Referat Entropion [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA



REFERAT NOVEMBER 2019



ENTROPION



OLEH : Theresia Avilla Nor 1408010005



PEMBIMBING : dr. Eunike Cahyaningsih, Sp.M dr. Komang Dian Lestari, Sp.M



DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG



2019



2



BAB I PENDAHULUAN



Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian tepi atau margo palpebra ke arah dalam.1 Berdasarkan etiologinya, entropion diklasifikasikan menjadi empat tipe, yaitu senilis/involusional, akut spastik, sikatriks, dan kongenital. entropion senilis/involusional merupakan tipe yang paling banyak ditemukan, kulit palpebra mengalami atrofi akibat degenerasi progresif jaringan fibrosa dan berkurangnya elastisitas; entropion akut spastik muncul setelah iritasi atau inflamasi okular yang menyebabkan kontraksi orbikularis okuli yang menetap. Entropion sikatriks dapat disebabkan oleh inflamasi, infeksi (trachoma, herpes zoster), autoimun (sikatriks pemfigoid, sindrom Stevens-Johnson), trauma (luka bakar, bahan kimia), dan tindakan bedah (enukleasi, koreksi ptosis). Entropion kongenital jarang, biasanya



terkait



dengan



kelainan-kelainan



seperti



hipoplasia



tarsus



atau



mikroftalmia. 1-2 Masing-masing tipe entropion memiliki patofisiologi yang berbeda, namun secara umum, entropion disebabkan oleh penipisan lamela dan disinsersi retraktor kelopak mata bawah, menyebabkan kelopak mata bawah melengkung ke dalam. Entropion dapat ditemukan pada seluruh kelompok umur, dan lebih sering pada wanita, ini mungkin disebabkan lempeng tarsal pada wanita rata-rata lebih kecil dibandingkan pada pria. Entropion dapat unilateral ataupun bilateral. 2 Entropion dapat menyebabkan bulu mata, tepi palpebra, dan kulit pada palpebra mengalami kontak dengan bola mata. Gesekan yang terus menerus terhadap kornea dapat memberikan gejala iritasi berupa rasa tidak nyaman pada mata dan



3



epifora. Jika tidak diobati, Entropion dapat menimbulkan komplikasi seperti konjungtivitis, abrasi kornea keratitis,ulkus kornea, dan komplikasi bedah seperti perdarahan, infeksi, dan nyeri hingga kehilangan penglihatan. Entropion kelopak mata bawah (biasanya involusional) jauh lebih umum daripada entropion kelopak mata superior. Beberapa kondisi seperti retraksi palpebra (misalnya pada penyakit Graves), distikiasis, trikiasis, dermatokalasis, dan epiblefaron dapat menyerupai entropion. Pada umumnya, entropion memiliki prognosis baik apabila didiagnosis lebih dini dan ditatalaksana dengan tepat.1-3 Terapi utama pada entropion yaitu pembedahan. Pada entropion selain terapi pembedahan, perlu untuk mencari faktor penyebab dari entropion dan mengatasi penyebab tersebut. Entropion pada umumnya memiliki progmosis yang baik. Keefektivan pengobatan entropion tergantung pada penyebab utama dan tingkat keparahan penyakitnya.1



4



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1



Anatomi



A.



Palpebra Palpebra atau kelopak mata merupakan struktur pada mata yang mempunyai



fungsi melindungi bola mata terhadap trauma, serta mencegah pengeringan bola mata karena kelenjar-kelenjar pada palpebra membentuk film air mata di depan kornea.(1)



Gambar 2.1 Anatomi Palpebra Sumber : atlas of human anatomy, Netter Ed.5



5



Palpebra mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal. Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup bulbus okuli. Konjungtiva merupakan membran mukosa yang mempunyai sel goblet yang menghasilkan musin.(1) Pada palpebra terdapat bagian-bagian: (1) -



Kelenjar seperti kelenjar sebasea, kelenjar Moll, kelenjar Zeis pada pangkal rambut dan kelenjar meibom pada tarsus.



-



Otot seperti M. orbikularis okuli yang dipersarafi N. fasialis, M. rioland, M. orbikularis, dan M. levator palpebra yang dipersarafi oleh N. III yang berfungsi untuk mengangkat kelopak dan membuka mata.



-



Di dalam palpebra terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar di dalamnya atau kelenjar meibom yang bermuara pada margo palpebra



-



Septum orbita merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan



-



Pembuluh darah yang memperdarahi adalah a. palpebra



-



Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal N.V sedangkan kelopak bawah oleh cabang II saraf V.



-



Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat dengan melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks mentup bulus okuli. Konjungtiva merupakan membran mukosa yang mempunyai sel goblet yang menghasilkan musin.



6



B.



Tepian Palpebra Panjang tepian palpebra adalah 25-30 mm dan lebarnya 2 mm. Tepian ini



dipisahkan oleh garis kelabu (sambungan mukokutan) menjadi tepian anterior dan posterior. a.



Tepian anterior



-



Bulu mata, muncul dari tepian palpebra dan tersusun tidak teratur.



-



Glandula Zeis, merupakan modifikasi kelenjar sebasea kecil, yang bermuara ke folikel rambut pada dasar bulu mata.



-



Glandula Moll, merupakan modifikasi kelenjar keringat yang bermuara membentuk barisan dekat bulu mata.



b.



Tepian posterior Tepian posterior kontak langsung dengan bola mata, dan sepanjang



tepian ini terdapat muara-muara kecil kelenjar sebasea yang telah dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal). c.



Punctum palpebra Pada ujung medial tepian posterior palpebra terdapat penonjolan kecil



dengan lubang kecil di pusat yang terlihat pada palpebra superior dan inferior. Punctum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulusnya ke saccus lacrimalis.



7



C.



Refraktor Palpebra Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra, yang dibentuk oleh



kompleks muskulofasial, dengan komponen otot rangka dan polos, yang dikenal sebagai kompleks levator di palpebra superior dan fasia kapsulopalpebra di palpebra inferior. Di palpebra superior bagian otot rangkanya adalah levator palpebrae superioris, dan otot polosnya adalah musculus Müller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor utamanya adalah musculus rectus inferior dan otot polosnya musculus tarsalis inferior.



Gambar 2.1 Refraktor Palpebra Komponen otot polos retraktor palpebrae dipersarafi oleh saraf simpatis sedangkan levator dan musculus rectus inferior dipersarafi oleh nervus oculomotorius. D.



Persarafan Persarafan sensoris palpebra berasal dari divisi pertama dan kedua nervus



trigeminus. Nervus lacrimalis, subpraorbitalis, supratrochlearis, infratrochlearis, dan



8



nasalia eksterna adalah cabang divis oftalika nervus kranial kelima (nervus trigeminus). Nervus infraorbitalis, zygomaticofacialis, dan zygomaticotemporalis merupakan cabang-cabang divisi maksilaris (kedua) nervus trigeminus. Serabut otot muskulus orbikularis okuli pada kedua palpebra dipersarafi cabang zigomatikum dari nervus fasialis sedangkan muskulus levator palpebra dan beberapa muskulus ekstraokuli dipersarafi oleh nervus okulomotoris. Otot polos pada palpebra dan okuler diaktivasi oleh saraf simpatis. Oleh sebab itu, sekresi adrenalin akibat rangsangan simpatis dapat menyebabkan kontraksi otot polos tersebut. E.



Pembuluh Darah Dan Limfe



Gambar 2.4 Suplai Pembuluh Darah Palpebra Pasokan darah palpebra datang dari arteria lacrimalis dan ophthalmica melalui cabang-cabang palpebra lateral dan medialnya. Drainase vena dari palpebra mengalir ke dalam vena ophthalmica dan vena-vena yang membawa darah dari dahi dan temporal. Pembuluh limfe segmen lateral palpebra berjalan ke dalam kelenjar getah bening preaurikular dan parotis. Pembuluh limfe dari sisi medial palpebra mengalirkan isinya ke dalam kelenjar getah bening submandibular. 2.2 Entropion



9



2.2.1 Definisi dan Klasifikasi Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata ke arah dalam bola mata. Selain palpebra bagian bawah, entropion juga dapat terjadi pada palpebra bagian atas atau dapat mengalami seluruh bagian tepi kelopak mata yang masuk kedalam. Entropion dari tepi palpebra bawah lebih sering terjadi dibanding entropion tepi palpebra atas(4). Entropion diklasifikasikan menjadi 4 jenis, yaitu 1. Kongenital 2. Involusional 3. Spasme 4. Sikatrik



1. Kongenital Entropion kongenital umumnya terjadi karena disgenesis retractor, defek struktural pada lempeng tarsal, atau kekurangan jaringan dalam lamela posterior kelopak mata yang dapat menimbulkan entropion. Entropion kongenital memnutuhkan terapi pembedahan untuk memperbaiki struktur kelopak mata(4). Prevalensi tersering terjadi pada ras oriental. Di Jepang, dilaporkan 20 % anak usia < 1 tahun dan 2 % pada usia 12 tahun. Di Indonesia, penelitian di RSUP Semarang menunjukan kejadian entropion kongenital dari tahun 2010 sampai 2012 sebanyak 1 pasien, prevalensi 8,4% dari seluruh kejadi entropion(9), (10).



10 Gambar. 3.2. Entropion Kongenital



2.



Involusional Dikenal juga dengan nama senile entropion dan sering mengenai kelopak mata bagian bawah. Entropion involusional biasanya terjadi akibat kelemahan kelopak mata, gangguan atau terlepasnya refraktor kelopak mata, dan ovrriding dari otot m. orbicularis oculi preseptal(4), (5), (6). Normalnya refrakter kelopak mata menjaga tepi kelopak mata bawha untuk tetap pada posisi yang benar. Beberapa tanda yang dapat muncul terjadi ketika terlepasnya refraktor meliputi : -



Garis putih pada Subkonjungtiva beberapa milimeter dibawah tepi tarsal



-



Fornix inferior lebih dalam



-



Kelopak mata bawah lebih tinggi dari normal



-



Sedikit pergerakan dari kelopak mata bawah



Penyebab paling sering dan berhubungan dengan penuaan. Gangguan selalu mengenai kelopak mata bawah dan merupakan akibat dari gabungan kelemahan otot-otot retraktor kelopak bawah, migrasi ke atas musculus orbikularis preseptal dan menyebabkan melipatnya tepi tarsus atas(4). 3.



Spasme



11



Kondisi ini biasnya muncul setelah iritasi atau inflamasi pada mata. Kebanyakan pasien sudah mengalami perubahan komponen involusional sebelumnya. Entropion akut biasanya hilang bila siklus entropion atau iritasi teratasi dengan terapi dari faktor penyebab entropion tersebut(4), (6). 4.



Sikatrik Entropion disebabkan karena kontraktur tarsoconjungtival contracture dan rotasi interna tepi kelopak mata yang menyebabkan iritasi pada bola mata oleh silia. Penyakit ini pada umumnya disebabkan karena trauma (baik kimia atau mekanik), inflamasi (Steven Jhonson sindrom), autoimun (pemphigoid), infeksi (trakoma, herpes zooster), dan pembedahan. Pemeriksaan pada tarsus dan palpebra merupakan point diagnosis pada kasus ini(4).



2.2.2Tanda dan Gejala Gejala yang dirasakan pasien meliputi gejala trikiasis. Trikiasis merupakan kondisi ketika cilia mengarah ke belakang dan bergesekan dengan bola mata. Gejala akan muncul berupa rasa iritasi, seperti ada benda asing, dan mata merah(6), (7). Entropion dapat dibagi menjadi 3 grade(6) 1. Ringan : jika hanya posterior lid yang terlibat 2. Sedang : jika intermarginal strips terputar kedalam 3. Berat : jika seluruh tepi terputar ke dalam.



2.2.3



Diagnosis



12



Diagnosis



entropion



umumnya



dapat



ditegakkan



dengan



anamnesis,



manifestasi klinis, dan pemeriksaan fisik. Manifestasi klinis antara lain sesuatu yang mengganjal di mata dan terkadang menimbulkan nyeri. Gejala lain berupa epifora, fotofobia, mata merah, kelopak mata menjadi keras, kotoran mata, dan pandangan buram. Perlu ditanyakan riwayat trauma dan riwayat tindakan bedah pada mata(8). Pada inspeksi palpebra, harus diperhatikan adanya tanda-tanda iritasi atau inflamasi kulit dan spasme otot-otot wajah. Dapat ditemukan kerusakan epitel konjungtiva atau kornea akibat trauma, hiperemia konjungtiva terlokalisasi, injeksi konjungtiva dan/atau siliar, blefarospasme, kelemahan kelopak mata (entropion involusional), jaringan parut pada konjungtiva (entropion sikatriks), atau pertumbuhan kelopak mata bawah abnormal (entropion kongenital). Pemeriksaan kornea juga harus dilakukan untuk menilai adanya abrasi, jaringan parut, penipisan, atau neovaskularisasi pada kornea (8). Tes diagnosis sederhana antara lain tes snapback, medial canthal laxity test, dan lateral canthal laxity test. Tes snapback dilakukan dengan cara menarik kelopak mata dengan hati-hati ke arah luar lalu dilihat apakah dapat kembali ke posisi semula, biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Medial canthal laxity test dilakukan dengan menarik palpebra inferior ke sebelah lateral dari kantus medial; sedangkan lateral canthal laxity test dilakukan dengan menarik palpebra inferior ke sebelah medial dari kantus lateral. Jarak pergeseran yang makin besar menunjukkan palpebra yang makin lemah. Pergeseran normal berkisar antara 0-1 mm untuk kantus medial dan 0-2 mm untuk kantus lateral(8).



2.2.4



Penatalaksanaan



13



Penatalaksanaan entropion umumnya nonfarmakologis. Terapi sementara yaitu dengan penarikan kulit palpebra ke arah pipi, sehingga menjauh dari bola mata, pencukuran bulu mata di lokasi trikiasis, lensa kontak untuk melindungi kornea, dan air mata artifisial dan salep mata lubrikan untuk melindungi permukaan mata, peletakan tape untuk mengurangi laxitas tarsus horizontal dan memungkinkan eversi tepi palpebra, dan kauterisasi termal untuk menginduksipemendekan retraktor palpebra inferior dan orbikularis(8). Terapi definitif adalah dengan tindakan bedah untuk eversi palpebra. Setiap tipe ntropion diterapi dengan prosedur bedah yang berbeda-beda. Intervensi bedah diindikasikan apabila terdapat salah satu dari kondisi klinis berikut muncul secara persisten, yaitu iritasi okular berulang, konjungtivitis bakteri, refleks hipersekresi air mata, keratopati superfisial, keratitis, dan ulkus kornea. Entropion kongenital dapat diperbaiki dengan pemasangan kembali fascia kapsulopalpebra, dan perbaikan epiblefaron jika terdapat keratopati atau simptomatik(8). Pada entropion tipe involusi penatalaksanaan dibagi menjadi 3 yaitu temporizing, horizontal thightening procedure, dan retractor repair (4). Entropion spastik kadang-kadang menghilang spontan. Koreksi sementara dapat dicapai dengan tape adhesif atau suntikan toksin botulinum 5-10 unit ke dalam otot pretarsal. Tindakan pembedahan menggabungkan beberapa teknik seperti memperpendek kelopak mata horizontal atau mengangkat pretarsal serat-serat otot orbikularis okuli dan memperpendek kulit vertikal



2.2.5



Prognosis



14



Umumnya baik dan fungsi dapat kembali dengan baik. Khusus pada entropion sikatrik, jika penyebabnya autoimun, inflamasi, atau infeksi, dapat berulang. Sedangkan jika penyebabya adalah trauma atau operasi, memiliki prognosis lebih baik dan kemungkinan berulang kecil.



BAB III



15



KESIMPULAN



1.



Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata ke arah dalam bola mata.



2.



Entropion



dapat terjadi pada semua usia dan jenis kelamin. Entropion



biasanya terjadi pada orang lanjut usia atau yang disebut entropion involusional. Entropion juga dapat terjadi pada anak-anak yaitu entropion kongenital. 3.



Berdasarkan



penyebab



entropion



diklasifikasikan



menjadi



entropion



kongenital, sikatrik, spastik dan involusional. 4.



Penatalaksanaan entropion umumnya non farmakologis. Terapi definitif adalah dengan tindakan bedah untuk eversi palpebra.



5.



Jika tidak segera ditangani, entropion dapat menimbulkan konjungtivitis, keratitis, ulkus kornea, dan komplikasi akibat pembedahan.



6.



Umumnya prognosis entropion baik, keefektifan pengobatan entropion tergantung pada penyebab utama dan tingkat keparahan penyakitnya bisa dilakukan dengan pembedahan yang tepat dan dapat memperbaiki keadaan kelopak mata yang mengalami kelainan tersebut.



DAFTAR PUSTAKA



16



1.



Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. Ed.5. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2015



2.



Reiza, Yaumil. Diagnosis dan Tatalaksana Entropion. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara/RSUP H. Adam Malik. Medan : 2018



3.



Pereira Mario, Rodrigues Murilo,



Carvalho Silvia. Eyelid Entropion.



Universidade Federal de Sao Paulo, Sao Paulo, Brazil 4.



American Academy of Opthalmology. Section 7 Orbital, Eyelids, and Lacrimal System. San Fransisco. 2016



5.



Bowling B. Kanski’s Clinical Ophthalmology. 8th ed. Sydney: Elsevier; 2016.



6.



Nema HV , Nitin Nema. Textbook Of Ophthalmology. Jaypee Brothers Medical Publishers. New Delhi. 2012



7.



Gertenblith AT, Rabinowitz M P, et al. The Wills Eye Manual- Office and Emergency Room Diagnosis and Treatment of Eye Disease. Wolters Kluwer. China. 2012



8.



Reiza Y. Diagnosis dan Tatalaksana Entropion. Cermin Dunia Kedokteran. Vol 45. 2018



9.



Nakamuchi K, Mimura O. Fish – tail resection for treating congenital entropion in Asians. Clinical Ophthalmology – Dove Press Journal. 2012:6 831-836



10.



Rachmania A, Iskandar E, Hasyim Y E. Prevalensi Entropion di RSUP dr. Mohamad Hoesin Palembang. Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2014



17