Refarat Gangguan Perilaku Menentang [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN Remaja merupakan individu yang mengalami masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Remaja yang mendapatkan dukungan penuh dalam menjalani masa perkembangannya, akan mampu mencapai seluruh tugas perkembangan dengan baik. Sebaliknya, remaja yang tidak mendapatkan dukungan yang dibutuhkan bagi perkembangannya, diperkirakan memiliki risiko mengalami permasalahan. Beberapa penelitian menyebutkan, remaja berisiko mengembangkan perilaku menentang dan gangguan tingkah laku, yang disebabkan oleh teknik pengasuhan yang tidak efektif, ditolak oleh orang tua, disiplin yang keras dan tidak konsisten serta hubungan keluarga yang buruk.1 Gangguan perilaku menentang adalah suatu pola negativistik, permusuhan, dan perilaku menentang yang menerus tanpa adanya pelanggaran yang serius terhadap norma sosial atau hak orang lain. Individu yang mengalami gangguan perilaku menentangsering berdebat dengan orangtua, kehilangan kendali, marah, benci, dan mudah mengganggu oleh orang lain, mereka cenderung menyalahkan orang lain atas kesalahan dan kekeliruan mereka sendiri. Manisfestasi dari gangguan ini hampir ditemukan di rumah kemudian ditunjukan di luar rumah.2 Gangguan perilaku menentang lebih sering dialami anak laki-laki dibandingkan perempuan, dengan perbandingan 3:1. Biasanya individu dengan gangguan ini tidak memandang dirinya menentang tetapi mereka mengakui jika mereka menentang. Gangguan perilaku menentang didiagnosis ketika seorang anak menampilkan pola persisten atau konsisten pembangkangan, ketidakpatuhan permusuhan, dan terhadap berbagai figur otoritas termasuk orang tua, guru, dan orang dewasa lainnya. Gangguan perilaku menentang ditandai dengan masalah perilaku seperti terus-menerus berjuang dan berdebat, yang sensitif atau mudah terganggu, dan sengaja mengganggu atau menjadi dengki dan dendam kepada orang lain. Individu dengan gangguan perilaku menentang mungkin berulang kali kehilangan kendali mereka, berdebat dengan orang dewasa, sengaja menolak untuk mematuhi permintaan atau aturan orang dewasa, menyalahkan orang lain untuk kesalahan mereka sendiri, dan menjadi berulang kali marah dan kesal, keras kepala dan pengujian batas yang umum. Perilaku ini



menyebabkan kesulitan yang signifikan dengan keluarga dan teman-teman dan di sekolah atau bekerja.2 Gangguan tingkah laku adalah serangkaian perilaku yang bertahan lama dan berubah seiring waktu, gangguan ini paling sering ditandai dengan agresi dan pelamggaran hak orang lain. Gangguan tingkah laku dapat terjadi bersama dengan banyak gangguan psikiatri lain, termasuk ADHD, depresi, dan gangguan belajar, dan juga disebabkan oleh beberapa fahtor psikosoial seperti tingkat sosioekonomi yang rendah, pengasuhan orang tua yang kasar dan menghukum, perselisihan keluarga, kurangnya pengawasan orang tua yang sesuai serta kurangnya kompetensi social.3 Prevalensi gangguan tingkah laku mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Diperkirakan dalam satu tahun, prevalensi gangguan tingkah laku berkisar antara 2% sampai lebih dari 10% dengan jumlah lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan .Di Inggris, 7,4% laki-laki dan 3,2% perempuan usia 5-15 tahun, menunjukkan gangguan tingkah laku. Dalam penelitian terhadap 70 juta anak dan remaja di Amerika Serikat pada tahun 2005, Mash & Wolfe menemukan sekitar 6-16% anak laki-laki dan 2-9% anak perempuan yang menunjukkan permasalahan perilaku tersebut. Penelitian berbasis komunitas yang dilakukan Lahey dkk menemukan prevalensi gangguan tingkah laku sejumlah 2-10% dalam populasi anak-anak dan remaja . Gangguan tingkah laku terjadi diantara 2% dan 8% anak dan remaja, dengan perbandingan laki-laki dan perempuan 4-10 banding 1 . 1



BAB II TINJAUAN PUSTAKA Gangguan Perilaku Mengacau A. Gangguan Menantang Oposisional 1. Definisi Gangguan menentang oposisional ( oppositional defiant disorder ) adalah suatu pola negavistik, permusuhan, dan perilaku menentang terus-menerus tanpa adanya pelanggaran yang serius terhadap norma sosial atau hak orang lain. Diagnostic and statistical manual of mental disorder edisi empat ( DSM-IV) mendefinisikan gangguan sama seperti definisi DSM edisi ketiga yang direvisi ( DSM-III-R ), dengan sedikit modifikasi berikut. Dalam DSM-IV, satu kriteria diagnostic telah dihilangkan ( sering bersumpah atau menggunakan bahasa yang cabul ), dan hanya empat, lima bulan, gejala yang diperlukan untuk diagnosis. Gangguan tidak dapat ddidiagnosis jika kriteria untuk gangguan konduksi adalah terpenuhi. Tidak seperti gangguan konduksi, gangguan menentang oposisional tidak dapat didiagnosis jika gejala timbul semata-mata selama gangguan mood atau gejala psikotik. Gejala yang paling sering dari gangguan menentang oposisional adalah yang berikut ini : sering kehilangan kendali, sering berdebat dengan orangtua, sering secara aktif menentang atau menolak mematuhi permintaan atau peraturan orang tua, sering dengan sengaja melakukan hal lain untuk mengganggu orang lain, dan sering menyalahkan orang lain karena kesalahannya sendiri.3 2. Epidemiologi Perilaku oposisional dan negativistic mungkin normal secara perkembangan pada masa anak-anak awal. Penelitian epidemiologis terhadap sifat negativistic pada populasi nonklinis menemukan gangguan antara 12 dan 22 persen anak usia sekolah. Walaupun gangguan menentang oposisional dapat dimulai seawal usia 3 tahun, biasanya di mulai pada usia 8 tahun dan biasanya tidak dari masa remaja.3 Gangguan lebih sering pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan sebelum pubertas, dan rasio jenis kelamin kemungkinan sama setelah pubertas. Satu ahli



menyatakan bahwa anak perempuan lebih sering diklasifikasikan menderita gangguan oposisional dibandingkan anak laki-laki, kerena anak laki-laki lebih sering mendapat diagnosis gangguan konduksi.3 Tidak ada pola keluarga yang khas, tetapi hampir semua orang tua anak-anak dengan gangguan menentang oposisional adalah terlalu memperhatikan masalah kekuasaan, control dan otonomi. Beberapa keluarga memiliki bebrapa anak yang bandel, ibu yang mengendalikan dan depresif, dan ayah yang pasif agresig. Pada banyak kasus pasien merupakan anak yang tidak diinginkan. 3 3. Etiologi Memaksakan keininan diri sendiri dan menentang keinginan orang lain adalah penting untukperkembangan normal. Hal ini berhubungan dengan pembentukan otonomi seseorang, membentuk indentitas dan menentukan standar dan pengendalian internal. Patologi dimulai ketika fase perkembangan ini berlangsung secara abnormal, figure otoritas bereaksi berlebihan, atau perilaku menentang kambuh lebih sering dibandingkan pada sebagian besar anak dengan usia mental yang sama. 3 Anak-anak mungkin memiliki predisposisi konstitusional atau temperamental untuk keinginan yang kuat, kesukaan yang kuat, atau pemaksaan yang besar. Jika kekuasaan dan kendali adalah masalah bagi pasien atau jika menreka menunjukkan kekuasaan untuk kebtuhan mereka sendiri, dapat terjadi perjuangan yang dapat menentukan stadium perkembangan gangguan menentang oposisional. Apa yang dimulai bagi bayi sebagai usaha untuk menegakkan penentuan diri ( self-determination ) menjadi ditransformasikan sebagai suatu pertahanan terhadap ketergantungan yang berlebihan pada ibu dan sebagai alat perlindungan terhadap serangan kedalam otonomi ego. Pada masa anak-anak akhir, trauma lingkungan, penyakit, atau inkapasitas kronis, seperti keterbelakangan mental, dapat memicu oposisionalisme sebagai suatu pertahanan terhadap ketidakberdayaan, kecemasan, dan hilangnya harga diri. Stadium oposisional normative lain terjadi pada masa remaja sebagai ekspresi untuk menegakkan identitas yang otonom. 3 Teori psikoanalitik klasik mengaitkan konflik tidak terselesaikan yang dieksoresikan dengan semua figure otoritas. Ahli perilaku menyatakan bahwa



penentangan merupakan perilaku dipelajari yang diperkuat, yang ,elalui perilaku ini, anak memberikan kendali terhadap figure otoritas; contohnya dengan melakukan ledakan kemarahan saat diminta melakukan suatu tindakan yang tidak diinginkan, anak memaksa orang tua untuk menarik kembali permintaan mereka. Di sampig itu, meningkatnya perhatian orang tua, contohnya diskusi yang panjang mengenai perilaku, sangat memperkuat perilaku ini. 3 4. Diagnosis dan Gambaran Klinis Anak – anak dengan gangguan menentang oposisional sering berdebat dengan orang tua, kehilangan kendali, marah, benci dan mudah diganggu oleh orang lain. Mereka secara aktif sering membantah permintaan atau aturan orang tua dan sengaja mengganggu orang lain. Mereka cenderung menyalahkan orang lain atas kesalahan dan kekeliruan mereka sendiri, manifestasi gangguan hampir selalu ditemukan di rumah tetapi mungkin tidak ditemukan di sekolah atau dengan orang dewasa atau teman sebaya lain. Pada beberapa kasus, ciri gangguan dari awal gangguan adalah ditunjukan di luar rumah. Biasanya, gejala gangguan paling jelas dalam interaksi dengan orang dewasa atau teman sebaya yang di kenal baik oleh anak. Jadi, anak-anak dengan gangguan kemungkinan menunjukkan sedikit tanda atau tidak menunjukan tanda gangguan jika diperiksa secara klinis. Biasanya, mereka tidak memandang dirinya sendiri sebagai penentang atau oposisional tetapi mengakui bahwa perilakunya sebagai respon terhadap keadaan yang tidak diterima. Gangguan tampaknya menyebabkan lebih banyak gangguan bagi orang yang berada disekeliling anak dibandingkan bagi anak itu sendiri. 3 Gangguan menentang oposisional kronis hampur selalu mengganggu hubungan interpersonal da kinerja sekolah. Anak-anak sering tanpa teman dan memadang hubungan manusia sebagai tidak memuaskan. Walaupun memiliki inteligensia yang adekuat, mereka buruk atau gagal disekolah, kerna mereka tidak berperan serta, menentang tuntutan dari luar dan bertahan memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain. 3 Kiteria Diagnostik DSM-IV-TR Gangguan Menentang Oposisional. 3 A. Suatu perilaku negativisik, permusuhan, dan perilaku menentang yang berlagsung sedikitnya 6 bulan, selama masa ini empat ( atau lebih ) hal berikut ini ada :



1) Sering lepas amarah 2) Sering berargumentasi dengan orang dewasa 3) Sering menolak secara aktif mematuhi permintaan atau peraturan orang dewasa 4) Sering mengganggu orang dengan sengaja 5) Sering menyalahkan orang lain untuk kesalahannya atau kesalahan perilakunya sendiri 6) Sering mudah tersentuh atau mudah terusik oleh orang lain 7) Sering marah dan benci 8) Sering dendam dan ingin balas dendam Catatan : pertimbangkan suatu kriteria terpenuhi hanya jika perilaku terjadi lebih sering dibandingkan yang biasanya diamati pada orang dengan usia dan tingkat perkembangan yang sama. B. Gangguan perilaku menyebabkan hendaya didalam fungsi social, akademik, atau pekerjaan yang secara klinis bermakna. C. Perilaku tidak hanya terjadi selama perjalanan gangguan psikotik atau gangguan mood. D. Kriteria tidak sesuai dengan gangguan tingkah laku, dan jika usia individual berusia 18 tahun atau lebih, kriteria tidak sesuai dengan gangguan kepribadian antisosial. 5. Diagnosis Banding Karena perilaku oposisional bersifat normal dan adaptif pada tahap perkembangan tertentu, periode negativism ini harus dibedakan dengan gangguan menantang oposisional. Perilaku oposisional tahap perkembangan, yang durasinya lebih singkat dibandingkan dengan gangguan menantang oposisional, tidak jauh lebih sering atau lebih intens dibandingkan pada anak lain dengan usia mental sama. 3 Perilaku menantang oposisional yang terjadi sementara dalam reaksi terhadap stress harus didiagnosis sebagai gangguan penyesuaian. Jika gambaran gangguan menantang oposisional muncul selama perjalanan gangguan tingkah laku, skizofrenia, atau gangguan mood, diagnosis gangguan menantang oposisional tidak boleh di



tegakkan. Perilaku oposisional dan negativisik juga dapat muncul pada ADHD, gangguan kognitif, dan retradasi mental. 3 Subtipe gangguan menantang oposisional cenderung berkembang menjadi gangguan tingkah laku adalah subtype dengan agresi yang menonjol. Secara keseluruhan, consensus saat ini menunjukkan bahwa mungkin terdapat dua subtype gangguan menentang oposisional. Satu tipe cenderung berkembang menjadi gangguan tingkah laku dan mencangkup gejala tertentu gangguan tingkah laku ( contohnya berkelahi, menggertak). Tipe yang yain ditandai dengan agresi serta antisosial yang kurang menonjol dan tidak berkembang menjadi gangguan tingkah laku. 3 6. Perjalanan gangguan dan Prognosis Perjalanan gangguan menentang oposisional sangat bergantung pada keparahan gejala dan kemampuan anak untuk mengembangkan respons yang lebih adaptif terhadap otoritas. Stabilitas gangguan menantang oposisional dari waktu ke waktu bervariasi. Menetapnya gejala menentang oposisional memiliki meningkatkan risiko terjadinya gangguan lain seperti gangguan tingkah laku dengan gangguan penggunaan zat. Hasil positif lebih besar kemungkinannya pada keluarga yag utuh yang dapat memodifikasi ekspresi tuntutan mereka sendiri dan memberikan lebih sedikit perhatian pada periaku argumentasi anak. 3 Kira-kira seperempat dari seua anak yang mendapatkan diagnosis gangguan menentang oposisional mungkin tidak lagi memenuhi persyaratan gangguan tersebut dalam beberapa tahun kemudian. Tidak jelas pada kasus tersebut apakah kriteria mencakup anak yang perilakunya tidak abnormal secara perkembangan atau apakah gangguan dengan spontan menghilang. Pasien tersebut memiliki prognosis yang terbaik. Pasien dengan diagnosis yang tetap mungkin tetap stabil atau menjadi melanggar hak orang lain, yang menyebabkan gangguan konduksi. Pasien tersebut harus mendapatkan prognosis berhati-hati. Psikopatologi parental, seperti gangguan kepribadian antisosial dan penyalahgunaan zat, tampaknya lebih sering terjadi pada keluarga dengan anak gangguan menentang oposisional dibandingkan pada populasi umum, yang menciptakan risiko tambahan untuk lingkungan rumah yang kacau dan bermasalah. Prognosis untuk



gangguan menentang oposisional pada anak bergantung pada derajat fungsi di dalam keluarga serta pada timbulnya psikopatologi komorbid. 3 7. Terapi Terapi primer untuk gangguan menentang oposisional adalah psikoterapi individual bagi anak-anak dan konseling dan latihan langsung bagi orang tua dalam keterampilan menangani anak, serta pengkajian interaksi keluarga dengan cermat.ahli terapi perilaku menekankan untuk mengajari orang tua cara mengubah perilakunya untuk menekan perilaku oposisional anak dan untuk mendorong perilaku yang sesuai. Terapi perilaku memfokuskan untuk mendorong da memuji perilaku yang sesuai secara selektif serta mengabaikan atau tidak mendorong perilaku yang tidak di inginkan. 3 Anak dengan gangguan menentang oposisional juga bisa mendapatkan keuntungan dari psikoterapi individual hingga tingkat pemajanan anak pada situasi dengan orang dewasa untuk “ mempraktikkan “ respons yang lebih adaptif. Di dalam hubungan teraupetik, anak dapat mempelajari strategi baru untuk mengembangkan rasa penguasaan dan keberhasilan didalam situasi social dengan rekan sebaya dan keluarga. Didalam keamanan hubungan yang lebih “ netral “, seorang anak bisa merasakan kalau ia mampu berprilaku dengan kurang provoaktif. 3 B. Gangguan Konduksi ( Gangguan Tingkah Laku ) 1. Definisi Gangguan tingkah laku adalah serangkaian perilaku yang bertahan lama dan berubah seiring waktu, gangguan ini paling sering ditandai dengan agresi dan pelamggaran hak orang lain. Gangguan tingkah laku dapat terjadi bersama dengan banyak gangguan psikiatri lain, termasuk ADHD, depresi, dan gangguan belajar, dan juga disebabkan oleh beberapa fahtor psikosoial seperti tingkat sosioekonomi yang rendah, pengasuhan orang tua yang kasar dan menghukum, perselisihan keluarga, kurangnya pengawasan orang tua yang sesuai serta kurangnya kompetensi social. Kriteria DSM-IV-TR menyatakan bahwa tiga perilaku spesifik diperlukan dari 15 perilaku yang tersusun, termasuk menggertak, menakuti, atau mengintimidasi orang lain dan bergadang meskipun ada larangan orang tua, dimulai sebelum usia 13 tahun. DSM-



IV-TR juga merinci bahwa bolos dari sekolah harus dimulai sebelum usia 13 tahun agar dapat dianggap sebagai gejala gangguan tingkah laku. Gangguan ini dapat didiagnosis pada orang berusia lebih dari 18 tahum hanya jika kriteria untuk gangguan kepribadian antisosial tidak terpenuhi. 3 2. Epidemiologi Gangguan tingkah laku lazin ditemukan pada masa kanak dan remaja. Angka perkiraan gangguan tingkah laku di dalam populasi umum berkisar dari 1 hingga 10 persen. Gangguan ini lebih lazim pada anak laki-laki dibandingkan perempuan, dan rasionya berkisar 4:1 hingga 12:1. Gangguan tingkah laku lebih lazim ditemukan pada anak dari orang tua yang memiliki gangguan kepribadian antisosial dan ketergantungan alcohol dibandingkan populasi umum. Prevalensi gangguan tingkah laku dan perilaku antisosial secara signifikan terkait dengan faktor sosioekonomik. 3 3. Etiologi Tidak ada faktor tunggal yang dapat bertanggung jawab terhadap timbulnya perilaku antisosial dan gangguan tingkah laku. Namun, banyak faktor biopsikososial yang turut berberan didalam timbulnya gangguan ini. 3 A. Faktor Orang Tua Pengasuh orang tua yang kasar dan bersifat menghukum ditandai dengan agresi fisik dan verbal berat menyebabkan timbulnya perilaku agresif maladaptive anak. Keadaan rumah yang kacau menyebabkan gangguan tingkah laku dan kejahatan. Perceraian sendiri dianggap sebagai faktor risiko, tetapi menetapnya permusuhan, kebencian, dan kepahitan antara orang tua yang bercerai mungkin adalah faktor penting yang lebih berperan pada perilaku maladaptive anak. 3 B. Faktor Sosiokultural Anak yang mengalami kekurangan sosioekonomi memiliki risiko tinggi untuk mengalami gangguan tingkah laku, demikian juga anak dan remaja yang besar di lingkungan perkotaan. Orang tua yang menganggur, kurangnya jaringan social yang mendukung, serta kurangnya partisipasi positif didalam aktifitas komunitas mungkin meramalkan terjadinya gangguan tingkah laku. 3



C. Faktor Psikologis Anak-anak yang tumbuh didalam keadaan sembrono yang kacau sering menunjukkan pengaturan emosional yang buruk termasuk kemarahan, frustasi, dan kesedihan. Contoh kendali impuls yang buruk serta kurang terpenuhinya kebutuhan yang berlangsung lama menimbulkan rasa empati yang kurang berkembang baik. 3 D. Faktor Neurobiologis Faktor neurobiologis dalam gangguan pada deficit-atensi/hiperaktivitas ( GDAH ) memberikan beberapa temuan penting, dan gangguan konduksi dan GDAH seringkali terjadi bersama-sama. Pada beberapa anak dengan gangguan konduksi kadar plasma dopamine B-hydroxylae, suatu enzim yang mengubah dopamine menjadi norepinerfin, telah ditemukan rendah. Temuan tersebut mendukung teori penurunan fungi noradrenergic dalam gangguan konduksi. Beberapa penyerang juvenile dengan gangguan konduksi seing kali memiliki peningkatan kadar serotonin ( 5-hydrocytryptamine (5-HT) ) dalam darah. Beberapa bukti menunjukkan bahwa kadar 5-HT darah adalah berhubungan secara negative dengan kadar metabolit 5-HT, 5-hydroxyindoleacetil acid ( 5-HIAA ) dalam cairan serebrospinalis yang rendah adalah berhubungan dengan agresi dan kekerasan. 3 E. Penganiayaan Anak Anak yang terpajan dengan kekerasan dalam waktu lama, terutama mereka yang mendapatkan perlakuan penganiayaan fisik yang lama, sering bertindak agresif. Anak seperti ini dapat memiliki kesulitan mengungkapkan perasaannya, dan kesulitan ini meningkatkan kecenderungan mereka untuk mengekspresikan diri mereka secara fisik. Disamping itu, anak dan remaja yang disiksa berat cenderung menjadi hypervigillant. Pada beberapa kasus mereka salah menanggapi situasi ringan dan berespons dengan kekerasan. Tidak semua perilaku fisik sama dengan gangguan tingkah laku, tetapi anak dengan pola hypervigillance dan respons kekerasan cenderung melanggar hak orang lain. 3 F. Faktor lain ADHD, disfungsi atau kerusakan system saraf pusat, serta ekstremnya temperamen yang dini dapat menjadi predisposisi anak untuk mengalami gangguan



tingkah laku. Kecenderungan untuk melakukan kekerasan disebabkan oleh disfungsi SSP dan tanda psikopatologi berat, seperti kecenderungan waham. 3 4. Diagnosis dan Gambaran Klinis Usia rerata onset gangguan tingkah laku lebih muda pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Anak laki-laki paling lazim memenuhi kriteria diagnostic pada usia 10 hingga 12 tahun, sedangkan anak perempuan sering mencapai usia 14 tahun hingga 16 tahun sebelum kriteria terpenuhi. Anak yang memenuhi kriteria untuk gangguan tingkah laku menunjukkan perilaku agresif mereka terang-terangan dalam berbagai bentuk. Perilaku antisosial agresif dapat berupa menggertak, agresi fisik, dan perilaku kejam pada teman sebaya. Anak dapat bersifat mermusuhan, menyiksa secara verbal, lancing, menentang, dan negativistic terhadap orang dewasa. Berbohong terusmenerus, sering bolos, dan vandalisme lazim dilakukan. Pada kasus berat, perusakan, mencuri dan kekerasan fisik sering ditemukan. Anak biasanya melakukan sedikit upaya untuk menutupi perilaku antisosialnya. Perilaku seksual dan pengguanaan tembakau secara regular, minuman keras, atau zat psikoaktif tanpa resep dimulai pada usia sangat muda untuk anak-anak dan remaja tersebut. Pikiran, sikap dan tindakan bunuh diri sering ada. 3 Kriteria Diagnostik DSM-IV-TR untuk gangguan tingkah laku. 3 A. Pola perilaku berulang dan menetap yang melanggar hak dasar orang lain, atau norma atau peraturan social utama yang sesuai, dan diunjukkan dengan adanya tiga ( atau lebih ) kriteria berikut ini dalam 12 bulan terakhir, dengan sedikitnya satu kriteria ada pada 6 bulan terakhir : Agresi pada orang dan hewan 1) Sering menggertak, menakuti, atau mengintimidasi orang lain. 2) Sering memulai perkelahian fisik 3) Menggunakan senjata yang dapat menyebabkan cedera serius pada orang lain ( missal, pentungan, batubata, pecahan botol, pisau, senjata ) 4) Secara fisik kejam pada orang 5) Secara fisik kejam pada hewan



6) Mencuri saat menemukan korban ( misalnya membegal, merampas dompet, memeras, perampokan bersenjata. 7) Memaksa seseorang melakukan aktifitas Seksual Perusakan Barang Kepemilikan 8) Secara sengaja menimbulkan kebakaran dengan maksud menimbulkan kerusakan serius 9) Secara sengaja merusak barang kepemilikan orang lain ( selain dengan membakar ) Penipuan atau pencurian 10) Masuk kedalam rumah, gedung atau mobil secara paksa 11) Sering berbohong untuk mendapatkan barang atau pertolongan atau untuk menghindari kewajiban ( yaitu, menipu orang lain ) 12) Mencuri barang yang bernilai tanpa menemui korban ( misalnya mencuri di toko, tetapi tanpa memecahkan dan memasuki toko; pemalsuan ) Pelanggaran Peraturan Yang Serius 13) Sering berdagang meskipun dilarang orang tua, dimulai sebelum usia 13 tahun 14) Lari dari rumah menginap sedikitnya dua kali saat tinggal dirumah orang tua atau orang tua angkat ( atau sekali tanpa kembali untuk periode waktu lama ) 15) Sering bolos dari sekolah, dimulai sebelum usia 13 tahun B. Gangguan perilaku menyebabkan hendaya didalam fungsi social, akademik, aau pekerjaan yang secara klinis bermakna C. Jika usia orang ini 18 tahun atau lebih, kriteria gangguan kepribadian antisosial tidak terpenuhi Pemberian kode didasarkan pada onset usia: Gangguan tingkah laku, tipe onset masa kanak : Onset sedikitnya satu kriteria yang menjadi ciri khas gangguan tingkah laku sebelum usia 10 tahun. Gangguan tingkah laku, tipe onset masa remaja : tidak adanya kriteria yang menjadi ciri khas gangguan tingkah laku sebelum usia 10 tahun. Rinci Keparahannya :



Ringan : Masalah tingkah lau sedikit, jika ada, dan berlebihan dari yang diperlukan untuk membuat diagnosis dan masalah tingkah laku hanya menimbulkan cedera ringan pada orang lain. Sedang : Jumlah masalah tingkah laku dan efeknya pada orang lain sedang di antara “ ringan “ dan “ berat” Berat : banyak masalah tingkah laku dan berlebihan dari apa yang diperlukan untuk membuat diagnosis atau masalah tingkah laku menyebabkan cedera serius bagi orang lain. 5. Diagnosis Banding Gangguan tingkah laku dapat menjadi bagian dari keadaan psikiatri masa kanak, berkisar dari gangguan mood hingga gangguan psikotik hingga gangguan belajar. Dengan demikian, klinisi harus mendapatkan riwayat kronologi gejala untuk menentukan apakah gangguan tingkah laku bersifat sementara atau merupakan fenomena reaktif, atau suatu pola yang menetap. Tindakan perilaku antisosial tersendiri bukan merupakan gangguan tingkah laku; pola yang menetap harus ada. Hubungan gangguan tingkah laku dengan gangguan menentang oposisional masih dalam perdebatan. Gambaran klinis utama yang membedakan kedua gangguan tersebut adalah, bahwa pada gangguan tingkah laku, hak dasar orang lain dilanggar sedangkan pada gangguan menentang oposisional, permusuhan dan negativism tidak terlalu serius hak melanggar orang lain. 3 Gangguan mood sering ada pada anak yang memiliki iritabilitas dan perilaku agresif. Gangguan depresif berat dan gangguan bipolar harus disingkirkan, tetapi sindrom gangguan tingkah laku yang sebenarnya dapat terjadi dan didiagnosis selama onset gangguan mood. Terdapat cukup banyak komorbiditas gangguan tingkah laku dan gangguan depresif. Laporan terkini menyimpulkan bahwa hubungan yang erat antara kedua gangguan ini muncul akibat faktor risiko yang sama untuk kedua gangguan, bukannya satu gangguan menyebabkan gangguan lain. Dengan demikian, serangkaian faktor termasuk konflik keluarga, peristiwa hidup yang negative, riwayat awal gangguan tingkah laku, tingkat keterlibatan orang tua, dan pertemanan dengan teman sebaya yang jahat turut berperan di dalam timbulnya gangguan efektif dan gangguan tingkah laku.



Hal ini dengan gangguan menentang oposisional, yang tidak dapat didiagnosis jika hanya terjadi saat gangguan mood. 3 ADHD dan gangguan belajar lazim dikaitkan dengan gangguan tingkah laku, biasanya, gejala gangguan ini mendahului diagnosis gangguan tingkah laku. Gangguan penyalahgunaan zat juga lebuh lazim pada remaja dengan gangguan tingkah laku dibandingkan di dalam populasi umum. Gangguan obsesif-kompulasif (OCD) juga sering tampak terdapat bersamaan dengan gangguan perilaku mengacau (disruptive behavior disorder). Semua gangguan yang dijelaskan di sini harus dicatat kapan timbul bersamaan. Anak dengan ADHD sering menunjukkan perilaku impulsif dan agresif yang bisa tidak memenuhi kriteria utuh untuk gangguan tingkah laku. 3 6. Perjalanan Gangguan dan Prognosis Pada umumnya, prognosis untuk anak dengan gangguan tingkah laku paling terbatas pada mereka yang memiliki gejala pada usia muda, menunjukkan jumlah gejala paling banyak, dan paling sering menunjukkannya. Temuan ini benar sebagian karena mereka dengan gangguan tingkah laku berat tampak paling rentan terhadap gangguan komorbid di kemudian hari, seperti gangguan mood dan gangguan penggunaan zat. Hal ini berlaku untuk alasan bahwa semakin banyak gangguan jiwa lain yang dimiliki seseorang, semakin sulit kehidupannya. Prognosis yang baik diperkirakan untuk gangguan tingkah laku ringan tanpa adanya psikopatologi lain, dan fungsi intelektual yang normal. 3 7. Terapi Program terapi lebih sukses untuk mengurangi gejala gangguan tingkah laku yang nyata, dibandingkan pada gejala yang tidak terlihat. Program terapi multimodalitas yang menggunakan semua sumber daya keluarga dan komunitas yang tersedia besar kemungkinannya memberikan hasil yang paling baik dalam upaya untuk mengendalikan perilaku gangguan tingkah laku. Tidak ada terapi yang dianggap menyembuhkan semua spectrum perilaku yang turut berperan di dalam gangguan tingkah laku, tetapi berbagai terapi dapat membantu di dalam mengendalikan gejala dan meningkatkan perilaku prososial. 3



Struktur lingkungan yang memberikan dukungan, bersama peraturan yang konsisten serta akibat yang diperkirakan, dapat membantu mengendalikan berbagai perilaku bermasalah. Struktur tersebut dapat diterapkan di dalam kehidupan keluarga pada sebagian kasus, sehingga orang tua mengetahui teknik perilaku untuk meningkatkan perilaku yang dapat diterima secara sosial. Lingkunan sekolah juga dapat menggunakan teknik perilaku untuk menciptakan perilaku yang dapat diterima secara sosial terhadap teman sebaya dan menekan insiden anti sosial yang tidak tampak. 3 Psikoterapi individual yang diarahkan untuk meningkatkan keterampilan menyelesaikan masalah dapat berguna, karena anak dengan gangguan tingkah laku dapat memiliki pola respons maladaktif yang berlangsung lama pada situasi sehari-hari. Usia dimulainya terapi sangat penting, karena semakin lama perilaku maladaktif berlangsung, semakin kuatlah perilaku tersebut. 3 Obat-obat dapat berguna sebagai terapi tambahan untuk gejala yang sering berperan pada gangguan tingkah laku. Agresi meledak-ledak yang nyata berespon terhadap beberapa obat. Antipsikotik, paling jelas haloperidol (Haldol), dilaporkan membantu anak untuk mengendalikan perilaku agresif dan menyerang yang dapat ada pada berbagai gangguan. Saat ini, antipsikotik yang lebih baru seperti risperidone (Risperdal) dan olanzapine (zyprexa) telah menggantikan haloperidol, karena kurangnya insiden gejala ekstrapiramidal. Lithium (eskalith) dilaporkan memiliki efektivitas untuk beberapa anak agresif dengan atau tanpa gangguan bipolar yang komorbid. Beberapa percobaan menunjukkan bahwa carbamazepine (tegretol) dapat membantu mengendalika agresi, tetapistudi buta-ganda dengan kontrol plasebo tidak menunjukkan keunggulan carbamazepine dari plasebo di dalam menurunkan agresi. Clonidine (catapres) juga dapat mengurangi agresi. Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI), seperti fluoxepine (Prozac) telah digunakan untuk mencoba mengurangi impulsivitas, iritabilitas, dan labilitas mood, yang sering terdapat pada gangguan tingkah laku. Gangguan tingkah laku sering terdapat bersamaan dengan ADHD, gangguan belajar, sepanjang waktu gangguan mood serta gangguan terkait zat; dengan demikian, terapi gangguan yang terdapat bersamaan juga harus dilakukan. 3 C. Gangguan perilaku mengacau yang tidak tergolongkan



Menurut DSM-IV-TR, kategori gangguan perilaku mengacau yang tidak tergolongkan dapat digunakan untuk gangguan-gangguan tingkah laku atau gangguan menentang oposisional yang tidak memenuhi kriteria diagnostic gangguan tingkah laku atau gangguan menentang oposisional tetapi jelas ada hendaya. 3 Kriteria diagnostic DSM-IV-TR untuk gangguan perilaku mengacau yang tidak tergolongkan3 Kategori ini adalah gangguan yang ditandai dengan perilaku menentang oposisional atau tingkah laku yang tidak memenuhi kriteria untuk gangguan tingkah laku atau gangguan menentang oposisional. Contohnya, mencakup gambaran klinis yang tidak memenuhi kriteria lengkap gangguan menentang oposisional atau gangguan tingkah laku, tetapi terdapat hendaya yang secara klinis bermakna. 3



BAB III KESIMPULAN 1. Gangguan menentang oposisional ( oppositional defiant disorder ) adalah suatu pola negavistik, permusuhan, dan perilaku menentang terus-menerus tanpa adanya pelanggaran yang serius terhadap norma sosial atau hak orang lain. Gejala yang paling sering dari gangguan menentang oposisional adalah yang berikut ini : sering kehilangan kendali, sering berdebat dengan orangtua, sering secara aktif menentang atau menolak mematuhi permintaan atau peraturan orang tua, sering dengan sengaja melakukan hal lain untuk mengganggu orang lain, dan sering menyalahkan orang lain karena kesalahannya sendiri. 2. Gangguan tingkah laku adalah serangkaian perilaku yang bertahan lama dan berubah seiring waktu, gangguan ini paling sering ditandai dengan agresi dan pelamggaran hak orang lain. Gangguan tingkah laku dapat terjadi bersama dengan banyak gangguan psikiatri lain, termasuk ADHD, depresi, dan gangguan belajar, dan juga disebabkan oleh beberapa fahtor psikosoial seperti tingkat sosioekonomi yang rendah, pengasuhan orang tua yang kasar dan menghukum, perselisihan keluarga, kurangnya pengawasan orang tua yang sesuai serta kurangnya kompetensi social.



DAFTAR PUSTAKA 1. Karismatika, I., Husada, R.S. Terapi Kognitif Perilaku untuk Remaja dengan Gangguan Tingkah Laku. Jurnal sains dan praktik psikologi. 2014: 2(3). 2. Kurniawan, W. Pengaruh Terapi Kognitif Perilakuan Untuk Menurunkan Gangguan Perilaku Menentang Pada Siswa Mts X Di Yogyakarta. Jurnal Society. 2016:6(2) 3. Benjamin,J. S., Virginia, A. S. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis .eds 2. EGC: Jakarta:2010.