Proses Manajemen Risiko [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Pendahuluan Risiko bukan untuk ditakuti tapi dihadapi dengan cerdik,cerdas dan profesional. Di sini akan diurai secara keseluruhan proses manajemen risiko untuk risiko yang spesifik oleh bank.



PEMBAHASAN 1. Proses Manajemen Risiko Pemahaman risk management memungkinkan manajemen untuk ter libat secara efektif dalam menghadapi uncertainty dengan risiko dan peluang yang berhubungan dan meningkatkan kemampuan organisasi untuk memberikan nilai tambah Proses manajemen risiko pada dasarnya meliputi: identifikasi risiko pengukuran risiko, dan pengelolaan risiko. Pengelolaan risiko mencakup aktivitas perencanaan (penyusunan visi, misi, dan sebagainya), penge- lolaan risiko (diversifikasi, asuransi, dan sebagainya), aspek governance (struktur organisasi, staf, dan sejenisnya), dan sistem pelaporan (umpan balik). Elemen-elemen tersebut bertujuan membuat organisasi menjadi sadar risiko untuk meningkatkan nilai organisasi. Pengalaman menunjukkan bahwa tahapan ini sangat membantu dalam menganalisis hal-hal tidak pasti yang akan terjadi masa yang akan datang. Manajemen risiko memanfaatkan informasi tersebut untuk memusatkan perhatian pada masa depan apabila terdapat pastian dan kemudian mengembangkan rencana yang sesuai un- tuk mengatasi isu-isu potensial tersebut dari dampak yang merugikan. Tahapan/proses dalam manajemen risiko dapat dijelaskan sebagai berikut.



1. Perencanaan (planning) dan metode yang ter- Proses pengembangan dan dokumentasi strategi organisasi, komprehensif, dan interaktif, untuk keperluan identifikasi dan penelusuran isu-isu risiko, pengembangan rencana penanganan risiko, penilaian risiko yang kontinu untuk menentukan perubahan risiko, serta mengalokasikan sumber daya yang memenuhi.



2. Pengorganisasian (organization) Meyakinkan bahwa semua pihak unit organisasi dalam perusahaan/ terlibat secara aktif sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing bank dapat menjamin bahwa semua pihak akan berkontribusi de- ngan optimal. 3. Penilaian (assesment) Terdiri atas proses identifikasi dan analisis area area dan proses-proses teknis yang memiliki risiko untuk meningkatkan kemungkinan dalam mencapai sasaran biaya, kinerja/performance, dan waktu penyelesaian kegiatan. a. Identifikasi (identifying) Merupakan proses peninjauan area-area dan prosesproses teknis yang memiliki risiko potensial, untuk selanjutnya d identifikasi dan didokumentasi sehingga jika kita ingin me- ngelola risiko dengan baik maka risiko harus bisa diidentifikasi, dipelajari karakteristiknya, dan kemudian diukur. Pengukuran tersebut ingin melihat indikator tinggi rendahnya risiko, dam- pak risiko tersebut terhadap kinerja perusahaan. Jika kita bisa melakukan langkah-langkah tersebut, pengelolaan risiko bisa dilakukan lebih baik. Identifikasi risiko bisa dilakukan mela- lui berbagai teknik, seperti meneliti sekuen sumber risiko 'risk



factors' peril 'kerugian, mengidentifikasi sumber-sumber risiko dari lingkungan dan meneliti risiko yang barangkali bisa muncul dari setiap sumber tersebut, mewawancarai manajer mengenai risiko-risiko yang dianggap penting bagi organisasi. b. Analisis (analyzing) Merupakan proses menggali informasi/deskripsi lebih dalam terhadap risiko yang telah diidentifikasi yang dilanjutkan dengan mengukur risiko, yang terdiri atas: 1. kuantifikasi risiko dalam probabilitas dan konsekuensinya terhadap aspek biaya, waktu, dan teknis proyek; 2. penyebab risiko; 3. keterkaitan antar risiko; 4. saat terjadinya risiko; 5. sensitivitas terhadap waktu 6. mengukur risiko. Setiap risiko mempunyai karakteristik yang berbeda-beda sehingga pengukuran risikonya juga berbeda. Sebagai contoh, risiko pasar banyak menggunakan teknik Value at Risk untuk pengukurannya. Kegiatan belajar ini membicarakan teknik peng. ukuran risiko pasar, adalah risiko terjadinya penurunan harga pasar sehingga berisiko akan mengalami kerugian. Pengukuran risiko pasar bisa dilakukan dengan deviasi standar yang praktis merupakan cikal bakal teknik berikutnya, yaitu VaR (Value at Risk). VaR merupakan teknik pengukuran risiko pasar yang sema- kin popular. Jika suatu perusahaan mempunyai 95% VaR harian sebesar Rp100 juta maka kita bisa mengatakan sebagai berikut: "Besok ada kemungkinan sebesar 95% kerugian kita tidak akan melebihi Rp100 juta. Alternatif redaksionalnya adalah "Besok ada kemungkinan sebesar 5% kerugian kita adalah Rp100 juta atau lebih. Ada beberapa



cara untuk menghitung VaR: data his toris, analitis, dan simulasi. VaR mempunyai kelemahan karena tidak bisa melihat kondisi ekstrim, risiko perubahan tingkat bu nga menggunakan durasi, dan lain-lain. c. Penanganan (handling) Merupakan proses identifikasi, evaluasi, seleksi, dan imple mentasi penanganan terhadap risiko dengan sasaran dan ken- dala masing-masing program, yang terdiri atas menahan risiko, menghindari risiko, mencegah risiko, mengontrol risiko, dan mengalihkan risiko. d. Pemantauan/monitoring risiko Merupakan proses penelusuran dan evaluasi yang sistematis dari hasil kerja proses penanganan risiko yang telah dilakukan dan digunakan sebagai dasar dalam penyusunan strategi pena- nganan risiko yang lebih baik di kemudian hari. Selain hal diatas , proses managemen risiko menurut COSO dapat dibagi kedalam komponen (Tahap) .Yaitu :        



Internal environmet (Lingkungan Internal ) Objective setting (penentuan tujuan ) Event identification ( identifikasi risiko ) Risk assessment (penilaian risiko ) Risk response ( sikap atas risiko ) Control activities (aktivitas-aktivitas pengendalian) Information and communication Monitoring



2. Kerangka Kerja Manajemen Risiko Manajemen risiko pada dasarnya adalah proses menyeluruh yang dileng kapi dengan alat, teknik, dan sains yang diperlukan untuk mengenali, mengukur, dan



mengelola risiko secara lebih transparan. Sebagai sebuah proses menyeluruh Manajemen risiko menyentuh hampir setiap aspek aktivitas sebuah entitas bisnis, mulai dari proses pengambilan keputusan untuk menginvestasikan sejumlah uang, sampai pada keputusan untuk menerima seorang karyawan baru. Berdasarkan konsep dasar di atas salah satu paradigma penting yang ditawarkan oleh manajemen risiko di dalam mengelola risiko adalah bahwa risiko dapat didekati dengan menggunakan suatu kerangka Hal ini dimungkinkan berkat berkembangnya teori probabilitas dan statistik yang memungkinkan kita memiliki alat untuk memilah, meng-quantify dan mengukur risiko. Asumsi yang men- dasari hal ini adalah bahwa statistik mengandung di dalamnya "ingatan numerik" (numerical memory) yang bertitik tolak dari hal itu kita dapat membaca suatu alur tertentu yang memungkinkan kita memproyeksikan kemungkinan-kemungkinan yang akan kita hadapi di masa mendatang. Bagaimanapun, manajemen risiko tetaplah hanya alat bantu bagi manajemen dalam proses pengambilan keputusan. Manajemen risiko bukanlah sekadar angka statistik, teknik ataupun teknologi. Wujud pene- rapan terbaik manajemen risiko merupakan suatu proses membangun kesadaran tentang risiko di seluruh komponen organisasi, suatu proses pendidikan bagaimana menggunakan alat dan teknik yang disediakan oleh manajemen risiko tanpa harus dikendalikan olehnya, dan mengembangkan naluri pengambilan keputusan yang kuat (khususnya terhadap risiko). Sebagai sebuah proses, kerangka kerja manajemen risiko pada dasarnya terbagi dalam tiga tahapan kerja. A.Identifikasi Risiko Identifikasi risiko adalah pondasi di mana tahapan lainnya dalam proses manajemen risiko dibangun. Sebagai suatu rangkaian proses, identifikasi risiko



dimulai perna. haman tentang apa sebenarnya yang disebut sebagai risiko. Sebagaima. na telah didefiniskan di atas maka risiko adalah: tingkat ketidakpastian akan terjadinya sesuatu/tidak terwujudnya sesuatu tujuan pada suatu kurun/periode tertentu (time horizon). Bertitik tolak dari definisi terse. but maka terdapat dua tolok ukur penting di dalam pengertian risiko a. Tujuan (yang ingin dicapai) Objectives Untuk dapat menetapkan batas-batas risiko yang dapat diterima maka suatu perusahaan harus terlebih dahulu menetapkan tujuan. tujuan yang ingin dicapai secara jelas. Seringkali ketidakjelasan me. ngenai tujuan-tujuan yang ingin dicapai mengakibatkan munculnya risiko-risiko yang tidak diharapkan. b. Periode Waktu (Time Horizon) Periode waktu yang digunakan di dalam mengukur tingkat risiko yang dihadapi, sangatlah tergantung pada jenis bisnis yang dikerjakan oleh suatu perusahaan. Semakin dinamis pergerakan faktor-faktor pasar untuk suatu jenis bisnis tertentu, semakin singkat periode waktu yang digunakan di dalam mengukur tingkat risiko yang dihadapi. Contoh, seorang manajer pasar uang di suatu bank mestinya akan melakukan pemantauan atas tingkat risiko yang dihadapi secara ha rian. Di lain pihak seorang manajer portofolio kredit/capital market, mungkin akan menerapkan periode waktu 1 bulan untuk melakukan pemantauan atas tingkat risiko yang dihadapi. Pemahaman yang be- nar atas kedua tolok ukur tersebut akan sangat menentukan validitas dan efektivitas dari konsep manajemen risiko yang akan dibangun. Tahapan selanjutnya dari proses identifikasi risiko adalah mengenali jenis-jenis risiko yang mungkin (dan umumnya) dihadapi oleh setiap pelaku bisnis. Khusus untuk industri perbankan, meru- pakan rujukan yang digunakan dalam merumuskan jenis-jenis risiko yang dihadapi oleh perbankan adalah seperti yang tercantum di dalam Core Principle for Effective Banking Supervision (Basel Core principles) September 1997,



yang tergabung di dalam Compendium of documents produced by the Basel Committee on Banking Supervi- sion, Februari 2000



B.Pengukuran Risiko Pengukuran risiko adalah rangkaian proses yang dilakukan dengan tujuan untuk memahami signifikansi dari akibat yang akan ditimbulkan suatu risiko, baik secara individual maupun portofolio, terha- dap tingkat kesehatan dan kelangsungan usaha. Pemahaman yang akurat tentang signifikansi tersebut akan menjadi dasar bagi pengelolaan risiko yang terarah dan berhasil guna. Pengukuran risiko dibutuhkan sebagai dasar (tolok ukur untuk mema hami signifikansi dari akibat (kerugian) yang akan ditimbulkan oleh terwujudnya suatu risiko, baik secara individual maupun portofolio terhadap tingkat kesehatan dan kelangsungan usaha bank. Lebih lanjut pemahaman yang akurat tentang signifikansi tersebut akan menjadi da- sar bagi pengelolaan risiko yang terarah dan berhasil guna, Banyak pengukuran risiko dan teknik mitigasi telah berkembang di akhir-akhir ini. Beberapa teknik ini digunakan untuk mengurangi risiko khusus, sedangkan yang lain dimaksudkan untuk menangani risiko se cara keseluruhan dari suatu perusahaan. Pada bagian ini kita garis besar beberapa teknik kontemporer yang digunakan oleh lembaga keuangan yang mapan. 1. Dimensi Risiko Signifikansi suatu risiko maupun portofolio risiko dapat pulkan dengan melakukan pengukuran terhadap 2 dimensi risiko, yaitu: a. kuantitas (quantity) risiko, yaitu jumlah kerugian yang mungkin mun- cul dari terjadinya/terealisirnya risiko. Dimensi kuantitas risiko dinyatakan dalam satuan mata uang; dari terjadinya



b. kualitas (quality) risiko, yaitu probabilitas (likelihood) dalam terwujudnya risiko. Dimensi kualitas risiko dapat dinyatakan bentuk confidence matriks (tinggi, sedang, rendah), ini lain-lain yang dapat menggambarkan kualitas risiko. Dua dimensi harus muncul sebagai hasil dari proses pengukuran risiko, 2. Analisis GAP Analisis GAP adalah tingkat bunga alat manajemen risiko berdasarkan neraca. Analisis GAP berfokus pada variabilitas potensi laba bersih bunga selama interval waktu tertentu. Dalam metode ini tanggal jatuh tempo repricing jadwal yang mendistribusikan aset bunga-sensitif, kewajiban, dan posisi off-band neraca ke waktu sesuai dengan jatuh tempo (jika suku bunga tetap) atau waktu yang tersisa untuk repricing berikutnya mereka jika tingkat bunga mengambang) siap. Jadwal ini kemudian di- gunakan untuk menghasilkan indikator sensitivitas suku bunga dari kedua laba dan nilai ekonomi untuk mengubah suku bunga. GAP model fokus pada pengelolaan pendapatan bunga bersih sela- ma interval waktu yang berbeda. Setelah memilih interval waktu, aktiva dan kewajiban dikelompokkan ke dalam ember waktu sesuai dengan jatuh tempo (untuk suku bunga tetap) atau waktu repricing pertama mungkin (untuk harga fleksibel). Aktiva dan kewajiban yang dapat re priced disebut tingkat aset sensitif (RSAs) dan kewajiban sensitif tingkat (RSLs) masing-masing, dan GAP sama dengan perbedaan antara yang pertama dan kedua. Jadi untuk interval waktu, GAP diberikan oleh GAP RSAs RSLs (2.1) Catatan bahwa analisis GAP didasarkan pada asumsi repricing item neraca dihitung sesuai dengan ketentuan nilai buku. Informasi mana- jemen GAP memberikan sebuah ide tentang dampak terhadap penda patan bersih akibat perubahan tingkat bunga. Sebagai contoh, jika GAP positif, maka tingkat aktiva sensitif melebihi kewajiban. Implikasinya ada lah bahwa kenaikan tingkat suku bunga



masa depan akan meningkatkan pendapatan bunga bersih sebagai perubahan pendapatan bunga lebih besar dari perubahan beban bunga. Demikian pula, GAP positif dan penurunan tingkat bunga akan mengurangi pendapatan bunga bersih, Bank-bank dapat memilih untuk lindung nilai terhadap seperti perubah. an suku bunga yang tidak diinginkan dengan menggunakan swap tingkat bunga . 3. Analisis Jangka waktu GAP Jangka model lain ukuran risiko suku bunga dan mengelola pendapatan bunga bersih yang diperoleh dengan mempertimbangkan s indivi. du arus kas masuk dan keluar. Jangka waktu adalah nilai dan mengukur waktu tertimbang jatuh tempo semua arus kas dan merupakan waktu rata-rata yang diperlukan untuk memulihkan dana yang diinvestasikan. Perubahan dalam tingkat bunga memengaruhi nilai pasar melalui faktor diskon dengan durasi yang lebih lama akan terpengaruh relatif lebih disebabkan perubahan t bunga. Jangka waktu analisis, dengan demikian, da. pat dipandang sebagai elastisitas dari nilai pasar suatu instrumen yang berkaitan dengan tingkat suku bunga. Kesenjangan jangka waktu (DGAP) mencerminkan perbedaan waktu aset dan kewajiban arus kas dan diberikan oleh, DGAP DA-u OL (2.3) di mana DA adalah durasi rata-rata aset, DL dalah durasi rata-rata ke- wajiban, dan u adalah kewajiban/aktiva rasio. Catatan, bahwa u relatif lebih besar menyiratkan leverage yang lebih tinggi. Sebuah DGAP positif menunjukkan durasi aktiva lebih besar dibandingkan dengan kewajiban. Ketika kenaikan suku bunga oleh jumlah yang sebanding, nilai pasar akti- va penurunan lebih daripada kewajiban yang mengakibatkan penurunan nilai pasar ekuitas dan laba bersih diharapkan-bunga. Demikian pula, pe- nurunan suku bunga menurunkan nilai pasar ekuitas dengan DGAP po sitif, Bank dapat menggunakan analisis DGAP untuk por tofolio terhadap risiko suku bunga dengan tetap DGAP mendekati nol.



4..Alat Ukur Risiko sebagai suatu konsep baru yang sedang terus dikembangkan, terdapat berbagai macam metode pengukuran risiko yang muncul dan diujicoba kan oleh para pelaku pasar. 1) Value at Risk (VaR) Merupakan metode yang banyak diterima dan diaplikasikan saat ini adalah apa yang dikenal dengan metode Value at Risk (VaR). Value at Risk pada saat ini dapat dianggap sebagai metode standar di dalam mengukur risiko pasar (marketrisk), dan mulai banyak digunakan un- tuk mengukur risiko (portofolio) kredit. VaR dapat dikatakan merangkum seluruh tersebut. VaR tangkap dari alat-alat atau metode-metode tradisional juga mengakomodasi kebutuhan untuk mengetahui potensi kerugian atas ekposur tertentu. VaR juga dapat diterapkan pada berbagai le. vel transaksi, mulai dari individual exposure sampai pada portfolio exposures. Dua hal yang tidak dapat ditawarkan oleh alat metode tradisional seperti disebutkan di atas. Secara umum ada empat pertanyaan dasar yang akan dijawab dengan menggunakan konsep VaR. 1. Berapa banyak bank akan mengalami kerugian? 2. Apakah kerugian tersebut akan terkonsentrasi pada satu aspek tertentu (obligor, area, jenis risiko)? 3. Exposure mana yang akan meminimalkan risiko dari exposure yang lain? 4., Berapa banyak keuntungan yang dapat diperoleh dengan meng ambil risiko tersebut?



value at Risk (VaR) sebagai suatu alat manajemen risiko yang le. bih baru. VaR menunjukkan berapa banyak perusahaan dapat kehi. langan atau membuat dengan probabilitas tertentu dalam waktu tertentu. VaR merangkum risiko keuangan yang melekat dalam por tofolio menjadi beberapa sederhana. Sebuah metode parametrik sederhana dapat digunakan untuk estimasi VaR dengan mengubah distribusi umum menjadi distribusi normal standar. Metode ini tidak hanya lebih mudah digunakan, te- tapi juga memberikan hasil yang lebih akurat dalam beberapa kasus. Untuk menggunakan metode parametrik untuk estimasi VaR, distri- busi umum tingkat keuntungan yang dikonversi menjadi distribusi normal dengan cara berikut-A r -u) o



2) . Stress testing Di dalam konsep stress testing dilakukan hal-hal sebagai berikut. 1. Menyusun beberapa skenario (terjadinya unexpected event). 2. Melakukan revaluasi (risiko) atas portofolio. 3. Menyusun kesimpulan atas skenario skenario tersebut stress testing harus dilaksanakan secara periodik dengan melibatkan senior management. 3) Back Testing suatu model hanya berguna jika model tersebut dapat menerangkan realitas yang terjadi. Demikian pula dengan model pengukuran ri- siko. Untuk menjaga reliabilitas dari model, maka secara periodik suatu model pengukuran harus diuji dengan menggunakan suatu konsep yang dikenal dengan back testing.



C.Pengelolaan Risiko Pengelolaan risiko pada dasarnya adalah rangkaian proses yang dilakukan untuk meminimalisasi tingkat risiko yang dihadapi sampai pada batas yang dapat diterima. Secara kuantitatif upaya untuk meminimalisasi risiko ini dilakukan dengan menerapkan langkah-langkah yang diarahkan pada turunnya (angka) hasil ukur yang di peroleh dari proses pengukuran risiko.Pada dasarnya mekanisme Pengelolaan risiko dapat dikelompokan sebagai berikut.  Membatasi Risiko (Mitigating risk )  Mengelola Risiko (Managing Risk )  Monitoring Risiko



 Risiko vis a vis Pricing dan Modal Hasil yang diperoleh dari proses pengukuran risiko menggambarkan potensi kerugian yang akan muncul dalam hal risiko terealisir. Dalam konsep risk management kerugian tersebut harus diantisipasi dengan cara menyisihkan sejumlah modal sebagai cushion/buffer yang akan melindungi (kemampuan keuangan) perusahaan. Semakin tinggi risiko yang diambil, semakin besar pula modal yang dibutuhkan. Penyisihan sejumlah modal (di luar PPAP) tersebut tentunya akan mengakibatkan munculnya opportunity loss bagi perusahaan/bank. Sebagai konsekuen. si maka risk management mengenal apa yang disebut sebagai RAROc atau Risk Adjusted Return on Capital. Konsep pricing yang menggunakan RAROC akan secara jelas memperlihatkan seberapa tinggi risiko dari satu counterpart di mata bank/perusahaan yang melakukan evaluasi risiko.



3. Sifat dan Risiko Bank Islam Untuk memahami risiko pada wajah bank islam, pertama-tama kita membahas secara singkat sifat lembaga-lembaga tersebut. Untuk pembahasan dalam perspektif tertentu, kita menguraikan jenis lembaga konvensional, pertama keuangan secara luas diklasifikasikan sebagai lembaga penyimpanan, perantara investasi dan perantara kontrak. bank bank komersial, membentuk sebagian besar dari lembaga penyimpanan. tulis dalam intermediasi memperoleh sebagian besar dana pinjaman dari deposito dari masyarakat. investasi perantara menawarkan dicairkan kepada masyarakat untuk investasi jangka panjang. investasi adalah perantara mutualis dengan pelanggan menjadi pemilik yang menerima pendapatan dalam bentuk dividen dan Capital Gain, investasi perantara biasanya berinvestasi di pasar sekunder dan dengan demikian investor Memanfaatkan peluang untuk terus efek dari lembagalembaga swasta dan publik kontak perantara merupakan perusahaan asuransi dan dana pensiun. Iqbal membedakan dua model Bank Islam berdasarkan struktur aset yang pertama adalah model-model rumah dua tingkat yang menggantikan bunga dengan bagi hasil mode di kedua Sisi kewajiban dan Aset bank secara khusus dalam model semua aset bank. secara khusus dalam model semua aset yang dibiayai oleh mode sering pembiayaan alih-alih sebuah bank konvensional Model kedua perbankan Islam adalah satu tier mudharabah dengan alat investasi ganda model ini berkembang karena Bank Bank Islam menghadapi masalah masalah praktis dan operasional dalam menggunakan metode bagian dari pembiayaan di sisi aset akibatnya mereka memilih metode hasil dari pembiayaan di sisi aset akibatnya mereka memilih mode pendapatan tetap pembiayaan seperti disebut sebelumnya instrumen pendapatan tetap termasuk murabahah ( jual plus biaya atau mark up penjualan ) angsuran menengah atau jangka panjang murabahah Istishna atau salam objek dijual ditangguhkan atau penjual prabayar dan ijaroh.



Islam menawarkan jasa keuangan perbankan dengan mematuhi larangan agama yaitu riba. adalah kembalinya bunga yang dibebankan dalam pinjaman (qard Hasan) kontrak. agama ini telah mempertajam perbedaan antara rekening giro ( pinjaman bebas diambil oleh pemilik Bank Syariah ) dan deposito investasi (dana mudhorobah). Menggunakan modus pembagian keuntungan dalam perubahan Bank Islam sifat resiko lembaga lebih wajar. kembali pada tabungan atau deposito investasi negara Kontingen sebagai deposan dihargai pada metode pembagian laba rugi (profit dan lost sharing), mereka berbagi risiko bisnis operasi perbankan bank. fitur laba-rugi berbagai deposan ini memperkenalkan beberapa risiko lainnya. Selain itu, penggunaan mode Islam pembiayaan pada sisi perubahan aset sifat risiko tradisional. garis besar sifat risiko yang dihadapi Bank Islam dan risiko yang melekat di berbagai mode pembiayaan di bawah ini



1. Sifat Risiko yang Dihadapi oleh Bank Islam a. Risiko Kredit Risiko kredit akan mengambil bentuk penyelesaian atau pembayaran risiko yang timbul ketika salah satu pihak bersepakat membayar uang (misalnya dalam salam atau Istishna kontrak) atau membeli aset (misalnya dalam kontrak murabahah) Sebelum menerima aset sendiri atau uang tunai dengan demikian memperlihatkan kepada potensi kerugian dalam hal mode bagi hasil dari pembiayaan (seperti mudharabah dan musyarakah) risiko kredit akan pembayaran non saham bank oleh pengusaha pada saat jatuh masalah ini mungkin timbul bagi bang dalam kasus-kasus karena masalah informasi asimetris di mana mereka tidak memiliki informasi yang memadai atas laba aktual perusahaan sebagai kontrak murabahah



adalah kontrak perdagangan risiko kredit timbul dalam bentuk risiko tekanan karena kinerja yang tidak bagus dari Mitra dagang. b. Benchmark Risiko Sebagai bank Islam tidak berhubungan dengan tingkat suku bunga terlihat bahwa mereka tidak memiliki risiko pasar yang timbul dari perubahan dalam



tingkat



bunga



perubahan



dalam



tingkat



bunga



pasar



memperkenalkan beberapa risiko atas pendapatan lembaga keuangan Islam lembaga keuangan menggunakan suku bunga acuan harga instrumen keuangan yang berbeda secara khusus dalam kontrak murabahah mark up ditentukan dengan menambahkan premi risiko suku bunga acuan (Biasanya LIBOR). sifat aset pendapatan tetap seperti bahwa mark up adalah tetap selama kontrak dengan demikian Jika perubahan suku bunga acuan yang make up harga pada kontrak ini pendapatan tetap tidak dapat disesuaikan. akibatnya Bank Islam menghadapi resiko yang timbul dari pergerakan suku bunga pasar. c. Risiko Likuiditas Risiko likuiditas bank timbul dari kesulitan dalam memperoleh kas pada biaya yang wajar dari pinjaman atau penjualan aset. Risiko likuiditas yang timbul dari kedua sumber adalah penting bagi Bank Islam sebagai bunga pinjaman berdasarkan dilarang oleh syariat, bank Islam tidak dapat meminjam dana untuk memenuhi kebutuhan likuiditas dalam hal kebutuhan. Selain itu, syariat mengizinkan penjualan utang selain nilai nominalnya. Dengan demikian, untuk mengumpulkan dana dengan menjual aset utang berbasis tidak menjadi pilihan untuk lembaga keuangan Islam.



d. Risiko operasional



mengingat kebaruan bank-bank Islam risiko operasional dalam hal resiko orang bisa ikut dalam instansi tersebut risiko operasional dalam hal ini terutama muncul sebagai Bang mungkin tidak memiliki cukup berkualitas profesional kapasitas dan kemampuan. untuk melakukan operasi keuangan Islam mengingat sifat yang berbeda dari bisnis Perangkat lunak komputer yang tersedia di pasar untuk bank konvensional mungkin tidak sesuai untuk bank-bank Islam Hal ini menimbulkan risiko pengembangan sistem dan menggunakan teknologi informasi di bank-bank Islam.



e. Risiko Hukum mengingat sifat yang berbeda dari kontrak keuangan bank bank Islam menghadapi risiko yang berkaitan dengan dokumentasi dan penegak hukum karena tidak ada bentuk kontrak standar. untuk berbagai instrumen keuangan bank bank Islam mempersiapkan ini sesuai dengan pemahaman mereka tentang syariat hukum lokal dan kebutuhan dan keprihatinan kurangnya komputer standar sama dengan fakta bahwa ada sistem litigasi tidak



untuk



menyelesaikan



masalah



yang



berhubungan



dengan



terlaksananya kontrak oleh rekanan meningkatkan risiko hukum terkait dengan perjanjian kontrak Islam. f. Risiko Penarikan tingkat variabel



pengembalian



tabungan



atau



deposito



investasi



memperkenalkan ketidakpastian mengenai riil deposito. aset pelestarian dalam meminimalkan risiko kerugian karena tingkat pengembalian yang lebih rendah mungkin merupakan faktor penting dalam pengambilan keputusan



penarikan



deposan.



dari



sudut



pandang



bank,



ini



memperkenalkan sebuah risiko penarikan yang dihubungkan dengan tingkat pengembalian lebih rendah dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya.



g. Risiko fidusia tingkat pengembalian yang lebih rendah daripada harga pasar juga memperkenalkan



risiko



menginterpretasikan



fidusia



tingkat



ketika



pengembalian



deposan



atau



investor



yang



rendah



sebagai



pelanggaran kontrak investasi atau kesalahan pengelolaan dana oleh bank (AAOIFI,1999). risiko fidusia dapat disebabkan oleh pelanggaran kontrak oleh Bank Syariah. sebagai contoh, bank mungkin tidak dapat sepenuhnya memenuhi persyaratan syariah berbagai kontrak. Sementara, pembenaran untuk



usaha



bank-bank



Islam



adalah



sesuai



dengan



syariah,



ketidakmampuan untuk melakukannya atau tidak melakukannya dengan sengaja dapat menyebabkan masalah serius dan keyakinan pencairan deposito. h. Pengungsi risiko komersial Risiko ini adalah pengalihan risiko yang berkaitan dengan jaminan kepada pemegang saham. hal ini muncul ketika di bawah tekanan komersial bank merupakan bagian dari keuntungan untuk membayar deposit untuk mencegah penarikan kembali karena lebih rendah ( AAOIFI,1999). risiko komersial menyiratkan bahwa meskipun bank dapat beroperasi penuh sesuai dengan persyaratan Syariah namun mungkin tidak mampu membayar tingkat pengembalian kompetitif dibandingkan dengan peer group -nya bank-bank Islam dan pesaing lainnya. nasabah lagi akan memiliki insentif untuk mencari penarikan. untuk mencegah penarikan, pemilik Bank akan perlu untuk membagi sebagian saham mereka sendiri keuntungan kepada deposan investasi.



4. Counterparty Unik Risiko Mode Keuangan Islam Di sini akan membahas beberapa risiko yang melekat dalam beberapa pembiayaan Islam.



a. Pembiayaan Murabahah Murabahah adalah yang paling dominan digunakan kontrak keuangan Islam. Jika kontrak adalah standar karakteristik risiko dapat dibuat perumpamaan kepada pembiayaan berbasis bunga. Berdasarkan kesamaan karakteristik risiko kontrak dengan karakteristik jika kontrak berbasis bunga, murabahah disetujui menjadi modus diterima keuangan di sejumlah yurisdiksi peraturan. Namun, seperti kontrak standar mungkin tidak diterima oleh semua ulama Fiqih. Selain itu,sebagai kontrak berdiri saat ini ada kurangnya keseragaman lengkap dalam sudut pandang fiqh. Pandangan yang berbeda dapat menjadi sumber risiko counterparty sebab akibat dari suasana sebuah litigasi tidak efektif. b. Pembiayaan Salam Setidaknya ada dua risiko counterparty dalam salam : 1) Risiko counterparty dapat berkisar dari kegagalan untuk memasok tepat waktu atau bahkan sama sekali, dan kegagalan untuk memasok kualitas yang sama baiknya dengan kontrak yang tetap disepakati. Karena salam adalah kontrak berbasis pertanian, risiko counterparty mungkin karena faktor diluar kualitas kredit normal klien. 2) Salam kontrak yang diperdagangkan atau tidak pertukaran ini diperdagangkan di atas meja. kontrak ini ditulis antara dua pihak untuk kontrak. c. Pembiayaan Istishna Sementara memperpanjang istishna keuangan bank menghadapkan ibu kotanya ke sejumlah risiko rekanan tertentu. Ini termasuk misalnya sebagai berikut : 1) Resiko rekanan dibawah Istishna yang dihadapi oleh bank dari sisi pemasok serupa dengan risiko yang disebutkan dibawah salam. Mungkin ada kegagalan kontrak tentang kualitas dan waktu pengiriman. Namun objek istishna lebih dalam mengontrol



rekanan dan kurang terkena bencana alam dibandingkan dengan objek salam. 2) Risiko default pada sisi pembeli adalah sifat umum, yaitu kegagalan dalam membayar sebenarnya tepat waktu.