Proposal Tria Elvades Nainggolan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

POLA DISTRIBUSI KIJING (Anodonta woodiana) SERTA KAITANNY DENGAN KUALITAS PERAIRAN DI PANTAI PASIR PUTIH PARPAREAN KECAMATAN PORSEA KABUPATEN TOBA, SUMATERA UTARA USULAN PENELITIAN



TRIA ELVADES NAINGGOLAN 170302056



PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021



LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : Pola Distribusi Kijing (Anodonta woodiana) Serta Kaitannya dengan Kualitas Perairan di Pantai Pasir Putih Parparean Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba, Sumatera Utara Nama



: Tria Elvades Nainggolan



NIM



: 170302056



Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan Disetujui oleh: Komisi Pembimbing



Rusdi Leidonald, S.P, M.Sc NIP. 197603152006041004



Penguji I



Penguji II



Dr. Eri Yusni, M.Sc



Rizky Febriansyah Siregar, S.Pi, M.Si



NIP. 195911161993032001



NIP. 198802122018051001



Mengetahui : Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan



Dr. Eri Yusni, M.Sc NIP. 195911161993032001



KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal usulan penelitian yang berjudul “Pola Distribusi Kijing (Anodonta woodiana) Serta Kaitannya dengan Kualitas Perairan di Pantai Pasir Putih Parparean Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba, Sumatera Utara”. Penulis



mengucapkan



terima



kasih



kepada



Bapak Rusdi Leidonald, S.P, M.Sc selaku Dosen Pembimbing serta kepada Ibu Dr. Eri Yusni, M.Sc dan Bapak Rizky Febriansyah Siregar, S.Pi, M.Si selaku Dosen Penguji yang telah memberikan banyak arahan dan masukan serta bimbingan yang bermanfaat bagi penulis. Penulis menyadari bahwa penulisan proposal ini jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan proposal usulan penelitian ini. Penulis berharap semoga proposal ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.



Medan, September 2021



Penulis



i



DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR.............................................................................



i



DAFTAR ISI............................................................................................



ii



DAFTAR TABEL....................................................................................



iv



DAFTAR GAMBAR...............................................................................



v



PENDAHULUAN Latar Belakang....................................................................................



1



Rumusan Masalah...............................................................................



4



Kerangka Pemikiran...........................................................................



5



Tujuan Penelitian................................................................................



6



Manfaat Penelitian..............................................................................



6



TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Lokasi Penelitian................................................................



7



Kijing (Anodonta woodiana)..............................................................



8



Habitat dan Penyebaran......................................................................



10



Faktor Fisika Perairan.........................................................................



12



Suhu.............................................................................................



12



Kecerahan....................................................................................



12



Kedalaman...................................................................................



13



Faktor Kimia Perairan........................................................................



14



Derajat Keasaman (pH)...............................................................



14



Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen).........................................



14



Nitrat............................................................................................



15



Fosfat...........................................................................................



16



Tipe Substrat................................................................................



17



C-Organik....................................................................................



17



METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian..............................................................



18



Alat dan Bahan Penelitian..................................................................



19



ii



Prosedur Penelitian.............................................................................



19



Pengambilan Sampel Kijing........................................................



19



Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia....................................



20



Pengambilan Sampel Substrat.....................................................



21



Analisis Data.......................................................................................



21



Pola Distribusi (Id)......................................................................



21



Metode Storet..............................................................................



22



Metode Indeks Pencemaran.........................................................



22



Metode CCME (Canadian Council of Ministers of the Environment)



22



Analisis Tipe Substrat..................................................................



24



Analisis Komponen Utama (PCA)..............................................



25



DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



iii



DAFTAR TABEL No.



Tabel



Halaman



1. Koefisien Korelasi dan Interpretasi.......................................................



iv



25



DAFTAR GAMBAR No.



Gambar



Halaman



1. Kerangka Pemikiran Penelitian.............................................................



5



2. Kijing (Anadonta woodiana).................................................................



9



3. Peta Lokasi Penelitian............................................................................



18



3. Segitiga USDA......................................................................................



21



4. Simulasi Hasil Analisis PCA dalam Bentuk Lingkaran Kolerasi..........



25



v



BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Danau merupakan salah satu tipe perairan umun yang bersifat tergenang dan keberadaannya terbentuk secara alami. Danau memiliki potensi yang besar bagi kehidupan manusia. Namun situasi dan keadaan bumi sekarang ini dengan bertambahnya jumlah penduduk, intensifnya pembukaan lahan untuk membangun usaha perekonomian rakyat dapat menambah berar beban pada suatu ekosistem termasuk ekosistem perairan danau (Rizald, 2012). Danau Toba yang terletak di Provinsi Sumatera Utara memiliki luas permukaan 1.124 km2 (112.400 ha), volume danau sekitar 256,2 km 3 (256,2x10 9 m3) dan kedalaman maksimum 508 m. Dengan karakteristik fisik seperti itu maka Danau Toba menjadi danau terbesar di Indonesia, bahkan Asia Tenggara. Danau Toba terletak pada posisi geografi 2°41′N 98°53′E / 2.68°N 98.88°E dengan ketinggian 995 diatas permukaan laut. Dasar danau sebagian besar terdiri atas batu-batuan dan pasir. Pada bagian tertentu terdapat endapan lumpur



dan



daerah



sekitar



Danau



Toba



dikelilingi



oleh



perbukitan



(Garno et al., 2020) Kecamatan porsea merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Toba. Sebagian besar penduduk ini bergantung pada sektor pertanian, perikanan dan perdagangan. Sementara sumberdaya potensial lainnya perkebunan dan pariwisata. Dimana untuk pariwisata itu sendiri di Kecamatan Porsea terdapat banyak objek wisata, diantaranya pantai Bul-bul, pantai Parparean, pantai Lumban objek lainnya.



2 Kualitas suatu perairan dapat dilihat dari biota yang dapat hidup di badan air maupun dasar air yang bersifat padat. Komponen biota yang dapat dijadikan indikator untuk mengetahui keadaan suatu perairan adalah komponen biota yang mampu merespon dengan baik sedikit atau banyaknya bahan pencemar yang masuk. Biasanya komponen biota yang tidak toleran terhadap bahan pencemar akan terganggu kelimpahannya sehingga mengalami penurunan. Biota yang sering digunakan sebagai indikator untuk melihat kondisi suatu perairan adalah plankton dan bentos (Ramadini, 2019). Karakateristik kualitas air juga penting untuk pengelolaan danau yang berkelanjutan. Kualitas air yang baik sangat penting untuk mendukung kehidupan biota air. Kondisi kualitas air menentukan ketersediaan pakan alami bagi ikan seperti plankton, bentos, dan tumbuhan air. Kementerian Lingkungan Hidup telah mengeluarkan Pedoman Pengelolaan Ekosistem Danau yang memuat parameter yang berpengaruh terhadap status ekosistem perairan danau. Ada beberapa hal penting yang dikemukakan dalam pedoman tersebut, di antaranya status mutu air dan daya tampung beban pencemaran perairan danau (Muhtadi et al., 2017). Makrozoobentos merupakan salah satu kelompok biota air yang terpenting dalam ekosistem perairan sehubungan dengan peranannya dalam jaring makanan. Menurut Minggawati (2013) bahwa biota makrozoobentos memiliki fungsi sebagai penyeimbang nutrisi dalam lingkungan perairan dan dapat juga digunakan sebagai biota indikator kondisi lingkungan perairan air tawar. Salah satu contoh dari makrozoobenthos yang hidup di perairan air tawar adalah Anodonta woodiana yang biasa disebut dengan kerang kijing (Astari et al., 2018).



3 Kerang air tawar dari jenis (Anodonta woodiana) yang biasa disebut dengan kijing dan kerang tersebut hidup di perairan sebagai benthos. Adapun persebaran kerang kijing masih belum diketahui, padahal berdasarkan fungsi ekologi, bahwa kerang tersebut dapat dijadikan sebagai bioindikator suatu pencemaran lingkungan perairan, karena mampu bertahan hidup dalam kondisi lingkungan perairan yang tercemar dan mampu menyerap polutan termasuk logam berat yang tersuspensi dalam perairan (Yanuardi et al., 2015). Pola penyebaran mengelompok menandakan bahwa hewan tersebut hanya dapat hidup pada habitat tertentu saja dengan kondisi lingkungan yang cocok. Tipe distribusi mengelompok disebabkan karena keadaan lingkungan tersebut sesuai untuk kehidupan organisme tersebut. Tipe distribusi yang mengelompok sangat ditentukan oleh kelimpahan rata-rata yang tertangkap pada saat pengambilan sampel. Pengelompokkan yang terjadi sebagai respon terhadap kondisi lingkungan (fisika, kimia, air dan sedimen) (Rajab et al., 2016). Mengingat belum adanya penelitian terkait pola distribusi kijing serta kaitannya dengan kualitas perairan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian di perairan Pantai Pasir Putih Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba Sumatera Utara untuk mengetahui pola distribusi kijing dan kualitas perairan. Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis data yang meliputi Pola Distibusi (Id), Analisis Tipe Substrat, Metode Storet, Indeks Pencemaran (IP), Metode CCME dan analisis komponen Utama (AKU/PCA). Rumusan Masalah Adanya pemanfaatan terhadap perairan Pantai Pasir Putih Parparean di Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba dengan berbagai aktivitas dari sektor



4 pertanian, aktivitas nelayan, pariwisata, dan aktivitas penduduk sekitar yang mengakibatkan adanya perubahan kualitas perairan maupun ekologi perairan tersebut sehingga memiliki dampak terhadap komunitas biota salah satunya kijing. Sementara itu belum diketahui informasi pola distribusi kijing serta kualitas perairannya di Pantai Pasir Putih Parparean tersebut. Oleh karena itu diperlukan pengamatan di lapangan. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pola distribusi kijing (Anodonta woodiana) di perairan Pantai Pasir Putih Parparean Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba, Sumatera Utara? 2. Bagaimana hubungan pola distribusi kijing (Anodonta woodiana) dengan kualitas perairan di Pantai Pasir Putih Parparean Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba, Sumatera Utara? Kerangka Pemikiran Pantai Pasir Putih adalah salah satu destinasi wisata pantai yang dimanfaatkan menjadi destinasi wisatawan. Pemanfaatan Pantai Pasir Putih Parparean meliputi berbagai aktivitas dari sektor pertanian, aktivitas nelayan, daerah wisata dan aktivitas penduduk sekitar pantai yang secara terus menerus kemungkinan menyebabkan perubahan kualitas perairan. Terjadinya perubahan kualitas air di Pantai Pasir Putih Parparean disebabkan oleh bungan limbah penduduk, sampah wisatawan dan aktivitas nelayan yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap habitat dan penyebaran biota salah satunya kijing, Sehingga penting untuk pelestarian dan pengelolaan dengan melihat pola distibusi serta kaitannya dengan kualitas perairan di Pantai Pasir Putih Parparean, Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba, Sumatera Utara.



Pantai Pasir Putih Parparean Kabupaten Toba



Aktivitas Nelayan



Penduduk



Daerah Wisata



Parameter Kualitas Parairan



Fisika : - Suhu - Kecerahan - Kedalaman



Biologi : - Kijing



Kimia : - pH - DO - Nitrat - Fosfat - Tipe Substrat - C-Organik



Kondisi Kijing - Pola Distribusi - Metode Storet - Indeks Pencemaran - Metode CCME - Tipe Substrat



Rekomendasi Pengelolaan Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian



6 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pola distribusi kijing (Anodonta woodiana) di Perairan Pantai Pasir Putih Parparean Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba, Sumatera Utara. 2. Untuk mengetahui hubungan pola distribusi kijing (Anodonta woodiana) dengan kualitas perairan di Pantai Pasir Putih Parparean, Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba, Sumatera Utara. Manfaat penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah agar sebagai informasi ilmiah mengenai pola distibusi kijing dan kualitas perairan serta sebagai refrensi bagi para peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian di Pantai Pasir Putih Parparean Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba, Sumatera Utara.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Lokasi Porsea merupakan salah satu kecamatan yang ada di Toba Samosir. Kabupaten Toba Samosir secara geografis terletak diantara 2º24’-2º37’ LU dan 99º03’-99º16’ BT. Sektor pertanian menjadi prioritas utama dalam pilar pembangunan di Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, karena memiliki peranan cukup besar dan hampir 90 persen masyarakat daerah tersebut berprofesi sebagai petani. Melihat potensi daerah dan peluang usaha maka diperlukan sarana dan strategi untuk melakukan distribusi hasil daerah baik itu berupa pertanian dan lainnya



dengan



teknologi



pemasaran



khususnya



berbasis



e-commerce



(Putra et al., 2020). Kabupaten Toba adalah sebuah kabupaten di provinsi Sumatera Utara, Indonesia beribukotakan kota Balige. Kabupaten Toba merupakan satu dari tujuh kabupaten yang mengelilingi Danau Toba, yaitu danau terluas di Indonesia. Suku yang mendiami kabupaten ini pada umumnya adalah suku Batak Toba, dengan jumlah penduduk 206.199 jiwa. Hal ini dapat dilihat dari jumlah obyek wisata yang terdapat di kabupaten Toba, ditambah lagi dengan adanya pembenahan dan pembangunan besar-besaran di kawasan Toba membuat destinasi wisata yang ada semakin bertambah. Pariwisata Toba menjadi sektor yang potensial bagi pendapatan daerah dan masyarakat. Sebagai salah satu isu penting yang dihadapi Kabupaten Porsea, Provinsi Sumatera Utara khususnya dalam hal upaya pengelolaan limbah pulp PT.Toba Pulp Lestari,Tbk yang memiliki dampak pencemaran lingkungan terhadap potensi



8 alam daerah setempat. PT. Toba Pulp Lestari menjadi sorotan utama pemerintah, dikarenakan meningkatnya keluhan masyarakat akan aroma busuk dari limbah, punahnya kebun hutan benzoin dan yang paling utama adalah rusaknya ekosistem perairan



danau



Toba



serta



tercemarnya



sungai



Deli



Asahan



(Aritonang et al., 2016). Pantai Pasir Putih Samosir jauh dari kota-kota sekitarnya seperti Pangururan (10km), Balige (125km), Siantar (195km), dan Medan (215km) akan tetapi banyak wisatawan yang datang dari kota-kota besar mengunjungi pantai Pasir Putih Samosir, menjadikan satu hal yang sangat menarik pada Pantai Pasir Putih Putih Samosir. Selain itu petunjuk jalan, baliho dan spanduk yang dipasang untuk akses ke objek wisata Pantai Pasir Putih Putih Samosir sangat membantu wisatawan untuk petunjuk berkunjung. Adapun diantara objek wisata yang ada di desa Parparean meliputi objek wisata alam yang berpotensi menjadi andalan adalah objek wisata pantai Pasir Putih Parparean yang mana termasuk kedalam kawasan wisata terpadu Porsea.Pantai Pasir Putih Parparean merupakan kawasan wisata yang terletak di Kecamatan Porsea yang berbatasan langsung dengan Laguboti dan Danau Toba. Kawasan ini hanya berjarak 40 Km dari Bandara Silangit dengan waktu temouh sekitar 1 jam. Objek wisata Pantai Pasir Putih Parparean ini telah menjadi destinasi utama kebijakan sektor pariwisata Kabupaten Toba Samosir. Kijing (Anodonta woodiana) Bivalvia adalah biota yang biasa hidup di atas dan di dalam substrat dasar perairan (biota bentik) yang relatif lama, sehingga dapat digunakan sebagai bioindikator untuk menduga kualitas perairan dan merupakan salah satu



9 komunitas yang memiliki keanekaragaman yang tinggi. Bivalvia merupakan salah satu kelas dari filum Moluska. Moluska sebagai salah satu sumber daya hayati yang mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi. Banyak anggota kelas Bivalvia, hidup di berbagai perairan. Salah satunya Anadonta woodiana (Fajrina et al., 2020).



Gambar 2. Kijing (Anadonta woodiana) Dalam Yanuardi (2015), klasifikasi spesies A. woodina adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum



: Moluska



Kelas



: Bivalvia



Ordo



: Eulamellibranchia



Famili



: Unionidae



Genus



: Anodonta



Spesies



: Anodonta woodiana Kerang kijing (Anadonta woodiana) merupakan jenis kerang kerangan dari



keluarga unionidae yang merupakan jenis kerang air tawar yang tersebar di



10 wilayah Indonesia seperti pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Lombok, Sulawesi namun tidak ditemukan pada daerah sunda kecil dan Maluku. Kijing memiliki cangkang berwarna cokelat kekuningan, hijau kekuningan sampai hijau gelap. Kijing dapat menjernihkan air, dapat menyaring partikel-partikel tersuspensi dan bersifat filter feeder, kijing mampu menyaring volume air sebanyak 300ml/jam (Putri, 2019). Kerang kijing (Anodonta woodiana) adalah salah satu keystone species dalam ekosistem perairan tawar baik sebagai komponen utama dalam siklus rantai makanan dan jaring-jaring makanan maupun sebagai bioindikator pemantauan kualitas perairan. Nilai ekologi tersebut secara langsung memastikan bahwa organisme akuatik lainnya sangat bergantung pada eksistensi kerang kijing di ekosistem perairan tawar. Kerang kijing termasuk dalam golongan biota perairan tawar yang hidupnya bersifat menetap walaupun kualitas perairan selalu mengalami fluktuasi, sehingga memungkinkan kerang kijing untuk merekam kualitas lingkungan disekitarnya (Purnama et al., 2019). Kijing Taiwan merupakan kijing air tawar yang hidup di kolam, danau, sungai atau perairan tawar lainnya. Perairan yang sangat disukainya adalah perairan dengan dasar lumpur berpasir dan tidak terlalu dalam. Kerang umumnya membenamkan dirinya di dalam sedimen berpasir atau pasir berlumpur dan beberapa jenis menempel pada benda-benda keras dengan menggunakan byssus (Padwa et al., 2015). Habitat dan Penyebaran Kijing Distribusi populasi adalah persebaran individu-individu anggota populasi terhadap ekosistemnya Menurut Krebs (2001) pola distribusi merupakan



11 penyebaran organisme dalam suatu ruang atau pada suatu habitat tertentu. Penyebaran setiap organisme dalam suatu populasi di suatu habitat tidak sama dengan populasi lainnya, artinya setiap populasi memiliki pola persebaran yang berbeda-beda dengan populasi lainnya. Terdapat tiga macam pola distribusi populasi yang terdapat di alam yaitu acak, mengelompok, dan merata (Nurrohmah, 2018). Keberadaan dan penyebaran moluska sangat dipengaruhi faktor abiotik dan biotik, seperti sumber makanan, kondisi lingkungan, pemangsa dan kompetisi. Adanya tekanan dan perubahan lingkungan berpengaruh terhadap total famili dan perbedaan komposisi dari organisme. Perubahan pada habitat akan berpengaruh terhadap struktur komunitas karena perubahan habitat akan berpengaruh pada tingkat spesies sebagai komponen terkecil penyusun populasi dalam komunitas (Gea et al., 2019). Faktor yang mempengaruhi keberadaan kijing adalah faktor internal dan eksternal, faktor internal adalah yang berhubungan dengan sifat genetik atau fisiologi sedangkan faktor eksternal adalah yang berhubungan dengan lingkungan yaitu kualitas perairan dan ketersediaan makanan.Sehingga faktor lingkungan perairan dan ketersediaan makanan akan mempengaruhi kepadatan dan distribusi kijing. Menurut Nurjannah (2012) pola hidup kijing ini bersifat pasif dan dapat mengakumulasi benda asing dalam perairan seperti berbagai logam berat Hg,Pb dan Cd. Oleh karena itu kijing dapat digunakan sebagai filter sebagai indikator pencemaran suatu perairan (Putri, 2019). Menurut Rizal et al (2013) organisme yang pola penyebaranya seragam disebabkan oleh kondisi lingkungan disuatu areal hampir sama dan diduga karena



12 adanya kompetisi antar individu yang sangat hebat dalam pembagian ruang makanan. Berbeda dengan pola sebaran mengelompok, yaitu pola penyebaran mengelompok menandakan bahwa hewan tersebut hanya dapat hidup pada habitat tertentu saja dengan kondisi lingkungan yang cocok. Sedangkan penyebaran secara acak jarang terjadi di alam dan dapat terjadi apabila lingkungan sangat seragam dan tidak ada kecenderungan untuk mengelompok. Parameter Fisika Kimia Perairan Parameter Fisika Suhu Suhu mempunyai pengaruh yang besar terhadap kelarutan oksigen di dalam air, apabila suhu air naik maka kelarutan oksigen di dalam air menurun. Bersamaan dengan peningkatan suhu juga akan mengakibatkan peningkatan aktivitas metabolisme akuatik. Suhu perairan yang optimal untuk pertumbuhan hewan-hewan makrozoobenthos berkisar 25-35oC (Oli dan Paramata, 2019). Stratifikasi suhu di suatu perairan berperan penting dalam proses ekologis badan air. Profil suhu secara vertikal di danau diperlukan untuk menentukan kandungan panas di perairan, lapisan termoklin dan percampuran massa air di perairan (Sinaga et al., 2016). Kecerahan Kecerahan perairan dipengaruhi langsung oleh partikel yang tersuspensi didalamnya, semakin kurang partikel yang tersuspensi maka kecerahan air akan semakin tinggi. Faktor cahaya matahari yang masuk ke dalam air akan mempengaruhi sifat optis dari air. Sebagai cahaya matahari tersebut akan di



13 absorbsi dan sebagian lagi akan dipantulkan ke luar dari permukaan air. Dengan bertambahnya kedalaman lapisan air intensitas cahaya tersebut akan mengalami perubahan



yang



signifikan



baik



secara



kualitatif



maupun



kuantitatif



(Hasan, 2017). Pengukuran kecerahan air secara tidak langsung mempunyai pengaruh besar bagi organisme air, yaitu sebagai sumber energi untuk proses fotosintesis tumbuh-tumbuhan yang akan menjadi sumber makanan. Kekeruhan menunjukkan tingkat kejernihan suatu perairan semakin kecil tingkat kecerahan suatu perairan maka akan semakin sulit cahaya matahari masuk ke dalam perairan dasar (Astari et al., 2018). Menurut Skinner et al (2003) menyatakan bahwa kecerahan air yang cocok untuk kelangsungan hidup kerang A. woodiana tidak melebihi 100 cm. Kedalaman Kedalaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberadaan suatu organisme, perairan yang dangkal akan memberikan keuntungan bagi kerang A. woodiana karena perairan tersebut merupakan perairan yang subur cahaya matahari menembus sampai ke kolom air. Menurut Vakily (1989) dalam Bahtiar (2005) bertambahnya kedalaman maka ketersediaan makanan menjadi faktor pembatas bagi fitoplankton yang menjadi makanan kerang muda (spat) sehingga kerang banyak tumbuh dekat permukaan air dan kerang A. woodiana menyukai perairan yang dangkal dengan kedalaman kurang dari 2 m (Yanuardi et al., 2015). Kedalaman juga berpengaruh terhadap intensitas cahaya matahari ke dalam perairan. Hal ini mempengaruhi laju fotosintesis oleh fitoplankton dan



14 kandungan bahan organik yang menjadi sumber makanan bagi gastropoda air tawar. Kedalaman suatu perairan akan memengaruhi jumlah jenis gastropoda air tawar. Umumnya, semakin dalam suatu perairan menyebabkan semakin sedikit gastropoda yang hidup di dalamnya (Susilowati et al., 2017). Parameter Kimia Derajat Keasaman (pH) Menurut Simanjuntak (2009), pada umumnya nilai pH dalam suatu perairan berkisar antara 4-9. Namun bagi biota air mempunyai kisaran pH sendiri yang baik untuk kehidupannya. Seperti halnya bivalvia, nilai pH pada data didapat sangat mendukung kehidupan biota laut termasuk bivalvia. Menurut Pennak (1978) dalam Wijayanti (2007), bahwa pH yang mendukung kehidupan Mollusca berkisar antara 5,7 – 8,4, dan untuk bivalvia/Pelecypoda hidup pada batas kisaran pH 5,8 - 8,3 (Hartono et al., 2016). Batas toleransi organisme terhadap pH bervariasi tergantung pada suhu, oksigen terlarut, dan kandungan garam-garam ionik di dalam perairan. Kebanyakan perairan alami mempunyai nilai pH berkisar antara 6-9 dan sebagian besar biota perairan sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5 dan ada juga biota yang bisa bertahan hidup pada pH lebih atau kurang dari itu. Setiap spesies memiliki kisaran konsentrasi yang berbeda terhadap pH. Dimana kenaikan pH diatas netral akan meningkatkan konsentrasi amoniak yang juga bersifat sangat toksik bagi organisme (Harahap, 2019).



15 Oksigen Terlarut (DO) Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) atau sering juga disebut dengan oksigen terlarut (Oxygen Demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme (Aruan et al., 2017). Menurut Nugroho et al (2014) secara umum organisme perairan membutuhkan oksigen terlarut pada konsentrasi antara 5 sampai dengan 8 mg/l. Oksigen terlarut diperlukan untuk respirasi, proses pembakaran makanan, pertumbuhan, reproduksi dan lain lain. Menurut Hastuti et al (2012) Anodonta woodiana memerlukan oksigen terlarut 3,8 – 12, mg/l, tetapi mampu bertahan dengan kadar oksigen sedikit dalam jangka waktu pendek. Anodonta woodiana dapat mengatur tingkat metabolisme oksigen dengan baik sehingga masih dapat hidup pada keadaan dimana kandungan oksigen dalam air sangat sedikit (Astari et al., 2018). Nitrat Nitrat (NO3) adalah bentuk nitrogen utama di perairan alami.Nitrat merupakan salah satu nutrient senyawa yang penting dalam sintesa protein hewan dan tumbuhan.Konsentrasi nitrat yang tinggi di perairan dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan organisme perairan apabila didukung oleh ketersedian nutrien (Hamuna et al., 2018).



16 Berkaitan dengan nitrat di perairan bahwa sumber nitrat di danau berasal dari proses nitrifikasi yang terjadi di dalam danau. Kedua, nitrat berasal dari udara yang masuk ke dalam danau.Selanjutnya sumber ketiga nitrat adalah presipitasi yang menghasilkan NH4+ dan nitrogen organik terlarut yang pada akhirnya membentuk nitrat di perairan. Di samping itu limbah organik juga bisa menjadi salah satu sumber nitrat yang masuk ke danau (Yaqin et al., 2018). Nitrat dapat digunakan untuk mengelompokkan tingkat kesuburan perairan. Perairan Oligotrofik memiliki kadar nitrat antara 0–1 mg/liter, perairan Mesotrofik memiliki kadar nitrat antara 1–5 mg/liter, dan perairan Eutrofik memiliki



kadar



nitrat



berkisar



antara



5–50



mg/liter



(Wantasen dan Luntungan, 2016). Fosfat Bentuk fosfat dalam perairan adalah ortofosfat. Pada umumnya, fosfat yang terdapat dalam suatu perairan dapat berasal dari kotoran manusia atau hewan, sabun, industri pulp dan kertas, detergen. Pada dasarnya makhluk hidup yang tumbuh di perairan memerlukan fosfat pada kondisi jumlah tertentu. Sebaliknya, kandungan fosfat yang berlebihan akan membahayakan kehidupan makhluk hidup tersebut (Ngibad, 2019). Dalam KepMen LH No. 51 Tahun 2004 nilai baku mutu fosfat adalah 0.015 mg/l. Fosfat dalam suatu perairan bersumber dari diantaranya limbah industri, domestik dan pertanian, serta hancuran bahan organik. Tingginya kadar fosfat di dasar perairan karena dasar perairan umumnya kaya akan zat hara, baik yang berasal dari dekomposisi sedimen maupun senyawa-senyawa organik yang berasal dari jasad flora dan fauna yang mati (Patty, 2015).



17 Tipe Substrat Substrat dasar merupakan salah satu faktor ekologis utama yang mempengaruhi makrozoobenthos. Jika substrat mengalami perubahan maka struktur



komunitas



makrozoobenthos



akan



mengalami



perubahan



pula.



Pengamatan terhadap kondisi fisik (tipe substrat) dan kimiawi (bahan organik) sedimen dalam hubungannya terhadap struktur komunitas makrozoobenthos sangat penting untuk dilakukan, karena sedimen merupakan habitat bagi makrozoobenthos tersebut (Fadly, 2017). Menurut Suwignyo et al (2005, menyatakan bahwa kijing menyukai lingkungan yang didominasi oleh pasir berlumpur dan habitat paling baik bagi pertumbuhannya, karena mengandung persentase pasir dan lumpur yang seimbang (44,67% dan 48%). C-organik Senyawa organik umumnya berasal senyawa karbon yang terbentuk secara alamiah. Karbon organik terdiri dari dua tipe, yaitu material OC dari daratan yang terbawa oleh limpasan hujan atau sungai, dan material OC dari lautan berupa hasil produksi organisme laut (biogenous) seperti karbonat biogenik berasal dari foram atau moluska (Permanawati dan Hernawan, 2018). Karbon organik (C-organik) merupakan salah satu komponen penting sebagai penyusun kimiawi sedimen. Meskipun komponen organik dapat terdekomposisi dan dikembalikan sebagian ke komponen anorganik, sebagiannya lagi masih terpreservasi dan menjadi komponen penting sebagai bagian dari penyusunan partikel sedimen di perairan (Yolanda et al., 2019)



BAB III METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September – Oktober 2021 dengan 3 kali pengambilan sampel di lapangan selama 1 bulan dengan jarak interval waktu 10 hari sekali di perairan Pantai Pasir Putih Parparean Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba, Sumatera Utara. Metode yang digunakan untuk menentukan stasiun penelitian ini adalah metode purposive sampling yaitu penentuan stasiun pengamatan dilakukan dengan memperhatikan kondisi di lokasi penelitian (Putri et al., 2019). Pada lokasi penelitian terdapat 3 stasiun, dimana stasiun I berada di daerah dermaga jetty, stasiun II terdapat kegiatan masyarakat menangkap ikan dan stasiun III berada di titik terjauh yang tidak terdapat aktivitas manusia.



Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Untuk identifikasi kerang kijing dilakukan di Laboratorium Lingkungan Perairan Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Analisis nitrat dan fosfat dilakukan di Balai Teknik



19 Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas I Medan dan analisis fraksasi substrat dan C-Organik dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang akan digunakan selama penelitian ini adalah GPS (Global Positioning System) untuk menentukan koordinat pengambilan sampel, meteran untuk mengukur panjang plot, secchi disk untuk mengukur kecerahan perairan, DO meter untuk mengukur DO perairan, thermometer untuk mengukur suhu perairan, pH meter untuk mengukur pH perairan, plot transek untuk pengambilan sampel, sekop untuk pengambilan sampel kerang kijing didalam substrat, kantong plastik untuk menyimpan sampel, toolbox untuk menyimpan alat dan bahan, botol sampel air untuk menyimpan air untuk dihitung, aquades untuk membersihkan alat, kamera untuk dokumentasi penelitian laptop untuk analisis data, milimeter blok, kertas label dan alat tulis untuk mencatat hasil perhitungan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel kerang kijing untuk bahan utama penelitian, sampel substrat untuk menguji jenis tekstur dan sampel air untuk menguji kadar nitrat dan fosfat. Prosedur Penelitian Pengambilan Sampel Kijing Teknik sampling dilakukan menggunakan metode line transect (transek garis). Trasek garis adalah garis memotong ke arah seberang batas komunitas tertentu yang akan diamati. Setiap stasiun ditempatkan satu transek garis, yang



20 ditarik secara tegak lurus dengan panjang keseluruhan yaitu 15 meter dari pinggir pantai menuju tengah pantai, kemudian di dalam setiap stasiun dibagi tiga titik pencuplikan. Setiap titik pencuplikan diletakkan kerangka kuadran berukuran 1 m x 1 m2 dengan jarak antar kuadran adalah 5 meter. Total pencuplikan semua staisun adalah 9 titik pencuplikan (Septiana, 2017). Pengambilan sampel kerang kijing dilakukan 3 kali pengulangan. Sehingga total pengambilan sampel dari semua stasiun adalah 27 titik plot pengambilan. Pengambilan sampel kerang kijing dilakukan pada masing-masing plot dari 3 stasiun. Pengambilan sampel kerang kijing dilakukan pada saat surut dengan menggunakan sekop pada setiap stasiun dengan kedalaman ±25cm. Kerang kijing yang diperoleh kemudian dikumpulkan dan dibersihkan, setelah itu dimasukkan ke dalam wadah toples dan diberi label. Untuk pengamatan kerang kijing dilakukan secara langsung di lapangan kemudian dibawa ke laboratorium untuk proses analisis (Septiani, 2017). Pengambilan sampel dilakukan pada waktu pagi sekitar pukul 08.30 WIB sampai dengan pukul 16.00 WIB sebanyak 3 kali pengambilan dalam rentang waktu 10 hari sekali pada titik yang ditentukan (Astari et al., 2018). Pengukuran Parameter Fisika dan Kimia Pengukuran parameter kualitas perairan yang dilakukan meliputi suhu, kecerahan, kedalaman, pH, DO dilakukan langsung di lokasi peneltian tiap stasiun. Sedangkan untuk pengukuran fosfat (PO4) dan nitrat (NO3) dilakukan dengan mengambil sampel air di lokasi penelitian untuk kemudian di analisis di Laboratorium Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas I Medan.



21 Pengambilan Sampel Substrat Pengambilan sampel substrat dilakukan saat pasang surut di setiap stasiun yang telah ditentukan. Sampel substrat diambil satu kali menggunakan sekop lalu dimasukkan kedalam plastik hitam untuk disimpan kedalam toolbox untuk dianalisis kondisi substrat. Analisis sampel substrat akan dilakukan di Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Sumatera Utara, Medan. Analisis Data Pola Distribusi (Id) Pola



distribusi



kijing



(Anodonta



woodiana)



ditentukan



dengan



menggunakan Indeks Penyebaran Morisitha (Putri, 2019) berdasarkan rumus :



(∑ n



Id =



n[



i=1



2



X −N



N ( N−1 )



)



]



Keterangan : Id : Indeks sebaran/disperse Morishita N : Jumlah individu total sampel dalam pengambilan x : Jumlah individu pada setiap pengulangan pengambilan n : Jumlah pengulangan Angka indeks Morishita yang diperoleh, kemudian diinterpretasikan sebagai berikut: Id1, pola penyebaran cenderung berkelompok atau teragregasi



22 Metode Storet Metode yang umum digunakan untuk menentukan status mutu air adalah metode storet. Prinsip metode storet yaitu membandingkan data hasil pengukuran kualitas air dengan baku mutu air yang sudah ditetapkan oleh pemerintah (Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2003). Metode storet telah banyak digunakan



untuk



menentukan



status



mutu



air



suatu



badan



air.



(Esta dan Suastuti, 2016). Cara menentukan status mutu air digunakan sistem nilai dari US-EPA (Environmental Protection Agency) dengan mengklasifikasi mutu air dalam empat kelas, yaitu: a. Kelas A : baik sekali : skor = 0



memenuhi baku mutu



b. Kelas B : baik : skor = -1 s/d -10



cemar ringan



c. Kelas C : sedang : skor = -11 s/d - 30 d. Kelas D : buruk : skor ≥ -31



cemar sedang



cemar berat



Metode Indeks Pencemaran Berdasarkan Sudirman et al (2013) indeks pencemaran adalah nilai yang telah ditentukan besarannya sesuai badan airnya misalnya sungai, danau, laut. Analisis kualitas air menggunakan kreteria mutu air berdasarkan kelas II yang ada dalam lampiran Perda Provinsi Jatim Nomor 2 Tahun 2008. Sedangkan status mutu air mengunakan



metode



Pollution



Index



(PI)



berdasarkan



Kepmen LH No. 115 Tahun 2003. Nilai Indeks Pencemaran (IP) dapat digunakan untuk mengetahui nilai kualitas air sungai untuk suatu peruntukan tertentu dan



sebagai dasar dalam memperbaiki kualitas air jika terjadi pencemaran. Perhitungan indeks pencemaran dilakukan dengan menggunakan persamaan:



IPj=







(



) ( 2



Ci Ci + Lij M Lij R 2



23



)



2



Dimana Lij : konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam Baku Peruntukan Air (j), dan Ci : konsentrasi parameter kualitas air (i), PIj adalah Indeks Pencemaran bagi peruntukan (j), dengan (Ci/Lij)R : nilai Ci/Lij rata-rata dan (Ci/Lij)M : nilai Ci/Lij maksimum (Mahyudin et al., 2015). Metode CCME (Canadian Council Minister of the Environment) Indeks Kualitas Air CCME merupakan metode yang digunakan untukmengetahui status mutu air dan melihat kondisi pencemaran perairan. Indeks ini membandingkan hasil nilai analisis kualitas air terhadap acuan untuk memperoleh nilai pada rentang 0 yang menunjukkan kualitas yang buruk sampai 100 yang menunjukkan kualitas yang sangat baik (Hurley et al., 2012). Selanjutnya, dilakukan evaluasi tingkat pencemaran berdasarkan Indeks CCME. Indeks CCME ini dipilih karena dalam penghitungan menggunakan obyektivitas statistika resiko lingkungan, yaitu banyaknya parameter yang tidak sesuai dengan baku mutu (F1), dan banyaknya hasil uji yang tidak sesuai dengan baku mutu (F2) serta besaran/selisih hasil pengujian pada suatu parameter terhadap baku mutunya (F3). CCME dapat dihitung demgan menggunakan rumus sebagai berikut :



1. F1 (Scope), menyatakan persentase parameter parameter yang tidak memenuhi baku mutu, setidaknya untuk satu kali periode waktu relarif terhadap jumlah variabel yang diukur. 2. F2 (Frequency), menyatakan persentase uji yang tidak sesuai dengan baku mutu.



24



3. F3 (Amplitude), menyatakan jumlah uji gagal tidak memenuhi baku mutu. F3 dihitung menggunakan. Langkah-langkah berikut : a) nilai konsentrasi parameter yang meningkat menyatakan tingkat pencemaran meningkat: b) nilai konsentrasi parameter yang menurun menyatakan tingkat pencemaran meningkat 3. Nilai tingkat pencemaran Keterangan : F1 = banyaknya jumlah parameter yang melebihi baku mutu F2 = banyaknya hasil nilai uji pada parameter yang melebihi baku mutu F3 = besaran/selisih hasil uji pada suatu parameter dengan baku mutunya 1,732 = nilai normalitas antara 0 sampai 100. Analisis Tipe Substrat Sampel substrat diambil dari perairan menggunakan sekop lalu dimasukkan kedalam plastik hitam untuk dianalisis C-Organik dan tipe substrat di Laboratorium Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Sumatera Utara, Medan. Penentuan tekstur substrat dilakukan dengan mencocokkan persentase pasir, debu dan liat dengangambar segitiga USDA (LPT, 1979). Berikut ini adalah langkahlangkah penentuan tekstur substrat yaitu :



1. Menentukan komposisi dari masing-masing fraksi substrat, misalnya fraksipasir 45%, debu 30% dan liat 25%. 2. Menarik garis lurus pada sisi presentase pasir dititik 45% sejajar dengan sisi presentase debu, kemudian ditarik garis lurus pada sisi persentase 25 debut di titik 30% sejajar dengan presentase liat, dan tarik garis lurus pada sisi presentase liat 25% sejajar dengan sisi presentase pasir. 3. Titik perpotongan ketiga garis tersebut akan menentukan tipe substrat yang dianalisis, misalnya hal ini adalah lempung. Untuk analisis substrat menggunakan Segitiga The United States Departemen of Agriculture (USDA) dapat dilihat pada Gambar 7.



Gambar 3. Segitiga USDA (LPT, 1979) Analisis Komponen Utama (Participal Componen Analysis) PCA adalah suatu teknik seleksi data multivariate (multivariable) yang mengubah atau mentransformasi suatu matriks data original menjadi suatu kumpulan kombinasi homogen yang lebih sedikit namun menyerap sejumlah besar varian dari data awal. Tujuan utamanya ialah mendefinisikan sebanyak mungkin jumlah keragaman data original dengan seminim mungkin principal component. PCA digunakan untuk menjelaskan struktur matriks varians-kovarians



dari suatu set variabel melalui kombinasi linier dari variabel-variabel tersebut (Nasution, 2019). PCA dapat mengidentifikasi kelompok- kelompok dan kumpulan beberapa variabel yang memiliki kesamaan dan memungkinkan untuk menyederhanakan 26 deskripsi dari observasi dengan menemukan struktur atau pola-pola dalam kelompok data yang beragam. Sebagai tambahan, teknik ini memungkinkan untuk menganalisis data variabel-variabel yang tidak homogen. Selain itu metode ini dapat digunakan untuk menganalisis keterkaitan antar parameter kualitas air. Analisis komponen utama juga digunakan untuk menganalisis dan memprediksi kualitas



air



permukaan



secara



umum



maupun



kualitas



air



tanah



(Wiyoto dan Effendi, 2020).



Gambar 4. Simulasi Hasil Analisis PCA dalam Bentuk Lingkaran Korelasi Interpretasi



lingkaran



korelasi



antar



variabel



dapat



dilihat



dari



pembentukan sudut yang terbentuk antar bentukan variabel. Posisi 180o terlihat pada gambar terbentuk antara variabel CE dan LI, juga antara variabel AR dan DE, PA. Posisi pertemuan antara berhimpit diperlihatkan antara variabel Dedan PA. Korelasi pembentukan sudut 90o terlihat pada variabel AR dan CE, juga variabel PA dan LI. Hal tersebut dapat dideskripsikan bahwa variabel yang membentuk sudut 180o menggambarkan hubungan korelasi negatif kecil. Sudut



yang membentuk 90o menunjukkan tidak adanya hubungan dan variabel yang berhimpit menunjukkan bahwa variabel berkorelasi positif (Bengen, 2000).



DAFTAR PUSTAKA



Aritonang, A. G., U. S. Hrdjanto dan A. Soemarmi. 2016. Pengelolaan Limbah di Perusahaan Pulp Pt. Toba Pulp Lestari,Tbk Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Diponegoro Law Journal.Vol. 5(3). Aruan, D. G. R dan M. A. Siahaan. 2017. Penentuan Kadar Dissolved Oxygen (DO) Pada Air Sungai Sidoras Di Daerah Butar Kecamatan Pagaran Kabupaten Tapanuli Utara. Jurnal Analis Laboratorium Medik. Vol. 29(10). Astari, F. D., A. Solichin dan N. Widyorini. Analisis Kelimpahan, Pola Distribusi, Dan Nisbah Kelamin Kerang Kijing (Anodonta Woodiana) Di Inlet Dan Outlet Danau Rawapening Jawa Tengah. Ournal Of Maquares. Vol 7(2) : 227-236. Bengen, G. D. 2000. Sinopsis Teknik Pengambilan Contoh dan Analisis Data Biofisik Sumberdaya Pesisir. Apskspl. Fakultas Perikanan dan Kelautan. IPB. Bogor. Dharma, B. 2005.Recent & Fossil Indonesian Shells. Sarana Graha. Jakarta. Esta, K. A dan D.A.Suastuti. 2016. Penentuan Status Mutu Air Tukad Yeh Poh Dengan Metode Storet. Jurnal Kimia. ISSN:1907-9850. 10(1):65-74. Fadly,



M. R. 2017.Hubungan Substrat Dasar Dengan Kelimpahan Makrozoobenthos di Pantai Pelawan Pulau Karimun Besar Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau.



Fajrina, N., M. A. Sarong., M. Saputri., I. Huda dan Khairil. 2020. Pola Pertumbuhan Kerang Air Tawar (Anadonta Woodiana) Berdasarkan Substrat Di Perairan Sungai Aron Patah Kecamatan Panga Kabupaten Aceh Jaya.Jurnal Ilmiah Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsyiah.Vol. 5(1). Foth, HD. 1998. Dasar-dasar ilmu tanah. Penerbit Gadjah Mada. University Press.Yogyakarta.



Garno, Y. S., R. Nugroho dan M. Hanif. 2020. Kualitas Air Danau Toba di Wilayah Kabupaten Toba Samosir dan Kelayakan Peruntukannya. Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 21(1):118-124. Gea, B. P., B. Rahayu, S. Faizutuluhmi. dan R. Komala. 2019. Struktur Komunitas Moluska dan Kualitas Perairan di Kawasan Hutan dengan Universitas Sumatera Utara 55 Tujuan Khusus Carita, Pandeglang, Banten.Journal of Tropical Biology. 7(1) : 21-22. Hamuna, B., R. H. R. Tanjung., Suwinto dan H. K. Maury. 2018. Konsentrasi Amoniak, Nitrat Dan Fosfat di Perairan Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura. ISSN:3202-3708.14(1):8-15. Harahap, M. 2019. Struktur Komunitas Makrozoobenthos Di Perairan Rawa Desa Sawah Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Hartono, R., A. Pratomo dan I. Karlina. 2016. Pola Sebaran Bivalvia Zona Litoral Di Pantai Lola Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Hasan, U. 2017. Kelimpahan Plankton di Perairan Danau Toba, Kelurahan Haranggaol, Kabupaten Simalungun. Jurnal Warta Edisi. ISSN:1829746. Hurley T, Sadiq R, Mazumder A. 2012. Adaptation and evaluation of the Canadian Council Ministers of the Environment Water Quality Index (CCME WQI) For Use An Effective Tool To Character Drinking Source Water Quality. Water Research : 1-9. Mahyudin, Soemarno dan T. B. Prayogo.2015. Analisis Kualitas Air dan Strategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai Metro di Kota Kepanjen Kabupaten Malang. Jurnal PAL. 6(2) : 105-114. Muhtadi, A., M. Yunasfi., Ma’rufi dan A. Rizki. 2017. Morfometri dan Daya Tampung Beban Pencemaran Danau Pondok Lapan di Kabupaten Langkat, Sumatra Utara. Oseonologi dan Limnologi di Indonesia. Vol. 2(2):49-63. Nasution, M. Z. 2019. Penerapan Principal Component Analysis (PCA) dalam Penentuan Faktor Dominan yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Teknologi Informasi. 3(1) : 41-48. Ngibad, K. 2019. Analisis Kadar Fosfat Dalam Air Sungai Ngelom Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur. J. Pijar MIPA. ISSN:1907-1744. 14(3):197-201. Nurrohman, I. 2018. Kepadatan dan Pola Distribusi Popilasi Anadara antiquanta L. di Zona Intertidal Pantai Bilik Taman Nasional Baluran. Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologi. Eidman H. M., Koesoebiono, D. G. Bengen, M. Hutomo & S. Sukardjo (penerjemah). Penerbit Gramedia. Jakarta: 459 p. Terjemahan dari: MarineBiology: an ecological approach.



Oli, A. H dan A. R. Paramata.2019. Struktur Komunitas Makrozoobenthos di Danau Limboto Provinsi Gorontalo.Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan.Vol.7(26). Padwa, M., O. J. Kalesaran dan C. Lumenta.2015. Pertumbuhan Kijing Taiwan (Anodonta woodiana) dengan Perbedaan Substrat. Jurnal Budidaya Perairan. Vol. 3(1). Patty, S.I. 2015. Karakteristik Fosfat Nitrat dan Oksigen Terlarut di Perairan Selat Lembeh, Sulawesi Utara. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis. 1 (1) : 2-3. Permanawati, Y dan U. Hernawan.2018. Distribusi Karbon Organik Dalam Sedimen Inti Di Perairan Lembata, Laut Flores. Jurnal Geologi Kelautan. Vol. 16(1). Purnama, M. F., Haslianti, Salwiyah dan A. K. Admaja. 2019. Potensi Sumberdaya Kijing (Anodonta Woodiana) di Sub DAS Anak Sungai Lahombuti Kabupaten Konawe, Sulawesi Selatan. Indonesian Journal of Fisheries Science And Technology. 15(1) : 70-71. Purwanti, T., R. Yolanda dan A. A. Purnama. 2015. Struktur Komunitas Gastrpoda Di Sungai Sangkir Anak Sungai Rokan Kiri Kabupaten Rokan Hulu. Putra, G. M., A. Muzahir., J. Hutahaean dan A. Z. Syah. 2020. Kewirausahaan Berbasis E-Commerce Untuk Meningkatkan Pendapatan Keluarga di Polsek Porsea. ISSN:2723-1674. 1(1):17-23. Putri, R. E. 2019. Pola Distribusi Dan Kepadatan Kijing Air Tawar (Pilsbryoconcha Exilis) Di Perairan Sungai Indragiri Desa Lubuk Terentang Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau. Rahmadi, F., A. F. Rijaluddin, M. Assuyuti.2015. Studi Indeks Saprobik dan Komposisi Fitoplankton pada Musim Hujan di Situ Gunung, Sukabumi, West Java.Biology.9 (2). Rajab, A., Bahtiar dan Salwiyah. 2016. Studi Kepadatan dan Distribusi Kerang Lahubado (Glauconome sp) di Perairan Teluk Staring Desa Ranooha Raya Kabupaten Konawe Selatan. Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan. 1(2): 103-114. Rizal, M. R. 2012. Karakteristik dan Pengelolaan Perikanan Danau di Indonesia. Palembang. Septiana. N. D. 2017. Keanekaragaman Moluska (Bivalvia dan Gastropoda) di Pantai Pasir Putih Kabupaten Lampung Selatan. Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, Lampung.



Sinaga, E. L. R., A. Muhtadi dan D. Bakti. 2016. Profil Suhu, Oksigen Terlarut, dan pH Secara Vertikal Selama 24 Jam di Danau Kelapa Gading Kabupaten Asahan Sumatera Utara. ISSN:1858-3873. 12(2):114-124. Soedibjo, 2008.Analisis Komponen Utama dalam Kajian Ekologi. Pusat Penelitian Oseanografi LIPI, Jakarta. Soemartini.2008. Principal Component Analysist (PCA) Sebagai Salah Satu Metode untuk Mengatasi Masalah Multikolinearitas. Universitas Padjadjaran, Bandung. Sudirman, N. S. Husrin dan Ruswahyuni. 2013. Baku Mutu Air Laut Untuk Kawasan Pelabuhan dan Indeks Pencemaran Perairan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan. Jurnal Saintek Perikanan. 9(1) : 14-22. Susilowati, S., Afreni H. dan Winda D. K. 2017.Keanekaragaman Gastropoda di Sungai Tabi Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin. Jurnal Universitas Jambi, Jambi. 16(9) : 1-14. Susilowati, S., Afreni H. dan Winda D. K. 2017.Keanekaragaman Gastropoda di Sungai Tabi Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin. Jurnal Universitas Jambi, Jambi. 16(9) : 1-14. Walukow, A. F. 2010. Penentuan Status Mutu Air Dengan Metode Storet di danau Sentani Jayapura Propinsi Papua.10(3). Wantasen, S dan J. N. Luntungan.2016. Distribusi Spasio -Temporal Nitrogen di Daerah Tangkapan Air Danau Tondano Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Bumi Lestari. Vol.16(1):16-22. Wiyoto dan Effendi, 2020. Analisis Kualitas Air Untuk Marikultur di Moro, Karimun, Kepulauan Riau Dengan Analisis Komponen Utama. Journal of Aquaculture and Fish Health. Vol. 9(2). Yanuardi, F., D. Suprapto dan Djuwito. 2015. Kepadatan Dan Distribusi Spasial Kerang Kijing (Anodonta Woodiana) di Sekitar Inlet Dan Outlet Perairan Rawapening. Vol. 4(2):38-47. Yaqin, K., Y. Karim dan L. Fachruddin. 2018. Kualitas Air Dan Kandungan Beberapa Logam di Danau Unhas. Jurnal Pengelolaan Perairan. ISSN:2620-6552. 1(1):1-13. Yolanda, Y., H. Effendi dan B. Sartono. 2019. Konsentrasi C-organik Dan Substrat Sedimen Di Perairan Pelabuhan Belawan Medan. Jurnal Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan. ISSN: 2598-0017. 3(2): 300308.