Psikologi Farmasi-Komunikasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PSIKOLOGI FARMASI KOMUNIKASI



SEKOLAH TINGGI FARMASI MAHAGANESHA PRODI | D3 FARMASI



KOMUNIKASI A. Mengapa Kita Perlu Berkomunikasi Ada banyak alasan mengapa manusia perlu berkomunikasi. Keperluankeperluan ini dapat dikategorikan sebagai: – Keperluan kesehatan fisik dan mental – Keperluan identitas – Keperluan sosial Keperluan Kesehatan Fisik dan mental. Orang yang kurang berkomunikasi menghadapi risiko serangan sakit jantung yang lebih tinggi berbanding dengan orang yang sering berkomunikasi. Keperluan Identitas Diri. Kita perlu berkomunikasi dengan orang lain untuk mengetahui siapa diri kita sebenarnya. Kita tidak mungkin tahu bahwa kita seorang yang pandai atau bodoh, cantik atau jelek, mahir atau tidak dalam suatu bidang kecuali ada orang lain yang menilai dan menyatakannya pada diri kita. Keperluan Sosial. Seseorang memerlukan kasih sayang, perasaan memiliki dan dimiliki, dan sebagainya melalui interaksinya dengan orang lain. Jadi, komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia karena tanpa komunikasi, interaksi antar manusia (baik secara perorangan, kelompok maupun organisasi) tidak akan mungkin terjadi. B. Sejarah komunikasi Pada awal kehidupan di dunia, komunikasi digunakan untuk mengungkapkan kebutuhan organis. Sinyal-sinyal kimiawi pada organisme awal digunakan untuk reproduksi. Seiring dengan evolusi kehidupan, maka sinyal-sinyal kimiawi primitif yang digunakan dalam berkomunikasi juga ikut berevolusi dan membuka peluang terjadinya perilaku yang lebih rumit seperti tarian kawin pada ikan. Pada binatang, selain untuk seks, komunikasi juga dilakukan untuk menunjukkan keunggulan, biasanya dengan sikap menyerang. Munurut sejarah evolusi sekitar 250 juta tahun yang lalu munculnya "otak reptil" menjadi penting karena otak memungkinkan reaksireaksi fisiologis terhadap kejadian di dunia luar yang kita kenal sebagai emosi. Pada manusia modern, otak reptil ini masih terdapat pada sistem limbik otak manusia, dan hanya dilapisi oleh otak lain "tingkat tinggi". Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman. Bentuk umum komunikasi manusia termasuk bahasa sinyal, bicara, tulisan, gerakan, dan penyiaran. Komunikasi dapat berupa interaktif, transaktif, bertujuan, atau tak bertujuan. Melalui komunikasi, sikap dan perasaan seseorang atau sekelompok orang dapat dipahami oleh pihak lain. Akan tetapi, komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut. C. Fungsi Komunikasi William I. Gorden (dalam Deddy Mulyana, 2007) mengkategorikan fungsi komunikasi menjadi empat, yaitu:



1



1. Sebagai komunikasi sosial Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan hubungan orang lain. Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggota masyarakat (keluarga, kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, desa, ..., negara secara keseluruhan) untuk mencapai tujuan bersama. a. Pembentukan konsep diri. Konsep diri adalah pandangan kita mengenai diri kita, dan itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Melalui komunikasi dengan orang lain kita belajar bukan saja mengenai siapa kita, namun juga bagaimana kita merasakan siapa kita. Anda mencintai diri anda bila anda telah dicintai; anda berpikir anda cerdas bila orang-orang sekitar anda menganggap anda cerdas; anda merasa tampan atau cantik bila orang-orang sekitar anda juga mengatakan demikian. b. Pernyataan eksistensi diri. Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis. Inilah yang disebut aktualisasi diri atau lebih tepat lagi pernyataan eksistensi diri. Fungsi komunikasi sebagai eksistensi diri terlihat jelas misalnya pada penanya dalam sebuah seminar. Meskipun mereka sudah diperingatkan moderator untuk berbicara singkat dan langsung ke pokok masalah, penanya atau komentator itu sering berbicara panjang lebarm mengkuliahi hadirin, dengan argumen-argumen yang terkadang tidak relevan. c. Untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan memperoleh kebahagiaan. Sejak lahir, kita tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidup. Kita perlu dan harus berkomunikasi dengan orang lain, untuk memenuhi kebutuhan biologis kita seperti makan dan minum, dan memenuhi kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan kebahagiaan. Para psikolog berpendapat, kebutuhan utama kita sebagai manusia, dan untuk menjadi manusia yang sehat secara rohaniah, adalah kebutuhan akan hubungan sosial yang ramah, yang hanya bisa terpenuhi dengan membina hubungan yang baik dengan orang lain. Abraham Moslow menyebutkan bahwa manusia punya lima kebutuhan dasar: kebutuhan fisiologis, keamanan, kebutuhan sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan yang lebih dasar harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebuthan yang lebih tinggi diupayakan. Kita mungkin sudah mampu kebuthan fisiologis dan keamanan untuk bertahan hidup. Kini kita ingin memenuhi kebutuhan sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan ketiga dan keempat khususnya meliputi keinginan untuk memperoleh rasa lewat rasa memiliki dan dimiliki, pergaulan, rasa diterima, memberi dan menerima persahabatan. Komunikasi akan sangat dibutuhkan untuk memperoleh dan memberi informasi yang dibutuhkan, untuk membujuk atau mempengaruhi orang lain, mempertimbangkan solusi alternatif atas masalah kemudian mengambil keputusan, dan tujuan-tujuan sosial serta hiburan. 2. Sebagai komunikasi ekspresif Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal. Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun bisa disampaikan secara lebih ekpresif lewat perilaku nonverbal. Seorang ibu menunjukkan kasih sayangnya dengan membelai kepala anaknya. Orang dapat menyalurkan kemarahannya dengan mengumpat, mengepalkan tangan seraya melototkan matanya, mahasiswa memprotes kebijakan penguasa negara atau penguasa kampus dengan melakukan demontrasi.



2



3. Sebagai komunikasi ritual Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebaga rites of passage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan, siraman, pernikahan, dan lain-lain. Dalam acara-acara itu orang mengucapkan kata-kata atau perilaku-perilaku tertentu yang bersifat simbolik. Ritus-ritus lain seperti berdoa (salat, sembahyang, misa), membaca kitab suci, naik haji, upacara bendera (termasuk menyanyikan lagu kebangsaan), upacara wisuda, perayaan lebaran (Idul Fitri) atau Natal, juga adalah komunikasi ritual. Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa. Negara, ideologi, atau agama mereka. 4. Sebagai komunikasi instrumental Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, yaitu: menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, menggerakkan tindakan, dan juga menghibur. Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk menciptakan dan membangun hubungan, namun juga untuk menghancurkan hubungan tersebut. Studi komunika membuat kita peka terhadap berbagai strategi yang dapat kita gunakan dalam komunikasi kita untuk bekerja lebih baik dengan orang lain demi keuntungan bersama. Komunikasi berfungsi sebagi instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka pendek ataupun tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek misalnya untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati, empati, keuntungan material, ekonomi, dan politik, yang antara lain dapat diraih dengan pengelolaan kesan (impression management), yakni taktik-taktik verbal dan nonverbal, seperti berbicara sopan, mengobral janji, mengenakankan pakaian necis, dan sebagainya yang pada dasarnya untuk menunjukkan kepada orang lain siapa diri kita seperti yang kita inginkan. Sementara itu, tujuan jangka panjang dapat diraih lewat keahlian komunikasi, misalnya keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing ataupun keahlian menulis. Kedua tujuan itu (jangka pendek dan panjang) tentu saja saling berkaitan dalam arti bahwa pengelolaan kesan itu secara kumulatif dapat digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang berupa keberhasilan dalam karier, misalnya untuk memperoleh jabatan, kekuasaan, penghormatan sosial, dan kekayaan. Tujuan Komunikasi • Membangun/menciptakan pemahaman atau pengertian bersama. • Saling memahami bukan berarti harus setuju, tetapi mungkin berupa : perubahan sikap : Positif / Negatif Perubahan pendapat : pendapat bisa berbeda-beda Perubahan prilaku : menuruti atau tidak Perubahan sosial : membangun hubungan dengan orang lain



3



KONSEP DASAR KOMUNIKASI Sebelum membahas tentang komunikasi dipandang dari persepektif psikologi, ada baiknya kita tinjau terlebih dahulu konsep dasar komunikasi. Istilah-istilah atau unsur-unsur dalam komunikasi akan memudahkan dalam pemahaman komunikasi sebagai suatu perilaku. Komunikasi berasal dari bahasa latin “communicatus” yang berarti Berbagi atau menjadi milik bersama. Kata sifatnya “communis” yang berarti bersama-sama. (dalam Marhaeni, 2009) Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin “communis” yang berarti “sama”. “Communico”, “communicatio” atau “communicare” yang berarti “ membuat sama. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna atau suatu pesan dianut secara sama.(dalam Mulyana, 2007). Komunikasi menurut Ahli kamus Bahasa/ Lexicographer adalah suatu upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Komunikasi menurut Wikipedia Bahasa Indonesia ensiklopedia bebas adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi diantara keduanya. Pada umumnya, komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal. 1. Unsur-unsur dalam Komunikasi a. Komunikator (Source, sender, communictor) Yaitu seseorang yang menyampaikan pesan kepada sejumlah orang. Komunikator akan menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan kepada komunikan. Ini berarti komunkator memformulasikan pikiran dan perasaannya kedalam lambang (bahasa, angka dll) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Komunikator yang baik adalah orang yang selalu memperhatikan umpan balik sehingga ia dapat segera mengubah gaya komunikasinya dikala ia mengetahui umpan balik dari komunikan bersifat negatif. b. Pesan (message) Yaitu seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator. Penyampaian pesan dapat dilakukan secara verbal yakni menggunakan bahasa dan secara nonverbal yakni dengan menggunakan alat, isyarat, gambar atau warna untuk mendapatkan umpan balik. c. Media (Channel) Yaitu saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan lainnya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.



4



d. Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) Yaitu orang yang menerima pesan dari komunikator. Komunikan akan memberi umpan balik terhadap pesan yang disampaikan olek komunikator. Umpan balik memainkan peranan yang sangat penting dalam komunikasi, sebab ia menentukan berlanjut atau berhentinya komunikasi yang diampaikan oleh komunikator. e. Efek (effect, impact, Influence) Yaitu tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah menerima pesan dari komunikator. Tanggapan dapat menimbulkan aksi dan reaksi. 2. Proses komunikasi Secara ringkas, proses berlangsungnya komunikasi bisa digambarkan seperti berikut (Wikipedia) : a) Komunikator (sender) yang mempunyai maksud berkomunikasi dengan orang lain mengirimkan suatu pesan kepada orang yang dimaksud. Pesan yang disampaikan itu bisa berupa informasi dalam bentuk bahasa ataupun lewat simbol-simbol yang bisa dimengerti kedua pihak. b) Pesan (message) itu disampaikan atau dibawa melalui suatu media atau saluran baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya berbicara langsung melalui telepon, surat, e-mail, atau media lainnya. c) Komunikan (receiver) menerima pesan yang disampaikan dan menerjemahkan isi pesan yang diterimanya ke dalam bahasa yang dimengerti oleh komunikan itu sendiri. d) Komunikan (receiver) memberikan umpan balik (feedback) atau tanggapan atas pesan yang dikirimkan kepadanya, apakah dia mengerti atau memahami pesan yang dimaksud oleh si pengirim.



Gambar



5



BENTUK-BENTUK KOMUNKASI



A. Komunikasi Ditinjau dari simbol yang digunakan 1. Komunikasi Verbal. Komunikasi verbal menurut Wikipedia bahasa Indonesia ensiklopedia bebas adalah komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol verbal. Simbol verbal bahasa merupakan pencapaian manusia yang paling impresif. Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami oleh suatu komunitas. Bahasa verbal adalah sarana utama untuk menyatakan pikiran, perasaan , dan maksud kita. Bahasa verbal menggunakan kata-kata yang mempresentasikan berbagai aspek realitas individu kita. Konsekuensinya, kata-kata adalah abstraksi realitas kita yang tidak mampu menimbulkan reaksi yang merupakan totalitas objek atau konsep yang diwakili katakata itu. Contoh : kata rumah. Realitas apa yang diwakili oleh kata itu?. Ada rumah sederhana, rumah mewah, rumah bertingkat, rumah sakit, rumah bersalin, rumah bilik (dalam Mulyana, 2007). Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk menamai atau menjuluki orang, objek dan peristiwa. Setiap orang punya nama dan orang juga dapat menamai apa saja, objekobjek yang berlainan, termasuk perasaan tertentu yang mereka alami. Menurut Larry L. Barker (dalam Mulyana, 2007) bahasa memiliki tiga fungsi yaitu : penamaan atau penjulukan, interaksi dan transmisi informasi. Fungsi penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasi objek, tindakan atau orang dengan menyebut namanya. Fungsi interaksi menekankan berbagai gagasan dan emosi , yang dapat mengandung simpati atau pengertian atau kemarahan dan kebingungan. Fungsi transmisi informasi adalah dapat menghubungkan masa lalu dengan masa kini, dan masa depan. Book (dalam Mulyana, 2007) mengemukakan, agar komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu untuk mengenal dunia disekitar kita; untuk berhubungan dengan orang lain; dan untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita. Fungsi pertama, melalui bahasa kita dapat mempelajari apa saja yang menarik minat kita. Kita bisa mempelajari sejarah bangsa Mesir kuno atau Bangsa Yunani yang saat ini sudah tidak ada lagi. Fungsi kedua, yaitu sebagai sarana untuk berhubungan dengan orang lain (fungsi sosial). Dengan bahasa memungkinkan kita bergaul dengan orang untuk kesenangan kita dan mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita. Sedangkan fungsi ketiga, memungkinkan kita untuk hidup lebih teratur, saling memahami diri kita, keprcayaankepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita.



6



Keterbatasan Bahasa: Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek. Kata-kata adalah kategori-kategori untuk merujuk pada objek tertentu: orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan sebagainya. Tidak semua kata tersedia untuk merujuk pada objek. Suatu kata hanya mewakili realitas, tetapi buka realitas itu sendiri. Dengan demikian, kata-kata pada dasarnya bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara eksak. Contoh, nama warna apa yang dapat diberikan untuk warna yang merah sedikit kekuningan tetapi lebih tua dari oranye. Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung bersifat dikotomis, misalnya baik-buruk, kayamiskin, pintar-bodoh, dsb. Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual. Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata merepresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang yang berbeda, yang menganut latar belakang sosial budaya yang berbeda pula. Kata berat, yang mempunyai makna yang nuansanya beraneka ragam. Misalnya: tubuh orang itu berat; kepala saya berat; ujian itu berat; dosen itu memberikan sanksi yang berat kepada mahasiswanya yang nyontek. Kata-kata mengandung bias budaya. Bahasa terikat konteks budaya. Oleh karena di dunia ini terdapat berbagai kelompok manusia dengan budaya dan subbudaya yang berbeda, tidak mengherankan bila terdapat kata-kata yang (kebetulan) sama atau hampir sama tetapi dimaknai secara berbeda, atau kata-kata yang berbeda namun dimaknai secara sama. Konsekuensinya, dua orang yang berasal dari budaya yang berbeda boleh jadi mengalami kesalahpahaman ketika mereka menggunakan kata yang sama. Misalnya kata awak untuk orang Minang adalah saya atau kita, sedangkan dalam bahasa Melayu (di Palembang dan Malaysia) berarti kamu. Percampuranadukkan fakta, penafsiran, dan penilaian. Dalam berbahasa kita sering mencampuradukkan fakta (uraian), penafsiran (dugaan), dan penilaian. Masalah ini berkaitan dengan dengan kekeliruan persepsi. Contoh: apa yang ada dalam pikiran kita ketika melihat seorang pria dewasa sedang membelah kayu pada hari kerja pukul 10.00 pagi? Kebanyakan dari kita akan menyebut orang itu sedang bekerja. Akan tetapi, jawaban sesungguhnya bergantung pada: Pertama, apa yang dimaksud bekerja? Kedua, apa pekerjaan tetap orang itu untuk mencari nafkah?



7



.... Bila yang dimaksud bekerja adalah melakukan pekerjaan tetap untuk mencari nafkah, maka orang itu memang sedang bekerja. Akan tetapi, bila pekerjaan tetap orang itu adalah sebagai dosen, yang pekerjaannya adalah membaca, berbicara, menulis, maka membelah kayu bakar dapat kita anggap bersantai baginya, sebagai selingan di antara jam-jam kerjanya. Ketika kita berkomunikasi, kita menterjemahkan gagasan kita ke dalam bentuk lambang (verbal atau nonverbal). Proses ini lazim disebut penyandian (encoding). Bahasa adalah alat penyandian, tetapi alat yang tidak begitu baik (lihat keterbatasan bahasa di atas), untuk itu diperlukan kecermatan dalam berbicara, bagaimana mencocokkan kata dengan keadaan sebenarnya, bagaimana menghilangkan kebiasaan berbahasa yang menyebabkan kerancuan dan kesalahpahaman. 2. Komunikasi Nonverbal a. Pengertian Komunikasi Non Verbal Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, komunikasi nonverbal adalah proses komunikasi dimana pesan disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi nonverbal ialah menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata, penggunaan objek seperti pakaian, potongan rambut, dan sebagainya, simbolsimbol, serta cara berbicara seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi, dan gaya berbicara. Secara teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan. Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin, saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari. Komunikasi non-verbal merupakan salah satu bentuk media komunikasi yang sama pentingnya dan banyak digunakan dalam berbagai situasi terutama berkaitan dengan sistem nilai, gaya dan bahasa tubuh, perasaan, dan emosi. Komunikasi non verbal dalam masyarakat yang masih sederhana dan tradisional masih dianggap efektif untuk menyampaikan pesan. Misalnya, di beberapa desa terpencil masih ditemukan kelompok yang masih sulit berbahasa Indonesia dan buta huruf. Keterampilan komunikasi non-verbal tidak hanya digunakan untuk kepentingan itu saja tetapi, dalam pendekatan modern komunikasi non-verbal dikaji dan dikembangkan sebagai bagian dari profesionalisme, gaya hidup dan model komunikasi yang dapat dipelajari terutama untuk pengembangan diri (self empowering) menghadapi pelanggan,



memahami



perilaku



konsumen



(consumen



behaviour),



penjualan



dan



menganalisis perilaku yang ditunjukkan sebagai respon emosi dan perasaan personal. Berbagai teori dan hasil penelitian banyak disandarkan pada model dan praktek komunikasi 8



nonverbal yang kemudian diterapkan untuk kepentingan yang lebih luas untuk kepentingan healing, resolusi konflik dan manajemen perubahan. b. Jenis-jenis komunikasi nonverbal Jenis-jenis komunkasi



non verbal menurut Wikipedia bahasa



Indonesia,



ensiklopedia bebas adalah sebagai berikut: Komunikasi objek Komunikasi objek yang paling umum adalah penggunaan pakaian. Seorang polisi menggunakan seragam. Ini merupakan salah satu bentuk komunikasi objek. Orang sering dinilai dari jenis pakaian yang digunakannya, walaupun ini dianggap termasuk salah satu bentuk stereotipe. Misalnya orang sering lebih menyukai orang lain yang cara berpakaiannya menarik. Selain itu, dalam wawancara pekerjaan seseorang yang berpakaian cenderung lebih mudah mendapat pekerjaan daripada yang tidak. Contoh lain dari penggunaan komunikasi objek adalah seragam. Sentuhan Haptik adalah bidang yang mempelajari sentuhan sebagai komunikasi nonverbal. Sentuhan dapat termasuk: bersalaman, menggenggam tangan, berciuman, sentuhan di punggung, mengelus-elus, pukulan, dan lain-lain. Masing-masing bentuk komunikasi ini menyampaikan pesan tentang tujuan atau perasaan dari sang penyentuh. Sentuhan juga dapat menyebabkan suatu perasaan pada sang penerima sentuhan, baik positif ataupun negatif. Kronemik Kronemik adalah bidang yang mempelajari penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal. Penggunaan waktu dalam komunikasi nonverbal meliputi durasi yang dianggap cocok bagi suatu aktivitas, banyaknya aktivitas yang dianggap patut dilakukan dalam jangka waktu tertentu, serta ketepatan waktu (punctuality).[1] Gerakan tubuh Dalam komunikasi nonverbal, kinesik atau gerakan tubuh meliputi kontak mata, ekspresi wajah, isyarat, dan sikap tubuh. Gerakan tubuh biasanya digunakan untuk menggantikan suatu kata atau frase, misalnya mengangguk untuk mengatakan ya; untuk mengilustrasikan atau menjelaskan sesuatu; menunjukkan perasaan, misalnya memukul meja untuk menunjukkan kemarahan; untuk mengatur atau menngendalikan jalannya percakapan; atau untuk melepaskan ketegangan.



9



Vokalik Vokalik atau paralanguage adalah unsur nonverbal dalam suatu ucapan, yaitu cara berbicara. Ilmu yang mempelajari hal ini disebut paralinguistik. Contohnya adalah nada bicara, nada suara, keras atau lemahnya suara, kecepatan berbicara, kualitas suara, intonasi, dan lain-lain. Selain itu, penggunaan suara-suara pengisi seperti "mm", "e", "o", "um", saat berbicara juga tergolong unsur vokalik, dan dalam komunikasi yang baik hal-hal seperti ini harus dihindari. Lingkungan Lingkungan juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan tertentu. Diantaranya adalah penggunaan ruang, jarak, temperatur, penerangan, dan warna. Variasi budaya dalam komunikasi nonverbal Budaya asal seseorang amat menentukan bagaimana orang tersebut berkomunikasi secara nonverbal. Perbedaan ini dapat meliputi perbedaan budaya Barat-Timur, budaya



konteks tinggi dan konteks rendah, bahasa, dsb. Contohnya, orang dari budaya Oriental cenderung menghindari kontak mata langsung, sedangkan orang Timur Tengah, India dan Amerika Serikat biasanya menganggap kontak mata penting untuk menunjukkan keterpercayaan, dan orang yang menghindari kontak mata dianggap tidak dapat dipercaya. Sedang Jalaludin Rakhmat (1994) mengelompokkan pesan-pesan nonverbal sebagai berikut: •



Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural.







Pesan fasial menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok makna: kebagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan,



pengecaman,



minat,



ketakjuban,



dan



tekad.



Leathers



(1976)



menyimpulkan penelitian-penelitian tentang wajah sebagai berikut: a. Wajah mengkomunikasikan penilaian dengan ekspresi senang dan taksenang, yang menunjukkan apakah komunikator memandang objek penelitiannya baik atau buruk; b. Wajah mengkomunikasikan berminat atau tak berminat pada orang lain atau lingkungan; c. Wajah mengkomunikasikan intensitas keterlibatan dalam situasi situasi; d. Wajah mengkomunikasikan tingkat pengendalian individu terhadap pernyataan sendiri; dan wajah barangkali mengkomunikasikan adanya atau kurang pengertian.



10







Pesan gestural menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasi berbagai makna.







Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan, makna yang dapat disampaikan adalah: a. Immediacy yaitu ungkapan kesukaan dan ketidak sukaan terhadap individu yang lain. Postur yang condong ke arah yang diajak bicara menunjukkan kesukaan dan penilaian positif; b. Power mengungkapkan status yang tinggi pada diri komunikator. Anda dapat membayangkan postur orang yang tinggi hati di depan anda, dan postur orang yang merendah; c. Responsiveness, individu dapat bereaksi secara emosional pada lingkungan secara positif dan negatif. Bila postur anda tidak berubah, anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif.







Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain.







Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan kosmetik.







Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan dengan cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda. Pesan ini oleh Dedy Mulyana (2005) disebutnya sebagai parabahasa.







Pesan sentuhan dan bau-bauan. Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Sentuhan dengan emosi tertentu dapat mengkomunikasikan: kasih sayang, takut, marah, bercanda, dan tanpa perhatian. Bau-bauan, terutama yang menyenangkan (wewangian) telah berabad-abad digunakan orang, juga untuk menyampaikan pesan –menandai wilayah mereka, mengidentifikasikan keadaan emosional, pencitraan, dan menarik lawan jenis.



Fungsi pesan nonverbal. Mark L. Knapp (dalam Jalaludin, 1994), menyebut lima fungsi pesan nonverbal yang dihubungkan dengan pesan verbal: 1. Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya setelah mengatakan penolakan saya, saya menggelengkan kepala.



11



2. Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya tanpa sepatah katapun kita berkata, kita menunjukkan persetujuan dengan mengangguk-anggukkan kepala. 3. Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan verbal. Misalnya anda ’memuji’ prestasi teman dengan mencibirkan bibir, seraya berkata ”Hebat, kau memang hebat.” 4. Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal. Misalnya, air muka anda menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap dengan kata-kata. 5. Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya. Misalnya, anda mengungkapkan betapa jengkelnya anda dengan memukul meja. Sementara itu, Dale G. Leathers (1976) dalam Nonverbal Communication Systems, menyebutkan enam alasan mengapa pesan verbal sangat signifikan. Yaitu: a. Factor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal. Ketika kita mengobrol atau berkomunikasi tatamuka, kita banyak menyampaikan gagasan dan pikiran kita lewat pesan-pesan nonverbal. Pada gilirannya orang lainpun lebih banya ’membaca’ pikiran kita lewat petunjuk-petunjuk nonverbal. b. Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan lewat pesan noverbal ketimbang pesan verbal. c. Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari penipuan, distorsi, dan kerancuan. Pesan nonverbal jarang dapat diatur oleh komunikator secara sadar. d. Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi. Fungsi metakomunikatif artinya memberikan informasi tambahan



12



KOMUNIKASI DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI



Dilihat dari sejarah perkembangannya, komunikasi memang dibesarkan oleh para peneliti psikologi. Tiga diantara empat Bapak Ilmu Komunikasi adalah, Wilbur Scrhramm adalah sarjana psikologi, Kurt Lewin adalah ahli psikologi dinamika kelompok, Paul Lazarsfeld, adalah psikolog yang banyak dipengaruhi oleh Sigmund Freud, Bapak Psikoanalisis. Sebagai gejala perilaku, komunikasi dipelajari oleh bermacam-macam disiplin ilmu, antara lain sosiologi dan psikologi. Banyak definisi yang dibuat oleh para ahli yang dilatar belakangi secara perspektif seperti: mekanistis, sosiologistis dan psikologistis. Hovlan, Janis dan Kelly, semuanya psikolog, mendefinisikan komunikasi sebagai “the process by which an individual (the comunicator)



transmits stimuli (ususlly verbal) to modify the behavior of othe individuals (the audience)” Dance (1967) mengartikan komunikasi dalam kerangka psikologi behaviorisme sebagai usaha menimbulkan respon melalui lambang-lambang verbal, ketika lambang-lambang verbal tersebut bertindak sebagai stimuli. Raymond S. Ross (1974) mendefinisikan komunikasi sebagai, proses transaksional yang meliputi pemisahan, dan pemilihan bersama lambang secara kognitif, begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamannya sendiri arti atau respons yang sama dengan yang dimaksud oleh sumber. Sedang kamus psikologi, Dictionary of Behavioral Science menyebutkan eman pengertian komunikasi (dalam Rakhmat, 2011) sebagai berikut: 1. Komunikasi adalah penyampaian perubahan energi dari satu tempat ke tempat yang lain seperti dalam sistem saraf atau penyampaian gelombang-gelombang suara. 2. Penyampaian atau penerimaan signal atau pesan oleh organisme. 3. Pesan yang disampaikan. 4. Teori komunikasi. Proses yang dilakukan satu sistem untuk mempengaruhi sistem yang lain melalui pengaturan signal-signal yang disampaikan. 5. K. Lewin. Pengaruh suatu wilayah persona pada wilayah persona yang lain sehingga perubahan dalam suatu wilayah menimbulkan perubahan yang berkaitan pada wilayah lain. 6. Pesan pasien kepada pemberi terapi dalam psikoterapi. Dari pengertian-pengertian diatas, tampak bahwa, komunikasi dalam psikologi mempunyai makna yang luas, meliputi: segala penyampaian energi, gelombang suara, tanda diantara tempat, sistem atau organisme. Kata komunikasi sendiri dipergunakan sebagai proses, sebagai pesan, sebagai pengaruh, atau secara khusus sebagai pesan pasien dalam psikoterapi. Psikologi tidak hanya mengulas komunikasi diantara neuron-nuron, tetapi mencoba menganalisa seluruh komponen yang terlibat dalam proses komunikasi. Pada diri komunikan, psikologi memberi karakteristik manusia komunikasn serta faktor-faktor internal maupun eksternal yang memengaruhi perilaku komunikasinya. Pada komunikator, psikologi melacak sifat-sifatnya dan bertanya: apa yang menyebabkan suatu sumber komunikasi berhasil dalam mempengaruhi orang lain, sementara sumber komunikasi yang lain tidak?.



13



Psikologi juga tertarik pada komunikasi di antara individu yaitu: bagaimana pesan dari seorang individu menjadi stimulus yang menimbulkan respons pada individu yang lain. Psikologi juga meneliti proses mengungkapkan pikiran menjadi lambang, bentuk-bentuk lambang, dan pengaruh lambang terhadap perilaku manusia. Penelitian ini melahirkan ilmu blasteran antara psikologi dan liguistik yang disebut, psikolinguistik. Bahkan ditahun.... melahirkan suatu bentuk terapi baru yang disebut Neuro Linguistik Programing, yaitu suatu teknik penyembuhan dengan menggunakan pola komunikasi yang positif. Dengan metode ini, seorang terapis mengarahkan komunikasi begitu rupa sehingga pasien dihadapkan pada situasi dan pertukaran pesan yang dapat menimbulkan hubungan sosial yang bermanfaat. Komunikasi terapeutik memandang gangguan jiwa bersumber pada gangguan komunikasi, pada ketidakmampuan pasien untuk mengungkapkan dirinya. Komunikasi adalah peristiwa sosial, peristiwa yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia lain. Bila individu-individu berinteraksi dan saling memengaruhi, maka terjadilah : 1) Proses belajar yang meliputi aspek kognitif dan afektif (aspek berpikir dan aspek merasa) 2) Proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang (komunikasi) 3) Mekanisme penyesuaian diri seperti: sosialisasi, permainan peran, identifikasi, proyeksi, agresi dan sebagainya(dalam Rakhmat, 2011). Komunikasi yang efektif menurut StewartL. Tubbs dan Sylvia Moss (1974, dalam Rakhmat, 2011) paling tidak menimulkan lima hal yaitu: pengertian; kesenangan; pengaruh pada sikap; hubungan yang maik baik; dan tindakan. Pengertian Pengertian artinya penerimaan yang cermat dari isi stimulus seperti yang dimaksud oleh komunikator. Kegagalan menerima isi pesan secara cermat disebut kegagalan komunikasi primer. Kesenangan Tidak semua komunikasi diajukan untuk menyampaikan informasi dan membentuk pengertian. Ketika kita mengucapkan “selamat pagi, apa kabar?”, kita tidak bermaksud mencari keterangan, tetapi komunikasi itu hanya dilakukan untuk menimbulkan kesenangan, hangat, dan akrab. Komunikasi ini disebut komunikasi fatis. Memengaruhi Sikap Kita melakukan komunikasi paling sering digunakan untuk memengaruhi orang lain. Guru ingin mengajak muridnya untuk mencintai ilmu pengetahuan, pemasang iklan ingin merangsang selera konsumen dan mendesak untuk membelinya. Hubungan Sosial yang baik Manusia adalah makhluk sosial yang tidak tahan hidup sendiri. Komunikasi ditujukan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang baik. Abraham Masllows menyebutnya “kebutuhan akan cinta”, atau “belongingness” William Schuz (1966) merinci kebutuhan sosial



14



ke dalam tiga hal yaitu: inclusion, control, affection. Menurut Shuz, kebutuhan sosial adalah kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memusatkan dengan orang lain dalam hal interakasi dan asosiasi (inclusion), pengedalian dan kekuasaan (control) dan cinta serta kasih sayang (affection). Secara singkat kita ingin bergabung dan berhubungan dengan orang lain, kita ingin mengendalikan dan dikendalikan, dan kita ingin mencintai dan dicintai. Kebutuhan sosial ini hanya dapat dipenuhi dengan komunikasi interpersonal yang efektif (dalam Rakhmat, 2011). Tindakan Persuasi sebagai komunikasi untuk memengaruhi bertujuan untuk melahirkan tindakan yang dikehendaki. Komunikasi untuk menimbulkan pengertian memang sukar, tetapi lebih sukar lagi memengaruhi sikap. Jauh lebih sukar lagi mendorong orang bertindak. Efektifitas komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata yang dilakukan komunikan. Kerena untuk menimbulkan tindakan kita harus berhasil lebih dulu menanamkan pengertian, membentuk, mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik. Hal ini memerlukan pemahaman tentang seluruh mekanisme psikologis yang terlibat dalam proses komunikasi dan juga faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia. Kegagalan anda untuk mendorong orang lain bertindak adalah kegagalan anda dalam komunikasi. Komunikasi anda dikatakan tidak efektif.



B. Psikologi Komunikan 1. Konsep Psikologi tentang Manusia Banyak teori dalam ilmu komunikasi dilatarbelakangi konsep-konsep psikologi tentang manusia, seperti yang telah dijabarkan pada bagian pertama. Teori persuasi menggunakan konsepsi pasikoanalisis yang melukiskan manusia sebagai makhluk yang digerakkan oleh keingan-keinginan terpendam. Teori “jarum hipodermik” yang menyatakan media massa sangat berpengaruh dalam komunikasi, dilandasi oleh konsep behaviorisme yang memandang manusia sebagai makhluk yang digerakkan semaunyaoleh lingkungan (Homo Mechanicus). Teori pengolahan informasi, jelas dibentuk oleh konsepsi psikologi kognitif yang melihat manusia sebagai makhluk yang aktif mengorganisasikan dan mengolah stimulus yang diterimanya (Homo Sapiens). Teori-teori komunikasi interpersonal banyak dipengaruhi konsep psikologi humanistis yang menggambarkan manusia sebagai pelaku aktif dalam merumuskan strategi transaksional dengan lingkungannya (Homo Ludens). 2. Konsepsi Manusia dalam Psikoanalisis Menurut Freud, Bapak psikoanalisis, perilaku manusia merupakan hasil interaksi tida subsistem keperibadian, yaitu: Id, Ego, dan Superego. Id adalah bagian keperibadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis manusia. Ego adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistik. Egolah yang menyebabkan manusia mampu menundukkan hasrat heawani dan hidup sebagai wujud yang rasional. Superego adalah hati nurani, yang merupakan internalisasi dari norma-norma sosial dan kultur masyarakatnya. Ia memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tak berlainan ke alam bawah sadar. Ego berada ditengah, antara memenuhi desakan Id dan peraturan Superego.



15



3. Konsepsi Manusia dalam Behavioristik Sejak Thorndike dan Watson, kaum Behaviorisme berpendirian bahwa, organisme dilahirkan tanpa sifat-sifat atau psikologi; perilaku adalah hasil pengalaman; dan perilaku digerakkan atau dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi penderitaan. Asumsi bahwa pengalaman adalah paling berpengaruh dalam membentuk perilaku, menyiratkan betapa plastisnya manusia. Ia mudah dibentuk menjadi apapun dengan menciptakan lingkungan yang relevan. Watson mengatakan: “berikan padaku selusin anak-anak sehat, tegap, dan berikan dunia yang aku atur sendiri untuk memelihara mereka. Aku jamin aku sanggup mengambil seorang anak sembarang saja, dan mendidiknya untuk menjadi spesialis yang aku pilih, dokter, pengacara, seniman, bahkan pengemis atau pencuri, tanpa memerhatikan bakat, kecenderungan, tendensi, kemampuan, pekerjaan, dan ras orang tuannya”. Untuk membuktikan perkataannya ini, Wtson mengadakan eksperimen bersama Rosalie Rayner, dengan utnuk menimbulkan dan menghilangkan rasa takut. Subjek eksperimennya adalah seorang anak balita berumur 11 bulan yang bernama Albert B. Albert B. sangat suka memeluk bulu empuk dari bonekanya. Sekarang Watson ingin menciptakan rasa takut pada bayi Albert B. Ketika Albert menyentuh bonekanya, Watso memukul lempengan baja yang menimbulkan suara keras tepat dibelakang kepalanya. Albert tersentak dan tersungkur menutup mukanya ke atas kasur. Proses ini diulangi, dan Albert tersentak, tersungkur, dan mulai takut dengan bulu-bulu bonekanya. Pada hari ke enam, boneka berbulu lebat dikeluarkan sambil membunyikan suara dengan keras. Albert bertambah takut. Akhirnya bila dikeluarkan boneka dengan bulu lebat, Albert menangis dan sangat ketakutan dengan boneka yang berbulu lebat walaupun tidak ada bunyi yang menyertainnya. Kelak Albert juga akan sangat takut dengan binatang yang berbulu lebat, kambing, domba, kelinci, anjing. Albert yang malang sudah menjadi patologis. Watson ingin menyembuhkannya, tetapi Albert dan ibunya meninggalkan rumah perawatan dan nasib Albert tidak diketahui (Hunt, 1982 dalam Rakhmat, 2011). 4. Konsepsi Manusia dalam Psikologi Kognitif Psikologi kognitif memandang manusia sebagai makhluk yang selalu berusaha memahami lingkungannya; makhluk yang selalu berpikir (Homo Sapiens). Manusia bukan sekedar makhluk berpikir, ia juga berusaha menemukan identitas dirinya dan mencapai apa yang didambakannya. 5. Manusia dalam Konsep Psikologi Humanistik Carl Roger, bapak psikogi humanistik mengatakan pandangan humanisme sebagai berikut (dalam Rakhmat, 2011) 1) Setiap manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi, dimana sang aku atau “the selft” menjadi pusat. Perilaku manusia berpusat pada konsep diri, yaitu persepsi manusia tentang identitas dirinya yang bersifat fleksibel dan berubah-ubah, yang muncul dari suatu medan fenomenal, medan yang muncul dari pengalaman “aku” dan “bukan aku” 2) Manusia berperilaku untuk mempertahankan, meningkatakan, dan mengaktualisasikan diri.



16



3) Individu bereakasi pada situasi sesuai dengan persepsi tentang dirinya dan dunianya. Ia bereaksi pada “realitas” seperti yang dipersepsikan olehnya dan dengan cara yang sesuai dengan konsep dirinya. 4) Anggapan adanya ancaman terhadap diri akan diikuti oleh pertahanan diri, berupa penyempitan dan pengkakuan persepsi dan perilaku penyesuaian serta penggunaan mekanisme pertahanan ego seperti rasionalisasi. 5) Kecenderungan batiniah manusia ialah menuju kesehatan dan keutuhan diri. Dalam kondisi yang normal, ia berperilaku rasional dan konstruktif, serta memilih jalan menuju pengembangan dan aktualisasi diri.



C. Psikologi Komunikator Suatu saat anda berada di masjid atau tempat ibaha lainnya. Di mimbar berdiri seseorang yang mengkhotbahkan pentingnya memelihara kebersihan moral dan menjauhi perbuatan dosa. Sang pengkhotbah memakai celana jean yang lusuh, robek di bagian lutut, memakai kalung rantai hitam dengan gantungan tengkorak kecil dan berjaket hitam dengan lukisan apel merah yang besar. Ia mengitif ayat-ayat suci. Anda pasti tidak mempercayai ocehannya (Rakhmat, 2011). Pada saat yang lain, seorang bidan berpakaian putih bersih, memakai tunik putih, dan samar-samar masih tercium bau obat di badannya menganjurkan agar anda menggunakan susu bubuk merk Z untuk bayi anda, karena susu tersebut komposisinya hampir sama dengan ASI. Anda pasti akan menerima atau paling tidak anda akan memikirkan untuk menerima anjurannya ( Rakhmat, 2011). Dua contoh diatas menunjukkan bahwa ketika komunikator berkomunikasi, yang berpengaruh bukan saja apa yang ia katakan. Tetapi juga keadaan dirinya. Ia tidak dapat menyuruh pendengar hanya memperhatikan apa yang ia katakan. Pendengar juga akan memperhatikan siapa yang mengatakan. Kadang siapa yang lebih penting dari apa. Menurut Aristoteles, persuasi tercapai karena karakteristik personal pembicara, yang ketika ia menyampaikan pembicaraannya kita menganggapnya dapat dipercaya. Kita lebih penuh dan lebih cepat percaya pada orang-orang baik daripada orang lain. Ini berlaku umumnya pada masalah-masalah apa saja dan secara mutlak berlaku ketika tidak mungkin ada kepastian dan pendapat terbagi. Tidak benar, anggapan sementara penulis retorika bahwa kebaikan personal yang diungkapkan pembicara tidak berpengaruh apa-apa pada kekuatan persuasinya, sebaliknya, karakternya hampir bisa disebut sebagai alat persuasi yang paling efektif yang dimilikinya. Aristoteles menyebut karakter komunikator ini sebagai ethous yang terdiri atas pikiran baik, akhlak yang baik, dan maksud yang baik (Rakhmat, 2011). 1. Dimensi Ethous Dimensi-dimensi ethous terdiri dari kredibilitas, atraksi, dan kekuasaan. Ketiga dimensi ethous ini berhubungan dengan jenis pengaruh sosial yang ditimbulkannya. Menurut Herbert C. Kelman (1975 dalam Rakhmat, 2011), pengaruh komunikasi kita pada orang lain berupa tiga hal, yaitu: internalisasi, identifikasi, dan ketundukkan. Internalisasi terjadi bila orang menerima pengaruh karena perilaku yang dianjurkan itu sesuai dengan sistem nilai yang dimilikinya. Kita menerima gagasan, pikiran, atau anjuran orang lain, karena gagasan, pikiran atau anjuran tersebut berguna untuk memecahkan



17



masalah, penting dalam menunjukan arah atau dituntut oleh sistem nilai kita. Internalisasi terjadi ketika kita menerima anjuran orang lain atas dasar rasional. Identifikasi terjadi bila individu mengambil perilaku yang berasal dari orang atau kelompok lain karena perilaku itu berkaitan dengan hubungan yang mendefinisikan diri secara memuaskan dengan orang atau kelompok itu. Dalam identifikasi, individu mendefinisikan peranannya sesuai dengan peranan orang lain. Ia berusaha seperti atau benar-benar menjadi orang lain, melakukan apa yang ia lakukan, mengatakan apa yang ia katakan, memercayai apa yang ia percayai. Identifikasi terjadi ketika anak berperilaku seperti ayahnya, murid meniru tindak-tanduk gurunya, penggemar berpakaian seperti bintang yang dikaguminya. Ketundukkan terjadi bila individu menerima pengaruh dari orang lain atau kelompok lain karena ia berharap memperoleh reaksi yang menyenangkan diri orang atau kelompok tersebut. Dalam ketundukkan, orang menerima perilaku yang dianjurkan bukan karena memercayainya, tetapi kerena perilaku tersebut membantunya untuk menghasilkan efek sosial yang memuaskan. Bawahan yang mengikuti perintah atasannya karena takut dipecat (Rakhmat, 2011). a) Kredibilitas Kredibilitas adalah seperangkat persepsi kominkan tentang sifat-sifat komunikator. Dalam definisi ini terkandung dua hal: (1) kredibilitas adalah persepsi komunikan; tidak inheren dengan komunikator; (2) kredibilitas berkenan dengan sifat-sifat komunikator. Karena kredibilitas itu maslah persepsi, kredibilitas berubah bergantung pada pelaku persepsi (komunikan), topik yang dibahas, dan situasi. Guru Besar (Profesor) akan didengar baik-baik oleh mahasiswanya, akan tetapi bisa jadi tidak digubris oleh sekelompok masyarakat (RT, RW, atau Desa). Jadi kredibilitas tidak ada pada diri komunikator, tetapi terletak pada persepsi komunikan. Oleh karena itu, ia dapat berubah atau diubah, dapat terjadi atau dijadikan. Hal-hal yang mempengaruhi persepsi komunikan tentang komunikator sebelum ia berlakukan komunikasinya disebut prior ethos (Anderson, 1972 dalam Rakhmat, 2011). Sumber komunikasi memperoleh prior ethos karena berbagai hal. Pertama, dari pengalaman langsung dengan komunikator itu atau dari wakilan, misalnya karena sering melihat dan mendengar tentang komunikator tersebut dari media massa, karena pendidikannya atau gelar (seperti Profesor Doktor), atau mungkin juga karena sponsor atau pihak-pihak yang mendukung komunikator. Prior ethos mengisyaratkan faktor waktu dalam kredibilitas. Di permulaan anda berkomunikasi anda diperkenalkan sebagai orang yang pandai, kemudian anda berbicara dengan suara terbata-bata, gigi gemeretak, dan suara “he” susul menyusul, maka kredibilitas anda sebagai orang pandai akan hilang. Perilaku Anda dalam komunikasi menghancurkan prior ethos. Ada dua komponen kredibilitas yaitu, keahlian dan kepercayaan. Keahlian adalah kesan yang dibentuk komunikan tentang kemampuan komunikator dalam hubungannya dengan topik yang dibicarakan. Kepercayaan adalah kesan komunikan tentang komunikator yang berkaitan dengan wataknya. Apakah komunikator dinilai jujur, tulus bermoral, sopan, etis dan sebagainya. Koehler, Annatol, dan Applbaum (1978, dalam Rakhmat, 2011) menambahkan empat komponen yaitu: (1) dinamisme; (2) sosiabilitas; (3) koorientasi; (4) karisma. Dinamis bila



18



komunikator dipandang sebagai bergairah, bersemangat, aktif, tegas dan berani. Dalam komunikasi, dinamisme memperkokoh kesan keahlian dan kepercayaan. Sosiabilitas adalah kesan komunikan tentang komunikator sebagai orang yang periang dan senag bergaul. Koorientasi merupakan kesan komunikan tentang komunikator sebagai orang yang mewakili kelompok yang kita senangi, yang mewakili nilai-nilai kita. Karisma digunakan untuk menunjukkan suatu sifat luar biasa yang dimiliki komunikator yang menarik dan mengendalikan komunikan seperti magnet yang menarik benda-benda disekitarnya. Kennedy, Gandhi, Ayatullah Khomaini, Soekarno, dianggap tokoh yang memiliki karisma (Rakhmat, 2011). b) Atraksi Faktor-faktor situasional yang yang memengaruhi atraksi interpersonal yaitu: daya tarik fisik, ganjaran, kesamaan, dan kemampuan. Kita cenderung menyenangi orang-orang yang tampan atau cantik, yang banyak kesamaannya dengan kita, dan memiliki kemampuan yang lebih tinggi dari kita. Atraksi fisik menyebabkan komunikator menarik, dan karena menarik ia memiliki daya persuasif. Jadi, kalau mau mengumpulkan dana, menjual barang atau gagasan, gunakanlah orang-orang cantik. Simon (dalam (Rakhmat, 2011) menerangkan mengapa komunikator yang dipersepsi memiliki kesamaan dengan komunikan cenderung berkomunikasi lebih efektif. Pertama. Kesamaan mempermudah proses penyandibalikkan (decoding), yakni proses penerjemahan lambang-lambang yang diterima menjadi gagasan-gagasan. Bila pendidikan saya sama dengan anda, anda akan mudah menangkap arti dari kata-kata yang saya ucapkan. Kedua. kesamaan membantu membangun premis yang sama. Premis yang sama mempermudah proses deduktif. Bila saya menyampaikan topik tentang obat anti hipertensi dan anda adaperhatian terhadap obat-obat anti hipertensi, maka anda dengan mudah mengerti tentang pendapat saya. Ketiga, kesamaan menyebabkan komunikan tertarik pada komunikator. Kita akan cenderung menyukai orang-orang yang memiliki kesamaan disposisional dengan kita. Karena tertarik pada komunikator, kita akan cenderung menerima gagasan-gagasannya. Ketiga, kesamaan menumbuhkan rasa hormat dan percaya pada komunikator. Bila sikap, kepercayaan, pengetahuan, nilai-nilai, hobi anda banyak yang sama dengan saya, saya akan hormat kepada anda. Secara psikologi, anda memberikan validitas pada konsep diri saya sendiri (Rakhmat, 2011). c) Kekuasaan Kekuasaan adalah kemampuan menimbulkan ketundukkan. Ketundukkan timbul dari interaksi antara komunikator dan komunikan. Kekuasaan menyebabkan seorang komunikator dapat “memaksa” kehendaknya kepada orang lain, karena ia memiliki sumber daya yang dimilikinya. Berdasarkan daya yang dimilikinya, French dan Raven (dalam Rakhmat, 2011) menyebutkan klasifikasi kekuasan yang dibagi menjadi lima jenis, yaitu: 1) Kekuasaan Koersif, yang menunjukkan kemampuan komunikator untuk mendatangkan ganjaran atau memberikan hukuman pada komunikan. Ganjaran dan hukuman itu dapat bersifat personal (rasa bensi dan kasih sayang) atau impersonal



19



2)



3)



4)



5)



(misalnya pemecatan atau naik pangkat). Seorang dosen berkata “kumpulkan tugas saudara sebelum tanggal 20 bulan ini, lebih lambat dari tanggal itu, saya nyatakan saudara tidak lulus”. Dosen itu menggunakan kekuasaan koersif. Kekuasaan keahlian. Kekuasaan ini berasal dari pengetahuan, pengalaman, keterampilan, atau kemampuan yang dimiliki komunikator. Dosen memiliki keahlian sehingga ia dapat menyuruh mahasiswanya menafsirka suatu teori sesuai dengan pendapatnya. Kekuasaan informasional. Kekuasaan ini berasal dari komunikasi tertentu atau pengetahuan baru yang dimiliki oleh komunikator. Ahli komputer memiliki kekuasaan informasional ketika menyarankan kepada seseorang pemimpin perusahaan untuk membeli komputer jenis tertentu. Kekuasaan rujukkan. Disni komunikan menjadikan komunikator sebagai kerangka rujukan untuk menilai dirinya. Komunikator dikatakan memiliki kekuasaan rujukan bila ia berhasil menanamkan kekaguman pada komunikan, sehingga seluruh perilakunya diteladani. Kekuasan legal. Kekuasaan ini berasal dari seperangkat peraturan atau norma yang menyebabkan komunikator berwewenang untuk melakukan suatu tindakan. Rektor, Komandan kompi di lingkungan tentara, Kepala Bagian di kantor, memiliki kekuasaan legal.



D. Psikologi Pesan Goerge A. Miller (dalam Rakhmat, 2011), profesor psikoliguistik dari Rocketfeller University mengatakan bahwa setiap manusia dikarunia kemampuan untuk menggerakkan orang lain tanpa harus menggunakan jarum-jarum elektris. Ia menulis: “Kini ada seperangkat perilaku yang dapat mengendalikan pikiran dan tindakan orang lain secara perkasa. Teknik pengendalian ini dapat menyebabkan Anda melakukan sesuatu yang tidak terbayangkan. Anda tidak dapat melakukannya tanpa adanya teknik itu. Teknik itu dapat mengubah pendapat dan keyakinan, dapat digunakan untuk menipu Anda, dapat membuat Anda gembira dan sedih, dapat memasukkan gagasan-gagasan baru ke dalam kepala Anda, dapat membuat Anda menginginkan sesuatu yang tidak Anda miliki. Andapun bahkan dapat menggunakannya untuk mengendalikan diri Anda sendiri. Teknik ini adalah alat yang luar biasa perkasanya dan dapat digunakan untuk apa saja”. Teknik ini tidak ditemukan oleh psikolog, tidak berasal dari pemberian makhluk halus. Terknik ini dimiliki oleh manusia sejak jaman prasejarah. Teknik pengendalian perilaku orang ini lazim disebut bahasa. Dengan bahasa, Anda dapat mengatur perilaku orang lain. Dengan bahasa yang merupakan kumpulan kata-kata, Anda dapat mengatur perilaku orang lain. Anda dapat menggerakan ibu Anda yang berada di Bali untuk segera mengirim uang ke Bandung karena Anda perlu untuk membayar SPP. Dengan aba-aba “maju, jalan”, seorang komandan pleton dapat menggerakkan puluhan tentara menghentakkan kakinya dan berjalan dengan langkah tegap. Inilah kekuatan bahasa, kekuatan kata-kata, the power of word. Manusia mengucapka kata-kata dan kalimat dengan cara-cara tertentu. Setiap cara berkata memberikan maksud tersendiri.



20