PUNYA 메리 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di daerah tropis dilewati oleh garis khatulistiwa dan memiliki keanekaragaman tanaman buah, baik jenis tanaman yang berbuah musiman maupun jenis tanaman yang berbuah sepanjang tahun, salah satunya adalah tanaman durian. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya raya akan plasma nutfah. Banyaknya varietas yang ada tidak mampu mewarnai agribisnis buah di Indonesia. Balai Benih Induk Hortikultura Pekanbaru berada di jalan Kaharudin Nasution KM 10 Padang Marpoyan, Kelurahan Simpang Tiga, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru. BBI Hortikultura Pekanbaru memiliki luas area sekitar 36,5 Ha yang ditanami berbagai macam tanaman hortikultura seperti buah-buahan, sayursayuran dan tanaman bunga serta ada pula tanaman pangan seperti padi dan jagung. Adapun tanaman buah-buahan yang ditanam di BBI Hortikultura Pekanbaru seperti durian, jeruk, rambutan, mangga, manggis, jambu citra, papaya, belimbing, matoa, dan sawo. Sayur-sayuran yang ditanam di BBI Hortikultura Pekanbaru yaitu sawi, mentimun, bayam, kangkung, kacang panjang, selada dan cabai, sedangkan tanaman bunga yang ada di BBI Hortikultura Pekanbaru yaitu bunga mawar, asoka, pucuk merah, pucuk hijau, kamboja, anggrek dan bougenvil. BBI Hortikultura Pekanbaru berdiri pada tahun 1963 yang berada di bawah pengawasan Dinas Tanaman Pangan Provinsi Riau yang bertugas untuk menyediakan benih dan bibit yang unggul dan bermutu untuk menunjang produksi tanaman pangan dan hortikultura khususnya di Provinsi Riau. BBI Hortikultura Pekanbaru juga bekerja sama dengan Balai Benih



2



Induk Hortikultura yang ada di Malang dan Medan dalam hal penyediaan benih unggul tanaman pangan dan hortikultura. Bawang merah merupakan komoditas sayuran yang sudah sejak lama di usahakan oleh petani secara intensif. Komoditas pertanian ini merupakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi suatu wilayah. Karena memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi maka pengusahaan budidaya bawang merah telah menyebar hampir di setiap provinsi di Indonesia. Meskipun minat petani di terhadap bawang merah cukup kuat, namun dalam proses pengusahaannya masih ditemui berbagai kendala. Baik yang bersifat teknis maupun ekonomis Jeruk adalah buah-buahan yang banyak mengandung vitamin, zat gizi dan mineral. Menurut beberapa penelitian jeruk dapat mencegah berbagai penyakit seperti, penyakit kanker dan stroke. Musuh alami adalah organisem yang ditemukan di alam yang dapat membunuh



serangga



sekaligus,



melemahkan



serangga,



sehingga



dapat



mengakibatkan kematian pada serangga, dan mengurangi fase reproduktif dariserangga. Musuh alam biasanya mengurangi jumlah populasi serangga, inang atau pemangsa, dengan memakan individu serangga. Untuk beberapa spesies, musuhalami merupakan kekuatan utama yang mengatur dinamika populasi serangga,sehingga penting bagi kita untuk mengetahui bagaimana musuh alamidapatmempengaruhi populasi serangga untuk mengestimasi pengaruhnya. Untuk menjelaskan kepadatan populasi serangga dan memprediksi terjadinya outbreaks. Serangga merupakan organisme yang sangat melimpah keberadaannya dan mampu hidup dimana saja, baik di darat maupun di air. Habitat serangga sangat



3



bervariasi, masing-masing spesies mempunyai kekhasan tempat hidup oleh karena itu perlu dipikirkan metode penangkapan dan koleksi yang tepat untuk mendapatkan spesies serangga yang diinginkan. Masing-masing metode dikembangkan untuk menangkap serangga yang khas yang didasarkan pada perilaku dan habitatnya. Pengawetan serangga yang benar membutuhkan suatu pengetahuan dan keterampilan yang cukup. Serangga awetan [Spesimen] sangat penting untuk keperluan penelitian terutama yang berkaitan dengan biodiversitas serangga. Pengawetan serangga yang salah dapat berakibat fatal bagi spesimen yang disimpan. Pengawetan serangga dan artropoda lain dilakukan dengan cara yang berbeda-beda pada setiap spesies dan fase tumbuhnya. Ada dua cara pengawetan yang umum dilakukan, yaitu pengawetan kering dan pengawetan basah. Pengawetan kering dilakukan untuk serangga-serangga yang bertubuh keras [umumya fase imago] dengan cara di pin [ditusuk dengan jarum preparat atau di karding]. Ukuran diameter dan panjang jarum bervariasi mulai dari nomor 00 sampai 9. Apabila jarum ditusukkan secara tidak langsung ke tubuh serangga, seperti halnya karding, jarum stainless steel tidak perlu dipergunakan, cukup dengan jarum dari baja. Beberapa serangga besar akan berubah warna atau kotor apabila diawetkan kering, oleh sebab itu perlu dilakukan proses pengeluaran isi perut atau ‘gutting’ sebelum serangga di pin. Pengawetan basah dilakukan untuk serangga-serangga yang bertubuh lunak [umumnya fase larva] dilakukan dengan cara menyimpan serangga didalam botol yang telah diisi dengan alkohol 80%, dengan ketentuan bahwa spesimen yang diawetkan dalam alkohol harus disimpan dalam botol gelas dengan tutup yang rapat. Menggunakan botol plastik tidak baik untuk tempat spesimen karena mudah retak apabila diisi dengan alkohol. Pilih botol yang cukup besarnya agar spesimen tidak



4



tertekuk dan hancur, selain itu juga akan memudahkan pengambilan pada saat akan diteliti/diamati. Salah satu cara yang baik untuk mempelajari serangga diantaranya ialah pergi ke lapangan dan kemudian kita mengadakan koleksi terhadap serangga-serangga tersebut. Akan tetapi mempelajari serangga tidak mungkin dilakukan di lapangan setiap jam pelajaran. Hal ini disebabkan karena terbatasnya waktu jam pelajaran. Untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan cara mengadakan koleksi terhadap serangga tersebut dan selanjutnya mengawetkannya. Mempelajari serangga dengan menggunakan koleksi serangga yang telah diawetkan akan lebih menarik dibandingkan dengan hanya mempelajari serangga dari buku saja maupun mengamati gambar serangga yang ada pada buku.Tanpa diawetkan serangga-serangga tersebut mungkin hanya dapat dipakai satu kali praktikum tetapi jika diawetkan dapat dipergunakan selama mungkin.



B. Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum ini adalah 1.



5



II. TINJAUAN PUSTAKA Indonesia terdapat berbagaimacam varietas jeruk. Keragaman jeruk sangat tinggi



yang



ditunjukkan



oleh



banyaknya



anggota



pada



marga



Citrus



(Karsinah,dkk.,2002). Meskipun demikian, yang dianggap sebagai jeruk yang asli hanya 3 kelompok yaitu mandarin, jeruk besar dan sitron, sedangkan yang lainnya hasil persilangan dari ketiga kelompok tersebut. Kelompok mandarin sendiri terdiri dari banyak spesies yang secara fenotipik berbeda jauh (Barret dan Rhodes,1976 dalam Hajrah, 2009). Jeruk merupakan salah satu jenis komoditas hortikultura yang banyak disukai masyarakat dan pemasarannya cukup baik. Upaya pengembangan jeruk ini banyak dilakukan oleh petani. Salah satu daerah sentra produksi jeruk adalah di Kalimantan Barat, Kabupaten Sambas yang dikenal sebagai sentra jeruk pontianak. Bawang merah merupakan salah satu komoditi hortikultura yang termasuk ke dalam sayuran rempah yang digunakan sebagai pelengkap bumbu masakan guna menambah citarasa dan kenikmatan masakan. Di samping itu,tanaman ini juga ber khasiat sebagai obat tradisional,misalnya obat demam, masuk angin, diabetes melitus, disentri dan akibat gigitan serangga (Samadi dan Cahyono,2005). Hama dan penyakit yang menyerang tanaman bawang merah antara lain adalah ulat grayak Spodoptera, Thrips, Bercak ungu Alternaria, busuk umbi Fusarium,



busuk



putih



Sclerotum,



busuk



daun



Stemphylium



dan



virus



(Sartono,2009). Pengendalian hama dan penyakit merupakan kegiatan rutin atau tindakan preventif yang dilakukan petani bawang merah. Umumnya kegiatan ini dilakukan



6



pada minggu kedua setelah tanam dan terakhir pada minggu kedelapan dengan dengan interval 2 - 3 hari sekali (Rahayu, 2007). Pengendalian hama dan penyakit yang tidak tepat (pencampuran 2 - 3 jenis pestisida, dosis yang tidak tepat, sprayer yang tidak standar) dapat menimbulkan masalah yang serius (kesehatan, pemborosan, resistensi hama dan penyakit, residu pestisida, dan pencemaran lingkungan). Salah satu cara yang dilakukan untuk mengurangi jumlah pemakaian pestisida adalah dengan tidak mencampurkan beberapa jenis pestisida, memakai konsentarasi pestisida yang dianjurkan, memakai sepuyer (nozzle) standar dengan tekanan pompa yang cukup (Rahayu,2007).



7



III.



BAHAN DAN METODE



A. Waktu dan tempat Praktikum ini dilaksanakan di Balai Benih Induk Hortikultura Pekanbaru berada di jalan Kaharudin Nasution KM 10 Padang Marpoyan, Kelurahan Simpang Tiga, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru. Praktikum ini dilaksanakan selama satu hari, pada tanggal 31 oktober 2016. B. Bahan dan alat Bahan dan alat yang akan digunakan dalam melakukan praktikum kali ini adalah alkohol, botol selai atau botol kultur jaringa, kamera, alat tulis,dll. C. Pelaksanaan praktikum Dalam kegiatan pratikum di BBI atau Balai Benih Induk Hortikultura di Pekanbaru adalah dengan mangamati serangan hama dan terserangnya penyakit pada tanaman jeruk dan tanaman bawang merah. Setelah diamati, serangga atau penyakit tersebut diamati dan di foto serta di awetkan didalam botol selai dengan pemberian alkohol 80%.



8



IV.



HASIL DAN PEMBAHASAN



A. Balai Benih Induk Hortikultura (BBI) 1. Sejarah dan Struktur Balai Benih Induk Hortikultura Pekanbaru berada di jalan Kaharudin Nasution KM 10 Padang Marpoyan, Kelurahan Simpang Tiga, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru. BBI Hortikultura Pekanbaru memiliki luas area sekitar 36,5 Ha yang ditanami berbagai macam tanaman hortikultura seperti buah-buahan, sayur-sayuran dan tanaman bunga serta ada pula tanaman pangan seperti padi dan jagung.Adapun tanaman buah-buahan yang ditanam di BBI Hortikultura Pekanbaru seperti durian, jeruk, rambutan, mangga, manggis, jambu citra, papaya, belimbing, matoa, dan sawo. Sayur-sayuran yang ditanam di BBI Hortikultura Pekanbaru yaitu sawi, mentimun, bayam, kangkung, kacang panjang, selada dan cabai, sedangkan tanaman bunga yang ada di BBI Hortikultura Pekanbaru yaitu bunga mawar, asoka, pucuk merah, pucuk hijau, kamboja, anggrek dan bougenvil BBI. Hortikultura Pekanbaru berdiri pada tahun 1963 yang berada di bawah pengawasan Dinas Tanaman Pangan Provinsi Riau yang bertugas untuk menyediakan benih dan bibit yang unggul dan bermutu untuk menunjang produksi tanaman pangan dan hortikultura khususnya di Provinsi Riau. BBI Hortikultura Pekanbaru juga bekerja sama dengan Balai Benih Induk Hortikultura yang ada di Malang dan Medan dalam hal penyediaan benih unggul tanaman pangan dan hortikultura.



9



2. Cara Perbanyakan Tanaman A. Perbanyakan Secara Generatif 1.



Definisi Perbanyakan Secara Generatif Perkembangbiakan generatif adalah perkembangbiakan tumbuhan secara kawin atau seksual. Pada proses perkembangbiakan generatif ini dibutuhkan alat kelamin jantan dan alat kelamin betina. Perkembangbiakan secara generatif dapat terjadi pada tumbuhan ataupun hewan. Perbanyakan secara generatif dilakukan dengan menanam biji yang dihasilkan dari penyerbukan antara bunga jantan (serbuk sari) dan bunga betina (kepala putik). Secara alami proses penyerbukan terjadi dengan bantuan angin atau serangga. Namun, saat ini penyerbukan sering dilakukan manusia, terutama para pemulia tanaman untuk memperbanyak atau menyilang tanaman dari beberapa varietas yang berbeda. Perbanyakan tanaman secara generatif terjadi juga melalui biji. Biji merupakan organ perkembang biakan yang terbentuk dalam buah sebagai hasil pendewasaan bakal biji yang dibuahi. Perbanyakan melalui biji didahului dengan peleburan gamet jantan dan gamet betina tanaman induk. Hal ini merupakan salah satu kemampuan alami tanaman untuk berkembang biak dan melestarikan kemampuan kelangsungan hidupnya. Perkembangbiakan secara generatif ditandai dengan adanya pembuahan. Pembuahan adalah peleburan sel kelamin jantan dan sel kelamin betina yang kemudian menghasilkan zigot. Zigot berkembang menjadi individu baru. Proses pembuahan pada hewan dan tumbuhan adalah berbeda. Pembuahan pada hewan adalah proses peleburan antara sel telur (sel kelamin betina) dan sel sperma (sel kelamin jantan). Pembuahan pada tumbuhan adalah proses dari peleburan benang



10



sari (sel kelamin jantan) dan putik (sel kelamin betina). Karena adanya proses pembuahan makanPerkembangbiakan secara generatif menghasilkan individu yang memiliki perpaduan sifat-sifat dari kedua induknya. Perkembangbiakan generatif pada tumbuhan terjadi melalui beberapa cara, yaitu: 1) Konjugasi, yaitu reproduksi generatif pada tumbuhan yang belum jelas alat kelaminnya. Contoh: Spyrogyra (ganggang hijau) yang koloninya berbentuk benang, 2) Isogami, yaitu peleburan 2 sel gamet atau kelamin yang sama besar. Contoh:Clamydomonas (ganggang biru), 3) Anisogami, yaitu peleburan 2 sel gamet yang besarnya tidak sama. Gamet 1 lebih kecil (mikrogamet) dan gamet 2 lebih besar (makrogamet). Contoh: Ulva (ganggang yang berbentuk lembaran), 40 Penyerbukan yang diikuti dengan pembuahan. Terjadi pada tumbuhan berbunga (Antophyta) atau tumbuhan berbiji (Spermatophyta). Alat kelamin jantan berupa benang sari dan alat kelamin betinanya berupa putik. Keunggulan tanaman hasil perbanyakan secara generatif adalah sistem perakarannya yang kuat dan rimbun. Oleh karena itu, sering dijadikan sebagai batang bawah untuk okulasi atau sambungan. Selain itu, tanaman hasil perbanyakan generatif juga digunakan untuk program penghijauan di lahan-lahan kritis yang lebih mementingkan konservasi lahan dibandingkan dengan produksi buahnya. Bahkan, kegiatan budidaya tanaman sayur dan beberapa jenis buah-buahan semusim seperti semangka dan melon tetap menggunakan bibit biji yang berasal dari perbanyakan secara generatif, tetapi bibit yang digunakan merupakan bibit-bibit unggul atau bibit biji varietas hibrida yang kualitas dan kuantitas buahnya tidak diragukan lagi. Bahan tanam hasil pembiakan secara generatif adalah berupa biji (benih). Benih yang berukuran lebih kecil dibandingkan dengan tanaman induknya sehingga dapat



11



dihasilkan dalam jumlah yang besar. Ukuran biji yang kecil juga dapat memberikan kesempatan untuk penyebaran yang lebih jauh.



Tanaman hasil pembiakan generatif akan mempunyai sifat yang berbeda dengan kedua induknya karena merupakan perpaduan dari kedua induknya sehingga menimbulkan variasi-variasi baru baik secara fenotipe maupun genotype. Adanya varietas hibrida merupakan salah satu hasil pembiakan secara generatif. Dengan cara menyilangkan beberapa varietas yang dianggap unggul. Tanaman transgenik juga merupakan hasil dari pembiakan generatif yang mana dalam pembuatannya disusupkan gen bakteri dengan cara merendam biji tanaman dalam larutan kimia yang mengandung bakteri atau gen tertentu. Tanaman hasil pembiakan secara generatif biasanya mempuyai daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungannya, selain itu tanaman hasil pembiakan generatifmempunyai umur produktif yang lebih lama dibandingkan dengan tanaman hasil pembiakan secara vegetatif. Sedang kekurangan dari pembiakan generatif yaitu sifat biji yang dihasilkan sering menyimpang dari sifat pohon induknya. Jika biji tersebut ditanam, dari ratusan atau ribuan biji yang berasal dari satu pohon induk yang sama akan menghasilkan banyak tanaman baru dengan sifat yang beragam. Namun, ada juga yang sama sekali tidak membawa sifat unggul pohon induk, bahkan lebih buruk sifatnya. Keragaman sifat ini terjadi karena adanya pengaruh mutasi gen dari pohon induk jantan dan betina. Kelemahan lainnya, pertumbuhan vegetatif tanaman hasil perbanyakan secara generatif juga relatif lambat. Karena diawal pertumbuhannya, makanan yang dihasilkan dari proses fotosintesa lebih banyak digunakan untuk membentuk batang



12



dan tajuk tanaman. Akibatnya, tanaman memerlukan waktu yang lama untuk berbunga dan berbuah. Contohnya tanaman mangga, durian, lengkeng, manggis atau duku yang berasal dari hasil perbanyakan secara generatif, baru akan berbuah setelah 8-10 tahun setelah tanam. Namun perlu diingat bahwa perlakuan benih dengan bahan –bahan kimia untuk pencegahan hama dan penyakit dapat berakibat kurang baik bagi proses perkecambahan dan pertumbuhan lebih lanjut. Oleh karena itu penggunaan metode dan dosis bahan kimia yang digunakan harus benar-benar tepat. Dosis yang berlebihan atau konsentrasi larutan bahan perendaman terlalu tinggi akan menurunkan viabilitas benih yang akhirnya akan menghasilkan pertumbuhan kecambah abnormal. Selain itu perlakuan benih sering justru memperpendek daya simpan benih tersebut



2.



Perbanyakan Tanaman Secara Vegetatif Perbanyakan secara vegetatif adalah perbanyakan tanaman menggunakan



bagian – bagian vegetatif tanaman seperti akar, batang dan daun. Bahan tanaman yang berasal dari bagian vegetatif disebut bibit. Baik perbanyakan secara vegetatif ( benih ) maupun perbanyakan secara vegetatif ( bibit ), kedua – duanya digunakan petani karena masing – masing mempunyai kelebihan. Selain itu setiap jenis tanaman mempunyai sifat spesifik dalam kaitanyan dengan bahan tanaman ini. Tanaman – tanaman seperti : padi, jagung, kedelai, kacang tanah, gamdum, kelapa sulit diperbanyak secara vegetatif kecuali dengan menggunakan teknik kultur jaringan. Sedangkan tanaman rambutan, apel, kopi, kakao,tebu, ubikayu, ubijalar, dan lainya lebih baik diperbanyak secara vegetatif.



13



Pada perbanyakan secara aseksual atau vegetatif genotip dari tanaman induk diwarisi secara sempurna. Bagian – bagian tanaman pada fase siklus seksual maupun dapat digunakan sebagai bahan tanaman awal. Bahan yang dipilih untuk perbanyakan karena sifat vegetatifnya dan diambil sebelum mencapai fase dewasa akan tetapi menunjukan sifat juvenilnya. Bahan tanaman yang dipilih karena sifat bunga dan buahnya tidak lagi menunjukan sifat juvenilnya ataupun transisinya dan tetap secara biologis dewasa. Perbanyakan secara vegetatif mencakup beberapa cara antara lain : stek (batang, akar dan daun) okulasi dan penyambungan tidak seperti perbanyakan secara generatif yang dapat di tanam langsung dilapangan, kecuali untuk benih yang berukuran kecil, untuk perbanyakan secara vegetatif biasanya perlu disemaikan dulu sebelum ditanam dilapangan. Perkembangbiakan Vegetatif Ada Dua Jenis yaitu Perkembangbiakan vegetatif alami dan perkembangbiakan vegetatif buatan. Perkembangbiakan vegetatif yang terjadi dengan sendirinya tanpa bantuan manusia dinamakan vegetatif alami. Sebaliknya, perkembangbiakan vegetatif yang melibatkan bantuan manusia disebut vegetatif buatan. Perkembangbiakan vegetatif alami dimulai dari tumbuhnya tunas pada bagian tumbuhan. Tunas selanjutnya akan menjadi tanaman baru. Pada umumnya, tunas tumbuh pada ruas batang, ketiak daun, ujung akar, dan tepi daun. Tunas yang tumbuh pada ujung akar atau tepi daun disebut tunas adventif Jika tunas tumbuh dekat induknya dinamakan rumpun, seperti rumpun bambu dan rumpun pisang. Pembiakan secara vegetatif buatan di antaranya adalah cangkok, stek, okulasi, enten, dan runduk.



14



Mencangkok adalah mengembang biakkan tanaman agar cepat berbuah dan mempunyai sifat-sifat yang sama dengan induknya. Jika tanaman induknya berbuah manis, maka cangkokannya menghasilkan buah yang manis pula. Tanaman yang dapat dicangkok adalah tanaman yang mempunyai batang kayu dan berkambium, seperti jambu, rambutan, dan mangga. Stek adalah cara mengembangbiakkan tanaman dengan menggunakan bagian dari batang tumbuhan tersebut. Bagian tanaman yang dapat ditanam dapat berupa batang, tangkai, atau daun. Tidak semua tumbuhan dapat disetek. Stek daun dapat dilakukan pada tanaman cocor bebek dan begonia. Stek akar dapat dilakukan pada tanaman sukun dan stek batang dapat dilakukan pada tanaman singkong. Stek tangkai



dapat



dilakukan



pada



tanaman



mawar. Contoh



tanaman



yang



dikembangbiakan dengan stek adalah ubi kayu, tebu, kangkung, dan mawar. Menyambung atau mengenten bertujuan menggabungkan dua sifat unggul dari individu yang berbeda. Misalnya, untuk menyokong tumbuhan dibutuhkan jenis tumbuhan yang memiliki akar kuat. Sementara untuk menghasilkan buah atau daun



atau



bunga



yang



banyak dibutuhkan



tumbuhan



yang



memiliki



produktivitas tinggi. Menempel atau okulasi adalah menempelkan tunas pada batang tanaman sejenis yang akan dijadikan induk. Tumbuhan yang akan ditempeli harus yang kuat. Tempel (okulasi) bertujuan menggabungkan dua tumbuhan berbeda sifatnya.



C. Hama dan Penyakit Tanaman 1. Hama Tanaman Jeruk a. Kutu loncat (Diaphorina citri.)



15



Bagian yang diserang pada tanaman jeruk adalah tangkai, kuncup daun, tunas, daun muda. Gejalanya seperti tunas keriting, tanaman mati untuk pengendaliannya menggunakan insektisida bahan aktif dimethoate (Roxion 40 EC, Rogor 40 EC), Monocrotophos (Azodrin 60 WSC) dan endosulfan (Thiodan 3G, 35 EC dan Dekasulfan 350 EC). Penyemprotan dilakukan menjelang dan saat bertunas, Selain itu buang bagian yg terserang. b. Kutu daun (Toxoptera citridus aurantii, Aphis gossypii.) Bagian yang diserang pada tanaman jeruk adalah tunas muda dan bunga. Gejalanya seperti daun menggulung dan membekas sampai daun dewasa. Untuk pengendaliannya adalah dengan menggunakan insektisida dgn bahan aktif Methidathion (Supracide 40 EC), Dimethoate (Perfecthion, Rogor 40 EC, Cygon). c. Ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella.) Bagian yang diserang pada tanaman jeruk adalah daun muda. Gejalanya seperti alur melingkar transparan atau keperakan, tunas/daun muda mengkerut, menggulung, rontok. Untuk pengendalian adalah semprotkan insektisida dgn bahan aktif Methidathion (Supracide 40 EC, Basudin 60 EC) dan lain-lain. d. Tungau (Tenuipalsus sp. , Eriophyes sheldoni Tetranychus sp) Bagian yang diserang pada tanaman jeruk adalah tangkai, daun dan buah. Gejalanya seperti bercak keperak-perakan atau coklat pada buah dan bercak kuning atau coklat pada daun. Untuk pengendaliannya adalah semprotkan insektisida Propargite (Omite), Cyhexation (Plictran), Dicofol (Kelthane) dan lain-lain. e. Penggerek buah (Citripestis sagittiferella.) Bagian yang diserang adalah buah. Gejalanya seperti lubang yg mengeluarkan getah. Untuk pengendaliannya bisa dengan memetik buah yg



16



terinfeksi kemudian menggunakan insektisida Methomyl yg disemprotkan pada buah berumur 2-5 minggu. f. Kutu penghisap daun (Helopeltis antonii.) o



Bagian yg diserang Helopeltis antonii.



o



Gejala: bercak coklat kehitaman dgn pusat berwarna lebih terang pada tunas dan buah muda, bercak disertai keluarnya cairan buah yg menjadi nekrosis.



o



Pengendalian:



semprotkan



insektisida



Fenitrotionmothion



(Sumicidine 50 EC), Fenithion (Lebaycid) dan lain-lain. g.



Ulat penggerek bunga dan puru buah (Prays sp.) o



Bagian yg diserang adalah kuncup bunga jeruk manis



o



Gejala: bekas lubang-lubang bergaris tengah 0,3-0,5 cm, bunga mudah rontok, buah muda gugur sebelum tua.



o



Pengendalian: gunakan insektisida dgn bahan aktif Methomyl (Lannate 25 WP) dan lain-lain.



h.



Thrips (Scirtotfrips citri.) o



Bagian yg diserang adalah tangkai dan daun muda.



o



Gejala: helai daun menebal, tepi daun menggulung ke atas, daun di ujung tunas menjadi hitam, kering dan gugur, bekas luka berwarna coklat keabu-abuan kadang-kadang disertai nekrotis.



o



Pengendalian: menjaga agar tajuk tanaman tidak terlalu rapat dan sinar matahari measuk ke bagian tajuk, hindari memakai mulsa jerami. Kemudian gunakan insektisida berbahan aktif Difocol (Kelthane) atau ZPropargite (Omite) pada masa bertunas.



i.



Kutu dompolon (Planococcus citri.)



17



o



Bagian yg diserang adalah tangkai buah.



o



Gejala: berkas berwarna kuning, mengering dan buah gugur.



o



Pengendalian: gunakan insektisda Methomyl (Lannate 25 WP), Triazophos (Fostathion 40 EC) dan lain-lain.



j.



Lalat buah (Dacus sp.) o



Bagian yg diserang adalah buah yg hampir masak.



o



Gejala: lubang kecil di bagian tengah, buah gugur, belatung kecil di bagian dalam buah. Pengendalian: gunakan insektisida Fenthion (Lebaycid 550 EC),



o



Dimethoathe (Roxion 40 EC, Rogor 40 EC) dicampur dgn Feromon MethylEugenol atau protein Hydrolisate. k.



Kutu sisik (Lepidosaphes beckii Unaspis citri.) o



Bagian yg diserang daun, buah dan tangkai.



o



Gejala: daun berwarna kuning, bercak khlorotis dan gugur daun. Pada gejala serangan berat terlihat ranting dan cabang kering dan kulit retak buah gugur. Pengendalian: gunakan pestisida Diazinon (Basudin 60 EC, 10 G,



o



Basazinon 45/30 EC) dan lain-lain. l.



Kumbang belalai (Maeuterpes dentipes.) Bagian yg diserang adalah daun tua pada ranting atau dahan bagian



o



bawah. o



Gejala: daun gugur, ranting muda kadang-kadang mati.



o



Pengendalian: perbaiki sanitasi kebun, kurangi kelembaban perakaran. Kemudian gunakan insektisida Carbaryl (Sevin 85 S) dan Diazinon (Basudin 60 EC, 10 G).



18



2



Penyakit Tanaman



a. Penyakit Tanaman Jeruk 1) Penyakit Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD) Penyebab : Bakteri Liberobacter asiaticum, Daerah penyebaran : Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat. Gejala khas CVPD adalah belang - belang kuning (blotching), mulai berkembang pada bagian ujung tanaman (pertumbuhan baru) pada daun yang ketuaannya sempurna, bukan pada daun muda atau tunas. Pengamatan gejala sebaiknya dilakukan pada permukaan atas dan bawah daun. 2) Penyakit Tristeza (Quick Decline) Penyebab: Virus Tristeza jeruk (Citrus Tristeza Virus =CTV) dengan serangga penular Toxoptera citricida Krik. (Aphis citricidus Kirk., Aphis tavaresi Del Garcio, Aphis citricola Van der Goot), T. auranti Fonsc., Aphis spiraecola Patch., Aphis gossypii Glou, Myzus persicae Sulz. Dan Ferrisia virgata Ckll. Penyebaran: Di Indonesia terdapat di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Gejala infeksi pada tanaman adalah kerusakan pada jaringan pembuluh tapis (floem), lekukan atau celah - celah pada jaringan kayu pada batang, cabang atau ranting dan gejala daun menguning. Pada varietas yang tahan seperti jeruk keprok gejalanya bisa tak tampak tetapi tetap merupakan sumber infeksi bagi varietas yang peka. Gejala khas penyakit virus ini adalah daun - daun tanaman yang berubah menjadi berwarna perunggu atau kuning dan gugur sedikit demi sedikit. Biasanya terjadi pemucatan tulang daun (vein clearing) berupa garis - garis putus atau memanjang pada tulang daun yang tembus cahaya 2 minggu sampai 2 bulan



19



setelah tertular. Pertumbuhan tanaman menjadi terhambat / merana, kerdil, daun kaku dan berukuran lebih kecil dengan tepinya melengkung keatas. Bunga yang dihasilkan berlebihan, tetapi tdak dapat berkembang menjadi buah yang masak. Pengendalian :1) Kultur teknis - Penggunaan bibit sehat - Penggunaan mata tempel yang bebas penyakit dan batang bawah tahan terhadap virus TristezaEradikasi terhadap tanaman sakit dan tanaman inang serangga penular, kemudian dibakar, 2) Kimiawi Pengendalian serangga penular dengan insektisida efektif. 3) Busuk Pangkal Batang (Brown rot Gummosis) Penyebab: Cendawan Phytophthora spp. di Indonesia spesies yang utama adalah P. nicotianae var. parasitica. Penyebaran: Penyakit terdapat di Jawa, Sumatera, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dan Bali. Gejala: Penyakit ini umumnya menyerang pada bagian pangkal batang dekat permukaan tanah atau pada bagian sambungan antara batang atas dan bawah bibit jeruk okulasi. Gejala awal tampak berupa bercak basah yang berwarna gelap / hitam kebasah-basahan pada permukaan kulit pangkal batang. Pengendalian : 1) Kultur teknis: Menggunakan benih dengan mata tempel setinggi 35 - 50 cm dari permukaan tanah, untuk mengurangi kemungkinan batang atas yang rentan terinfeksi cendawan dari tanah, Menghindari air pengairan mengenai / terkena langsung pangkal batang dengan membuat selokan melingkari batang.- Mengurangi kelembaban kebun dengan mengatur drainase, jarak tanam, pemangkasan, dan sanitasi lingkungan / kebun, Menghindarkan terjadinya pelukaan terhadap baik akar maupun pangkal batang pada waktu pemeliharaan / penyiangan. 4) Penyakit Kulit Diplodia (Bark rot / Diplodia Cummosis)



20



Penyebab : Cendawan Botryodiplodia theobromae Pat. Penyebaran: Di Indonesia penyakit ini terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan. Gejala: Serangan Diplodia kering umumnya lebih berbahaya karena gejala permulaan sukar diketahui. Kulit batang atau cabang tanaman yang terserang mengering, terdapat celah - celah kecil pada permukaan kulit, dan pada bagian kulit dan batang yang ada di bawahnya berwarna hitam kehijauan. Pengendalian :1) Kultur teknis: Sanitasi tanaman. Potong pohon / cabang / ranting yang terserang berat, buang kulit yang terinfeksi sedang dan bersihkan kulit yang terinfeksi ringan serta lingkungan dari gulma, Mengurangi kelembaban kebun dengan mengatur jarak tanam dan melakukan pemangkasan. 5) Penyakit Antraknosa Penyebab: Cendawan Colletotrichum gloeosporioides Penz., dengan bentuk sempurnanya adalah Glomerella cingulata. Cendawan penyebab lainnya adalah Gloeosporium limetticolum Clausen. Penyebaran: Penyakit ini dikenal di semua negara penanam jeruk. Di Indonesia penyaki ini tersebar di Jawa, Bali, Kalimantan Barat, dan NTB. Gejala antraknosa pada buah adalah adanya bercak / bintik - bintik coklat kemerahan atau coklat hitam, berbentuk bulat pada permukaan kulit buah, lama-lama menjadi cekung, mengeras dan kering. Pengendalian: 1) Kultur teknis: Penggunan bibit yang bukan berasal dari cangkokan, Menjaga agar tanaman pada kondisi optimum dengan memperbaiki kondisi tanah (drainase dan kesuburan tanah yang baik), Sanitasi terhadap bagian atau sisa - sisa tanaman yang dapat menjadi sumber infeksi, kemudian dibakar. 2) pengendalian Kimiawi: Penggunaan fungisida yang efektif sesuai dengan anjuran. 6) Penyakit Embun Tepung (Powdery Mildew)



21



Penyebab: Cendawan Oidium tingitanium Carter, yang juga disebut Acrosporium



tingitanium



(carter)



subr.



Penyebaran:



Penyakit ini menyebar di pertanaman jeruk di seluruh Indonesia. Di luar negeri terdapat di California, Brasilia, Panama, India, Sri Lanka, Filipina, Malaysia. Gejalanya ialah Cendawan ini dapat menyerang daun dan ranting - ranting muda atau bagian tanaman yang masih tumbuh aktif. Permukaan daun atau rantingranting muda tertutupi oleh lapisan tepung berwarna putih. Tepung putih ini merupakan massa dari konidia cendawan. Jaringan di bawah lapisan tepung tersebut berwarna hijau tua kebasah - basahan. Serangan berat menyebabkan daun - daun menjadi mengeriting atau mengalami penyimpangan bentuk (malformasi), mengering, tetapi daun - daun tetap melekat pada ranting - ranting tanaman. Pengendaliannya ialah 1) kultur teknis: Sanitasi terhadap tunas atau daundaun terinfeksi yang tidak produktif. 2) pengendalian Kimiawi : Penyemprotan dengan serbuk belerang atau penggunaan fungisida yang efektif, bila dijumpai serangan. Bila menggunakan serbuk belerang, untuk tanaman jeruk dibutuhkan 20 - 30 kg tepung belerang per hektar. Penghembusan tepung belerang hendaknya dilakukan pagi hari, saat bunga dan daun masih basah oleh embun. Bila penghembusan dilakukan saat hari telah panas dapat menimbulkan luka bakar pada bunga dan daun.



22



V. PENUTUP A. Kesimpulan Penanaman kedelai pada lahan yang belum pernah ditanami tanaman kacangkacangan perlu dilakukan inokulasi terhadap benih yang akan ditanam baik menggunakan legin atau tanah bekas pertanaman kacang-kacangan sehingga bintil akar akan cepat terbentuk. Bintil akar pada tanaman kedelai pada umumnya akan terbentuk setelah terinokulasi oleh bahteri Rhizobium pada umur ± 40 hari setelah tanam. Pertumbuhan tanaman kedelai yang memiliki daun pentapoliat lebih baik dibandingkan tanaman kedelai yang tidak memiliki daun pentapoliat. Selain pemanfaatan sinar matahari yang lebih maksimal juga karena kemampuannya untuk menyerap unsur hara lebih tinggi. Sehingga menghasilkan cabang produktif dan buku subur lebih banyak. Munculnya daun pentapoliat merupakan faktor varietas, varietas tertentu mampu menghasilkan daun pentapoliat pada kondisi tertentu. B. Saran Jika cuaca panas sebaiknya penyiraman pada tanaman dilakukan minimal 2 kali sehari. Dan untuk melakukan penyilangan haruslah hati–hati karena jika tidak hati–hati maka menyebabkan kegagalan dan melaksanakan pratikum ini hendaklah lebih serius lagi agar mendapat kan hasil yang maksimal.



23



DAFTAR PUSTAKA



Hidayat, J.R., Harnoto, M. Mahmud, dan Sumarno. 2000. Teknologi Produksi Benih Kedelai. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. Purwono, Purnawati, H. 2007. Budidaya serta Pemeliharaan 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Sarpian, 1998. Bertanam berbagai tanaman kedelai, Penebar Swadaya. Bandung. Swadaya. Jakarta. Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budi Daya Dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta. Zulfikar, Ahmad. 2009. Jarak Tanam Mempengaruhinya. Bandung.



Kedelai



dan



Faktor-faktor



yang



Fachruddin, Lisdiana. Ir.2000. Budidaya Kacang-kacangan. Penerbitan Kanisius. Yogyakarta.



24



LAMPIRAN Lampiran 1. Jadwal Pratikum Dasar-Dasar Agronomi kelas B No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Hari/Tanggal Selasa, 10 November 2015 Kamis, 12 November 2015 Sabtu, 21 November 2015 Senin, 23 November 2015 Sabtu, 28 November 2015 Sabtu, 05 Desember 2015



Kegiatan Pengolahan Tanah Penanaman Benih Pemupukan Perawatan Penyiraman dan Parameter Pengukuran parameter tiap tanaman



25



Lampiran 2. Dokumentasi pratikum



Cangkul



Garu



Tanaman kedelai pada usia 3 minggu



Kedelei berusia 6 minggu



Penggaris



Gembor



Tanaman kedelai pada usia 5 minggu



26



Lampiran 3. Biodata Diri



Nama Lengkap



: Meli Roslianti



NPM



: 144110136



Kelas



: III . B . Agroteknologi



Agama



: Islam



Tempat, tanggal lahir



: Bangkinang, 02 Februari 1997



No. Hp



: 0852-7103-7525



Alamat



: Jl. Kubang Raya no.27 sp. Panam



SD asal



: SD N 034 TaraiBangun



SMP Asal



: SMP N 21 Pekanbaru



SMA/SMK Asal



: SMK N Pertanian Terpadu Prov. Riau.