Proses Produksi Pabrik Wood Pellet PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Proses Produksi Wood Pellet Dari Biomassa Kayu



Eko SB Setyawan



Sekilas Tentang Pellet



Berbagai tipe pellet (wood pellet, torrefied wood pellet & charcoal pellet)



Biomass decomposition regimes



-White pellet = wood pellet are made of sawdust or planer shavings without bark -Brown pellet = wood pellet are made of bark containing raw materials -Black pellet = torrefied wood pellet Wood pellet : Property class A1 represents the highest quality level that is particularly relevant for private end users. In property class A2, the limiting values for the ash content, the NCV, the nitrogen and chlorine content and the ash melting behaviour are less strict. This property class is mainly relevant for commercial users operating pellet boilers with higher nominal capacity. Pellets according to property class B are relevant as industrial Pellets. Faktor utama pembedanya: nilai kalor, kadar abu dan kimia abu Pellets made from bark containing wood fractions such as forest wood chips, industrial wood chips with bark and short rotation coppice (SRC) would comply with A2 pellet class.



Sekilas Tentang Pellet



Biasanya pellet berwarna cerah dari kayu lunak, dan yang gelap dari kayu keras. Tetapi pellet yang dibuat dari kayu lunak dari seluruh bagian pohonnya (“whole tree”) termasuk kulitnya akan membuat pellet lebih gelap. Sehingga sulit untuk menentukan kualitas wood pellet dari warnanya saja.



Panjang pellet yang beredar di pasaran sangat bervariasi dari berbagai produsen. Produksi wood pellet membutuhkan panjang yang konsisten dan meminimalisir variasi panjang tersebut. Diameter wood pellet bervariasi mulai dari 6 mm hingga 20 mm. Diameter 6 mm umumnya digunakan untuk pemanas ruangan rumah tangga (home heating), sedangkan diameter 8 mm ke atas biasa digunakan oleh industri dan pembangkit listrik. Umumnya pellet dari kayu keras lebih disukai terutama untuk kompor dan perapian/tungku karena secara alami memiliki kadar air lebih rendah, lebih padat, terbakar lebih lama dan panasnya seperti batubara.



Standard grade fuel is usually up to 3% ash content, while premium grade is less than 1 percent. Premium pellets are usually produced from hardwood or softwood sawdust containing no tree bark.



Sekilas Tentang Pellet Wood



Source : Pellet Fuel Institute, US



*Analisa proksimate dan ultimate untuk mengetahui senyawa-senyawa dan unsurunsur kimia wood pellet juga bisa dilakukan untuk melengkapi product knowledge



A. Teknologi Proses Produksi Wood Pellet



Esensi Proses Pembuatan Wood Pellet



• Esensi / Philosopy proses pembuatan wood pellet adalah pemadatan (densifikasi) biomasa sehingga memudahkan handling, transportasi dan pemanfaatannya seperti pembakaran, pirolisis dan gasifikasi. Supaya dihasilkan produk yang berkualitas (standar dan stabil) maka perlu pemilihan jenis bahan baku, preparasi bahan baku seperti penyeragaman ukuran partikel dan tingkat kekeringan, conditioning, menambah perekat dan sebagainya sebelum dipadatkan (pelletizing). Bahan baku dikategorikan limbah biomasa ataupun kayu-kayu yang seharga limbah.



Variabel-Variabel Proses • • • • • • • • • • • • •



Jenis Bahan Baku Ukuran Bahan Baku Kadar air Kekerasan Densitas Ukuran Produk (Wood Pellet) Kadar abu Single atau mixed material? Kimia Bahan Baku Kimia Abu Kontaminan Spesifikasi Die Operational Pelletiser



These variables have tended to make pelleting more of an “art” than a “science”, through significant strides are being made in the sophistication of this process, bringing these variables under more control.



Teknologi Proses Produksi Pabrik Wood Pellet • Proses Standar Pabrik Wood Pellet Skala Besar



*optional



• Komponen biaya terbesar pada : -Bahan Baku -Pengeringan



Perbandingan Pabrik Wood Pellet



Tipikal pabrik wood pellet skala besar. Kiri : 750rb TPY– Georgia, US ; Kanan : 5 TPH – Tenesse, US



Tipikal pabrik wood pellet skala kecil. Kiri : 500kg/h– Cina ; Tengah : 500kg/h – Argentina; Kiri : 350kg/h; Cina



Statistik Produksi Wood Pelet Dunia •















Total produksi Russia 3,093 juta ton/tahun dengan pabrik terbesar di Leningrad kapasitas 900.000 ton/tahun, terkecil di Galway 2500 ton/tahun (2011). Total produksi US 5,481 juta ton/tahun, dengan pabrik terbesar di Georgia kapasitas 750.000 ton/tahun, terkecil 10.000 ton/tahun ditemukan di banyak tempat (2011). Total produksi Kanada 2,958 juta ton/tahun; Total produksi Cina 792.000 ton/tahun; Total produksi Jepang 110.000 ton/tahun;Total produksi Indonesia 80.000 ton/tahun (2012). Prediksi demand wood pellet terus meningkat. Tahun 2010 konsumsi global 16 juta ton/tahun; tahun 2015 diprediksi 37 juta ton/tahun dan tahun 2020 diprediksi 59 juta ton/tahun.



Pelabuhan Export Wood Pellet Dunia



Logistic Pemasaran Wood Pellet Skala Besar (referensi Kanada)



Potensi Biomasa Asia Tenggara



Potensi biomasa Indonesia tertinggi dari sejumlah negara di ASEAN sehingga peluang pengembangan industri wood pellet sangat besar.



Raw Material



Tingkat kekeringan (MC) memegang peran vital dalam proses produksi wood pellet. Limbah dari kayu olahan seperti industri mebel umumnya sudah kering, sedangkan dari hutan atau kebun masih basah, sehingga perlu pengeringan sebelum diproses menjadi wood pellet.



Proses Pengeringan Bahan Baku •











Ditinjau dari penggunaannya ; kayu dibedakan menjadi : 1. kayu pertukangan dan kerajinan; 2. kayu industri; 3. kayu bakar. Semuanya membutuhkan pengeringan sebelum digunakan. Kayu memegang kelembaban dalam dua cara: sebagai air bebas dalam rongga sel dan air terikat dalam cellwalls. Yang dimaksud air bebas yaitu air yang terkandung didalam rongga sel, dimana air ini mudah keluar masuk, ( higroskopis ).Sedangkan air terikat adalah air yang terkandung didalam dinding sel, dimana air ini agak lamban keluar dan masuk. Variabel-variabel yang berpengaruh pada proses pengeringan kayu: 1. Kayu, 2. kadar air, 3. panas, 4. media pembawa panas, 5. sirkulasi udara, 6. suhu udara, 7. kelembaban udara, 8. alat (mesin) pengering, 9. teknik pengeringan dan 10. waktu.



• Proses pengeringan kayu akan berjalan semakin cepat apabila suhu udara semakin tinggi, kelembaban udara semakin rendah dan kecepatan sirkulasi udara disekitar permukaan kayu semakin cepat. • Kayu yang lebih ringan pada umumnya akan mengering lebih cepat daripada kayu yang lebih berat, karena porositas kayu ringan lebih tinggi daripada porusitas kayu berat. • Teknik pengeringan yang dipakai akan mengoptimalkan variabel-variabel proses tersebut, antara lain : menaikkan suhu udara, menurunkan kelembaban udara (menggunakan udara kering), menaikkan kecepatan sirkulasi udara kering, memperluas kontak antara kayu yang dikeringkan dengan udara kering, sehingga didapat kayu kering dengan waktu relatif cepat. •Pengeringan dengan matahari dengan suhu relatif rendah (40-60 C) juga meminimalkan emisi senyawa organik (VOC=Volatile Organic Compound) berbau dari kayu.



B. Pengaruh Kadar Air Dalam Proses Produksi Wood Pellet



Size Reduction Stage



Size Reduction Stage • Hammer mill umumnya hanya mampu bekerja pada kadar air maks. 20%. • Kayu hasil panen umumnya memiliki kadar air tinggi sekitar 50% sehingga perlu pengeringan terlebih dahulu sebelum bisa diumpankan ke hammer mill. • Ukuran batang kaliandra yang kecil rata-rata hanya 5-10 cm cukup dengan 1-step process dengan wood crusher (wood chipper + Hammer Mill) • Sedangkan apabila ukurannya lebih dari itu bisa menggunakan chipper lalu hammer mill atau tipe drum cutter.



Ilustrasi Alat Size Reduction Wood Chipper



Hammer Mill



Wood Crusher (Wood Chipper + Hammer Mill)



Pelleting Stage



Berbagai Jenis Alat Pemellet Untuk pelletizing highly fibrous biomass L/D = 8,5-9 : 1 Untuk pelletizing wood L/D = 8-10 :1



Untuk kapasitas kecil 1mm Gap Memperbesar gap antara roller dan die, akan meningkatkan kebutuhan energi yang dibutuhkan. Jika roller diset diatas 1 mm, maka kemungkinan tekanan yang dihasilkan tidak akan cukup antara die dan roller. Tanpa tekanan yang cukup maka tidak ada panas, sehingga tidak ada perekat yang dikeluarkan dan carpet tidak terbentuk, sehingga pellet juga tidak terbentuk. Hanya pada kondisi sangat khusus sehingga sangat jarang diaplikasikan untuk >1 mm gap pada produksi pellet. < 1mm Gap Ketika roller dan die bersentuhan berarti tidak ada ruang untuk membentuk carpet, sehingga bahan ditekan langsung ke dalam luabng die, akibatnya kualitas pellet akan menurun. Lebih penting lagi, ketika kontak antar logam terjadi maka akan secara significant mengurangi umur roller dan die tersebut. Tips : Ketika menyetting roller gap karakteristik bahan baku perlu dipertimbangkan, sebagai contoh densitas material dan kemampuan perekatan. 1mm gap direkomendasikan untuk hampir semua bahan tetapi mencoba variasi gap akan bermanfaat. Semua produksi pellet adalah masalah mengurangi kebutuhan energi dan tingkat keausan peralatan sementara secara simultan meningkatkan kualitas pellet dan produktivitas. Hal ini mengapa produksi kualitas pellet membutuhkan skill tersendiri.



Karakteristik Perekatan (Bonding Mechanism) Dalam Produksi Wood Pellet • Variabel bahan baku termasuk moisture content &, particle size, shape, and distribution, hardness serta lignin content mempunyai pengaruh besar thd kualitas pellet dan pemilihan kondisi proses yang memadai. Adanya cairan seperti air selama pelletisasi menghasilkan gaya antar muka (interfacial forces) dan tekanan kapiler, shg meningkatkan ikatan partikel. • Ada 3 tahap pada pemadatan biomasa termasuk pellet. Tahap 1 : partikel menyusun formasi sendiri ke bentuk cukup padat. Tahap 2 : partikel saling dorong dan terbentuk sifat seperti plastik dan deformasi elastis, sehingga meningkatkan kontak antar partikel secara signifikan; partikel menjadi diikat dengan gaya electrostatic van der Waal. Tahap 3 : terjadi penurunan volume yang signifikan akibat tingginya tekanan/kompresi sehingga kepadatan/density pellet dapat dicapai



Mekanisme Deformasi Partikel Biomasa Pada Penekanan #1



Deformation mechanisms of biomass powder particles under compression



Mekanisme Deformasi Partikel Biomasa Pada Penekanan #2



Kurva kompresi partikel serbuk biomasa. Proses pemadatan dapat dipisahkan dalam beberapa tahap : particle rearrangement, elastic & plastic deformation, dan hardening .



Susunan Cellulose, Hemicelullose dan Lignin Pada Biomasa



Karakteristik Perekatan Dalam Produksi Wood Pellet #1 Pemadatan biomassa seperti pellet dengan tekanan/ kompresi tinggi akan meningkatkan mechanical interlocking dan adhesi antar partikel, sehingga membentuk ikatan antar molekul pada area kontak. Pada bahan baku biomasa seperti kayu mekanisme perekatan dapat dibagi menjadi gaya adhesi dan kohesi , gaya tarik antara partikel dan interlocking bonds.



Karakteristik Perekatan Dalam Produksi Wood Pellet #2 Tampilan permukaan patah-patah pada pellet dengan scanning electrone microscope



a. Tipikal permukaan patah-patah pada pellet yang mengindikasikan terjadinya adhesi yang kuat b. Tipikal permukaan patah-patah pada pellet yang mengindikasikan ahesi yang lemah



Karakteristik Perekatan Dalam Produksi Wood Pellet #3



Tampilan light microscopy yang menunjukkan polymer melting dan interlocking pada fiber (biomass)



Perekatan dan Kualitas Wood Pellet



Partikel “Fines” (bubuk) terbentuk akibat kurangnya perekatan sewaktu pembentukan pellet. Sehingga kinerja dari pelletiser dan produk jadi pellet berpengaruh terhadap persen fines. Pellet sangat kuat apabila ditekan secara vertikal tetapi mudah pecah ketika ditekan secara horisontal. Kualitas pellet yang jelek membuatnya hancur/pecah berkeping-keping dan menghasilkan banyak bubuk. Tergantung target pasarnya, prosentase “fine” yang terbentuk perlu dinyatakan atau tidak. Pada kualitas wood pellet premium target dari fines harus kurang dari 1%. CEN European standard memiliki spesifikasi prosentase “fines” yang diperbolehkan dan dalam banyak kasus prosentase fine harus dinyatakan ketika dijual. Kapasitas pengemasan juga berpengaruh thd terjadinya prosentase fine, semakin kecil wadah akan membuat prosentase fine lebih kecil.



Karakteristik Pelletiser • Setiap bahan baku memiliki kualitas dan karakteristik yang berbeda. Parameter tersebut adalah kadar air, kepadatan dan kualitas perekatan.



• Ketika kualitas bahan baku telah sesuai untuk wood pellet berkualitas, maka setelah masuk pelletiser dan berkontak dengan roller dan mendapat panas serta tekanan yang sesuai maka pellet akan keluar. Pisau bisa ditambahkan untuk mengeset panjang pellet. Dan setelah didinginkan pellet akan keras dan siap digunakan.



Karakteristik Pelletiser • Pemilihan bahan baku berkualitas berpengaruh besar terhadap kualitas wood pellet, dan settingan pelletiser meliputi ketebalan dan material die, pressing time, pressing temperature dan pressure juga membantu meningkatkan kualitas wood pellet. Tekanan (pressure) bisa diset dengan pemilihan die, material die dan jarak dengan roller. Sehingga untuk produksi wood pellet dari beragam bahan baku perlu mengubah kecepatan pengumpanan ke pelletiser maupun pemilihan pellet die-nya. Idealnya pemilihan die juga terkait rasio kompresinya, misalnya mengolah bahan baku kayu lunak membutuhkan die lebih tebal dibandingkan mengolah kayu keras, untuk hasil kualitas pemelletan yang sama. • Ada perbedaan antara hanya membuat wood pellet dengan membuat wood pellet berkualitas dengan konsumsi energi minimum dan maximum roller & die life.



Perawatan Peralatan Termasuk Pelletiser Peralatan yang digunakan produksi wood pellet terekspose suhu dan tekanan tinggi, sehingga perawatan yang memadai menjadi esensi untuk memaksimalkan umur peralatan dan mengurangi konsumsi energi. A. Perawatan Bearing Peralatan khususnya crusher tipe hammer mill dan pelletiser memiliki banyak bearing, yang mencapai suhu tinggi selama operasi. Mengecek secara berkala bearing dibutuhkan untuk menjaga kinerja dan umur peralatan. Beberapa peralatan dilengkapi dengan pelumasan otomatis untuk bearing.



Perawatan Peralatan Termasuk Pelletiser B. Menjaga Konsumsi Energi Minimum Periksalah hammer mill dan pelletiser bisa beroperasi tanpa tahanan akan menjaga kebutuhan energi tetap minimum.Sebagai contoh pengecekan bahwa tidak ada material yang menyebabkan friksi tambahan sekitar pelletiser dan roller. C. Yang Harus Dilakukan Pada Akhir Produksi Ketika akhir produksi sangat penting untuk memasukkan bahan berminyak ke pelletiser sehingga produksi nantinya bisa dimulai dengan mudah lagi contoh dedak atau katul dengan minyak goreng. Jika bahan baku yang diproses tertinggal di die, selanjutnya ketika die dingin bahan baku di dalam die juga dingin dan akan mengeras. Jika hal itu terjadi maka sangat sulit untuk memulai produksi lagi dan mungkin perlu dibor die yang tersumbat tersebut.



Photo Peralatan Yang Perlu Dirawat Termasuk Pelletiser



Penerimaan Bahan Baku (Receiving Station) • Bahan baku diterima di pabrik dengan dihitung dengan cara : 1. volume (kubikan). Menghitung volume kayu dalam bak mobil atau truk lalu dikalikan dengan kepadatan (density) rata-rata kayu (100150 kg/m3) 2. Penimbangan. Kayu bisa dimasukkan dalam karung lalu ditimbang dg timbangan duduk ataupun berat mobil dg kayu dikurangi berat mobilnya yakni dg timbangan muatan mobil. Estimasi harga 100 juta rupiah. Cara 1 lebih murah dan praktis, tetapi akurasi berat atau bobot tidak sebaik cara 2.



Packing Wood Pellet • Disarankan untuk mengemas wood pellet dengan ukuran besar, shg apabila tidak menggunakan mesin packing misalnya langsung dari coolerpun tidak masalah, karena jumlahnya sedikit. • Kemasan model jumbo bag dengan kapasitas 1 ton atau 500 kg bisa diterapkan.



Umumnya pabrik wood pellet kapasitas kecil di Indonesia Langsung packing dari cooler.



Jumbo bag untuk 500kg wood pellet



Jumbo bag untuk 1 ton wood pellet



Packing / Bagging A. Semi-Manual



B. Full Automatic



D. Konfigurasi Pabrik Wood Pellet



Penyimpanan Produk (Product Storage)







Penyimpanan produk wood pellet di tempat kering ber-ventilasi. Sangat disarankan menggunakan pallet untuk menjaga kekeringan produk. Beberapa panduan lain seperti pada kolom disamping.



K3 Produksi Wood Pellet



Based on US Data



• Hal-hal yang perlu diperhatikan di area pabrik: -Mengenakan masker, sepatu, kaos tangan dan helm. -Menghindari membakar sampah dan semacamnya yang menimbulkan api. -Dilarang merokok. -Motor listrik dan peralatan relay harus terlindungi. -Hati-hati bila mengelas dan memotong logam di area banyak sawdust kering berpotensi bahaya. -Hindari permukaan panas berkontak dengan sawdust kering, karena berpotensi menimbulkan percikan api. -Wood pellet tidak boleh disimpan lama tanpa monitoring suhu yang memadai* -Waspadai terhadap gesekan, benturan dan percikan api timbul karena bearing panas, komponen bergerak, dsb yang menyebabkan kecelakaan dengan sawdust kering. *aktivitas mikroba akan meningkatkan suhu wood pellet sampai 90 C yang selanjutnya bila teroksidasi bisa menyebabkan kebakaran. Kadar air yang tinggi serta proses produksi sehingga bahan baku tidak terekspose suhu >100 C akan memacu aktivitas mikroba.



E. Promosi Pemakaian Wood Pellet di Indonesia



Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi



Perbandingan Wood Pellet Dengan Batubara No.



Factors



Wood Pellet



Coal



1.



Calorific Value



4000 kcal/kg and up



5000-5500 kcal/kg



2.



Ash Content



< 4%



20 to 40%



3.



Pollution/Poisonous effluent Smoke



No Smoke No Sulphur



Sulphur, phosphorous fumes



4.



Moisture



8 %( max)



20 to 35%



5.



Efficiency of boiler



75%



75%



6.



Wastages/Loss



8-10%



15-20%



7.



Labour usage



Single person is enough



Require two persons



8.



Boiler efficiency



Normal Fly ash deposit on tubes



High wear & tear



9.



Handling



Easy because of packed material



Tough material



10.



Type of Fuel



Carbon Neutral



Carbon Positive



-Berbagai keuggulan wood pellet bisa dijadikan bargaining postion harga jual wood pellet untuk subtitusi batubara di industri. -Sebagai perbandingan : US hampir semua wood pellet digunakan untuk pemanas rumah tangga dengan pellet stove, sedangkan mayoritas wood pellet di Asia digunakan untuk co-firing dengan batubara pada PLTU (coal powerplant). -Sebagian proses produksi wood pellet juga dengan debarking (menghilangkan kulit dari kayunya) utk mengurangi kadar abu. Karena konsumen wood pellet di Indonesia adalah industri yang umumnya lebih toleran utk kadar abu lebih tinggi maka tidak dengan debarking tidak menjadi masalah.



F. Bagaimana Mendapatkan Suplai Bahan Baku dengan volume besar



Budidaya Tanaman Trubusan dengan Hutan/Kebun Energi



Ketersediaan Lahan di Indonesia



Source : YETTI RUSLI PRESENTATION



Perbandingan Produktivitas Tanaman Trubusan Indonesia dengan Eropa/US Poduktivitas biomasa kayu 1 tahun kaliandra di Indonesia (negara tropis) = 4 tahun willow di negara sub tropis.



Harga Wood Pellet Internasional



G. Peternakan Domba dan Lebah Madu



Integrasi Pabrik Wood Pellet dan Peternakan Domba



Keutamaan Domba Dibanding Binatang Ternak Lainnya, menurut Al Qur’an "Dia menciptakan kamu dari diri yang satu kemudian Dia jadikan daripadanya istri dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor hewan yang berpasangan dari binatang ternak...." (QS 39:6). Dalam ayat lain (QS 6 : 143-144), delapan ekor hewan yang berpasangan (4 pasang) tersebut adalah dua ekor (sepasang) domba, sepasang kambing, sepasang unta dan sepasang sapi. Dari serangkaian hewan ternak yang disebutkan dalam ayat-ayat di atas, domba disebut pertama, baru kambing, unta dan sapi. Kaidah dalam Al Qur'an, sesuatu yang disebut pertama memiliki keutamaan daripada sesudahnya. Nah, disinilah domba memiliki keutamaan dibandingkan hewan ternak lain yang disebut dalam ayat tersebut, walaupun semua hewan tersebut dagingnya halal dimakan. Indikasi lain tentang keutamaan domba juga bisa kita dapati pada peristiwa Qurban, yakni ketika Nabi Ibrahim diperintah Allah SWT untuk menyembelih putranya yakni Ismail, lalu oleh Allah SWT menyelamatkan Ismail dan menggantinya dengan domba besar. Peristiwa tersebut kemudian kita peringati setiap tahun dan menjadi syariat Qurban pada hari raya Idhul Adha setiap 10 Dzulhijah.



Mengapa Beternak Domba ? •Pertama, produksi daging cepat. Secara matematis perkembangbiakkan domba jauh lebih cepat daripada sapi . Satu ekor domba betina bisa melahirkan enam ekor anak dalam enam anak domba dalam dua tahun, sedangkan sapi hanya melahirkan satu atau maksimal dua ekor dalam waktu yang sama. •Kedua, daging domba adalah kualitas terbaik apalagi dengan pakan rumput dan dedaunan, sehingga rasio omega 6 terhadap omega 3 mendekati 1 (healthiest food). •Ketiga : domba dengan ukuran lebih kecil juga lebih mobile dalam menyebarkan kotoran sehingga efek pemupukan terhadap tanah juga lebih merata.



•Keempat, kualitas kotoran domba sebagai pupuk juga lebih baik daripada kotoran sapi terutama pada kandungan makro yakni nitrogen (N), phospur (P), dan kalium (K).



Mengapa Dengan Penggembalaan ? A. Dalil-Dalil Al Qur’an dan Hadist “Dia-lah, Yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuh-tumbuhan, yang pada (tempat tumbuhnya) kamu menggembalakan ternakmu. ” (QS 16:10)







Indonesia yang beriklim tropis sangat cocok untuk penggembalaan tersebut karena curah hujan tinggi dan banyak pohon-pohon tumbuh dengan mudah.



“Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat tandatanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal.”(QS 20:54) "Dan (Allah SWT) yang menumbuhkan rumput-rumputan" (QS Al A'laa :4) “"Setiap Nabi yang diutus oleh Allah adalah menggembala domba/kambing". Sahabat-sahabat beliau bertanya : “Begitu juga engkau ?” ; Rasulullah bersabda : “Ya, aku menggembalanya dengan upah beberapa qirath penduduk Mekah”. (H.R. Bukhari) "Orang-orang muslim itu bersyirkah dalam tiga hal, dalam hal padang rumput (lahan), air dan api (energi)". (HR. Sunan Abu Daud). Dari Abu Said Al-Khudri berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Waktunya akan datang bahwa harta muslim yang terbaik adalah domba yang digembala di puncak gunung dan tempat jatuhnya hujan. Dengan membawa agamanya dia lari dari beberapa fitnah(kemungkaran atau pertikaian sesama muslim)”. (H.R. Bukhari)



Dari Abu Hurairah R.A. dari Rasulullah SAW, beliau bersabda : “Diantara penghidupan (pekerjaan) manusia yang terbaik, adalah seorang laki-laki yang memegang kendali kudanya di jalan Allah. Dia terbang diatasnya (dia menaikinya dengan jalan yang cepat). Setiap mendengar panggilan perang dia terbang diatasnya dengan bersemangat untuk mencari kematian dengan jalan terbunuh (dalam keadaan syahid) atau menyongsong kematian ditempat datangnya. Atau seorang laki-laki yang menggembala domba di puncak gunung dari atas gunung ini atau lembah dari beberapa lembah. Dia mendirikan sholat, memberikan zakat dan menyembah kepada Tuhannya hingga kematian datang kepadanya. Dia tidak mengganggu kepada manusia, dan hanya berbuat baik kepada mereka.” (H.R. Muslim).







Menggembala adalah salah satu profesi terbaik.



B. Analisa Ilmiah a. Produksi daging paling ekonomis dan kualitas terbaik adalah dengan penggembalaan. b. Penggembalaan akan menyuburkan tanah dan menghidupkan tanah-tanah mari. Sebuah referensi dari Allan Savory, seorang biologist dari Zimbabwe yang telah menghijaukan bumi atau istilahnya menyelamatkan kehidupan di bumi dengan penggembalaan tersebut. Telah lebih dari 16 juta hektar (sekitar 1,5 kali perkebunan sawit Indonesia) terselamatkan dengan konsep penggembalaan tersebut. c. Domba secara khusus adalah hewan yang cerdas, lebih cerdas daripada kambing dan sapi. Domba hanya kalah cerdas dari simpanse, gajah dan lumba-lumba. Konon domba adalah binatang yang paling baik ingatannya, dia bisa mengingat wajah penggembalanya, mengingat jalur perjalanan pulang ke kandangnya, ingat siapa yang memimpin perjalanannya dan bahkan bisa mengingat mana-mana batasnya yang boleh dimakan dan tidak, batas wilayah yang boleh dilalui dan tidak. Faktor-fator tersebut semakin memudahkan penggembalaannya. Domba juga memiliki ketahanan penyakit yang tinggi.



Mengamalkan Contoh Para Nabi “"Setiap Nabi yang diutus oleh Allah adalah menggembala domba/kambing". Sahabat-sahabat beliau bertanya : “Begitu juga engkau ?” ; Rasulullah bersabda : “Ya, aku menggembalanya dengan upah beberapa qirath penduduk Mekah”. (H.R. Bukhari)



Karena buah karya manusia biasa, pendekatan Savory ini tentu masih banyak mengandung kelemahan, tetapi itupun sudah bisa melestarikan areal puluhan juta hektar di seluruh dunia tersebut diatas. Seluruh Nabi pernah sebagai penggembala domba. Bagaimana jika contoh para Nabi dengan penggembalaan domba tersebut diterapkan di seluruh dunia? Tentu hasilnya jauh akan lebih baik dalam semua aspeknya.



Teknis Pelaksanaan Integrasi Produksi Wood Pellet dari Kebun Energi dan Peternakan Domba Salah satu cara atau teknik yang bisa dilakukan yakni, peternakan domba tersebut dibuat dalam koloni tersendiri dalam area kebun energi. Misalnya total lahan kebun energi 2.000 hektar, maka sekitar 100 hektar digunakan untuk peternakan domba dengan membuat padang-padang penggembalaan. Padang gembalaan tersebut dibagi-bagi menjadi sejumlah area (paddock) dengan tujuan untuk teknik penggembalaan terbaik yakni penggembalaan rotasi (rotation grazing). Penjelasan rotation grazing di slide selanjutnya. Rumput-rumput pada padang-padang gembalaan sebagai sumber pakan utama dombadomba tersebut. Sedangkan daun-daun dari limbah pemanenan kayu kaliandra dari kebun energi sebagai pakan tambahannya. Kotoran domba sebagai pupuk bagi rumput-rumput di padang gembalaan tersebut. Sedangkan kotoran yang berada di kandang bisa untuk produksi biogas dan dikumpulkan untuk pupuk pada kebun energi.



Penggembalaan Rotasi Cara Terbaik Penggembalaan Domba Penggembalaan rotasi adalah membagi padang gembalaan tersebut menjadi beberapa unit seperti arena latihan kuda (paddock) selanjutnya binatang ternaknya secara bergiliran digembalakan di area gembalaan yang bersekat-sekat tersebut. Pada penggembalaan rotasi selalu ada padang gembalaan yang diistirahatkan untuk memulihkan pertumbuhan rumputnya.



Penggembalaan rotasi akan memberikan hasil yang efisien baik produktivitas daging maupun keberlanjutan padang gembalaan tersebut. Pertumbuhan rumput bisa dijaga sedemikian rupa dengan penggembalaan rotasi tersebut, yakni dipertahankan pada ketinggian 8-10 cm. Bila rumput dimakan habis (overgrazed) sampai pangkal batang maka akan sulit tumbuh lagi dengan baik. Teknik mengatur supaya rumput terus tumbuh dengan baik yakni dengan mengatur durasi penggembalaan pada sekat penggembalaan tersebut, ini juga akan terpengaruh oleh faktor musim. Rumput akan tumbuh lebih cepat pada musim penghujan dan sebaliknya pada musim kemarau lebih lambat. Dengan irigasi yang baik pertumbuhan rumput pada musim kemarau bisa tetap dipertahankan. Padang gembalaan pada hakikatnya adalah bertani atau budidaya rumput itu sendiri.



Selain itu dengan penggembalaan rotasi domba atau hewan ternak akan merumput lebih merata karena area penggembalaannya dibatasi dengan sekat-sekat tersebut. Sebagai perbandingan adalah dengan penggembalaan terus menerus (continous grazing), dimana ternak cenderung hanya makan rumput yang disukai bahkan sampai habis (overgrazing) sehingga keberlanjutan rumput padang gembalaan kurang optimal.



4 Hal Penting Perlu Diperhatikan Dalam Penggembalaan Rotasi Setidaknya ada 4 hal fisik yang perlu diperhatikan untuk pembuatan penggembalaan rotasi berjalan baik, yakni : supplai pakan, sistem pagar atau sekat-sekat, supplai air dan tempat teduhan. Supplai pakan atau ketersediaan rumput adalah faktor penting keberlangsungan penggembalaan tersebut. Pada musim penghujan rumput atau bulan-bulan tertentu akan berlimpah sedangkan pada musim kemarau berkurang. Untuk menyesuaikan dengan jumlah pakan tersebut, populasi hewan ternak juga bisa disesuaikan. Ketika pakan berlimpah populasi ternak lebih banyak daripada ketika pakan berkurang. Untuk menjaga pakan lebih tersedia, padang gembalaan bisa dilengkapi dengan sistem irigasi yang baik sehingga rumput bisa terus tumbuh pada musim kemarau sekalipun. Sistem pagar atau sekat-sekat juga merupakan faktor suksesnya penggembalaan rotasi. Sistem pagar tersebut memungkinkan pengelolaan padang gembalaan secara terencana. Pengaturan penggunaan area untuk penggembalaan maupun area yang harus diistirahatkan sehingga rumput tumbuh kembali merupakan fungsinya sistem pagar tersebut. Supplai air, jelas ini merupakan faktor penting karena Allah SWT menciptakan sesuatu yang hidup dari air (QS 21:30) dan setiap yang hidup pasti membutuhkan air khususnya hewan-hewan ternak tersebut. Setiap sekat atau kamar area penggembalaan harus dilengkapi supplai air tersebut. Semakin banyak pakan atau rumput yang dikonsumsi semakin banyak air yang dibutuhkan. Kekurangan supplai air juga akan menurunkan konsumsi pakan. Tempat teduhan juga merupakan hal penting bagi penggembalaan. Hewan-hewan ternak cenderung mencari tempat teduh supaya bisa merumput lebih lama. Ketika cuaca panas, maka hewan ternak tidak bertahan lama merumput. Tempat teduhan terbaik adalah pepohonan sehingga pohon-pohon perlu ditanam di area padang gembalaan tersebut.



Penggembalaan Campur (Mixed Grazing) – Domba Dengan Sapi. Penggembalaan domba dengan sapi juga terbukti memberikan hasil positif. Hal ini dikarenakan kedua jenis hewan ternak tersebut mempunyai kebiasaan penggembalaan yang berbeda, sebagai contoh domba menyukai rumput berdaun lebar, sedangkan sapi menyukai rumput berdaun sempit. Penggembalaan domba dan sapi tersebut bisa dilakukan secara bersamaan maupun waktunya berlainan. Padang gembalaan juga lebih baik, karena seluruh tanaman rerumputan dimakan ternak baik domba maupun sapi secara merata. Apabila padang rerumputan tidak digembala secara merata, maka kualitas rumput juga akan menurun. Jenis-jenis rumput tertentu menjadi favorit bagi domba sehingga jenis ini akan lebih banyak dimakan, bahkan habis. Rumput dengan kondisi demikian menjadi sulit untuk tumbuh lagi dengan baik. Padang gembalaan seperti halnya ladang pertanian juga harus dijaga keberlanjutannya untuk terus bisa menghasilkan pakan ternak-ternak tersebut. Indikasi penting lainnya bahwa penggembalaan bersama ini memberikan hasil lebih positif, adalah dari sejumlah penelitian yang dilakukan diberbagai lokasi di dunia bahwa dengan penggembalaan domba dengan sapi, kenaikan berat badan domba sekitar 10% daripada hanya penggembalaan domba saja dan kenaikkan berat badan sapi sekitar 25% dibandingkan hanya penggembalaan sapi saja.



Pengelolaan Rumput



Allah SWT menumbuhkan rumput-rumputan (QS Al A'laa :4) walaupun manusia bisa saja menanam rerumputan tersebut tetapi pada hakikatnya Allah-lah yang menumbuhkan rumput-rumput tersebut. Rerumputan juga sangat mudah tumbuh dan bisa dijumpai di hampir semua tempat di Indonesia. Dalam banyak hal rumput-rumput ini malah dianggap sebagai masalah sehingga sejumlah upaya dikerahkan untuk mengatasi masalah rumput tersebut. Padang gembalaan pada hakikatnya adalah bertani atau budidaya rumput itu sendiri. Hal ini sehingga kualitas dan kuantitas rumput sebagai sumber pakan utama dombadomba tersebut, harus terus dijaga dengan baik. Di Inggris bahkan rumput memiliki kontribusi sekitar 90% pada produksi daging mereka, sehingga budidaya rumput untuk penggembalaan ternak secara professional menjadi hal penting dalam sektor pangan mereka.



Peternakan Lebah Madu



Peternakan lebah madu adalah usaha tambahan lainnya untuk meningkatkan optimalisasi pemanfaatan lahan dan membantu sejumlah penyerbukan pada berbagai tanaman. Ada banyak jenis lebah madu, pertimbangan memilih jenis lebah madu juga didasarkan pada teknik budidayanya dan hasil madunya. Lebah madu lokal pada umumnya lebih mudah dibudidayakan seperti genus Trigona (stingless bee). Madu kaliandra juga salah satu madu terbaik dengan nilai ekonomi tinggi.



Terimakasih



Eko SB Setyawan Mobile : 081328841805 Biomass to Energy Entrepreneur [email protected]



@ekosbs



http://inovasibiomasa.blogspot.com/