6 0 206 KB
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir kerusakan sumber daya hutan dan lahan terus meningkat yang ditandai dengan adanya bencana alam tanah longsor dan banjir di musim hujan, sedang di musim kemarau terjadi kekeringan dan kekurangan air. Kejadian tersebut terutama disebabkan oleh tingginya tekanan penduduk terhadap sumber daya hutan dan lahan baik pembukaan lahan untuk pertanian, penebangan liar dan pencurian kayu, kebakaran, serta praktek usaha tani yang tidak disertai dengan kaidah -kaidah konservasi tanah yang benar. Upaya Pengembangan Model Agroforestry dimaksudkan untuk memulihkan dan mempertahankan ekosistem yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai daya dukung dan perannya sebagai habitat berbagai jenis tanaman dalam mendukung sistem penyangga kehidupan. Untuk keberhasilan program pengembangan model Agroforestry, perlu disusun rancangan teknis sebagai pedoman dan acuan dalam penyelenggaraan
program
tersebut
diatas.
kegiatan
penyusunan
rancangan
dilaksanakan
secara
partisipatif
oleh
masyarakat/kelompok tani setempat dengan fasilitas dari BP DAS Jeneberang Walanae, Pemerintah Daerah setempat (Dinas yang menangani bidang kehutanan), dan instansi terkait lainnya.
B. Maksud dan Tujuan Penyusunan Rancangan Teknis pengembangan model Agroforestry dimaksudkan sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan fisik di lapangan, bahan monitoring, bimbingan teknis, kelembagaan, dan bahan evaluasi pelaksanaan. Tujuannya adalah agar kegiatan dapat dilaksanakan dengan lancar, tepat waktu dan tepat sasaran serta mendorong masarakat disekitar lokasi untuk melakukan kegiatan pengembangan Agroforestry secara swadaya.
1
C. Sasaran Lokasi Sasaran lokasi Pengembangan Model Agroforestry adalah daerah yang memang sudah ada ciri - ciri model yang menerapkan pengelolaan tanaman yakni perpaduan antara tanaman semusim dengan tanaman kayu-kayuan atau tanaman pakan ternak dengan tanaman semusim. Lokasi berada di luar kawasan hutan agar menjadi model percontohan bagi daerah di sekitarnya.
II.
RISALAH UMUM
A. Kondisi Biofisik 1. Letak dan Luas Lokasi Pengembangan Model Agroforestry secara administrasi pemerintahan terletak di luar kawasan hutan tepatnya di Kelurahan Batu Kecamatan Pituriase, Kabupaten Sidrap dengan luas 50 Ha, dan secara geografis terletak pada posisi ………. s/d …………….Ls dan
……………………. s/d ………………………..BT
2. Jenis Tanah, Bahan Induk, dan bentuk Wilayah -
Jenis tanah adalah podsolik merah kekuningan
-
Bahan induk batu pasir
-
Bentuk wilayah bergelombang sampai berbukit
2
3. Topografi Secara umum keadaan lapangan hutan lindung Palewa memiliki topografi mulai landai 2 Ha (08%), bergelombang 12 Ha (48%), berbukit 8 Ha (32%), dan bergunung 3 Ha (12%). Ketinggian tempat berkisar antara 400 sampai 440 m dpl. Penyebaran luas areal berdasarkan kelas lereng lapangan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Luas Areal Berdasarkan Kelas Lereng
Kelas Lereng
Luas
Persentase (%)
0-8
2.00
08
8 - 15
12.00
48
15 - 25
8.00
32
25 - 40
3.00
12
> 40
-
-
25.00
100.00
Jumlah: Sumber: Hasil Identifikasi dan Pemetaan GIS
4. Vegetasi Vegetasi penutup lahan di lokasi tersebut sangat bervariasi terutama jenis kayu-kayuan yaitu eboni, rotan, agatis, dan campuran sebagaimana pada Tabel 2 berikut. Tabel 2. Jenis Vegetasi Penutupan Lahan
Jenis Vegetasi
Luas
Persentase (%) 3
1. Eboni 2. Agatis (Damar) 3. Aren/Rotan 4. Campuran/Semak/Rumput Sumber: Hasil Identifikasi Lapangan 2007 5. Iklim Berdasarkan data 4 (empat) tahun terakhir curah hujan tahunan rata-rata sebesar mm, dengan jumlah bulan basah 7 bulan (Oktober s/d April), bulan lembab 2 bulan (Januari s/d Februari) dan jumlah bulan kering 3 bulan (Juli s/d September) dengan demikian tipe iklim lokasi berada pada tipe iklim C (tipe iklim menurut Schmidt Fergusson). Data curah hujan dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Curah Hujan Bulanan Rata-rata Pada Lokasi Model Usaha Budidaya di Kab Sidrap
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah:
2003 117 69 296 394 300 134 161 163 114 92 162 467 2.460
C H (mm) / T a h u n 2004 2005 235 87 22 117 61 110 405 88 182 279 23 111 88 198 58 25 132 15 216 51 218 255 63 1.362 1.677
2006 54 81 10 112 271 42 33 4 4 168 360 1.139
Sumber data: Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Pituriase 6. Aksesibilitas
4
Lokasi Pengembangan Tanaman Rotan di Kabupaten Sidrap dapat mendekati lokasi dengan kendaraan roda 2. Jarak dari Makassar ke ibu kota Kecamatan adalah 215 Km, dari ibu kota Kecamatan ke ibu kota Kelurahan adalah 0 Km, sedang dari ibukota Kelurahan Batu ke lokasi berjarak 6 Km. B. Kondisi Sosial Ekonomi 1. Kependudukan Jumlah penduduk dapat dilihat pada Tabel 4 berikut: Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Usia
Jenis
0-15 Tahun
15-55 Tahun
> 55 Tahun
Jumlah
1. Laki-laki
587
613
105
1.305
2. Perempuan
593
595
89
1.267
1.170
1.208
194
2.572
Jumlah
Sumber data: Profil Kelurahan Batu Kec. Pituriase Kab. Sidrap. Melalui perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah dapat diperoleh besarnya angka kepadatan penduduk pada Kelurahan Batu sebesar
jiwa/Km2.
2. Mata Pencaharian Mata pencaharian penduduk di Kabupaen Batu tersebar dalam berbagai jenis seperti disajikan pada Tabel 5 berikut: Tabel 5. Jenis Pekerjaan Penduduk Kelurahan Batu Kec. Pituriase Kab. Sidrap.
No. 1 2 3 4 5 6 7
Jenis Pekerjaan Petani Pedagang Pegawai/TNI Polri Transportasi Pengrajin Tukang/Buruh/lain-lain Lainnya Jumlah
Jumlah Jumlah (jiwa) 576 11 7 7 22 147
% 72.82 1.40 0.88 0.88 2.80 18.58
791
100.00
Sumber data: Profil Kelurahan Batu Kec. Pituriase Kab. Sidrap. 5
Mata pencaharian pokok penduduk di Kelurahan Batu secara umum menggambarkan 72.82% pekerjaan pokok sebagai petani, baik petani lahan kering, maupun lahan basah, sedangkan 27.18% sebagai tukang, buruh dan lain-lain. 3. Pendidikan Jumlah penduduk Kelurahan Batu berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 6 berikut. Tabel 6. Tingkat Pendidikan Penduduk di Kelurahan Batu Kec. Pituriase Kab. Sidrap.
No.
Tingkat Pendidikan
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
766
29.78
1.262
49.07
1.
Tidak tamat SD
2.
Tamat SD
3.
Tamat SMP
385
14.97
4.
Tamat SLTA
129
5.02
5.
Sarjana Muda
7
0.27
6.
Sarjana
23
0.89
Jumlah
2.572
100.00
Keterangan Termasuk yang belum sekolah
Sumber data: Profil Kelurahan Batu Kec. Pituriase Kab. Sidrap.
4. Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja yang ada di sekitar lokasi kegiatan dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini:
Tabel 7. Jumlah Tenaga Kerja di Kelurahan Batu
No.
Kelompok Umur (7 Tahun)
Jumlah (jiwa)
Persentase (%)
1.
0 _ 15
468
18.20
2.
15 – 55
1.772
68.09
Keterangan
6
3.
> 55
Jumlah Sumber data: Profil Kelurahan Batu
332
12.91
2.572
100.00
C. Kelembagaan. Peran aktif kelembagaan baik formal maupun non formal sangat menentukan keberhasilan suatu program/kegiatan dalam masyarakat. Lembaga formal maupun non formal yang terdapat di lokasi Pengembangan Model Usaha Budidaya Rotan dapat dilihat pada Tabel 8 berikut:
Tabel 8. Jenis dan Jumlah Lembaga Masyarakat di Kelurahan Batu.
Jenis Kelembagaan 1. LKMD/PPD 2. PKK 3. Karang Taruna 4. Pustu 5. Posyandu 6.Kelompok Tani 7. Kelompok Dasa Wisma 8. Kelompok Remaja Mesjid 9. KUD 10 Pasar Sumber data: Hasil Wawancara dengan masyarakat setempat.
Jumlah 1 1 1 1 1 2 2 1 1
Keterangan
III. RANCANGAN PEMBUATAN TANAMAN Tahapan pelaksanaan komponen kegiatan pembuatan tanaman antara lain : A. Persiapan 7
Sebelum melakukan kegiatan Model Pengembangan tanaman meliputi :
Rotan terlebih dahulu dilakukan pekerjaan persiapan
1. Penyiapan dokumen rancangan pembuatan tanaman baik Naskah maupun Peta sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan. 2. Penyiapan lahan dan organisasi pelaksana, Mandor/pengawas dan mobilisasi tenaga kerja. 3. Penyiapan bahan dan peralatan kerja, seperti bahan-bahan Pondok kerja, papan nama, ajir, Han sprayer, dan lain-lain. 4. Pengukuran ulang batas luar lokasi dan batas lahan garapan kemudian dibuat peta baru berupa peta batas lahan garapan sebagai satuan unit pengamatan di lapangan. 5. Pembuatan pondok kerja dan papan nama secara rinci dapat dilihat pada lampiran. 6. Pembersihan lahan dimaksudkan untuk memberi ruang tumbuh yang baik bagi tanaman yang masih kecil. B. Pelaksanaan 1. Penataan areal, penentuan arah larikan dan pemasangan ajir tanaman. Penataan areal diperlukan guna mengatur di mana letak pondok, jalur pemeriksaan dan batas lahan diatur berdasarkan kelerengan sebagai dasar pertimbangan dalam mengatur jarak tanaman. Penentuan arah larikan dilakukan berdasarkan garis ketinggian tempat (searah kontur) Pemasangan ajir tanaman berdasarkan arah larikan dan jarak ajir sesuai dengan penataan areal. 2. Pembuatan papan nama Papan nama dibuat dari bahan kayu awet berupa papan dan balok dengan ukuran papan nama adalah 90 x 120 cm. tinggi ± 2,00 dari permukaan tanah. Dasar warna hijau dengan tulisan warna putih dan dipasang pada tempat yang mudah dilihat orang banyak atau tempat yang strategis. 3. Pembuatan pondok kerja Pondok kerja dibuat dari bahan kayu dan atap seng bergelombang. Ukuran pondok adalah 4 x 6 m yang ditempatkan di dalam/di pinggir lokasi kegiatan tergantung dari situasi tempat yang paling baik dan strategis. Gambar gubuk kerja dan uraian biayanya dapat dilihat pada lampiran. 4. Pembuatan lubang dan pinggiran tanaman. Pembuatan lubang tanaman dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm atau equivalen dengan ukuran lubang 0.027 m 3/lubang. Sedang lebar piring tanaman dibuat dengan ukuran diameter 1,00 meter atau equivalen dengan luas piringan tanaman = 0.785 m2. Piringan tanaman harus betul-betul bersih dari gulma dan tonggak kayu. 5. Pemupukan dasar 8
Pupuk dasar berupa pupuk penanaman.
organik dicampur dengan media tanah (topsoil) dilakukan bersamaan pada waktu
6. Penanaman Dalam kegiatan penanaman ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu: a. Pengangkutan bibit ke tempat penanaman harus dilakukan dengan hati-hati dengan memakai alat angkut bibit yang terbuat dari papan atau keranjang. Bibit yang diangkut tidak boleh bertumpuk di atas bibit yang lain karena dapat menyebabkan kerusakan bibit akibat pengangkutan yang tidak benar. b. Media bibit tetap kompak dan mudah dilepas dari poly bag. c. Kondisi lubang tidak tergenang air dan bebas dari hama dan serangga (steril) d. Kondisi bibit dalam keadaan sehat dan memenuhi syarat untuk ditanam. e. Kriteria bibit dan waktu penanaman: • Bibit yang ditanam sesuai dengan spesifikasi teknis, yaitu batang sudah berkayu dan ukuran tinggi bibit sudah mencapai 30 cm serta kondisi bibit dalam keadaan sehat. • Waktu penanaman sebaiknya dimulai pada awal musim hujan, supaya panjang waktu untuk beradaptasi dengan lingkungan. f. Penanaman dilakukan dengan beberapa tahapan sbb: • Poly Bag dilepas dari media tanaman dengan hati-hati supaya media tetap kompak. Bila perlu setelah dilepas, medianya sedikit dipres dengan tangan lalu dimasukkan ke lubang tanaman. • Posisikan bibit beserta medianya dalam lubang sedemikian rupa sehingga posisi bibit tetap tegak lurus keatas. • Timbun lubang yang sudah berisi bibit dengan media tanah yang telah disiapkan sebelumnya, yaitu top soil bercampur pupuk organik sampai lebih tinggi dari permukaan tanah, dan timbunan sampai pada leher akar tanaman. 7. Pola tanam Teknik perlakuan tanaman pada lokasi model pengembangan tanaman Rotankayu dilakukan dengan sistem jalur di mana lubang tanaman di sepanjang jalur yang telah dipersiapkan sebelumnya, yang dilengkapi dengan piringan tanaman di sepanjang jalur dengan jarak tanam 5 x 5 m (mengikuti tegakan yang sudah ada sebagai pohon rambatan atau panjatan rotan). Sistem penanaman adalah penanaman murni dengan jumlah 2 bibit setiap lubang dengan pola tanam searah garis kontour dan sesuai dengan posisi pohon panjatan yang sudah ada. Sistem pola tanam dengan jelas terlihat pada Gambar 1 di bawah ini. Gambar 1. Sistem Pola Tanam Pengembangan Tanaman Rotan 5m 9 5m
Keterangan: = Tanaman rata dan pohon panjatan/rambatan = Arah Larikan Searah dengan contour
C. Pemeliharaan Pemeliharaan Model Usaha Budidaya Rotan meliputi kegiatan penyulaman, pemupukan, penyiangan, pendangiran, dan pengendalian hama serta pencegahan penyakit. a. Penyulaman Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman rotan yang mati dengan tanaman rotan yang sehat, agar jumlah tanaman tetap jumlahnya sesuai dengan rancangan semula. Bibit yang ditanam untuk penyulaman harus seumur dengan tanaman yang disulami. Jumlah bibit penyulaman minimal 10% dari jumlah tanaman semula.
b. Penyiangan Penyiangan meliputi pekerjaan pembersihan gulma, semak dan tanaman pengganggu lainnya, agar tanaman bebas dari tumbuhan pengganggu sehingga dapat tumbuh dan berkembangg dengan baik. Penyiangan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: dengan cara kimiawi (herbisida) dan dengan cara manual. Pemberantasan dengan cara kimiawi yaitu dengan cara menyemprotkan herbisida ke tanaman pengganggu lainnya. Sedangkan pemberantasan secara manual yaitu dengan cara membabat/memotong tanaman pengganggu. c. Pendangiran Pendangiran tanaman dilakukan dengan tujuan untuk menggemburkan tanah di sekitar tanaman dengan diameter minimal ± 1 meter ( radius 50 Cm )dari batang pohon. d. Pemberantasan hama dan penyakit 10
Pemberantasan hama dan penyakit tanaman pada Model Tanaman rotan dilakukan untuk mencegah kerusakan dan kematian tanaman akibat gangguan organisme, penyakit dan hama tanaman. Pengendalian hama dan pencegahan penyakit ini dilakukan secara fisik (manual) dan dengan menggunakan bahan kimiawi (pestisida). Secara fisik (manual), yaitu membakar tanaman yang terserang penyakit dan menangkap, menjaga, dan menghalau makhluk pengganggu tanaman seperti kerusakan akibat gangguan ternak, dan hewan liar lainnya. Secara kimiawi dilakukan penyemprotan dan penaburan pestisida yang disesuaikan dengan jenis hama/penyakit yang merusak tanaman. D. Perlindungan dan Pengamanan Tanaman Perlindungan dan pengamanan Model Tanaman rotan dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan tanaman yang diakibatkan oleh hama/penyakit, ternasuk, kebakaran dan faktor-faktor lain yang dapat mengakibatkan kerusakan tanaman. Beberapa pendekatan yang dilakukan dalam upaya pencegahan kebakaran, yaitu: 1. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengamanan hutan antara lain melalui kegiatan penerangan dan penyuluhan. 2. Melaksanakan pemeliharaan tanaman yang intensif untuk membersihkan areal tanaman dari bahan yang mudah terbakar. 3. Melaksanakan pengawasan/patroli pada areal tanaman secara periodik untuk mendeteksi bahaya kebakaran secara dini agar dapat diambil tindakan/langkah-langkah yang tepat dan cepat. 4. Untuk pencegahan perusakan, antara lain dilakukan sosialisasi, pelibatan masyarakat setempat dalam kegiatan pembuatan tanaman dan pemeliharaan serta rekayasa sosial.
IV. RANCANGAN KELEMBAGAAN A. Rencana Pengembangan Kelompok Tani 1. Bentuk Organisasi Bentuk organisasi kelompok tani pelaksana kegiatan Pembuatan Model Tanaman Silvikultur Intensif (Rotan) lokasi Palewa, Kelurahan Batu, Kecamatan Pituriase disajikan pada gambar 2. Gambar 2. Bentuk Struktur Organisasi Kelompok Tani
11
Ketua Kelompok Tani
Bendahara Sekretaris
Anggota Kelompok
Anggota Kelompok Hamparan Kegiatan (pekerja)
2. Jumlah Anggota, Pembagian Tugas, dan Tanggung Jawab Struktur organisasi kelompok tani pelaksana kegiatan pembuatan Model Tanaman rotan lokasi Palewa, Kelurahan Batu, Kecamatan Pituriase terdiri dari: Kontak Tani, yaitu petani maju yang bersikap positif terhadap pembangunan dan telah berhasil dalam usaha taninya. Kontak tani ini juga merupakan tokoh masyarakat yang disegani, mampu memimpin dan menggerakkan, serta membina kelompok tani dan dengan kesadaran sendiri menjadi partner penyuluh dan penyuluh swadaya.
Pengurus
kelompok taniterdiri dari : Ketua Kelompok Tani, Sekretaris, Bendahara, anggota kelompok.
12
Secara rinci, jumlah dan susunan anggota dan tanggung jawab pengurus disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Jumlah Anggota dan Tanggung Jawab Pengurus Kelompok Tani Kelurahan Batu Kec. Pituriase Kab. Sidrap.
No.
Pengurus
1.
Ketua Kelompok Tani
2.
Sekretaris
3.
Bendahara Anggota Kelompok Kegiatan Anggota Kelompok Hamparan (Pekerja)
4. 5.
Jumlah Anggota Tugas dan Tanggung Jawab (Orang) 1 Orang - Membuat RUK, RDK, dan RDKK. - Mencari informasi (teknologi baru, baik dari dalam maupun luar kelompok). - Membantu penyusunan Rencana Kerja/Program Penyuluhan. - Melakukan penyuluhan swadaya serta pembinaan terhadap anggota kelompoknya. - Mengikuti kursus dan pertemuan. 1 Orang Membuat administrasi kelompok antara lain: - Pendataan anggota kelompok. - Pendataan luas lahan dan usaha anggota. - Menyusun Jadwal Pertemuan Kelompok. - Agenda Surat-surat. 1 Orang Mengurus keuangan kelompok (Pemasukan dan Pengeluaran). Sesuai Kebutuhan Mengarahkan kelompok pekerja dalam melakukan usaha. Sesuai Kebutuhan Melaksanakan kegiatan yang menjadi usaha kelompok. 21 Orang
3. Administrasi Kelompok Administrasi Kelompok Tani Palewa Kelurahan Batu Kec. Pituriase disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Komponen Administrasi Kelompok Tani Pada Lokasi Palewa Kelurahan Batu Kecamatan Pituriase.
No. 1
Komponen Kelembagaan 2
Keadaan Komponen Kelembagaan 3 - Orientasi pada kegiatan jangka panjang dan bertumpu pada kekuatan sendiri dalam memanfaatkan peluang usaha.
1.
Orientasi kelompok
2.
Status
- Inisiatif dan pengambilan keputusan didominasi oleh kelompok.
3.
Keanggotaan
- Adanya kriteria penerimaan anggota baru, - Adanya keterikatan anggota untuk memajukan kelompok, 13
- Sebagian besar anggota terlibat aktif dalam memajukan kelompok,
4.
Kepengurusan
Pengurus ditetapkan secara demokratis, melalui rapat anggota - Pembagian tugas dan fungsi pengurus dijabarkan dengan jelas, - Proses pengambilan keputusanditetapkan secara demokratis, melalui rapat anggota, - Ada proses kaderisasi.
5.
Peraturan dan Tata Kerja Kelompok
- AD/ART disusun secara demokratis dan diterapkan secara konsisten, - Pengendalian dilakukan oleh pengurus dengan didampingi pihak lain.
Administrasi Kelompok
a. Sarana administrasi kelompok lengkap dan terisi, antara lain: - Buku Daftar Anggota dan Pengurus, Buku Tamu, Notulen, Agenda Surat, AD/ART, dan Inventaris Kelompok. b. Sarana administrasi keuangan lengkap, antara lain: - Daftar Uang Masuk, Daftar Uang Keluar, dan Buku Kas
6.
B. Rencana Penyuluhan dan Pendampingan 1. Penyuluhan.
Dalam rangka kegiatan peningkatan keterampilan teknis kelompok tani Pengembangan Model Tanaman Rotan dilaksanakan kegiatan bimbingan teknis dan penyuluh kehutanan lapangan pada setiap tahapan kegiatan. Pelaksanaan penyuluhan dan Bimbingan Teknis disesuaikan dengan waktu pelaksanaan tahapan kegiatan dengan jadwal pelaksanaan. 2. Pendampingan kelembagaan dilakukan oleh LSM, Tenaga Kerja Sarjana Terdidik (TKST), tenaga kerja sosial, tenaga
kerja sarjana kehutanan dan pertanian dalam arti luas yang telah memperoleh pendidikan pemberdayaan masyarakat. Pendamping dan penyuluh bertugas melakukan pendekatan sosial kepada masyarakat/kelompok tani guna kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan kegiatan sehingga tujuan penyuluhan dan pendampingan mencapai sasaran. Adapun kegiatan pendampingan yang dapat dilakukan adalah: -
Melakukan identifikasi biofisik, Sosial Ekonomi, dan Budaya Masyarakat. Sosialisasi kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Penyiapan dan pembentukan Kelompok Tani. 14
-
Melakukan koordinasi dengan Pinlak, Penyuluh, Camat dan Kepala Desa setempat, serta instansi terkait lainnya. Menyiapkan kelembagaan kelompok tani meliputi: Pengembangan kelembagaan, permodalan, kemitraan, dan informasi pasar.
C. Rencana Pelatihan Penyuluh Lapangan dan Pelatihan Petani
Dalam rangka pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) kelompok tani yang dilakukan melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan kelompok tani maka direncanakan pelatihan: -
Pelatihan Kelompok Tani Kader Rehabilitasi Hutan dan Lahan
-
Temu Usah Kelompok Tani.
-
Bimbingan Teknis yaitu untuk meningkatkan keterampilan dalam penguasaan teknolosi dan produksi hasil tanaman.
Bila tersedia dana, anggota Kelompok Tani diupayakan untuk lebih berkembang dengan: -
Melakukan magang pada suatu lembaga usaha yang lebih maju.
-
Melakukan study banding ke wilayah lain yang terdapat kegiatan sejenis yang jauh lebih berkembang.
V. RENCANA KEBUTUHAN BAHAN, TENAGA DAN BIAYA A. Rencana Kebutuhan bahan Bahan yang dibutuhkan pada kegiatan Pembuatan Model Tanaman Silvikultur Intensif (rotan) seluas 25 Ha di lokasi Palewa Kelurahan Batu Kec. Pituriase meliputi patok larikan, ajir, dahan papan nama proyek, bahan pondok kerja, pupuk (NPK) dan Pupuk Kandang. Secara rinci jenis dan jumlah bahan yang dibutuhkan pada lokasi Palewa, Kelurahan Batu Kec. Pituriase Kec. Pituriase disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Jenis dan Jumlah Bahan yang Dibutuhkan pada Lokasi Palewa, Kelurahan Batu, Kec. Pituriase. No.
Uraian Kegiatan
Volume Fisik
Jenis bahan
Keterangan
1
2
3
4
5
1
Pengadaan ajir
10.000 Btg
Bambu, kayu 3 - 4 cm panjang 1.25 - 1.5 m
2
Pengadaan bahan papan nama
1 Unit
Papan, paku, cat, dll
3
Pengadaan bahan pondok kerja
1 Unit
Seng, kayu, papan, paku, dll
4
Pengadaan pupuk anorganik
800 Kg
NPK, dll
5
Pengadaan obat-obatan
25 Ltr
Herbisida, pestisida dll
6
Pengadaan peralatan dan perlengkapan kerja
1 Paket
Cangkul, linggis dll
15
7
Pengadaan bibit rotan
11.000 Btg
Bibit rotan tinggi min 30 cm
B. Rencana Kebutuhan Tenaga Jenis tenaga kerja yang dibutuhkan pada kegiatan Pembuatan Model Tanaman Rotan seluas 25 Ha di lokasi Palewa Kelurahan Batu Kec. Pituriase meliputi: Mandor, Pengawas, Buruh/Pekerja dan lain-lain. Secara rinci, jenis dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan pada lokasi Palewa, Kelurahan Batu Kec. Pituriase disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Jenis dan Jumlah Tenaga Kerja yang Dibutuhkan pada lokasi Palewa Kelurahan Batu Kec. Pituriase No.
Uraian Kegiatan
Volume Fisik
Jenis tenaga Kerja
Keterangan
1
2
3
4
5
1
Intensif persiapan lapangan dan pembuatan jalan pemeriksaan.
250 HOK
Buruh
2
Penentuan arah larikan dan pemasangan ajir
111 HOK
Buruh
3
Pembuatan piringan dan lubang tanaman
250 HOK
Buruh
4
Pembuatan gubuk kerja dan papan nama.
60 HOK
Buruh
5
Pengangkutan bibit, pemupukan dan penanaman
250 HOK
Buruh
6
Penyiangan dan pendangiran
200 HOK
Buruh
7
Penyulaman, pemupukan, pengendalian hama, dan pencegahan penyakit
161 OB
Mandor
8
Insentif Pengawasan Mandor
5 OB
Mandor
9
Insentif Pelaksana Teknis Kegiatan
5 OB
Pelaksana
10
Insentif Pembina Lahan 2 orang
10 OB
Pembina
C. Rencana Kebutuhan Biaya Untuk melaksanakan kegiatan Pembuatan Model Tanaman Silvikultur Intensif (Rotan) di Lokasi Palewa, Kelurahan Batu, Kec. Pituriase Kabupaten Sidrap dengan luas 25 Ha, diperlukan anggaran/biaya sebesar Rp....................... . penggunaan dana dimaksud untuk membiayai 3 komponen pengeluaran yaitu: Gaji/Upah, Bahan-bahan dan biaya lain-lain. Secara rinci jenis dan jumlah biaya yang dibutuhkan pada lokasi Palewa Kelurahan Batu Kec. Pituriase disajikan pada Tabel 13. 16