Rasio Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas Dan Aktivitas Bank Victoria [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ANALISA LAPORAN KEUANGAN “ANALISA RASIO LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, RENTABILITAS DAN AKTIVITAS BANK VICTORIA TBK TAHUN 2014-2015”



Disusun oleh: 1. 2. 3. 4.



Asri Supriyanti (4413010004) Dina Milany Octaviany (4413010010) Eko Yuwardana (4413010012) Vinny Alysha Rahma (4413010024)



POLITEKNIK NEGERI JAKARTA JURUSAN AKUNTANSI PRODI KEUANGAN dan PERBANKAN



2015



1



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Analisa Rasio Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas dan Aktivitas Bank Victoria Tbk. Tahun 20142015”. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Analisa Laporan Keuangan. Makalah ini penulis susun dengan tujuan agar dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi kami maupun mahasiswa yang lain yang akan membaca atau mempelajari makalah ini. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam menyusun makalah ini, yaitu : 1. Bapak Heri Abrianto sebagai Dosen Pengajar mata kuliah Analisa Laporan Keuangan. 2. Anggota kelompok. 3. Dan pihak-pihak lain yang membantu dalam penyusunan makalah ini. Makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masayarakat, mahasiswa atau mahasiswi dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.



Depok, Desember 2015



Penyusun



DAFTAR ISI



i



Halaman



Judul……………………………....……………………………………….



………..... Kata Pengantar……………………………….……………..………………………...i Daftar Isi…………………………….…………..…………………………….……...ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang …………...…………………...……….………………….1 1.2 Rumusan Masalah ……...………….……………….....…………..………2 1.3 Tujuan Penulisan …...……………………………………………………..2 BAB II Tinjauan Pustaka……………………………….…………………………...3 2.1 Bank ………………………………………………………………………4 2.2 Laporan Keuangan ………………………………………………………..5 2.3 Rassio Keuangan …………………………………………………………6 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Sejarah Bank Victoria Tbk …………………………………………….. 8 3.2 Analisa Rasio Likuiditas Bank Victoria ……...…………………….......10 3.3 Analisa Rasio Solvabilitas Bank Victoria ……………………………...14 3.4 Analisa Rasio Rentabilitas Bank Victoria …………..…………………18 3.5 Analisa Rasio Aktivitas Bank Victoria …………………………………19 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan……………...………………………………….…………….30



Daftar Pustaka………………………………………………………….…………….31



ii



BAB I



PENDAHULUAN



1.1.



Latar Belakang Bank termasuk lembaga keuangan yang sangat penting peranannya dalam pembangunan ekonomi. Peran strategis bank bukan hanya sebagai wahana yang mampu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat secara efektif dan efisien kearah peningkatan taraf hidup masyarakat, akan tetapi juga memotivasi dan mendorong inovasi dalam berbagai cabang kegiatan ekonomi. Sejak pertengahan tahun 1997, Indonesia mengalami krisis moneter dan krisis ekonomi yang sangat berat, yang disebabkan oleh jatuhnya nilai rupiah terhadap valuta asing, khususnya dolar Amerika Serikat. Sebagai akibat dari krisis ekonomi tersebut, banyak perusahaan-perusahaan di sektor riil (industri, perdagangan, perhotelan, dan lain-lain) yang terpuruk. Hampir semua perusahaan di sektor riil tersebut menggunakan sumber dana pembiayaan dari bank. Akibat dari ketidakmampuan nasabah-nasabah tersebut untuk memenuhi kewajibannya pada bank, maka bank-bank mengalami kesulitan dalam bentuk kredit macet. Kondisi keuangan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen) bank, dan masyarakat pengguna jasa bank. Informasi mengenai kondisi suatu bank dapat digunakan oleh pihak-pihak bank tersebut untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menetapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku, dan manajemen risiko. Hasil penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha di waktu yang akan datang.



1



Laporan keuangan merupakan instrumen yang tepat untuk dijadikan bahan analisa kinerja keuangan dari tahun ketahun berikutnya. Karena di dalam laporan keuangan terdapat informasi penting seperti sumber daya perusahaan,



kewaiban/utang,



utang



dan



kekayaan



pemilik.



Dalam



mengadakan analisa dan evaluasi terhadap laporan keuangan akan dapat diketahui keadaan keuangan perusahaan juga perkembangan keuangan. Analisis penilaian kinerja keuangan bank memberi informasi tentang penggunaan aktiva dalam operasi perusahaan. Hasil penilaian diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang hasil yang telah dicapai



perusahaan



dalam



melaksanakan



kegiatan



sesuai



dengan



perencanaan. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut penulis tertarik untuk membahas masalah tersebut dan menyusunnya dalam bentuk makalah yang berjudul “Analisa Rasio Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas dan Aktivitas Bank Victoria Tbk. Periode 2014-2015”



1.2.



Rumusan Masalah 1. Bagaimana kinerja keuangan Bank Victoria periode 2009-2011 ditinjau dari Rasio Likuiditas, Solvabilitas, Rentabilitas dan Aktivitas? 2. Apakah kinerja keuangan PD. BPR Bank Bantul periode 2009-2011 dalam keadaan sehat?



1.3.



Tujuan Penulisan Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui kinerja keuangan PD. BPR Bank Bantul periode 2009-2011 ditinjau dari aspek Capital, Asset, Management, Earnings, dan Likuidity. 2. Mengetahui kinerja keuangan PD. BPR Bank Bantul periode 2009-2011 dalam keadaan sehat atau tidak.



2



BAB II



TINJAUAN PUSTAKA 2.1



Bank



2.1.1 Pengertian Bank Mendengar kata bank sebenarnya tidak asing lagi bagi kita, terutama yang hidup di perkotaan. Bahkan, di pedesaan sekalipun saat ini kata bank bukan merupakan kata yang asing dan aneh. Menyebut kata bank setiap orang selalu mengaitkannya dengan uang sehingga selalu saja ada anggapan bahwa yang berhubungan dengan bank selalu ada kaitannya dengan uang. Hal ini tidak salah karena bank memang merupakan lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Sebagai lembaga keuangan, bank menyediakan berbagai jasa keuangan. Di negara-negara maju bank bahkan sudah merupakan kebutuhan utama bagi masyarakat setiap kali bertransaksi. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bank adalah : “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.” Menurut Kasmir (2008:25) Bank adalah: “Lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan, dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat 21 untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya”. Pengertian bank menurut Setiyaningrum dan Farah (2011) dalam jurnalnya adalah : “Bank adalah lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi, membantu kelancaran sistem pembayaran, dan tidak kalah 3



pentingnya adalah sebagai lembaga yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah, yaitu kebijakan moneter.” Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bank adalah suatu lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Selanjutnya bank menyalurkan dana tersebut dalam bentuk pinjaman atau kredit dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.



2.2 Laporan Keuangan 2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi keuangan sebuah organisasi. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan hasil proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal. Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “ Laporan Keuangan adalah suatu penyajian terstuktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas”. Sementara menurut Kasmir (2008:7) menjelaskan pengertian laporan keuangan secara sederhana adalah sebagai berikut : ”Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu.” Pengertian Laporan Keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap (2009:105) adalah sebagai berikut: “Laporan Keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat teretentu atau jangka waktu tertentu. Adapun jenis laporan keuangan yang lazim dikenal adalah : Neraca atau Laporan Laba/Rugi, atau hasil usaha, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Posisi Keuangan.” Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah hasil akhir dari suatu proses akuntansi yang didalamnya berisi berbagai informasi



4



mengenai keadaan keuangan sebuah perusahaan, yang dapat digunakan untuk membantu dalam proses pengambilan keputusan bagi perusahaan tersebut.



2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi”. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Menurut PSAK No.1 Paragraf ke 7 (Revisi 2009), “dalam rangka mencapai tujuan laporan keuangan, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi: asset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik dan arus kas”. Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas. Menurut Kasmir (2008:254) secara umum tujuan laporan keuangan suatu bank adalalah sebagai berikut : 1. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah aktiva dan jenis-jenis aktiva yang dimiliki. 2. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah kewajiban dan jenis-jenis kewajiban bank jangka pendek (lancar) maupun jangka panjang. 3. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah modal dan jenis-jenis modal bank pada waktu tertentu. 4. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari jumlah pendapatan yang diperoleh dan sumber-sumber pendapatan bank tersebut. 5. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan berikut jenis-jenis biaya yang dikeluarkan dalam periode tertentu.



5



6. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva, kewajiban dan modal suatu bank. 7. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen dalam suatu periode dari hasil laporan keuangan yang disajikan.



2.2.3 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Pengertian Analisis laporan keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap (2009:190) adalah sebagai berikut : “Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.” Menurut Kasmir (2008:67) mengemukakan tentang pengertian analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut: “Analisis laporan keuangan dapat dilakukan dengan cara menentukan dan mengukur pos-pos yang ada dalam satu laporan keuangan.” Dari definisi diatas maka dapat diketahui bahwa analisis laporan keuangan merupakan proses penelaahan, penginterpretasian laporan keuangan agar mudah dimengerti untuk mencantumkan keputusan yang akan diambil serta mengetahui kondisi keuangan perusahaan.



2.2.4 Tujuan Analisis Laporan Keuangan Tujuan analisis laporan keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap (2009:195) adalah sebagai berikut : 1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari laporan keuangan biasa. 2. Dapat menggali yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit) 6



3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan. 4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh di luar perusahaan. 5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan modelmodel dan teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan (rating). 6. Dapat memberikan informasi yang digunakan oleh para pengambil keputusan. 7. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria teretentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis. 8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal. 9. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya. 10. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan datang. Sedangkan tujuan analisis laporan keuangan menurut Bernstein (1983) dalam Sofyan Syafri Harahap (2009:197) adalah sebagai berikut : 1. Screening Analisis dilakukan dengan melihat secara analitis laporan keuangan dengan tujuan untuk memilih kemungkinan investasi atau merger. 2. Forecasting Analisis dilakukan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang. 3. Diagnosis Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah – masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan atau masalah lain. 4. Evaluation Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen, operasional, efisiensi, dan lain-lain.



7



2.2.5 Komponen Laporan Keuangan Menurut PSAK No.1 Paragraf 49 (Revisi 2009), “laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen – komponen berikut ini: 1. Neraca, 2. Laporan laba rugi, 3. Laporan perubahan ekuitas, 4. Laporan arus kas, 5. Catatan atas laporan keuangan.



Penjelasan dari kutipan di atas adalah sebagai berikut : 2.2.5.1 Neraca Neraca perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan pada saat tertentu maksudnya adalah menunjukkan keadaan keuangan pada tanggal tertentu biasanya pada saat tutup buku. Neraca minimal mencakup pos – pos berikut (PSAK No.1 Paragraf 49, Revisi 2009): a. Aktiva berwujud, b. Aktiva tidak berwujud, c. Aktiva keuangan, d. Investasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas, e. Persediaan, f. Piutang usaha dan piutang lainnya, g. Kas dan setara kas, h. Hutang usaha dan hutang lainnya, i. Kewajiban yang diestimasi, j. Kewajiban berbunga jangka panjang, k. Hak minoritas, l. Modal saham dan pos ekuitas lainnya.



8



2.2.5.2 Laporan Laba Rugi Menurut Kasmir (2008:257) Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan bank yang menggambarkan hasil usaha bank dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan ini tergambar jumlah pendapatan dan sumber-sumber pendapatan serta jumlah biaya dan jenis-jenis biaya yang dikeluarkan. Tujuan pokok laporan laba rugi adalah melaporkan kemampuan riil perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Laporan laba rugi perusahan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur kinerja keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Laporan laba rugi minimal mencakup pos – pos berikut (PSAK No.1 Paragraf 56, Revisi 2009) : a. Pendapatan, b. Laba rugi usaha c. Beban pinjaman d. Bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlukan menggunakan metode ekuitas, e. Beban pajak, f. Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan, g. Pos luar biasa, h. Hak minoritas, i. Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan. 2.2.5.3 Laporan Perubahan Ekuitas Laporan perubahan ekuitas menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode yang bersangkutan. Perusahaan harus 35 menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukan (PSAK No.1 Paragraf 66, Revisi 2009) : a. Laba rugi bersih periode yang bersangkutan, b. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas, c. Pengaruh komulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam PSAK terkait, 9



d. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik, e. Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahan, f. Rekonsiliasi antar nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio dan cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap perubahan. Laporan perubahan ekuitas, kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham seperti setoran modal dan pembayaran dividen, menggambarkan jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan selama periode yang bersangkutan. 2.2.5.4 Laporan Arus Kas Laporan arus kas dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang (PSAK No. 2, 2009). Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash flow) dari berbagai perusahaan. 2.2.5.5 Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus berkaitan dengan informasi yang terdapat catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan (PSAK No.1 Paragraf 68, Revisi 2009) : a. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting, b. Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan



10



laporan perubahan ekuitas, c. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secar wajar



2.3 Rasio Keuangan 2.3.1



Pengertian Rasio Keuangan Pengertian rasio keuangan menurut Sofyan Syafri Harahap (2009:297)



adalah sebagai berikut : “Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).” Pengertian rasio keuangan menurut Kasmir (2010:104) adalah : “Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antarkomponen yang ada di antara laporan keuangan. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun berbeda periode” Pengertian rasio keuangan menurut James C. Van Horne dalam Kasmir (2010:104) adalah sebagai berikut : “Rasio keuangan merupakan indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari hasil rasio keuangan ini akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang bersangkutan.” Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan adalah suatu perhitungan matematis yang dilakukan dengan cara membandingkan beberapa pos tertentu dalam laporan keuangan yang memiliki hubungan untuk kemudian yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi keuangan sebuah perusahaan.



11



2.3.2 Jenis – Jenis Rasio Keuangan Bank Menurut Kasmir (2008:281), jenis-jenis rasio keuangan yang biasanya terdapat di bank adalah sebagai berikut : 1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat ditagih. Dengan kata lain, dapat membayar kembali pencairan dana deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah diajukan. Semakin besar rasio ini semakin likuid. 2. Rasio Solvabilitas Rasio solvabilitas merupakan ukuran kemampuan bank mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya. Bisa juga dikatakan rasio ini merupakan alat ukur untuk melihat kekayaan bank untuk melihat efisiensi bagi pihak manajemen bank tersebut. 3. Rasio Rentabilitas Rentabilitas rasio sering disebut profitabilitas usaha. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan.



2.3.3



Analisis Rasio Keuangan Bank



2.3.3.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan Bank Untuk mengetahui kondisi keuangan suatu bank, maka dapat dilihat laporan keuangan yang disajikan oleh suatu bank secara periodik. Laporan ini juga sekaligus menggambarkan kinerja bank selama periode tersebut. Agar laporan ini dapat dibaca sehingga menjadi berarti, maka perlu dilakukan analisis terlebih dahulu. Analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan rasio-rasio keuangan sesuai standar yang berlaku (Kasmir, 2008:281).



12



Pengertian analisis rasio menurut Sugiyono (2009:64) adalah sebagai berikut : “Suatu angka yang menunjukkan hubungan antara unsur-unsur dalam laporan keuangan. Hubungan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana.” Menurut Kasmir (2008:104) mengemukakan bahwa pengertian analisis rasio keuangan adalah sebagai berikut: “Analisis rasio keuangan adalah kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya.” Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis rasio keuangan merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengetahui suatu hubungan di dalam laporan keuangan. 2.3.3.2 Tujuan Analisis Rasio Keuangan Bank Tujuan analisis rasio keuangan menurut Freddy Rangkuti (2009:69) adalah sebagai berikut : 1. Mengevaluasi situasi yang terjadi saat ini. 2. Memprediksi kondisi keuangan masa yang akan datang. Pada intinya, tujuan dilakukannya analisis rasio keuangan adalah untuk mengevaluasi dan memprediksi. Evaluasi dilakukan untuk menilai situasi yang terjadi atau fakta yang ada saat ini dibandingkan dengan rencana yang sudah ditentukan oleh sebuah bank di masa lalu. Sementara prediksi dilakukan untuk membuat gambaran masa depan berdasarkan menggunakan data yang ada di masa sekarang. Dengan adanya prediksi, maka sebuah bank bisa menentukan target dan tujuan sehingga dalam pelaksaannya pihak bank dapat mengendalikan semua operasional yang terkait dengan pencapaian target dan tujuan tersebut.



13



BAB III



PEMBAHASAN 3.1 Sejarah Bank Victoria Tbk.



PT.



Bank



Victoria



International atau lebih dikenal dengan Bank salah



Victoria adalah satu



bank



besar di Indonesia. Bank ini mempunyai sejarah yang cukup panjang, antara lain:







Tahun 1992 Bank Victoria berdiri.







Tahun 1994, bank ini memperoleh ijin dari Menteri Keuangan Republik Indonesia untuk mengubah sistem operasi mereka menjadi sistem komersil.







Tahun 1997 Bank Victoria masuk dalam dunia perdagangan valuta asing setelah memperoleh izin dari Bank Indonesia.







Tahun 2007, Bank Victoria menerbitkan Obligasi II dan Obligasi Subordinasi I Baru dengan jumlah masing-masing Rp. 200 miliar. Pada tahun ini, Bank Victoria juga mengakuisisi Bank Swaguna dan meningkatkan modalnya agar sesuai dengan aturan Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan konversi Bank Swaguna menjadi Bank Victoria Syariah pada tahun 2010.







Tahun 2008, dilakukan Penawaran Umum Terbatas (PUT) IV sebesar Rp. 116,75 miliar dan penerbitan Waran Seri V sebesar Rp. 66,97 miliar



14







1



April



Tahun



2010, peresmian konversi Bank



Swaguna menjadi Bank



Victoria Syariah 



Tahun 2011, melaksanakan right issue sebesar Rp 195 miliar, exercise warran sebesar Rp 8 miliar dan peningkatan laba bersih perusahaan sebesar Rp 239 miliar.







Tahun 2012, Bank Victoria menerbitkan Obligasi Bank Victoria III sebesar Rp. 200 miliar dengan Tingkat Bunga Tetap dan Obligasi Subordinasi Bank Victoria II sebesar Rp. 300 miliar dengan Tingkat Bunga Tetap.



Selama



mengarungi



perjalanan



di



perbankan Victoria



dunia



Indonesia, Bank berpegang



teguh



pada Visi dan Misi yang diembannya



saat



pertama



kali didirikan.



Visi Bank Victoria antara lain adalah: 2.2.5.6 Bank Victoria berusaha menjadi pilihan utama nasabah. Menjadi bank yang dapat memenuhi kebutuhan nasabah akan produk dan layanan perbankan, serta dipercaya oleh nasabah. 2.2.5.7 Bank Victoria berusaha untuk memberikan rasa aman dan nyaman bagi nasabah, karyawan, pemegang saham dan stakeholders lainnya. 2.2.5.8 Bank Victoria berusaha untuk selalu mempunyai struktur modal yang kuat. Kondisi keuangan juga dipertahankan agar selalu sehat dan semuanya didasari oleh operasional perbankan yang efisien.



15



Sedangkan Misi Bank Victoria dapat dibagi menjadi 4 bagian, yaitu Customer, People, Operation dan Risk Management. Setiap bagian mempunyai peran yang sangat besar terhadai kemajuan Bank Victoria dan kepuasan nasabah dan pihak yang berhubungan dengan bank ini. Misi Bank Victoria antara lain adalah: 1. Untuk Customer, Bank Victoria beruasha memenuhi kebutuhan nasabah akan layanan perbankan dengan memberikan layanan terbaik dan juga memelihara hubungan yang baik. 2. Untuk People, Bank Victoria senantiasa meningkatkan kualitas SDM agar mampu memberikan layanan terbaik untuk nasabah. 3. Untuk Operation, Bank Victoria menggunakan prinsip kehati-hatian untuk melaksanakan sistem perbankannya secara efisien dan berkesinambungan. 4. Untuk Risk



Management,



Corporate



Bank



Victoria menggunakan prinsip Good



Governance untuk mengelolal keuangan secara



konsisten dan prudent.



16



3.2 Analisa Rasio Likuiditas Analisa Rasio Likuditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban kemampuan



keuangannya



yang



harus segera



dipenuhi, atau



perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat



ditagih.







Current Ratio : Merupakan Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki. Rumus : Current ratio = (Aktiva Lancar / hutang lancar) x 100% PT. Bank Victoria Tbk



Periode



Jumlah Aktiva Lancar(I)



2014



2015



20.920.669



19.474.817



Penurunan



1.445.852



Aktiva Lancar



6,91 %



Jumlah Hutang Lancar(II)



18.416.255



Penurunan



17.097.684 1.328571



Hutang Lancar



7,21 %



Current Ratio ((I/II) x 100%)



1,135 %



17



1,139 %



Peningkatan (Penurunan) CR



0,004 %



Kesimpulan :Pada tahun 2015, Setiap Rp.1 utang lancer dijamin oleh 1,139 harta lancar atau perbandingannya antara aktiva lancar dengan hutang lancar adalah 1,139 : 1 sedangkan pada tahun 2014, Setiap Rp.1 utang lancar dijamin oleh 1,135 harta lancar atau perbandingannya antara aktiva lancar dengan hutang lancar adalah 1,135 : 1.







Quick Ratio : Merupakan rasio yang digunaka untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva yang lebih likuid. Quick Ratio = ((Aktiva Lancar – Persediaan) / Hutang lancar)) x 100%



PT. Bank Victoria Tbk



Periode 2014 3.906.907



Jumlah Cash Asets (I) Pertumbuhan



2015 2.211.475 1.695.432



cash asset Jumlah Deposit (II)



16.177.978



Pertumbuhan



43,39% 14.273.874 1.904.104



Deposit



11,76%



Quick Rasio ((I/II) x 100%)



24,14%



Peningkatan (Penurunan) QR



15,49% 8,65%



Kesimpulan : Pada tahun 2015, Bank Victoria mampu membayar kembali



18



simpanan 15.49% dari total simpanan yang dimiliki deposan dengan menggunakan cash assets yang dimilik oleh bank, menurun sebanyak 8.65% dari tahun 2014 sebesar 24.14%.







Cash



Ratio



:



perbandingan



antara



jumlah kas yang



dimiliki



oleh perusahaan dan jumlah kewajiban yang segera dapat ditagih; rasio ini digunakan untuk menilai tingkat likuiditas perusahaan/bank. Cash + Efek Hutang Lancar



Rumus :



PT. Bank Victoria Tbk



Periode 2014



Jumlah Cash Asets (I)



3.906.907



Pertumbuhan



2015 2.211.475 1.695.432



cash asset



43,39%



Jumlah Kewajiban Lancar (II)



18.416.255



Pertumbuhan



17.097.684 1.318.571



Kewajiban Lancar



7,16%



Cash Rasio ((I/II) x 100%)



21,21%



Peningkatan (Penurunan) CR



12,93% 8,28%



Kesimpulan : PT Bank Victoria dikatakan sehat dari sisi Cash Ratio dengan 12,93% karena sisi short term borrowing totalnya lebih besar dari total liquid aset.



19



3.2 Analisa Rasio Solvabilitas Analisa Rasio Solvabilitas mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang rasio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman (Bank). Suatu perusahaan yang solvable belum tentu likuid dan sebaliknya sebuah perusahaan yang insolvable belum tentu likuid.







Total Asset to Total Debt Ratio : perbandingan antara aktiva lancar dan aktiva tetap dan jumlah seluruh hutang yang diketahui. Rasio ini menunjukkan berapa bagian dari keseluruhan hutang yang dibelanjai oleh aktiva. Total Asset to Total Debt Ratio = Total Aktiva Total Hutang



PT. Bank Victoria Tbk



Periode 2014 21.365.882



Jumlah Total Aset (I) Pertumbuhan



2015 20.126.185 (1.239.697)



Total Aset Jumlah Total Debt (II)



1.656.157



5.802% 1.067.844



Pertumbuhan



(411.687)



Total Debt



(24.87%)



Total Asset to Total Debt Rasio ((I/II) x 100%) Peningkatan (Penurunan) Total Asset to Total Debt Ratio



20



1290.08%



1884.74% 594.65%



Kesimpulan :







Fix Asset to Long Term Debt Ratio : PT. Bank Victoria Tbk



Periode 2014 454.046



Jumlah Fix Asets (I) Pertumbuhan



2015 662.151 208.105



Fix asset Jumlah Long Term Debt (II)



1.759.829



31.42% 1.840.072



Pertumbuhan



80.243



Long Term Debt



4.56%



Fix Asset to Long Term Debt Ratio ((I/II) x 100%)



25.80%



Peningkatan (Penurunan) Fix Asset to Long Term debt Ratio



35.98% 10.18%



Kesimpulan :







Long Term Debt to Equity Ratio : rasio untuk mengukur seberapa besar



perusahaan dibiayai oleh pihak kreditur dibandingkan dengan equity. Total Debt to Assets Ratio = Total Hutang / Modal Sendiri X 100% PT. Bank Victoria Tbk



Periode 2014



21



2015



Jumlah Long Term Debt (I)



1.881.801



1.188.429



Pertumbuhan



(372)



Total Long Term Debt Jumlah Equity (II)



0.019% 1.840.072



1.759.829



Pertumbuhan



80.243



Total Equity



4.56%



Long Term Debt to Equity Ratio ((I/II) x 100%)



106.93%



64.58%



Peningkatan (Penurunan) LTD to Equity Ratio



(42.35%)



Kesimpulan :



3.3 Analisa Rasio Rentabilitas Analisa Rasio Rentabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan, profitabilitas suatu perusahaan mewujudkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut.







Rentability Ratio : untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau keuntungan. Rasio Rentabilitas = Total Laba Total Modal Sendiri



x 100%



PT. Bank Victoria Tbk



Periode 2014



22



2015



Jumlah Laba (I)



103.271



Pertumbuhan



80.235 (23.036)



Total Laba Jumlah Modal Sendiri (II)



601.970



(22.31%) 601.970



Pertumbuhan



0



Total Modal Sendiri



0%



Rentability Rasio ((I/II) x 100%)



17.16%



Peningkatan (Penurunan) Rentability Ratio



13.33% (3.83%)



Kesimpulan : Pada tahun 2014 kemampuan bank dalam memperoleh laba adalah sebesar 17.16% sedangkan tahun 2015 kemampuan bank dalam memperoleh laba adalah sebesar 13.33% maka bank tersebut mengalami penurunan dalam memperoleh laba sebesar 3.83%







Rentabilitas Ekonomi : perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasil laba tersebut dan dinyatakan dalam porsentase. Rentabilitas ekonomi =



Laba Modal Sendiri + Modal Asing



23



x 100%



PT. Bank Victoria Tbk



Periode



Jumlah Laba(I)



2014 103.271



2015 80.235



Pertumbuhan



(23.036)



Total Laba Jumlah Modal Sendiri + Modal Asing (II)



(22.31%) 735.870



735.870



Pertumbuhan



0



Total Modal Sendiri + Modal Asing



0%



Rentabilitas Ekonomi Ratio ((I/II) x 100%)



14.03%



Peningkatan (Penurunan) Rentabilitas Ekonomi



10.90% (3.13%)



Ratio Kesimpulan :



Pada Tahun 2014 Bank Victoria Tbk mampu menghasilkan laba dari modal l sendiri sebesar 14.03%, sedangkan Pada Tahun 2015 Bank Victoria Tbk mampu menghasilkan laba dari modal asing dan modal sendiri sebesar 10.90% maka Bank Victoria Tbk mengalami penuruan dari tahun 2014 ke 2015 yaitu sebesar 3.13%.







Gross Profit Margin : Perbandingan antara pejualan bersih dikurangi dengan Harga Pokok Penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan. PT. Bank Victoria Tbk Gross Profit Margin =



Laba Kotor Penjualan Bersih 2014



Jumlah Gross Profit(I)



108.034



Periode x 100% 2015 106.445



Pertumbuhan



(1.589)



Total Aset



(1.47%)



Jumlah Net Sales (II)



1.076.163



Pertumbuhan Total Net Sales GPM ((I/II) x 100%) Peningkatan (Penurunan) GPM



1.160.619 84.456 7.85%



24



10.04%



9.17% (0.87%)



Kesimpulan :



Pada tahun 2014 kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotor dari penjualan bersih adalah sebesar 10.04%, sedangkan pada tahun 2015 kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotor dari penjualan bersih adalah sebesar 9.17%. Maka kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba kotor dari penjualan bersih mengalami penurunan sebesar 0.87%.







Operational Margin ratio : Mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Operating profit margin mengukur persentase dari profit yang diperoleh perusahaan dari tiap penjualan sebelum dikurangi dengan biaya bunga dan pajak. Pada umumnya semakin tinggi rasio ini maka semakin baik. Rumus : OPM = (Laba usaha / Penjualan Bersih) x 100% PT. Bank Victoria Tbk



Periode 2014 107.971



Jumlah Operational Income(I)



2015 106.445



Pertumbuhan



(1.526)



Total Operational Income Jumlah Net Sales(II)



(1.41%) 101.978



119.844



Pertumbuhan



(17.886)



Total Net Sales



(14.91%)



Operational Margin Ratio ((I/II) x 100%) Peningkatan (Penurunan) Operational Margin Ratio 25



90.09%



104.38% 14.29%



Kesimpulan : Operating ratio mencerminkan tingkat efesiansi perusahaan, sehingga ratio ini rendah menunjukan keadaan yang baik karena berarti bahwa setiap rupiah penjualan yang terserap dalam biaya juga rendah, dan yang tersedia untuk laba besar.







Net Profit Margin : rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak lalu yang dibandingkan dengan pendapatan operasional



Net Profit Margin = Laba (Rugi) tahun berjalan x 100% Pendapatan Operasional



PT. BANK VICTORIA



A. Laba (Rugi) Tahun Berjalan



PERIODE 2014



2015



95.824



84.477



Pertumbuhan Laba (Rugi) Tahun



11.347



Berjalan



11,84%



Jumlah Pendapatan Operasional (II)



1.076.163



1.160.619



Pertumbuhan Jumlah



(84.456)



Pendapatan Operasional



(7,85) %



NPM (A/II) x 100%



10,03 %



Peningkatan (Penurunan) NPM



9,17 % 0,86%



Kesimpulan : Pada tahun 2015 PT. Bank Victoria (Persero), Tbk. Memiliki NPM sebesar 9.17% yang berarti laba bersih yang dihasilkan oleh



26



manajemen bank adalah sebesar 9.17% dari total pendapatan operasional dengan laba rugi tahun berjalan, menurun sebesar 0.86% dari tahun 2014 sebesar 10.03%







Return On Equity : Tingkat pengembalian yang dihasilkan oleh Bank untuk setiap satuan mata uang yang menjadi modal bank. Dalam pengertian ini seberapa besar perusahaan memberikan imbal hasil tiap tahunnya per satu mata uang yang diinvestasikan investor ke Bank tersebut. Return On Equity = Laba tahun berjalan x 100% Modal Inti PT. BANK VICTORIA 2014



Laba (Rugi) tahun berjalan (I)



95.824



PERIODE 2015 84.477



Pertumbuhan Laba (Rugi)



11.347



Tahun berjalan



11,84 %



Modal Inti (II)



601.970



Pertumbuhan Modal Inti



601.970 0 0



ROE ((I / II) x 100%)



15,92 %



Peningkatan (Penurunan) Prosentase ROE



14,03 % (1,89) %



Kesimpulan : Tahun 2015 ROE sebesar 14,03% ini mempunyai arti bahwa laba



27



bersih yang dihasilkan oleh manajemen PT. Victoria Tbk dari modal inti yang dimiliki, menurun 1.89% dari Tahun 2014 sebesar 15.92%.







Return On Asset : Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen menghasilkan income dari pengelolaan aset. Return On Aset =



Operating Income x 100% Total Aset



PT. BANK VICTORIA PERIODE 2014 Laba (Rugi) sebelum



119.844



2015 101.978



pajak penghasilan (I) Pertumbuhan Laba (Rugi)



17.866



Sebelum pajak penghasilan



14,91 %



Total Aktiva



21.364.882



Pertumbuhan Total Aktiva



20.126.185 1.238.697 5,79 %



ROA ((I / II) x 100%)



0,56 %



Peningkatan (Penurunan) ROA



0,50 % 0,06 %



Kesimpulan : Pada Tahun 2015 Manajemen PT. Bank Victoria, Tbk. mampu mendapatkan keuntungan sebesar 0.50% dari total aktivanya. Menurun 0,06% dari tahun sebelumnya Tahun 2014 yang mendapatkan keuntungan 0,56%



28



3.4 Analisa Rasio Aktivitas Analisa Rasio Aktivitas merupakan Rasio untuk mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya.







Total Assets Turn Over : rasio untuk mengukur tingkat perputaran total aktiva terhadap penjualan.



Total Assets Turn Over Ratio = Penjualan / Total Aktiva X 100%



PT. Bank Victoria Tbk



Periode 2014 119.844



Jumlah Net Sales(I)



2015 101.978



Pertumbuhan Total Net Sales Jumlah Aktiva Usaha (II) Pertumbuhan Total Aktiva Usaha Asset TurnOver Ratio ((I/II) x 100%) Peningkatan (Penurunan) Asset Turnover Ratio Kesimpulan : Nilai Rasio 1,5 menunjukkan bahwa perusahaan memperoleh penjualan yang nilainya 1,5 kali dari keseluruhan aktiva yang dimiliknya.



29







Receivable Turn Over : rasio untuk mengukur tingkat perputaran piutang dengan membagi nilai penjualan kredit terhadap piutang rata-rata.Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik dan menunjukan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang rendah.



Receivable Turn Over Ratio = Penjualan / Piutang Rata-Rata X 100%



Periode



PT. Bank Victoria Tbk 2014 Jumlah Credit Sales (I) Pertumbuhan Total Credit Sales Jumlah Average Receivable (II) Pertumbuhan Total Average Receivable Receivable Turn Over Rasio ((I/II) x 100%) 30



2015



Peningkatan (Penurunan) Receivable Turn Over Ratio Kesimpulan : Nilai rasio 12 menunjukkan bahwa dana dalam piutang berputar dua belas kali dalam setahun. Artinya juga, nilai penjualan dalam satu tahun adalah dua belas kali dari nilai piutang.







Inventory Turn Over : rasio untuk mengukur tingkat efisiensi pengelolaan perputaran persediaan yang dimiliki terhadap penjualan. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik dan menunjukkan pengelolaan persediaan yang efisien.



Inventory Turn Over Ratio = Penjualan / Persediaan X 100%



Periode



PT. Bank Victoria Tbk 2014 Jumlah Total Aset (I) Pertumbuhan Total Aset Jumlah Total Debt (II)



31



2015



Pertumbuhan Total Debt Total Asset to Total Debt Rasio ((I/II) x 100%) Peningkatan (Penurunan) Total Asset to Total Debt Ratio Kesimpulan : artinya persediaan rata-rata besarnya 1/6 kali harga pokok produksinya. Dengan kata lain, persediaan rata-rata cukup untuk 6 kali produksi dalam 1 periode (biasanya 1 tahun).



32



BAB IV



KESIMPULAN



33



DAFTAR PUSTAKA http://www.kembar.pro/2015/04/analisis-laporan-dan-rasio-keuangan.html https://pandubudimulya.wordpress.com/2013/11/25/menghitung-rasio-likuiditassolvabilitas-rentabilitas-dan-perputaran-piutang-pt-colorpak-indonesia-tbk/ http://ardra.biz/ekonomi/ekonomi-keuangan-manajemen-keuangan/analisis-rasiokeuangan-perusahaan/analisis-rasio-keuangan-aktivitas-aktivity-ratio/ https://syuhadame.wordpress.com/2010/01/09/analisis-rasio-aktivitas-4/



iii