PTK SMP [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1.



Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia dan berlangsung sepanjang



hayat. Sejak kelahirannya ke dunia, anak memiliki kebutuhan untuk memperoleh pendidikan. Pendidikan sangat dibutuhkan oleh setiap manusia agar dapat melakukan aktivitas teladan di masyarakat tempat mereka berada. Adalah suatu kenyataan, anak sebagai makhluk yang belum dewasa harus ditolong, dibantu, dibimbing, serta diarahkan agar dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pendidikan formal di sekolah. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah tidak hanya berfungsi mengembangkan kecerdasan anak tetapi juga mengembangkan kepribadian. Hal itu tertuang dalam Undang-undang (UU) RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 sebagai berikut. “Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri , dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Berdasarkan kurikulum 2006 yang berlaku sekarang (KTSP) dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Departemen Pendidikan Nasional, 2008 : 162) mengemukakan bahwa “ PAK (Pendidikan Agama Kristen) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD, SLTP, SLTA, sampai Perguruan tinggi. Pada jenjang SD / MI mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen memuat materi Perilaku, Teladan, Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Pada SD / MI, peserta didik diarahkan untuk menjadi warga negara Indonesia yang baik, bertanggung jawab dan domokratis serta warga dunia yang cinta damai”. Dari penjelasan diatas dapat diharapkan supaya mata pelajaran pendidikan agama kristen dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi social masyarakat. mata pelajaran pendidikan agama kristen disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju



1



kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. atas dasar tersebut, tujuaan utama pembelajaran pendidikan agama kristen diharapkan agar siswa mengenal konsepkonsep berperilaku baik sesuai agamanya yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, harapan selanjutnya adalah agar siswa memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, memiliki rasa ingin tahu, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan rohani dan jasmani. pada akhirnya siswa dapat memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai rohani dan jasmani dan kemanusiaan yang ada di lingkungan masyarakat sekitarnya, sehingga siswa memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Kesan yang terjadi pada mata pelajaran pendidikan agama kristen dianggap kurang menarik bagi kebanyakan siswa, mata pelajaran ini dianggap membosankan dan hanya seputar menceritakan kejadian-kejadian kurang realistis secara manusia tanpa adanya interaksi antar siswa dengan guru. hal ini sesuai dengan pendapat slameto (2010 : 54-60) yang mengatakan bahwa “kualitas pendidikan yang masih rendah menjadi kendala dalam rangka pembangunan di indonesia. rendahnya kualitas pendidikan disebabkan oleh faktor dari dalam dan luar siswa. faktor yang berasal dari diri siswa meliputi kesiapan, sikap, minat, dan intelegensi, sedangkan yang berasal dari luar siswa meliputi guru, sarana prasarana serta lingkungan belajar siswa”. sesuai dengan observasi peneliti di tempat peneliti mengajar yang telah dilakukan peneliti dikelas IV SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun, peneliti menemukan suatu permasalahan yaitu rendahnya hasil belajar siswa, motivasi/minat belajar siswa yang rendah, banyaknya siswa yang tidak suka pelajaran pendidikan agama kristen yang dominan menghapal dan tidak masuk akal. hal ini ditunjukkan dari jumlah siswa yang diperoleh masing-masing siswa dalam pembelajaran pendidikan agama kristen dari siswa yang berjumlah 18 orang yang menyukai pelajaran pendidikan agama kristen hanya 10 orang atau berkisar 56% yang berarti 44% (8 orang) dari 18 orang memiliki motivasi negatif /tidak menyukai terhadap pelajaran pendidikan agama kristen. Keadaan tersebut dianggap wajar, karena guru masih menggunakan metode belajar yang tidak variatif dan pembelajaran berpusat pada guru. Guru mengajar didepan kelas dan murid mendengar (ceramah) sehingga siswa menjadi acuh, dan terkesan kurang peduli, hal ini diperburuk



2



dengan pembelajaran yang tidak menggunakan media/ alat peraga yang membuat siswa tidak tertarik dengan pelajaran Pendidikan Agama Kristen yang dekat dengan kehidupannya. Penggunaan metode yang tidak menarik, dan variatif, mengakibatkan siswa merasa malas untuk belajar yang pada akhirnya hasil pembelajaran tidak tercapai. Masih rendahnya motivasi belajar siswa dapat diketahui pada saat pembelajaran berlangsung dengan diamati dari bagaimana aktivitas siswa saat mengikuti pembelajaran, interaksi antar guru siswa, interaksi antar siswa dan motivasi belajar siswa. Disamping itu pembelajaran masih dominan menggunakan metode ceramah sehingga sebagaian besar masih pasif dan pembelajaran hanya berpusat pada guru. Hal itu menunjukkan motivasi belajar siswa masih rendah dan perlu ditingkatkan lagi untuk meningkatkan pengetahuan siswa. Peningkatan motivasi



belajar siswa harus dilakukan dengan cara yang tidak



monoton dimana berdampak sempitnya pemikiran siswa terhadap informasi yang diketahui. Ketika kita mendengar kata motivasi yang muncul dalam angan-angan kita adalah pada suatu keadaan seseorang yang mempunyai semangat tinggi, rajin, mampu bekerja keras yang akhirnya mengantarkan kita pada pencapaian yang memuaskan atau bahkan pencapaian prestasi. Dalam proses belajar motivasi sangatlah diperlukan, sebab seseorang yang tidak memiliki motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Belajar dan motivasi selalu mendapat perhatian khusus bagi pendidik dan peserta didik, karena memberi motivasi kepada peserta didik merupakan hal yang perlu dan penting dalam proses pembelajaran. Di sekolah, setiap anak memiliki sejumlah motivasi atau dorongan-dorongan yang berhubungan dengan kebutuhan, baik kebutuhan biologis maupun kebutuhan psikologis. Disamping itu anak juga memiliki sikap-sikap, motivasimotivasi, penghargaan dan tujuan-tujuan tertentu. Oleh sebab itu tugas guru adalah menimbulkan motivasi yang akan mendorong anak untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan belajarnya. Melalui pendidikan orang mengharapkan supaya semua bakat, kemampuan dan kemungkinan yang dimiliki bisa dikembangkan secara maksimal agar orang bisa mandiri dalam proses membangun pribadinya. Sedang negara bisa maju bila semua warga negaranya berpendidikan, serta memperoleh kesempatan untuk mendapatkan penghasilan



3



yang layak. Oleh karena itu tingkat pendidikan menjadi salah satu indikator untuk mengukur kemajuan dan derajat kemakmuran Negara serta mengukur besarnya peranan setiap warga Negara dalam kegiatan-kegiatan membangun. Berdasarkan paparan di atas di lihat dari pentingnya dalam hal pendidikan maka peneliti mengambil judul “Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode kerja kelompok pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen



materi Konsep Keterbatasan Manusia kelas IV SD Negeri No.091367



Simpang Kinalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun TP 2014/2015”. 1.2.



IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah, maka identifikasi masalah sebagai berikut:



a.



Rendahnya Prestasi/Hasil Belajar Siswa



b.



Minat Belajar Siswa rendah



c.



Motivasi belajar siswa rendah



d.



Pembelajaran yang berpusat pada guru



e.



Siswa hanya menerima informasi dari guru



f.



Metode pembelajaran tidak bervariasi



g.



Ketersediaan Media / alat peraga yang minim



1.3.



BATASAN MASALAH Dengan luasnya ruang lingkup masalah yang teridentifikasi serta keterbatasan



kemampuan untuk meneliti keseluruhan permasalahan yang ada, maka penelitian ini dibatasi pada “ Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa



melalui model kerja



kelompok pada pelajaran pendidikan agama kristen materi konsep keterbatasan manusia di kelas IV SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba



Kabupaten



Simalungun TP 2014/2015”. 1.4.



RUMUSAN MASALAH Berdasarkan batasan masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:



“Apakah pembelajaran metode kerja kelompok dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada pelajaran pendidikan agama kristen materi konsep keterbatasan manusia di kelas IV SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun TP 2014/2015?”.



4



1.5.



TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk



mendeskripsikan peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa menggunakan metode kerja kelompok pada pelajaran pendidikan agama kristen materi konsep keterbatasan manusia di kelas IV SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba



Kabupaten



Simalungun TP 2014/2015. 1.6.



MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan manfaat sebagai berikut:



1. Bagi peneliti Dengan dilaksanakan PTK maka guru sebagai peneliti sedikit demi sedikit mengetahui strategi, media maupun metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi dasar pembelajaran. 2. Bagi Guru Sebagai modal dalam mendesain kegiatan belajar mengajar dalam memberikan latihan secara langsung kepada siswa untuk dapat meningkatkan keaktifan dan motivasi pada siswa serta hasil belajar siswa. 3. Bagi siswa Dengan dilaksanakan PTK akan sangat membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Dengan adanya tindakan yang baru dari guru akan memungkinkan siswa terlibat secara aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar, mampu berfikir kreatif sehingga siswa termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran. 4. Bagi sekolah Hasil PTK sangat bermanfaat dalam rangka perbaikan sistim pembelajaran. 5. Bagi perpustakaan Memberikan penambahan reverensi di perpustakaan sekolah. Sehingga referensi buku diperpustakaan meningkat. Akan menambah pengetahuan di perpustakaan sekolah. Secara umum, manfaat penelitian ini adalah sebagai salah satu usaha guru untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran bersama siswa dalam mewujudkan tujuan pendidikan agama kristen dan tujuan pendidikan Nasional.



5



1.7. Sistimatika Penulisan Untuk memperjelas dan memperdalam pembahasan, maka penelitian tindakan kelasi (PTK) ini dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: BAB I, merupakan Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II, merupakan bagian kajian pustaka yang di dalamnya dibahas mengenai variabel I dalam hal ini mengenai metode kerja kelompok. variabel II yaitu motivasi belajar siswa dan variabel III yaitu hasil belajar siswa pada Pendidikan Agama Kristen. Adapun bentuk pembahasan tiap variabel secara umum yaitu membahas pengertian, dasar, jenis-jenis, manfaat-manfaat, serta hubungan dan proses anatara variabel I dan variabel lainnya. BAB III, merupakan rancangan penelitian yang terdiri dari desain dan model penelitian, lokasi dan waktu penelitian, populasi sampel dan teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, instrument penelitian dan terakhir adalah teknik analisis data yang akan dipakai. Dalam karya tulis ilmiah ini penulis memakai metode penelitian kualitatif, dengan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK). BAB IV, merupakan hasil dan pembahasan yang diuraikan mulai dari hasil penelitian dari pengelolaan tindakan kelas dalam hal ini dengan metode kerja kelompok terhadap minat belajar siswa sekolah dasar kelas IV, serta pembahasan dan ulasan-ulasan lainnya yang berkaitan dengan variabel-variabel. BAB V, merupakan kesimpulan dan saran yang diuraikan berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan di SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun TP 2014/2015, khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Kristen di kelas V dengan metode kerja kelompok.



6



BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar Belajar terjadi bila seseorang menghadapi suatu yang di dalamnya ia tak dapat menyesuaikan diri dengan menggunakan bentuk-bentuk kebiasaan untuk menghadapi tantangan-tantangan, atau apabila ia harus mengatasi rintangan-rintangan dalam aktivitasnya. Hal ini sesuai dengan pendapat para ahli berikut tentang pengertian belajar. Winkel (Sukasno, 2002:10) menyatakan bahwa “belajar adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas”. Pendapat ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Hamalik (2003:28) sebagai berikut: Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu atau sesorang melalui interaksi dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku ini mencakup perubahan dalam kebiasaan (habit), kecakapan-kecakapan (skill), ataupun dalam tiga aspek yaitu pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan. Perubahan tingkah laku dalam kegiatan belajar disebabkan oleh pengalaman atau latihan.



Hal ini diperkuat oleh pendapat Sardiman (2009:22) menyatakan bahwa: “Belajar boleh dikatakan juga proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya, yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep atau teori”. Dari pengertian belajar di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah terjadinya perubahan prilaku pada seseorang



(peserta didik) dan perubahan prilaku



tersebut relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak. Perubahan ini terjadi sebagai hasil latihan, pengalaman, dan pengembangan yang hasilnya tidak dapat diamati secara langsung. 2.2. Motivasi Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang meyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif



7



tidak dapat diamati secara langsung tetapi dapat diintegrasikan dalam tingkah laku, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu. Mc. Donald (dalam Sardiman, 2009:73) mengungkapkan bahwa “motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”. Lebih lanjut Sardiman (2009:74) mengungkapkan bahwa “motivasi belajar dapat juga diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu”. Menurut Hamzah (2011: 9) mengemukakan bahwa : Motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul oleh adanya rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk mengadakan perubahan tingkah laku /aktivitas tertentu lebih baik dari keadaan sebelumnya. Dengan sasaran sebagai berikut: (a) mendorong manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang didasarkan atas pemenuhan kebutuhan, (b) menentukan arah tujuan yang hendak dicapai, dan (c) menentukan perbuatan yang harus dilakukan. Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa motivasi adalah keseluruhan daya penggerak baik dari dalam diri maupun dari luar dengan menciptakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu yang menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek itu dapat tercapai. 2.3. Motivasi Belajar Motivasi dan belajar



merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Dimana



motivasi merupakan pengarah untuk perbuatan belajar kepada tujuan yang jelas diharapkan dapat dicapai



siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya.



Kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan atau cita-cita. Menurut Sardiman (2009: 86) bahwa “Motivasi belajar merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau menggerakan seseorang untuk belajar sesuatu atau atau melakukan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan”. Lebih lanjut, Brophy (dalam Syafitri,2011:2) mengungkapkan bahwa:



8



Motivasi belajar adalah sebagai a general state dan sebagai a situation specific state. Sebagai a general state, motivasi belajar adalah suatu watak yang permanen yang mendorong seseorang untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan dalam suatu kegiatan belajar. Sebagai a situation-specific state, motivasi belajar muncul karena keterlibatan individu dalam suatu kegiatan tertentu diarahkan oleh tujuan memperoleh pengetahuan atau menguasai keterampilan yang diajarkan. (diunduh pada tanggal 5 Februari 2014 dari http: //repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/23699/4/Chapter%20II.pdf ) McCombs (dalam syafitri, 2011:2) mengungkapkan bahwa : Motivasi belajar adalah kemampuan internal yang terbentuk secara alami yang dapat ditingkatkan atau dipelihara melalui kegiatan yang memberikan dukungan, memberikan kesempatan untuk memilih kegiatan, memberikan tanggung jawab untuk mengontrol proses belajar, dan memberikan tugas-tugas belajar yang bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan pribadi. (diunduh pada tanggal 5 Februari 2014 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/23699/4/Chapter%20II.pdf ) Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi belajar berarti keseluruhan daya penggerak di dalam diri para siswa/warga belajar/peserta didik yang dapat menimbulkan, menjamin, dan memberikan arah pada kegiatan belajar, guna mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Dengan motivasi belajar, maka siswa/warga belajar/peserta didik dapat mempunyai intensitas dan kesinambungan dalam proses pembelajaran / pendidikan yang diikuti. 2.4. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) kerja kelompok; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan sebagainya. Menurut Purwadinata (dalam Sudjana, 2001:7) mengungkapkan bahwa “ metode adalah cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai sesuatu maksud” Morris (dalam Sudjana, 2001:8) mengemukakan bahwa metode adalah “ A mean or manner of procedure ; specially a regular and systematic way of accomplishing anything …. Method



9



emphasized procedures according to adetailed, logically ordered plan”.



Sedangkan



menurut kamus besar Indonesia, “Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditemukan” (Muliono, dkk, 1990:580-581). Menurut Sudjana (2005:76) mengungkapkan bahwa: “Metode pembelajaran ialah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran”. Sedangkan Sutikno (2009:88) menyatakan bahwa “Metode pembelajaran adalah cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan”. Berdasarkan definisi / pengertian metode pembelajaran yang dikemukakan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran merupakan suatu cara atau strategi yang dilakukan oleh seorang guru agar terjadi proses belajar pada diri siswa untuk mencapai tujuan. 2.5. Metode Kerja Kelompok Kerja kelompok adalah salah satu dalam belajar mengajar, dimana siswa didalam kelas



dipandang sebagai suatu kelompok atau beberapa kelompok. Kerja kelompok



diartikan sebagai suatu kegiatan belajar mengajar dimana siswa satu kelas dibagi atas beberapa kelompok kelompok kecil, untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu. Metode kerja kelompok dapat dipakai untuk bermacam – macam tujuan pengajaran. Pelaksanaannya tergantung beberapa faktor, misalnya tujuan yang akan dicapai, kemampuan siswa, serta fasilitas pengajaran di kelas yang terbatas sehingga harus dibuat beberapa kelompok. Menurut Mudjiono (1991:61) mengemukakan: “Metode kerja kelompok dapat diartikan sebagai format belajar mengajar yang menitik beratkan kepada interaksi anggota yang satu dengan anggota yang lain dalam satu



kelompok guna



menyelesaikan tugas - tugas berlajar secara bersama – sama”. Menurut Joesafira (2005) Mengemukakan bahwa: Kerja kelompok dapat diartikan sebagai suatu kegiatan belajar - mengajar dimana siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi atas kelompok - kelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan pengajaran tertentu.



10



Sebagai metode mengajar, kerja kelompok dapat dipakai untuk mencapai bermacam - macam tujuan pengajaran. Pelaksanaannya tergantung pada beberapa faktor misalnya tujuan khusus yang akan dicapai, umur, kemampuan siswa, serta fasilitas pengajaran di dalam kelas. (Diunduh dari http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/metode-kerja-kelompok.html pada tanggal 5 Februari 2014) Lebih lanjut Syaiful Sagala (2009:216) mengemukakan bahwa: “metode kerja kelompok adalah siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai suatu kesatuan (kelompok) tersendiri, ataupun dibagi atas kelompok-kelompok kecil atau sub-sub kelompok, metode kerja kelompok dapat dipakai mengajar



untuk mencapai bermacam-macam tujuan



disekolah”. Dari pengertian metode kerja kelompok tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Metode kerja kelompok adalah suatu cara/strategi yang digunakan dalam pembelajaran dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan yang direncanakan guru sesuai kurikulum. 2.6. Langkah-langkah Menggunakan Metode Kerja Kelompok Roestiyah (2008:19-20) berpendapat bahwa: Supaya kerja kelompok dapat lebih berhasil, maka harus melalui langkah-langkah sebagai berikut :(1)Menjelaskan tugas kepada siswa, (2) Menjelaskan apa tujuan kerja kelompok, (3) Membagi kelas menjadi beberapa kelompok, (4) Setiap kelompok menunjuk seorang pencatat yang akan membuat laporan tentang kemajuan dan hasil kerja kelompok tersebut, (5)Guru berkeliling selama kerja kelompok itu berlangsung, bila perlu member saran/ pertanyaan, (6) Guru membantu menyimpulkan kemajuan dan menerima hasil kerja kelompok. Menurut Soedjana (2001:161) mengungkapkan bahwa : Penggunaan teknik kerja kelompok ditandai dengan : (1) tersusunnya pembagian tugas kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar yang akan dilakukan oleh para peserta didik, (2) adanya aturan –aturan atau prosedur pelaksanaan tugas, (3) peserta didik diorganisasi kedalam kelompok-kelompok kecil untuk melaksankan tugas, (4) tersedianya fasilitas, alat, waktu, dan daya dukung lainnya, dan (5) adanya kerjasama dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab di antara peserta didik dalam kelompok. Ulih Bukit Karo-Karo (Hidayat, 2009: 18) menyebutkan bahwa jalannya pengajaran metode kerja kelompok adalah sebagai berikut:



11



1. Guru mengelompokkan siswa. Jumlah kelompok dan jumlah anggota kelompok harus sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang hendak dicapai. 2. Guru memberikan tugas kepada siswa dalam kelompok untuk dipelajari/dikerjakan. 3. Siswa (dalam kelompoknya) mempelajari/mengerjakan tugas. Pada waktu siswa sibuk, guru mendatangi kelompok-kelompok baik untuk merangsang maupun untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan menjaga agar pelajar tetap tertib. 4. Guru bersama siswa menilai. Penilaian tidak hanya terhadap hasil yang diperoleh tetapi juga terhadap cara bekerjasama (proses). Penilaian ini perlu pula ditujukan kepada tugas/bahan pelajaran, terhadap kelompok dan terhadap kelas serta terhadap masing-masing pelajar. Berdasarkan pendapat ahli diatas yang menjadi langkah-langkah metode kerja kelompok adalah: 1. Mengelompokkan siswa. Jumlah kelompok dan jumlah anggota kelompok (4-5 orang) harus sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang hendak dicapai dengan memperhatikan jenis kelamin, siswa yang heterogen dari segi kemampuan. 2. Memberikan tugas kepada siswa dalam kelompok untuk dipelajari/dikerjakan secara bersama-sama serta adanya ketua dan sekretaris kelompok. 3. Siswa (dalam kelompoknya) mempelajari/mengerjakan tugas. Pada waktu siswa sibuk, guru mendatangi kelompok-kelompok baik untuk merangsang maupun untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan menjaga agar pelajar tetap tertib. 4. Salah Satu Kelompok Mempresentasikan hasil kerja kelompoknya 5.



Guru bersama siswa menilai. Penilaian tidak hanya terhadap hasil yang diperoleh tetapi juga terhadap cara bekerjasama (proses). Penilaian ini perlu pula ditujukan kepada tugas/bahan pelajaran, terhadap kelompok dan terhadap kelas serta terhadap masing-masing pelajar.



12



2.7. Kelebihan dan Kelemahan Metode kerja Kelompok Roestiyah(1998:1) menyebutkan beberapa keuntungan dan kelebihan metode kerja kelompok. Keuntungan metode kerja kelompok adalah sebagai berikut :  Dapat



memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menggunakan



ketrampilan bertanya dan membahas suatu masalah.  Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai sesuatu kasus atau masalah.  Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan ketrampilan berdiskusi.  Dapat memungkinkan guru untuk dapat lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta kebutuhan belajarnya.  Para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka, dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi.  Dapat memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain, dimana mereka telah saling membantu kelompok dalam usahanya mencapai tujuan bersama. Sedangkan kelemahan dari metode kerja kelompok adalah :  Kerja kelompok sering hanya melibatkan kepada siswa yang mampu sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kemampuannya kurang.  Strategi ini kadang – kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbedabeda dan gaya mengajar yang berbeda – beda pula.  Keberhasilan strategi kerja kelompok ini tergantung kepada kemampuan siswa



memimpin kelompok atau untuk bekerja sendiri.



Lebih lanjut Rosdiana (2008:12) mengemukakan beberapa keuntungan dan kelebihan metode kerja kelompok sebagai berikut: Keuntungan pembelajaran kelompok yaitu : (1) Dapat memberikan kesempatan untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai kasus atau masalah,



13



(2)Dapat memungkinkan guru untuk lebih mempertahankan siswa sebagai individu serta kebutuhan belajarnya, (3) Siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran dan berpartisipasi dalam diskusi, (4)Dapat memberikan kesempatan mengembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain, hal mana membantu kelompok mencapai tujuan bersama. Disamping keuntungan penggunaan metode kerja kelompok dalam satu pembelajaran, metode ini juga memiliki kekurangan antara lain : (1) Kerja kelompok sering kali hanya melibatkan siswa yang mampu dan cakap, (2) Kerja kelompok kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda dan gaya mengajar yang berbeda pula, (3) Keberhasilan kerja kelompok tergantung kemampuan memimpin atau bekerja sendiri. Dari pendapat ahli diatas maka dapat disimpulkan kelebihan dari metode kerja kelompok yaitu (1) Dapat memupuk rasa kerja sama dengan teman-temannya, (2) melatih keberanian untuk berkomunikasi dengan teman sekelas maupun di luar lingkungan sekolah, (3) Suatu tugas yang banyak dapat terselesaikan dengan cepat, (4) Adanya persaingan yang sehat, (5) Melatih dan menanamkan rasa tenggang rasa dan tanggung jawab, (6) Murid-murid lebih mudah diawasi dan dibimbing, karena di kumpulkan dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil dari pada kelas, (7) Pokok-pokok pikiran yang telah diperbincangkan dan dibahas dalam kelompok kecil, akan merupakan pendapat yang lebih matang dan dapat dipertanggungjawabkan, jika dibandingkan buah pikiran sendiri. Sedangkan kelemahan dari metode kerja kelompok yaitu : (1) Adanya sifat-sifat pribadi yang ingin ditonjolkan/egois, (2) Bagi yang keberaniannya kurang akan merasa rendah dan tergantung kepada orang lain, (3) Bila tidak ada kerja sama antar anggota maka akan ada hambatan dalam mengerjakan tugas, (4) Adanya dominasi oleh seseorang. 2.8. Pendidikan Agama Kristen (PAK) 2.8.1. Hakekat Pembelajaran PAK Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari peran agama amat penting bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.



14



Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilainilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan. Penerapan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar di bidang Pendidikan Agama Kristen (PAK), sangat tepat dalam rangka mewujudkan model PAK yang bertujuan mencapai transformasi nilai-nilai kristiani dalam kehidupan peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar memberikan ruang yang sama kepada setiap peserta didik dengan keunikan yang berbeda untuk mengembangkan pemahaman iman kristiani sesuai dengan pemahaman, tingkat kemampuan serta daya kreativitas masing-masing. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Kristen bukanlah “standar moral” Kristen yang ditetapkan untuk mengikat peserta didik, melainkan dampingan dan bimbingan bagi peserta didik dalam melakukan perjumpaan dengan Tuhan Allah untuk mengekspresikan hasil perjumpaan itu dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik belajar memahami, mengenal dan bergaul dengan Tuhan Allah secara akrab karena seungguhnya Tuhan Allah itu ada dan selalu ada dan berkarya dalam hidup mereka. Dia adalah Sahabat dalam Kehidupan Anak-anak. Hakikat Pendidikan Agama Kristen (PAK) seperti yang tercantum dalam hasil Lokakarya Strategi PAK di Indonesia tahun 1999 adalah: Usaha yang dilakukan secara terencana dan kontinu dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat memahami dan menghayati kasih Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus yang dinyatakan dalam kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan lingkungan hidupnya. Dengan demikian, setiap orang yang terlibat dalam proses pembelajaran PAK memiliki



15



keterpanggilan untuk mewujudkan tanda-tanda Kerajaan Allah dalam kehidupan pribadi maupun sebagai bagian dari komunitas. Pada dasarnya PAK dimaksudkan untuk menyampaikan kabar baik (euangelion = injil), yang disajikan dalam dua aspek, aspek ALLAH TRITUNGGAL (ALLAH BAPA, ANAK, DAN ROH KUDUS) dan KARYANYA, dan aspek NILAI-NILAI KRISTIANI. Secara holistik, pengembangan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PAK pada Pendidikan Dasar dan Menengah mengacu pada dogma Allah Tritunggal dan karya-Nya. Pemahaman terhadap Allah Tritunggal dan karya-Nya harus tampak dalam nilai-nilai kristiani yang dapat dilihat dalam kehidupan keseharian peserta didik. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka rumusan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PAK di sekolah dibatasi hanya pada aspek yang secara substansial mampu mendorong terjadinya transformasi dalam kehidupan peserta didik, terutama dalam pengayaan nilai-nilai iman kristiani. Dogma yang lebih spesifik dan mendalam diajarkan di dalam gereja. Fokus Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar berpusat pada kehidupan manusia (life centered). Artinya, pembahasan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar didasarkan pada kehidupan manusia, dan iman Kristen berfungsi sebagai cahaya yang menerangi tiap sudut kehidupan manusia. Pembahasan materi sebagai wahana untuk mencapai kompetensi, dimulai dari lingkup yang paling kecil, yaitu manusia sebagai ciptaan Allah, selanjutnya keluarga, teman, lingkungan di sekitar peserta didik, setelah itu barulah dunia secara keseluruhan dengan berbagai dinamikanya. 2.8.2. Tujuan Pendidikan Agama Kristen Sekolah Dasar Tujuan PAK meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1. Memperkenalkan Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus dan karya-karya-Nya agar peserta didik bertumbuh iman percayanya dan meneladani Allah Tritunggal dalam hidupnya. 2. Menanamkan pemahaman tentang Allah dan karya-Nya kepada peserta didik, sehingga mampu memahami dan menghayatinya.



16



3. Menghasilkan manusia Indonesia yang mampu menghayati imannya secara bertanggungjawab serta berakhlak mulia di tengah masyarakat yang pluralistik. 2.8.3. Fungsi Pendidikan Agama Kristen Sekolah Dasar Fungsi PAK meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1. Memampukan peserta didik memahami kasih dan karya Allah dalam kehidupan sehari-hari. 2. Membantu peserta didik mentransformasikan nilai-nilai kristiani dalam kehidupan sehari-hari 2.8.4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Kristen Sekolah Dasar Ruang lingkup Pengajaran PAK tidak hanya menjadi alat atau sarana yang sangat efektif bagi iman Kristen, tetapi juga mempunyai kontribusi yang cukup besar bagi pertumbuhan dan perkembangan iman siswa gereja di masa yang akan datang. Ada beberapa alasan, yaitu: 1) Pertama, pengajaran Pendidikan Agama Kristen mempertemukan kehidupan manusia dalam hal ini anak-anak dengan Firman Tuhan atau dengan Tuhan Yesus sendiri, yang adalah Firman Yonahes 1:1, “Pada mulanya adalah Firman dan firman itu bersamasama dengan Allah, dan Firman itu adalah Allah”. Dalam Injil Yohanes 1:14, dikatakan bahwa : “Firman itu telah menjadi manusia dan diam diantara dan kita telah melihat kemulianNya” Karena perjumpaannya dengan Yesus, Sang Firman yang hidup, melalui pelajaran Agama Kristen di sekolah, banyak siswa yang pada akhirnya percaya kepada Tuhan Yesus, dan tidak sedikit orang tua yang dahulu menolak Tuhan Yesus secara terang-terangan, akhirnya mengakui dan memberi diri dibaptis. Penulis Ibrani mengatakan “Sebab firman Allah hidup dan kuat, lebih tajam daripada pedang bermata dua manapun; Ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita” II Timoitus 4: 2 Ibrani 4 : 12 Apabila Firman Tuhan diajarkan dengan setia, penuh tanggung jawab, dan dengan teladan, Allah akan memakainya untuk mempengaruhi pikiran dan hati orang yang memerlukan Yesus.



17



2) Kedua, Pengajaran Agama Kristen menghasilkan suasana pribadi antar sesama. Pengajaran Agama Kristen yang dilaksanakan di Sekolah dalam satu kelas, secara formal dan tertata rapi, menghasilkan suasana pribadi antara sesama rekan sekelas yang akhirnya dapat membimbing kepada keputusan untuk menerima Kristus. Mavis L. Anderson, (1993) dalam hubungannya dengan mendidik atau mengajar, mengatakan :“ Kata mendidik berarti “memimpin atau membimbing pembentukan kebiasaankebiasaan yang menuju kepada kecakapan”, pada jalan yang harus ditempuhnya, mempunyai arti yang lebih luas daripada hanya memberikan pengetahuan teori sebanyak-banyaknya ke dalam hati murid-murid yang belum bersedia dengan satu pengharapan bahwa kelak pada akhir perjalanan yang jauh ini, murid akan tiba pada tujuan yang benar. Hal ini berarti membimbing dan melatih kehidupan itu dibawah pemeliharaan Roh Allah, sehingga langkah demi langkah, ia dipimpin kepada saat dimana ia menerima Dia yang adalah “jalan dan kebenaran dan Hidup” (Yohanes 14:6)”



Penulis Kitab Perjanjian Baru menyebutkan “KOINONIA” yang berarti



persekutuan Kristen yang terbaik. Koinonia itu meliputi keramahan, dan sekali-kali makan bersama. Semua itu memberikan kesan yang lebih mendalam daripada bersekutu saja. Secara harafiah kata itu berarti “kebersamaan”. Anak-anak Tuhan yang terlibat dalam



pelajaran



agama



Kristen



dapat



saling



membagi



pengalaman



hidup,



memperhatikan yang susah, turut senang dengan mereka yang mendapatkan berkat, menguatkan yang putus asa, dan saling mendoakan. Persekutuan semacam ini sering menjadi saluran berkat, anugrah Allah bekerja melalui hati mereka yang belum percaya kepada Tuhan Yesus Kristus secara 1. 1. 1. Mavis L. Anderson, Pola Mengajar Sekolah Minggu, Yayasan Kalam hidup, Bandung, 1993, Hlm. 89,90 pribadi. 3) Ketiga, Pengajaran Agama Kristen menyediakan struktur logis untuk Penginjilan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal, di setiap kelas terdiri dari siswa yang umurnya tidak jauh berbeda satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu program pengajaran Agama Kristen tersusun sesuai dengan tingkat umur dan kemampuan siswa. Dalam penyampaian materipun disesuaikan dengan kondisi setempat. Dengan demikian gereja dan sekolah dapat membuat program yang dapat memberikan tugas penginjilan secara logis dan efektif.



18



4) Keempat, Pengajaran Agama Kristen mengembangkan tujuan yang paling utama dari semua pelayanan Pengajaran Kristen, yaitu membimbing orang (siswa) kedalam hubungan yang benar dengan Allah, melalui iman kepada Yesus Kristus. Tujuan Penulis injil yang keempat , yaitu Yohanes, mengatakan : Supaya kami percaya bahwa Yesuslah Messias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya (Yohanes 20:31). Memang tak seorangpun dapat menjamin hasil seperti ini. Bahkan Tuhan Yesus sendiri kadang-kadang melihat bahwa maksudNya terhalang (Mark 10:20). Dari sekian banyak atau lamanya Pengajaran Agama Kristen pasti ada semacam pengajaran yang menambah kemungkinan, bahwa siswa atau orangorang percaya yang sesat atau hilang akan ditemukan dan diselamatkan. Dan orangorang atau siswa yang sudah diselamatkan oleh karena percaya kepada Tuhan Yesus (Yoh 3:16), akan bertumbuh sebagai hasil dari pengalamannya ketika mengikuti Pelajaran Agama Kristen, menuju kedewasaan Kristus dan tingkat pertumbuhan yang sesuai



dengan kepenuhan Kristus. Dalam hal ini Mavis L.



Anderson (1993),



menegaskan “perjalanan itu baru dimulai dan pendidikan harus dilanjutkan untuk membimbing murid-murid kepada kepenuhan di dalam Kristus”.



2.8.5. Pembelajaran Pendidikan Agama Kristen di Sekolah Untuk melengkapi tujuan Pengajaran Agama Kristen dan Penginjilan di sekolah, yang merupakan usaha “Pemuridan” dan sekaligus “Penginjilan”, obyek Pendidikan Agama Kristen disekolah sebagaimana ditulis oleh Dr. E.G Homringhausen dan Dr. I.H Enklaar, di bawah ini akan menambah wacana dalam memahami



tujuan Pengajaran



Agama Kristen di sekolah tersebut, yaitu : Pendidikan Agama Kristen menjadikan muridmurid menghargai dirinya sendiri. Pengajaran Agama Kristen membuat mereka menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Melalui Pengajaran Agama Kristen, diharapkan mereka dapat belajar menghargai dunia ini. Pengajaran Agama Kristen supaya mereka dapat membedakan nilai-nilai yang baik dan yang jahat. Pengajaran Agama Kristen supaya mereka dapat menghubungkan pengalaman-pengalaman mereka sendiri dengan filsafat hidup Kristen. Supaya mereka dapat menjadi orang yang dapat dipercaya. Supaya mereka belajar bekerja sama dan tolong menolong. Supaya mereka selalu mengajar kebenaran.



19



Supaya mereka bersikap positif terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekelilingnya, dan terhadap perkembangan-perkembangan sejarah umum. Dengan pelajaran Agama Kristen, supaya mereka suka turut merayakan hari-hari raya Kristen dalam persekutuan Kristen. Ada beberapa sifat yang ditunjukkan dalam pengajaran Agama Kristen, sehingga sangat efektif dalam mencapai tujuan akhir dari Pendidikan atau Pengajaran Kristen, seperti yang dikemukakan oleh Harry M. Piland, yaitu : Pertama, pengajaran yang “dijelmakan”. Dijelmakan adalah istilah theologia abstrak, tetapi istilah itu mengatakan apa yang perlu dikatakan mengenai pengajaran Alkitab atau Pengajaran Agama kristen. Arti sebenarnya adalah bahwa firman itu menjadi daging dalam kehidupan guru-guru Agama Kristen dan dalam kehidupan anggota-anggota dalam kelas. Kedua, mengajar dengan teladan. Sebagai guru Agung, sebagian besar apa yang diajarkan kepada murid-muridNya, diajarkan-Nya melalui contoh atau teladan. Ia merupakan teladan yang hidup mengenai apa yang ia inginkan agar dipelajari pengikutNya. Satu contoh, ketika Tuhan Yesus mengajar mengenai kepemimpinan, Ia mulai pelayananNya dengan mempersiapkan sebuah kain, seember air dan kemudian mencuci kaki murid-murid yang memanggilNya “Guru”. Dengan kata lain di dalam Yesus mengajar, Ia selalu memberi contoh atau teladan terlebih dahulu. Dalam Kitab Ulangan 6:1-9, adalah suatu keharusan mengajar dengan disertai teladan atau contoh.1 Pengajarannya harus “dipraktekan” dalam kehidupan konkret, yang dapat dilihat, “dibaca’ dan ditiru atau dicontoh. “Haruslah engkau juga mengikatkannya sebagai tanda pada TANGANMU dan haruslah itu menjadi lambang DIDAHIMU, dan haruslah engkau menuliskannya pada TIANG PINTU RUMAHMU dan pada PINTU GERBANGMU (ulangan 6:8-10). Perhatikan empat kata kunci dalam Pengajaran Kristen. Semua menunjuk kepada realitas, kenyataan yang dapat dilihat dan dirasakan yang harus diajarkan atau disampaikan kepada orang lain. Dalam Pengajaran, teladan lebih berharga dari sekedar perkataan. Ketiga, pengajaran yang berpusat pada kehidupan. Dalam hal ini Iris V. Cully, (1995) mengemukakan : “Metode-metode pengajaran kristen harus berpusat pada kehidupan.



20



Istilah “berpusat pada kehidupan” sama halnya dengan “berpusat pada pengalaman”. Pengalaman Yuliana, Alam Semesta dan Sejarah, Buletin Evangelion, Edisi 50, tahun 1998 masa kini. Hasilnya adalah suatu minat yang kuat tentang saat ini dan rencanarencana yang jelas bagi masa depan, namun hanya memiliki pandangan yang terpecahpecah mengenai masa lampau. Kini pandangan “pandangan berpusat pada kehidupan” memperoleh makna yang lebih dalam melalui pemahaman-pemahaman para ahli dan filsafat teologi eksistensialis. Eksistensi-lah, dan bukan keberadaan yang abstrak, yang dianggap penting. Eksistensi terdiri dari suatu totalitas, bukan dari dalam keberadaannya sendiri, melainkan dari hubungan dengan orang lain, benda-benda” . 2.9. Konsep Keterbatasan Manusia KETERBATASAN MANUSIA Bahan Alkitab: Tawarikh 15:7 Keterbatasan manusia adalah suatu keadaan yang menunjukkan bahwa manusia memiliki keterbatasan, baik dalam pikiran, perasaan, perbuatan, maupun dalam karya manusia. Manusia mampu membuat pesawat dengan teknologi yang sangat tinggi, namun tetap saja ada kerusakan yang terjadi. Hal tersebut menunjukkan bahwa sehebat apapun, manusia tetap memiliki keterbatasan. a.       Memahami keterbatasan manusia Ketika Allah menciptakan dunia beserta isinya, manusia diciptakan secara sempurna oleh Tuhan sebagai makhluk yang mulia. Manusia dilengkapi dengan akal budi dan pikiran yang sempurna. Namun, dalam perjalanan hidup selanjutnya, manusia tidak mampu menjalani perintah yang telah diberikan oleh Tuhan, akhirnya manusia jatuh ke dalam dosa. Dosa tidak hanya menjadi pelanggaran terhadap perintah Tuhan, tetapi juga merupakan sikap pemberontakan manusia terhadap otoritas Allah. Sebagai penerima mandat Allah, manusia tidak mampu menjalankan seluruh perintah Allah, sehingga tetap berada dalam keterbatasannya. b.      Menyadari bahwa setiap orang memiliki keterbatasan



21



Pemahaman akan keterbatasan manusia membawa manusia pada sebuah kesadaran bahwa ia terbatas. Tanpa adanya kesadaran tersebut, manusia tidak akan menyadari dirinya yang sesungguhnya. Manusia harus berada pada sebuah pemikiran bahwa ia hanyalah manusia terbatas yang memiliki kelemahan dan kekurangan. Kelemahan dan kekurangan yang dimiliki bukanlah sebuah halangan ataupun alas an bagi manusia untuk berkarya dalam dunia ini. Allah masih memiliki rencana indah bagi setiap manusia, meskipun kita memiliki keterbatasan. Manusia mempunyai potensi untuk memperbaiki hubungan dengan Allah, sesame, dan ciptaanNya. Alkitab tidak mengakhiri kesaksianNya dan meninggalkan manusia dalam kegelapan dan tidak berpengharapan. Alkitab menyaksikan bahwa ada perdamaian dengan Allah. Allah tetap mengasihi manusia, asalkan mau memperbaiki dan menyadari setiap keterbatasannya. Bahan Alkitab: Keluaran 14:15-31 Kebesaran Allah adalah ungkapan yang menjelaskan kemuliaan, keagungan, kehormatan dsb untuk menggambarkan keadaan Allah yang tidak dapat dibandingkan dengan kebesaran manusia atau sesuatu yang besar didunia ini. Keterbatasan manusia adalah Keterbatasan manusia adalah suatu keadaan yang menunjukkan bahwa manusia memiliki keterbatasan, baik dalam pikiran, perasaan, perbuatan, maupun dalam karya manusia. Dalam keseluruhan isi Alkitab, Allah telah membuktikan segala karyaNya. Kebesaran Allah dapat kita lihat melalui: o Penciptaan dunia yang sangat sempurna. Dengan menyaksikan keindahan alam yang sempurna, kita mengakui kekuasaan Allah yang begitu besar. o Allah menciptakan manusia sesuai dengan gambar dan rupaNya. Manusia diciptakan dengan sangat mulia dan Allah menjadikan manusia sebagai kawan sekerjanya untuk mengolah alam ciptaanNya. o Allah menyediakan pengampunan bagi manusia sejak jatuh ke dalam dosa hingga saat iniallah mengampuni manusia, meskipun ia telah jatuh ke dalam dosa.



22



Gambar 2.1 Perilaku berdoa sebelum memulai pelajaran supaya di berkati Tuhan Karya Allah yang besar dan agung tidak sampai disini saja. Ketika manusia terus berbuat dosa dan dunia tidak mampu diselamatkan oleh siapapun, Allah menyediakan keselamatan melalui Yesus Kristus. Inilah kebesaran Allah yang sangat luar biasa. Mampukah kita menandinginya? Keterbatasan berarti keadaan terbatas yang dimiliki oleh manusia. Dalam menghadapi keterbatasan yang dimiliki, manusia seharusnya menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah bahwa Allah mampu memberi kekuatan kepada manusia untuk menghadapi keterbatasan yang dimiliki. 2.10. Kerangka Konseptual Rendahnya kualitas pendidikan disebabkan oleh faktor dari dalam dan luar siswa. Faktor yang berasal dari diri siswa meliputi kesiapan, sikap, minat, dan intelegensi, sedangkan yang berasal dari luar siswa meliputi guru, sarana prasarana serta lingkungan belajar siswa. Guru mengajar didepan kelas dan murid mendengar (ceramah) sehingga siswa menjadi acuh, dan terkesan kurang peduli, hal ini diperburuk dengan pembelajaran yang tidak menggunakan media/ alat peraga yang membuat siswa tidak tertarik dengan pelajaran pendidikan agama Kristen yang dekat dengan kehidupannya. Penggunaan metode yang tidak menarik,dan variatif, mengakibatkan siswa merasa malas untuk belajar yang pada akhirnya hasil pembelajaran tidak tercapai.



23



Masih rendahnya motivasi belajar siswa dapat diketahui pada saat pembelajaran berlangsung dengan diamati dari bagaimana aktivitas siswa saat mengikuti pembelajaran, interaksi antar guru siswa, interaksi antar siswa dan motivasi belajar siswa. Disamping itu pembelajaran masih dominan menggunakan metode ceramah sehingga sebagaian besar masih pasif dan pembelajaran hanya berpusat pada guru. Hal itu menunjukkan minat belajar siswa masih rendah dan perlu ditingkatkan lagi untuk meningkatkan pengetahuan siswa. Peningkatan motivasi



belajar siswa harus dilakukan dengan cara yang tidak



monoton dimana berdampak sempitnya pemikiran siswa terhadap informasi yang diketahui. Ketika kita mendengar kata motivasi yang muncul dalam angan-angan kita adalah pada suatu keadaan seseorang yang mempunyai semangat tinggi, rajin, mampu bekerja keras yang akhirnya mengantarkan kita pada pencapaian yang memuaskan atau bahkan pencapaian prestasi. Dalam proses belajar motivasi sangatlah diperlukan, sebab seseorang yang tidak memiliki motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Pembelajaran dengan dengan metode kerja kelompok sangat mendukung peningkatan motivasi belajar siswa, hal ini dikarenakan dalam kerja kelompok tersebut terjalin hubungan antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru. Sehingga dengan interaksi yang terjadi motivasi belajar siswa pun terbangun yang pada tujuannya peningkatan hasil belajar siswa.



24



BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan metode kerja kelompok pada pelajaran Pendidikan Agama Kristen materi Konsep Keterbatasan Manusia di kelas IV SD. 3.2. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun yang berjumlah 18 orang. Objek penelitian ini adalah tindakan sebagai upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa dengan metode kerja kelompok pada pelajaran Pendidikan Agama Kristen. 3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini



dilaksanakan di SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang



Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun Kabupaten Simalungun. Waktu pelaksanaan penelitian akan dilaksanakan dalam waktu bulan terhitung dari bulan Agustus sampai Oktober 2014. 3.4. Defenisi Variabel Untuk mencegah terjadinya penafsiran yang berbeda serta untuk menciptakan kesamaan pengertian variabel-variabel maka penulis perlu merumuskan defenisi operasional setiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini yakni sebagai berikut a)



Metode kerja kelompok. Metode kerja kelompok adalah suatu cara/strategi yang digunakan dalam pembelajaran dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan yang direncanakan guru sesuai kurikulum.



25



b)



Motivasi belajar siswa. Motivasi belajar berarti keseluruhan daya penggerak di dalam diri para siswa/warga belajar/peserta didik yang dapat menimbulkan, menjamin, dan memberikan arah pada kegiatan belajar, guna mencapai tujuan belajar yang diharapkan. c) Hasil Belajar Hasil belajar adalah nilai yang diperoleh siswa setelah diberikan post tes setiap akhir pelaksanaan Siklus I dan Siklus II.



3.5. Desain Penelitian Desain dalam penelitian ini mengadopsi dari desain penelitian tindakan yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart (dalam Suhrsimi Arikunto 2006:97-99) ”bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat langkah yang merupakan satu siklus atau putaran yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.



Gambar 3.1. Desain Penelitian 3.6. Prosedur Penelitian Dalam penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan melalui beberapa tahap dengan pertimbangan bahwa dalam setiap tindakan yang telah dirancang, peneliti (guru) berupaya menelaah secara seksama masalah yang menjadi fokus penelitian, dalam waktu



26



yang bersamaan peneliti juga harus menganalisis dan merefleksikan permasalahan yang ada sebagai dasar melakukan perbaikan terhadap rancangan tindakan selanjutnya. Tahaptahap metode penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan adalah: 1. Tahap persiapan dan tahap perencanaan tindakan, 2. Tahap pelaksanaan tindakan, 3. Tahap pengamatan /observasi, 4. Tahap analisis dan refleksi, 5. Tahap perencanaan tindakan lanjutan. Pelaksanaan tindakan ini dilaksanakan selama dua siklus yaitu siklus I dan siklus ke II. Pada siklus I dilaksanakan kegiatan pembelajaran sebanyak dua kali pertemuan dan pada siklus II dilaksanakan kegiatan pembelajaran sebanyak dua kali pertemuan. Hasil refleksi I digunakan sebagai acuan dalam menentukan perbaikan tindakan pada siklus II. Sedangkan hasil refleksi II nantinya digunakan sebagai acuan untuk rencana tindak lanjut pembelajaran selanjutnya. Pelaku tindakan dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dan berkolaborasi dengan wali kelas IV serta kerja sama dengan kepala sekolah. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah: Siklus I 1. Perencanaan Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan adalah : a. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran. b. Mempersiapkan tes (soal) c. Mempersiapkan lembar observasi d. Mempersiapkan LKS dan alat-alat yang mendukung berlangsungnya penelitian. 2. Tindakan Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan tindakan sesuai dengan yang telah direncanakan, berupa proses pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Tahap pelaksanaan tindakan sebagai berikut : a



Mengadakan apersepsi, pembagian kelompok dan pembagian LKS



b



Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran



c



Menjelaskan materi Konsep Keterbatasan Manusia.



d



Siswa sesuai dengan kelompoknya mengerjakan LKS



e



Menugaskan



beberapa



kelompok



siswa



mempresentasikan



hasil



kerja



kelompoknya



27



f



Mempersilakan kelompok siswa lain menanggapi kelompok presentasi,



g



Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa menanggapi kelompok presentasi



h



Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran kerja kelompok.



i



Menyimpulkan pelajaran.



j



Memberikan tugas.



3. Pengamatan Kegiatan yang dilakukan adalah mengamati kegiatan selama pelaksanaan pembelajaran dengan kerja kelompok pada materi materi Konsep Keterbatasan Manusia. secara langsung dibantu oleh peneliti dan teman sejawat/ Observer . Kegiatan yang diamati meliputi aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran metode kerja kelompok 4. Refleksi Refleksi dilakukan berdasarkan hasil analisis data dan observasi di dalam kelas tentang aktivitas siswa dan tes hasil belajar



siswa. Jika masih banyak siswa yang



mengalami kesulitan, maka peneliti harus merencanakan tahap tindakan tindakan kedua pada silklus ke II. Siklus II 1. Perencanaan Kegiatan yang dilakukan dalam perencanaan adalah : a.



Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)



b. Mempersiapkan tes (soal) c. Mempersiapkan lembar observasi d. Mempersiapkan LKS dan alat-alat yang mendukung berlangsungnya penelitian. 2. Tindakan Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan tindakan sesuai dengan yang telah direncanakan, berupa proses pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Tahap pelaksanaan tindakan sebagai berikut : a. Mengadakan apersepsi dan membagikan LKS pada kelompok siswa



28



b. Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran c. Menjelaskan materi Konsep Keterbatasan Manusia.. d. Siswa sesuai dengan kelompoknya mengerjakan LKS e. Menugaskan beberapa kelompok



siswa mempresentasikan hasil kerja



kelompoknya f. Mempersilakan kelompok siswa lain menanggapi kelompok presentasi, g. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa menanggapi kelompok presentasi h. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan hambatan kesulitan yang dialami selama proses pembelajaran kerja kelompok. i. Menyimpulkan pelajaran. j. Memberikan tugas. 3. Pengamatan Kegiatan yang dilakukan adalah mengamati kegiatan selama pelaksanaan pembelajaran dengan kerja kelompok pada materi Konsep Keterbatasan Manusia. secara langsung dibantu oleh peneliti dan teman sejawat/ Observer . Kegiatan yang diamati meliputi aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran metode kerja kelompok 4. Refleksi Pada tahap ini peneliti dan guru kelas segera menganalisa pelaksanaan PTK setelah kegiatan belajar mengajar berakhir, sebagai bahan refleksi. Apabila pada siklus ke- II hasil belajar siswa dan motivasi siswa telah mencapai sasaran sesuai dengan indikator yang diharapkan, maka pelaksanaan siklus berhenti pada siklus II. Akan tetapi, apabila pelaksanaan siklus II belum diketahui adanya peningkatan hasil belajar siswa, maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya yang bertujuan untuk menvalidasi hasil penelitian. 3.7. Istrumen dan Sumber Data 3.7.1 Instrumen Penelitian a) Rencana Pembelajaran



29



RPP yang disediakan guru sesuai dengan metode pembelajaran yang digunakan yaitu metode kerja kelompok. b) Tes Bentuk tes yang digunakan adalah soal pilihan ganda yang terdiri dari 20 soal. Pengumpulan data melalui tes dilakukan dengan tes awal (pre test)



untuk



memperoleh data awal dan tes diakhir pembelajaran (post tes) untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. c) Observasi Observasi dilakukan terhadap siswa dan guru. Observer dalam penilitian ini adalah peneliti dan teman sejawat peneliti 1 orang. Observasi siswa dilakukan bertujuan untuk mengetahui



aktivitas siswa dalam pembelajaran, sedangkan observasi



terhadap guru dilakukan untuk mengetahui pengelolaan guru terhadap pembelajaran metode kerja kelompok yang disesuaikan dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. 3.7.2. Sumber data Data yang diperoleh dalam penelitian tindakan kelas ini adalah hasil dari observasi, wawancara, catatan lapangan, serta dari hasil tes prakek. Pengambilan data dalam penelitian ini berdasarkan data proses dan hasil pembelajaran. 3.8. . Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data 3.8.1. Teknik Pengolahan Data Teknik yang digunakan dalam penelitian in adalah teknik pengolahan data kuantitatif, dilakukan saat pelaksanaan refleksi dari setiap siklus perolehannya berdasarkan setiap tindakan. Pengolahan data ini dilakukan setelah data terkumpul yang diperoleh dari seluruh instrumen penelitian hasil observasi, wawancara, catatan lapangan, test praktek dan data hasil dibaca, dipelajari, dan ditelaah. Langkah selanjutnya pengolahan data yang dilakukan melalui tiga langkah, yaitu : a. Reduksi data Dalam tahap ini penelitian melakukan pemilihan, dan pemusatan perhatian untuk menyerderhanakan, abstrak, transformasi data kasar yang diperoleh menjadi informasi hasil tindakan.



30



b. Paparan data Penelitian mengembangkan sebuah deskripsi informasi untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Display data atau penyajian data yang digunakan pada langkah ini adalah dalam bentuk paparan naratif dan representative grafik. c. Penyimpulan Penelitia berusaha menarik kesimpulan dan melakuakn verifikasi dengan mencari makna setiap gejala yang diperolehnya yang mungkin ada, alur kausalitas dan fenomena, dan proposisi. Selanjutnya data tersebut disusun dan dikategorosasikan, kemudian di sajiakan, dimaknai, disimpulakan dan terakhir periksa keabsahannya. 3.8.2. Analisis Data Penelitian Data-data atau informasi yang dijadikan sumber untuk kepentingan analisis guna memecahkan masalah penelitian berasal dari : a. Hasil wawancara antara peneliti, observer, dan siswa. b. Aktivitas yang ditunjukan oleh seluruh siswa dan perilaku guru selama proses pembelajaran dalam tindakan penelitian. Informasi ini diperoleh dari peneliti sebagai guru melalui proses observasi dan observer melalui observasinya pada setiap tindakan pembelajaran selama penelitian berlangsung Berdasarkan itu pula maka data dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis sumber data yang berasal dari : a. Siswa: melalui perubahan sikap dan hasil belajar b. Guru: catatan dan data penelitian dari setiap perubahan siklus pada setiap observasi dan refleksi dari setiap kegiatan. Berdasarkan data yang terkumpul dilakukan analisis. Dari analisis data tersebut kemudian peneliti melakukan refleksi terhadap rencana berikutnya. Analisis data biasanya dilakukan pada tahap akhir penelitian tindakan untuk menjawab pertanyaan penelitian, namun demikian untuk kepentingan tertentu analisis datapun dapat dilaksanakan beriringan dengan pengolahan data di setiap selesainya satu tahap tindakan pembelajaran. Secara umum kegiatan pengolahan data dan analisis data dalam proses penelitian ini adalah: a. Mengumpulkan format hasil observasi dari setiap kegiatan pembelajaran pada siklus



31



penelitian yang sudah dilaksanakan. b. Membandingkan jumlah siswa yang sudah belajar dan belum tuntas. c. Menganalisis perubahan perilaku siswa dari seluruh format observasi dan catatan guru setelah dua siklus pembelajaran dilaksanakan. d. Menganalisis hasil test awal keterampilan dasar terhadap minat dan hasil belajar siklus I dan Siklus II. Pengelolaan motivasi belajar siswa yang diperoleh melalui observasi dan tes hasil belajar siswa dilakukan dalam lima langkah sebagai berikut : 1. Merekap perubahan tingkat motivasi belajar siswa. 2. Menghitung secara secara keseluruhan motivasi belajar siswa yang mengalami perubahan. 3. Menentukan peningkatan motivasi belajar siswa Motivasi Belajar =



Skor yang diperole h siswa x 100% skor maksimal



4. Menentukan kriteria tingkat motivasi belajar siswa. Dalam menentukan ini digunakan kriteria menurut Aqib Zainal ( 2006:54) yang dilakukan terhadap tes hasil belajaar siswa yaitu sebagai berikut: 0-59 %



: Tingkat motivasi belajar siswa rendah



60-79%



: Tingkat motivasi belajar siswa sedang



80-100%



: Tingkat motivasi belajar siswa tinggi



5. Nilai Pada setiap indikator Sangat baik



:4



Baik



:3



Cukup



:2



Kurang



:1



Hal ini dapat dilihat dari beberapa persen tingkat keberhasilan yang dicapai dari perubahan motivasi dan hasil belajar siswa. Seorang siswa dikatakan telah tuntas belajar jika siswa telah mencapai ketuntasan 65% atau nilai 65. Ketuntasan itu dihitung dengan menggunakan rumus: DS =



Skor yang diperole h siswa x 100% skor maksimal



32



DS = Daya serap Kriteria : DS < 65% siswa belum tuntas dalam belajar DS ≥ 65% siswa telah tuntas dalam belajar. Untuk menghitung persentase peningkatan motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa secara kumulitatif mulai dari pre tes (tes awal), pos tes pada siklus I sampai pada post tes pada siklus II yaitu dengan cara:



p=



f n



x 100%



Keterangan: p = Hasil Pengamatan f = Jumlah seluruh aspek yang diamati n = Banyak aspek yang diamati 3.9. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan belajar siswa dalam siklus I dan siklus ke II dalam % menurut Nurkanca dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel.3.1 Indikator Keberhasilan Tingkat Keberhasilan 85 % - 100% dari jumlah setiap indikator



Arti Sangat Baik



75 % - 84 %



dari jumlah setiap indikator



Baik



61 % - 74 %



dari jumlah setiap indikator



Cukup



0 % - 65 %



dari jumlah setiap indikator



Kurang



Untuk mengukur keberhasilan tiap-tiap siklus dalam penelitian tindakan kelas ini, tolok ukurnya adalah sistem belajar tuntas yaitu pencapaian nilai KKM ≥ 65. Keberhasilan belajar diukur apabila setiap siswa telah mencapai nilai ≥ 6 5 maka



33



dikatakan berhasil tuntas dan secara klasikal apabila sebanyak 80% siswa telah mencapai nilai ≥65 maka dikatakan tuntas secara klasikal. Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar Secara perseorangan jumlah persentase (%) siswa yang skor naik semakin meningkat antara observasi awal dengan siklus I dan antara siklus I dengan siklus II. Sebaliknya jumlah persentase (%) skor siswa yang turun semakin menurun atau sedikit antara observasi awal dengan siklus I dan antara siklus I dengan siklus II. Secara klasikal dengan membandingkan persentase (%) ketuntasan klasikal antara observasi awal, siklus I dan siklus II dengan kriteria persentase semakin besar atau meningkat dari observasi awal ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II. 3.10. Jadwal Penelitian Penelitian ini direncanakan dan dilaksanakan mulai bulan Agustus sampai Oktober 2014 yang dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.2. Rencana Pelaksanaan PTK No



Uraian



Agustus 1 2 3



4



September 1 2 3 4



Oktober 1 2 3 4



5



Persiapan 1. 2.



Penelitian Perencanaan Pertemuan 1



3.



Siklus I Pertemuan 2 Siklus I Tes Siklus I Pertemuan 3



4.



5. 6.



Siklus II Pertemuan 4 Siklus 4 Tes Siklus II Pengolahan Data Penyusunan Laporan



34



3.11. Hipotesis Tindakan Hipotesis merupakan suatu kesimpulan sementara yang harus dibuktikan secara empiris. Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah : metode kerja kelompok dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada pelajaran pendidikan agama Kristen materi konsep keterbatasan manusia di kelas IV SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun TP 2014/2015.



BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.



Deskripsi Tempat Penelitian



35



4.1.1. Profil Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba, sebuah sekolah yang termasuk dalam wilayah Pemerintah Daerah Kabupaten Simalungun. Sekolah tersebut beralamat di Simpang Kinalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun. SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba merupakan Sekolah Dasar yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang memadai agar dapat meningkatkan kinerja semua guru yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sesuai dengan Tujuan Pendidikan Nasional. 4.1.2. Visi dan Misi 4.1.2.1 Visi : Unggul dalam prestasi berdasarkan iman taqwa, menguasai ilmu dan teknologi berbasis budaya ramah lingkungan. 4.1.2.2 Misi : 1. Menanamkan dan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan melalui pengamalan ajaran  agama; 2. Menanamkan sikap dan perilaku sopan santun, toleransi, dan saling menghormati seluruh warga sekolah sebagai cermin dari luhurnya budi pekerti dan akhlak mulia; 3. Mengoptimalkan proses pembelajaran dan bimbingan dengan suasana yang kondusif, melalui pendekatan pembelajaran PAIKEM; 4. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan minat, bakat dan potensi   peserta didik; 5. Membina kemandirian peserta didik melalui keegiatan pembiasaan, kewirausahaan, dan pengembangan diri yang terencana dan berkesinambungan; 6. Menghasilkan peserta didik yang berprestasi bidang akademik dan non akademik di tingkat kota, provinsi dan nasional; 7. Mewujudkan budaya tertib administrasi, waktu, dan proses belajar mengajar di lingkungan sekolah;



36



8. Meningkatkan kualitas dan profesionalisme sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan melalui program pendidikan dan pelatihan secara formal dan non formal; 9. Menjalin kerjasama yang harmonis antar warga sekolah dan lembaga lain yang terkait, berlandaskan manajemen berbasis sekolah, akuntabel, transparan dan parsitipatif; 10. Meningkatkan tata kelola lingkungan sekolah yang asri melalui pemeliharaan yang berkesinambungan sehingga terwujud sekolah adiwiyata; 4.1.2.3. Tujuan :  Tujuan sekolah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan dasar sebagai berikut; "meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, keterampilan, kepribadian untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut". a. Tujuan Jangka Panjang :  1. Mengembangkan budaya sekolah yang religius melalui kegiatan keagamaan guna meningkatkan kepribadian yang baik penuh keimanan dan ketaqwaan, serta berahlak mulia. 2. Mengembangkan budaya senyum, salam sapa, sopan dan santun serta saling menghormati dan menghargai antar semua warga sekolah. 3. Semua kelas melaksanakan pendekatan pembelajaran aktif pada semua mata pelajaran. 4. Membina prestasi akademik dan non akademik melalui kegiatan pembelajaran dan bimbingan yang efektif dan efisien. 5. Membudayakan semangat yang inovatif, kreatif dan kritis dalam proses pembelajaran dengan berbasis karakter bangsa. 6. Menyelenggarakan kegiatan sosial yang menjadi bagian dari pendidikan karakter bangsa. 7. Meningkatkan budaya gemar membaca dan menulis. 8. Meningkatkan layanan informasi dan teknologi dalam memperoleh ilmu pengetahuan dan informasi.



37



9. Menciptakan kondisi lingkungan yang asri, hijau, bersih, indah, aman, nyaman tertata rapi dan tertib. 10. Meningkatkan kualitas dan profesionalisme sumber daya pendidik dan tenaga kependidikan melalui pendidikan dan pelatihan secara berkesinambungan. 11. Memenuhi pengelolaan pendidikan yang transparan, akuntabel, efektif dan partisipatif. 12. Memanfaatkan dan memelihara fasilitas pendukung kegiatan pembelajaran berbasis TIK. b. Tujuan Jangka Pendek : 1. Peserta didik melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang dianut. 2. Peserta didik  menguasai keterampilan komputer program windows dan  internet 3. Peserta didik  berprestasi dalam bidang akademik dan non akademik. 4. Peserta didik  memiliki perilaku sesuai dengan Pendidikan karakter dan budaya bangsa Indonesia. 5. Memiliki Perpustakaan yang representatif dengan pelayanan yang optimal. 6. Memiliki Laboratorium IPA, Laboratorium Bahasa, dan Laboratorium Komputer yang representatif. 7. Memiliki Ruang Keterampilan dan Ruang Kesenian yang representatif. 8. Penataan lingkungan sekolah yang hijau, bersih, indah, aman, nyaman dan tertib. 9. Memiliki sarana sanitasi representatif, agar lingkungan belajar  menjadi sehat dan nyaman. 10. Masyarakat dan pemerintah percaya atas produk dan bentuk-bentuk  pelayanan sekolah.



4.1.3. Data Siswa dan Guru Dalam lingkungan SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba terdapat variasi kehidupan masyarakat. Rata-rata latar belakang para siswa yang bersekolah di SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba sebagian besar



38



berasal dari kalangan masyarakat petani dan mempunyai agama yang berbeda-beda. Siswa siswi SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Kecamatan Purba pada tahun ajaran 2014/2015, selengkapnya dapat dilihat pada Tabel di bawah ini : Tabel 4.1 Data Jumlah Siswa SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Tahun Pelajaran 2014/2015 Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah Kelas I 23 10 33 Kelas II 10 14 24 Kelas III 17 20 37 Kelas IV 10 8 18 Kelas V 20 10 30 Kelas VI 22 16 38 Jumlah 102 78 180 Sumber : SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang TP 2014/2015 Secara diagram dapat dilihat dari gambar berikut: 40 35 30 25



LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH



20 15 10 5 0 KELAS 1



KELAS 2



KELAS 3



KELAS 4



KELAS 5



KELAS 6



Gambar 4.1 Data Siswa SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang TP 2014/2015 Sedangkan data guru yang bertugas di Negeri No.091367 Simpang Kinalang adalah sebagai berikut: Tabel 4.2 Data Guru SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang Tahun Pelajaran 2014/2015 No 1 2 3 4



Nama Guru Rohaman Purba, S.Pd Marianna Lingga Restinauli Saragih Rosdiana Damanik



Jabatan Kepala Sekolah Guru Kelas I Guru Kelas II Guru Kelas III



Gol. IVa IVa IVa IVa



Keterangan PNS PNS PNS PNS



39



5 6 7 8 9 10 11



Adevitry Sinaga Guru Kelas IV HONOR Adevitry Sinaga Guru Kelas V IIIc PNS IIId Sortalina Sitanggang Guru Kelas VI PNS IIId Bertauli Purba Guru Agama Protestan PNS IIIc Lermi Haloho Guru Agama Katolik PNS IIIc Nurmawati Situmorang, S.AgGuru Agama Katolik PNS Rudi M. Sipayung Guru B.Ingris/ PJOK HONOR Sumber : SD Negeri No.091367 Simpang Kinalang TP 2014/2015



4.2. Sebelum Tindakan Kelas (Pra Siklus) Peneliti telah melakukan observasi di SDN No.091367 Simpang Kinalang dan bekerja sama dengan guru / wali kelas IV (Adevitry Sinaga). Setting dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV Adevitry Sinaga, sebanyak 18. Pada pelaksanaan pra siklus ini peneliti bertindak sebagai observer sedangkan guru kelas IV bertindak sebagai pengajar. Pada tanggal



24 Juli 2014 diadakan test awal Pada materi Berdoa



pada siswa kelas IV. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Hasil tes kemampuan awal dijadikan pedoman untuk mengetahui keadaan siswa sebelum diberi tindakan dan adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar terhadap Pendidikan Agama Kristen siswa kelas IV SDN No.091367 Simpang Kinalang setelah diterapkan Metode Kerja Kelompok dalam pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. Hasil observasi kegiatan siswa sebelum dilaksanakannya tindakan jumlah siswa yang memiliki motivasi dan hasil belajar pada pra siklus adalah 11,11 % atau 2 siswa dari 18 siswa yang masuk dan jumlah siswa yang belum memiliki minat 89, 89 % atau 16 siswa dari 18 siswa yang masuk.. Dengan data tersebut peneliti dan guru kelas menyimpulkan bahwa rata-rata motivasi belajar siswa kelas IV semester 1 pada mata pelajaran pendidikan agama kristen pada pra siklus di kelas IV masih rendah. Yang dilihat dari tabel berikut: Tabel 4.3. Hasil Observasi Motivasi Belajar Siswa Pada Tahap Awal



No 1 2



Nomor Kode Siswa 001 002



Indikator Motivasi 1 1 1



2 1 1



3 0 1



4 1 1



5 1 1



6 1 1



7 1 1



JLH



%



6 7



21 25



40



3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18



003 004 005 006 007 008 009 010 011 012 013 014 015 016 017 018



1 1 1 3 1 1 1 3 2 3 2 2 1 2 3 3



0 1 1 2 0 1 1 3 0 0 1 0 1 0 0 0



1 0 0 2 0 0 0 2 1 0 3 0 0 2 2 1



0 2 2 3 2 1 1 3 1 2 2 2 2 2 0 2



1 2 1 2 2 1 1 2 1 2 3 1 2 1 2 0



1 2 2 3 2 1 2 2 1 0 1 2 1 2 0 3



2 2 0 2 2 1 2 3 2 2 2 2 1 1 2 1



6 10 7 17 9 6 8 18 8 9 14 9 8 10 9 10



21 36 25 70 32 21 29 75 29 32 50 32 29 36 32 36



Dari tabel diatas terlihat siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi tidak ada, siswa yang mempunyai motivasi sedang 2 orang, dan siswa yang mempunyai motivasi rendah 16 orang, secara umum motivasi belajar siswa rendah. Hal tersebut Persentase tigkat motivasi belajar siswa tahap awal dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.4 Tingkat Motivasi Belajar Siswa Tahap Awal NO Nilai Tingkat Motivasi Jumlah Siswa 1 Tinggi 0 2 Sedang 2 3 Rendah 16 Kondisi ini dapat digambarkan dalam diagram berikut: 100 80 60 40 20 0



Persentase 0 11,11 89,89



Tinggi Sedang Rendah Jumlah Siswa



Persentase



Gambar 4.2. Tingkat Motivasi Belajar Siswa Tahap Awal Dan pencapaian indikator motivasi belajar sangat rendah. Hal ini dapat di lihat dari tabel berikut :



41



Tabel 4.5 Persentase Ketercapaian Indikator Motivasi Pada Tahap Awal No Indikator Persentase Keterangan 41 1 Tekun menghadapi tugas Rendah 15 2 Ulet menghadapi kesulitan Rendah 16 3 Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah Rendah 41 4 Lebih senang bekerja sama Rendah 36 5 Dapat mempertahankan pendapatnya Rendah 34 6 Tidak mudah jenuh dalam proses pembelajaran Rendah 41 7 Senang mencari dan memecahkan masalah Rendah Ketercapaian indikator Motivasi tahap awal ini dapat juga dlihat dalam bentuk diagram



Perilaku Belajar (%)



seperti berikut: 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 Indikator 6 Indikator 7



No Item Indikator



Gambar 4.3. Diagram Rekapitulasi Motivasi Belajar Siswa Tahap Awal Dari hasil observasi pada tabel 4.5 diatas, dapat dilihat bahwa motivasi belajar siswa kelas IV pada umumnya masih rendah. Dimana pada indikator tekun menghadapi tugas mencapai 41%, ulet menghadapi kesulitan mencapai 15%, menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah mencapai 16%, lebih senang bekerja sama mencapai 41%, dapat mempertahankan pendapatnya mencapai 36%, tidak mudah jenuh dalam proses pembelajaran mencapai 34%, senang mencari dan memecahkan masalah mencapai 41%. Dari rincian tersebut dapat dilihat bahwa motivasi belajar siswa masih rendah karena siswa belum mencapai kriteria motivasi belajar siswa secara maksimal. 4.1 . Deskripsi Hasil Pelaksanaan Penelitian



42



4.2.1. Pelaksanaan Tindakan Siklus I a. Perencanaan 1. Tes Awal Tes ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana siswa memahami materi yang akan disajikan, sehingga peneliti dapat menyesuaikan bobot materi yang akan disampaikan kepada siswa. Tes yang digunakan berbentuk isian sebanyak 3 soal. Hasil tes awal dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.6 Daftar Nilai Tes Awal Siswa Nomor Urut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18



Nomor Kode Siswa 001 002 003 004 005 006 007 008 009 010 011 012 013 014 015 016 017 018 Jumlah Rata-rata Sangat Baik Baik Cukup Kurang



Keterangan : Sangat Baik Baik Cukup Kurang



Nilai tes 6.00 4.00 8.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 4.00 9.00 5.00 4.00 6.00 4.00 4.00 4.00 9.00 5.00 92.00 5.00 2 Orang 1 Orang 2 Orang 13 Orang



Kategori Cukup Kurang Baik Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Kurang Sangat Baik Kurang Kurang Cukup Kurang Kurang Kurang Sangat Baik Kurang



11,11 % 5% 11,11 % 72,22 %



: 8.5 - 10 :7.5 – 8.4 :5.5 – 7.4 : 4.0 – 5.4



43



Kurang Sekali



: