Puisi Angakatan 66 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Puisi angakatan 66 Hartoyo Andangjaya (dari Angkatan 66) RAKYAT Rakyat adalah kita Jutaan tangan yang mengayun dalam kerja Di bumi di tanag air tercinta Jutaan tangan mengayun bersama Membuka hutan ilalang menjadi lading-ladang berbunga Mengepulkan asap dari cerobong-cerobong pabrik-pabrik kota Menaikan layar menebar jala Meraba lelam di tambang logam dan batu bara Rakyat ialah tangan yang bekerja Rakyat ialah kita Otak yang menapak sepanjang jemarang Yang selalu berkata dua adalah dua Yang bergerak di simpang-siur garis niaga Rakyat ialah otak yang menulis angka-angka Rakyat ialah kita Beragam suara di langit tanah tercinta Suara bangsi di rumah berjenjang bertangga Suara kecapi di pegunungan jelita Suara boning mengambang di pendapa Suara kecak di muka pura Suara tifa di hutan kebun pala Rakyat ialah suara beraneka Rakyat ialah kita Puisi kaya makna di wajah semesta Di darat Hari yang berkeringat Gunung batu berwarna coklat Di laut Angin yang menyapu kabut Rakyat adalah puisi di wajah semesta Rakyat ialah kita Darah di tubuh bangsa Debar sepanjang masa Sumber: Buku Puisi halaman 31



Sebuah Jaket Berlumur Darah



Sebuah jaket berlumur darah Kami semua telah menatapmu Telah pergi duka yang agung Dalam kepedihan bertahun-tahun. Sebuah sungai membatasi kita Di bawah terik matahari Jakarta Antara kebebasan dan penindasan Berlapis senjata dan sangkur baja Akan mundurkah kita sekarang Seraya mengucapkan ’Selamat tinggal perjuangan’ Berikara setia kepada tirani Dan mengenakan baju kebesaran sang pelayan?. Spanduk kumal itu, ya spanduk itu Kami semua telah menatapmu Dan di atas bangunan-bangunan Menunduk bendera setengah tiang. Pesan itu telah sampai kemana-mana Melalui kendaraan yang melintas Abang-abang beca, kuli-kuli pelabuhan Teriakan-teriakan di atas bis kota, pawai-pawai perkasa Prosesi jenazah ke pemakaman Mereka berkata Semuanya berkata Lanjutkan Perjuangan.



Karangan Bunga Tiga anak kecil Dalam langkah malu-malu Datang ke salemba Sore itu. Ini dari kami bertiga Pita hitam pada karangan bunga Sebab kami ikut berduka Bagi kakak yang ditembak mati Siang tadi. Salemba Alma Mater, janganlah bersedih Bila arakan ini bergerak pelahan Menuju pemakaman Siang ini. Anakmu yang berani Telah tersungkur ke bumi Ketika melawan tirani.



Puisi angkatan modern PUISI KARYA JOKO PINURBO KUCING HITAM Kucing hitam yang ia pelihara dengan kasih sayang kini sudah besar dan buas. Tiap malam dihisapnya darah lelaki perkasa itu seperti mangsa yang pelan-pelan harus dihabiskan. “Jangan anggap lagi aku si manis yang mudah terbuai oleh belaianmu, hai lelaki malang. Sekarang akulah yang berkuasa di ranjang.” Lelaki perkasa itu sudah renta dan sakit-sakitan. Tubuhnya makin hari makin kurus, sementara kucing hitam yang bertahun-tahun disayangnya makin gemuk saja dan sekarang sudah sebesar singa dan ngeongnya sungguh sangat mengerikan. Si tua yang penyabar itu lama-lama geram juga. Tiap malam si hitam gemuk mengobrak-abrik ranjangnya dan melukai tidurnya. “Sebaiknya kita duel saja,” si kurus menantang. “Boleh,” jawab si gemuk hitam. “Nanti tulang-belulangmu kulahap sekalian.” “Ayo kita tempur!” “Ayo kita hancur! “Jahanam besar kau!” “Jerangkong hidup kau!” Parah. Tubuh lelaki itu telah berwarna merah, wajahnya bersimbah darah. Gemetaran ia berdiri dan diangkatnya kedua tangannya tinggi-tinggi. “Hore, aku menang!” teriaknya lantang, lalu disepaknya bangkai kucing maut itu berulang-ulang. “Jahanam besar kau!” (2000)



PEREMPUAN JAKARTA Memang tampak cantik ia dengan celana merah menyala. Senja berduyun-duyun mengejar petang mengejar malam. Pada sebuah billboard masih juga ia bertahan dengan airmata yang disembunyikan. Di jalanan para demonstran pesta pora mengibarkan kata mengibarkan celana. “Ayo kita sergap dia!” “Ayo tangkap saya!” ia menantang sambil ia pamerkan pantatnya yang matang. Mereka lalu mengepungnya, ingin meraih wajahnya, meraih sakitnya. “Rebutlah aku!” ia merayu dan mereka siap menyerbu. Perempuan pengembara. Aku telah lihat ia punya rahasia. Aku telah lihat tailalat kecil di teteknya, tailalat besar di pantatnya. Aku telah lihat luka yang dalam dan kekal di sentral tubuhnya. Memang tambah cantik ia dengan anggur darah di tangannya. Kota akan kehilangan dia bila ia tak lagi di sana. (2000)



MEI : Jakarta, 1998 Tubuhmu yang cantik, Mei telah kaupersembahkan kepada api. Kau pamit mandi sore itu. Kau mandi api. Api sangat mencintaimu, Mei. Api mengucup tubuhmu



sampai ke lekuk-lekuk tersembunyi. Api sangat mencintai tubuhmu sampai dilumatnya yang cuma warna yang cuma kulit yang cuma ilusi. Tubuh yang meronta dan meleleh dalam api, Mei adalah juga tubuh kami. Api ingin membersihkan tubuh maya dan tubuh dusta kami dengan membakar habis tubuhmu yang cantik, Mei Kau sudah selesai mandi, Mei. Kau sudah mandi api. Api telah mengungkapkan rahasia cintanya ketika tubuhmu hancur dan lebur dengan tubuh bumi; ketika tak ada lagi yang mempertanyakan nama dan warna kulitmu, Mei. (2000)



Pro dan Kontra membawa HP ke sekolah



Isu Banyak sekolah,terutama sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP),melarang siswanya membawa hp ke sekolah,tetapi banyak juga yg memperbolehkan membawa HP tapi dengan berbagai syarat.Sebagian orang menganggap ini sangat bagus dan positive (Pro) ada juga yang menganggapnya negative (Kontra). Dengan demikian,pelarangan siswa membawa HP ke sekolah menuai perdebatan.



Pro Banyak masyarakat yg memperbolehkan siswa membawa HP ke sekolah dengan berbagai alasan,disini ane mau ngasih 3 alasan yg paling sering disebutkan : 1.Yang pertama yaitu orang tua dapat menghubungi anaknya baik secara langsung (melalui telepon) atau tidak langsung (melalui SMS). 2.Setidaknya orang tua merasa nyaman karena dapat berkomunikasi dengan anaknya jika terjadi perubahan jadwal,kondisi darurat,dan sejenisnya yg bersifat penting. Jika siswa tidak membawa HP ke sekolah,para orang tua akan perlu menghubungi nomer sekolah yang biasanya sibuk,atau juga ada orang tua yang repot-repot datang ke sekolah dan itu akan memakan waktu yang banyak 3.Telepon seluler dapat digunakan sebagai alat bantu,terutama telepon yang dilengkapi dengan beberapa aksesoris,seperti kalkulator,kamera dan internet.Aplikasi ane dapat membantu di bidang akademik.



Kontra Sementara itu,tak banyak juga masyarakat yg tidal setuju dengan membawa hp ke sekolah,sama seperti yang Pro,mereka mempunyai alasan yg berbagai.Ane disini cman bakal ngasih 3 alasan terbaik tentang kontra isu tadi : 1.Aplikasi yg tersedia di telepon dapat menganggu konsentrasi siswa dalam pembelajaran di sekolah.Aplikasi di smartphone kini mulai banyak dan beragam,saat siswa belajar,pasti pikirannya tertuju kepada aplikasi yg ada di smartphone nya.Kadang juga ada yg diam-diam bermain hp saat jam pelajaran dimulai. 2.Siswa dapat menemukan hal negatif di internet.Saat browsing di internet,ada iklan porno,karna penasaran,si siswa membuka situs tersebut dan menontonnya



3.Aplikasi internet di hp memberikan kesempatan untuk berbuat curang.Saat ulangan,banyak siswa yg tidak bisa menjawab pertanyaan dan mengambil jalan pintas dengan mencari di internet.



Kesimpulan Cara untuk mengatasi masalah ini adalah pihak sekolah bermusyawarah dengab para orang tua,bagaimana jika siswa di bolehkan membawa hape ke sekolah dengan peraturan yang wajar.Dan semuanya kembali kepada pemakaian para siswa sendiri.



Daftar isi



Teks Debat 1 - Teks Debat 2 2. Teks Biografi Tokoh 3. Teks Puisi - Angkatan 66 - Angkatan Modern 1.



Tugas Porfolio Teks Bahasa indonesia



Oleh



: Della Nila Utami



Kelas



: X IPS 1



SMAN 4 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2017 / 2018



BIOGRAFI LENGKAP B.J HABIBIE



Nama : Prof. DR (HC). Ing. Dr. Sc. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie Lahir : 25 Juni 1936, Parepare, Sulawesi Selatan Agama : Islam Orang Tua : Alwi Abdul Jalil Habibie (Ayah), RA. Tuti Marini Puspowardojo (Ibu). Saudara Kandung : 



Junus Effendi Habibie







Alwini Karsum Habibie







Satoto Mohammad Duhri Habibie







Sri Sulaksmi Habibie







Sri Rahayu Fatima Habibie







Sri Rejeki Habibie







Ali Buntarman







Suyatim Abdurrahman Habibie Istri : Hasri Ainun Besari Habibie Anak :Ilham Akbar, Thareq Kemal



Riwayat Pendidikan : 



SD Pare-Pare







SMP 5 Bandung







Gouvernments Middlebare School (SMAK Dago Bandung)







Institut teknologi Bandung







Rheinisch-Westfälische Technische Hochschule Aachen



Riwayat Pekerjaan : 



Insinyur Waggonfabrik Talbot, Aachen, jerman







Wakil Presiden Teknologi di Messerschmitt-Bölkow-Blohm (MBB)



Hamburg, Jerman 



Direktur Utama PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara/ IPTN.







Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia.







Ketua Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi / BPPT







Direktur Utama PT. PAL Indonesia (Persero).







Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam/ Opdip



Batam. 



Ketua Tim Pengembangan Industri Pertahanan Keamanan







Direktur Utama, PT Pindad (Persero).







Wakil Ketua Dewan Pembina Industri Strategis.







Ketua Badan Pengelola Industri Strategis/ BPIS.







Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim se-lndonesia/lCMI.







Koordinator Presidium Harian, Dewan Pembina Golkar.







Wakil Presiden Republik Indonesia







Presiden Republik Indonesia.



Biografi Lengkap R.A. Kartini



R.A Kartini merupakan salah satu tokoh wanita yang terkenal di Indonesia. Raden Ayu Kartini atau R.A.Kartini adalah sosok wanita pahlawan Nasional yang dikenal dengan kegigihannya memperjuangkan emansipasi wanita kala hidupnya. Untuk mengenal lebih jauh mengenai biografinya, berikut ini adalah biografi R.A.Kartini.



Biografi Singkat Nama Lahir Wafat Agama Pasangan Orangtua Gelar



: Raden Ajeng Kartini : Jepara , 21 April 1879 : Rembang, 17 September 1904 : Islam : K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat : R.M. Sosroningrat (Ayah), M.A. Ngasirah (Ibu) : Pahlawan Emansipasi Wanita



Biografi Lengkap R.A. Kartini Kelahiran R.A.Kartini R.A. Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879 di Kota Jepara, karena kegigihannya itulah hari lahirnya kemudian diperingati sebagai hari Kartini untuk menghormati jasa-jasanya pada bangsa Indonesia. Kartini lahir ditengahtengah keluarga yang berasal dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa. Karena itulah ia memperoleh gelar R.A (Raden Ajeng) didepan namanya. Gelar Raden Ajeng digunakan Kartini sebelum ia menikah, jika sudah menikah maka gelar kebangsawanan diganti menjadi Raden Ayu menurut tradisi Jawa. Keluarga R.A.Kartini Ayah Kartini yaitu Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang patih yang diangkat menjadi bupati Jepara segera setelah Kartini Lahir. Kartini merupakan putri pertama dari istri pertama Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat namun bukan dari istri utama. Ayahnya merupakan putra dari Pangeran Ario Tjondronegoro IV, seorang bangsawan yang menjabat sebagai bupati jepara, beliau ini merupakan kakek dari R.A Kartini. Ayahnya R.M. Sosroningrat merupakan orang yang terpandang sebab posisinya kala itu sebagai bupati Jepara kala Kartini dilahirkan. Ibunya yaitu M.A.Ngasirah merupakan anak dari seorang Kiyai atau guru agama di Telukawur, kota Surabya. Jika ditelisik lebih dalam Kartini merupakan keturunan dari Sri Sultan Hamengkubuwono VI, bahkan ada yang mengatakan bahwa Ayahnya berasal dari kerajaan Majapahit. M.A.Ngasirah merupakan bukanlah putri dari keturunan bangsawan, melainkan hanya dari rakyat biasa saja. Karena pada peraturan kolonial Belanda yang ketika itu mengharuskan seorang Bupati harus menikah dengan bangsawan, akhirnya ayah Kartini kemudian mempersunting seorang wanita bernama Raden Adjeng Woerjan yang merupakan seorang Bangsawan keturunan langsung dari Raja Madura pada masanya. Setelah perkawinan itu, kemudian ayah Kartini diangkat menjadi Bupati Jeparaa menggantikan posisi ayah kandung dari Raden Adjeng Woerjan yaitu R.A.A. Tjitrowikromo.



Kehidupan R.A.Kartini dan Pemikirannya tentang emansipasi Wanita Kartini merupakan anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan kiri. Dari saudara sekandungnya, Kartini merupakan putri tertua. Kakeknya adalah Pangeran Ario Tjondronegoro IV diangkat menjadi Bupati diusia 25 Tahun dan dikenal pada pertengahan abad ke-19 sebagai salah satu bupati pertama yang memberi pendidikan Barat kepada anak-anaknya. Kakak kartini yaitu Sosrokartono seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Disana Ia belajar bahasa Belanda. Namun pada umur 15 tahun ia harus tinggal dirumah karena sudah bisa dipingit. Karena kepandaiannya dalam berbahasa Belanda, maka dirumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat untuk teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satu teman yang mendukunya adalah Rosa Abendanon.Dari sanalah Kartini mulai tertarik dengan pola pikir yang dimiliki oleh perempuan Eropa dari surat kabar, majalah, serta buku yang ia baca. Hingga kemudian ia mulai berpikir dan berusaha untuk memajukan perempuan pribumi karena dalam pikirannya kedudukan wanita pribumi masih tertinggal jauh atau memiliki status sosial yang cukup rendah kala itu. R.A. Kartini banyak membaca surat kabar atau majalah-majalah dari kebudayaan Eropa yang menjadi langganannya denga barbahasa Belanda. Di usianya yang masih 20 Tahun ia bahkan sudah banyak membaca buku karya Louis Coperus yang berjudul De Stille Kraacht, karya Van Eeden, Augusta de Witt serta berbagai roman-roman beraliran feminis yang kesemuanya berbahasa belanda, selain itu ia juga membaca buku karya Multatuli yang berjudul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta. Ketertarikannya dalam membaca membuat ia memiliki pengetahuan yang cukup luas tentang ilmu pengetahuan dan kebudayaan. R.A.Kartini memberi perhatian khusu pada masalah emansipasi wanita dengan melihat perbandingan antara wanita eropa dan wanita pribumi. Selain itu ia juga menaruh perhatiannya pada masalah sosial yang terjadi. Menurutnya seorang wanita perlu mmeperoleh persamaan, kebebasan , otonomi serta kesetaraan hukum.



Pernikahan R.A.Kartini Oleh orangtuanya, Kartini disuruh menikah dengan Bupati Rembang yaitu K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat yang telah memiliki tiga orang istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suami memberikan pengertian terhadap keinginan dari Kartini dan memberika kebebasan serta didukung untuk mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks perkantoran Rembang, atau saat ini gedung tersebut digunakan sebagai gedung pramuka. Kelahiran Putra dan Wafatnya R.A.Kartini R.A. Kartini melahirkan seorang Putra yang diberi nama Soesalit Djojoadhiningrat, lahir pada tanggal 13 September 1904. Namun 4 hari setelah melahirkan, tepatnya pada tanggal 17 September 1904 Kartini meninggal pada usia 25 Tahun, dan jasadnya dimakamkan di Desa Bulu, kecamatan Bulu, Rembang. Didirikannya Yayasan Kartini Berkat kegigihannya, kemudian didirikanlah Sekolah wanita oleh Yayasan Kartini di semarang pada tahun 1912, dan kemudian di dirikan di Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cireboh dan daerah lainnya. Sekolah tersebut diberi nama “Sekolah Kartini”, Yayasan tersebut didirikan oleh keluarga Van Deventer. seorang tokoh Politik Etis. Setelah Kartini wafat, Mr.J.H. Abendanon yang saat itu menjabat sebagai Menteri kebudayaan, Agama dan Kerajinan Hindia-Belanda mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan oleh R.A Kartini kepada teman-temannya di Eropa. Bukunya diberi judul Door Duisternis tot Licht yang arti harfiahnya “Dari Kegelapan Menuju Cahaya”. Buku kumpulan surat Kartini ini diterbitkan pada 1911. Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan terakhir terdapat tambahan surat Kartini. Penghargaan untuk R.A.Kartini Dengan terbitnya surat-surat Kartini yang hanya seorang perempuan pribumi, sangat menarik perhatian masyarakat Belanda. Pemikiran-prmikian Kartini



mulai mengubah pandangan masyarakat Belanda terhadap perempuan Pribumi di Jawa. Selain itu atas pemikiran-pemikirannya pula yang menjadi inspirasi bagi tokoh-tokoh kebangkitan nasional Indonesia, seperti W.R Soepratman yang menciptakan lagu berjudul Ibu Kita Kartini. Lagu tersbut kini sangat populer dikalangan siswa di Indonesia, lagu ini menggambarkan inti perjuangan wanita untuk merdeka. Hingga pada tanggal 2 Mei 1964 presiden Soekarno mengeluarkan instruksi berupa keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, yang berisi penetapan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional, Soekarno juga menetapkan hari lahir Kartini, yakni pada tanggal 21 April, diperingati sebagai Hari Kartini sampai sekarang ini. Terdapat banyak perdebatan dan kontrovesi mengenai keaslian surat-surat yang ditulis oleh R.A.Kartini, karena hingga kini sebagian besar naskah asli surat kartini tidak dapat ditemukan, dan jejak keturuan J.H.Abendanon pun sulit untuk dilacak oleh pemerintahan Belanda. Hingga banyak kalangan yang meragukan kebenaran dari surat-surat Kartini. Selain itu penetapan tanggal kelahiran R.A Kartini sebagai hari besar juga banyak diperdebatkan. Terdapat pihak yang tidak begitu menyetujuinya, mereka mengusulkan agar tidak hanya ada hari kartini, namun harus ada juga hari Ibu yang jatuh pada tanggal 22 Desember. Alasan mereka mengusulkan hal tersebut agar tidak ada pilih kasih, karena masih ada pahlawan wanita lain yang ikut gigih memperjuangkan kemerdekaan untuk negara seperti Dewi Sartika, Cut Nyak Dhien, Martha Christina Tiahahu, dan lain-lain.



Buku-Buku R.A.Kartini 1. 2. 3. 4. 5.



Habis Gelap Terbitlah Terang Surat-surat Kartini, Renungan Tentang dan Untuk Bangsanya Letters from Kartini, An Indonesian Feminist 1900-1904 Panggil Aku Kartini Saja (Karya Pramoedya Ananta Toer) Kartini Surat-surat kepada Ny RM Abendanon-Mandri dan suaminya



6. Aku Mau … Feminisme dan Nasionalisme. Surat-surat Kartini kepada Stella Zeehandelaar 1899-1903.



Keturunan R.A.Kartini Sebelum wafatnya R.A.Kartini memiliki seorang putra yang bernama R.M Soesalit Djojoadhiningrat hasil pernikahannya dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat. Putra Kartini sempat menjabat sebagai Mayor Jenderal pada masa kependudukan Jepang, kemudian ia memiliki putra yang bernama RM. Boedi Setiyo Soesalit (cucu R.A Kartini) yang kemudian menikah dengan seorang wanita bernama Ray. Sri Biatini Boedi Setio Soesalit. Dari pernikahannya, RM. Boedi Setiyo Soesalit memiliki lima anak bernama RA. Kartini Setiawati Soesalit, kemudian RM. Kartono Boediman Soesalit, RA Roekmini Soesalit, RM. Samingoen Bawadiman Soesalit, dan RM. Rahmat Harjanto Soesalit.