PTK Pai Kelas 2 - Nur Asiah S.pdi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS



PENERAPAN METODE DISCOVERY-INQUIRY LEARNING DALAM MENINGKATKAN SIKAP TOLONG MENOLONG PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA KELAS II DI SEKOLAH DASAR NEGERI 003 TANJUNG REDEB TAHUN PELAJARAN 2021/2022 HALAMAN JUDUL OLEH : NUR ASIAH, S.PdI NIP.



SDN 003 TANJUNG REDEB KECAMATAN TANJUNG REDEB KABUPATEN BERAU



HALAMAN PENGESAHAN 1. Judul Penelitian



: Penerapan



Metode



Discovery-Inquiry



Learning



Dalam



Meningkatkan Sikap Tolong Menolong Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas II di Sekolah Dasar Negeri 003 Tanjung Redeb Tahun Pelajaran 2021/2022 2. Bahan Kajian



: Kisah Sahabat Nabi Menggunakan Metode Discovery/Inquiry



3. Peneliti a.



Nama Peneliti



: Nur Asiah, S.PdI



b.



NIP



:



c.



Pangkat/ Gol



:



d.



Jenis Kelamin



: Perempuan



e.



Jabatan Fungsional



: Guru Agama Islam SD



f.



Instansi / Sekolah



: SDN 003 Tanjung Redeb



4. Lokasi Penelitian



: SDN 003 Tanjung Redeb



5. Lama Penelitian



: 2 bulan



6. Biaya Yang Dikeluarkan a.



Sumber Dana



: Mandiri



Tanjung Redeb, Oktober 2021 Mengetahui Kepala SDN 003 Tanjung Redeb



Guru Pendidikan Agama Islam



ABDUL MANAB, S.Pd NIP. 1966 0204199306 1001



NUR ASIAH, S.PdI NIP. ………………..



ii



ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan sikap tolong menolong peserta didik dalam mata pelajaran PAI pada aspek akhlak dengan materi pokok sifat-sifat terpuji dengan menggunakan metode Discovery-Inquiry Learning kelas IIA SDN 003 Tanjung Redeb. Berdasarkan observasi awal, proses pembelajaran PAI di SDN 003 Tanjung Redeb khususnya kelas IIA masih belum optimal dalam meningkatkan kecerdasan emosional. Hal ini dibuktikan dengan guru yang masih menggunakan metode yang belum tepat dan mengarah pada peningkatan kecerdasan emosional sehingga kurang adanya respon peserta didik secara emosional tentang materi yang disampaikan. Akibatnya peserta didik pasif dan kurang mampu mengoptimalkan kecerdasan emosionalnya. Metode Discovery-Inquiry Learning merupakan salah satu metode pembelajaran yang menggunakan pendekatan emosional sehingga mampu meningkatkan kecerdasan emosional peserta didik dalam pembelajaran. Dengan meningkatnya kecerdasan emosional, peserta didik dalam pembelajaran tidak hanya mengasah kemampuan intelektualnya saja tetapi juga meningkatkan kecerdasan emosionalnya. Dalam hal ini permasalahan yang diajukan adalah apakah penerapan metode Discovery-Inquiry Learning mampu meningkatkan kecerdasan emosional peserta didik, Adapun untuk menggambarkan kecerdasan emosional peserta didik dilihat dari hasil angket dan aktivitas peserta didik pada saat berlangsungnya pembelajaran. Pengumpulan data ini dengan menggunakan metode observasi dan angket. Sedangkan teknik analisis datanya menggunakan analisis deskriptif non statistik. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 3 tahap yaitu pra siklus, siklus I dan siklus 2. Adapun tiap siklus terdiri dari empat prosedur yaitu Perencanaan (Planning), Pelaksanaan tindakan (Acting), Observasi (Observing) dan Refleksi (Reflecting). Dengan subjek penelitian kelas IIA SDN 003 Tanjung Redeb sebanyak 23 peserta didik. Pada tahap pra siklus peneliti mengadakan pengamatan sekaligus menyebarkan angket. Pada saat proses pembelajaran PAI aspek akhlak dengan materi pokok sifat-sifat terpuji sebelum menggunakan metode Discovery-Inquiry Learning. Pada tahap pra siklus dari jawaban angket kecerdasan emosional peserta didik mempunyai prosentase 65,40 %. Pada siklus I prosentasenya 72,84 %, pada siklus 2 prosentase naik menjadi 76,92 %. Sedangkan dari observasi prosentase pada pra siklus adalah 57,5%. Pada siklus I setelah dilaksanakan tindakan kecerdasan emosional peserta didik meningkat 72,5 %. Sedangkan pada siklus 2 setelah diadakan evaluasi pelaksanaan tindakan pada siklus 2 kecerdasan emosional mengalami peningkatan yaitu 77,5%. Dari tiga tahap tersebut jelas bahwa ada peningkatan sesudah diterapkan metode Discovery-Inquiry Learning dengan sebelumnya. Hasil penelitian yang dilakukan peneliti membuktikan bahwa ada peningkatan kecerdasan emosional dalam mengikuti pembelajaran dengan metode Discovery-



iii



Inquiry Learning. Kecerdasan emosional ini dapat dilihat dari pengelolaan emosi diri dalam kelas, memotivasi diri dalam mengikuti pembelajaran serta hubungan sosial dalam kelas maupun di luar kelas dan hasil angket.



iv



KATA PENGANTAR



Segala Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah



memberikan



Rahmat



dan



Karunia-Nya,



sehingga



penulis



dapat



menyelesaikan penyusunan penelitian ini dengan baik. Banyak pihak yang terlibat selama penulis melakukan Penelitian ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Kepala Sekolah SDN 003 Tanjung Redeb 2. Guru dan siswa SDN 003 Tanjung Redeb 3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan penulisan karya ilmiah ini Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih terdapat kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.



v



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................................i HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii ABSTRAK..............................................................................................................iii KATA PENGANTAR............................................................................................iv DAFTAR ISI............................................................................................................v BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1 A. Latar Belakang...................................................................................1 B. Penegasan Istilah...............................................................................4 C. Perumusan Masalah...........................................................................6 D. Manfaat Penelitian.............................................................................6 E. Rencana Penelitian............................................................................7 BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................9 A. Kecerdasan Emosional......................................................................9 1. Pengertian Kecerdasan Emosional..............................................9 2. Unsur-unsur dalam kecerdasan emosi.......................................10 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional........13 B. Metode Pembelajaran Discovery dan Inkuiri..................................15 1. Strategi Pembelajaran Discovery..............................................15 2. Sintaks atau Langkah-Langkah Pembelajaran Discovery-Inquiry......................................................................16 3. Kelebihan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Discovery...17 4. Strategi Pembelajaran Inkuiri....................................................18 C. Pembelajaran PAI ( Pendidikan Agama Islam )..............................20 1. Fungsi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam........................21 2. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam........................22 3. Materi Sifat-sifat Terpuji...........................................................22 D. Peningkatan kecerdasan Emosional Peserta Didik Mata Pelajaran PAI Materi Pokok Sifat-sifat Terpuji Menggunakan Metode Discover-Inkuiri..............................................................................23 E. Hipotesis Tindakan..........................................................................25



vi



BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................26 A. Tujuan Penelitian.............................................................................26 B. Waktu dan tempat penelitian...........................................................26 1. Waktu penelitian........................................................................26 2. Tempat Penelitian......................................................................26 C. Subjek Penelitian.............................................................................27 D. Prosedur Penelitian..........................................................................27 E. Teknik Pengumpulan Data..............................................................31 F. Teknik Analisis Data.......................................................................33 G. Indikator Kinerja.............................................................................33 BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN.........................................................35 A. Deskripsi dan Hasil Penelitian.........................................................35 1. Data umum SD Negeri 003 Tanjung Redeb.............................35 B. Hasil Penelitian Tindakan dan Analisis Tahap Pra Siklus..............35 1. Hasil Penelitian Pra siklus.........................................................35 2. Hasil Penelitian Siklus I............................................................39 3. Siklus II.....................................................................................43 BAB V PENUTUP...............................................................................................49 A. Kesimpulan......................................................................................49 B. Saran................................................................................................49 C. Penutup............................................................................................50 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................52 LAMPIRAN-LAMPIRAN



vii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata pelajaran di SD yang di dalamnya menjelaskan beberapa materi pokok tentang keimanan, keagamaan, akhlaq dan sebagainya. Tujuan dari pembelajaran PAI merupakan terbentuknya pribadi muslim yang cerdas dalam berfikir, bersikap dan bertindak. Dalam hal ini menguasai pengetahuan yang luas yaitu membentuk manusia agamis yang berakhlakul karimah, menanamkan aqidah keimanan, berbudi pekerti yang baik untuk menjadi manusia yang taqwa kepada Allah SWT. Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat berbagai komponen yang saling terkait dan saling mempengaruhi diantaranya kurikulum, guru, metode, alat, peserta didik dan lain-lain. Guru sebagai salah satu komponen pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam pencapaian tujuan pendidikan. Guru khususnya Guru Pendidikan Agama Islam melakukan kegiatan bimbingan pengajaran secara sadar



tehahadap



peserta



didik



untuk



mencapai



tujuan



pendidikan



islam.disamping melaksanakan juga menumbuhkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik.2 Pada kenyataannya, guru PAI dalam menyampaikan pokok keagamaan hanya mampu menjadikan peserta didik memahami materi pokok yang diajarkan tanpa mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Padahal untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal diperlukan strategi pembelajaran yang sistematis dan terarah. Sementara yang selama ini dalam pembelajaran kurang memberi kebebasan pada peserta didik untuk mengembangkan kecerdasannya baik intelektual, emosional dan spritual. Pembelajaran tidak hanya mengoptimalkan kecerdasan berfikir, tetapi juga kecerdasan emosi dan spiritual. Kecerdasan emosional mencakup kesadaran diri dan pengendalian dorongan hati, ketekunan dan motivasi diri, empati dan kecakapan sosial. Selain itu kecerdasan emosi juga menunjuk pada



1



suatu kemampuan untuk memahami perasaan diri masing-masing dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi dirinya sendiri dan menata dengan baik emosiemosi yang muncul dalam dirinya serta dalam berhubungan dengan orang lain. Oleh karena itu, kecerdasan emosional juga sangat penting karena dapat membantu peserta didik dalam mengatur dan mengontrol diri dalam bersikap. “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya). (An-Naziat: 40-41 )´. Pembelajaran membutuhkan sebuah proses yang disadari bersifat permanen dan mengubah perilaku. Pada proses tersebut terjadi pengingatan informasi



yang



kemudian



disimpan



dalam



memori.



Selanjutnya,



keterampilan tersebut diwujudkan secara praktis pada keaktifan peserta didik dalam merespon dan bereaksi terhadap peristiwa yang terjadi pada diri peserta didik ataupun lingkungannya. Sedangkan



hasil dari



pembelajaran tersebut adalah pola, perbuatan, sikap, apresiasi dan keterampilan.(S.H. Martinis Yamin, 2006: 96) Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsurunsur manusiawi, internal, material, fasilitas perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menurut E. Mulyasa, pembelajaran pada hakekatnya adalah interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam pembelajaran, banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari diri individu, maupun faktor ekternal yang datang dari lingkungan individu(Mulyasa, 2004: 100). Pada dasarnya keberhasilan peserta didik tidak hanya dari melejitkan kemampuan intelektual saja, akan tetapi kemampuan emosional juga memiliki peranan. Menurut penelitian IQ hanya berperan dalam kehidupan manusia dengan besaran maksimum 20%, sehingga kecerdasan emosional memiliki peranan penting menentukan keberhasilan seseorang. Sehingga EQ sangat penting.Setinggi-tingginya IQ hanya minimal untuk meraih keberhasilan,



2



kecerdasan emosional yang sesungguhnya mengantarkan seseorang menuju puncak prestasi. Sikap hidup saling tolong menolong dapat mewujudkan terciptanya kedamaian bagi umat manusia. Definisi tolong menolong adalah sikap saling membantu untuk meringankan beban (penderitaan, kesulitan) orang lain dengan melakukan sesuatu. Bantuan yang dimaksud dapat berbentuk bantuan tenaga, waktu, ataupun dana.(Hogg dan Vaughan, 2002:538). Seperti hadis riwayat mutafaqun alaih yang Artinya : Masalahnya sekarang pendidikan pada umumnya termasuk pendidikan Islam saat ini, cenderung berhasil membina kecerdasan intelektual dan ketrampilan, namun kurang berhasil menumbuhkan kecerdasan emosional, sehingga jumlah pelajar dan lulusan pendidikan tersebut menunjukkan sikap yang tidak terpuji, seperti perkelahian pelajar, kanakalan dan kriminalitas dan bahkan pembunuhan yang terjadi dikalangan mereka adalah tanda dari ketidakmampuan mereka dalam mengatur emosi. Hal ini mengakibatkan mereka lebih cenderung untuk melakukan akhlak tercela. Oleh karena itu kecerdasan emosional sangat menentukan dalam membentuk manusia yang mempunyai akhlakul karimah. Karena dalam kecerdasan emosi, hal-hal yang ada seperti integritas, komitmen, konsisten, sincerety dan totalitas dapat dibangun dengan ajaran-ajaran agama yang dilakukan secara baik, teguh dan menghayati maknanya. Dengan demikian emosi ini harus diarahkan ke hal-hal yang konstruktif agar keberhasilan di dunia pendidikan lebih terlihat. Oleh karena itu, sebagai guru harus mampu menyampaikan materi dengan metode yang tepat agar pembelajaran dapat sampai pada ranah peningkatan ketiga kecerdasan peserta didik yang meliputi IQ, EQ, dan SQ. Sehubungan dengan pernyataan di atas, upaya yang harus dilakukan guru PAI untuk mengoptimalkan potensi peserta didik, diperlukan penggunaan strategi dan metode pembelajaran yang sistematis dan terarah, sehingga penulis mencoba menerapkan metode Discovery-Inquiry Learning untuk meningkatkan sikap tolong menolong siswa melalui pembelajaran Pendidikan Agama Islam.



3



Dengan



mencoba



mengaplikasikan



metode



Discovery-Inquiry



Learning itu dapat meningkatkan sikap tolong menolong peserta didik, karena metode Discovery-Inquiry Learning seorang guru harus aktif melihat dan memantau peserta didik dalam hal perilaku ataupun sikap dari peserta didik tentunya beberapa bantuan dari guru lain maupun kepala sekolah harus aktif membina peserta didik



baik



dan



lebih menekankan lagi kepada aktivitas



siswa secara maksimal dengan menempatkan siswa pada subjek belajar. Dalam penerapan strategi pembelajaran discovery-inquiri ini juga guru melibatkan siswa secara optimal dalam kegiatan mengajar serta dalam berorganisasi sehingga siswa dapat bersosialisasi dengan baik tanpa memandang harta, fisik, dan jabatan. Dasar pemikiran inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang Penerapan Metode Discovery-Inquiry Learning Dalam Meningkatkan Sikap Tolong Menolong pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas II di SDN 003 Tanjung Redeb Tahun Pelajaran 2021/20211.. B. Penegasan Istilah Sebelum membahas lebih lanjut, kiranya penulis menjelaskan judul penelitian ini dari permasalahan yang akan penulis bahas dalam penelitian ini, dengan harapan agar mudah dipahami dan tidak terjadi kesalahpahaman serta salah tafsir. Adapun judul karya tulis yang penulis bahas adalah: “Upaya Meningkatkan Kecerdasan Emosional Peserta didik dalam Pembelajaran PAI Aspek Akhlak dengan Metode Discovery-Inquiry Learning Kelas II di SDN 003 Tanjung Redeb” Untuk lebih jelasnya akan penulis jelaskan istilah-istilah yang akan dipakai dalam pembahasan judul tersebut. Adapun istilah yang terdapat dalam judul adalah: 1.



Upaya Merupakan usaha (syarat) untuk menyampaikan sesuatu maksud akal ikhtiar.



2. Meningkatkan



4



Berasal dari asal kata tingkat yang berarti menaikkan (derajat, taraf) mempertinggi, memperhebat, mendapat awalan ´me´ dan akhiran ´an´ yang mengandung arti usaha untuk menuju yang lebih baik. 3. Sikap tolong menolong Sikap tolong menolong adalah merupakan sikap saling membantu untuk meringankan kesulitan yang dirasakan orang lain. 4. Peserta Didik Peserta didik adalah ´murid (terutama pada sekolah dasar dan menengah)´ 5. Pembelajaran Pembelajaran merupakan aktualisai kurikulum yang menuntut guru dalam menciptakan dan menunbuhkan kegiatan peserta didik sesuai rencana yang telah diprogramkanpeserta didik atau murid. 6. Pendidikan Agama Islam PAI merupakan upaya sadar dan terencana menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut ajaran agama lain dan hubungannya kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. 7. Akhlaq Secara etimologis ´akhlaq´ berasal dari bahasa Arab ”~~Χ~” jamak dari"~~Χ ” yang berarti perangai, tabiat, adat dan sebagainya. Secara lughawi, konotasi kata ini dapat berarti baik dan buruk, tergantung pada nilai yang dipakai sebagai landasannya. Sedangkan secara terminologi akhlaq adalah suatu kondisi atau sikap yang telah mere sap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari sana timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. 8. Metode Discovery-Inquiry Metode Discovery adalah suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar



5



sendiri C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: Apakah



penerapan



Metode



Discovery-Inquiry



Learning



dapat



Meningkatkan Sikap Tolong Menolong siswa Kelas 2A di SDN 003 Tanjung Redeb ? D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian tindakan kelas yang penulis lakukan ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak yang terkait. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Secara teoritis Dapat memberikan masukan dan informasi secara teori dan penelitian sesuai dengan tema dan judul karya tulis. Utamanya pada masalah “Penerapan Metode Discovery-Inquiry Learning Dalam Meningkatkan Sikap Tolong Menolong pada Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas II di SDN 003 Tanjung Redeb Tahun Pelajaran 2021/2022”. b. Secara Praktis 1) Bagi sekolah Sebagai bahan dan masukan serta informasi bagi pimpinan dalam mengembangkan peserta didiknya terutama dalam hal meningkatkan sikap tolong menolong peserta didik melalui metode Discovery-Inquiry Learning. 2) Bagi peserta didik Diharapkan para peserta didik dapat menjadikan karya tulis ini sebagai wahana informasi dan masukan untuk dapat meningkatkan sikap tolong menolong melalui metode DiscoveryInquiry Learning pada aspek akhlaq dalam pembelajaran PAI.



6



3) Bagi guru Memberikan masukan pada guru pentingnya pelaksanaan metode Discovery-Inquiry Learning dalam pembelajaran PAI aspek akhlaq untuk meningkatkan sikap tolong menolong siswa. 4) Bagi penulis Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan baru yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar di masa mendatang. E. Rencana Penelitian 1. Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 003 Tanjung Redeb pada mata pelajaran PAI pada aspek Akhlaq di kelas II. 2. Faktor yang diteliti Mengingat penelitian ini mengkaji tentang upaya meningkatkan sikap tolong menolong siswa dalam pembelajaran PAI aspek akhlaq melalui metode Discovery-Inquiry Learning, maka penelitian ini penekanannya pada upaya meningkatkan sikap tolong menolong siswa. Oleh karena itu variabel yang akan dikaji adalah: a. Subjek Penelitian Yaitu peserta didik kelas II A SDN 003 Tanjung Redeb b. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi variabel adalah sikap tolong menolong siswa melalui pembelajaran PAI dengan metode DiscoveryInquiry Learning. Adapun indikator dari variabel tersebut adalah : 1. Pentingnya tolong menolong 2. Tolong menolong banyak manfaatnya 3. Tolong menolong sebagai bagian kepedulian 4. Tolong menolong sesama teman 5. Tolong menolong yang di anjurkan dalam agama islam 6. Niat tolong menolong harus ikhlas karena Allah SWT



7



c. Kolaborator Kolaborator adalah suatu kerjasama dengan pihak-pihak terkait seperti atasan, sejawat atau kolega. Kolaborator ini diharapkan dapat dijadikan sumber data, karena pada hakikatnya kedudukan peneliti pada penelitian tindakan kelas ini merupakan bagian dari situasi dan kondisi dari suatu latar yang ditelitinya. Peneliti tidak hanya sebagai pengamat, tetapi juga terlibat langsung dalam proses situasi dan kondisi. Kerjasama ini diharapkan dapat memberikan informasi dan kontribusi yang baik sehingga dapat tercapai tujuan dari penelitian.



8



BAB II LANDASAN TEORI A. Sikap Tolong Menolong Manusia adalah makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk melakukan interaksi dengan individu yang lain dalam rangka untuk memenuhi kebutuhannnya. Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia tidak bisa tergantung dengan dirinya sendiri melainkan juga tergantung pada orang lain yaitu dengan perilaku tolong menolong. Tolong menolong dalam kehidupan bermasyarakat menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Ada kalanya manusia dihadapkan pada kondisi memberi pertolongan, dan pada saat berikutnya dalam kondisi membutuhkan pertolongan. Tolong menolong sudah merupakan ciri dalam kehidupan bermasyarakat. Meskipun demikian, tidak selamanya seseorang yang membutuhkan pertolongan akan mendapatkan apa yang diinginkan. Karena orang yang diharapkan bisa memberikan pertolongan barang kali tidak sedang berada didekatnya atau bahkan yang bersangkutan juga sedang membutuhkan pertolongan.1 Ada fenomena yang dikenal dengan kin selection yang merupakan lawan dari individual selection. Seleksi individu merupakan konsep yang diperkenalkan



oleh



Darwin



yang



menyebutkan



bahwa



untuk



bisa



melangsungkan kehidupan maka harus bisa lolos dari persaingan. Sedangkan kin selection menekankan bahwa untuk mempertahankan kelangsungan hidup harus ada kerja sama antar-individu dan dengan sekitarnya terutama keluarga dan komunitas.2 Perilaku prososial atau tolong menolong dalam kehidupan sehari-hari dapat dipahami sebagai segala perilaku yang memberikan manfaat kepada orang lain. Tingkah laku prososial dapat diartikan juga sebagai segala tindakan apapun yang menguntungkan orang lain.3 Batson menjelaskan Prosocial 1



Taufik, Empati Pendekatan Psikologi Sosial, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 127 Faturochman, Pengantar Psikologi Sosial, (Yogyakarta: Penerbit Pinus, 2006), h. 73 3 http://penjajailmu.blogspot.co.id/2013/03/teori-perilaku-prososial.html diunduh pada tanggal 08 2



9



behavior (perilaku prososial) adalah kategori yang lebih luas. Ia mencakup setiap tindakan yang membantu atau dirancang untuk membantu orang lain, terlepas dari motif si penolong. Banyak tindakan prososial bukan tindakan altruistik.4 Tindakan altruistik (Altruisme)5 sendiri menurut David G. Myers adalah motif untuk meningkatkan kesejahteraan orang lain tanpa sadar untuk kepentingan pribadi seseorang.6 Suatu tindakan bisa dikatakan altruistik, apabila tergantung pada niat si penolong. Orang asing yang mempertaruhkan nyawanya untuk menarik korban dari bahaya kebakaran dan kemudian dia pergi begitu saja tanpa pamit adalah orang yang benar-benar melakukan tindakan altruistik.7 Berbeda halnya dengan tindakan seseorang yang memberikan sumbangan yang besar pada malam amal yang diadakan oleh atasannya dengan harapan akan menimbulkan kesan yang menyenangkan dan berharap akan mendapatkan kenaikan gaji, maka tindakan ini termasuk perilaku prososial tetapi bukan tindakan altruistik dalam arti yang sesungguhnya. Rushton menjelaskan bahwa perilaku prososial berkisar dari tindakan altruisme yang tidak mementingkan diri sendiri atau tanpa pamrih sampai tindakan menolong yang sepenuhnya dimotivasi oleh kepentingan diri sendiri. Menurut Faturochman, pengertian perilaku prososial sedikit berbeda dengan altruisme, yaitu dengan lebih menekankan pada adanya keuntungan pada pihak yang diberi pertolongan. Perilaku prososial didefinisikan sebagai perilaku yang memiliki konsekuensi positif pada orang lain. Bentuk yang paling jelas dari prososial adalah perilaku menolong.8 Menurut David O. Sears dkk, Altruisme ialah tindakan sukarela Oktober 2021, pukul 08:38 WITA 4 Shelley E. Taylor, Lethia Anne Peplau dan David O. Sears. Psikologi Sosial, duterjemahkan oleh Tri Wibowo B.S dari “Social Psychology”, (Jakarta: Kencana, 2009), Cet. I, h. 457 5 Altruisme sendiri berasal dari kata “alter” yang artinya “orang lain”. Secara bahasa altruisme adalah perbuatan yang berorientasi pada kebaikan orang lain. 6 David G. Myers, Psikologi Sosial, diterjemahkan oleh Aliya Tusyani, Lala Septiani Sembiring, Petty Gina Gayatri, Putri Nurdina Sofyan dari “Social Psychology”, (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h. 187. 7 Shelley E. Taylor, Lethia Anne Peplau dan David O. Sears. Psikologi Sosial, duterjemahkan oleh Tri Wibowo B.S dari “Social Psychology”, (Jakarta: Kencana, 2009), Cet. I, h. 457 8 Faturochman, Pengantar Psikologi Sosial, (Yogyakarta: Penerbit Pinus, 2006), h. 74.



10



yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan apapun (kecuali mungkin perasaan telah melakukan kebaikan).9 Sedangkan Altruisme diartikan oleh Aronson, Wilson, dan Akert sebagai pertolongan yang diberikan secara murni, tulus, tanpa mengharap balasan (manfaat) apapun dari orang lain dan tidak memberikan manfaat apapun untuk dirinya.10 F. Metode Pembelajaran Discovery dan Inkuiri 1. Strategi Pembelajaran Discovery Pembelajaran pada pokoknya merupakan tahapan-tahapan kegiatan guru dan siswa dalam menyekenggarakan program pembelajaran yaitu rencana kegiatan yang menjabarkan kemampuan dasar dan teori pokok yang secara rinci memuat alokasi waktu, indikator pencapaian hasil belajar, dan langkah-langkah kegiatan pembelajaran unttuk setiap materi pokok mata pelajaran. Teknik penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund discovery adalah proses mental siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Yang dimaksudkan dengan proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti, menggolonggolongkan,



membuat



dugaan,



menjelaskan,



mengukur,



membuat



kesimpulan dan sebagainya. Suatu konsep misalnya: segitiga, panas, demokrasi dan sebagainya, sedang yang dimaksud dengan prinsip antara lain ialah: logam apabila dipanaskan akan mengembang. Dengan menggunakan discovery ialah suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri. Discovery penemuan, yaitu para peserta didik diharuskan menemukan prinsip atau hubungan yang sebelumnya tidak diketahui yang merupakan dari pengalaman belajarnya oleh guru. 9



David O. Sears, Jonathan L. Freedman dan L Anne Peplau. Op. Cit. h. 47. Taufik, Empati Pendekatan Psikologi Sosial, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 132.



10



11



Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi. Dalam



strategi



pembelajaran



ini



peserta



didik



dibiarkan



menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri. Pengajar hanya membimbing dan memberikan instruksi (petunjuk). Dalam strategi discovery pengajar harus berusaha meningkatkan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Strategi discovery dapat membantu peserta didik untuk memperoleh berbagai peningkatan: a. Mengembangkan,



memperbanyak



kesiapan,



serta



penguasaan



keterampilan dalam proses kognitifnya b. Membangkitkan kegairahan belajar para peserta didik c. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berkembang maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing d. Memperkuat dan menambah kepercayaan didi peserta didik dalam proses penemuannya. 2. Sintaks atau Langkah-Langkah Pembelajaran Discovery-Inquiry Pembelajaran yang dilakukan dengan discovery-inquiry adalah pembelajaran dimana strategi tersebut dilakukan tidak lepas dan tetap berpijak pada langkah- langkah discovery-inquiry. Secara garis besar prosedur pelaksanaan pembelajaran discovery menurut Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2002:22) adalah sebagai berikut : a. Stimulation : Guru mulai bertanya dengan mengajukan persoalan atau menyuruh anak didik membaca ataupun mendengarkan uraian yang membuat persoalan, b. Problem statement : Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi berbagai persoalan, c. Data collection : Pengumpulan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati obyek, wawancara dengan nara sumber atau melakukan uju coba sendiri dan lain-lain oleh siswa. d. Data



prossesing:



Pengolahan,



pengacakan,



pengklasifikasian,



pentabulasian bahkan penghitungan data pada tingkat kepercayaan



12



tertentu. e. Verification atau pembuktian : Pembuktian dari hipotesis atau pernyataan yang telah dirumuskan berdasarkan hasil pengolahan informasi yang telah ada. f. Generalization



: Berdasarkan



hasil



verifikasi,



siswa menarik



kesimpulan atau genaralisasi tertentu. 3. Kelebihan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Discovery a. Kelebihan 1) Mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan



serta



penguasaan



keterampilan



dalam



proses



bersifat



sangat



kognitif/pengenalan siswa. 2) Siswa



memperoleh



pengetahuan



yang



pribadi/individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut. 3) Dapat membangkitkan kegairahan belajar para siswa. 4) Mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing. 5) Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat. 6) Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri. 7) Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar saja, membantu bila ,diperlukan. b. Kelemahan 1) Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya yang baik. 2) Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang berhasil. 3) Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan teknik penemuan.



13



4) Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu



mementingkan



memperhatikan



proses



pengertian



saja,



perkembangan/pembentukan



kurang



sikap



dan



keterampilan bagi siswa. 5) Strategi ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berfikir secara kreatif. 4. Strategi Pembelajaran Inkuiri Strategi pembelajaran inkuiri banyak dipengaruhi oleh aliran belajar kognitif. Menurut aliran ini, belajar pada hakikatnya adalah proses mental dan proses berpikir dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki setiap individu secara optimal. Belajar lebih dari sekadar proses menghafal dan menumpuk ilmu pengetahuan, tetapi membuat pengetahuan yang diperoleh bermakna untuk siswa melalui keterampilan berpikir. Istilah inkuiri berasal dari bahasa Inggris, yaitu inquiry yang berarti pertanyaan



atau



penyelidikan.



Pembelajaran



inkuiri



merupakan



pembelajaran yang melibatkan seluruh kemampuan peserta didik secara maksimal untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan



analitis,



sehingga



peserta



didik



dapat



merumuskan



sendiri



penemuannya dengan rasa percaya diri. Model pembelajaran ini dikembangkan oleh seorang tokoh yang bernama Suchman.19 Dalam substrategi ini terstruktur event pengajaran/belajar bersifat ekstrovert/terbuka sepenuhnya. Peserta didik dilepas bebas untuk menemukan sesuatu melalui proses “asimilasi” yaitu “memasukkan” hasil pengamatan ke dalam struktur kognitif peserta didik yang telah ada dan proses



“akomodasi”



yakni



mengdakan



perubahan-perubahan



atau



“penyesuaian” dalam struktur kognitif yang lama hingga cocok/tepat dan sesuai dengan penomena baru yang diamati.20 Strategi



pembelajaran



inkuiri



adalah



rangkaian



kegiatan



pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui



14



tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan. Strategi pembelajaran inkuiri. berangkat dari asumsi bahwa sejak dilahirkan kedunia manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam sekitarnya merupakan kodratnya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna (meaningfull) manakala didasari oleh



keingintahuan



itu.



Dalam



rangka



itulah



strategi



inkuiri



dikembangkan.21 Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama strategi pembelajaran inkuiri: a. Pertama, strategi inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Artinya strategi inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. b. Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). c. Ketiga, tujuan penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sitematis, logis dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dalam strategi pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, tetapi dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. G. Pembelajaran PAI ( Pendidikan Agama Islam ) Pembelajaran dalam pendidikan berasal dari kata Instruction yang berarti pengajaran. Pembelajaran merupakan aktualisai kurikulum yang menuntut guru dalam menciptakan dan menunbuhkan kegiatan peserta didik sesuai rencana yang telah diprogramkan. Proses pembelajaran pada prinsipnya merupakan proses pengembangan keseluruhan sikap kepribadian khususnya mengenai aktivitas dan kreativitas



15



peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Proses pembelajaran harus diupayakan dan selalu terikat dengan tujuan (goal based). Oleh karenanya, segala interaksi, metode dan kondisi pembelajaran



harus direncanakan dan mengacu pada tujuan pembelajaran yang dikehendaki. Menurut E. Mulyasa bahwa proses pembelajaran pada hakekatnya merupakan interaksi peserta didik dengan lingkungan sehingga terjadi perubahan perilaku yang baik. Dalam interaksi tersebut dipengaruhi oleh faktor internal yaitu faktor dalam diri peserta didik serta faktor eksternal yang berasal dari lingkungan pembelajaran, sehingga tugas seorang guru yang utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang perubahan perilaku peserta didik. Sedangkan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah suatu proses yang bertujuan untuk membantu peserta didik dalam belajar agama Islam. Pembelajaran ini akan lebih membantu dalam memaksimalkan kecerdasan peserta didik yang dimiliki, menikmati kehidupan, serta kemampuan untuk berinteraksi secara fisik dan sosial terhadap lingkungan. Sebagai salah satu mata pelajaran yang mengandung muatan ajaran Islam dan tatanan nilai kehidupan Islami, pembelajaran PAI perlu diupayakan melalui perencanaan yang baik agar dapat mempengaruhi pilihan, putusan dan pengembangan kehidupan peserta didik. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran PAI yaitu: a. Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai. b. Peserta didik disiapkan untuk mencapai tujuan, dalam arti dibimbing, diajari atau dilatih dalam meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman terhadap ajaran agama Is lam. c. Pendidik melakukan kegiatan bimbingan dan latihan secara sadar terhadap peserta didik untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam. d. Kegiatan (pembelajaran) PAI diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamatan ajaran agama Islam peserta didik. Pembelajaran PAI diharapkan mampu mewujudkan ukhuwah Islamiyah dalam arti luas, ini karena PAI bukan hanya mengajarkan pengetahuan agama Islam tetapi juga untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari (membangun etika



16



sosial). Keterangan tersebut menunjukan bahwa pengertian pembelajaran agama Islam adalah proses pendidikan yang menfokuskan untuk mempelajari agama Islam sehingga peserta didik menguasai tiga aspek (afektif, kognitif, psikomotor) yang berkaitan dengan masalah Islam, karena pembelajaran agama Islam adalah suatu upaya untuk membuat peserta didik dapat belajar, butuh belajar terdorong belajar, mau belajar dan tertarik untuk mengetahui bagaimana cara beragama yang benar mempelajari Islam sebagai pengetahuan. 1. Fungsi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kurikulum pendidikan Agama Islam untuk sekolah atau madrasah berfungsi sebagai berikut: a. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. b. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di duni dan akhirat. c. Penyesuaian



mental,



yaitu



untuk



menyesuaikan



diri



dengan



lingkungannya dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam. d. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan, dan kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman pengalaman ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari. e. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan atau budaya lain yang dapat membahayakan dirinya. f. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nir-nya), sistem dan fungsi nasional. g. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khususnya dibidang agama Islam. 2. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Tujuan



pendidikan



merupakan



akhir



pelaksanaan



proses



pendidikan di sekolah, karena sekolah sebagai lembaga pendidikan formal memiliki landasan dan pencapaian tujuan pendidikan. Sedangkan



17



Pendidikan Agama Is lam bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Di dalam Permendiknas No.22 tahun 2006 dijelaskan bahwa cakupan kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Pendidikan



di



sekolah



atau



madrasah



bertujuan



untuk



menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 3. Materi Sifat-sifat Terpuji Materi pelajaran adalah isi dari materi pelajaran yang diberikan kepada siswa sesuai dengan kurikulum yang digunakan. Komponen pembelajaran PAI yang diperlukan guru adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar. a. Standar kompetensi adalah kemampuan lulusan yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap yang digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan, standar kompetensi dalam materi sifat-sifat terpuji adalah membisakan berperilaku terpuji. b. Kompetensi dasar adalah kemampuan yang harus dimiliki peserta didik dalam setiap mata pelajaran sebagai rujukan penyusunan indikator



kompetensi



dasar



materi



sifat-sifat



terpuji



adalah



membiasakan berperilaku sabar, jujur, pemaaf, peminta maaf, dan setia



18



kawan. H. Peningkatan kecerdasan Emosional Peserta Didik Mata Pelajaran PAI Materi Pokok Sifat-sifat Terpuji Menggunakan Metode Discover-Inkuiri. Metode mengajar merupakan salah satu kunci pokok keberhasilan suatu proses pembelajaran, karena dengan menggunakan metode mengajar yang sesuai, tujuan yang diharapkan dapat tercapai atau dapat terlaksana dengan baik, penerapan metode mengajar harus memperhatikan partisipasi peserta didik untuk terlibat aktif di dalam proses pembelajaran. Meningkatakan hasil belajar melalui perubahan sikap yang positif dari peserta didik pada pembelajaran merupakan tugas guru sebagai motivator dan inspirator, karena yang didapatkan sewaktu proses pembelajaran untuk bekal hidup dimasa depan. Melalui metode Discovery-Inquiry Learning ini dapat mendorong peserta didik untuk secara optimal dalam kegiatan mengajar serta dalam berorganisasi sehingga siswa dapat bersosialisasi dengan baik tanpa memandang harta, fisik, dan jabatan. Kesadaran diri sebagai salah satu ciri kecerdasan emosi, mencakup kemampuan mengenali emosi diri dan efeknya menilai diri secara teliti, yakni mengetahui kekuatan dan batas-batas diri sendiri dan percaya diri, yakni keyakinan tentang harga diri dan kemampuan sendiri. Dengan kemampuan menyadari diri, peserta didik akan dapat mengembangkan sikap-sikap dan perilaku positif dalam kehidupannya baik berhubungan dengan orang lain maupun diri sendiri. Pengaturan



diri



dapat



dikatakan



juga



sebagai



kemampuan



mengendalikan diri dari dorongan-dorongan emosi negative, seperti marah, dendam, iri hati dan lain-lain dan akan mewujudkan seseorang dapat bersifat arif bijaksana, peserta didik mampu mengendalikan emosi-emosi yang mendorong kepada hal-hal negative dan mampu mengelola emosi-emosi kepada hal-hal yang positif dan membuat peserta didik tersebut dapat bertindak secara etis. Motivasi yang terdiri dari empat kemampuan yaitu, dorongan



19



berprestasi, komitmen, inisiatif dan optimis yang dapat menjadi basis pembentukan akhlak seseorang. Sehingga dengan adanya motivasi yang kuat dari peserta didik dapat menjadikan mereka memiliki keinginan kuat untuk belajar dan bersikap yang baik agar terwujud harapan dan cita-cita menjadi orang yang berguna dimasa depan. Empati dapat ditemukan secara lebih jelas relevansinya bagi pengembangan moral atau akhlak. Dengan kemampuan mengindra perasaan dan perspektif orang lain. Seseorang dapat terhindar dari sikap mementingkan diri sendiri. Dengan kepemilikan rasa empati yang tinggi menjadikan peserta didik dapat lebih peka terhadap lingkungan sekitar dan dapat bersikap baik dengan semua orang tanpa mementingkan diri sendiri. Ketrampilan sosial seseorang dapat berhubungan dengan orang lain secara baik dan lancar baik dalam posisinya sebagai warga biasa maupun sebagai pemimpin masyarakat. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan sosial merupakan pondasi penting bagi pembentukan akhlak peserta didik untuk kehidupannya di tengah-tengah masyarakat. Yang terpenting diperhatikan dalam hal ini adalah bahwa kecerdasan emosi sesungguhnya lebih merupakan sebuah keterampilan (skill), bukan sekedar pengetahuan. Oleh karena itu, kecerdasan emosi dalam pembelajaran mampu membentuk akhlak peserta didik yang lebih terfokus pada to know how bukan to know what. Artinya, melalui pengembangan kecerdasan emosi, peserta didikdilatih untuk dapat mengatur emosinya sedemikian rupa sehingga dapat melahirkan perilaku positif, dan bukan mengajarkan nilai-nilai akhlak tertentu yang harus diketahui secara kognitif. I. Hipotesis Tindakan Hipotesis merupakan jawaban sementara atas permasalahan yang diteliti, jawaban ini dapat benar atau salah tergantung pembuktian di lapangan. Sebagaimana diungkapkan oleh S. Margono, bahwa´ hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkkat kebenarannya. Mengingat hipotesis adalah jawaban atau dugaan sementara yang



20



mungkin benar atau mungkin salah, maka dilakukan pengkajian pada bagian analisis data untuk mendapatkan bukti apakah hipotesis yang diajukan itu dapat diterima atau tidak. Peneliti mengajukan hipotesis bahwa ada peningkatan kecerdasan emosional peserta didik dalam pembelajaran PAI materi pokok sifat-sifat terpuji melalui metode Discovery-Inquiry Learning di SDN 003 Tanjung Redeb.



21



BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas serta profesionalisme guru dalam menangani proses belajar mengajar, agar tujuan pembelajaran dapat dicapai. Data yang diperoleh berupa data deskriptif dan kuantitatif yang menggunakan perhitungan statistik sederhana. Berdasarkan masalah yang disebutkan, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana upaya untuk meningkatkan kecerdasan emosional peserta didik dalam pembelajaran PAI melalui metode Discovery-Inquiry Learning kelas IIA SDN 003 Tanjung Redeb. B. Waktu dan tempat penelitian 1. Waktu penelitian Penelitian ini diadakan selama satu bulan terhitung mulai izin penelitian secara lisan dan tertulis. Sedangkan pelaksanaan penelitian atau pengumpulan data mulai bulan …………. sampai dengan bulan …………..2021 yaitu peserta didik kelas IIA. 2. Tempat Penelitian Tempat penelitian tepatnya di SDN SDN 003 Tanjung Redeb Kabupaten Berau. Dasar pertimbanganya sebagai berikut : a.



Lokasi sekolah yang strategis, mudah dijangkau oleh kendaraan umum dan keadaan sekolah yang menarik.



b.



Sarana dan prasarana sekolah yang lengkap, dan semua pihak sekolah yang bersedia membantu untuk mengadakan penelitian.



c. Suasana sekolah yang nyaman, tertib dan rapi, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik dan memudahkan peneliti dalam mengadakan penelitian.



22



J. Subjek Penelitian Subjek penelitian yang dikenai tindakan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Peserta didik kelas IIA SDN SDN 003 Tanjung Redeb semester genap dengan jumlah peserta didik 23 peserta didik laki-laki. Faktor yang diamati adalah aktivitas peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran dan hasil belajar berupa sikap atau perilaku peserta didik serta dapat mempresentasikan kisah-kisah dalam materi pokok yang disampaikan guru. 2. Peneliti sebagai pengamat sekaligus kolaborator di dalam melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode Discovery-Inquiry Learning. K. Prosedur Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas kolaboratif antara guru PAI dan peneliti yang dilaksanakan berdasarkan permasalahan yang muncul dalam kegiatan pembelanjaan sehari-hari di SDN SDN 003 Tanjung Redeb. Suharsimi Arikunto menyatakan penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan sengaja dimunculkan dan terjadi di sebuah kelas secara bersama. Penelitian tindakan kelas bukan sekedar mengajar seperti biasanya, tetapi harus mengandung sebuah pengertian bahwa tindakan yang dilakukan berdasarkan atas upaya meningkatkan hasil, yaitu lebih baik dari sebelumnya. Penelitian tindakan kelas (PTK) dalam istilah inggris adalah class action research (CAR). Tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkat akan kualitas serta profesionalisme guru dalam menangani proses belajar mengajar, agar tujuan pembelajaran dapat dicapai. Data yang diperoleh berupa data deskriptif dan kuantitatif yang menggunakan statistik sederhana. Pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua kali putaran, dalam tiap putaran terdiri dari empat tahapan yaitu: (1) Perencanaan (2) Pelaksanaan (3) Evaluasi dan (4) Refleksi. Adapun model penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut:



23



1. Perencanaan Tindakan Perencanaan



tindakan



yang akan peneliti



lakukan dengan



mempersiapkan hal-hal sebagai berikut: a. Silabus Silabus merupakan seperangkat rencana serta pengaturan pelaksanaan pembelajaran dan penilaian secara sistematis, memuat komponen-komponen



yang



saling



berkaitan



untuk



mencapai



penguasaan kompetensi dasar. b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat pada tiap kali pertemuan atau tatap muka. Di dalam RPP tertuang skenario pembelajaran Pendidikan Agama Islam dengan materi pokok sifat-sifat terpuji. c. Instrumen Pengamatan Instrumen pengamatan disusun dengan indikator-indikator yang biasa mengukur keberhasilan menggunakan Metode DiscoveryInquiry Learning dalam pembelajaran PAI pada materi pokok sifatsifat terpuji. Dalam hal ini terutama untuk mengukur kecerdasan emosional peserta didik dalam mengikuti pelajaran PAI dengan menggunakan Metode Discovery-Inquiry Learning pada materi pokok sifat-sifat terpuji. d. Angket Angket ini digunakan untuk mengetahui berapa banyak peserta didik yang kurang mampu mengoptimalkan keserdasan emosional pada pelajaran PAI. 2. Prasiklus Sebagai langkah awal untuk mengetahui berapa banyak peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional rendah terhadap mata pelajaran PAI pada peserta didik kelas IIA SDN SDN 003 Tanjung Redeb. Penulis menyebarkan angket pernyataan pada 23 peserta didik yang dijadikan sebagai sampel. Setiap peserta didik menjawab pertanyaan sebanyak 20 item soal yang terbagi atas 10 soal tentang kecerdasan emosional dan 10



24



soal tentang sifat-sifat terpuji yang telah ada pada angket dengan memberikan tanda silang ( X ) pada pilihan jawaban yang telah tersedia, yaitu A, B, C dan D. 3. Siklus 1 a. Tahap perencanaan 1) Peneliti mengidentifikasi kesulitan peserta didik pada pembelajaran PAI aspek akhlak kemudian peneliti mencari apa penyebab peserta didik kurang mampu mengoptimalkan kecerdasan emosional saat pembelajaran PAI. 2) Peneliti menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang sifat-sifat terpuji. 3) Peneliti menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) tentang sifat-sifat terpuji. 4) Peneliti menyiapkan angket yang akan digunakan untuk mengukur kecerdasan emosional. 5) Peneliti membuat lembar pengamatan pembelajaran PAI materi pokok sifat-sifat terpuji untuk peserta didik. b. Tahap tindakan. Kegiatan



yang



dilaksanakan



dalam



tahap



ini



adalah



melaksanakan skenerio pembelajaran yang telah direncanakan yaitu sebagai berikut: 1) Mengkondisikan kelas supaya siap dalam menerima pelajaran (membuka pelajaran, mengecek kehadiran siswa, serta kondisi kelas). 2) Memberikan informasi tentang tujuan pembelajaran yang akan dilakukan. 3) Menginformasikan pendekatan pembelajaran yang akan dilakukan. 4) Memberikan motivasi dengan cara menginformasikan kegunaan materi pembelajaran. 5) Membagi LKS untuk membantu peserta didik memahami materi yang diajarkan. 6) Menganalisis proses hasil dari pembelajaran dan memberikan



25



umpan balik kepada peserta didik sebagai penguatan terhadap hasil pembelajaran. 7) Memberikan angket sebagai hasil evaluasi tahap pertama. c. Tahap observasi Observasi terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung untuk mengetahui kecerdasan emosional peserta didik, persiapan guru dalam pembelajaran serta mengetahui kendala yang dihadapi dalam menyampaikan materi pembelajaran. Dalam hal ini peneliti sebagai observer dan kolaborator bersama guru PAI. d. Refleksi Hasil pengamatan terhadap hasil belajar dari peningkatan kecerdasan emosinal peserta didik pada siklus I dikumpulkan untuk dianalisis dan dievaluasi oleh peneliti sebagai dasar untuk membuat perencanaan pembelajaran siklus II. 4. Siklus II a. Tahap perencanaan 1) Peneliti mengidentifikasi kesulitan peserta didik pada pembelajaran PAI aspek akhlak kemudian peneliti mencari penyebab peserta didik kurang mampu dalam mengoptimalkan kecerdasan emosional saat pembelajaran berlangsung. 2) Peneliti menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang sifat-sifat terpuji. 3) Peneliti menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) tentang sifat-sifat terpuji 4) Peneliti menyiapkan angket yang akan digunakan untuk mengukur kecerdasan emosional. 5) Peneliti membuat lembar pengamatan pembelajaran PAI materi pokok sifat-sifat terpuji untuk peserta didik. b. Tahap Tindakan Kegiatan



yang



dilaksanakan



dalam



tahap



ini



adalah



melaksanakan skenario pembelajaran yang telah direncanakan sebagai berikut :



26



1) Mengkondisikan kelas supaya siap dalam menerima pelajaran (membuka pelajaran, mengecek kehadiran siswa, serta kondisi kelas). 2) Memberikan informasi tentang tujuan pembelajaran yang akan dilakukan. 3) Menginformasikan pendekatan pembelajaran yang akan dilakukan. 4) Memberikan motivasi dengan cara menginformasikan kegunaan materi pembelajaran. 5) Membagi LKS untuk membantu peserta didik memahami materi yang diajarkan. 6) Menganalisis proses hasil dari pembelajaran dan memberikan umpan balik kepada peserta didik sebagai penguatan terhadap hasil pembelajaran. 7) Memberikan angket sebagai hasil evaluasi akhir untuk mengetahui apakah telah ada peningkatan terhadap hasil pembelajaran dari dampak tindakan yang telah dilakukan. c. Tahap Obsevasi Observasi terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung untuk mengetahui kecerdasan emosional, persiapan guru dalam pembelajaran menyampaikan



serta



mengetahui



materi



kendala



pembelajaran.



yang dihadapi



Pengamatan



dalam



dilaksanakan



bersamaan dengan tindakan dengan tes sikap peserta didik. Fokus observasi adalah tes sikap dari peserta didik. d. Refleksi Hasil pengamatan dianalisis untuk memperoleh gambaran bagaimana dampak tindakan dari siklus I yang dilakukan. Jika permasalahan sudah terselesaikan dan sudah dirasa cukup, maka tindakan akan dihentikan. L. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data antara lain:



27



1. Metode Observasi Metode observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila peneliti berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Metode observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Dalam kegiatan ini yang diobservasi secara langsung adalah kegiatan pembelajaran PAI, materi akhlak dengan penerapan Metode DiscoveryInquiry Learning. Metode observasi ini memuat tiga fase esensial yaitu pertemuan, perencanaan, observasi di dalam kelas. 2. Metode Wawancara Digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal responden yang lebih mendalam dan jumlah responden sedikit/ kecil. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data dari guru PAI yang mengampu pada kelas tersebut yaitu kelas IIA SDN 003 Tanjung Redeb tentang metode yang digunakan dalam Meningkatkan Kecerdasan Peserta Didik dalam Pembelajaran PAI Aspek Akhlaq dengan Metode DiscoveryInquiry Learning. 3. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, transkip, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya. Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai seluk beluk SDN 003 Tanjung Redeb antara lain tentang sejarah singkat, letak geografis, visi misi, fasilitas sekolah, keadaan guru, karyawan dan siswa. 4. Metode Angket Angket adalah suatu draf yang berisikan rangkaian pertanyaan yang



28



disusun secara sistematis mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti yang diberikan kepada responden.87 Angket ini untuk mengetahui tentang peningkatan kecerdasan emosional peserta didik dengan memberi sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan indikator-indikator dari kecerdasan emosional yang berkaitan dengan materi sifat-sifat terpuji. M. Teknik Analisis Data 1. Analisis kualitatif Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui kecerdasan emosional dengan menggunakan Metode Discovery-Inquiry Learning dengan melihat tanda-tanda perubahan peserta didik dalam proses pembelajaran. Data yang berupa informasi berbentuk kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi tingkat pemahaman peserta didik terhadap suatu materi (kognitif), pandangan atau sikap peserta didik terhadap metode belajar yang baru (afektif), aktifitas peserta didik mengikuti pelajaran, perhatian, motivasi belajar dapat dianalisis secara kualitatif. 2. Analisis kuantitatif Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis jumlah peserta didik yang mengalami peningkatan kecerdasan emosional dengan menggunakan Metode Discovery-Inquiry Learning di SDN 003 Tanjung Redeb yang diperoleh dari tindakan siklus I, II. Data kuantitatif yang dapat dianalisis secara deskriptif, dalam hal ini peneliti menggunakan analisis statistik deskriptif, misalnya mencari nilai rata-rata atau presentasi keberhasilan belajar dan lain-lain. N. Indikator Kinerja 1. Variabel Variabel di dalam penelitian ini yaitu peningkatan kecerdasan emosional peserta didik dan pembelajaran PAI aspek akhlak materi pokok sifat-sifat terpuji menggunakan Metode Discovery-Inquiry Learning 2. Indikator Indikator keberhasilan dari variabel penelitian ini didasarkan pada



29



kriteria dari unsur-unsur dalam kecerdasan emosional dan pembelajaran PAI aspek akhlak materi pokok sifat-sifat terpuji melalui Metode Discovery-Inquiry



Learning.



Keberhasilan



tersebut



dilihat



dari



peningkatan hasil belajar berupa sikap atau perilaku serta peningkatan aktifitas belajar peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Indikator Kecerdasan Emosional No Indikator 1. Mengenali emosi diri dan orang lain ( mengatur emosi, empati)



2.



Kemampuan memotivasi diri dan berhubungan sosial di kelas



Sub indikator a. Kemampuan mengenali diri sendiri b. Kemampuan mengendalikan diri sendiri c. Kemampuan memiliki kepercayaan diri di kelas ( bertanya, mengemukakan pendapat ) d. Kemampuan bertanggungjawab di kelas a. Kemampuan mempersiapkan diri dalam menerima materi b. Kemampuan aktif di kelas c. Kemampuan memanfaatkan kesempatan di kelas d. Kemampuan dalam meningkatkan prestasi di kelas e. Kemampuan berkomunikasi di kelas f. Kemampuan bekerjasama di kelas



Indikator pembelajaran PAI aspek akhlak materi pokok sifat-sifat terpuji meliputi mengetahui dan membiasakan bersikap jujur, sabar, pemaaf, peminta maaf dan setia kawan di dalam kehidupan sehari-hari.



30



BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Deskripsi dan Hasil Penelitian 1. Data umum SD Negeri 003 Tanjung Redeb a. Profil sekolah Nama



: SDN 003 Tanjung Redeb



Alamat



: Kecamatan Tanjung Redeb Kabupaten Berau



Status Sekolah



: Negeri



Kepala Sekolah



: Abdul Manab, S.Pd



B. Hasil Penelitian Tindakan dan Analisis Tahap Pra Siklus 1. Hasil Penelitian Pra siklus Pelaksanaan pembelajaran pra siklus untuk kelas IIA dilaksanakan pada pada tanggal …………2021. Tahap pra siklus ini materi yang disampaikan adalah tentang membiasakan sifat-sifat terpuji yaitu sabar. Tahap pra siklus ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat kecerdasan emosional peserta didik dalam merespon materi pembelajaran PAI sebelum diterapkan Metode Discovery-Inquiry Learning, dengan melihat atau mengamati secara langsung pembelajaran yang ada di kelas, kemudian dicatat yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Pada tahap pra siklus ini selain peneliti mendampingi guru mitra saat mengajar dalam kelas, peneliti juga melakukan observasi ketika proses pembelajaran berlangsung. Selanjutnya di akhir pembelajaran peneliti memberikan angket. Angket ini adalah untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional peserta didik dalam pembelajaran PAI materi pokok sifat-sifat terpuji sebelum diterapkannya Metode Discovery-Inquiry Learning. Dari hasil angket tersebut, diperoleh rata-rata nilai sebesar 65,4 %, secara keseluruhan keberhasilan pada pra siklus belum mencapai ketuntasan minimal PAI yang ditentukan melalui indikator ketercapaian yaitu 70.



31



Tabel 4.1 Jawaban nilai angket kecerdasan emosional peserta didik pada mata pelajaran PAI pada tahap pra siklus No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Nama Peserta Didik Achmad Galang Pratama Dzakhwan Aprilio Hartono Erli Syahfani Faiz Darmawan Lintang Riskya Putri Muhammad Habibi Saputra Jumlah



Nilai 75 59 60 70 56 58 65,4



Pada pelaksanaan pra siklus ini, kecerdasan emosional peserta didik di bawah standar adalah 10 peserta didik dari 23. Dari prosentase jawaban di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kecerdasan emosional dalam pembelajaran PAI peserta didik kelas IIA masih rendah. Sehingga untuk meningkatkan kecerdasan emosional peserta didik guru menerapkan strategi dalam mengemas materi akhlak pada pembelajaran PAI sehingga dalam menyampaikan kepada peserta didik guru dapat memberikan pesan dan kesan di dalam penyampaian materi akhlak serta meningkatkan kepekaan emosional peserta didik. Untuk itu perlu adanya media dan metode yang digunakan sebagai alat untuk memudahkan peserta didik belajar dalam memahami materi pokok sifat-sifat terpuji misalnya dengan menggunakan Metode Discovery-Inquiry Learning.



32



Tabel 4.2 Skor Observasi Kecerdasan Emosional Peserta didik dalam Pembelajaran PAI aspek Akhlak Materi Pokok Sifat-sifat Terpuji pada Tahap Pra siklus Sub indikator 1 2 3 4 5 Jumlah skor



Jumlah 1 2 01 0 00 1 00I 00I 00 - 2 90 -



4 01 0 0 0 0 0I 0 0I - 6



0 0 6



4 0 0 0 0 0 -



4 4 3 5 2 23



Keterangan : Indikator I : Kemampuan mengenali emosi II : Kemampuan mengelola emosi III : Kemampuan memotivasi diri dalam menghadapi hambatan IV : Kemampuan mengenali emosi orang lain V : Kemampuan membina hubungan sosial Skor



: 4 (Sangat baik) 3 (Baik) 2 (Cukup) 1 (Buruk) Untuk hasil pengamatan oleh peneliti yang dilihat dari indikator mengenali emosi diri dan orang lain, memotivasi diri dan membina hubungan sosial, maka pada tahap pra siklus ini dapat dipresentasikan bahwa kemampuan emosional serta didik dalam poses pembelajaran PAI sebelum diterapkannya metode Discovery-Inquiry Learning yaitu :



33



Dari hasil pengamatan pada tahap pra siklus tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa peserta didik belum mampu meningkatkan kecerdasan emosional secara penuh dalam proses pembelajaran PAI aspek akhlak. Mengenali emosi, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain dan mampu membina hubungan sosial adalah sebagai indikator adanya kecerdasan emosional dalam proses pembelajaran. Peserta didik yang memiliki dan mampu meningkatkan kelima unsur dari kecerdasan emosional



tersebut



menunjukkan



adanya



peningkatan



kecerdasan



emosional. Rendahnya kecerdasan emosional peserta didik di kelas IIA yang menjadi objek penelitian dapat ditunjukkan dari prosentase hasil penilaian dari masing-masing indikator ketika dalam proses pembelajaran yaitu sebesar 57,5% yang masih berada di bawah ketentuan. Selama proses belajar berlangsung aspek yang menunjukkan adanya peningkatan kecerdasan emosional belum secara maksimal terpenuhi, seperti sikap dan perilaku peserta didik yang belum mampu mengatur emosi ketika pembelajaran dan bagaimana bersosialisasi dengan teman maupun guru dengan baik. Hal ini cenderung penguasaan dan penerapan metode yang belum maksimal. Berkaitan dengan hasil angket yang diberikan di akhir pembelajaran didapat bahwa rata-rata peserta didik kelas IIA mempunyai kecerdasan emosional yang rendah dalam pembelajaran PAI. Setelah mengamati secara langsung pada proses pembelajaran PAI aspek akhlak materi pokok sifat-sifat terpuji di kelas IIA pada tahap pra siklus, kemudian peneliti mendiskusikan dengan guru mitra untuk tahap berikutnya, yaitu tahap siklus I. Sebelum melaksanakan siklus berikutnya ada beberapa hal yang dapat diidentifikasi untuk pelaksanaan tindakan siklus I yaitu : a. Pelaksanaan pembelajaran masih pada komunikasi satu arah sehingga peserta didik belum mampu memaksimalkan kemampuan emosional dalam hal bertanya, mengemukakan pendapat dan lain-lain. b. Pembelajaran dalam kelas berkaitan dengan sumber pembelajaran masih bergantung pada buku panduan dan LKS yang masih memiliki



34



ruang lingkup yang sempit dalam memberi contoh kisah-kisah sifatsifat terpuji. c. Belum ada penerapan metode pembelajaran yang maksimal dalam penyampaian materi sehingga kurang adanya kepekaan emosional peserta didik dalam pembelajaran. Dari refleksi di atas didapatkan beberapa solusi terhadap permasalahan proses belajar mengajar di kelas berkaitan dengan peningkatan kecerdasan emosional peserta didik. Permasalahan tersebut kemudian didiskusikan dengan guru mitra untuk mencari solusi tersebut atau mendiskusikan tentang metode pembelajaran yang akan diterapkan yaitu Metode Discovery-Inquiry Learning. Solusi ataupun hasil diskusi tersebut akan diterapkan menjadi sebuah tindakan untuk tahap berikutnya yaitu pada siklus I. 2. Hasil Penelitian Siklus I Penelitian tindakan kelas pada siklus I dilaksanakan oleh peneliti dengan guru mata pelajaran PAI kelas IIA di SDN 003 Tanjung Redeb. Pada siklus I ini observasi dilakukan di kelas IIA dengan materi sifat-sifat terpuji pada tanggal …………….dalam siklus I ini, solusi yang diperoleh dari tahap refleksi pada tahap pra siklus sebagai tindakan untuk mengatasi permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran PAI aspek akhlak materi pokok sifat-sifat terpuji di kelas IIA kaitannya dengan meningkatkan kecerdasan emosional. Peneliti dan guru PAI kelas IIA sebelum melaksanakan tindakan pada tahap siklus pertama melakukan diskusi terlebih dahulu tentang tindakan yang akan diambil untuk menyelesaikan permasalahan yang didapat pada tahap pra siklus terutama bagaimana menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan mengesankan sehingga menjadikan peserta didik dapat menerima materi pembelajaran dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tindakan tersebut kemudian didiskusikan dengan guru untuk menjadi alternatif pemecahan masalah. Tindakan tersebut adalah : 1. Melaksanakan pembelajaran yang ada di kelas dengan Metode



35



Discovery-Inquiry Learning yaitu kisah-kisah Qur’ani yang mampu meningkatkan kepekaan dalam segi emosional peserta didik. 2. Meninjau kembali Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada tahap pra siklus 3. Melaksanakan komponen pembelajaran yang ada pada pembelajaran dengan baik. Tabel 4.3 Jawaban Nilai Angket Kecerdasan Emosional Peserta Didik Pada Pembelajaran PAI Aspek Akhlak dengan Menggunakan Metode DiscoveryInquiry Learning Pada Tahap Siklus I No. Nama Peserta Didik 1. Marina 2. Farel 3. Eka 4. Sukma 5. Reyhan 6. Dina 7. Amel 8. Dani Jumlah Keterangan :



Nilai 76 68 68 78 72 73 76 73 73,08



Tindakan siklus I ini juga menunjukkan adanya peningkatan skor angket yang telah diisi oleh peserta didik yang sebelumnya masih 5 peserta didik yang belum mencapai ketuntasan dalam pembelajaran khususnya dalam mengoptimalkan kecerdasan emosionalnya, kini menurun menjadi 3 peserta didik. Tabel 4.4 Skor Observasi Kecerdasan Emosional Peserta didik Dalam Mengikuti Pembelajaran PAI Aspek Akhlak Dengan Menggunakan Metode Discovery-Inquiry Learning Pada Siklus I Sub indikator 1



Jumlah 12 4 3 00I 0



36



12 4 3 00I 0



6



2 3 4 5 Jumlah skor



00I 000 00I 000 - 9



-



0 I 0 0 4



-



001 001 001 000 - 12



0 0 0 1 4



6 7 6 4 29



Keterangan : Indikator I : Kemampuan mengenali emosi II : Kemampuan mengelola emosi III : Kemampuan memotivasi diri dalam menghadapi hambatan IV : Kemampuan mengenali emosi orang lain V Skor



: Kemampuan membina hubungan sosial



: 4 (Sangat baik) 3 (Baik) 2 (Cukup) 1 (Buruk)



Hasil pengamatan oleh peneliti yang dilihat dari indikator mengenali emosi diri dan orang lain, memotivasi diri dan kemampuan sosial peserta didik dalam pembelajaran PAI aspek akhlak pada tahap siklus I dapat dipresentasikan bahwa kemampuan mengenali emosi diri dan orang lain, memotivasi diri serta kemampuan sosial peserta didik dalam proses pembelajaran setelah diterapkan Metode Discovery-Inquiry Learning yaitu:



Dari hasil pengamatan pada tahap siklus I tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik mulai ada peningkatan dalam segi emosional di dalam proses pembelajaran. Peningkatan tersebut dapat



37



ditunjukkan dari prosentase hasil penilaian kecerdasan emosional peserta didik dalam mengikuti pembelajaran yaitu 72,5 % dan di atas ketentuan yang telah ditetapkan yaitu 70%. Dalam pelaksanaan tindakan pada siklus I terjadi suatu peningkatan mengenai kemampuan dalam mengelola emosi dan mengenali emosi orang lain serta dalam berhubungan social. Dengan model pembelajaran yang diterapkan yang berbeda pada tahap pra siklus yaitu menggunakan Metode Discovery-Inquiry Learning ( kisah-kisah Qurani ) terlihat adanya peningkatan walaupun penerapannya belum secara optimal dan masih banyak kendala-kendala yang harus diperbaiki untuk siklus berikutnya. Peningkatan tersebut yaitu adanya ketenangan kelas saat pembelajaran akan dimulai, perhatian peserta didik dalam mengikuti pembelajaran sudah mulai terfokus sedikit demi sedikit untuk mendengarkan kisah-kisah yang diceritakan, banyak juga yang terlihat antusias dalam mendengarkan dan mengikuti alur dari kisah yang disampaikan yaitu tentang sifat-sifat terpuji. Setelah observasi selesai dilaksanakan peneliti bersama guru PAI dalam penelitian tindakan kelas di kelas II SDN 003 Tanjung Redeb kemudian mengadakan diskusi berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang menggunakan Metode Discovery-Inquiry Learning. Untuk membahas tentang hal-hal yang harus diperbaiki berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan menggunakan Metode Discovery-Inquiry Learning. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus I ini adanya pembelajaran yang sudah mulai terlihat adanya peningkatan dalam mengoptimalkan kecerdasan emosional, tidak hanya kecerdasan intelektual saja, seperti halnya dalam pembelajaran peserta didik dapat merespon materi dan mencoba menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam bersikap dengan guru dan teman-teman di sekolah. Sehingga materi yang mereka dapat bener-bener dirasakan peserta didik yang akhirnya berguna bagi peserta didik tersebut. Setelah selesai melaksanakan pembelajaran pada siklus I ini guru bersama peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran



38



tersebut dengan mendiskusikan kendala atau masalah yang dihadapi ketika berada di kelas. Dari hasil evaluasi siklus I menghasilkan beberapa catatan yang harus direfleksikan pada pelaksanaan pembelajaran pada tahap siklus II yaitu sebagai berikut : 1. Adanya peserta didik yang masih kurang mampu mengoptimalkan kecerdasan emosionalnya dalam melaksanakan pembelajaran PAI aspek akhlak dengan metode Discovery-Inquiry Learning. 2. Guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas dengan panduan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun secara bersama-sama dengan peneliti belum sepenuhnya dikuasai. 3. Dalam menyampaikan kisah-kisah Qurani dalam pembelajaran kurang maksimal sehingga kurang dapat diterima pelajaran dari kisah tersebut oleh peserta didik. 4. Adanya peserta didik yang belum sepenuhnya memperhatikan kisah-kisah yang disampaikan oleh guru. Dari hasil evaluasi pembelajaran tersebut dan hasil dan hasil diskusi antara peneliti dan guru ada beberapa hal tindakan yang akan dilakukan pada tahap berikutnya yaitu siklus 2 yang akan meningkatkan kecerdasan emosional dalam pembelajaran PAI aspek akhlak terkait dengan pelaksanaan pembelajaran menggunakan Metode DiscoveryInquiry Learning yang membawa dampak penerapan materi sifat-sifat terpuji, tindakan tersebut yaitu: 1. Memberikan atau menyampaikan materi sifat-sifat terpuji dengan kisah-kisah teladan yang mampu menarik perhatian dan kepekaan emosional peserta didik. 2.



Memaksimalkan pembelajaran dengan Metode Discovery-Inquiry



Learning. 3. Memberikan kesempatan peserta didik untuk memberi komentar atau pendapat tentang kisah yang disampaikan. 3. Siklus II Seperti pada tahap pra siklus dan siklus I observasi dilakukan oleh peneliti dan guru untuk mengupayakan peningkatan kecerdasan emosional



39



peserta didik yang berdampak pada pemahaman dan penerapan materi pelajaran yang menjadi pokok bahasan. Pada siklus II ini dilakukan di kelas IIA dengan materi pokok



³



sifat-sifat terpuji´ pada tanggal



…………... Tindakan yang dirumuskan pada siklus I di atas akan diterapkan pada siklusII. Strategi Pelaksanaan Penerapan Pembelajaran Discovery-Inquiri yang biasa di lakukan Guru yaitu: -



Memberi kebebasan siswa untuk menentukan masalah sendiri,



-



mencari konsep, dan merancang eksperimen sampai mencari kesimpulan. Di sini guru hanya sebagai teman belajar apabila diperlukan



sebagai tempat bertanya. Biasanya discovery bebas tidak berjalan, siswa masih memerlukan bimbingan. Tabel 4.5 Jawaban Nilai Angket Kecerdasan Emosional Peserta didik Pada Pembelajaran PAI Aspek Akhlak dengan Menggunakan Metode Discovery-Inquiry Learning Pada Siklus 2 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Nama Peserta Didik Fahmi Annisa Rafly Setiaji Febri Ferdi Ilham Chandra Jumlah



Nilai 80 78 73 76 86 75 84 75 76,92



Dari hasil angket peserta didik siklus I masih terdapat 8 peserta didik yang belum mencapai indikator ketercapaian sebesar 70, maka untuk siklus 2 ini, hasil angket menunjukkan 4 peserta didik yang belum mencapai indikator ketercapaian mata pelajaran PAI yaitu 70. Secara keseluruhan hasil rata-rata angket siklus 2 ini kelas IIA sebanyak 76,92



40



artinya hasil tersebut telah melebihi KKM dengan baik. Sedangkan dari hasil observasi adalah : Tabel 4.6 Skor Observasi Kecerdasan Emosional dalam Mengikuti Pembelajaran PAI Aspek Akhlak Pada Siklus 2 Sub indikator 1 2 3 4 5 Jumlah skor Keterangan :



Jumlah 12 3 00I 000 000 00I 000 - - 6



4 0 I 1 0 0 8



12 3 001 000 00I 000 000 - - 6



4 0 1 0 1 1 12



6 8 7 6 4 31



Indikator I : Kemampuan mengenali emosi II : Kemampuan mengelola emosi III : Kemampuan memotivasi diri dalam menghadapi hambatan IV : Kemampuan mengenali emosi orang lain V : Kemampuan membina hubungan sosial Skor



: 4 (Sangat baik) 3 (Baik) 2 (Cukup) 1 (Buruk) Hasil pengamatan oleh peneliti yang dilihat dari indikator mengenali emosi ( diri dan orang lain ) dan memotivasi diri peserta didik dalam proses pembelajaran PAI pada tahap siklus 2 dapat dipresentasikan bahwa kemampuan mengenal emosi dan memotivasi diri dan kemampuan berhubungan social dalam proses pembelajaran setelah diterapkan metode Discovery-Inquiry Learning yaitu :



41



Dari hasil pengamatan pada tahap siklus 2 tersebut dapat disimpulkan



bahwa



peserta



didik



telah



mampu



mengasah



(mengoptimalkan) kecerdasan emosionalnya dalam proses pembelajaran. Peserta didik secara individu maupun kelompok hampir keseluruhan telah mengoptimalkan kecerdasan emosionalnya dengan baik, seperti mengatur emosi dalam kelas, mampu berhubungan sosial dengan baik di kelas, memotivasi diri di kelas (kesiapan dan keaktifan dalam belajar). Sehingga dalam



proses



pembelajaran



tidak



hanya



mengasah



kecerdasan



intelektualnya saja tetapi juga kecerdasan emosional yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan peserta didik. Hal ini juga ditunjukkan hasil observasi kemampuan emosional yaitu mengenal emosi (kesadaran diri, pengaturan diri, empati dan hubungan sosial) dan kemampuan memotivasi diri dalam pembelajaran pada siklus 2 Penelitian Tindakan Kelas pada kelas IIA SDN 003 Tanjung Redeb dengan prosentase 77,5% yang sudah berada di atas ketentuan yang ditetapkan yaitu 70. Setelah observasi selesai dilaksanakan peneliti bersama guru PAI kelas IIA dalam Penelitian Tindakan Kelas di kelas IIA SDN 003 Tanjung Redeb kemudian mengadakan diskusi berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode Discovery-Inquiry Learning pada tahap siklus 2. Hasil diskusi tersebut berkaitan pembahasan hasil tindakan dari tahap pra siklus, siklus I dan siklus 2 yaitu: terjadi peningkatan kecerdasan emosional dari tahap pra siklus, siklus I dan siklus 2 yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 4.7 Perbandingan Jumlah Skor dan Prosentase Kecerdasan Emosional Pada Tahap Pra Siklus, Siklus I dan Siklus 2



42



No 1. 2. 3.



Pelaksanaan Siklus Pra siklus Siklus I Siklus 2



Jumlah Skor 48 58 61



Prosentase Observasi ( % ) 57,5 72,5 77,5



Prosentase Angket ( % ) 65,40 73,08 76,92



Dilihat dari tabel di atas perbandingan observasi dan hasil angket dari pra siklus, siklus I dan siklus 2 menunjukkan adanya sebuah peningkatan dari tiap-tiap siklus. Diagram 4.1 Perbandingan Presentase hasil Pengamatan dan Angket Kecerdasan Emosional Peserta Didik dalam Pembelajaran PAI Pra Siklus, Siklus 1, Siklus 2



80



Observasi



70



Angket



60 50 40 30 20 10 Pra



Siklus I Siklus II Siklus Ketika guru sudah mengetahui apa faktor penghambat dari penerapan strategi discovery-inquiri pada pendidikan agama Islam dalam membentuk kecerdasan emosional peserta didik maka guru harus mampu meningkatkan lagi proses pembelajarannya maupun pendekatan kepada peserta didik dan bisa mengatasi berbagai ancaman atau hambatan yang ada dalam proses pembelajaran. Dalam penerapan strategi pembelajaran discovery-inquiri ini juga guru melibatkan siswa secara optimal dalam kegiatan mengajar serta



43



dalam berorganisasi sehingga siswa dapat bersosialisasi dengan baik tanpa memandang harta, fisik, dan jabatan. mengembangkan sikap berusaha, berserah diri serta membantu siswa menyelesaikan masalahnya dan menyerahkannya kepada Allah Swt Adanya hubungan kerjasama guru pendidikan agama Islam dan guru pelajaran umum lainnya serta kepala sekolah dalam membina peserta didik, juga tersedianya Al-qur’an dan buku-buku agama serta buku pelajaran lainnya di perpustakaan dan tersedianya media sebagai penunjang dalam pembelajaran sehingga lebih memudahkan siswa dan guru dalam proses belajar mengajar. Solusi dari hambatan diatas yaitu seorang guru harus aktif melihat dan memantau peserta didik dalam hal perilaku ataupun sikap dari peserta didik tentunya dengan beberapa bantuan dari guru lain maupun kepala sekolah harus aktif membina peserta didik, dan mengawasinya baik secara individu maupun secara kelompok



44



BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Deskripsi data dan analisis penelitian tentang upaya meningkatkan kecerdasan emosional peserta didik dalam pembelajaran PAI aspek akhlak melalui metode Discovery-Inquiry Learning pada kelas IIA SDN 003 Tanjung Redeb dari bab I sampai IV maka pada akhir karya tulis ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Keberhasilan penerapan model pembelajaran melalui metode DiscoveryInquiry Learning sebagai upaya untuk meningkatkan kecerdasan emosional peserta didik di SDN 003 Tanjung Redeb yang ditunjukkan dengan adanya perubahan dalam proses pembelajaran yaitu dalam merespon materi dan sikap peserta didik dalam mengelola emosi dalam berhubungan sosial dan memotivasi diri di dalam kelas pada saat proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari perolehan skor yang dipresentasikan melalui pengamatan tentang kecerdasan emosional peserta didik dengan indikator mengenal emosi (kesadaran diri, mengelola emosi, empati, keterampilan sosial) dan motivasi diri dalam proses pembelajaran. Prosentase peningkatan kecerdasan emosional peserta didik dari hasil observasi pra siklus, siklus I sampai siklus 2 yaitu dari 57,5% meningkat menjadi 77,5 % dan di atas rata-rata yang ditentukan yaitu 70 %. Sedangkan dari hasil angket tiap siklus juga menunjukkan peningkatan yaitu dari 65,4 % meningkat menjadi 76,92 % di atas rata-rata. O. Saran Mengingat pentingnya metode pembelajaran secara kreatif untuk meningkatkan kecerdasan emosional peserta didik dalam pembelajaran, maka peneliti memberikan saran kepada : 1. Guru PAI a. Hendaknya dalam proses belajar mengajar, guru harus benar-benar paham dalam menyiapkan pembelajaran dengan sebaik mungkin, agar materi ter sampaikan secara maksimal.



45



b. Hendaknya pembelajaran dirancang sedemikian rupa dan memperkaya variasi mengajar. Hal ini untuk mengantisipasi kejenuhan yang dialami peserta didik. Dan selalu memantau perkembangannya terutama dari perilaku, pemikiran dan pemahaman terhadap materi yang diajarkan. c. Pelaksanaan pembelajaran dengan Metode Discovery-Inquiry Learning pada mata pelajaran PAI aspek akhlak agar dapat dilakukan tidak hanya sampai pada selesainya penelitian ini saja, akan tetapi dilanjutkan dan dilaksanakan sebagai program untuk meningkatkan kecerdasan



emosional



agar



dalam



pembelajaran



tidak



hanya



meningkatkan kecerdasan intelektual saja tetapi juga kecerdasan emosional. 2. Bagi Peserta Didik a. Belajarlah yang rajin agar tercapai cita-cita yang diinginkan, karena orang yang paling beruntung adalah orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk kehidupan dunia akhirat. 3. Bagi pihak Sekolah a. Hendaknya seluruh pihak sekolah mendukung dalam kegiatan pembelajaran yang berlangsung b. Kepada semua pihak sekolah terutama guru atau pendidik hendaknya dapat menggunakan metode, pendekatan dan strategi yang bervariasi dalam pembelajaran sehingga peserta didik lebih tertarik, termotivasi dalam pembelajaran serta dapat mengoptimalkan seluruh aspek kecerdasan peserta didik. P. Penutup Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan kesehatan, rahmat dan hidayah-Nya kepada peneliti, tak lupa kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya tulis dengan baik. Meskipun penulisan karya tulis ini jauh dari kesempurnaan yang ada, maka dengan kerendahan hati dan dengan usaha yang semaksimal mungkin penulis telah berusaha menulis



46



tugas akhir ini dengan sebaik-baiknya dengan penuh tanggung jawab dan harapan semoga apa yang disajikan oleh penulis dapat bermanfaat bagi kita semua dan khususnya para pembaca.



47



DAFTAR PUSTAKA Agustian, Ary Ginanjar, ESQ Power Sebuah Inner Journey Melalui Al-Ihsan Jakarta: Arga, 2003. Alder, Harry, Boost Your intelligence: Pacu EQ dan IQ and, terj. Christina Prianingsih ,Jakarta: Erlangga, 2001. Al-Imam Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi al-Naisaburi Shahih Muslim, Juz 2, t.tp, :al-Qana’ah, t.th. Al-Quran dan Terjemah, Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Quran, 1990. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rieneka Cipta, 2006, cet. 13. Armai, Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002. As., Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994. Aziz, Erwati, Prinsip-prinsip Pendidikan Islam, Solo: Tiga Serangkai Mandiri, 2003, cet. I. Bubgin, Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitatif Jakarta: Prenada Media, 2005, Cet.1. Depag RI MP3A, Panduan Pembelajaran, Jakarta: BMPM, 2005. Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya, Bandung : J-Art, 2004. Departemen Pendidikan Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Pendidikan Tindakan Kelas, Direktorat Tenaga Kependidikan, 2003. Goleman, Daniel, Emotional Intelligence atau Kecerdasan Emosional Mengapa EI lebih penting daripada IQ, Terj. T. Hermaya, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004, cet. XIV. , Daniel, Emotional Intelligence Kecerdasan Emosional Ter. T. Hermaya, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996. , Daniel, Emotional Intelligence why if can matter more than IQ, New York: Bantam Book,1996.



48



Panduan Observasi Tentang Kecerdasan Emosional I. Bagaimana Masalah-masalah emosional peserta didik yang muncul d dalam kelas. a. Kemampuan mengenali emosi b. Kemampuan mengelola emosi c. Kemampuan memotivasi ketika menghadapi hambatan. d. Kemampuan mengenali emosi orang lain. e. Kemampuan membina hubungan social. II. Bagaimana Masalah-masalah emosional peserta didik di luar kelas a. Orang tua mendampingi anaknya dalam belajar b. Orang tua memanjakan anaknya III. Bagaimana Gejala-gejala emosi yang ditunjukan peserta didik yang memiliki masalah emosional a. Hiperaktif b. Merusak barang c. Lamban d. Malas e. Merengek f. Tidak mau menurut g. Malu-malu h. Jahil i. Tidak sabar j. Malas k. Menyerang teman IV. Bagaimana menghadapi peserta didik yang mempunyai masalah-masalah emosional a. Menegur b. Memberi nasehat c. Memberikan pujian V. Bagaimana upaya yang dilakukan guru dalam membantu menyelesaikan tugastugas perkembangan peserta didik a. Melatih kemandirian b. Melatih kedisiplinan c. Membantu menyelesaikan masalah d. Menjalin hubungan antar peserta didik e. Menumbuhkan sosialisasi.



49



ANGKET PENELITIAN PRA SIKLUS I. Biodata Responden Nama : Kelas : II. Petunjuk Pengisian 1. Pilih salah satu jawaban diantara jawaban yang sesuai dengan pendapat adik-adik dengan memberi tanda silang ( X ) pada huruf A, B, C dan D. 2. Jawablah setiap pertanyaan dengan kejujuran dan kesungguhan adikadik. 3. Jawaban adik-adik saya rahasiakan dan tidak mempengaruhi nilai raport. 4. Atas partisipasi adik-adik, saya ucapkan terima kasih. III.Daftar Pertanyaan. A. Perilaku Peserta didik di rumah 1. Apakah kamu selalu mengucapkan salam ketika memasuki rumah? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 2. Apakah kamu meminta ijin kepada orang tuamu ketika akan pergi? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah 3. Apakah kamu mendengarkan setiap nasehat yang diberikan oleh orang tuamu? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 4. Apakah kamu membantu orang tuamu ketika di rumah? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 5. Apakah kamu berkata jujur dengan orang tuamu? 6. Apakah kamu bersikap sopan di hadapan orang tuamu atau keluargamu? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 7. Apakah kamu rajin belajar ketika berada di rumah? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 8. Apakah kamu rajin melakukan sholat lima waktu di rumah?



50



a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 9. Apakah kamu bersikap ramah kepada tetanggamu? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 10. Apakah sering marah kepada orang tuamu ketika kamu tidak dibelikan atau dipenuhi keinginanmu? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah B. Perilaku Peserta didik di sekolah 1. Apakah kamu selalu terlambat berangkat ke sekolah? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 2. Apakah kamu mentaati semua peraturan di sekolah? 3. Apakah kamu selalu menghormati guru-gurumu di sekolah? a. Selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 4. Apakah kamu selalu memaafkan temanmu jika mereka bersalah? a. Selalu c. kadang-kadang b. Sering d. tidak pernah 5. Apakah kamu selalu bersikap sopan dan ramah pada semua guru dan karyawan di sekolah? a. Selalu c. kadang-kadang b. Sering d. tidak pernah



51



ANGKET PENELITIAN SIKLUS I I. Biodata Responden Nama : Kelas : II. Petunjuk pengisian 1. Pilihlah salah satu jawaban diantara jawaban yang sesuai dengan pendapat adik-adik dengan member tanda silang ( x ) pada huruf A, B, C dan D. 2. Jawablah setiap pertanyaan dengan kejujuran dan kesungguhan adikadik. 3. Jawaban adik-adik akan saya rahasiakan dan tidak mempengaruhi nilai raport. 4. Atas partisipasi adik-adik, saya ucapkan terima kasih. III. Daftar pertanyaan A. Kecerdasan Emosional a. Kesadaran diri 1. Bagaimana sikap kamu jika melihat temanmu yang kurang dapat memahami pelajaran dan sering mendapat nilai yang jelek? a. Saya akan membantu dia untuk belajar b. Saya akan membantu jika dia meminta untuk mengajarinya c. Saya pura-pura tidak tahu d. Saya biarkan saja biar mendapat nilai yang jelek terus. 2. Apakah yang kamu lakukan jika ada salah satu temanmu yang mencontek? a. Saya akan menegur dan melaporkan pada guru b. Saya akan membiarkannya c. Saya akan meniru untuk menyontek d. Diam saja b. Pengaturan Diri 3. Apakah kamu akan marah jika ada temanmu yang usil dan jahil di sekolah? a. Ya, saya akan marah b. Ya, saya akan diam saja c. Saya akan memusuhi dia d. Saya tidak akan marah, karena itu cuma bercanda c. Motivasi 4. Apakah kamu selalu memotivasi diri kamu untuk selalu rajin belajar agar mendapat rangking pertama? a. Ya, karena saya ingin memilki prestasi di sekolah b. Ya, karena saya tidak ingin mendapat nlai yang buruk c. Tidak, karena orang tua saya tidak member motivasi d. Tidak pernah memiliki motivasi untuk belajar d. Empati 5. Apakah kamu akan menjenguk guru atau temanmu yang sedang sakit? a. Ya, karena saya merasa dekat dengan mereka b. Ya, saya akanmenjenguk jika rumahnya dekat c. Tidak, saya hanya mendoakanya d. Saya pura-pura tidak tahu.



52



6. Apakah kamu selalu bersikap ramah kepada semua orang? a. Ya, selalu b. Ya, saya bersikap ramah karena mereka baik terhadap saya c. Kadang-kadang d. Tidak pernah e. Keterampilan sosial 7. Apakah kamu selalu bergaul dengan semua temanmu di sekolah tanpa membeda-bedakan? a. Ya, selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah B. Sifat-sifat terpuji 1. Apakah yang kamu lakukan j ika kamu dan keluaraga kamu terkena musibah? a. Sabar dan tawakkal b. Putus asa c. Bersedih d. Diam saja 2. Apakah yang kamu lakukan jika melihat ada salah satu temanmu yang mencuri barang temanmu yang lain? a. Menegur dan melaporkan kepada guru b. Berbohong pura-pura tidak tahu karena takut c. Diam saja d. Pura-pura tidak tahu 3. Nabi Ayub as. Ditimpa musibah berupa sakit yang cukup parah dan lama, namun beliu menerimanya dengan«? a. Putus asa b. Optimis c. Sabar dan ikhlas d. Pesimis 4. Bagaima sikap kamu jika melihat salah satu temanmu mencontek? a. Melaporkan kepa guru b. Menasehati agar tidak mencontek c. Diam saja, pura-pura tidak tahu d. Ikut mencontek 5. Bagaiman jika kamu yang pertama kali melihat pertengkaran temanmu, apa yang kamu lakukan jika kamu harus menjadi saksi? a. Berkata jujur sesuai dengan yang kamu lihat b. Berbohong karena takut dengan temanmu c. Pura-pura tidak tahu d. Diam saja 6. Bagaimana sikap kamu jika barang kesayanganmu hilang? a. Sedih dan terus-menerus menangis b. Sabar dan mengikhlaskannya c. Marah dan minta dibelikan lagi d. Berusaha mencari agar ketemu 7. Bagaimana jika kamu belum mampu mendapatkan rangking pertama si kelas?



53



a. Sabar dan berusaha rajin belajar b. Putus asa c. Tidak bersamangat karena memiliki saingan yang berat d. Tidak ada usaha 8. Salah satu sikap yang harus kita lakukan dalam situasi dan kondisi apapun adalah? a. Jujur dalam hal apapun b. Jujur kalau tidak ada yang ditakuti c. Bohong jika membawa keuntungan d. Kadang jujur, kadang bohong



54



ANGKET PENELITIAN SIKLUS 2 I. Biodata Responden Nama : Kelas : II. Petunjuk Pengisian 1. Pilih salah satu jawaban diantara jawaban yang sesuai dengan pendapat adikadik dengan member tanda silang ( x ) pada huruf A, B, C dan D. 2. Jawablah setiap pertanyaan dengan kejujuran dan kesungguhan adik-adik. 3. Jawaban adik-adik akan saya rahasiakan dan tidak mempengaruhi nilai raport. 4. Atas partisipasi adik-adik, saya ucapkan terima kasih. III.Daftar Pertanyaan A. Pertanyaan mengenai kecerdasan emosional a. Kesadaran diri 1. Apakah kamu merasa percaya diri, ketika berada di depan temantemanmu saat mengungkapkan pendapat atau menjawab pertanyaan dari guru di kelas? a. Saya sangat percaya diri. b. Saya merasa malu. c. Kadang-kadang percaya diri, kadang-kadang malu. d. Saya ga berani sama sekali. b. Pengaturan Diri 2. Apakah kamu selalu datang tepat waktu di sekolah? a. Ya, karena saya selalu mengatur jadwal saya. b. Ya, karena saya takut di hokum c. Tidak selalu, karena saya mempunyai banyak pekerjaan di rumah d. Tidak, karena saya tidak disiplin. 3. Apakah kamu selalu menyiapkan buku pelajaran sebelum berangkat sekolah? a. Ya, selalu b. Sering-sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah c. Motivasi 4. Apakah kamu selalu mendengarkan materi pelajaran yang di sampaikan oleh gurumu agar kamu dapat memahami materi yang disampaikan? a. Ya, selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah 5. Apakah kamu sering bertanya kepada guru tentang meteri yang disampaikan yang belum kamu pahami? a. Ya, selalu b. Ya, sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah



55



d. Empati 6. Apakah kamu mempunyai kedekatan dengan teman-temanmu? a. Ya, saya sagat dekat dengan teman-teman b. Saya kurang begitu dekat c. Kadang-kadang dekat, kadang-kadang tidak d. Tidak pernah merasa dekat e. Keterampilan Sosial 7. Apakah kamu selalu bergaul dengan semua temanmu di sekolah tanpa membeda-bedakan? a. Ya, selalu b. Sering c. Kadang-kadang d. Tidak pernah B. Pertanyaan tentang sifat-sifat terpuji 1. Apakah kamu akan memaafkan temanmu jika dia bersalah kepada kamu? a. Ya saya akan memaafkan b. Memaafkan jika ia minta maaf c. Kadang-kadang d. Tidak pernah memaafkan 2. Apakah kamu akan meminta maaf kepada temanmu ketika kamu melakukan kesalahan yaitu telah merusak tasnya? a. Ya saya akan meminta maaf b. Saya meminta maaf, jika dia tahu c. Saya pura-pura tidak tahu d. Tidak pernah minta maaf 3. Apakah kamu selalu menyimpan rasa dendam pada temanmu yang pernah memusuhimu? a. Ya, selalu dendam b. Memaafkan c. Membenci d. Tidak pernah menyimpan dendam 4. Apakah yang kamu lakukan jika salah satu temanmu ada yang sakit? a. Menjenguknya b. Menjenguk, jika teman dekat c. Diam saja d. Tidak menjenguk 5. Jika ada salah satu teman kita yang tidak membawa bolpoint, maka jika kita membawa bolpoint banyak sebaiknya kita harus meminjami teman yang tidak membawa bolpoint, sikap tersebut merupakan«? a. Setia kawan b. Baik hati c. Murah hati d. Sabar 6. Jika ada salah satu temanmu yang yang melakukan kesalahan kepada kamu, apa yang kamu lakukan jika dia mengakui kesalahannya kepada kamu? a. Dendam b. Memaafkan c. Membiarakan saja



56



d. Memusuhinya 7. Di dalam persahabatan kita harus selalu bersikap? a. Setia kawan b. Jujur c. Tidak sombong d. Egois 8. Egois adalah perbuatan yang tidak baik, karena egois adalah perbuatan«? a. Terpuji b. Mementingkan diri sendiri c. Mementingkan orang lain d. Menghormati orang lain



57



RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) 1. Identitas Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas / Semester



: SD : Pendidikan Agama Islam : V/2



2. Standar Kompetensi 8. Menceritakan kisah sahabat Nabi 3. Kompetensi Dasar 8.1 Menceritakan kisah Khalifah Abu Bakar RA 4. Indikator 8.1.1. Menceritakan kembali kisah Khalifah Abu Bakar RA 5. Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat menceritakan kembali kisah Khalifah Abu Bakar RA



Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines) , Rasa hormat dan perhatian ( respect ) , Tekun ( diligence ) , Tanggung jawab ( responsibility ), Berani ( courage ), Ketulusan (Honesty ), Integritas ( integrity ) , Peduli ( caring ) dan Jujur ( fairnes ).



6. Materi Pembelajaran  Kisah Khalifah Abu Bakar RA. 7. Alokasi Waktu 4 x 35 menit (2 x pertemuan) 8. Metode Pembelajaran 9. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran: 1. Kegiatan Pendahuluan Apersepsi dan Motivasi :  Tadarus bersama surah-surah yang telah dihafal siswa  Mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa yang telah mengetahui kisah khalifah Abu Bakar RA



58



 Memberikan pendahuluan dari bahan ajar yang disampaikan (melalui fitur Mutiara Islam) Kegiatan Inti .



2.



 Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru:  Beberapa siswa membacakan kisah Khalifah Abu Bakar RA, sedangkan siswa yang lain mendengarkan dan menyimak dengan baik



 Siswa mendengarkan dan memahami penjelasan dari guru tentang bahan ajar yang Disajikan



 Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru:  Siswa berlatih menceritakan kembali kisah Khalifah Abu Bakar RA  Siswa menyebutkan keutamaan yang dimiliki Abu Bakar  Siswa menyebutkan usaha-usaha yang dilakukan Khalifah Abu Bakar semasa menjadi khalifah



 Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru:  Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa  Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan 3. Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru:  Guru mengadakan tanya jawab dengan siswa secara berkelompok dan individu tentang kisah Khalifah Abu Bakar RA  Siswa diminta menulis cerita singkat tentang Khalifah Abu Bakar RA di buku tugas



10. Alat / Sumber Belajar: 1. 2. 3. 4. 5.



Teks kisah Khalifah Abu Bakar RA Buku Pendidikan Agama Islam Buku tentang kisah-kisah sahabat nabi Kaset/CD tentang tentang sahabat Nabi Pengalaman guru



11. Penilaian: Indikator Pencapaian Target



Teknik Penilaian



Bentuk Instrumen



 Menceritakan kisah Khalifah



Tes Tulis



Essay



59



Instrumen/ Soal Apa sebabnya Abu Bakar diberi



Abu Bakar RA



gelar As Siddiq?



1.PRODUK ( HASIL DISKUSI ) No. 1.



Aspek Konsep



Kriteria



Skor



* semua benar



4



* sebagian besar benar



3



* sebagian kecil benar



2



* semua salah



1



2.PERFORMANSI No. 1.



2.



Aspek Kerjasama



Partisipasi



Kriteria



Skor



* bekerjasama



4



* kadang-kadang kerjasama



2



* tidak bekerjasama



1



* aktif berpartisipasi



4



* kadang-kadang aktif



2



* tidak aktif



1



3. Lembar Penilaian No



Nama Siswa



Performan Kerjasama



60



Partisipasi



Produk



Jumlah Skor



Nilai



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.



CATATAN : Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.



 Untuk Siswa yang belum memenuhi syarat nilai sesuai KKM maka diadakan Remedial.



Mengetahui,



Tanjung Redeb,



Kepala SDN 003 Tanjung Redeb



April 2017



Guru Pendidikan Agama Islam



(ABDUL MANAB, S.Pd) NIP : 1966 0204199306 1001



(YULI RAHMIATI, S.Ag) NIP: 1975 09202005 01 2005



61



RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) 1. Identitas Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas / Semester



: SD : Pendidikan Agama Islam : V/2



2. Standar Kompetensi 8. Menceritakan kisah sahabat Nabi 3. Kompetensi Dasar 8.2 Menceritakan kisah Khalifah Umar bin Khattab RA 4. Indikator 8.2.1. Menceritakan kembali kisah Khalifah Umar bin Khattab RA 5. Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat menceritakan kembali kisah Khalifah Umar bin Khattab RA



Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines) , Rasa hormat dan perhatian ( respect ) , Tekun ( diligence ) , Tanggung jawab ( responsibility ), Berani ( courage ), Ketulusan (Honesty ), Integritas ( integrity ) , Peduli ( caring ) dan Jujur ( fairnes ). 6. Materi Pembelajaran  Kisah Khalifah Umar bin Khattab. 7. Alokasi Waktu 4 x 35 menit (1 x pertemuan) 8. Metode Pembelajaran Drill, tanya jawab 9. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran: 1.



Kegiatan Pendahuluan



Apersepsi dan Motivasi :  Mengkorelasikan materi sebelumnya dengan materi yang akan diajarkan  Memberikan pertanyaan kepada siswa yang telah mengetahui kisah Khalifah Umar bin Khattab RA



62



 Memberikan pengantar tentang bahan ajar yang akan disampaikan (melalui kisah dalam Sepenggal kisah) Kegiatan Inti .



2.



 Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru:  Beberapa siswa membacakan kisah Khalifah Umar bin Khattab RA, sedangkan siswa yang lain mendengarkan dan menyimak dengan baik  Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang materi yang disampaikan



 Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru:  Siswa berlatih menceritakan kembali kisah Khalifah Umar bin Khattab RA secara individu  Siswa menyebutkan keutamaan yang dimiliki Khalifah Umar bin Khattab RA  Siswa menyebutkan usaha yang dilakukan Khalifah Umar bin Khattab RA selama menjadi khalifah



 Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru:  Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa  Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan 3.



Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru:  Siswa melakukan aktivitas yang ada di halaman  Siswa menyimpulkan kisah dalam Sepenggal Kisah menggunakan bahasa sendiri  Siswa membaca dan memahami bacaan intisari yang dibacakan guru  Guru memberi tugas siswa untuk mengerjakan latihan di halaman dan menuliskannya di buku tugas



10. Alat / Sumber Belajar: 1. 2. 3. 4. 5.



Teks kisah Khalifah Umar bin Khattab RA Buku Pendidikan Agama Islam Buku-buku kisah Sahabat Nabi Kaset/CD tentang tentang kisah sahabat Nabi Pengalaman guru



11. Penilaian:



63



Indikator Pencapaian Target



Teknik Penilaian



Bentuk Instrumen



 Menceritakan kisah Khalifah



Tes Tulis



Essay



Umar bin Khattab



Instrumen/ Soal  Mengapa Umar bin Khattab dijuluki singa padang pasir?



1.PRODUK ( HASIL DISKUSI ) No. 1.



Aspek Konsep



Kriteria



Skor



* semua benar



4



* sebagian besar benar



3



* sebagian kecil benar



2



* semua salah



1



2.PERFORMANSI No. 1.



2.



Aspek Kerjasama



Partisipasi



Kriteria



Skor



* bekerjasama



4



* kadang-kadang kerjasama



2



* tidak bekerjasama



1



* aktif berpartisipasi



4



* kadang-kadang aktif



2



* tidak aktif



1



3. Lembar Penilaian No



Nama Siswa



Performan Kerjasama



1. 2. 3.



64



Partisipasi



Produk



Jumlah Skor



Nilai



4. 5. 6. 7. 8. 9.



CATATAN : Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal ) X 10.



 Untuk Siswa yang belum memenuhi syarat nilai sesuai KKM maka diadakan Remedial.



Mengetahui,



Tanjung Redeb,



Kepala SDN 003 Tanjung Redeb



April 2017



Guru Pendidikan Agama Islam



(ABDUL MANAB, S.Pd) NIP : 1966 0204199306 1001



(YULI RAHMIATI, S.Ag) NIP: 1975 09202005 01 2005



65