu dengan tepat. 3) Klien dapat mengenal diri sendiri dan orangorang di sekitarnya dengan tepat. Aktivitas yang dilakukan tiga sesi berupa aktivitas pengenalan orang, tempat, dan waktu. Klien yang mempunyai indikasi disorientasi realitas adalah klien halusinasi, dimensia, kebingungan, tidak kenal dirinya, salah mngenal orang lain, tempat, dan waktu.Tahapan kegiatan : 1) Sesi I



: Orientasi Orang



2) Sesi II



: Orientasi Tempat



3) Sesi III : Orientasi Waktu 2.6



Tahapan dalam Terapi Aktivitas Kelompok(TAK) Kelompok sama dengan individu, mempunyai kapasitas untuk tumbuh



dan berkembang. Kelompok akan berkembang melalui empat fase, yaitu: Fase prakelompok; fase awal kelompok; fase kerja kelompok; fase terminasi kelompok (Stuart & Laraia, 2001 dalam Cyber Nurse, 2009). a. Fase Prakelompok Dimulai dengan membuat tujuan, menentukan leader, jumlah anggota, kriteria anggota, tempat dan waktu kegiatan, media yang digunakan. Menurut Dr. Wartono (1976) dalam Yosep (2007), jumlah anggota kelompok



yang



ideal dengan



cara



verbalisasi



biasanya



7-8



orang.



Sedangkan jumlah minimum 4 dan maksimum 10. Kriteria anggota yang memenuhi syarat untuk mengikuti TAK adalah : sudah punya diagnosa yang jelas, tidak terlalu gelisah, tidak agresif, waham tidak terlalu berat (Yosep, 2007). b. Fase Awal Kelompok Fase ini ditandai dengan ansietas karena masuknya kelompok baru, dan peran baru. Yalom (1995) dalam Stuart dan Laraia (2001) membagi fase ini menjadi tiga fase, yaitu orientasi, konflik, dan kohesif. Sementara Tukman (1965) dalam Stuart dan Laraia (2001) juga membaginya dalam tiga fase, yaitu forming, storming, dan norming. 1) Tahap Orientasi Anggota mulai mencoba mengembangkan sistem sosial masingmasing, leader menunjukkan rencana terapi dan menyepakati kontrak dengan anggota.



2) Tahap Konflik Merupakan masa sulit dalam proses kelompok. Pemimpin perlu memfasilitasi ungkapan perasaan, baik positif maupun negatif dan membantu kelompok mengenali penyebab konflik. Serta mencegah perilaku perilaku yang tidak produktif (Purwaningsih & Karlina, 2009). 3) Tahap Kohesif Anggota kelompok merasa bebas membuka diri tentang informasi dan lebih intim satu sama lain (Keliat, 2004). c. Fase Kerja Kelompok Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Kelompok menjadi stabil dan realistis (Keliat, 2004). menyadari produktivitas



Pada



dan



akhir



fase



kemampuan



ini,



yang



anggota



kelompok



bertambah



disertai



percaya diri dan kemandirian (Yosep, 2007). d. Fase Terminasi Terminasi pengalaman



yang



kelompok



sukses akan



ditandai



oleh



digunakan



perasaan



secara



puas



individual



dan pada



kehidupan sehari-hari. Terminasi dapat bersifat sementara (temporal) atau akhir (Keliat, 2004). 2.7



Proses Terapi Aktifitas Kelompok Proses terapi aktifitas kelompok pada dasarnya lebih kompleks dari



pada terapi individual, oleh karena itu untuk memimpinnya memerlukan pengalaman dalam psikoterapi individual. Dalam kelompok terapis akan kehilangan sebagian otoritasnya dan menyerahkan kepada kelompok. Terapis sebaiknya mengawali dengan mengusahakan terciptanya suasana yang tingkat kecemasannya sesuai, sehingga klien terdorong untuik membuka diri dan tidak menimbulkan atau mengembalikan mekanisme pertahanan diri. Setiap permulaan dari suatu terapi aktifitas kelompok yang baru merupakan saat yang kritis karena prosedurnya merupakan sesuatu yang belum pernah dialami oleh anggota kelompok dan mereka dihadapkan dengan orang lain. Setelah klien berkumpul, mereka duduk melingkar, terapis memulai dengan memperkenalkan diri terlebih dahulu dan juga memperkenalkan coterapis dan kemudian mempersilakan anggota untuk memperkenalkan diri secara



bergilir,



bila



ada



anggota



yang



tidak



mampu



maka



terapis



memperkenalkannya. Terapis kemudian menjelaskan maksud dan tujuan



serta prosedur terapi kelompok dan juga masalah yang akan dibicarakan dalam kelompok. Topik atau masalah dapat ditentukan oleh terapis atau usul klien. Ditetapkan bahwa anggota bebas membicarakan apa saja, bebas mengkritik siapa saja termasuk terapis. Terapis sebaiknya bersifat moderat dan menghindarkan kata-kata yang dapat diartikan sebagai perintah. Dalam prosesnya kalau terjadi bloking, terapis dapat membiarkan sementara. Bloking yang terlalu lama dapat menimbulkan kecemasan yang meningkatoleh karenanya terapis perlu mencarikan jalan keluar. Dari keadaan ini mungkin ada indikasi bahwa ada beberapa klien masih perlu mengikuti terapi individual. Bisa juga terapis merangsang anggota yang banyak bicara agar mengajak temannya yang kurang banyak bicara. Dapat juga co-terapis membantu mengatasi kemacetan. Kalau terjadi kekacauan, anggota yang menimbulkan terjadinya kekacauan dikeluarkan dan terapi aktifitas kelompok berjalan terus dengan memberikan penjelasan kepada semua anggota kelompok. Setiap komentar atau permintaan yang datang dari anggota diperhatikan dengan sungguhsungguh dan di tanggapi dengan sungguh-sungguh. Terapis bukanlah guru, penasehat atau bukan pula wasit. Terapis lebih banyak pasif atau katalisator. Terapis hendaknya menyadari bahwa tidak menghadapi individu dalam suatu kelompok tetapi menghadapi kelompok yang terdiri dari individu-individu. Diakhir terapi aktifitas kelompok, terapis menyimpulkan secara singkat pembicaraan yang telah berlangsung / permasalahan dan solusi yang mungkin dilakukan. Dilanjutkan kemudian dengan membuat perjanjian pada anggota untuk pertemuan berikutnya. (Kelliat, 2005). 2.8



Dampak Terapeutik dari Kelompok Terjadinya interaksi yang diharapkan dalam aktivitas kelompok dapat



memberikan dampak yang bermanfaat bagi komponen yang terlibat. Yalom (1985) dalam tulisannya mengenai terapi kelompok telah melaporkan 11 kasus yang terlibat dalam efek terapeutik dari kelompok. Faktor-faktor tersebut adalah : 1) Universalitas,



klien mulai menyadari bahwa bukan ia sendiri yan



mempunyai masalah dan bahwa perjuangannya adalah dengan membagi atau setidaknya dapat dimengerti oleh orang lain.



2) Menanamkan harapan, sebagian diperantarai dengan menemukan yang lain yang telah dapat maju dengan masalahnya, dan dengan dukungan emosional yang diberikan oleh kelompok lainnya. 3) Menanamkan



harapan,



dapat



dialami



karena



anggota



memberikan



dukungan satu sama lain dan menyumbangkan ide mereka, bukan hanya menerima ide dari yang lainnya. 4) Mungkin terdapat rekapitulasi korektif dari keluarga primer yang untuk kebanyakan klien merupakan problematic. Baik terapis maupun anggota lainnya dapat jadi resepien reaksi tranferensi yang kemudian dapat dilakukan. 5) Pengembangan keterampilan sosial lebih jauh dan kemampuan untuk menghubungkan dengan yang lainnya merupakan kemungkinan. Klien dapat memperoleh umpan balik dan mempunyai kesempatan untuk belajar dan melatih cara baru berinteraksi. 6) Pemasukan informasi, dapat dapat berkisar dari memberikan informasi tentang ganguan seseorang terhadap umpan balik langsung tentang perilaku orang dan pengaruhnya terhadap anggota kelompok lainnya. 7) Identifikasi, prilaku imitative dan modeling dapat dihasilkan dari terapis atau anggota lainnya memberikan model peran yang baik. 8) Kekohesifan kelompok dan pemilikan dapat menjadi kekuatan dalam kehidupan seseorang. Bila terapi kelompok menimbulkan berkembangnya rasa kesatuan dan persatuan memberi pengaruh kuat dan memberi perasaan memiliki dan menerima yang dapat menjadi kekuatan dalam kehidupan seseorang. 9) Pengalaman antar pribadi mencakup pentingnya belajar berhubungan antar pribadi, bagaimana memperoleh hubungan yang lebih baik, dan mempunyai pengalaman memperbaiki hubungan menjadi lebih baik. 10)



Atarsis dan pembagian emosi yang kuat tidak hanya membantu



mengurangi



ketegangan



emosi



tetapi



juga



menguatkan



perasaan



kedekatan dalam kelompok. 11)



Pembagian eksisitensial memberikan masukan untuk mengakui



keterbatasan seseorang, keterbatasan lainnya, tanggung jawab terhadap diri seseorang. 2.9



Indikasi dan Kontraindikasi Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)



Adapun indikasi dan kontra indikasi terapi aktivitas kelompok (Depkes RI (1997) adalah : a. Semua klien terutama klien rehabilitasi perlu memperoleh terapi aktifitas kelompok kecuali mereka yang : psikopat dan sosiopat, selalu diam dan autistic, delusi tak terkontrol, mudah bosan. b. Ada berbagai persyaratan bagi klien untuk bisa mengikuti terapi aktifitas kelompok antara lain : sudah ada observasi dan diagnosis yang jelas, sudah tidak terlalu gelisah, agresif dan inkoheren dan wahamnya tidak terlalu berat, sehingga bisa kooperatif dan tidak mengganggu terapi aktifitas kelompok. c. Untuk pelaksanaan terapi aktifitas kelompok di rumah sakit jiwa di upayakan pertimbangan tertentu seperti : tidak terlalu ketat dalam tehnik terapi, diagnosis klien dapat bersifat heterogen, tingkat kemampuan berpikir dan pemahaman relatif setara, sebisa mungkin pengelompokan berdasarkan problem yang sama.



BAB III PENGORGANISASIAN 3.1



Definisi Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi merupakan terapi yang



menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. 3.2



Tujuan 3.2.1 Tujuan umum TAKS untuk pasien dengan gangguan jiwa yaitu peserta dapat meningkatkan kemampuan dalam menyampaikan topik pembicaraan tertentu dalam anggota kelompok sesuai dengan stimulus yang diberikan 3.2.2 Tujuan Khusus a. Klien mampu menyebutkan nama gambar yang dilihat b. Klien mampu menyebutkan peran gambar yang dilihat c. Klien mampu menceritakan gambar yang dilihat. d. Klien mampu menyebutkan nilai positif dari gambar yang dilihat e. Klien dapat memberikan pendapat terhadap gambar yang dilihat



3.3



Aktivitas dan Tindakan Aktivitas TAK dilakukan untuk melatih kemampuan klien dalam



menyelesaikan masalah akibat paparan stimulus. Klien yang mempunyai indikasi adalah klien dengan gangguan persepsi sensorik, ilusi, delusi, halusinasi, dang gangguan proses pikir. 3.4



Tugas dan Wewenang



1. Tugas Leader dan Co-Leader  Memimpin acara; menjelaskan tujuan dan hasil yang diharapkan.  Menjelaskan peraturan dan membuat kontrak dengan peserta.  Memberikan motivasi kepada peserta.  Mengarahkan acara dalam pencapaian tujuan.  Memberikan reinforcemen positif terhadap peserta. 2. Tugas Fasilitator 



Ikut serta dalam kegiatan kelompok.







Memastikan lingkungan dan situasi aman dan kondusif bagi peserta.







Menghindarkan



peserta



dari



distraksi



selama



kegiatan



berlangsung. 



Memberikan



stimulus/motivasi



pada



peserta



lain



untuk



berpartisipasi 



Memberikan reinforcemen terhadap keberhasilan peserta lainnya.







Membantu melakukan evaluasi hasil.



3. Tugas Observer 



Mengamati dan mencatat respon klien.







Mencatat jalannya aktivitas terapi.







Melakukan evaluasi hasil.







Melakukan evaluasi pada organisasi yang telah dibentuk (leader, co leader, dan fasilitator).



4. Tugas Peserta  Mengikuti seluruh kegiatan.  Berperan aktif dalam kegiatan.  Mengikuti proses evaluasi. 3.5



Peraturan Kegiatan



1. Peserta diharapkan mengikuti seluruh acara dari awal hinggga akhir. 2. Peserta tidak boleh berbicara bila belum diberi kesempatan; perserta tidak boleh memotong pembicaraan orang lain. 3. Peserta



dilarang



meninggalkan



ruangan



bila



acara



belum



selesai



dilaksanakan. 4. Peserta yang tidak mematuhi peraturan akan diberi sanksi :



3.6







Peringatan lisan.







Dihukum : menyanyi, menari, atau menggambar.







Diharapkan berdiri dibelakang pemimpin selama lima menit.







Dikeluarkan dari ruangan/kelompok



Setting



O



L P



P



F



F



P



P Co



Keterangan : L



: Leader



F



: Fasilitator



O



: Observer



P



: Pasien (Klien)



3.7



Alat



1. Beberapa gambar 2. Buku catanan dan pulpen 3. Jadwal kegiatan klien. 3.8



Metode



1. Melihat gambar 2. Menceritakan dan mempersepsikan sesuai gambar yang dilihat 3. Diskusi dan tanya jawab 3.9



Langkah kegiatan:



1. Persiapan a) Memilihkliensesuaidenganindikasi, yaitukliendengangangguanpersepsi: halusinasi b) Membuatkontrakdenganklien c) Mempersiapkanalatdantempatpertemuan. 2. Orientasi a. Salam terapiskepadaklien b. Perkenalkannamadannamapanggilanterapis c. Menanyakannamadannamapanggilansemuaklien 3. Evaluasi/validasi a. Menanyakanperasaankliensaatini b. Kontrak 1) Terapismenjelaskantujuankegiatan yang akandilaksanakan, yaitu melihat gambar 2) Terapismenjelaskanaturan main, sebagaiberikut: -



Jikaadaklien yang inginmeninggalkankelompok, harusmintaijinkepada terapis



-



Lamanyakegiatan 30menit



-



Setiapklienmengikutikegiatandariawalsampaiselesai.



4. TahapKerja a. Terapismenjelaskankegiatan



yang



akandilakukan,



yaitu



melihat



gambar b. Terapismemintaklienmenyebutkan -



nama gambar yang dilihat



-



peran gambar yang dilihat



-



menceritakan gambar yang dilihat.



-



menyebutkan nilai positif dari gambar yang dilihat



-



memberikan pendapat terhadap gambar yang dilihat



5. TahapTerminasi a)



Evaluasi 1) TerapismenanyakanperasaankliensetelahmengikutiTAK. 2) Terapismemberipujianataskeberhasilankelompok.



b)



TindakLanjut Terapismemintaklienuntukmelaporkanmanfaat makna cerita dalam kehidupan sehari-hari.



c)



Kontrak yang akandatang 1) Menyepakati TAK yang akan datang 2) Menyepakatiwaktudantempat.



3.10 EvaluasidanDokumentasi 3.10.1Evaluasi Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.Data tersebut kemudian masukkan kedalam formulir evaluasi pada tabel 1. 3.10.2Dokumentasi Dokumentasikan



kemampuan yang dimiliki klien saat TAK



pada catatan proses keperawatan tiap klien.



Lampiran 1. Lembar Observasi TABEL 1: FORMULIR EVALUASI TAK MENONTON VIDEO TENTANG CERITA RAKYAT N



NamaKli



o



en



nama



peran



menceritak



menyebutk



memberik



gambar



gambar



an gambar



an nilai



an



yang



yang



yang



positif dari



pendapat



dilihat



dilihat



dilihat.



gambar



terhadap



yang



gambar



dilihat



yang dilihat



1.



2.



3.



4.



5.



Petunjukpengisian:



1. Tulisnamapanggilanklien yang ikut TAK padakolomnamaklien. 2. Untuktiapklien,



beripenilaiankemampuanmengenalhalusinasi:



situasi, danperasaan. a. Jikaklienmampuberi tanda √ b. Jikaklientidakmampuberitanda



X



isi,



waktu,



DAFTAR PUSTAKA Hamid, A.Y.S. 1999. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa Pada Anak dan Remaja, Widya Medika, Jakarta. Hendriani, Wiwin, Hadariyati, Ratih dan Sakti, Tirta Malia. Penerimaan Keluarga terhadap Individu yang Mengalami Keterbelakangan Mental.Insan Vol.8 No.2, 2006. Hurlock, E. 1998.Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan SEpanjang Rentang Kehidupan, Edisi 5, Erlangga, Jakarta. Hyun Sung Lim and Jae Won Lee. Parenting Stress and Depression among Mothers of Children with Mental Retardation



in South Korea: An



Examination of Moderating and Mediating Effects of Social Support. Pacific Science Review, 2007; 9 (2): 150-159. Rasmun. 2004. Stress, Koping, dan Adaptasi Teori dan Pohon



Masalah



Keperawatan, Sagung Seto, Jakarta. Stuart, Gail and Laraia, M. 2005. Principles and Practice of Psychiatric Nursing, 8th edition, Mosby, St. Louis. Stuart & Sundeen. 1995. Principles an Practice of Psychiatric Nursing, fifth edition, Mosby, St.Louis.



STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI SENSORI DENGAN GAMBAR



A. PROSES KEPERAWATAN 1. Kondisi peserta: Peserta diam, tidak saling menyapa, beberapa menunduk, dan beberapa melihat-lihat sekelilingnya, halusinasi, tidak mampu mengenali dengan benar 2. Diagnosa keperawatan: Gangguan persepsi sensori Halusinasi, Delusi, Ilusi 3. Tujuan khusus: Peserta mampu mempersepsikan suatu gambar dengan benar 4. Tindakan keperawatan: -



membina hubungan saling percaya



-



peserta mampu menceritakan situasi yang terdapat pada gambar



-



peserta dapat menyampaikan tanggapan terdap peserta yang lainnya



B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN



 ORIENTASI



1. Salam Terapeutik: ”Selamat pagi bapak dan ibu semuanya, perkenalkan nama saya Farikha dan teman-teman saya Isthafa, Afifah, dan Yoda kami dari mahasiswa keperawatan” ”Kalau boleh tau, nama ibu dan bapak siapa?” ”Boleh perkenalan satu-satu?” 2. Evaluasi/ Validasi: ”Apa kabarnya bapak dan ibu hari ini?” ”Semalam tidurnya gimana, nyenyak?”



”Bagaimana perasaannya pagi ini?” 3. Kontrak: Topik, waktu, dan tempat ”Bapak dan ibu sudah tau kenapa sekarang kita berkumpul disini?” ”Hari ini kita akan melakukan kegiatan dimana bapak dan ibu menjelaskan suatu hal dengan melihat sebuah gambar, trus kita akan berdiskusi tentang gambar tersebut” ”Nanti teman saya, Isthafa, yang akan menunjukkan gambar dan meinta ibu atau bapak untuk bercerita” ”Kira-kira kita akan berdiskusi selama 30 menit” ”Jika ditengah kegiatan diskusi ada yang ingin ke kamar kecil, harus meminta izin kepada saya” ”Kita akan berdiskusi disini, di ruang rehabilitas” ”Sebelumnya, apakah ada yang ingin ditanyakan?” ”Kalau begitu kita mulai saja ya diskusinya, sudah siap?” ”Kalau begitu, kepada saudara isthafa dipersilakan”  KERJA: Langkah-Langkah Tindakan keperawatan



”Terima kasih atas kesempatannya” ”Sebelumnya saya ingin bertanya, apakah disini sudah pernah ada yang mengikuti kegiatan seperti ini?” ”Oh...semuanya belum ya?” ”Kalau begitu saya akan menjelaskan aturan mainnya” ”Di sini saya punya lima gambar yang berbeda-beda” ”Setiap gambar tidak ada hubungannya satu sama lain” ”Nanti setiap orang akan melihat sebuah gambar” ”Setiap gambart akan kita bahas mengenai makna didalamnya” ”Setiap orang harus ikut ngomong ya...jangan diam saya” ”Baiklah, ini gambar pertama” ”Apakah disini ada yang mau menceritakan isi gambar ini?” ”Kalau tidak ada yang mau, berarti saya tunjuk ya” ”Oke, ibu yang duduk disebelah Afifah, coba ceritakan apa yang ibu lihat dari gambar itu” ”Mungkin ibu bisa cerita, foto tersebut kira-kira diambil dimana?” ”Apa yang sedang mereka lalukan” ”Bagaimana kira-kira suasana disana?”



”Bagus sekali..ibu sudah bisa menceritakan makna yang ada digambar ini dengan baik” ”Ada yang pernah mendatangi temapat seperti itu?” ”Oh, ibu yang duduk disana pernah, kalau begitu bisa ceritakan kira-kira bagaimana suasana disana” ”Apa yang menyebabkan orang-orang pada dateng kesana?” ”Bagus sekali, ibu dapat memberikan informsi tambahan sehingga kita semua jadi tau tentang kegiatan yang ada disana” ”Apa ada yang ingin menambahkan atau menyampaikan pendapat iain?” ”Mungkin



ibu



yang



duduk



disebelah



yoda



mau



menyampaikan



pendapatnya” ”Apakah maasih ada yang ingin menyampaikan pendapat?” ”Kalau begitu kita lanjut ke gambar yang selanjutnya ya” ”Bagus sekali, ternyata semuanya disini sudah hebat ya” ”Semuanya sudah mampu menceritakan ada yang dilihat, bagaimana suasananaya, kapan kira-kira foto tersebut diammbil” ”Kalau begitu permainannya sudah selesai, sekarng kembali ke Farikhah”  TERMINASI:



1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan: Subyektif: ”bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita bermain untuk menceritakan ada yang kita lihat dari sebuah gambar” ”Apakah cukup menarik atau malah cukupp membosankan? Obyektif: ”Oke kalau gitu kita review kembali ya..yg ini tentang apa?” ”Kalau yang ini tadi tentang apa?” 2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil tindakan yang telah dilakukan): ”Kalau begitu setelah ini, kalau melihat sesuatu coba ditanyakan kepada orang-orang disekitar, apakah yang kita lihat sama dengan apa yang mereka lihat? 3. Kontrak yang akan datang (Topik, waktu, dan tempat): ”Baiklah, nanti kita akan berdisikusi lagi lagi seperti ini pada hari kamis tentang menceritakan kehidupan pribadi”