Referat Dermatitis Venenata OK BISMILLAH [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Referat Kelompok



Dermatitis Venenata



Disusun oleh : Dewi Sri Murniati Diana Pratiwi Dilla Ayuni M. Ali Alvin M. Alvi Syahrin M. Rizki Pernadi Mutia Dewi Assifa Nisa Mahdiatara



Pembimbing : dr. Yuni Eka Anggraini, M.Med.,Ed., MSc., Sp.KK



KEPANITERAAN KLINIK SENIOR KSM ILMU KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU 2020



0



Dermatitis Venenata Dewi Sri Murniati*, Diana Pratiwi*, Dilla Ayuni*, M.Ali Alvin*,M.Alvi Syahrin*, M.Rizki Pernadi*, Mutia Dewi Assifa*, Nisa Mahdiatara*, Yuni Eka Anggraini** *Program Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Riau/RSUD Arifin Achmad Pekanbaru ** Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, KJF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin ABSTRAK Dermatitis venenata adalah peradangan pada kulit yang disebabkan oleh toksin yang berasal dari beberapa hewan dan tumbuhan. Pada tahun 2010 di Indonesia terdapat angka kejadian tertinggi dari dermatitis paederus yaitu di Provinsi Jawa Timur dimana terjadi di 12 Kabupaten/Kota. Pada dermatitis venenata yang terjadi akibat tumbuhan tertinggi terjadi di Negara Turki. Gejala klinis dari dermatitis venenata muncul 8 jam hingga 24 jam setelah kontak dengan hewan ataupun tumbuhan penyebab. Lesi berupa makula, papul, vesikel eritemous dan edematous, serta pustul. Dermatitis venenata dapat ditatalaksana secara medikamentosa dan non-medikamentosa. Tatalaksana secara medikamentosa terbagi atas dua yaitu topikal dan sistemik. Secara topikal yaitu pemberian kortikosteroid topikal potensi medium hingga super poten dalam bentuk krem atau gel dan kortikosteroid sistemik dapat diberikan untuk lesi yang luas dan reaksi anafilaksis. Pronogsis dari dermatitis venenata baik jika diketahui etiologinya serta pasien dapat menghindari pajanan berulang terhadap etiologi tersebut. Kata kunci: Dermatitis, iritan, kontak, venenata. ABSTRACT Venenata dermatitis is inflammation of the skin caused by toxins that comes from several animals and plants. In 2010 in Indonesia there was the highest incidence of Paederus dermatitis, exactly in East Java Province that has been occurred in 12 districts / cities. The highest prevalence of venenata dermatitis that occured due to plants happened in Turkey. Clinical symptoms of venenata dermatitis appear in 8 until 24 hours after contact with the causes animal or plant. Type of lesion are macules, papules, vesicles, erythema, edema, also pustules. Venenata dermatitis can be treated by general and spesific treatment. Spesific treatment has divided into two ways that is topical and systemic. Topical treatment can be given a medium potent until super-potent topical corticosteroids in the form of cream or gel. Systemic corticosteroids can be given for extensive lesions and anaphylactic reactions. Prognosis of dermatitis venenata is good if the etiology is known and the patient can avoid repeated exposure to the etiology. Keywords: Dermatitis, irritant, contact, venenata.



i



PENDAHULUAN Dermatitis adalah peradangan kulit bagian epidermis dan dermis sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan endogen.1 Venenata berasal dari bahasa latin yang artinya adalah beracun.2 Dermatitis venenata merupakan peradangan pada kulit yang diakibatkan oleh toksin yang berasal dari hewan dan tumbuhan.3,4 Dermatitis venenata salah satunya disebabkan oleh kumbang paederus. Penelitian dermatitis venenata akibat kumbang paederus, salah satunya menunjukkan bahwa dermatitis venenata adalah masalah umum yang merupakan salah satu dari 3 besar rumah sakit di Provinsi Najaf Iraq. Wajah dan leher merupakan tempat yang paling umum terkena dan tanda gejala derajat ringan meliputi rasa terbakar dan menyengat.5 Angka kejadian terjadinya dermatitis paederus di Queesland, Australia dilaporkan sekitar 250 kasus. 6 Insidensi terjadinya dermatitis venenata akibat kumbang paederus pada tahun 2004 di Tulungagung terdapat 260 orang penderita gatal-gatal akibat serangga paederus. Tahun 2008 terjadi di Kota Gresik, dialami oleh sekitar 50 orang penduduk yang tinggal rumah susun. Tahun 2009 dan 2010 kejadian di Kenjeran, Surabaya dengan 20 orang penderita. Prevalensi dermatitis venenata di Jawa Tengah yang meliputi daerah Surakarta, Grogol Sukoharjo, Karanganyar, dan khususnya pada RSUD Dr. Moewardi Surakarta dapat mencapai 30 pasien setiap tahunnya. 7 Pada tahun 2010 terdapat angka kejadian tertinggi dari dermatitis paederus yaitu di Provinsi Jawa Timur dimana terjadi di 12 Kabupaten/Kota dengan 610 orang penderita.8 Reaksi iritan terhadap tanaman dapat menghasilkan berbagai temuan klinis. Reaksi toksik akut yang parah dengan nekrosis dapat terlihat setelah paparan alkaloid kuat dari nira tumbuhan.9,10 Prevalensi terjadinya dermatitis kontak iritan akibat tanaman di Denmark pada 59% dari 235 kasus.



11



Penelitian



di Turki menyatakan bahwa pada keseluruhan pasien dermatitis kontak iritan, 73,5% diantaranya disebabkan oleh tumbuhan.12 Hasil penelitian di Indonesia ini didapatkan data sebanyak 33 orang (40.2%) pasien dermatitis kontak iritan yang disebabkan gluta rengha (rengas) pada pekerja proses finishing meubel kayu.13



1



ETIOLOGI Dermatitis venenata merupakan salah satu dari bagian dermatitis kontak iritan yang dapat disebabkan oleh hewan dan tumbuhan dengan gambaran klinis akan muncul 8 hingga 24 jam setelah kontak.1 Toksin serangga yang paling sering menjadi penyebab dari dermatitis venenata adalah paederin, suatu toksin yang disekresi oleh serangga dari genus paederus, yang termasuk dalam ordo Coleopteran. Kumbang paederus tidak menggigit ataupun menyengat. Toksin akan dikeluarkan oleh serangga bila terjadi sentuhan atau benturan dengan kulit secara langsung atau tidak langsung melalui handuk, baju atau alat lain yang tercemar oleh racun serangga tersebut.14



Gambar 1. paederus



Kumbang



Ulat bulu juga merupakan salah satu hewan yang apabila terkena bulunya dapat menyebabkan suatu reaksi toksik. Caterpillar atau ulat bulu dapat menyebabkan sengatan pada kulit jika menyentuhnya. Sebagian besar masalah yang ditimbulkan dari paparan ulat bulu berasal dari rambut halus, bulu (setae) yang berada pada tubuh ulat bulu. Untuk beberapa ulat bulu setae dapat terbang terbawa angin lalu mengenai kulit mata dan menempel pada pakaian, ini biasanya terjadi pada gypsy moth Caterpillars.15 Gejala akan timbul ketika steate atau duri menyentuh kulit manusia dengan gejala klinis nyeri, gatal, ruam dan edem.16



2



Gambar 2. Ulat Bulu Selain itu salah satu hewan laut yang menyebabkan dermatitis kontak iritan adalah ubur-ubur. Ubur-ubur adalah Zooplankton Coelenterate dari filum Cnidaria juga dapat menyebabkan iritasi pada kulit yang dikenal sebagai medusa renang bebas karena mereka memiliki tubuh berbentuk lonceng dengan tentakel. Tentakel ini mengandung nematocyst atau sel penyengat yang digunakan untuk pertahanan dan menangkap mangsa. Setiap nematocyst atau cnidoblast mengandung racun yang membawa benang melingkar yang jika kontak dengan mangsa atau kulit manusia akan menjadi terkelupas dan ubur ubur akan mengeluarkan racun secara paksa. Reaksi langsung meliputi nyeri hebat, eritema lokal, edema, pruritus, parestesia, dan bahkan lepuh hemoragik.17 Terdapat banyak jenis ubur-ubur dan jenis yang paling penting dan bersifat racun adalah pelagia lebih sering pada perairan yang hangat terutama di laut Mediterania (pelagia noctiluca), Chrysaora pada peraiaran Afrika dan pesisir Brazil, Stomolophus, Cyanea dan Linuche.18



Gambar 3. Ubur-ubur



3



Dermatitis venenata juga dapat disebabkan oleh beberapa tumbuhan. 4 Dapat ditelusuri famili tumbuhan yang terbesar adalah famili Spurge (Euphorbiaceae), yang dikenal karena aktivitas pencahar biji dari genus Euphorbia, yang memainkan peran penting dalam sejarah awal kimia obat bahan kimia yang mengiritasi pada tanaman ini terutama diterpen, yang paling terkenal adalah minyak dari biji tanaman puring (Croton tiglium).19 Reaksi iritasi dari beberapa tanaman telah dilaporkan di Negara Filipina. Ini termasuk Dieffenbachia (tanaman rumah hias), Hierba mala (yang memiliki getah kaustik), Fleurya interrupta (lipang-aso, tanaman herbal), Calotropis gigantea (bunga mahkota). Beberapa tanaman mengiritasi secara kimia melalui kristal kalsium oksalat, silikat, glikosida atau alkaloid, sementara yang lain mengiritasi secara mekanis melalui rambut (trikoma) atau duri (glochid).20 Duri daun yang tajam seperti yang terlihat pada daun pohon holly (familia Aquifoliaceae) (gambar a), tanaman agave (famili Agavaceae) (gambar b), dan tanaman yucca (famili Agavaceae) dapat merusak kulit. Duri adalah bahaya yang dikenal dari banyak tanaman. Tanaman hias yang banyak dibudidayakan seperti mawar (famili Rosaceae) (gambar c) dan bugenvil (famili Nyctaginaceae) adalah contoh tanaman yang durinya berbahaya. Tumbuhan yang memiliki daun berduri seperti saw palmetto (tanaman Amerika Utara) (gambar d). Duri juga merupakan bahaya dari kaktus yang terkenal, seperti opuntia (famili Cactaceae) (gambar f).20 Selain itu terdapat juga beberapa tumbuhan yang mengandung bahan yang dapat mengiritasi kulit yang didalamnya terdapat urushiol yaitu diantaranya trifoliate (poison ivy) (gambar g), racun kayu ek (poison oak) (gambar h), dan poison sumac (gambar i). Tanaman giant hogweed (gambar j) dan wild parsnip (gambar k) jika berkombinasi dengan kelembapan dan sinar matahari dapat menyebabkan iritasi kulit. Tanaman stinging nettle (gambar l) dan kayu jelanjang (gambar m) terdapat rambut halus dan berduri pada daun yang apabila terkena dapat menghasilkan sesai terbakar yang sangat menyakitkan pada kulit.21



4



(a)



(b)



(d) (g)



(c)



(e)



(f)



(h)



(i) (j)



(k)



(l)



(m) Gambar 4. Beberapa tumbuhan penyebab dermatitis venenata (a) Daun pohon holi (familia Aquifoliaceae) (b) Tanaman Avage (familia Avage) (c) Mawar (famiia Rosaceae) (d) Saw palmetto (tanaman Amerika Utara) (e) Daun saw palmetto (f) Opuntia (familia Cactaceae) (g) Trifoliate (poison ivy) (h) Racun kayu ek (poison oak) (i) Poison sumac (j) Giant hogweed (k) Wild parsnip (l) Stinging nettle (m) Kayu jelanjang 5



Daftar tumbuhan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit dapat di lihat pada tabel. Tabel 1. Tumbuhan yang paling sering menyebakan dermatitis kontak iritan



PATOFISIOLOGI Kelainan kulit pada dermatitis venenata akibat rusaknya sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi atau fisis. Ada beberapa mekanisme kerja kimiawi atau fisis. Toksin dapat merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat kulit. Toksin akan akan merusak membran lemak keratinosit namun sebagian dapat menembus membran sel dan merusak lisosom dan mitokondria.22 Kerusakan membran mengaktifkan fosfolipase dan melepaskan asam arakidonat (AA), diasilgliserida (DAG), platelet activating factor (PAF), dan 6



inositida (1P3). AA dirubah menjadi prostaglandin (PG) dan leukotrien (LT). PG dan LT menginduksi vasodilatasi, dan meningkatkan permeabilitas vaskular sehingga mempermudah transudasi komplemen dan kinin. PG dan LT juga bertindak sebagai kemoaktraktan kuat untuk limfosit dan neutrofil, serta mengaktifasi set mast melepaskan histamine LT dan PG lain, dan PAF, sehingga memperkuat perubahan vaskular.22,23 DAG dan second messengers lain menstimulasi ekspresi gen dan sintesis protein, misalnya interleukin-1 (IL-1) dan granulocyte-macrophage colony stimulating factor (GMCSF). IL-1 mengaktifkan sel T-helper mengeluarkan IL-2 dan mengekspresi reseptor IL-2, yang menimbulkan stimulasi autokrin dan proliferasi set tersebut. Keratinosit juga membuat molekul permukaan HLA-DR dan adesi intrasel-1 (ICAM-1). Pada kontak dengan iritan, keratinosit juga melepaskan TNFa, suatu sitokin proinflamasi yang dapat mengaktifasi sel T, makrofag dan granulosit, menginduksi ekspresi molekul adesi sel dan pelepasan sitokin.22,23 Rentetan kejadian tersebut menimbulkan gejala peradangan klasik di tempat terjadinya kontak di kulit berupa eritema, edema, panas, nyeri, bila iritan kuat. Bahan iritan lemah akan menimbulkan kelainan kulit setelah berulang kali kontak, dimulai dengan kerusakan stratum korneum oleh karena delipidasi yang menyebabkan desikasi dan kehilangan fungsi sawarnya, sehingga mempermudah kerusakan sel dibawahnya oleh iritan.23 MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS Dermatitis venenata memiliki gambaran klinis yang khas dimana kulit yang terkena penyakit ini akan menjadi merah dan timbul vesikel disertai rasa perih. Pada berbagai kasus lesi didapatkan dasarnya sama, yaitu banyak fokus peradangan, lebar menyebar keseluruh permukaan kulit dan bahkan mata. Bila lesi ini digaruk, maka lesi ini akan menyebar dan membentuk gambaran lesi yang linear. Lesi berupa makula, papul, vesikel eritemous dan edematous, serta pustul. Tanda-tanda ini muncul 8 jam hingga 24 jam setelah kontak dengan hewan ataupun tumbuhan penyebab. Gejala klinis yang dapat ditemukan dari pasien dengan dermatitis venenata yaitu tidak ada gejala prodromal, lesi muncul tiba-tiba pada pagi hari atau setelah berkebun dan terasa gatal serta pedih, lesi dapat 7



berbentuk garis linear dan berwarna merah dengan batas yang tidak tegas serta terdapat jaringan nekrosis di tengahnya, lesi hanya pada tempat yang tidak tertutup oleh pakaian serta adanya kissing phenomenon yang berarti kulit yang tertempel atau terkena lesi akan berubah menjadi lesi yang baru.24,25 Dermatitis venenata apabila terpapar dengan hewan atau tumbuhan yang menjadi peneyebabnya sering ditandai dengan perjalanan klinis yang lebih parah. Selain lesi kulit yang lebih parah, manifestasi sistemik mungkin terjadi. Berapa laporan kasus menunjukkan tanda-tanda peradangan sistemik yang dibuktikan dengan malaise, hasil labor didapatkan leukositosis, dan peningkatan erythrocyte sedimentation rate (ESR). Berbagai laporan kasus didapatkan pada pasien dermatitis venenata didapatkan tanda-tanda peradangan, neuralgia, dan arthralgia. Manifestasi mata, seperti dermatitis periorbital dan keratoconjunctivitis, juga telah didokumentasikan dengan paparan pederin pada mata.26,27 Dematitis venenata dapat menyerang semua usia, jenis kelamin, ras, yang mana terjadi tergantung pada aktivitas pasien dan habitat serangga ataupun tumbuhan. Diagnosis dermatitis venenata dapat ditegakkan melalui anamnesa dan pemeriksaan fisik yang cermat. Empat faktor harus dipertimbagkan ketika membuat diagnosis dermatitis venenata yaitu morfologi, lokasi erupsi, riwayat pasien, dan hasil pengujian tambahan. Lokasi menjadi titik diagnostik yang berharga, umumnya dermatitis venenata ini terjadi pada wajah, leher, lengan, yaitu daerah-daerah tubuh yang tidak tertutup pakaian yang mudah terpapar dengan daerah luar.28



8



Gambar 5. Contoh lesi dermatitis venenata akibat kumbang paederus Gambar 6. Contoh lesi Gambar 7. Contoh lesi



akibat tanaman mawar



akibat ubur-ubur Gambar 8. Contoh lesi akibat ulat bulu



DIAGNOSIS BANDING Diagnosis banding dari dermatitis venenata berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik adalah dermatitis kontak iritan dan herpes zoster.28,29 Tabel 2. Diagnosis banding dermatitis venenata Dermatitis venenata Awalnya kulit berwarna kemerahan namun beberapa jam setelahnya (8-24 jam) terasa nyeri dan kulit terasa panas terbakar.



Dermatitis kontak iritan (kimia) Keluhan kulit terasa nyeri, dan panas terbakar yang dominan walaupun pada beberapa penyebab dapat ditemukan keluhan rasa gatal.



Herpes zoster Pasien terdapat gejala tidak spesifik meliputi sakit kepala, demam dan lemas (gejala prodormal) di ikuti rasa nyeri teperti tertusuk jarum sampai mati rasa, terbakar, gatal pada bercak yang dapat timbul di anggota gerak, wajah atapun bagian tubuh



9



Bahan aktif (racun) serangga atau tanaman. Seringkali pasien tidak mengetahui kapan terkena serangga atau tumbuhan penyebab. Kerusakan sel karena bahan iritan (toxic atau racun). Gejala prodormal (-) Riwayat kontak dengan hewan atau tumbuhan memiliki toksin (+)



Bahan iritan (asam,basa,zat kimia).



Awalnya makula eritematosus batas tidak tegas, kemudian terdapat vesikel, papul, bula yang berderet membentuk garis linearserta bisa terdapat jaringan nekrosis di tengahnya, dan dapat ditemukan atau tidak kissing phenomenom.



Eritema, edema, bula, dan dapat ditemukan nekrosis, pinggir batas tegas umumnya asimetris.



(a)



lainnya. Virus varicella Zoster.



Kerusakan sel karena bahan iritan kimia.



Reaktivasi virus infeksi primer.



Gejala prodormal (-) Riwayat kontak dengan bahan iritian kimia (+)



Gejala prodormal (+) Tidak ada riwayat kontak dengan hewan dan tumbuhan memiliki toksin, maupun bahan iritan kimia Vesikel bergerombol diatas kulit eritematosa, kulit di antara gerombolan normal, dibeberapa tempat terdapat gerombolan papul, bula berisi cairan keruh dan terdapat krusta



(b)



Gambar 9. (a) Dermatitis kontak iritan (kimia) (b) Herper zoster. TATALAKSANA



10



Dermatitis venenata dapat ditatalaksana secara medikamentosa dan nonmedikamentosa. a. Medikamentosa Tatalaksana secara medikamentosa terbagi atas dua yaitu topikal dan sistemik. Medikamentosa secara topikal dapat dilakukan kompres luka dengan larutan NaCl 0,9% untuk mengeringkan luka. Pemberian kortikosteroid topikal potensi super poten hingga medium dalam bentuk krem atau gel yang diberikan dua hingga empat kali sehari untuk mengatasi peradangan serta dapat pula diberikan antibiotik jika ada infeksi sekunder.30 Kortikosteroid sistemik dapat diberikan untuk mengatasi peradangan yang berat serta untuk mengatasi reaksi anafilaktik. Kemudian untuk mengurangi rasa gatal dapat diberikan antihistamin. Antibiotik sitemik dapat diberikan jika terdapat infeksi sekunder. Pemberian steroid sistemik atau epinefrin hanya pada kasus dengan gejala asma, angioderma, lesi yang luas atau reaksi anafilaksis.31 b. Non-Medikamentosa Tatalaksana secara non-medikamentosa yaitu memberikan edukasi kepada pasien ini merupakan penyakit iritan hewan ataupun tumbuhan sehingga harus menghindari dari pajanan bahan iritan, menghindari garukan agar lesi tidak bertambah luas, rutin membersihkan rumah terutama kamar, tempat tidur dan sekitarnya serta apabila terpajan lagi harus segera dicuci dengan air dan sabun.31,32 PROGNOSIS Dermatitis venenata memiliki prognosis baik jika diketahui etiologinya serta pasien dapat menghindari pajanan berulang terhadap etiologi tersebut.30 PENUTUP Dermatitis merupakan peradangan kulit bagian epidermis dan dermis sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan endogen. Venenata berasal dari bahasa latin yang artinya racun. Dermatitis venenata merupakan peradangan pada kulit yang diakibatkan oleh toksin yang berasal dari hewan dan tumbuhan. Salah satu toksin dari hewan yang paling sering menyebabkan dermatitis adalah paederin yang dikelurkan oleh kumbang paederus dan bulu dari ulat bulu yang dapat menyebabkan reaksi iritasi. Salah satu hewan laut yang dapat menyebabkan



11



dermatitis kontak iritan adalah ubur-ubur melalui toksin nematocyst yang dikelurkannya. Reaksi iritasi dari beberapa tanaman diantaranya adalah Dieffenbachia, Hierba mala, Fleurya interrupta, Calotropis gigantea, Poison ivy dan Poison oak. Gambaran klinis muncul setalah 8 sampai 24 jam setelah kontak dengan iritan berupa makula, papul, vesikel eritemous dan edematous serta pustul. Selain lesi kulit manifestasi sistemik dan infeksi sekunder mungkin terjadi. Penatalaksanaan dermatitis venenata terbagi menjadi medikamentosa dan nonmedikamentosa. Terapi non-medikamentosa diantaranya menghindari pajanan bahan iritan dan menghindari garukan. Terapi medikamentosa diantaranya dapat diberikan kortikosteroid topikal potensi medium hingga poten serta dapat diberikan antibakteri jika infeksi sukender terjadi. Pemberian kortikosteroid sistemik dapat diberikan jika lesi luas atau terdapat reaksi anafilaksis. DAFTAR PUSTAKA 1.



Sri AS, Suria D. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2015;7:156-183. 2. Collins English Dictionary. Harper Collins Publishers; 2014;2. 3. Sri AS, Suria D. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2010;6:129-153. 4. Modi GM, Doherty CB, Katta R, et al. Irritant contact dermatitis from plants Dermatitis. USA:Baylor College of Medicine. 2009;20:63-78. 5. Al-Dhalimi, M.A. Paederus Dermatitis in Najaf Province of Iraq. Saudi Med. J. 2008;29:1490-1493. 6. Banney LA, Wood DJ, Francis GD. Whiplash rove beetle dermatitis in central Queensland. Australas J Dermatol.2000;41:162-167. 7. Saraswati, A. Hubungan antara musim dan kejadian dermatitis venenata di RSUD Dr. Moewardi Surakarta periode 2010-2012. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2012:5-6. 8. DITJEN PP dan PL. Panduan Pencegahan dan Pengendalian Kumbang Paederus sp. Bakti Husada. 2012. Disitasi pada tanggal 4 Februari 2019 di http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/20120329/043290/panduanpencegahan-dan-pengendalian-kumbang-paederus/ 9. Modi GM, Doherty CB, Katta R, et al. Irritant contact dermatitis from plants Dermatitis. USA:Baylor College of Medicine. 2009;20:63-78. 10. Epstein WL. Plant-induced dermatitis. Ann Emerg Med. 1987;16:950-955. 11. Paulsen E. Occupational dermatitis in Danish gardeners and greenhouse workers (II.) Etiological factors. Contact Dermatitis. 2007;38:14-19 12. An I, Ozturk M. Phytodermatitis in East and southeast of Turkey: A prospective study. Department of Dermatology Sanlıurfa Training and Research Turkey. 2019;38(2):176-181 12



13. Afifah N. Faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja proses finishing meubel kayu di wilayah Ciputat Timur tahun 2012. Jakarta : Fakultas Kesehatan dan Ilmu Kesehatan. 2012:1-3 14. Fahri M, Hidayat N, Ismail S. Dermatitis venenata. Jurnal Medical Profesional. 2019;1:23-6. 15. Hossler EW. Caterpillars and moth: part I. Dermatologic manifestation of encounters with Lepidoptera. J Am Acad Dermatol. 2010;62.1-10. 16. Hossler EW. Caterpillars and moth: part II. Dermatologic manifestation of encounters with Lepidoptera. J Am Acad Dermatol. 2010;62.1-10. 17. Sivaprakasam K. Jellyfish dermatitis. Indian Journal of Dermatology, Venerology, and Leprology. 2015;81(4).2.389-90. 18. Bonamonte D, Anjelini G. Aquatic dermatology. Edisi ke-2. USA: Springer;2016.h.28-35. 19. Anthony TJG, Chee LG. Plant Dermatitis : Asian Perspective. Indian Journal of Dermatology. 2011;56(6):707-10. 20. Gunjan MM, Christy BD, Rajani K, Ida FO. Irritant contact dermatitis from plants. American Contact Dermatitis Society. 2009;20(2):63-78. 21. Schneck M. 7 plants that will make you sting, itch and blister.[serial on the internet]. 2016. [cited 2020 Feb 7]. Available from: https://www.pennlive.com/wildaboutpa/2016/07/seven_plants_that_will_put_ you.html 22. Wolff K., Goldsmith LA., Katz SI., Gilchrest BA., Paller AS., Leffell DJ.,Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine, 7th ed, USA McGrawHill Companies., 2008, page : 395-401 23. Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., editor. Djuanda S., Sularsito SA., penulis. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Kelima, Jakarta Fakultas Kedokteran Universita Indonesia, 2007, hal : 129-138 24. Donald U. Dermatitis Venenata [internet]. 2012 [cited 2020 Januari 23]. Available from: http://www.doctortreatments.com/Diseases_Of_The_Skin/ Class_II_Inflammations_Dermatitis_Venenata.htm 25. Borroni G, Brazzelli V, Rosso R.M. Pavan. Paederus fuscipes dermatitis: a histopathological study. The American Journal of Dermatopathology. 1991;13:467–474. 26. Rahman S. Paederus dermatitis In Sierra Leone. Dermatol Online J. 2006;12:9 27. Vegas FK, Yahr MG, Venezuela C. Paederus dermatitis. Arch Dermatol.1996;94:177-83. 28. Sendur N, Savk E, Karaman G. Paederus dermatitis: a report of 46 cases in Aydin, Turkey. Dermatology 1999; 199(4): 353–55. 29. Kamaladasa SD, Perera WD, Weeratunge L. An outbreak of Paederus dermatitis in a suburban hospital in Sri lanka. Int J Dermatol 1997; 36(1): 34– 6. 30. Habif TF. Clinical Dermatology, edisi ke-5. USA: Elsevier;2010.595-4. 31. Kellner RL. Suppression of pederin biosynthesis through antibiotic elimination of endosymbionts in Paederus sabaeus. J Insect Physiol 2001; 47(4–5): 475–83.



13



32. Cornelia S.L, T. Wolfgang, P. Claudia. Caterpilar Dermatitis Revisited: Lepidopterism after contack with oak processionary caterpillar. BMJ Case Reports 2011. [Cited 2020 February 6]. Available from: http://ncbi.mlm.nih.gov/mc/articles/PMC3082058.html



14