Psikologi Konseling [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KOMPLEKSITAS PERILAKU MANUSIA: LIFE POSITION, INTEGRASI ANTARA EIGENWELT, MITWEL, DAN UMWELT SERTA MEMBANGUN KARAKTER



DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1



Bagaimana Pengertian kompleksitas perilaku manusia?



1.2.2



Bagaimana Life Position (Asertif, Pasif, Agresif, dan Manipulatif)?



1.2.3



Bagaimana Integrasi antara Eigenwelt, Mitwel, dan Umwelt?



1.2.4



Bagaiaman Membangun Karakter?



1.3 Tujuan penulisan 1.3.1



Bagaimana Pengertian kompleksitas perilaku manusia?



1.3.2



Bagaimana Life Position (Asertif, Pasif, Agresif, dan Manipulatif)?



1.3.3



Bagaimana Integrasi antara Eigenwelt, Mitwel, dan Umwelt?



1.3.4



Bagaiaman Membangun Karakter? .



i



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Kompleksitas Perilaku Manusia Perilaku adalah cara bertindak yang menunjukkan tingkah laku seseorang dan merupakan hasil kombinasi antara pengembangan anatomis, fisiologis dan psikologis (Kast dan Rosenweig, 1995). Disebutkan oleh Rakhmat dalam Mustafa, H. (2011) menyebutkan bahwa terdapat tiga komponen yang mempengaruhi perilaku manusia, yaitu komponen kognitif, afektif, dan konatif. Komponen kognitif merupakan aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia. Komponen afektif merupakan aspek emosional. Komponen konatif adalah aspek volisional yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak. Dikemukakan oleh Samsudin (1987), unsur perilaku terdiri atas perilaku yang tidak nampak seperti pengetahuan(cognitive) dan sikap(affective), serta perilaku yang nampak seperti keterampilan(psychomotoric) dan tindakan nyata(action).1 Dikatakan oleh Van Den Ban dan Hawkins (1999)Dewasa ini banyak psikolog sosial berasumsi bahwa, perilaku dipengaruhi oleh tujuannya. Tujuan perilaku ini tidak hanya dipengeruhi oleh sikap seseorang tetapi juga oleh harapan lingkungan sosialnya terhadap perilaku tersebut, normanorma subyektif, serta kemampuannya untuk melakukan perilaku itu, yakni penilaian perilaku sendiri.2 2.2 Life Position (Asertif, Pasif, Agresif, dan Manipulaif) 2.2.1



Asertif Untuk menjelaskan arti perkataan asertif, dapat dilakukan melalui uraian pengertian perilaku asertif. Perilaku asertif adalah perilaku antar perorangan (interpersonal) yang melibatkan aspek kejujuran dan keterbukaan pikiran dan perasaan. Perilaku asertif



1



Mustafa, H. (2011). Perilaku manusia dalam perspektif psikologi sosial. Jurnal Administrasi Bisnis, 7(2). 2 Amanah, S. (2007). Makna penyuluhan dan transformasi perilaku manusia. Jurnal penyuluhan, 3(1).



1



ditandai oleh kesesuaian sosial dan seseorang yang berperilaku asertif mempertimbangkan perasaan dan kesejahteraan orang lain. Adanya keterampilan sosial pada seseorang, menunjukkan adanya kemampuan untuk menyesuaikan diri.3 Kalimat assertiveness digunakan untuk menerangkan tentang



sebuah



perilaku.



Perilaku



yang



membantu



mengkomunikasikan secara jelas dan yakin apa keperluan, keinginan dan perasaan seseorang kepada orang lain tanpa menyinggung hak orang lain dalam cara apa sekalipun. Ia merupakan



alternatif



kepada



perilaku



pasif,



agresif



dan



manipulatif.4 Jantung dalam berperilaku asertif adalah kemampuan berkomunikasi secara efektif dengan orang lain. Terdapat empat (4) elemen aspek kunci bagi komunikasi secara efektif dengan orang lain. Pertama, mendengar dengan baik yaitu memberi sepenuh perhatian, fokus kepada pembicara, tidak mengganggu percakapannya, menjaga bahasa tubuh dan memberi komentar melalui parafrasa, summarizing dan reflecting. Kedua, berupaya melanjutkan percakapan dengan menghidupkan komunikasi dua hala yang membantu membina hubungan yang positif, mencipta suasana persekitaran yang mudah untuk saling terbuka. Ketiga, mengekspresikan apa yang dirasakan, difikirkan dan pendapat dengan jelas, tenang dan bahasa tubuh yang selesa, dan beri kesempatan pada yang lain untuk mengekspresikan perasaan, pikiran dan pendapat mereka. Menyatakan kritikan secara konstruktif (positif – negatif – positif). Terakhir, berupaya membuat rundingan dengan baik dan berjaya.5 Di samping itu, dalam berperilaku asertif, kesenian untuk kekal positif adalah dengan memberikan pujian, meningkatkan 3



Singgih D. Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi, Jakarta: Gunung Mulia, 2007, hal. 215 Gael Lindenfield, Assert Yourself: Simple Steps to Build Your Confidence, London: Harper Thorsons, 2014, hal. 3 5 David Bonham-Carter, Introducing Assertiveness: A Practical Guide, London: Icon books Ltd., 2013, hal. 46 4



2



harga diri, mencoba sesuatu yang baru, berkomunikasi dengan baik yang merangkumi; mendengar dengan baik, berkata dengan cukup ringkas, memulakan dan dapat meneruskan komunikasi dua hala, mengungkapkan apa yang dipikirkan dan perasaan dengan tenang, berwaspada dengan komunikasi non-verbal, ada kemampuan untuk tetap tenang dan rileks. Selain itu, dipentingkan keterampilan diri, teguh dengan pendirian, dan kemampuan untuk bernegosiasi.6 2.2.2



Pasif Perilaku pasif biasanya diasosiasikan dengan “loser”, individu yang sering mengundurkan dirinya, sering memberi kesempatan, menyerah dan submisif, sering menurut dan patuh. Komunikasi individu berperilaku pasif ini sering dipenuhi dengan kata



maaf,



merasakan



tidak



mencapai



kata



setuju



dan



mengeluarkan pernyataan negatif tentang diri sendiri. Individu berperilaku pasif menyampaikan pesan bahwa kerugian yang dialami sendiri tidak mengapa, asalkan orang lain senang. Perilaku pasif adalah perilaku yang tidak menyatakan perasaan,



gagasan



dan



kebutuhannya



dengan



tepat



serta



mengabaikan hakhaknya sendiri. Perilaku pasif ini biasanya bersifat emosional, tidak jujur dan tidak langsung, terhambat dan menolak diri sendiri. Individu yang pasif akan membiarkan orang lain menentukan apa yang harus dilakukannya dan sering berakhir dengan perasaan cemas, kecewa terhadap diri sendiri, bahkan kemungkinan akan berakhir dengan kemarahan dan perasaan tersinggung.7 Perilaku pasif berkaitan dengan proses penyesuaian diri dimana seorang individu harus menyesuaikan diri dengan berbagai lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Proses penyesuaian diri ini banyak menimbulkan masalah terutama bagi individu itu sendiri. Jika individu itu berhasil memenuhi kebutuhannya sesuai 6



Gael Lindenfield, Assert Yourself: Simple Steps to Build Your Confidence, London :Harper Thorsons, 2014, hal. 19-33. 7 Ibnatun Salamatun Nuha, Skripsi: “Hubungan Perilaku Bullying dengan Perilaku Asertif pada Santriwati”. (Surabaya: UINSA, 2014), 14-15.



3



dengan lingkungannya dan tanpa menimbulkan gangguan atau kerugian bagi lingkungannya, hal ini di sebut “well adjusted” (penyesuaian yang baik). Dan sebaliknya jika individu gagal dalam proses penyesuaian diri tersebut, disebut “maladjusted” (salah usai)8 Adapun beberapa ciri-ciri perilaku pasif yakni: a) Terlihat lamban dalam merespon stimulus. b) Pendiam. c) Acuh tak acuh dan mengabaikan. d) Sering merasa cemas, mudah gugup ketika menghadapi orang.9 2.2.3



Agresif Individu berperilaku agresif ini boleh dikategorikan sebagai individu yang mempunyai kepribadian yang berdaya saing tinggi dan ingin selalu mendapatkan apa yang diinginkan, individu ini sering digeruni dan perilaku individu ini menyebabkan kebanyakan orang lain sering mengalah dan memberikan apa yang diinginkan individu ini. Perilaku ini menggambarkan asalkan diri sendiri senang, tidak mengapa orang lain merasa merugi.10 Hasballah M. Saad dalam Ulya Ilahi dkk. (2018) mengatakan perilaku agresif merupakan semua bentuk perilaku yang diarahkan untuk merusak atau melukai orang lain.11 Buss (dalam Ivancevich, 2007:264) juga mengemukakan bahwa agresif dapat dikategorikan dalam dimensi fisik, verbal, aktif, pasif, langsung, dan tidak langsung. Bentuk fisik dari agresif dapat melibatkan serangan dengan tinju, mendorong, menampar,



8



Hidayah, M. (2016). Implementasi Teknik Latihan Asertif dalam Mengatasi Perilaku Pasif: Studi Kasus Siswa “X” pada Pelajaran Matematika di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya). 9 Mulyadi, Diagnosis Kesulitan Belajar & Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus , (Yogyakarta, Nuha Litera, 2010), 93 10 Urgensi Perilaku Asertif Bagi Da’i Dalam Penyampaian Pesan Dakwah. Siti Zainab Binti Mohamed Tahir. Hal 15. 2018 11 Illahi, U., Neviyarni, N., Said, A., & Ardi, Z. (2018). Hubungan antara kecerdasan emosi dengan perilaku agresif remaja dan implikasinya dalam bimbingan dan konseling. JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia), 3(2), 68-74.



4



menendang, bahkan dengan menggunakan senjata. Bentuk verbal dari agresif ditunjukkan oleh kata-kata, seperti hinaan, makian, gosip, tuduhan, dan lain sebagainya. Agresif aktif menimbulkan bahaya melalui suatu perilaku spesifik, sedangkan agresif pasif dicapai melalui menahan sesuatu yang diinginkan. Bentuk langsung dari agresif adalah ketika orang yang melakukan agresif tersebut yang menimbulkan bahaya, sedangkan dalam agresif tidak langsung orang lain yang menimbulkan bahaya. 12 2.2.4



Manipulatif Perilaku non asertif merupakan ketidakmampuan seseorang untuk bersikap jujur dan menolak hal yang tidak diinginkan, sehingga orang lain dapat mengganggu haknya. Selanjutnya perilaku manipulatif, yaitu memiliki pandangan yang negatif terhadap diri sendiri dan orang lain, sehingga sulit menaruh kepercayan kepada orang lain dan juga memiliki kepercayaan diri yang rendah.13



2.3 Integrasi antara Eigenwelt, Mitwel, dan Umwelt



2.4 Membangun Karekter



12



Ivancevich, John M. Dkk. (2007). Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta: Erlangga. Aditama, H. (2018). Perbedaan Asertivitas Pada Mahasiswa Etnis Jawa Dengan Etnis Papua Di Universitas 17 Agustus 1945 Semarang (Doctoral Dissertation, Fakultas Psikologi Unissula). 13



5



DAFTAR PUSTAKA Mustafa, H. (2011). Perilaku manusia dalam perspektif psikologi sosial. Jurnal Administrasi Bisnis, 7(2). Amanah, S. (2007). Makna penyuluhan dan transformasi perilaku manusia. Jurnal penyuluhan, 3(1). Singgih D. Gunarsa. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia. hal. 215 Gael Lindenfield. (2014).



Assert Yourself: Simple Steps to Build Your



Confidence. London: Harper Thorsons. David Bonham-Carter. (2013). Introducing Assertiveness: A Practical Guide. London: Icon books Ltd. hal. 46 Ibnatun Salamatun Nuha, Skripsi: “Hubungan Perilaku Bullying dengan Perilaku Asertif pada Santriwati”. (Surabaya: UINSA, 2014), 14-15. Hidayah, M. (2016). Implementasi Teknik Latihan Asertif dalam Mengatasi Perilaku Pasif: Studi Kasus Siswa “X” pada Pelajaran Matematika di SMP Kemala Bhayangkari 1 Surabaya (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya). Mulyadi. (2010). Diagnosis Kesulitan Belajar & Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar Khusus. Yogyakarta: Nuha Litera. Hal. 93. Siti Zainab Binti Mohamed Tahir. (2018). Urgensi Perilaku Asertif Bagi Da’i Dalam Penyampaian Pesan Dakwah. Hal 15 Illahi, U., Dkk. (2018). Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan Perilaku Agresif Remaja dan Implikasinya dalam Bimbingan dan Konseling. JRTI (Jurnal Riset Tindakan Indonesia), 3(2), 68-74. Ivancevich, John M. Dkk. (2007). Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta: Erlangga. Aditama, H. (2018). Perbedaan Asertivitas Pada Mahasiswa Etnis Jawa Dengan Etnis Papua Di Universitas 17 Agustus 1945 Semarang (Doctoral Dissertation, Fakultas Psikologi Unissula).



6