Analisis Pengembangan Agroforestry PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Ecogreen Vol. 1 No. 1, April 2015 Halaman 55 – 64 ISSN 2407 - 9049



ANALISIS PENGEMBANGAN AGROFORESTRI DI KECAMATAN LASALIMU KABUPATEN BUTON Safril Kasim dan Aminuddin Mane Kandari



Program Studi Ilmu Lingkungan, FHIL Universitas Halu Oleo 



Correspondence Author Email : [email protected]



ABSTRACT Agroforestry developmet analysis in Lasalimu Regency, Buton District, Southeast Sulawesi province aimed to evaluate existing agroforestry system that has been implemented by local farmers in this area and to provide land use development strategy based on socio economic and land suitability evaluation. Focus Group Discussion (FGD) with local farmers was carried out in Prediagnosis and Diagnosis Phase in order to explore problems and constrains that faced by stakeholders. While Land Suitability Analysis was conducted to develop a proper land use in accordance with its suitability classes. This study found that there are two agroforestry systems based on the existing components, namely agrisilviculture and agrisilvopastura. Problems and constraints encountered by local farmers were lack of education, lack of skills, especially in silviculture aspect, low agribusiness management skill and low acsess to financial sources. Land suitability analysis showed that in general,land suitability ratings for woody crops and perennial crops were categorized as moderately suitable (S2), marginally suitable (S3) and Not Suitable (NS) while those for annual crops / non rice food crops were categorized as marginally suitable (S3) and Not Suitable (NS). The study also found that there are significant land area that are suitable for livestock development through agrosilvopasture system. In conclusion, agroforestry system can be potentially implemented in Lasalimu Regency with on the improvement of local farmers’s capacity and the development of appropriate technology. Key words: agroforestry, focus group discussion, land suitability, land development.



PENDAHULUAN Pengembangan sistem agroforestri mempersyaratkan suatu perencanaan yang sistematis dan menyeluruh sebagai kerangka acuan pada tahapan implementasi. Hal ini disebabkan karena sistem agroforestri mempunyai karakter yang sangat khusus dimana salah satu komponen penyusunnya adalah tanaman hutan (pohon berkayu). Adanya komponen pepohonan menyebabkan sistem agroforestri tidak mudah diubah dan diganti dalam waktu yang singkat. Demikian pula perubahan sistem agroforestri dan atau perubahan/perbaikan komponen sistem agroforestri tidak dapat dilakukan secara insidentil dan tidak terencana dengan alasan yang sama. Pengembangan sistem agroforestri dengan tanpa perencanaan yang sistematis dan menyeluruh akan menyebabkan kehilangan nilai ekonomi yang sangat besar. Demikian pula dengan kerugian waktu dan tenaga (Widianto et al, 2003). Agroforestri adalah suatu sistempenggunaanlahan, yang secara terencana dilaksanakan padasatu unit lahan dengan mengkombinasikantumbuhan berkayu (pohon, perdu, palem, bambudll.)



dengan tanaman pertanian dan/atau hewan(ternak) dan/atau ikan, yang dilakukan pada waktuyang bersamaan atau bergiliran sehinggaterbentuk interaksi ekologis dan ekonomis antarberbagai komponen yang ada (Lundgren danRaintree, 1982). Pengembangan sistem agroforestri modern memerlukan strategi dan cara yang tepat, sehingga perlu diketahui potensi dan kualitas lahan melalui evaluasi kesesuain atau kemampuan lahan (Harjowigeno dan Widiatmaka, 2001).Untuk itulah diperlukan suatu desain yangmerupakan proses merumuskan, secara spasialdan temporal penggunaan lahan dan melihatkemungkinan terbaik dari segi ekologi, ekonomi dan sosial, (Wojtkowski, 2002). Sistem Agroforestri merupakan kearifan lokal masyarakat yang telah sejak lama berkembang. Masyarakat di Kecamatan Sorawolio, Kota Baubau menerapkan sistem agroforestri sederhana sebagai sumber pangan dan kebutuhan kayu. Sistem ini mampu meminimalisir tingkat erosi di DAS Baubau (Kasim, 2012). Demikian pula, studi kasus di Kecamatan Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar menunjukkan bahwa sistem agroforestri secara ekonomis layak untuk



Analisis Pengembangan Agroforestry – Safril Kasim & Aminuddin MK



diusahakan dan dapat berproduksi optimal serta dapat berfungsi konservatif jika dikembangkan sesuai dengan Kelas Kemampuan Lahan (Bukhari dan Febryano, I.G, 2010). Kecamatan Lasalimu merupakan salah kecamatan di Kabupaten Buton dimana masyarakatnya memiliki kearifan lokal dalam mengembangkan pola agroforestri sederhana. Pola tanam agroforestri yang diterapkan oleh masyarakat dapat ditingkatkan menjadi sistem agroforestri modern yang didasarkan pada kesesuaian potensi lokal, baik potensi agroklimat maupun kesesuaian ekonomi, sosial dan budaya. Berdasarkan uraian tersebut, maka diperlukan suatu penelitian yang bertujuan untuk menyusun desain pengembangan agroforestri berdasarkan potensi kesesuaian lahan dengan komoditas yang dikembangkan, serta analisis preferensi masyarakat lokal. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam membantu petani di Kecamatan Lasalimu Kabupaten Buton didalam memilih dan mengembangkan sistem agroforestri dan menjadi salah satu referensi bagi Pemerintah Kabupaten Buton didalam upaya mengembangkan produktivitas pertanian dalam arti luas. METODE PENELITIAN



Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Lasalimu Kabupaten Buton Provinsi Sulawesi Tenggara pada Bulan JuniOktober 2014. Penelitian menggunakan diagnostic tools of agroforestry yang dikembangkan oleh ICRAF, yang kemudian dikenal sebagai Diagnotic and Design Approach(D&D). D&D adalah suatu metodologi yang digunakan untuk mengungkap permasalahan penggunaan lahan serta untuk menyusun rancangan pemecahannya dalam sistem agroforestri (Lundgren danRaintree, 1982). Metode D&D terdiri dari lima langkah dasar, yaitu: pre-diagnosa, diagnosa,



56



rancangan & evaluasi, perencanaan dan implementasi. Untuk kebutuhan penelitian ini, maka metode D&D yang diimplentasikan hanya pada tahap pre-diagnosa, diagnosa, serta menyusun rancangan pengembangan agroforestri. Untuk kebutuhan melakukan prediagnosa dan diagnosa masalah pengembangan agroforestri dilakukan melalui metode Focus Group Discussion (FGD) bersama petani, PPL dan Dinas Pertanian Kabupaten Buton. Sementara untuk kebutuhan menyusun rancangan pengembangan lahan agroforestri dilakukan Analisis Kesesuaian Lahan. Rekomendasi pengembangan sistem agroforestri disusun berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sosial ekonomi sesuai dengan hasil FGD dan hasil analisis kesesuaian lahan. Untuk kebutuhan analisis kesesuaian lahan, pengambilan sampel tanah dilakukan pada beberapa unit lahan terpilih berdasarkan peta unit lahan. Sampel tanah kemudian dianalisis di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo. Analisis data yang digunakan adalah : (i) Analisis deskriptif kualitatif yang digunakan untuk mendeskripsikan penggunaan lahan existing dan berbagai permasalahan dan potensi pengembangan sistem agroforestri di Kecamatan Lasalimu (ii) Analisis Kesesuaian Lahan yang digunakan untuk menilai kesesuaian agroklimat dengan rencana pengembangan komoditas dalam sistem agroforestri. HASIL DAN PEMBAHASAN



Tahap Pre-diagnostic dan Diagnostic Sistem Agroforestri dan Jenis Tanaman yang Diusahakan Berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD) yang dilakukan bersama kelompok tani di Kecamatan Lasalimu, pada pre-diagnosis sebagai tahap awal D&D, maka diperoleh hasil sebagaimana dapat dilihat pada tabel 1 berikut :



Ecogreen Vol. 1(1) April 2015, Hal. 55 - 64



Tabel 1. Sistem Agroforestry dan Jenis Tanaman/Ternak yang Diusahakan No Sistem Agroforestry Jenis Tanaman Pola Tanam 1 Agrisilvicultur Mahoni, Jati Lokal, Jarak tanam tidak teratur (Mixed Jagung dan Padi cropping), Tanaman Mahoni Ladang sebagai tanaman pagar, Tanaman Jati ditanam secara mengelompok, Tanaman padi ladang dan jagung sebagai tanaman utama. 2 Agrosilvopastura Mahoni, Bitti, Jati, Jarak tanam tidak teratur (Mixed Jagung, Padi Ladang, cropping), Tanaman Mahoni dan Ternak Sapi sebagai tanaman pagar, Tanaman Jati ditanam secara mengelompok, Tanaman padi ladang dan jagung sebagai tanaman utama. Berdasarkan tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa terdapat 2 (dua) sistem agroforestry yang diterapkan oleh masyarakat di Kecamatan Lasalimu yang berada, yaitu : Sistem agrisilviculture dan Sistem agrosilvopastura. Adapun pertimbangan petani dalam memilih komoditas tersebut karena tanaman yang diusahakan sejak lama oleh keturunan mereka, kemudahan memperoleh bibit/benih tanaman, mudah dibudidayakan, kecocokan lahan dan ketersediaan air serta untuk memenuhi kebutuhan sendiri akan bahan papan dan pangan dan kemudahan dalam pemasaran dan nilai ekonomi jangka panjang, khususnya bagi tanaman kehutanan. Pola tanam yang diterapkan adalah pola tanam tradisional atau pola tanam campur (mixed cropping). Sebagian besar tanaman kehutanan digunakan sebagai tanaman pagar, sebagian lainnya, seperti jati lokal ditanam mengelompok tanpa adanya tanaman lain. Pola penggunaan tanaman kehutanan sebagai tanaman pagar dimaksudkan disamping sebagai pelindung dari hama, juga untuk tidak menaungi tanaman pangan dan atau hortikultura pada saat tanaman hutan (pohon) tersebut berkembang menjadi tanaman dewasa dan tua. Khusus tanaman jati yang ditanam secara mengelompok tanpa ditumpangsari



dengan tanaman lainnya, pertimbangan petani adalah karena umumnya setelah tanaman jati berumur 6-8 tahun, tidak ada lagi jenis tanaman yang bisa ditumpangsari atau disisip ditengah tegakkan jati, disebabkan oleh lahan yang ditumbuhi jati menjadi tanah yang miskin hara dan cenderung mematikan bagi tanaman lainnya. Sistem agrosilvopastura yang diterapkan memiliki komponen penyusun, pertimbangan memilih komoditas dan pola tanam yang hampir sama dengan agrisilviculture, kecuali tambahan pada input ternak sapi potong kedalam sistem. Pada sistem agrisilviculture, tanaman pangan menjadi komoditas utama dan menjadi andalan didalam memenuhi kebutuhan keluarga. Sementara pada sistem agrosilvopastura, selain tanaman pangan, ternak sapi potong menjadi andalan utama yang diharapkan petani untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga jangka menengah. Tujuan, Alokasi Sumberdaya, Teknologi dan Strategi Produksi Tujuan pengembangan tanaman kehutanan pada sistem agroforestry yang diterapkan masyarakat Kecamatan Lasalimu adalah : (1) Mencukupi kebutuhan kayu untuk bahan pembuatan rumah dan pagar, perabot rumah tangga (meja, kursi, lemari); (2) Dijual kepada masyarakat lokal



57



Analisis Pengembangan Agroforestry – Safril Kasim & Aminuddin MK



kecamatan yang membutuhkan; (3) Dijual kepada pengusaha meubel di Kota Baubau. Tujuan pengembangan tanaman pangan dan hortikultura adalah: (1) Memenuhi kebutuhan pangan keluarga; dan (2) dijual kepada tengkulak dan hasil dari penjualan digunakan untuk membiayai kebutuhan keluarga lainnya. Sementara pengembangan ternak sapi adalah : (1) Dijual untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak dan atau kebutuhan jangka menengah/panjang lainnya; (2) Dikembangkan untuk menjadi bibit (sapi betina). Secara detail, tujuan, alokasi sumberdaya, teknologi yang diterapkan dan strategi produksi masyarakat dapat dilihat pada tabel 2. Masalah, Tantangan dan Keterbatasan Petani Pada tahap diagnosis dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang masalah, hambatan dan keterbatasan yang dimiliki oleh petani didalam mengembangkan sistem agroforestry pada lahan mereka. Dalam hal ini masalah diartikan sebagai kendala petani yang terkait dengan budidaya dan proses produksi (misalnya : kondisi lahan, kondisi iklim, dll), hambatan dimaksudkan sebagai tantangan yang dihadapi oleh petani terkait dengan kondisi eksternal diluar petani (misalnya: akses permodalan, akses pemasaran, dll) dan keterbatasan diartikan sebagai kondisi keterbatasan yang terkait diri petani tersebut dan keluarganya (misalnya : Tingkat Pendidikan, Tingkat Pendapatan Keluarga, dll). Secara detail, gambaran tentang masalah, tantangan dan keterbatasn petani dapat dilihat pada tabel 3. Tahap Desain dan Pengembangan Analisis Kesesuaian Lahan Metode penilaian Kelas Kesesuaian Lahan (Land Suitability) merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menilai kesesuaian komoditas tanaman pertanian, perkebunan dan hortikultura untuk dikembangkan di Kecamatan Lasalimu.



58



Penilaian kelas kesesuaian lahan didasarkan pada metoda dari Reconnaissance Land Resource Surveys, Atlas Format Procedures (CSR/FAO, 1983) yang telah direvisi oleh Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor pada tahun 1994 (Sitorus, S.R.P., 1995). Penilaian dilakukan pada penilaian kelas kesesuaian lahan saat sekarang (Actual Suitability). Dengan usaha perbaikan yang diperlukan untuk pengembangan (I = Improvements), maka diperoleh kelas kesesuaian lahan potensial (Potential Suitability).Jenis komoditas yang dipilih disesuaikan dengan keadaan fisik lingkungan daerah dan prioritas yang diperlukan oleh pemerintah dan masyarakat setempat sesuai hasil FGD. Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Pangan Tabel 4 berikut menggambarkan hasil analisis kesesuaian lahan komoditas Agroforestri di Kecamatan Lasalimu Kabupaten Buton. Berdasarkan tabel 4 tersebut diatas menujukkan bahwa Kelas Kesesuaian lahan potensial untuk beberapa jenis tanaman pertanian (pangan) seperti kedelai, kacang tanah dan ubi kayu menempati Kelas Kesesuaian S2 (sesuai) dan S3 (cukup sesuai) dengan luasan yang cukup significant. Sementara jenis-jenis tanaman seperti padi ladang dan jagung memperlihatkan Kelas Kesesuaian N1(Tidak Sesuai) dan N2 (Sangat Tidak Sesuai). Hal tersebut mengindikasikan bahwa beberapa jenis pengembagan tanaman pangan yang dapat diorientasikan untuk kebutuhan komersil dan dapat diintegrasikan kedalam sistem agroforestri adalah tanaman yang memiliki kesesuaian S2 (sesuai) dan S3 (cukup sesuai). Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Hortikultura Hasil Kelas Kesesuaian Lahan Tanaman Hortikultura di Kecamatan Lasalimu Kabupaten Buton disajikan pada tabel 5.



Ecogreen Vol. 1(1) April 2015, Hal. 55 - 64



Tabel 2. Tujuan, Alokasi Sumberdaya, Teknologi yang Diterapkan & Strategi Produksi Masyarakat Kecamatan Lasalimu dalam Mengembangkan Sistem Agroforestry



No Tujuan 1 Tanaman Kehutanan : 1. Mencukupi Kebutuhan Kayu dalam sebagai Bahan Baku Pembuatan Rumah, Pagar dan Kebutuhan alat rumah tangga 2. Dijual kepada masyarakat sekitar yang membutuhkan. 3. Dijual kepada pengusaha meubel dari Kota Baubau. 4. Tanaman Jangka Panjang untuk kebutuhan masa depan keluarga 2 Tanaman Pangan : Tujuan produksi : 1. Untuk memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga. 2. Untuk dijual dimana hasilnya digunakan untuk membiayai kebutuhan rumah tangga lainnya (pendidikan, kesehatan, dll) 3 Tanaman Hortikultura



4



Komoditas Ternak



1. 2.



1. 2. 3. 4.



Teknologi yang Diterapkan Alokasi Sumberdaya Sumber bibit dibuat sendiri atau dari pemerintah 1. Tenaga Kerja Kota Baubau Domestik (suami, Pembersihan gulma dilakukan oleh tenaga kerja isteri dan anak). rumah tangga (suami, isteri dan anak). 2. Modal dari pendapatan rumah tangga. 3. Tidak ada sarana produksi yang dibeli



Sumber benih dari kebun sendiri. Tidak ada tindakan pemupukan. Panen dilakukan oleh tenaga kerja keluarga. Tidak ada tindakan pengolahan



Strategi Produksi Metode produksi tradisional (tanam dan menunggu panen).



1. Tenaga kerja adalah 1. Pembersihan gulma dilakukan tenaga kerja secara semi intensif. domestik. 2. Jarak tanam tidak teratur. 2. Sumber modal 3. Tidak ada tindakan pengendalian pendapatan lain hama dan penyakit. keluarga.



1. Sumber benih untuk tanaman sayuran dibeli di 1. Tenaga kerja Toko Tani Kota Baubau tenaga 2. Sumber bibit untuk tanaman buah diperoleh dari domestik. bantuan Dinas Pertanian atau dibuat sendiri. 2. Sumber 3. Tidak ada Teknologi Pemupukan. pendapatan 4. Panen dilakukan oleh tenaga kerja sendiri keluarga. 1. Sumber bibit dari bantuan Dinas Pertanian atauy 1. Tenaga kerja dari Perguruan Tinggi (Program ). tenaga 2. Tidak ada teknologi kandangnisasi domestik. 2. Sumber pendapatan keluarga.



adalah 1. Pembersihan gulma dilakukan kerja secara semi intensif. 2. Jarak tanam tidak teratur. modal 3. Tidak ada tindakan pengendalian lain hama dan penyakit. adalah 1. Tidak ada lahan khusus untuk kerja ditanami pakan. 2. Kotoran ternak tidak ada yang modal dimanfaatkan. lain 3. Pemeliharaan Ternak dengan Sistem Penggembalaan.



59



Analisis Pengembangan Agroforestry – Safril Kasim & Aminuddin MK



Tabel 3. Masalah, Tantangan dan Keterbatasn Petani dalam Pengembangan Sistem Agroforestry di Kecamatan Lasalimu Kabupaten Buton. No 1



a.



b. c. d.



Masalah Luas Lahan yang terbatas. Sumber dan ketersediaan air yang terbatas. Terbatasnya sumber dan ketersediaan benih/ bibit. Terbatasnya sarana pembibitan



a.



b.



c.



d. e. f.



g.



Tabel 4. No



1



2



3



4



5



60



Tantangan Minimnya Pembinaan dari penyuluh pertanian/kehutanan. Tidak adanya sarana irigasi atau embung (sarana penampungan air pada puncak musim hujan untuk kebutuhan tanaman dan minuman ternak) Terbatasnya akses modal usaha tani. Terbatasnya bantuan bibit/benih unggul dari pemerintah. Terbatasnya bantuan pupuk dan pestisida dari pemerintah. Retribusi yang dikenakan oleh pemerintah untuk penjualan hasil tanaman kehutanan (kayu) Harga yang fluktuatif (rendah pada musim panen)



Keterbatasan a. Minimnya pendidikan petani, b. Rendahnya keterampilan dalam budidaya sistem agroforestry. c. Rendahnya keterampilan manajemen usaha tani d. Rendahnya pengetahuan dan keterampilan dalam mengakses modal usaha tani. e. Rendahnya motivasi dalam mengusahakan tanaman jangka panjang (kehutanan). f. Rendahnya motivasi dalam memanfaatkan kotoran ternak yang diusahakan untuk diolah menjadi barang yang bernilai ekonomi (pupuk organik, biogas, dll)



Hasil Analisisis Kelas Kesesuaian Lahan Potensial Jenis Tanaman Pangan di Kecamatan Lasalimu Kabupaten Buton



Komoditas



Padi Ladang



Jagung



Input



Kv



p, k, kv



Kedelai



d, kv



Kacang Tanah



d , p, Kv



Ubi Kayu



d,k, v, kp



Kesesuaian Lahan Potensial N1 N2 N1 N2 S3 N1 S3 N1 S2 S3



Unit Lahan



7, 112-116, 141, 143, 144, 165167, 169, 173, 174, 176, 183, 198-203 dan 208-214 4, 15-17, 19, 28, 33-39, 41, 43, 73, 76, 79, 82, 84, 92-95, 97-99, 101-105, 107, 110, 111 112-116, 141, 143, 144, 165167, 169, 173, 174, 176, 183, 198-203 dan 208-214 4, 7, 15-17, 19, 28, 33-39, 41, 43, 73, 76, 79, 82, 84, 92-95, 9799, 101-105, 107, 110, 111



114, 115



4, 7, 15-17, 19, 28, 33-39, 41, 43, 73, 76, 79, 82, 84, 92-95, 97-99, 101-105, 107, 110,111 114, 115, 141, 143, 144, 165167, 169, 173, 174, 176, 183, 198, 199-203 dan 208-214 112-116, 4, 7, 15-17, 19, 28, 3339, 41, 43, 73, 76, 79, 82, 84, 9295, 97-99, 101-105, 107, 110 dan 111 114-116, 141, 143, 144, 165, 174, 176, 183, 199-203, 208 dan 210-214



112, 113, 166, 167, 169, 173, 198 dan 209



Faktor Pembatas



Luas



Kelembaban dan lereng



3,263.82



Kedalaman, batuan permukaan, singk. batuan, erosi, dan lereng Kelembaban, hara tersedia, erosi, dan lereng



Kedalaman, batuan permukaan, singk. batuan, erosi, dan lereng Suhu, bahaya erosi dan kelerengan Kedalaman, batuan permukaan, singk. batuan, erosi, dan lereng



6,737.60 3,329.29 6,615.71 253.12 9746,88



Kesuburan tanah, lereng,



2,584.81



Batuan permukaan, singk. batuan, erosi, dan lereng



7059,61



Suhu, drainase, kedalaman, kemasaman tanah, C-organik, erosi dan lereng Kedalaman, drainase, kemasaman tanah, lereng



1,536.21 6,615.13



Ecogreen Vol. 1(1) April 2015, Hal. 55 - 64



Tabel 5. Kelas Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Hortikultura di Kecamatan Lasalimu Kabupaten Buton No



1



2



4



Komoditas



Input



Jeruk



d, bo, kv



Semangka



Kacang Panjang



d, kv, bo



d , p, Kv



Kesesuaian Lahan Potensial



Unit Lahan



S1



141, 144, 176 dan 199



S2



168, 192, 195, 207 dan 207



S2



141, 143, 144, 165-167, 169, 173, 174, 176, 183, 199-203



S3



112-116, 198



N



4,7, 15-17, 19, 28, 33-39, 41, 43, 73, 76, 79, 82, 84, 92-95, 97-99, 101-105, 107, 110, 111, 208214



S3



112-116, 141, 143, 144, 165167, 169, 173, 174, 176, 183, 199-203, 208-214



N1



4, 7, 15-17, 19, 28, 33-39, 41 43, 73, 76, 79, 82, 84, 92-99, 101-105, 107, 110, 111, 198



Berdasarkan tabel 5 tersebut diatas menujukkan bahwa Kelas Kesesuaian Lahan Potensial untuk beberapa jenis tanaman Hortikulturaseperti Jeruk, Semangka dan Kacang Panjang mempunyai Kelas Kesesuaian S2 (sesuai) dan S3 (cukup sesuai) dengan luasan yang cukup significant. Dari sisi kesesuaian tanaman, Jeruk merupakan tanaman hortikultura yang sangat layak dikembangkan di Kecamatan Lasalimu. Kelas Kesesuaian Tanaman Kehutanan Hasil Kelas Kesesuaian Lahan Potensial Tanaman Kehutanan di Kecamatan



Faktor Pembatas



Kedalaman efektif, bahaya erosi dan kelerengan Curah hujan, kelembaban, drainase, kejenuhan basa, bahaya erosi, kelerengan dan bahaya banjir Curah hujan, drainase, kedalaman efektif dan pH Drainase, kedalaman efektif, batuan permukaan, singkapan batuan, bahaya erosi dan kelerengan Suhu, curah hujan, drainase, kedalaman efektif, pH, C-organik dan kelerengan Drainase, kedalaman efektif, batuan permukaan, singkapan batuan, bahaya erosi dan kelerengan



Luas



800.59



1,297.77 1.794,93 738,43 7.098,05



3.011,45



6.632,97



Lasalimu Kabupaten Buton disajikan pada tabel 6. Berdasarkan Tabel 6 menujukkan bahwa Tanaman Jati Lokal, Mahoni dan Sengon memiliki areal yang cukup luas untuk dikembangkan, khususnya pada lahan-lahan yang memiliki Kesesuaian S2 (Sesuai) dan S3 (Cukup Sesuai). Kesesuaian Lahan untuk Padang Penggembalaan Berdasarkan hasil analisis Kelas Kesesuaian Lahan, maka Kelas Kesesuaian untuk padang penggembalaan sebagaimana ditampilkan pada tabel 7.



61



Analisis Pengembangan Agroforestry – Safril Kasim & Aminuddin MK



Tabel 6. Kelas Kesesuaian Lahan Potensial untuk Tanaman Kehutanan di Kecamatan Lasalimu Kabupaten Buton No



1



2



Komoditas



Input



Jati



d, k, p, kv



Mahoni



Kesesuaian Lahan Potensial S2 S3



I,d, p kv



Sengon



114, 115, 141, 144, 176, 199



S3



112, 113, 116, 143, 165, 174, 183, 200-203



S3



i, d, k, kv



114, 115, 141, 144, 176, 199 112, 113, 116, 143, 165167, 174, 183, 200-203



S2



N



4



Unit Lahan



N



4,7, 15-17, 19, 28, 33-39, 41, 43, 73, 76, 79, 82, 84, 92-95, 97-99, 101-105, 107, 110, 111, 166, 167, 169, 173, 198, 208-214 112-116, 141, 143, 144, 165-167, 169, 173, 174, 176, 183, 198-209 4,7, 15-17, 19, 28, 33-39, 41, 43, 73, 76, 79, 82, 84, 92-95, 97-99, 101-105, 107, 110, 111, 208-214



Faktor Pembatas



Luas



Kedalaman efektif



800,59



Tekstur dan kedalaman efektif Bulan kering, curah hujan, tekstur, kedalaman efektif, KB dan kelerengan Kedalaman efektif, batuan permukaan, singkapan batuan, bahaya erosi dan kelerengan Drainase, kedalaman efektif, pH, batuan permukaan, singk. batuan, bahaya erosi dan kelerengan



1.666,92 1.136,97



1.089,71



7.417,74



Drainase, curah hujan, kelembaban dan pH



2.693,66



Curah hujan, kedalaman efektif, batuan permukaan, singk. batuan, bahaya erosi dan kelerengan



6.950,76



Tabel 7. Kelas Kesesuaian Lahan Potensial untuk Padang Pengembalaan di Kecamatan Lasalimu Kabupaten Buton No



1



Kecamatan



Lasalimu



Input



i, d, k, p, kv



Luas



Kesesuaian Lahan Potensial



Unit Lahan



S2



141, 143, 144, 165-167, 169, 173, 174, 176, 183, 198-203



N



4,7, 15-17, 19, 28, 33-39, 41, 43, 73, 76, 79, 82, 84, 92-95, 97-99, 101-105, 107, 110116, 208-214



Berdasarkan tabel 7 diatas, lahan yang tersedia dan memiliki kesesuaian lahan potensial untuk pengembangan penggembalaan ternak cukup luas yaitu1.812,77 Ha dengan faktor pembatas Bulan Kering dan Kelembaban.



62



Faktor Pembatas



Bulan kering dan kelembaban



Batuan permukaan, singkapan batuan, bahaya erosi dan kelerengan



(Ha)



(%)



1.812,77



5,06



7.831,65



21,86



Rencana Pengembangan Rencana pengembangan agroforestri di Kecamatan Lasalimu perlu memperhatikan baik aspek sosial maupun aspek biofisik lahan. Dalam hal aspek sosial ekonomi beberapa masalah yang perlu diatasi adalah perbaikan tingkat pendidikan



Ecogreen Vol. 1(1) April 2015, Hal. 55 - 64



petani, peningkatan keterampilan budidaya tanaman pangan, hortikultura, kehutanan dan pengembangan peternakan dalam pola agroforestri, perbaikan manajemen usaha tani, peningkatan akses terhadap permodalan. Disamping itu, untuk dapat mengimplementasikan kegiatan usaha tani berbasis agroforestri perlu diketahui kendala spesifik yang ada di lokasi tersebut. Beberapa faktor penghambat sebagaimana yang dijelaskan pada analisis kesesuaian lahan tersebut diatas, beberapa diantaranya dapat diperbaiki, tetapi ada juga faktor penghambat yang sulit diperbaiki karena akan membutuhkan biaya yang tinggi dan sulit diperbaiki. Untuk itu dibutuhkan keterlibatan Pemerintah Daerah dan Perguruan Tinggi dalam memfasilitasi adopsi teknologi ditingkat petani. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan maka direkomendasikan beberapa jenis tanaman kehutanan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan sesuai untuk dikembangkan di Kecamatan Lasalimu, antara lain : Jati Lokal, Mahoni, dan Sengon. Beberapa tanaman Hortikultura seperti Jeruk, Semangka dan Kacang Panjang dapat menjadi pilihan kombinasi. Demikian juga beberapa jenis tanaman pangan seperti Kacang Tanah, Kedelai, dan Ubi kayu dapat dikembangkan pada lahan-lahan yang memiliki kesesuaian. Pengembangan peternakan dalam pola Agrosilvopastura sangat memungkinkan dengan tersedianya lahan yang sesuai untuk padang penggembalaan. Meskipun demikian, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menguji beberapa kombinasi tanaman dan atau ternak sehingga memberikan interaksi ekonomi dan ekologi yang optimal dalam rangka meningkatkan produktivitas. KESIMPULAN 1.



Sistem agroforestri yang dikembangkan oleh masyarakat di Kecamatan Lasalimu berdasarkan komponen penyusunnya adalah pola agrisilvicultur dan agrosilvopastura.



2.



3.



4.



Berdasarkan hasil diagnosa masalahmasalah sosial ekonomi masyarakat Kecamatan Lasalimu adalah perbaikan tingkat pendidikan petani, peningkatan keterampilan budidaya tanaman pangan, hortikultura, kehutanan dan pengembangan peternakan dalam pola agroforestri, perbaikan manajemen usaha tani, peningkatan akses terhadap permodalan. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan maka direkomendasikan beberapa jenis tanaman kehutanan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan sesuai untuk dikembangkan di Kecamatan Lasalimu, antara lain : Jati Lokal, Mahoni, dan Sengon. Beberapa tanaman Hortikultura seperti Jeruk, Semangka dan Kacang Panjang dapat menjadi pilihan kombinasi. Demikian juga beberapa jenis tanaman pangan seperti Kacang Tanah, Kedelai, dan Ubi kayu dapat dikembangkan pada lahan-lahan yang memiliki kesesuaian S2 dan S3. Pengembangan peternakan dalam pola Agrosilvopastura sangat memungkinkan dengan tersedianya lahan yang sesuai untuk padang penggembalaan.



SARAN 1.



2.



Sistem agroforestri tradisional yang telah dikembangkan oleh masyarakat Kecamatan Lasalimu Kabupaten Buton perlu ditingkatkan dengan input teknologi budidaya yang tepat, perbaikan manajemen usaha tani dan peningkatan akses terhadap permodalan. Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mencari kombinasi yang optimal dalam meningkatkan interaksi ekologis, ekonomis dan sosial diantara komponen penyusun agroforestri untuk peningkatan produksi dan kelestarian sumberdaya lahan.



63



Analisis Pengembangan Agroforestry – Safril Kasim & Aminuddin MK



DAFTAR PUSTAKA Bukhari



dan Febryano I.N. Desain agroforestry pada lahan kritis (Studi Kasus di Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar).Perennial,6(1) : 53-59 Hardjowigeno dan Widiatmaka. 2001. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB. Bogor Lundgren, B.O. and J.B. Raintree. 1982. Suistainabed agroforetry. In: Nestel B (ed.). 1982. Agricultural Research for Development. Potentials and Challenges in Asia, ISNAR, The Hague, The Netherlands. hal 37- 49.



64



Kasim, S. 2012. Analisis Pengembangan Agroforestri sebagai Tindakan Konservasi Vegetatif DAS Baubau. Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian Unhalu. Sitorus, S.R.P, 1995. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Tarsito. Bandung, Indonesia. Widianto, Utami dan Hairiah. 2003. Agroforestri dan ekositem Sehat. International Center for Research in Agroforestry - ICRAF Southeast Asia. Bogor, Indonesia. Wojtkowski, P.A., 2002. Agroecological Perspectives in Agronomi, Forestry, and Agroforestry. Science Publisher, NH, USA