Qurratul Aina-Paper Periodonsia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS PAPER SCALING ROOT PLANNING, DHE DAN KONTROL



DOSEN PEMBIMBING drg. Virgi Agustia Putri



DISUSUN OLEH Qurratul Aina 2231111320042



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN 2022



PENDAHULUAN Plak Gigi A. Definsi Plak Gigi Plak gigi merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matriks interseluler dan akan terus terakumulasi bila tidak dibersihkan secara adekuat. Akumulasi mikroorganisme ini tidak terjadi secara kebetulan melainkan terbentuk melalui serangkaian tahapan. Plak biasanya mulai terbentuk pada sepertiga permukaan gingiva dan pada permukaan gigi yang mengalami jejas dan kasar. Plak juga menjadi salah satu penyebab karies dan penyakit periodontal. Berbeda halnya dengan lapisan awal yang menumpuk dan melekat pada permukaan gigi, yaitu pelikel, material alba dan debris makanan, plak gigi tidak dapat dibersihkan hanya dengan cara berkumur dan hanya dapat dibersihkan secara sempurna dengan cara mekanis. Dalam jumlah sedikit, plak tidak dapat terlihat kecuali jika telah diwarnai dengan disclosing solution yang dapat membantu melihat plak gigi. Jika menumpuk, plak akan terlihat berwarna abu-abu, abu-abu kekuningan dan kuning. B. Komposisi Plak Gigi Komposisi plak gigi adalah 80% air dan 20% senyawa padat. Senyawa padat disusun oleh 40-50% protein, 13-18% karbohidrat dan 10-14% lemak. Protein dalam plak gigi disusun oleh berbagai asam amino yang berasal dari saliva. Karbohidrat, dalam bentuk sukrosa, yang terkandung dalam plak gigi akan



dimetabolisme oleh mikroorganisme sehingga membentuk polisakarida ekstraseluler. Mikroorganisme yang memiliki kemampuan untuk membentuk polisakarida ekstraseluler, seperti Streptococcus mutans, Streptococcus bovin, Streptococcus sanguis, dan Streptococcus salivarius. Mikroorganisme yang ditemukan pada plak bervariasi pada tiap orang, serta menurut umur plak itu sendiri. Plak muda (1-2 hari) sebagian besar terdiri dari bakteri gram negatif yang bebentuk kokus dan batang. Organisme ini biasanya tumbuh pada pelikel mikropolisakarida amorf dengan tebal kurang dari 1 mikron. Pelikel ini melekat pada email, sementum atau dentin. Setelah 2-4 hari, perubahan jumlah dan tipe mikroorganisme dalam plak. Selain bakteri gram negatif kokus dan gram negatif batang bertambah banyak, jenis bacili fusiformis dan filament semakin jelas. Pada hari ke-4 hingga ke-9, ekologi mikroorganisme plak menjadi semakin kompleks dengan bertambahnya jumlah bakteri motil seperti spirilla dan spirochete. C. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Terbentuknya Plak Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan plak gigi menurut carlsson adalah sebagai berikut: a. Lingkungan fisik, meliputi anatomi dan posisi gigi, anatomi jaringan sekitarnya, struktur permukaan gigi yang jelas terlihat setelah dilakukan pewarnaan dengan larutan disklosing. Pada daerah terlindung karena kecembungan permukaan gigi, pada gigi yang malposisi, pada permukaan gigi dengan kontur tepi gingiva yang buruk, pada permukaan email yang



mengalami cacat, dan pada daerah pertautan sementoemail yang kasar, terlihat jumlah plak yang terbentuk lebih banyak. b. Friksi atau gesekan oleh makanan yang dikunyah. Ini hanya terjadi pada permukaan gigi yang tidak terlindung. Pemeliharaan kebersihan mulut dapat mencegah atau mengurangi penumpukan plak pada permukaan gigi. c. Pengaruh diet terhadap pembentukan plak dalam dua aspek, yaitu pengaruhnya secara fisik dan pengaruhnya sebagai sumber makanan bagi bakteri di dalam plak. Jenis makanan, yaitu keras dan lunak, mempengaruhi pembentukan plak pada permukaan gigi, plak hanya terbentuk jika lebih banyak mengonsumsi makanan lunak, terutama makanan yang mengandung karbohidrat jenis sukrosa, karena akan menghasilkan dekstran dan levan yang memegang peranan penting dalam pembentukan matriks plak. D. Mekanisme Terbentuknya Plak Pembentukan plak gigi di dalam rongga mulut dibentuk pertama kali oleh substans saliva dan karbohidrat dari sisa-sisa makanan, kemudian dilanjutkan dengan serangkaian proses yang berurutan. Plak terjadi dalam tiga tahap yaitu pembentukan pelikel, kolonisasi bakteri dan maturasi plak. Plak terbentuk Ketika pelikel, sisa makanan dan bakteri bergabung. Tahap pertama proses pembentukan plak gigi adalah melekatnya pelikel pada email gigi. Pelikel adalah lapisan tipis protein saliva yang melekat erat pada permukaan gigi hanya dalam beberapa menit setelah dibersihkan. Pelikel melindungi email dari aktivitas asam dan sebagai perekat dua sisi, sisi yang



satu melekat pada permukaan gigi dan menyediakan permukaan lengket pada sisi yang lainnya yang memudahkan bakteri menempel pada gigi. Tahap kedua adalah pelikel dikolonisasi oleh Streptococcus mutans dan Streptococcus saguins dengan mengubah glukosa dan karbohidrat pada makanan menjadi asam melalui proses fermentasi. Asam akan terus diproduksi oleh bakteri dan akan menyebabkan terjadinya demineralisasi lapisan email gigi sehingga struktur gigi menjadi rapuh dan mudah berlubang. Toksin-toksin hasil metabolisme bakteri pun dapat menyebabkan terjadinya kerusakan pada jaringan penyangga gigi dan mukosa mulut. Tahap ketiga terjadi kombinasi bakteri, asam, sisa makanan dan saliva dalam mulut membentuk suatu substansi berwarna kekuningan yang melekat pada permukaan gigi yang disebut plak. Plak bila tidak dibersihkan dapat mengalami pengerasan atau mineralisasi sehingga membentuk karang gigi yang melekat pada permukaan gigi. Semakin lama plak tidak dibersihkan, semakin besar pula kemungkinan plak menjadi tempat perlekatan kotoran patogen yang potensial terhadap inang. Plak gigi akan mulai terbentuk pada permukaan gigi 4 jam setelah menyikat gigi. Inilah alasan pentingnya menyikat gigi dua kali sehari dan menggunakan dental floss setiap hari



SCALING AND ROOT PLANNING A. Definisi Scaling and Root Planning Scalling adalah upaya penghilangan plak, kalkulus dan stain pada permukaan gigi



baik



supragingiva



maupun



subgingiva



yang



betujuan



untuk



mengembalikan kesehatan gusi Root planing merupakan tindakan membersihkan dan menghaluskan permukaan akar gigi dari jaringan nekrotik maupun sisa bakteri dan produknya yang melekat pada permukaan akar gigi. sisa karanggigi yang berada di Sementum dikeluarkan dari akar gigi untuk menghasilkan permukaan gigi yang halus, keras, dan bersih. Scaling dan root planning bukan merupakan dua prosedur yang terpisah keduanya termasuk dalam perawatan periodontal dasar. 1



B.



Tujuan Scaling and Root Planning 1. Permukaan akar menjadi halus sehingga menghambat akumulasi plak dan perlekatan kalkulus. 2. Menekan dan mencegah flora pathogen mikrobial subgingiva dan berkembang kembali sehingga lesi inflamasi berkurang.1



C. Hasil Scaling and Root Planning Hasil akhir dari scaling and root planning adalah mampu menghentikan proses perkembangan penyakit serta mengurangi kedalaman poket, meningkatkan perlekatan klinik, dan mengurangi perdarahan ketika probing. D. Indikasi Scaling and Root Planning 1.



Preventive periodontic



2.



Gingivitis dan periodontitis



3.



Mempertahankan Kesehatan jaringan periodontal



E. Kontraindikasi Scaling and Root Planning 1.



Pasien dengan kanker mulut



2.



Pasien kelainan sistemik, Pasien dengan kondisi sitemik berisiko lebih tinggi, karena untuk dapat berisiko perdarahan berkepanjangan dan nyeri akibat infeksi atau penyembuhan jaringan yang lambat. seperti pasien imunokompromais,



konsumsi



rutin



obat



antikoagulan,



konsumsi



kortikosteroid jangka panjang, atau sedang menjalani kemoterapi berisiko lebih tinggi. 3.



Peradangan akut, memiliki risiko penyebaran infeksi ke jaringan dalam dan



berisiko



menyebabkan



kondisi necrotizing



ulcerative



bakteremia.



Pada



pasien



dengan



gingivitis (NUG), scaling subgingiva



dan root planing harus ditunda dulu hingga kondisi akut telah teratasi. F. Prosedur Scaling and Root Planning Prosedur scaling dapat dilakukan dengan dua cara yaitu scaling USS dan scaling manual. Scaling USS dilakukan dengan menggunakan scaler ultrasonic dengan menggunakan tenaga listrik. Sedangkan scaling manual dilakukan dengan prinsip:2 1.Instrumen dipegang dengan posisi modified pen grasp 2.Instrumen dimasukan kedalam sulkus gingiva dengan posisi sejajar sumbu gigi dengan dimiringkan 45-90o dengan cutting menghadap gigi.



3. Instrumen digerakan dengan arah vertikal atau oblique kearah koronal(vertical pull stroke) 4. Kalkulus diangkat dari subgingiva ke CEJ Macam alat yang digunakan diantaranya yaitu 1. Kalkulus supragingival: sickle scaler, curved sickle scaller, hoe scaller,chisel scaller 2. Kalkulus subgingiva: menggunakan kuret universal, kuret gracey’s dengan nomer tertentu (1-4 = gigi anterior, 5-6 - gigi anterior dan premolar, 7-8 9-10 = bukal dan lingual gigi posterior, 11-12 =mesial gigi posterior, 13-14 = distal gigi posterior) Prosedur tindakan scaling dan root planning a. Scaling manual a) Persiapan alat: 1. Alat standar (kaca mulut, pinset, sonde)



2. Sickle scaler 3. Kuret gracey (no disesuaikan) 4. Contra angle low speed 5. Rubber polishing cup 6. Hoe 7. Chisel Supra gingiva : menggunakan sickle scaler, chisel Subgingiva : menggunakan hoe dan kuret b) Persiapan bahan: 1. Pasta poles 2. Povidone iodine 1%



c) Persiapan operator: 1. Masker dan sarung tangan 2. Cuci tangan dengan 6 langkah WHO 3. Posisi operator sesuai regio yang dikerjakan Posisi pasien dan operator harus menyediakan aksesibilitas maksimal ke daerah kerja. Aksesibilitas yang tidak memadai menghambat keseluruhan instrumentasi, membuat operator lelah sebelum waktunya, dan mengurangi atau efektivitasnya. Dokter harus duduk di bangku operasi yang nyaman yang telah diposisikan sedemikian rupa sehingga kakinya berada di lantai, dengan paha sejajar dengan lantai. Klinisi harus mampu amati bidang kerja sambil menjaga punggung tetap lurus dan kepala tegak. Pasien harus dalam posisi terlentang dan ditempatkan sedemikian rupa bahwa mulut dekat dengan siku istirahat dokter. Untuk instrumentasi lengkung rahang atas, pasien harus di minta untuk mengangkat dagu sedikit untuk memberikan visibilitas dan aksesibilitas yang optimal. Untuk instrumentasi pada lengkung mandibula, mungkin diperlukan untuk mengangkat bagian belakang kursi sedikit dan meminta pasien turunkan dagu sampai mandibula sejajar dengan lantai. Ini akan. terutama memfasilitasi pekerjaan pada permukaan lingual gigi anterior mandibula Instrument Grasp Pegangan yang tepat sangat penting untuk kontrol yang tepat dari Gerakan yang dibuat selama instrumentasi periodontal. Yang paling efektif dan stabil genggaman untuk semua instrumen periodontal adalah modified pen grasp



Finger rest



Finger rest dapat secara umum diklasifikasikan sebagai finger rest intraoral atau titik tumpu ekstraoral. Finger intraoral bertumpu pada permukaan gigi secara ideal didirikan dekat dengan wilayah kerja. Variasi intraoral finger rest dan tumpuan ekstraoral digunakan setiap kali angulasi yang baik dan busur gerakan yang cukup tidak dapat dicapai dengan finger rest dekat dengan area kerja. Contoh berikut menggambarkan variasi dari finger rest intraoral: 1. Konvensional: Finger rest dipasang pada permukaan gigi berbatasan langsung dengan area kerja. 2. Cross-arch: Finger rest dipasang pada permukaan gigi pada sisi lain dari lengkungan yang sama. 3. Opposite arch: Finger rest dipasang pada permukaan gigi pada lengkung yang berlawanan (misalnya, finger rest lengkung mandibula untuk instrumentasi pada lengkung rahang atas). 4. Finger on finger: Sisanya dipasang di jari telunjuk atau ibu jari tangan yang tidak beroperasi.



d) persiapan scaling: penggunaan antiseptik e) Prosedur scaling: 1.Berkumur povidoneiodine / chlorhexidine. 2.Tumpuan dan sandaran jari (sesuai regio) 3.Sisi tajam menghadap ke gigi 4. Anggulasi alat untuk scaling dan penghalusan akar 45-90 derajat



5. Sisi tajam digerakan dengan gerakan pendek dan kuat ke arah vertikal ke arah koronal atau oblique (untuk penghalusan akar /root planing arah horisontal) 6. Eksplorasi menggunakan sonde untuk mengecek masih ada atau tidaknya kalkulus f) Prosedur poles Melakukan polishing dengan rubber cup dan pasta poles, dengan cara: Aplikasikan pasta poles ke permukaan gigi dengan rubber cup, setelah itu rubber cup digerakan memutar pada permukaan gigi menggunakan contra angle low speed. b. Scaling ultrasonic a) Persiapan alat: ultrasonic scaler portable dan tip universal b) Persiapan bahan: Pasta poles, povidone iodine, saliva ejector c) Persiapan operator: -Masker dan sarung tangan -Cuci tangan dengan 6 langkah WHO d) Persiapan alat ultrasonic scaler:



1. Menghidupkan ultrasonic scaler (alat keadaan on) 2. Memasang tip pada handpiece ultrasonic 3. Mengecek besar aliran air dan besar getaran alat yang diperlukan e) Persiapan scaling: 1. Berkumur povidone iodine / chlorhexidine 2. Tumpuan dan sandaran jari (sesuai regio) 3. Sisi samping tip scaler berkontak ringan tanpa tekanan pada permukaan gigi dan kalkulus dengan gerakan horisontal , vertikal dan oblique. 4. Tip scaler tidak boleh berada pada 1 titik terlalu lama 5. Eksplorasi menggunakan sonde untuk mengecek masih ada atau tidaknya kalkulus f) prosedur poles: Melakukan polishing dengan rubber cup dan pasta poles, dengan cara: Aplikasikan pasta poles ke permukaan gigi dengan rubber cup, setelah itu rubber cup digerakan memutar pada permukaan gigi menggunakan contra angle low speed.



DENTAL HEALTH EDUCATION (DHE) A. Definisi DHE Memberikan pengetahuuan kepada pasien bagaimana prosedur menjaga kebersihan rongga mulut dengan baik meliputi motivasi, edukasi,



dan instruksi. Melalui pendidikan kesehatan gigi ini pula akan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan mulut, serta merubah sikap dan perilaku masyarakat dalam memelihara kebersihan mulutnya. Untuk mengatasi penyakit periodontal yang disebabkan oleh plak dan kalkulus, maka terapi standar yang diperlukan adalah skeling atau pembersihan karang gigi. Scaling dan root planning (SRP) konvensional atau debridemen ultrasonik telah terbukti sangat efektif untuk periodontitis ringan hingga sekarang. Pengontrolan terhadap cara pemberian obat secara lokal dan antibiotic sistemik dapat membantu perawatan pada pasien periodontitis. Akan tetapi, pemberian antibiotic secara lokal dan sistemik seringkali hanya untuk pasien yang tidak breaksi terhadap terapi konvensional. 3 B. Tujuan DHE 1. Mengusahakan



timbulnya



kesadaran



serta



keyakinan



untuk



meningkatkan kesehatan gigi dan mulut. 2. Memberikan informasi kepada masyarakat bagaimana cara untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal. C. Indikasi DHE Pasien dengan OHI-S kategori “buruk”. D. Prosedur Pelaksanaan DHE 1. Menghitung skor OHI-S pasien 2. Edukasi (DHE) kepada pasien cara/teknik yang tepat mengenai penyikatan gigi, interdental gigi dengan alat bantu peraga, pengendalian



plak di rumah, pola makan (jenis, frekuensi, komposisi, konsistensi makanan), menghilangkan kebiasaan buruk, anjuran kunjungan berkala, anjuran perawatan gigi rutin. 3. Memberikan motivasi kepada pasien untuk menjaga kebersihan mulutnya 4. Pasien datang kembali seminggu setelahnya untuk kontrol 5. Pada saat kontrol dilakukan evaluasi cara/teknik pasien mengenai edukasi yang telah diberikan sebelumnya serta penghitungan skor OHI-S kembali. E. Tahapan DHE 1. Kontrol Plak Kontrol plak adalah pengambilan bakteri plak dan pencegahan menumpuknya pada gigi dan permukaan gingiva yang berdekatan. Kontrol plak merupakan suatu tindakan yang dilakukan pada setiap tahap perawatan periodontal, yang efektif untuk pencegahan terjadinya perubahan inflamasi pada jaringan periodontal. Kontrol plak dapat dilakukan secara mekanis dan kimiawi. Cara mekanis yang paling sederhana dan efektif adalah dengan menggosok gigi menggunakan pasta gigi Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengontrol pembentukan plak gigi, meliputi mengatur pola makanan, tindakan secara kimiawi terhadap bakteri dan terhadap polisakarida ekstraseluler dan tindakan secara mekanis berupa pembersihan rongga mulut dan gigi dari semua sisa makanan, bakteri beserta hasil-hasil metabolismenya. 2. Cara menyikat gigi:



a. Pada gerakan vertikal, bulu sikat diletakkan tegak lurus dengan permukaan fasial gigi dan digerakkan dari atas ke bawah atausebaliknya. Gerakan ini dilakukan di daerah permukaan fasial gigi daridepan sampai belakang. b. Gerak vertikal bertujuan melepaskan sisa makanan yang terselip diantara lekuk permukaan gigi dan antara gigi dengan gusi. Bulu sikat bergerak dari arah leher gigi (perbatasan garis gusi dan gigi) ke arahmahkota gigi yaitu pada gigi atas bulu sikat bergerak dari atas ke bawahdan gerak sebaliknya pada gigi bawah. Hal ini dilakukan untuk mencegah iritasi gusi dan pembersihan yang tidak efektif. c. Gerakan vertikal juga dilakukan pada permukaan dalam gigi yaitu permukaan palatal pada gigi atas dan lingual pada gigi bawah. Seperti pada permukaan fasial, bulu sikat bergerak menarik sisa makanan daridaerah leher gigi ke arah mahkota gigi. d. Gerakan horizontal dilakukan pada permukaan gigit atau kunyah(permukaan oklusal) pada gigi geraham (premolar dan molar). Bulusikat digerakkan maju-mundur secara berulang-ulang e. Gerakan memutar dilakukan pada permukaan fasial gigi atas sampai bawah dari belakang kiri, ke depan dan belakang kanan. Gerakan inidilakukan pada posisi gigi atas berkontak dengan bawah. f. Setelah itu, dilakukan penyikatan pada lidah di seluruh permukaannya, terutama bagian atas lidah. Gerakan pada lidah tidak ditentukan, namun umumya adalah dari pangkal belakang lidah sampaiujung lidah.



g. Seluruh gerakan ini dapat diulang-ulang tanpa perlu berurutan sepertidiatas dan memakan waktu minimal tiga menit. 2) Teknik Menyikat Gigi a. Teknik Horizontal Semua permukaan gigi di gogok dengan maju mundur seperti menggosok lantai. Teknik ini biasanya dianjurkan pada anak-anak. b. Teknik Fone Gigi dalam keadaan okulasi, bulu sikat ditekan kuat-kuat dan digerakan melingkar selebar mungkin. Untuk permukaan oklusal, lingual digosok dengan gerakan maju mundur. Teknik ini baik untuk gigi yang lengkap dan memiliki oklusi yang baik. c. Teknik Charter Bulu-bulu sikat mengarah ke permukaan oklusal membentuk sudut 45º, sikat ditekan sehingga serabut-serabutnya melengkung dengan ujung ditekan diantara kedua gigi kemudiandengan gerakan memutar pada gagangnya, ujung sikat dipertahankan pada posisi ini. Teknik ini dianjurkan untuk pendertia dengan daerah interdental yang terbuka. d. Teknik roll Teknik roll sangat bermanfaat bila digunakan pada gingival yang sensitive. Bagian samping sikat diletakkan berkontak dengan bagian samping gigi dengan bulu sikat mengarah ke apikaldan sejajar terhadap sumbu gigi. Sikat kemudian diputar perlahan-lahan ke bawah pada rahang atas dan keatas pada rahang bawah sehingga bulu sikat menyapu



daerah gusi dan gigi.Permukaan oklusal dapat disikat dengan gerakan rotasi. e. Teknik Stillman Posisi bulu sikat sama dengan tehnik roll tetapi dekat dengan mahkota gigi, digerakan maju mundur, Teknik ini dilakukan sebanyak delapan kali tiap daerah interproksimal, membersihkan dan memijat. f. Teknik Fisiologik Menggunakan bulu sikat yang halus, digerakkan dari arah servical ke oklusal dengan gerakanuntuk memijat gusi. Teknik ini tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan penurunan gusi. g. Teknik Bass Teknik lain yang dapat digunakan adalah teknik Bass. Tehnik ini baik digunakan bila gingival dalam keadaan sehat, karena teknik ini dapat menimbulkan rasa sakit bila digunakan pada jaringan yang terinflamasi dan sensititf. Pada teknik ini ujung sikat harus dipegang sedemikian rupa sehingga bulu sikat terletak 45 derajat terhadap sumbu gigi, dengan ujung bulu sikat mengarah ke leher ginggiva. Sikat kemudian ditekan kearah ginggiva dan digerakkan dengan gerakan memutar yang kecil sehingga bulu sikat masuk ke daerah leher ginggiva dan juga terdorong masuk diantara gigi. 3. Pengaturan Diet Diet yang seimbang sangat berperan untuk mengoptimalkan kesehatan secara umum. Faktor yang paling penting dalam hubungan diet dan



kesehatangigi adalah frekuensi konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat terutama sukrosa, jika sisa makanan tersebut membentuk plak yang kemudian menghasilkan asam dengan pH di bawah 5,5 maka terjadilah pengrusakanemail gigi sebagai tahap awal munculnya gigi berlubang. Sukrosa banyak terkandung dalam makanan manis dan camilan (snack), karena itu tujuan utama diet yang berhubungan dengan kesehatan gigi adalah memotivasi setiap orang untuk mengontrol frekuensi dalam mengonsumsi jenis makanan yang mengandung karbohidrat. 4. Edukasi Persiapan: 1) Identifikasi masalah 2) Pendekatan pada tokoh masarakat 3) menyiapkan jadwal penyuluhan 4) Menentukan metode penyuluhan 5) Menyiapkan materi dan alat peraga. Pelaksanaan: Dapat dilaksanakan di TK, SD, Pos Yandu atau pada pertemuan – pertemuan keluarga, PKK Materi penyuluhan: Disesuaikan dengan sasaran dan keadaan Metode penyuluhan: - Ceramah / tanya jawab - Demonstrasi sikat gigi.



- Diskusi. - Konseling / konseling pribadi.Pemilihan metode disesuaikan dengan jenis dan jumlah kelompok sasaran dan tempat pelaksanaan. Alat peraga : Alat peraga yang dapat digunakan adalah : -Alat peraga utama : gigi geligi masing – masing yang dapat diliat melalui cermin. -Alat peraga menurut sifatnya :Visual Audial Audio visual - Poster - Flipchart - Booklets - Pamflets - Models - Tape recorder - Piringan hitam - Telepon Pendekatan : •Pendekatan langsung : Petugas berhadapan langsung dengan sasaran •Pendekatan tak langsung: Petugas tidak langsung berhadapan dengan sasaran, sasaran dapat diberi penyuluhan melalui poster atau alat bantu lainnya. Evaluasi : • Mengamati serta memperhatikan sasaran selama penyampaian penyuluhan



• Tanya – jawab • Kuensioner • Penilaian terhadap perubahan prilaku dari hasil penyuluhan dilakukan enam bulan sekali disesuaikan dengan tenaga yang ada. F. DHE pada Ibu Hamil dan Lansia Pada ibu hamil materi pada saat DHE dapat berupa anjuran perawatan gigi berdasarkan trimester kehamilan: Trimester Pertama §



Pembatasan prosedur perawatan gigi hanya untuk perawatan yang mendesak



§



Pemberian edukasi pada ibu hamil terkait perubahan gigi dan mulut selama kehamilan



§



Anjuran untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut, dan kontrol plak secara rutin di rumah dengan pasta berflourida



§



Perawatan gigi dan mulut diutamakan pada profilaksis penyakit periodontal dan penanganan kegawatdaruratan



§



Hindari penggunaan x-ray untuk pemeriksaan rutin dan hanya dilakukan secara selektif dan ketika dibutuhkan.



Trimester Kedua §



Tetap melakukan pemantauan kebiasaan rutin dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut dan kontrol plak gigi



§



Berbagai prosedur perawatan gigi aman untuk dilakukan pada trimester ini, jika diperlukan dapat dilakukan perawatan scaling, polishing, root



planning, kuretase, perawatan restoratif, perawatan saluran akar, dan pencabutan gigi §



Penggunaan x-ray tetap dihindari dan hanya dilakukan jika dibutuhkan dengan prosedur dan proteksi yang baik.



Trimester Ketiga §



Tetap melakukan pemantauan kebiasaan rutin dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut dan kontrol plak gigi



§



Perawatan gigi boleh dilakukan karena tidak terlalu berbahaya bagi janin



§



Prosedur perawatan sering kali menimbulkan masalah kenyamanan pada ibu, yang dapat diatasi dengan pengaturan posisi selama perawatan



§



Scaling, polishing, kuretase, dan penanganan penyakit gigi dan mulut lain yang mendesak boleh dilakukan jika perlu



§



Penggunaan x-ray tetap dihindari dan hanya dilakukan jika dibutuhkan dengan prosedur dan proteksi yang baik



§



Pertimbangkan untuk menunda prosedur perawatan gigi dan mulut yang tidak mendesak hingga pasca persalinan, jika usia kehamilan sudah diatas 32 minggu.



Beberapa hal di bawah ini penting untuk diperhatikan saat berkomunikasi dengan pasien lansia: - Sedapat mungkin berbagai instruksi disampaikan tertulis dengan menggunakan tulisan huruf besar dan tebal serta warna tulisan yang kontras. - Bila berbicara dengan pasien lansia duduk berhadapan langsung dan pertahankan kontak mata. - Duduk lebih dekat saat berbicara.



- Gunakan sentuhan agar pasien merasakan empati. - Volume suara cukup keras tapi tidak kesannya membentak pasien dan jangan berbicara terlalu cepat. Peran Edukator Kesehatan Gigi dan Mulut a. Memberikan informasi lokasi pelayanan kesehatan gigi terdekat, sesuai lokasi domisili lansia. b. Cek riwayat penyakit sistemis dan konsul ke dokter/dokter gigi bila perlu Tuliskan catatan cara pemakaian dengan jelas, apabila memberikan produk oral pada lansia c. Menyesuaikan bentuk sikat gigi untuk meningkatkan kemampuan memegang sikat, pada lansia dengan mobilitas terbatas (dapat menggunakan karet gelang, handle karet sepeda d. Mengajari teknik membersihkan permukaan interdental yang simple dilakukan dengan satu tangan (dental floss dengan handle, wood sticks) e. Menjadwalkan waktu kunjungan yang leluasa, karena pasien lansia butuh waktu untuk mencapai tempat pelayanan, naik turun kursi roda, dll Diskusikan availibilitas waktu dengan caregiver atau anggota keluarga sebelum membuat janji pertemuan. G. Penilaian Status Kebersihan Gigi dan Mulut Keadaan kebersihan mulut pasien dapat diukur dengan beberapa indeks. Indeks yang biasanya digunakan antara lain Oral Hygiene Index (OHI) dan Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S). A. Oral Hygiene Index (OHI)



OHI terdiri atas komponen indeks debris dan indeks kalkulus, dengan demikian OHI merupakan hasil penjumlahan dari indeks debris dan indeks kalkulus, setiap indeks menggunakan skala nilai dari 0-3. Pada penilaian ini semua gigi diperiksa baik gigi-gigi pada rahang atas atas maupun rahang bawah. Setiap rahang dibagi menjadi tiga segmen, yaitu: (1) Segmen pertama, mulai dari distal kaninus sampai molar ketiga kanan rahang atas, (2) Segmen kedua, diantara kaninus kanan dan kiri dan (3) Segmen ketiga, mulai dari mesial kaninus sampai molar ketiga kiri. Setelah semua gigi diperiksa, pilih gigi yang paling kotor dari setiap segmen. Pada OHI, penentuan skor untuk tiap gigi dilakukan sebagai berikut: Skor Debris 0 Gigi bersih dari debris 1 Jika gigi ditutupi oleh debris tidak lebih dari 1/3 dari permukaan gigi 2 Jika gigi ditutupi oleh debris lebih dari 1/3 tetapi kurang dari 2/3 dari luas permukaan gigi 3 Jika gigi ditutupi oleh debris lebih dari 2/3 permukaan gigi Indeks debris adalah jumlah seluruh skor segmen dibagi jumlah segmen (=6). Untuk pengukuran kalkulus sama dengan pengukuran debris, yaitu: Skor Kalkulus 0 Gigi bersih dari kalkulus 1 Jika terdapat kalkulus tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi mulai dari servikal 2 Jika terdapat kalkulus supragingival lebih dari 1/3 tetapi kurang dari 2/3 dari permukaan gigi atau terdapat sedikit kalkulus subgingiva



3 Jika terdapat kalkulus lebih dari 2/3 dari permukaan gigi atau terdapat kalkulus subgingiva yang melingkari servikal. Indeks kalkulus adalah jumlah seluruh skor segmen dibagi jumlah segmen (=6). B. Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S) Pengukuran kebersihan gigi dan mulut dilakukan dengan memilih enam permukaan gigi indeks tertentu yang cukup dapat mewakili segmen depan maupun belakang dari seluruh permukaan gigi yang ada di rongga mulut. Gigigigi yang dipilih sebagai gigi indeks beserta permukaan indeks yang dianggap mewakili tiap segmen adalah: gigi 16 pada permukaan bukal, gigi 11 pada permukaan labial, gigi 26 pada permukaan bukal, gigi 36 pada permukaan bukal, gigi 31 pada permukaan labial dan gigi 46 pada permukaan lingual. Keberadaan plak diketahui dengan mengoles zat berwarna (disclosing solution) kemudian menghitung skor plak gigi sesuai dengan kriteria skor debris dan skor kalkulus. Pada tiap individu, nilai debris dijumlah dan dibagi dengan jumlah permukaan (jumlah gigi) yang dinilai, demikian juga penilaian kalkulus untuk tiap individu, maka akan didapatkan nilai DI (Debris Indeks) atau CI (Calculus Indeks). Nilai OHIS individu didapatkan dengan menjumlahkan nilai DI dan CI. Kriteria tingkat keparahan kebersihan gigi dan mulut Tingkat keparahan



Nilai OHI-S



Baik



0,0 – 1,2



Sedang



1,3 – 3,0



Buruk



3,1 – 6,0 2



H. Obat Kumur Sebagai Pengontrol Plak dan Gingivitis Obat-obatan kimia yang digunakan sebagai obat kumur dapat dibedakan berdasarkan cara penggunaannya dan bahan aktifnya. Berdasarkan bahan aktif yang dikandungnya, obat kumur dapat dibedakan atas beberapa golongan, yaitu minyak esensial, triklosan, bisbiguanides, campuran amonia kuartenari, ekstrak tumbuhan sanguinarine, fluoride, povidon-iodine, dan heksetidine. a) Minyak esensial Produk obat kumur fenol tertua adalah Listerine® yang merupakan kombinasi dari minyak esensial, thymol dan eucalypthol, dicampur dengan mentol dan metil salisilat dalam hidroalkoholik 26,9%.4 Obat kumur senyawa fenol termasuk obat kumur deodorant dan antiseptik, semula banyak dipakai untuk penyegar napas dan pengobatan sariawan serta infeksi tenggorokan, ternyata kemudian terbukti efektif untuk mencegah pertumbuhan plak supragingiva dan gingivitis. Mekanisme kerja obat ini adalah merusak dinding sel dan menghambat pembentukan enzim bakteri. Contoh lain produk dari obat kumur golongan ini adalah Fresh, yang kandungan bahan-bahannya mirip dengan Listerine. Namun demikian obat kumur jenis ini kurang efektif untuk merawat periodontitis, karena larutan ini tidak dapat mencapai poket periodontal yang dalam. b) triloksan Triklosan mempunyai aktivitas melawan jamur dan bakteri mulut, baik gram positif maupun yang gram negatif, termasuk mikroorganisme anaerob. Pada kasus gingivitis ternyata triklosan dapat mengurangi akumulasi dan gingivitis,



bakteri



aerob



dan



anaerob



dan



beberapa



jenis



actinomyces,



juga



dapatmengurangi inflamasi yang terjadi pada penyakit periodontal. Mekanisme kerja triklosan dalam menghambat pertumbuhan bakteri adalah bekerja pada dinding sel dan mengganggu peningkatan asam amino dan asam nukleat yang dapat berakibat langsung terhadap sintesis RNA dan protein dari bakteri. Selain itu triklosan dapat melisis bakteri sehingga menjadi sel mati. c) Bisbiguanides Klorheksidin yang merupakan bisbiguanides glukonat, efek antiplaknya dapat mencegah akumulasi plak serta mengurangi keradangan. Adesivitas klorheksidin yang lama pada permukaan gigi, membuat klorheksidin efektif bila digunakan 2 kali dalam satu hari. Pemakaian satu kali dapat mengurangi gingivitis tetapi efek antiplaknya akan berkurang dan sifat prolong retensinya menurun. Pada penelitian klinis selama beberapa bulan menunjukkan reduksi plak 45-61% dan yang lebih penting mengurangi gingivitis 27- 67%. Contoh obat kumur yang mengandung klorheksidin yaitu Trihexid, Peridex, Corsodyl, dan Minosep. Dosis yang dianjurkan untuk obat kumur klorheksidin adalah berkumur 10 ml larutan klorheksidin 0,2% atau 15 ml larutan klorheksidin 0,12% dua kali sehari selama satu menit. d) Campuran amonia kuartenari (CAK) Bahan kationik ini telah digunakan selama lebih dari 50 tahun. Bahan yang paling umum digunakan adalah cetylperidinium chloride (CPC) yang digunakan pada konsentrasi 0,05% (cepacol) dan kadang-kadang dengan



domiphen chloride (scope), merupakan suatu kation dan berikatan dengan jaringan mukosa mulut tetapi tidak sekuat ikatan bisbiguanida. e) Ekstrak tumbuhan – sanguinarine Sanguinarine saat ini banyak digunakan sebagai pasta gigi dan obat kumur sebagai bahan antiplak/gingivitis. Bahan ini mengandung purified sanguinaria extract (SaE) yang diperoleh dari ekstraksi alkohol dari getah akar tanaman sanguinaria canadensis, yang digunakan sebagai bahan antiplak atau gingivitis. Formulasi terbaru mengandung ekstrak dengan konsentrasi 0,03% (ekuivalen dengan 0,01% sanguinarine), dan 2% zinc chloride untuk meningkatkan antiplaknya. f) Flouride Sejumlah penelitian jangka pendek menunjukkan bahwa stannium fluoride merupakan antiplak yang lebih efektif dibandingkan dengan sodium fluoride. Sebagian besar peneliti saat ini lebih memilih untuk menggunakan stannous fluoride 0,4% dalam bentuk gel dibandingkan sebagai obat kumur. Konsentrasi yang dianggap efektif untuk mengurangi karies adalah sodium fluorida 2%, stannous fluoride 8-10%. Meskipun demikian, kemampuan fluoride dalam mengurangi karies tidak boleh disamakan dengan kemampuannya dalam mengurangi gingivitis dan periodontitis. g) Povidone iodine Povidon-iodine merupakan bahan antimikroba yang aman, murah, mudah diperoleh, tidak menimbulkan iritasi, resistensi bakteri, toksisitas dan stain. Efek bakterisidalnya diperoleh dengan konsentrasi 5-10%, serta tidak



mengganggu proses penyembuhan. Cara kerja povidon-iodine adalah bereaksi kuat dengan ikatan ganda asam lemak tak jenuh pada dinding sel dan membran organel. Setelah povidon bereaksi dengan dinding sel, akan terbentuk pori sementara atau permanen yang menyebabkan hilangnya material sitoplasmik dan ada aktivitas enzim yang berikatan secara langsung dengan iodine. Povidon-iodine dapat menyebabkan koagulasi bahan inti sel tanpa menghancurkan dinding sel. Contoh obat kumur yang mengandung povidoniodine antara lain Betadine, dan Isodine. h) Heksetidine Heksetidine adalah salah satu jenis obat kumur yang merupakan derivat piridin. Menurut beberapa peneliti, senyawa ini berkhasiat antibakteri dan anti protozoa serta bermanfaat untuk bakteri garam positif dan garam negatif. Contoh produk obat kumur jenis ini adalah Bactidol dan Hexadol.



KONTROL SETELAH PERAWATAN Scaling and root planning dapat membuka tubuli dentin dan menyebabkan invasi pathogen periodontal sehingga banyak bakteri akan kembali menginfeksi



poket.



Dibutuhkan



perawatan



selanjutnya



untuk



mempertahankan efek yang sudah didapatkan sebelumnya. Evaluasi ulang kasus periodontal dilakukan 4 minggu setelah perawatan:



a.



Perbaikan epitel dan jaringan konektif



b.



Pasien melatih kemampuan kontrol plak



Instruksi Setelah Perawatan SRP 1. Tidak Nyaman. Ketidaknyamanan ini akan terasa segera setelah perawatan. Biasanya, akan ada perasaan seperti kekasaran pada permukaan gigi. Perasaan tidak nyaman ini akan hilang ketika lidah telah beradaptasi. 2. Pendarahan Kecil Saat Menyikat Gigi. Gunakan sikat gigi dengan bulu lembut dan tekanan rendah. Gusi sensitif ini akan kembali normal setelah beberapa waktu 3. Gigi Sensitif. Kalkulus yang menumpuk banyak di gigi akan menekan gusi. Ini menyebabkan akar gigi terbuka dan rasa sakit dapat terjadi. Rasa sakit ini akan berkurang seiring waktu. Jika rasa sakit menjadi mengganggu, dokter gigi akan meresepkan obat penghilang rasa sakit atau memberikan pengobatan desensitisasi topikal. 4. Hindari Rokok untuk mencegah pewarnaan gigi. Tembakau dari rokok akan menunda penyembuhan jaringan. 5. Hindari Makanan Pedas. Hindari makan makanan pedas selama beberapa hari. Juga, makanan yang dapat bersarang di gusi Anda seperti popcorn, biji-bijian, dll. 6. Meminum Obat. Pasien dapat mengambil pereda nyeri non-aspirin untuk ketidaknyamanan. Minum ibuprofen kecuali Anda memiliki alergi atau memiliki kondisi medis yang mencegah minum obat.



7. Minum lebih banyak air dan buah berserat tinggi yang mengandung air untuk menghambat pembentukan Plak dan kalkulus. 8. Kontrol rutin setiap 6 bulan agar kesehatan gigi Anda selalu terpantau. Terapi Fase IV Periodontal Terapi fase IV periodontal yaitu terapi pemeliharaan, yang tujuannya mempertahankan Kesehatan jaringan periodonsium setelah terapi-terapi sebelumnya, dengan mengontrol infeksi periodontal dan mencegah terjadinya rekurensi penyakit periodontal. Hal ini meliputi kunjungan berkala untuk mengevaluasi kondisi plak dan kalkulus, poket dan inflamasi gingiva, oklusi, mobilitas gigi, dan perubahan-perubahan patologis lainnya, termasuk efek restorasi terhadap jaringan periodonsium. Suatu terapi periodontal membutuhkan perencanaan yang bersifat jangka panjang. Kesuksesan suatu penatalaksanaan penyakit periodontal membutuhkan program pemeliharaan yang baik dalam rangka meningkatkan dan mempertahankan hasil perawatan yang sudah ada, serta mencegah terjadinya perkembangan suatu penyakit baru. Mengingat rekolonisasi bakteri terjadi segera sesudah dilakukannya eliminasi plak, maka usahausaha pencegahan perlu terus dilakukan oleh pasien, dengan bimbingan dokter gigi melalui kunjungan berkala. Tanapa adanya program pemeliharaan pasca perawatan periodontal , maka sangat mudah terjadi rekurensi penyakit periodontal, baik berupa peningkatan kedalaman poket, maupun kehilangan tulang dan pada akhirnya kehilangan gigi.



Kemungkinan kehilangan gig akan berkurang apabila pada pasien dilakukan perawatan pemeliharaan periodontal (supportive periodontal treatment).



Dasar Melakukan Perawatan Pemeliharaan Periodontal Pasien dengan resiko periodontitis yang tinggi dapat mengalami reinfeksi atau peningkatan keparahan penyakit periodontal jika tidak dilakukan fase pemeliharaan yang terorganisasi dengan baik. Namun demikian, pasien yang memiliki resiko terserang penyakit periodontal kecil, tetap memerlukan perawatan pemeliharaan untuk kesehatan periodontal jangka panjang. Perawatan pemeliharaan yang dapat dilakukan



adalah



dengan



menghilangkan



mikrobiota



subgingival



dan



meningkatkan kesadaran pasien untuk mengontrol plak dan kalkulus supragingiva. Salah satu penjelasan mengenai terjadinya rekurensi penyakit periodontal adalah tidak sempurnanya pembuangan plak subgingiva. Jika plak subgingiva dibiarkan tersisa selama scaling, plak tersebut dapat tumbuh kembali di dalam poket. Tumbuhnya plak subgingiva kembali merupakan proses yang lambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan plak supragingiva. Selama periode ini (mungkin beberapa bulan), plak subgingiva dapat menyebabkan reaksi inflamasi



pada margin gingiva. Diagnosis klinis lebih lanjut mungkin membingungkan dengan adanya kontrol plak supragingiva yang memadai karena reaksi inflamasi disebabkan oleh plak pada dinding jaringan lunak poket yang cenderung tidak bermanifestasi secara klinis sebagai gingivitis. Sehingga kontrol plak subgingiva yang tidak memadai akan menyebabkan berlanjutnya kehilangan perlekatan, meskipun tapa disertai adanya inflamasi gingiva yang tampak secara klinis. Mengenai terjadinya rekurensi penyakit periodontal adalah aspek mikroskopik dari penyembuhan dentogingiva setelah perawatan periodontal. Studi histologi telah menunjukkan bahwa setelah dilakukan prosedur periodontal, jaringan biasanya tidak akan sembuh dengan adanya pembentukan perlekatan jaringan ikat yang baru ke permukaan akar, namun akan sembuh dengan adanya long junctional epithelium. Tipe dentogingiva ini lebih lemah dan inflamasi dapat dengan cepat memisahkan long junctional epithelium dari gigi sehingga pasien yang telah dirawat jaringan periodontalnya dapat menjadi predisposisi terjadinya pembentukan poket rekuren jika perawatan pemeliharaan tidak dilakukan secara optimal. Scaling subgingiva akan mengubah mikroflora pada poket periodontal. Perubahan meliputi penurunan proporsi motile rod selama satu minggu, peningkatan proporsi sel-sel coccoid selama 21 hari, dan penurunan proporsi spirochetes selama satu minggu. Studi lainnya menunjukkan bahwa bakteri subgingiva tidak akan kembali sama seperti kondisi sebelum dilakukan perawatan selama 3-6 bulan. Tingkat kembalinya flora mikrobial seperti sebelum dilakukan perawatan bervariasi diantara pasien. Temuan ini mengindikasikan bahwa prosedur pembersihan mekanis memiliki efek jangka panjang yang relatif pada flora mikrobial dan



kelompok mikroorganisme tertentu dapat kembali ke tingkat semula setelah periode waktu yang bervariasi. Baik pembersihan secara mekanis yang dilakukan oleh dokter gigi, maupun motivasi yang diberikan pada setiap kunjungan, dibutuhkan untuk memperoleh hasil perawatan pemeliharaan yang baik. Terdapat kecenderungan menurunnya kebersihan mulut pada pasien antar kunjungan. Kemudian ketika pasien mengetahui kebersihan mulutnya akan dievaluasi, maka pasien akan membersihkan mulutnya lebih baik sebagai antisipasi. Program pemeliharaan Kunjungan secara periodik penting dilakukan untuk pencegahan penyakit periodontal jangka panjang. Interval antar waktu kunjungan pada awalnya berkisar sekitar 3 bulan, kemudian bervariasi sesuai dengan kebutuhan pasien. Perawatan periodontal pada masing-masing kunjungan terdiri atas 3 bagian: Bagian I: Pemeriksaan (17 menit) -Perubahan riwayat medis -Status OH -Perubahan gingiva -Perubahan kedalaman poket -Perubahan mobilitas -Perubahan oklusal -Karies gigi -Status restorasi dan protesa Bagian II: Perawatan (35 menit) -OH reinforcement



-Scaling -Polishing -Irigasi mengunakan bahan-bahan kimiawi Bagian Ill: Jadwal kunjungan berikutnya (1 menit) -Jadwal kunjungan berikutnya -Jadwal perawatan periodontal berikutnya -Jadwal atau rujukan untuk pembuatan perawatan restorasi tau protesa Waktu yang dibutuhkan untuk satu periode recall pada pasien dengan multiple teeth di kedua lengkung rahang kurang lebih mencapai satu jam. Pemeriksaan dan Evaluasi Karena pasien yang datang bukan merupakan pasien baru, maka dokter gigi hanya melihat perubahan yang terjadi sejak evaluasi sebelumnya. Dokter gigi perlu melihat kembali riwayat kesehatan pasien dan riwayat perawatan periodontal yang telah dilakukan sebelumnya. Di antara kunjungan, bisa terdapat perubahan kondisi dental dan medis pasien. Oleh karena itu, perlu ditanyakan hal-hal berikut: 1. Apakah terdapat perubahan kesehatan, konsumsi obat, atau kunjungan ke rumah sakit sejak terakhir datang ke dokter gigi? 2. Apakah terdapat perubahan dalam gigi, mulut, atau rahang yang anda perhatikan? 3. Apakah terdapat perawatan gigi apapun sejak kunjungan terakhir untuk perawatan pemeliharaan? 4. Apakah yang anda lakukan selama ini untuk menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut anda?



Dokter gigi juga dapat mendeteksi perubahan-perubahan yang terjadi pada rongga mulut yang merupakan manifestasi dari penyakit sistemik. Misalnya, diabetes mellitus yang tidak terkontrol dan tidak terdiagnosa dapat bermanifestasi menjadi timbulnya banyak abses periodontal dan kerusakan jaringan periodontal yang cukup signifikan. Pasien dengan gangguan sistem imun seperti pasien kemoterapi atau HIV/AIDS akan menunjukkan perubahan yang signifikan pada kondisi periodontalnya yang mencerminkan lemahnya sistem imun. Pasien seperti ini membutuhkan penanganan khusus dalam perawatan pemeliharaan periodontal. Perkembangan penyakit periodontal dalam waktu yang singkat menuntut dokter gigi untuk ekstra hati-hati dan bila perlu merujuk ke dokter umum untuk memeriksa kesehatan umumnya. Pemeriksaan Gigi Geligi Pemeriksaan gigi geligi pada kunjungan pemeliharaan meliputi pemeriksaan adanya kehilangan gigi dan karies sejak kunjungan terakhir, evaluasi restorasi dan protesa, serta fremitus. Fremitus adalah pergerakan atau kegoyangan gigi sat berfungsi. Pemeriksaannya sederhana dan biasanya berhubungan dengan kerusakan periodontal lanjut. Pemeriksaan Jaringan Periodontal Sangat penting untuk memeriksa apakah terdapat tanda-tanda inflamasi di sekitar gigi geligi. Pemeriksaan terhadap tanda inflamasi tersebut dapat dilakukan dengan pemeriksaan bleeding on probing, yaitu dengan melewatkan probe dalam sulkus gingiva. Tanda inflamasi dapat dilihat juga dengan memeriksa adanya supurasi, yang dapat dilihat dengan menekan jari ke jaringan gingiva. Hal-hal ini perlu



diperiksa dandicatat di tiap kunjungan. Bila ditemukan bahwa persentase daerah yang mengalami perdarahan saat probing meningkat, maka interval pemerliharaan perlu dipersingkat dan diperlukan intervensi terapi. Pemeriksaan jaringan periodontal berikutnya adalah memeriksa kedalaman probing, yaitu jarak dari tepi gingiva ke kedalaman apikal dari penetrasi probe. Pengukuran kedalaman didapat dari menggerakkan probe di sulkus/poket, dengan sumbu panjang probe paralel dengan, sumbu panjang gigi. Pengukuran dilakukan pada 6 titik di sekitar tiap gigi, yaitu midfasial, midlingual, mesiolingual, distolingual, mesiobukal, dan distobukal. Poket interproksimal didapat dengan menempatkan probe di bagian terdalam poket, biasanya di bawah titik kontak, dengan mengusahakan probe tetap paralel dengan sumbu panjang gigi. Seberapa akurat pengukuran ini tergantung dari diameter probe, gaya yang diaplikasikan saat memasukkan probe, Kesehatan jaringan, serta skill dan pengalaman operator. Selain jaringan periodontal, hal yang juga penting adalah pemeriksaan mukosa oral secara hati-hati, untuk melihat kondisi patologis. Pemeriksaan Radiografis Pemeriksaan radiografis harus dilakukan secara individu, tergantung dari keparahan kasus awal dan temuan pada kunjungan recall. Radiograf ini selanjutnya akan dibandingkan dengan temuan pada radiograf sebelumnya untuk memeriksa ketinggian tulang dan melihat adanya perbaikan pada kerusakan tulang, gejala trauma oklusi, perubahan patologis periapikal, dan karies. Jumlah radiograf yang diambil perlu dibatasi untuk alasan bahaya radiasi. Namun pada kasus adanya penyakit aktif, dapat dilakukan pemotretan full mouth survey tiap beberapa tahun



sekali, dan 7 foto bitewing diantara waktu tersebut, untuk dapat menilai stabilitas tulang secara akurat.



Daftar Pustaka 1. Dibart, S., Dietrich, T., 2010, Practical Periodontal Diagnosis And Treatment Planning, Bllackwell Publishing, Lowa.



2. Kodir, A.I.A., Herawati, D., Murdiastuti, K., 2014, Perbedaan Efektivitas Antara Pemberian Secara Sistemik Ciprofloksasin dan Amoksisilin Setelah Scaling dan Root Planning Pada Periodontitis Kronis Penderita Hipertensi, Jurnal Kedokteran Gigi. 5(4): 323-328. 3. Pratiwi, D., 2007, Gigi Sehat merawat Gigi Sehari – hari, Penerbit Buku Kompas,Jakarta. 4. Carranza, F.A., Newman, M.G., & Takei, H.H., 2002, Clinical Periodontology, 9 th ed., WB. Saunders, Philadelphia. 5. Amini H, Casimassimo PS. Prenatal dental care: a review. Gen Dent 2010;58:176-80. 6. Naseem M, Khurshid Z, Khan HA, et al. Oral health challenges in pregnant women: Recommendations for dental care professionals. Saudi J Dent Res 2016;7:138–46. 7. Asdar. Bahan kemoterapeutik sebagai pengontrol plak dan gingivitis. Bagian Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin. 8. Newman



MG,



Takei



HH,



Klokkevold



PR.



Carranza's



Clinical



Periodontology, 13th edition. 2018.



9. KEMENKES. Gigi dan Mulut. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 89 Tahun 2015. 10. Niklaus Pet al. Clinical Periodontology and Implant Dentistry, 4' ed. 2003. Blackwell Munksgaard. 11. Rose LF, Mealey BL. Periodontics - Medicine, Surgery, and Implants. 2004. St.Louis: Mosby.



12. Wilson TG, Kornman KS. Fundamentals of Periodontics, 2nd ed. 2003. Quintessence Publishing Inc.