Puisi Abad Pertengahan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview





Zaman Kamakura (1192 M – 1333 M)



Kamakura jidai adalah salah satu pembagian periode dalam sejarah Jepang ketika pemerintahan militer (keshogunan) terletak di Sagami Kamakura, sehingga zaman ini dinamakan zaman Kamakura. Ada perbedaan pendapat tentang tahun terbentuknya keshogunan Kamakura. Pendapat yang populer mengatakan zaman Kamakura dimulai tahun 1192 ketika Minamoto no Yoritomo ditunjuk sebagai Seitaishogun dan membentuk pemerintah Kamakura. Pendapat lain mengatakan zaman Kamakura dimulai tahun 1180 ketika Minamoto no Yoritomo menyerang klan Taira. Minamoto no Yoritomo (9 Mei 1147—9 Februari 1199) adalah pendiri sekaligus shogun pertama Keshogunan Kamakura. Lahir sebagai putra ketiga Minamoto no Yoshitomo, ayahnya adalah garis keturunan utama Kawachi Genji (klan Minamoto dari Kawachi). Yoritomo diasingkan ke Izu setelah ayahnya tewas dan klan Minamoto tersingkir akibat Pemberontakan Heiji. Atas perintah resmi Pangeran Mochihito, Yoritomo bertempur untuk menyingkirkan klan Taira. Setelah menguasai wilayah Kanto, Yoritomo mendirikan markas besar di Kamakura. Yoshitomo menghabisi Minamoto no Yoshinaka (adik sepupu) dan menghancurkan klan Taira dengan bantuan adik-adiknya. Minamoto no Yoshitsune, adik lain ibu yang membantunya dalam peperangan dikucilkan dan dibunuh. Klan Ōshū Fujiwara dihancurkan dalam Perang Ōshū, dan Yoritomo diangkat sebagai Sei-i Taishōgun pada tahun 1192. Pemerintahan militer yang dirintisnya disebut Keshogunan Kamakura dan bertahan sekitar 680 tahun hingga Restorasi Meiji. Politik Keshogunan Kamakura berkuasa di Jepang dari tahun 1185 hingga 1333 yang disebut zaman Kamakura yang merupakan zaman transisi menuju abad pertengahan Jepang. Abad pertengahan berlangsung selama hampir 700 tahun ketika pemerintah pusat, istana, dan Kaisar Jepang umumnya hanya menjalankan fungsi-fungsi seremonial. Urusan sipil, militer, dan kehakiman dikendalikan oleh kelas samurai. Secara de facto, penguasa negeri kekuasaan politik berada di tangan shogun yang berasal dari klan samurai yang terkuat. Ekonomi pengelolaan tanah dikerjakan oleh petani dan pemilik tanah menggunakan tenaga Bushi (Samurai) sebagai alat pemeras petani agar mereka terus bekerja dan membayar pajak yang tinggi. Budaya Pada zaman ini lahir golongan prajurit yang disebut Samurai, sehingga pada zaman ini muncul dua orang pembuat pedang yang terkenal yaitu Masamune danMuramasa. Adanya Samurai juga melahirkan suatu etika atau ajaran hidup yang disebut Bushidō. Misalnya berani mati, berani menghadapi bahaya, menjunjung tinggi tanah air, setia kepada pemimpin, dll. Bushido memberikan pedoman kepada setiap tingkah laku dalam pergaulan di masyarakat, termasuk cara berbicara,



memberi hormat, mempertahankan kehormatan, dsb. Harakiri (bunuh diri dengan memotong perut) dianggap perbuatan yang mulia untuk menjunjung kehormatan. Dari segi arsitektur, banyak dibuat patung Buddha (dari batu, kayu, perunggu, tembaga). Patung yang paling terkenal adalah Daibutsu di Kamakura. Patung ini dibuat dari tembaga dan tingginya 15 meter. Arsitektur pada zaman ini lebih mementingkan keindahan yang struktural dari pada yang bersifat hiasan. Misalnya di gerbang depan kuil Todaiji yaitu patung Niō (Kongōrikishi). Di zaman ini banyak pula dibuat lukisan gulung (emaki) seperti Genji Monogatari Emaki,Mōkoshūrai Emaki. Pada zaman ini muncul juga Buddha aliran Zen. Aliran Zen cocok dengan kepribadian kaum militer karena aliran ini mengajarkan kedisiplinan batin dengan meditasi Zen (Zazen). 



Shinkokinshuu



Awal zaman kamakura merupakan masa keemasan bagi kelompok penyair pantun. Pada masa ini diselenggarakan secara meriah Ropyakuban Utawase (600 buah kombinasi pantun) dan Sengohyakuban Utawase (1500 buah kombinasi pantun). Shinkokin Wakashu berjumlah 20 jilid yang terdiri dari 2000 buah pantun yang ditulis dengan huruf Kana dan Kanji yang susunannya sangat teratur dibandingkan kumpulan sebelumnya. Penyair Shinkokinshuu ini terutama terdiri dari penyair-penyair kenamaan seperti Saigyoo, Jien, Fijiwara no Yositsune, Fijuwara Shunzei, Shokushinai Shinno, Fujiwara Teika, Fujiwara no Ietaka, Jakuren, dan bekas Kaisar Gotoba.







Fujiwara Teika



Fujiwara Teika adalah anak Fujiwara Shunzei. Gaya Khas yang menonjol dalam pantun yang digubahnya adalah gaya ushin. Selain itu dia juga sering membumbui pantunnya dengan unsur-unsur yang melukiskan kegairahan dengan rangkaian kata-kata yang halus walaupun apa ang dilukiskannya itu hanya khayalan belaka. Contoh pantun Fujiwara Teika adalah Haru no yo no Yume no ukihasshi Todae shite Mine ni wakaruru Yokogumo no sora



(5) (7) (5) (7) (7)



satu pagi musim semi ketika aku mengadah ke langit setelah terbangun dari mimpi hampa gumpalan awan memanjang menjauhi gunung tenang melayang



Selain menulis pantun, Fujiwara Teika juga menulis teori-teori pantun yang dikumpulkan dalam buku Kindai Shuuka dan Eika Taigai. Pada hari tuanya dia menulis buku penelitian mengenai Genji



Monogatari, suatu karya yang meneliti kesusastraan klasik Jepang. Buku yang memuat kumpulan pantun yng digubahnya Shuuigusoo.







Fujiwara Ietaka



Fujiwara Ietaka dapat disejajarkan dengan Fujiwara Teika yang belajar membuat pantun dari Fujiwara Shunzei. Dia mempunyai sifat yang baik, ramah dan terus terang. Ciri Khas pantunnya adalah nyata dan terus terang, baik dalam cara menganalisa satu persoalan maupun cara mengungkapkannya. Gaya pantunnya menarik, memberikan cahaya dan harapan karena banyak mengambil kiasan bulan. Kumpulan pantun yang dikarangnya disebut Minishuu. Contoh pantun Fujiwara Ietaka adalah Ikusato ka Tsuki no hikari mo Niou ramu Ume saku yama no Mine no haru kaze



(5) angin musim semi (7) bertiupmembawa keharuman (5) bunga ume di lereng gunung (7) dan menyebar ke desa-desa (7) nan bermandikan cahaya bulan (dari Shinchokushenshuu) Selain dari penyair pria yang disebutkan di atas, ada juga penyair wanita, antara lain Shikishi Naishinnoo (putri kaisar), Shunzei no Musume (putri Fujiwara Shunzei), Kunaikyoo.



Tama no oyo Taenaba taene Nagaraeba Shinoburu koto no Yowari mo zo suru



(5) daripada hidup tiada arti (7) tiada cita tiada cinta (5) Biarlah hidupku berakhir (7) biarlah aku pergi (7) aku tak kuasalagi ( dikarang oleh Shikishi Naishinnoo)



Kaze kayou (5) satu malam di musim semi Nezame no sode no (7) aku terbangun dari mimpi Hana no ka ni (5) mendengar gemersik angin bertiup Kaoru makura no (7) menaburkan kelopak bunga di pembaringan Haru no yo no yume (7) membuat bantal berbau wangi (Dikarang oleh Shunzei no Musume) Usuki koki Nobe no midori no Wakakusa ni



(5) (7) (5)



kalau memandangke padang rumput pada awal musim semi Pucuk muda mulai tumbuh



Ato made miuru Yuki no mura kie



(7) segar indah mempesona (7) di sela-sela salju yang mencair (Dikarang oleh Kunaikyoo)  Minamoto no Sanetomo Di antara para penyair yang hidup pada permulaan zaman Kamakura, ada seorang penyair yang berbeda dengan penyair lainnya. Dia adalah Jendral ke-3 pemerintahan Kamakura Bakufu. Dia adalah murid Fujiwara Teika. Pantun yang ditulisnya banyak sekali dipengaruhi keindahan dan kelmbutan gaya bahasa Man yooshuu. Kumpulan pantun berjudul Kinkai Wakashuu ketika masih berumur 22 tahun. Pantun-pantun yang terdapat dalam Kinkai Wakashuu menempati posisi penting dalam sejarah pertumbuhan seni pantun di Jepang. Salah satu pantun Minamoto yang terkenal adalah



Ooumi no Iso no todoro Yosuro name Warete kudakete Sakete chirukamo



(5) (7) (5) (7) (7)



ombak besar yang menerpa batu karang di pinggir pantai remuk redam berkeping-keping dan menjadi buih putih lenyap menghilang entah ke mana



(dari Kinkai Wakashuu) 



Beberapa Kumpulan Pantun setelah Shinkokinshuu



Setelah peristiwa Jookyuu no Ran pada tahun 1221, yaitu peristiwa diadakannya kudeta yang tidak berhasil oleh bekas Kaisar Gotoba terhadap pemerintahan Kamakura, Kaisar Jookyuu memerintahkan Fujiwara Teika untuk mengumpulkan pantun-pantun yang penting. Kumpulan pantun tersebut adalah Shinchokusen Wakashuu yang gayanya berbeda dengan Shinkokinshuu. Gaya bahasanya mudah di mengerti dan tidak terikat pada teknik tertentu. Fujiwara Teika mempunyai anak bernama Tameie. Selain menjadi penggubah pantun seperti ayahnya dan menjadi editor kumpulan pantun Shokugosen Wakashuu dan lain-lain. Tameie mempunyai tiga orang putra yaitu Tameuji, Tamenori, dan Tamesuke. Ketiga putranya masingmasing membentuk kumpulanpenyair yang disebut Nijoo, Kyoogoku, dan Reizei. Kumpulan yang paling mirip dengan gaya ayahnya adalah Nijoo, karena dianggap paling baik dan klasik. Nijoo selalu bertentangan dengan Kyoogoku dan Reizei karena kedua aliran ini mengembangkan gaya yang baru. Ada 13 kumpulan pantun yang dikenal dengan nama Jusandaishuu. Hampir semua pantun yang ada dalam Jusandaishuu ditulis oleh Nijoo. Pada masa ini kumpulan penyair sangat dipengaruhi oleh kumpulan penyair Nijoo yang memiliki gaya klasik dan monoton. Bersamaan dengan pudarnya pengaruh penyair yang berasal dari kaum bangsawan, perkembangan dunia pantun pun menjadi menurun. 



Gyokuyoshuu dan Fugashuu



Kyoogoku Tamekane merupakan pelopor penggunaan gaya bahasa Man Yooshuu, namun walaupun demikian dia tetap mengindahkan kaidah-kaidah dan gaya yang ada dalam kumpulan pantun Shinkokinshuu. Dia juga berbeda pendapat dengan Nijoo yang memiliki gaya klasik dan monoton. Kogyooku Tamekane juga menyusun pantun yang diberi nama Gyokuyooshuu atas perintah bekas Kaisa Fushimi. Pantun yang ada dalam Gyokuyooshuu dan Fugashuu yang di karang oleh kaisar Hanasono yang belajar sendiri dari Tamekane dan di bantu oleh bekas Kaisar Koogon mengekspresikan keadaan alam. Kedua kumpulan pantun ini tercatat sebagai yang terbaik dalam kumpulan pantun Juusandaishuu. Berikut adalah contoh pantun yang dikarang oleh Kyoogoku Tamekane. Eda ni moru Asahi no kage no Sukunaki ni Suzushisa fukaki Take no oku kana



(5) (7) (5) (7) (7)



Cahaya matahari pagi yang merembes hanya sedikit membuat sangat sejuk bila berada di hutan bamboo ini



 Pantun Renga Setelah Zaman Nanbokucho, Pantun Renga mulai populer menggantikan pantun waka. Mula-Mula pantun Renga terdiri dari dua bait yaitu bait pertama (5.7.5) yang dibacakan oleh satu orang dan bait kedua (7.7) yang dibacakan oleh orang lain sebagai jawaban atas bait pertama. Renga disebut juga tsukuba no nichi untuk mengingat sejarah tejadinya Renga, karena untuk pertama kalinya Renga dibaca oleh Yamato Takeru No Mikoto di Sakaori no miya Propinsi Yamanashi yang berbunyi : Niibari Tsukuba wo sugite ikuyoka netsuru (Artinya : Setelah melalui Niibari Tsukuba sudah berapa malamkah berlalu? ) kemudian dijawab oleh Nikitaki, seorang tukang masak tua istana Kaganabete yo ni wa kokono yo hi ni wa tooka wo (artinya Hari-hari berlalu tanpa terasa sudah sembilan malam sepuluh hari ). Namun sebenarnya ini adalah sejenis pantun yang disebut Kata Uta Mondo. 



Nijoo Yoshimoto



Tokoh yang paling bejasa mempopulerkan Renga, yang juga merupakan politikus yang berasalm dari keluarga bangsawan tinggi pada dinasti Hokucho. Berkat pengetahuannya di bidang kesustraan klassik karena belajar dari tonna, dia mencoba menghidupkan pantun waka, terutama renga. Dia mengumpulakan para penyair Jige (penyair kelas rendah) bersama dengan penyair Gusai untuk membuat renga.Pada tahun Enbun (1356) merka menerbitkan sebuah buku renga pertama berjudul Tsukuba bashuu. Nijoo yoshimoto juga menulis teori pantun berjudul Tsukuba Mondoo. Bersama Gusai ia menetapkan peraturan penilisan renga yang dimuat dalam buku Renga Shinshiki.Gusai adalah murid Zenna, yang merupakan penyair terkemuka pada zaman Nambokuchoo.







Shinkei



Pada awal muromachi pantun , Renga kehilangan pamornya. Pada masa itu hanya ada satu tokoh bernama bonoo Anshu ( Asayama Morotsuna ). Tetapi setelah itu muncullah penyair-penyair renga takayana soozei, Shinkei dan lain-lain. Shinkei belajar membuat waka dari Shootetsu. Kemudian menghususkan diri dalam penulisan Renga. Ia memberi ciri-ciri khas pada Renga pada masa itu. Salah satu karyanya yang terkenal yakni Sasamegoto ( merupakan karya yang berbau filsafat yang memadukan secara sinkronis unsur-unsur waka, renga dan butsudo). 



Soogi



Pada masa pemberontakan oonin (1467 – 1477) muncullah seorang tokoh yang bernama Soogi, ia berguru pada Soozei dan Shinkei. Tokoh inilah yang mebawa Renga pada masa keemasannya. Soogi mempunyai hubungan yang erat dengan bangsawan Sanjoo Nishi Sanetaka dan dengan bantuan seorang tokoh lain bernama kansai, ia berhasil menyelesaiakan kumpulan Renga yang diberi nama Shinsen Tsukbashuu pada tahun Meioo 4 (1945). Karya ini sama dengan Tsukubashuu ditujuk sebagai karya sastra pilhan kaisar.Banyak renga bermutu yang berhubungan dengan Soogi antara lain Yuyama sangin, tetapi yang terbaik diantaranya adalah Minase Sangin Hyakuin yang digubah bersama-sama dengan Shoohaku dan Soochoo. Berikut adalah contoh Renga dalam Minase Sangin Hyakuin yang dibawakan oleh Soogi, Shoohaku dan Sotehoo. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Yuki nagara yamamoto kasumu yuube kana (oleh Soogi) Yuku mizu tooku yume niou sato (oleh Shoohaku) Kawakaze ni hitomura yanagi haru miete (oleh Soochoo) Fune sasu oto mo shiruki akegeta (oleh Soogi) Tsuki ya nao kiri wataru yo ni nokoruran (oleh Shoohaku) Shimo oku nohara aki wa kurekeri (oleh Soochoo) Naku mushi no kokoro tomo naku kusa karete (oleh soogi) Kakine wo toeba arawa anru michi (oleh Shoohku) Artinya Di puncak gunung masih terlihat ada salju, tetapi di kaki gunung secara samar-samar sudah terlihat datangnya musim semi. Di kaki gunung mengalir sungai ke tempat jauh, di desa di pinggirnya tercium bau bunga plum. Melihat daun sekelompok pohon willow bergoyang ditiup angin di pinggir sungai, tersalah musim semi sudah tiba. Bunyi dayung perahu yang berlayar di sungai diwaktu fajar menyingsing terdengar jelas sekali. Namun pada malam terkabut yang segara akan menjadi terang itu, masih terlihat wajah sang rembulan. Melihat di padang rumput turun embun yang membeku, terasalah sebentar lagi musim dingin kan tiba. Tanpa menhiraukan jeritan serangga, rumputpun mengering satu demi satu. Bila berkunjung ke rumah teman,kita akan melalui jalan yang kotor karena rumputnya sudah mati.



Renga tetap populer walaupun Soogi meninggal dunia namun bentuknya tetap dan tidak mengalami perkembangan lagi. 



HAIKAI NO RENGA



Renga berasal dari waka yang pada awalnya cara pembuatannya adalah bersifat bebas dan terdapat unsur kelucuan dan kecerdasan. Namundalam perkembangannya renga mengalami modifikasi yakni menjadi karya astra yang serius yang memiliki peraturan dalam pemilihan dan penuisan kosa kata. Pada masa ini, para penggemar Renga mulai mengadakan pertemuan untuk membacakan Renga yang disebut Haikai no Renga. Pada akhir Zaman Muromachi, tokoh yang dianggap sebagai pelopor Haikai adlah Arakida Moritake dan Yamazaki Sookan. Moritake adalah pejabat yang bertugas di kuil agama shinto di Lse. Pada tahun teamon (1240) ia membaca karyanya berjudul haikai no Renga Dokugin Senku atau disebut juga tobiume senku. 



Shinkokinshuu



Awal zaman kamakura merupakan masa keemasan bagi kelompok penyair pantun. Pada masa ini diselenggarakan secara meriah Ropyakuban Utawase (600 buah kombinasi pantun) dan Sengohyakuban Utawase (1500 buah kombinasi pantun). Shinkokin Wakashu berjumlah 20 jilid yang terdiri dari 2000 buah pantun yang ditulis dengan huruf Kana dan Kanji yang susunannya sangat teratur dibandingkan kumpulan sebelumnya. Penyair Shinkokinshuu ini terutama terdiri dari penyair-penyair kenamaan seperti Saigyoo, Jien, Fijiwara no Yositsune, Fijuwara Shunzei, Shokushinai Shinno, Fujiwara Teika, Fujiwara no Ietaka, Jakuren, dan bekas Kaisar Gotoba.