Rangkuman Migrasi Penduduk Samarinda [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama: Luh Gading Panitisan NIM: 215120100111048 Kelas: Sociological Academic Skills Rangkuman Materi “Jaringan Sosial dan Variasi Pekerjaan Para Migran di Kota Samarinda” Samarinda merupakan salah satu kota baru di Indonesia yang memiliki 726 ribu penduduk pada tahun 2010 dan terus mengalami pertumbuhan hingga saat ini. Penduduk Samarinda Sebagian besar berasal dari para pendatang yang datan ke sana karena potensi lapangan pekerjaan di bidang pertambangan dan perkebunan. Penduduk awal Samarinda adalah para pelaut yang berlabuh ke sana dan menetap. Mereka membangun rumah rakit di tepian sungai Mahakam dan antara rumah satu dengan lainnya harus sama tingginya yang menandakan derajat yang sama. Oleh karena itu daerah tersebut dikenal “Samarenda” (sama rendah) dan kelamaan dieja Samarinda. Para migran Samarinda berasal dari Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Sumatera. Sebagian besar penduduk Samarinda berada di wilayah perkotaan yang merupakan pusat administrasi dan ekonomi. Para migran ini tinggal dalam ssatu wilayah dengan penduduk lain yang berasal dari daerah yang sama, contohnya migran yang berasal dari Nusa Tenggara berkumpul dan membentuk kampung mereka sendiri di Samarinda, selain itu mereka juga bekerja di perusahaan kayu. Namun beberapa migran dari suku Jawa hidup menyebar. Migran yang berpendidikan rendah juga cenderung hidup berkumpul dibanding dengan yang berpendidikan tinggi, hal tersebut bertujuan untuk menciptakan rasa aman diantara mereka. Seiring dengan perkembangan jaman, terdapat berbagai macam pekerjaan yang dapat ditekuni oleh para migran, namun begitu mereka tetap dengan ciri khasnya masing-masing, contohnya adalah masyarakat Bugis bekerja sebagai penenun, migran dari Jawa bekerja sebagai pemilik warung kelontong, dan lain-lain. Dalam dunia pasar kerja, kompetensi terbuka ada di sector perdagangan dan tenaga upah yang tidak terampil yang merupakan incaran para migran dari pedesaan, seperti buruh pembuat batu bata, kuli angkut di pabrik batubara, hingga tukang



lem di pabrik plywood (triplek). Selain itu terdapat juga industry di sector jasa seperti menjadi gurum Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan buruh bangunan. Pada sector industry, Sebagian pekerja memiliki hubungan kerabat dengan pekerja lain yang membuktikan bahwa rekrutmen pegawai dilakukan melalui jaringan kekerabatan, hal ini sebagian besar terjadi jika kualifikasi keterampilan tenaga kerja tidak tinggi. Selain mendapatkan pekerjaan dengan sesama etnis, pemutusan hubungan kerja juga dapat terjadi begitu saja. Misalkan seorang mandor diberhentikan dari pekerjaannya, maka otomatis bawahannya yang biasanya adalah kawan yang berasal dari daerah yang sama juga diberhentikan, apalagi apabila pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan borongan. Di sektor jasa, sebagian besar mendapat pekerjaan dengan cara melamar mandiri dan bukan dari bantuan teman, namun untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) mereka melakukan serangkaian tes yang bersifat masional sehingga bantuan dari kerabat tidak terlalu berpengaruh. Migran dari Jawa mendominasi masyarakat di Samarinda karena di Jawa sendiri penduduknya sudah padat dan masyarakat lebih memilih untuk mencari pekerjaan di luar pulau. Adanya migrasi dari berbagai daerah pun membuat mereka masih harus bersaing dengan para migran lain untuk mendapatkan pekerjaan. Selain itu para migran hidup berkelompok dengan masyarakat yang berasal dari daerah yang sama karena ikatan primordial mereka yang kuat.