Referat Entropion  [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

REFERAT



ENTROPION



Disusun oleh: Ario Lukas 406182074 Pembimbing: dr. Nanik Sri Mulyani, SpM.



KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA RSUD K.R.M.T. WONGSONEGORO, SEMARANG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA PERIODE 9 SEPTEMBER - 13 OKTOBER 2019



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan referat yang berjudul “Entropion”. Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari anatomi dan fisiologis mata, (khususnya palpebra), kelainan mata yaitu entropion dari definisi, patofisiologi, pemeriksaan, sampai tatalaksana. Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada dr. Nanik Sri Mulyani, Sp.M., selaku pembimbing dalam penyusunan referat ini dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyusunan referat ini. Demikian yang penulis dapat sampaikan. Akhir kata, penulis mohon maaf apabila terdapat kekurangan ataupun kesalahan dalam penyusunan referat ini. Semoga referat ini dapat bermanfaat bagi penulis dan orang lain.



Semarang, 17 September 2019



Ario Lukas



2



HALAMAN PENGESAHAN



Referat ini diajukan oleh Nama



: Ario Lukas



NIM



: 406182074



Program Studi : Kepaniteraan Klinik Mata RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro, Semarang Judul



: Entropion



Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai persyaratan yang diperlukan untuk mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik Mata RSUD K.R.M.T. Wongsonegoro, Semarang.



DEWAN PENGUJI Pembimbing dan penguji



: dr. Nanik Sri Mulyani, Sp.M.



Ditetapkan di



: Semarang



(



)



3



DAFTAR ISI



HALAMAN SAMPUL.....................................................................................................1 KATA PENGANTAR........................................................................................................2 HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................................3 DAFTAR ISI…..................................................................................................................4 PENDAHULUAN.............................................................................................................5 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................6 2.1 Anatomi Palpebra................................................................................................6 2.2 Entropion..............................................................................................................7 2.2.1 Definisi..................................................................................................7 2.2.2 Klasifikasi.............................................................................................8 2.2.3 Patofisiologi........................................................................................11 2.2.4 Tanda dan Gejala Klinis......................................................................12 2.2.5 Diagnosis Klinis dan Diagnosis Banding...........................................12 2.2.6 Tatalaksana..........................................................................................14 KESIMPULAN...............................................................................................................21 DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................22



BAB 1 PENDAHULUAN



4



Mata bagian luar merupakan bagian mata yang paling sering terpapar dengan berbagai faktor lingkungan. Sebagai pelindung, mata memiliki struktur kelopak mata atau palpebra. Palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film atau lapisan air mata di depan kornea yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma (seperti sinar atau debu) dan mencegah pengeringan bola mata. Lapisan kulit bagian depan palpebra tipis, sedangkan di bagian belakang palpebra ditutupi oleh selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.1 Salah satu kelainan yang dapat terjadi pada palpebra adalah entropion Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian tepi atau margo palpebra ke arah dalam sehingga bulu mata menggeser jaringan konjungtiva dan kornea. Melipatnya kelopak mata bagian tepi ini dapat menyebabkan kelopak mata bagian lain ikut melipat. Palpebra yang paling sering mengalami entropion adalah palpebra inferior. Entropion pada palpebra inferior lebih sering terjadi karena proses involusional pada proses penuaan, sedangkan pada palpebra superior sering terjadi akibat proses sikatrikal, seperti akibat penyakit trakoma. Entropion dapat terjadi unilateral maupun bilateral.1 Entropion yang kronik dapat menyebabkan rasa sensitif akut terhadap cahaya dan angin, serta dapat menyebabkan infeksi mata, abrasi kornea, atau ulkus kornea. Untuk itu, penting dilakukan perbaikan kondisi oleh dokter sebelum terjadi kerusakan permanen pada mata.2



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA



5



2.1 Anatomi Palpebra Kelopak mata atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea. Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma dan menjaga kelembaban bola mata.1 Palpebra dapat membuka diri untuk memberi jalan masuk sinar ke dalam bola mata yang dibutuhkan untuk penglihatan.1 Pembasahan dan pelicinan seluruh permukaan bola mata terjadi karena pemerataan air mata dan sekresi berbagai kelenjar sebagai akibat gerakan buka tutup kelopak mata. Kedipan kelopak mata juga berfungsi untuk menyingkirkan debu yang masuk.2 Palpebra mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan, sedangkan di bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. Konjungtiva tarsal berjalan melalui forniks menutup bulbus okuli. Konjungtiva merupakan membran mukosa yang mempunyai sel goblet yang menghasilkan musin.1 Pada palpebra terdapat bagian-bagian yaitu:1 a. Kelenjar: kelenjar sebasea, kelenjar Moll, kelenjar Zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar meibom pada tarsus b. Otot: M. orbikularis okuli yang dipersarafi N. fasialis, M. rioland, M. orbikularis, dan M. levator palpebra yang dipersarafi oleh N. III; berfungsi untuk mengangkat kelopak dan membuka mata. c. Di bagian dalam palpebra terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di dalamnya atau kelenjar meibom yang bermuara pada margo palpebra d. Septum orbita: jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan e. Pembuluh darah: diperdarahi oleh A. palpebra f. Persarafan sensorik palpebral superior didapat dari ramus frontal N.V, sedangkan palpebra inferior dipersarafi oleh cabang II saraf N.V. g. Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang palpebra (hanya dapat dilihat dengan melakukan eversi kelopak). Konjungtiva tarsal melalui forniks akan menutup bulbus okuli.



6



Gambar 1. Anatomi palpebra3



2.2 Entropion 2.2.1



Definisi Entropion adalah suatu keadaan terlipatnya margo palpebra kearah dalam.



Terkadang hal ini menyebabkan trikiasis, yaitu dimana bulu mata yang biasanya mengarah keluar kini mengiritasi permukaan mata karena masuk ke arah bola mata. Hal ini dapat menyebabkan beberapa masalah. Entropion dapat terjadi pada satu atau kedua mata yang diklasifikasikan menjadi empat, yaitu kongenital, involusi, spastik akut dan sikatrik.2,4 Entropion bisa ditemukan pada semua pasien dari semua umur, namun entropion involusional adalah bentuk yang paling sering ditemukan. Entropion involusional lebih sering terjadi pada orangtua dan biasanya ditemukan pada palpebra inferior, sedangkan entropion sikatrik lebih sering pada palpebra superior dan paling sering didahului oleh trakhoma.2,5



7



Gambar 2. Entropion 5



2.2.2



Klasifikasi Entropion berdasakan penyebab dibagi atas:



a. Involusi Entropion involusi paling sering terjadi sebagai akibat dari proses penuaan. Seiring dengan meningkatnya usia, terjadi degenerasi progresif jaringan fibrosa dan elastik pada kelopak mata bawah. Gangguan ini paling sering ditemukan pada kelopak mata bawah dan terjadi akibat kelemahan struktur horizontal kelopak mata, penipisan, dan disinsersi otot-otot retraksi kelopak mata, serta adanya tumpang tindih antar muskulus orbikularis preseptal.2,5-6



Gambar 3. Entropion involusi kelopak mata bawah.2



8



Entropion involusi pada kelopak mata atas juga dapat terjadi. Pada penelitian Jorge GC et al, disimpulkan bahwa entropion involusi pada kelopak mata atas dapat terjadi akibat karakteristik anatomi yang khas kelopak mata atas pada populasi. Kelemahan horizontal dari kelopak mata dapat diketahui dengan kekuatan kelopak mata yang lemah dan menurunnya kemampuan menarik kelopak mata lebih dari 6 mm. Populasi masyarakat Asia merupakan faktor predisposisi kejadian entropion involusi kelopak mata atas.7 b. Sikatrik Entropion sikatrik dapat mengenai kelopak mata atas atau bawah dan disebabkan oleh jaringan parut di konjungtiva atau tarsus. Patologi dasarnya yaitu memendeknya lamella posterior akibat berbagai sebab. Gangguan ini paling sering ditemukan pada penyakit-penyakit radang kronik seperti trakoma. Berbagai kondisi lain yang dapat menyebabkan terjadinya entropion sikatrik adalah penyakit autoimun (sikatrik pemfigoid dan Sindrom Steven Johnsons), inflamasi, infeksi (herpes zoster dan trakoma), tindakan bedah (enukleasi dan koreksi ptosis) dan trauma (luka bakar dan trauma kimia). Penggunaan obat glaukoma dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan konjungtivitis kronis yang menyebabkan pemendekan konjungtiva secara vertikal sehingga terjadi entropion sikatrik sekunder. Entropion sikatrik dapat mengenai kelopak mata atas atau bawah.2,8



Gambar 4. Entropion sikatrik kelopak mata bawah.2 c. Kongenital Entropion kongenital merupakan anomali yang jarang ditemukan. Entropion kongenital dapat menyebabkan erosi kornea kronik dan blefarospasme. Entropion kongenital juga dapat menyebabkan trauma pada kornea yang membuat 9



terbentuknya ulkus pada bayi. Pada entropion kongenital, tepi kelopak mata memutar kearah kornea, sementara pada epiblefaron kulit dan otot pratarsalnya menyebabkan bulu mata memutari tepi tarsus.6,9 Entropion kongenital sering disertai kelainan pada sistem kardiovaskular, sistem muskuloskeletal, dan sistem saraf pusat. Entropion kongenital berbeda dengan entropion didapat. Entropion didapat terjadi pada usia remaja dan diturunkan secara autosomal dominan.10



Gambar 5. Entropion kongenital kelopak mata bawah.2 d. Entropion Spastik Akut Entropion spastik akut biasanya terjadi pada iritasi maupun inflamasi okuli dimana terjadi pembengkakan pada kelopak mata dan spasme otot orbikularis. Keadaan ini juga paling sering terjadi setelah operasi intraokuler pada pasien dengan kelopak mata preoperatif yang tidak disadari atau memiliki kelopak mata yang sedikit menekuk ke arah bola mata. Kontraksi otot orbikularis kelopak mata yang tertahan menyebabkan rotasi ke dalam tepi kelopak mata. Hal ini akan mengakibatkan bertambahnya iritasi dari yang telah ada sebelumnya. Tindakan seperti taping pada kelopak mata, kauterisasi, atau teknik penjahitan dapat digunakan sementara; tetapi karena perubahan yang biasanya menetap, sebaiknya dilakukan tindakan operasi ntuk menghilangkan entropion secara permanen. Pada beberapa kasus dapat digunakan toksin botullinum tipe A (Botox) untuk memberikan efek paralisis pada otot orbikularis septal di sekitarnya.5



2.2.3



Patofisiologi



10



Perjalanan entropion involusional berjalan seiring dengan bertambahnya usia. Oleh karena itu, entropion ini paling sering terjadi pada orang lanjut usia. Seiring dengan meningkatnya usia, maka terjadi degenerasi progresif jaringan fibrosus dan elastik kelopak mata bawah.3 Faktor resiko yang mendukung terjadinya entropion involusional adalah:2,4 a. Kelemahan horizontal dari kelopak mata menyebabkan menekuknya tepi tarsus inferior. b. Kelemahan dari fasia kapsulopalpebral (otot-otot retraktor palpebra). c. Degenerasi dari jaringan konektif palpebra yang memisahkan serat otot orbikularis, dimana keadaan tersebut memungkinkan migrasi otot orbikularis praseptal ke atas. Kelemahan struktur horizontal dapat dinilai dengan uji distraksi. Kelemahan tersebut adalah hasil dari peregangan involusi kelopak mata dan tendon kantus. Biasanya, retraktor kelopak mata bawah mempertahankan tepi kelopak mata bawah. Penipisan dari otot-otot retraktor kelopak mata (fasia kapsulopalpebral dan otot tarsal inferior), bersamaan dengan tumpang tindihnya orbikularis preseptal, membiarkan tepi inferior tarsal maju kedepan dan keatas, serta tepi kelopak mata melipat kedalam. Beberapa tanda-tanda klinis terjadinya disinsersi pada retraktor palpebra adalah:2 a. Garis putih subkonjungtival beberapa milimeter di bawah batas tarsal inferior yang disebabkan oleh bagian ujung retraktor yang terpisah. b. Forniks inferior yang lebih dalam dari normal. c. Kelopak mata bagian bawah lebih tinggi dari biasanya. d. Sedikit atau tidak adanya gerakan inferior dari kelopak mata bagian bawah. Entropion sikatrik disebabkan oleh kontraktur tarsokonjungtiva vertikal dan rotasi internal tepi kelopak mata, dengan iritasi pada bola mata dari silia atau kelopak mata yang terkeratinisasi. Riwayat penyakit pada mata pasien dapat membedakan entropion sikatrik dan entropion involusi.2 Entropion kongenital terjadi akibat disgenesis retensi kelopak mata bagian bawah, cacat struktural pada plat tarsal, dan pemendekan relatif lamella posterior. Tarsal kink adalah bentuk entropion bawaan yang tidak biasa dimana pelat tarsal kelopak mata atas dilipat, sehingga terjadi entropion.2 Entropion spastik akut biasanya terjadi setelah bedah intraokuler pada pasien yang tidak memiliki gejala atau gejala ringan dari entropion involusi. Kontraksi M. orbicularis oculi yang terus berlanjut menyebabkan rotasi ke dalam kelopak mata. Meningkatnya frekuensi spasme orbikularis sejalan dengan iritasi kornea.4



11



2.2.4



Tanda dan Gejala Klinis Bulu mata yang melipat ke arah bola mata akan mengiritasi mata dan



menyebabkan produksi air mata yang berlebih sehingga mata menjadi sangat lembab. Bulu mata dapat mengikis kornea yang menyebabkan ulkus kornea. Ulkus kornea ini sulit untuk sembuh karena bulu mata akan terus bergesekan dengan bola mata jika tidak ditangani. Ulkus menyebabkan pertumbuhan pembuluh darah di kornea normal sehingga dapat menyebabkan jaringan parut yang mengganggu penglihatan.4 Keluhan yang sering timbul adalah rasa tidak nyaman seperti adanya sensasi benda asing, mata berair, mata merah, gatal, mata kabur dan fotofobia. 7 Entropion kronis dapat meningkatkan sensitifitas terhadap cahaya dan angin, menyebabkan infeksi mata, abrasi kornea atau ulkus kornea.11 Dari pemeriksaan fisik akan tampak berupa:12 1. Kerusakan pada epitel konjungtiva atau kornea akibat trauma. 2. Hiperemia pada konjungtiva yang terlokalisasi. 3. Kelemahan kelopak mata (entropion involusional). 4. Jaringan parut pada konjungtiva (entropion sikatrik). 5. Pertumbuhan kelopak mata bawah yang abnormal (entropion kongenital).



2.2.5



Diagnosis Klinis dan Diagnosis Banding Sebagian besar pasien dengan entropion memiliki masalah dengan air mata yang



terus mengalir, iritasi, terasa ada benda asing di dalam mata, dan mata merah yang persisten. Dengan menggunakan slitlamp kadang-kadang dapat mengidentifikasi lipatan pinggir kelopak mata, kelemahan kelopak yang horizontal, melingkarnya perseptal orbikularis, enoftalmus, injeksi konjungtiva, trikiasis, entropion yang memanjang, keratitis punctata superfisial yang dapat menjadi ulkus, dan formasi panus. Pasien dengan entropion sikatrik mungkin terdapat keratinisasi pada tepi kelopak mata dan simblefaron.5 Pemeriksaan fisik pada kelopak mata meliputi tes snapback, yaitu dengan cara menarik kelopak mata dengan hati-hati ke arah luar lalu dilihat apakah kelopak mata dapat kembali ke posisi semula, dan biasanya tes ini tidak menimbulkan rasa sakit.5



12



Gambar 6. Menilai kelemahan otot kelopak mata bawah13 Dari tes ini dapat dilihat kelemahan pada tonus kelopak mata yang horizontal. Pada pinggir kelopak mata bawah selalu ditemukan kelengkungan ke arah limbus setelah entropion terbentuk. Forniks inferior tidak selalu terlihat dalam dan kelopak mata mungkin dapat mudah dikeluarkan. Tanda klinis lainnya meliputi gambaran garis putih dalam ukuran milimeter di bawah tarsal inferior akibat dari pergeseran dari retraktor kelopak mata dan pergerakan yang sedikit atau tidak ada sama seklai dari kelopak bawah saat melihat ke bawah. Berpindahnya bagian superior dari orbikularis superior dapat dideteksi dengan melakukan observasi, yaitu dengan menutup mata yang memerah setelah terlipat kemudian kelopak mata kembali ke posisi normal (tes kelengkungan orbikularis).2,5 Beberapa diagnosis banding penyakit entropion antara lain:2,5 1. Retraksi kelopak mata (penyakit Grave). Tarikan dari kelopak mata bawah dan atas menimbulkan bulu mata dan kulit kelopak melipat ke dalam menyerupai entropion. 2. Distikiasis Bersifat kongenital, terdapat kelainan yang menekan tempat keluarnya saluran Meibom. 3. Trikiasis Kelainan berupa bulu mata yang mengarah ke kornea, sehingga timbul reaksi radang yang kedua dan terbentuk jaringan parut. 4. Dermatokalasis Suatu keadaan degeneratif, timbul lebih awal dan menunjukkan gambaran yang longgar dengan penonjolan dan kulit kelopak yang banyak. Perubahan arah bulu mata pada kelopak atas menyerupai entropion. 5. Epiblefaron Kelainan kongenital yang tampak berupa pelipatan kulit kelopak dan ketegangan otot horizontal yang menyilang ke pinggir kelopak menyebabkan bulu mata masuk ke dalam. Orientasi dari tarsal plate normal selalu asimptomatik dan berkaitan dengan pertambahan umur. 13



2.2.6



Tatalaksana Terapi nonfarmakologis dengan menarik kulit palpebra ke arah pipi sehingga



menjauh dari bola mata dapat mengurangi gejala sementara terutama untuk involusi atau spastik entropion. Pencukuran bulu mata bisa dilakukan di tempat lokasi trikiasis. Terapi lensa kontak (hidrogel silikon yang memiliki diameter lebih besar dari kornea atau sklera) untuk melindungi kornea.10 Pengobatan entropion terbaik adalah operasi plastik atau suatu tindakan tarsotomi pada entropion akibat trakoma. Pembedahan untuk memutar keluar kelopak mata efektif pada semua jenis entropion. Sebuah tindakan sementara yang bermanfaat pada entropion involusional adalah dengan menarik kelopak mata bawah dan menempelkannya dengan ‘tape’ ke pipi; tegangannya mengarah ke temporal dan inferior.4 Operasi entropion transkonjungtival merupakan prosedur yang aman dan lebih efisien pada entropion involusi 2,5 Pemilihan prosedur pembedahan tergantung pada penyebab yang mendasari. Intervensi bedah diindikasikan jika salah satu dari indikasi berikut muncul secara persisten: iritasi okular berulang, konjungtivitis bakteri, refleks hipersekresi air mata, keratopati superfisial, risiko ulserasi dan keratitis mikroba.10 Beberapa tindakan operasi yang dapat dilakukan:3 1. Entropion kongenital. Entropion kongenital dapat diperbaiki dengan pemasangan kembali fasia kapsulopalpebra. Prosedur ini akan diuraikan pada bagian entropion involusional, dan dilakukan untuk mengencangkan kelopak mata anak-anak yang horizontal secara tidak serentak. Perbaikan epiblefaron diperlukan jika ada bukti keratopati atau jika gejalanya simptomatik. 2. Entropion akut spastik Suntikan toksin botulinum selalu efektif untuk paralisis otot orbikularis. Efek toksin botulinum bertahan hanya sekitar 3 bulan, tetapi entropion tidak akan terulang walaupun efeknya menghilang. 3. Entropion involusional. a.



Perbaikan fasia kapsulopalpebra9



14



Metode perbaikan entropion ini berdasarkan jenis dan tingkatan masalah. Salah satu perbaikan fasia kapsulopalpebra dapat menggunakan teknik inferior refraktorplication. Setelah anestesi lokal, suatu goresan subsiliar dibuat 2 mm di bawah luka dari bawah punctum menuju cabang cantal. Penutup kulit yang kecil disayat ke bawah di atas tarsus, dan potongan otot orbikularis pretarsal disayat sampai batas tarsus. Septum orbita digores dan dibuka, sehingga tepi fasia kapsulopalpebra yang tipis dapat terlihat. Dengan adanya bantalan inferior orbita, yang kondisinya sama dengan keadaan kelopak mata bawah terhadap levator, dapat ditutup dengan empat jahitan sesuai dengan struktur mata. Suatu potongan tarsal yang mengarah ke samping menunjukkan kelemahan kelopak mata bawah dan potongan tersebut sesuai dengan banyaknya ketegangan kelopak. Tiga jahitan dengan benang silk 6-0 digunakan untuk menyambung kembali fasia kapsulopalpebra bawah dengan perbatasan tarsal. Kelopak mata tidak harus selalu dikoreksi dan banyaknya jumlah fasia kapsulopalpebral dapat dikonfirmasi dengan melakukan follow up pasien. Kulit muka yang ditutup dengan jahitan 6-0 biasa, dan jumlah tepi fasia kapsulopalpebral harus disatukan dengan tiga jahitan pusat untuk mencegahnya otot orbikularis.



15



Gambar 7. Operasi dengan perbaikan faisa kapsulopalpebra dengan teknik inferior refraktorplication



16



Gambar 8. Koreksi entropion involusional dengan teknik Horizontal Shortening-Modified Brick.



b. Jahitan quickert10 Jika pasien yang menderita entropion involusional tidak mampu dikoreksi, maka teknik quickert, atau tiga jahitan, dapat digunakan. Kelemahannya adalah tingkat kekambuhan sangat tinggi. Jahitan tiga double-chromic 5-0 ditempatkan horizontal 3 mm melebar ke lateral, tengah, dan medial kelopak mata bawah. Jahitan melewati forniks sampai batas di bawah perbatasan inferior tarsal lalu keluar sampai kulit. Masing-masing jahitan ditegangkan untuk koreksi.



17



Gambar 9. Teknik 3 jahitan pada lateral, tengah dan medial kelopak mata.



4. Entropion sikatrik.3 Prosedur yang dapat dilakukan adalah prosedur Weiss, yaitu dengan blefarotomi dan rotasi marginal. Prosedur ini efektif untuk memperbaiki kelopak mata atas atau bawah. Anestesi lokal diberikan pada kelopak mata dan insisi horizontal dibuat 4 mm dari kelopak sampai kulit dan orbikularis. Dibuat atap marginal yang berada 2-4 mm dari garis tepi kelopak mata. Kelopak kemudian diangkat, dan dalam hitungan detik dibuat insisi sampai konjungtiva dan tarsus. Gunting Westcott atau Tenotomi digunakan untuk memperluas blefarotomi ke medial dan lateral melewati tarsus. Selanjutnya insisi dijahit dengan tiga jahitan double-armed dengan benang silk 6-0 18



sampai tarsus, ke atas tarsus yang kemudian keluar melalui kulit dekat bulu mata. Jahitan diikat di atas kapas untuk melindungi “pemasangan kawat”. Koreksi dilakukan untuk memastikan kekuatan dan posisi penjahitan. Kulit yang diinsisi ditutup dengan jahitan 6-0 biasa. Jahitan dan kasa penutup harus diangkat 10-14 hari.



Gambar 10. Prosedur Weiss. Jika sikatrik entropion masih mengganggu, atau prosedur yang dilakukan gagal, lamellar posterior tambahan akan sangat membantu. Suatu cangkokan mungkin ditempatkan antara konjungtiva atau retraktor kelopak bawah dan perbatasan inferior tarsal. Berbagai material cangkok yang tersedia meliputi tulang rawan telinga, langit-langit keras, dan selaput lendir. Terbentuknya jaringan parut dan defek produksi lamellar posterior, ditutup dengan bahan cangkok yang diletakkan dengan jahitan yang bisa diserap dan kelopak akan dapat disembuhkan dengan jahitan yang direnggangkan. Lamellar posterior tersebut menyebabkan kelopak mungkin tidak dapat menarik kembali saat melihat ke bawah.



19



Gambar 11. Posterior lamella grafting.



20



BAB 3 KESIMPULAN



Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian tepi atau margo palpebra ke arah dalam. Entropion bisa ditemukan pada semua oranng dengan berbagai umur, namun bentuk khusus dari entropion, yaitu entropion involusional, lebih sering ditemukan pada orangtua. Entropion lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Hal ini mungkin disebabkan lempeng tarsal pada wanita rata-rata lebih kecil dibandingkan pada pria. Entropion berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi involusi yang terjadi sebagai akibat dari proses penuaan, sikatrik yang mengenai kelopak mata atas atau bawah dan disebabkan oleh jaringan parut di konjungtiva atau tarsus, entropion kongenital yang merupakan anomali yang jarang ditemukan, dan entropion spastik akut yang biasanya terjadi pada iritasi maupun inflamasi okuli dimana terjadi pembengkakan pada kelopak mata dan spasme otot orbikularis. Pengobatan entropion terbaik adalah operasi plastik atau suatu tindakan tarsotomi pada entropion akibat trakoma. Pembedahan untuk memutar keluar kelopak mata efektif pada semua jenis entropion. Sebuah tindakan sementara yang bermanfaat pada entropion involusional adalah dengan menarik kelopak mata bawah dan menempelkannya dengan ‘tape’ ke pipi; sehingga tegangannya mengarah ke temporal dan inferior



21



DAFTAR PUSTAKA



1. Ilyas HS. Ilmu Penyakit Mata, Ed. 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.2009. 2. American Association of Ophthalmology. 7th Orbit, Eyelid and Lacrimal System. Basic Clinical and Science Course. 2017. 3. Prabowo



D.



Entropion.



Healt



Care,



2011.



(online)



Availabe



at



http://diemazcaeem.blogspot.com/2011/05/entropion.html 4. Altieri A, Lester M, Harman F et al. Comparison of three techniques for repair of involutional lower lid entropion: a three year follow up study. Ophthalmologica 2003; 217: 265-272 5. Sullivan JH.



Palpebra dan apparatus lakrimalis. Dalam: Vaughan D, Asbury T.



Oftalmologi Umum (General Opthalmology). Alih bahasa: Ilyas S. Edisi 14. Jakarta, Widya Medika. 2000 6. Camara JG, Nguyen LT, Sangalang-Chuidian M et al. Involutional lateral entropion of the upper eyelids. Arch. Ophthalmol 2002; 120: 1682-4 7. Sodhi PK, Yadava U, Pandey RM, Mehta DK. Modified grey line split with anterior lamellar repositioning for treatment of cicatricial lid entropion. Ophthalmic surgery lasers 2002; 33: 169-74 8. Mandal AK, Honavar SG, Gothwal VK. The association of unilateral congenital



glaucoma and congenital lower lid entropion: causal or casual? Ophthalmic surg lasers 2001; 32: 149-51 9. Park MS, Chi MJ, Baek SH. Clinical study of single-suture inferior retractor repair for involutional entropion. Ophthalmologica 2006; 220: 327-31. 10. Boboridis K, Bunce C. Interventions for involutional lower lid entropion. Cochrane Batabase for Systematic Review. 2002. 11. Woo KI, Yi K, Kim YD. Surgical correction for lower lid epiblepharon in Asians. Br J Ophthalmol. 2000;84;1407–1410. 12. Shorr N et al. Three-suture technique addresses involutional entropion in the office. Ocular Surgery News, 2004 13. Spalton DJ, Hitchings RA, Hunter PA. Atlas of clinicalof ophthalmology 3 rd Ed. Elsevier, Mosby. 2013.



22