Prosedur Dan Teknik Konseling Berpusat Pribadi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROSEDUR DAN TEKNIK KONSELING BERPUSAT PRIBADI MAKALAH Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konseling Humanistik Yang Diampu oleh Bapak Drs. M. Ramli



Disusun Oleh : Ajeng Tri Rahmawati



(180111600070)



Sofia Andari Roem



(180111600062)



UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FEBRUARI 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Prosedur dan Teknik Konseling Berpusat Pribadi” untuk memenuhi tugas mata kuliah Konseling Humanistik yang Diampu oleh Bapak Drs. M. Ramli. Dalam penyusunan ini, kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu, kami menerima segala masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca sekalian.



Malang, Februari 2020



Penulis



i



DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR................................................................................i DAFTAR ISI...............................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1 A. Latar Belakang.......................................................................................1 B. Rumusan Masalah..................................................................................1 C. Tujuan....................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN............................................................................3 A. Pengertian Konseling Berpusat Pribadi.................................................3 B. Tujuan Konseling Berpusat Pribadi ......................................................4 C. Prosedur Konseling Berpusat Pribadi....................................................4 D. Teknik Konseling Berpusat Pribadi.......................................................6 BAB III PENUTUP....................................................................................9 A. Kesimpulan ...........................................................................................9 B. Saran ....................................................................................................10 DAFTAR RUJUKAN................................................................................11



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konseling berpusat pribadi didasarkan pada falsafah sifat naluri manusia yang menegaskan adanya usaha untuk beraktualisasi diri. Selanjutnya, pandangan Rogers tentang sifat naluri manusia adalah fenomenologis; yaitu kita membentuk diri sendiri sesuai dengan persepsi kita tentang realitas. Kita dimodifikasi untuk mengaktualisasi diri kita sendiri dalam lingkup persepsi kita akan realitas. Manusia memiliki kemampuan untuk berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal mereka sendiri.



Pendekatan dalam konseling humanistik tidak



memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara ketat. Konseling berpusat pribadi ini melihat konselor dan konseli sebagai manusia. Tujuannya yaitu untuk menyadarkan keberadaan konseli agar bisa melihat dirinya sendiri dan mengambil keputusan sendiri. Dengan dibuatnya makalah ini, akan membahas tentang konseling berpusat pribadi mengenai teknik dan juga prosedur dalam proses pelaksanaannya. Selain itu, akan dijelaskan juga tentang pengertian dan tujuan mengenai konseling berpusat pribadi. B. Rumusan Masalah 1. Apa konseling berpusat pribadi? 2. Apa tujuan konseling berpusat pribadi? 3. Bagaimana prosedur konseling berpusat pribadi? 4. Bagaimana teknik konseling berpusat pribadi?



1



2



C. Tujuan 1. Untuk menjelaskan apa itu konseling berpusat pribadi. 2. Untuk menjelaskan tujuan dari konseling berpusat pribadi 3. Untuk menjelaskan bagaimana prosedur konseling berpusat pribadi 4. Untuk menjelaskan bagaimana teknik konseling berpusat pribadi



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Konseling Berpusat Pribadi Konseling berpusat pribadi sering juga disebut Psikoterapi non directive adalah suatu metode perawatan psikis yang dilakukan dengan cara berdialog antara konselor dengan konseli, agar tercapai gambaran yang serasi antara ideal self (diri konseli yang ideal) dengan actual self (diri konseli sesuai kenyataan yang sebenarnya). Ciri-ciri konseling ini adalah : 1. Ditujukan kepada konseli yang sanggup memecahkan masalahnya agar tercapai kepribadian konseli yang terpadu ; 2. Sasaran konseling adalah aspek emosi dan perasaan (feeling), bukan segi intelektualnya; 3. Titik tolak konseling adalah keadaan individu termasuk kondisi sosial, psikologis masa kini (here and now), dan bukan pengalaman masa lalu; 4. Proses konseling bertujuan untuk menyesuaikan antara ideal self dengan actual self ; 5. Peranan yang aktif dalam konseling dipegang oleh konseli, sedangkan konselor adalah pasif reflectif, artinya tidak semata-mata diam dan pasif akan tetapi berusaha membantu agar konseli aktif memecahkan masalahnya. Konseling berpusat pribadi ini



didasarkan pada kepercayaan



fundamental bahwa manusia itu pada intinya terpercaya, sosial, dan kreatif. Ekspresi praktis dari kepercayaan tersebut adalah kemauan konselor untuk memampukan konseli menyadari sumber dayanya sendiri dan pemahaman dirinya.



3



4



B. Tujuan Konseling Berpusat Pribadi Konseling berpusat pribadi yang dikembangkan Carl Ransom Rogers pada tahun 1942 bertujuan untuk membina kepribadian konseli secara integral, berdiri sendiri, dan mempunyai kemampuan untuk memcahkan masalah sendiri. Kepribadian yang integral adalah struktur kepribadiannya tidak terpecah artinya sesuai antara gambaran tentang diri yang ideal (ideal self) dengan kenyataan diri sebenarnya (actual self). Kepribadian yang berdiri sendiri adalah yang mampu menentukan pilihan sendiri atas dasar tanggung jawab dan kemampuan tidak tergantung pada orang lain. Sebelum menentukan pilihan tentu individu harus memahami dirinya (kekuatan dan kelemahan diri), dan kemudian keadaan diri tersebut harus ia terima. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan beberapa syarat yakni : (1) kemampuan dan keterampilan konselor; (2) kesiapan konseli untuk menerima bimbingan; (3) taraf intelegensi konseli yang memadai. C. Prosedur Konseling Berpusat Pribadi Sasaran konseling berpusat pribadi berbeda dengan pendekatan orisinil tradisoinil. Pendekatan berpusat pribadi diarahkan ke kebebasan dan intergrasi individu pada tingkat yang lebih tinggi. Fokusnya adalah pada pribadi konseli, bukan pada problema yang dikemukakan oleh konseli. menurut pandangan Rogers (1977) sasaran konseling tidak hanya sekedar menyelesaikan problema. Melainkan membantu konseli dalam proses pertumbuhannya, sehingga dia akan bisa lebih baik menangani problema yang dihadapinya sekarang dan yang akan mereka hadapi di masa depan. Apabila konselor mampu menciptakan iklim yang kondusif untuk eksplorasi diri, maka konseli akan mendapatkan kesempatan untuk mengalami dan mengeksplorasi perasaannya secara keseluruhan. Konseli yang datang kepada konselor dalam keadaan tidak kongruen, yaitu ada ketidaksesuaian antara persepsi diri dan pengalamannya yang rill. Misalnya seorang mahasiswa mungkin melihat dirinya di masa depan akan menjadi seorang dokter, namun nilai hasil studinya mungkin di bawah rata-



5



rata hingga memungkinkan ia tidak diterima di sekolah kedokteran. Ketidaksesuaian bagaimana ia melihat dirinya (konsep diri) atau bagaimana ia ingin melihat dirinya (konsep diri ideal) dan kenyataan tentang kemampuan akademiknya yang buruk bisa menghasilkan kecemasan dan kerentanan individunya, yang bisa membangkitkan motivasi dirinya untuk mengikuti proses konseling. Salah satu alasan mengapa konseli menginginkan konseling adalah rasa ketidak berdayaan yang mendasar, tidak memiliki kekuasaan, dan ketidak mampuan untuk membuat keputusan atau secara efektif mengarahkan hidupnya. Mereka berharap bisa menemukan jalan keluar dari permasalahan yang dialami setalah melakukan proses konseling. Demikian konseling berjalan, konseli akan mampu mengeksplorasi ruang lingkup yang lebih luas dari perasaannya (Rogers,1987). Mereka bisa mengungkapkan rasa takut, kecemasan, rasa bersalah, rasa malu, kebencian, amarah dan emosi lainnya yang telah mereka perkirakan terlalu negatif untuk bisa diterima dan disertakan dalam struktur pribadi mereka. Dengan mengikuti proses konseling, konseli makin dapat mengungkapkan atau menemukan aspek-aspek dalam diri mereka yang selama ini dibiarkan tersembunyi. Pada saat konseli merasa diterima dan dipahami, maka sifat definsifnya dirasakan tidak perlu dan mereka menjadi terbuka terhadap pengalaman mereka. Karena mereka sudah bisa mengurangi perasaanperasaan negatif yang dialami, mereka pun menjadi realistis, memiliki persepsi terhadap orang lain dengan cermat dan lebih bisa menerima dan memahami orang lain. Pendekatan berpusat pribadi menawarkan landasan humanitik dimana seorang konselor bisa memahami dunia subjektif si konseli. Konseli diberi kesempatan yang besar untuk mendengarkan dengan sejujurnya tanpa ada evaluasi atau penilaian. Mereka bisa secara bebas bereksperimen dengan perilaku baru. Mereka diharapkan untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan mereka lah yang menetukan irama langkah konseling.



6



Berikut beberapa tahap-tahap inti konseling berpusat pribadi yaitu, 1. Konseli datang kepada konselor atas kemauan sendiri. Apabila konseli datang atas suruhan orang lain, maka konselor harus mampu menciptakan situasi yang sangat bebas dan permisif dengan tujuan agar konseling memilih apakah akan terus meminta bantuan atau akan membatalkannya; 2. Situasi konseling sejak awal harus menjadi tanggung jawab



konseli,



untuk itu konselor menyadarkan konseli; 3. Konselor memberanikan konseli agar ia mampu mengemukakan perasaannya. Konselor harus bersikap ramah, bersahabat, dan menerima konseli sebagaimana adanya; 4. Konselor menerima perasaan konseli serta memahaminya; 5. Konselor berusaha agar konseli dapat memahami dan menerima keadaan dirinya; 6. Konseli menentukan pilihan sikap dan tindakan yang akan diambil (perencanaan); 7. Konseli merealisasikan pilihannya itu. D. Teknik Konseling Berpusat Pribadi Pada saat pandangan psikoterapi Rogers berkembang maka fokus utama konseling ini bergeser dari teknik konseling ke kualitas, kepercayaan dan sikap pribadi konselor untuk membangun hubungan baik terhadap konseli. Dalam kerangka konseling berpusat pribadi “tekniknya” adalah mendengarkan, menerima, menghormati, menghargai, memahami, dan berbagi. Bersikeras dengan penggunaan teknik dilihat sebagai hal yang menjadikan hubungan itu tidak memiliki sifat kepribadian lagi. Tekniknya haruslah ungkapan yang jujur dari konselornya, teknik-teknik itu tidak bisa digunakan untuk kepuasaan diri. Penekanan masalah ini adalah dalam hal filosofis dan sikap konselor ketimbang teknik. Dan mengutamakan hubungan konseling ketimbang perkataan dan perbuatan konselor. Implementasi teknik konseling didasari atas paham filsafat serta sikap konselor. Karena itu penggunaan teknik seperti pertanyaan, dorongan, interpretasi, sugesti dipakai dalam frekuensi yang rendah. Yang lebih utama



7



ialah pemakaian teknik konseling bervariasi dengan tujuan pelaksanaan filosofi dan sikap tadi. Karena itu teknik konseling Rogers berkisar antara lain pada cara-cara penerimaan pernyataan dan komunikasi, menghargai orang lain, dan memahami (konseli). Karena itu dalam pelaksanaan teknik konseling amat diutamakan sifat-sifat konselor berikut : 1. Acceptance, artinya konselor menerima konseli sebagaimana adanya dengan segala masalahnya. Agar proses konseling berhasil konselor harus bisa memiliki sebentuk rasa hormat kepada konselor. Dalam prosesnya, konselor tidak boleh menghakimi penampilan, pikiran, tindakan dan perasaan konseli. Jadi sikap konselor adalah menerima secara netral. 2. Congruance, kongruensi mengandung arti bahwa konselor adalah rill, yaitu mereka itu jujur, terintegrasi dan otentik selama berlangsungnya konseling. Kongruensi ini mencakup kesadaran dan keterbukaan konselor dan memiliki dua dimensi. Dimensi pertama, konselor harus utuh dan menjadi diri mereka sendiri dalam proses konseling, selalu waspada pada kehadiran dan gerakan pikiran, perasaan, dan persepsi. Kedua, kehadiran seorang konselor harus menyentuh hati konseli. merekayasa keterasingan, menyajikan wajah profesional. Artinya karakteristik konselor adalah terpadu, sesuai kata dengan perbuatan, dan konsisten.



3. Understanding, salah satu dari tugas utama konselor adalah memaklumi pengalaman dan perasaan konseli secara akurat pada saat semuanya itu diungkpakan dalam proses konseling. Seorang konselor harus berusaha keras untuk memahmi dan menghayati pengalaman subjektif konseli. Tujuannya yaitu untuk membangkitkan semangat konseli untuk lebih dekat dengan dirinya sendiri, merasakan mendalam dan intens untuk mengenali lebih dekat dan menguraikan ketidak kongruensian yang ada dalam dirinya. Artinya konselor harus dapat secara akurat dan memahami secara empati dunia konseli sebagai mana dilihat dari dalam diri konseli itu.



8



4. Non judgemental, artinya tidak memberi penilaian terhadap konseli, akan tetapi konselor selalu objektif. Kepedulian seorang konselor adalah tanpa syarat dalam



kepedulian itu tidak dikotori oleh evaluasi dan penilaian.



Dalam proses konseling, konselor mengambil sikap bahwa mereka menghargai konseli seperti apa adanya dan konseli bebas untuk memiliki perasaan dan pengalam tanpa resiko tidak bisa diterima oleh konselor.



Selain teknik-teknik yang telah disebutkan, di dalam proses konseling harus terdapat adanya jaminan bahwa masalah yang diungkapkan oleh konseli dapat dijamin kerahasiaannya serta adanya kebebasan bagi konseli untuk kembali berkonsultasi atau tidak sama sekali jika konseli sudah dapat memahami permasalahan dirinya. Pendekatan konseling berpusat pribadi mungkin terdengar sederhana, karena tidak ada struktur yang baku saat bertanya kepada konseli. Setiap proses bisa saja terjadi hal-hal baru dan konseli tersebut mengungkap masalah mereka sendiri dan pemecahannya juga terdapat dari konseli tersebut.



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Konseling berpusat pribadi sering juga disebut Psikoterapi non directive adalah suatu metode perawatan psikis yang dilakukan dengan cara berdialog antara konselor dengan konseli, agar tercapai gambaran yang serasi antara ideal self (diri konseli yang ideal) dengan actual self (diri konseli sesuai kenyataan yang sebenarnya). Tujuan dari konseling ini yaitu untuk membina kepribadian konseli secara integral, berdiri sendiri, dan mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah sendiri. Dalam pelaksanaannya, konseling berpusat pada pribadi memiliki beberapa tahap ini, yaitu; (1) Konseli datang kepada konselor atas kemauan sendiri, (2) Situasi konseling sejak awal harus menjadi tanggung jawab konseli, (3) Konselor memberanikan konseli agar ia mampu mengemukakan perasaannya, (4) Konselor menerima perasaan konseli serta memahaminya, (5) Konselor berusaha agar konseli dapat memahami dan menerima keadaan dirinya, (6) Konseli menentukan pilihan sikap dan tindakan yang akan diambil (perencanaan), (7) Konseli merealisasikan pilihannya itu. Kerangka



konseling



berpusat



pribadi



“tekniknya”



adalah



mendengarkan, menerima, menghormati, menghargai, memahami, dan berbagi. Karena itu dalam pelaksanaan teknik konseling amat diutamakan sifat-sifat konselor berikut; acceptance, congruence, understanding, dan nonjudgemental. Pendekatan konseling berpusat pribadi mungkin terdengar sederhana, karena tidak ada struktur yang baku saat bertanya kepada konseli. Setiap proses bisa saja terjadi hal-hal baru dan konseli tersebut mengungkap masalah mereka sendiri dan pemecahannya juga terdapat dari konseli tersebut.



9



10



B. Saran Makalah ini disusun untuk memperjelas prosedur dan teknik-teknik yang terdapat dalam melaksanakan konseling berpusat pribadi. Saran bagi pembaca adalah agar lebih bijak dan teliti dalam membaca makalah karena dimungkinkan adanya kesalahan dalam penulisan maupun ejaan, serta membaca sumber lain untuk menyempurnakan pengetahuan yang diperoleh. Saran bagi penulis adalah agar lebih teliti dalam membuat makalah dan bisa mengembangkan kemampuannya membuat makalah dengan mencari sumbersumber bacaan lebih banyak lagi.



DAFTAR RUJUKAN Arif, Antonius. 2014. Resource Therapy. Spasi Media. Corey, Gerald. 1995. Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi. Terjemahan Mulyarto. Semarang: IKIP Semarang Press. 1990. Willis, Sofyan S. 2004. Konseling Individual, Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta cv.



11