Referat Imunisasi Pada Anak (Ayu Selviani) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

REFERAT IMUNISASI PADA ANAK Disusun Sebagai Tugas Mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) Ilmu Kesehatan Anak Di Rumah Sakit Umum Haji Medan Sumatra Utara



Disusun Oleh : Ayu Selviani,S.Ked 20360061 Pembimbing : dr. Beatrix Siregar, M.Ked (Ped), Sp,A



KEPANITERAAN KLINIK SENIOR SMF ILMU KESEHATAN ANAK RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN SUMATRA UTARA TAHUN 2020



KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas paper ini guna memenuhi persyaratan kapaniteraan klinik senior di bagian Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Haji Medan dengan judul “Imunisasi Pada Anak” Shalawat dan salam tetap terlafatkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa kita ke zaman yang penuh ilmu pengetahuan, beliau adalah figur yang senantiasa menjadi contoh suri tauladan yang baik bagi penulis untuk menuju ridho Allah SWT. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing KKS dibagian ilmu kesehatan anak. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Referat masih terdapat banyak kekurangan baik dalam cara penulisan maupun penyajian materi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sehingga bermanfaat dalam penulisan Referat selanjutnya. Semoga Referat ini bermanfaat bagi pembaca dan terutama bagi penulis. Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh



Lampung, September 2020



Penulis



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Imunisasi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya Penyakit menular yang merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian Kesehatan sebagai salah satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) khususnya untuk menurunkan angka kematian pada anak (Kementrian Kesehatan, 2017). Imunisasi diperkirakan dapat mencegah 2,5 juta kasus kematian anak per tahun di seluruh dunia dapat dicegah dengan imunisasi (WHO, UNICEF, & World Bank, 2009). Angka kesakitan bayi di Indonesia relative masih cukup tinggi, meskipun menunjukan penurunan dalam satu decade terakhir. Program imunisasi bias didapatkan tidak hanya di puskesmas atau di rumah sakit, akan tetapi juga diberikan di posyandu yang di bentuk masyarakat dengan maksud program imunisasi dapat berjalan sesuai harapan. Program imunisasi di posyandu telah menargetkan sasaran yang ingin di capai yakni pemberian imunisasi pada bayi dengan lengkap. Imunisasi dikatakan lengkap apabila mendapat BCG 1 kali, DPT 3 kali, Hepatitis 3 kali, Campak 1 kali, dan polio 4 kali, bayo yang tidak mendapatkan imunisasi secara lengkap dapat mengalami berbagai Penyakit, misalnya difteri, tetanus, campak,polio, dan sebagaimya. (Sri,RSH, dkk, 2005). 1.2 Tujuan Referat 1. Untuk mengetahui dan memahami pentingnya imunisasi upaya pencegahan terhadap suatu Penyakit. 2. Untuk mengetahui kapan seharusnya imunisasi dilakukan dan seberapa pentingnya imunisasi yang harus didapatkam. 3. Untuk memahami pemberian imunisasi.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.



Definisi Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila ia terkena antigen yang sama, maka ia tidak akan tekena Penyakit.( Ranuh, 2008,p.10). Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit menular khususnya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang tidak hanya diberikan pada anak



bayi



saja



tetapi



diberikan



kepada



remaja



dan pada dewasa. Cara kerja imunisasi yaitu dengan memberikan antigen bakteri atau virus tertentu yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan merangsang sistem imun tubuh untuk membentuk antibodi. Antibody menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif sehingga dapat mencegah atau mengurangi akibat penularan PD3I tersebut.. 2.2.



Epidemiologi Berdasarkan laporan WHO tahun 2002, setiap tahun terjadi Kematian sebanyak 2.5 juta balita, yang disebabkan Penyakit yang dapat dicegah melalui vaksinasi. Radang paru yang disebabkan oleh pneumokokus menduduki peringkat utama (716.000 kematian), diikuti Penyakit campak (525.000 kematian), rotavirus (diare), haemophilus influenza tipe B, pertussis dan tetanus. Dari jumlah semua Kematian tersebut, 76% Kematian balita terjadi di negara-negara sedang berkembang, khususnya Afrika dan Asia Tenggara ( termasuk Indonesia). (Suharjo JB , 2010).



2.3.



Tujuan Tujuan imunisasi merupakan untuk mencegah terjadinya Penyakit tertentu pada seseorang, dan menghilangkan Penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan suatu Penyakit tertentu dari dunia (Ranuh, 2008,p10) Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, Kematian dan kecacatan akibat penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi (PD3I): (Atikah,2010,p5) 1. Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang Penyakit menular. 2. Imunisasi sangat efektif mencegah Penyakit menular.



3. Imunisasi menurukan angka mordibitas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka Kematian) pada balita. 2.4.



Manfaat Manfaat imunisasi pada anak dapat mencegah Penyakit menular yang mengakibatkan kecacatan dan Kematian, sedangkan manfaat bagi keluarga adalah dapat menghilangkan kecemasan dan mencegah biaya pengobatan yang tinngi bila anak sakit. Anak yang mendapat imunisasi dasar lengkap akan terlindung dari bebrapa Penyakit berbahaya dan akan mencegah penularan kepada keluarga dan teman-teman serta masyarakat sekitarnya. Maaf untuk negara adalah untuk memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk menunjukan pembangunan negara (Proverawati dan Andhini, 2010)



2.5.



Respon Imun Respons imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang kompleks terhadap antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut. Dikenal dua macam pertahanan tubuh yaitu : (Corry S, Sjawitri P, 2008) 1) mekanisme pertahanan nonspesifiik disebut juga komponen nonadaptif atau innate artinya ditujukan hanya untuk berbagai jenis antigen. 2) mekanisme pertahanan tubuh spesifik atau komponen adaptif ditujukan khusus terhadap satu jenis antigen, terbentuknya antibodi lebih cepat dan lebih banyak pada pemberian antigen berikutnya. Hal ini disebabkan telah terbentuknya sel memori pada pengenalan antigen pertama kali. Bila pertahanan nonspesifik belum dapat mengatasi invasi mikroorganisme maka imunitas spesifik akan terangsang. Mikroorganisme yang pertama kali dikenal oleh sistem imun akan dipresentasikan oleh sel makrofag ( APC = antigen presenting cel ) Pada sel T untuk antigen TD ( T dependent ) sedangkan antigen TI ( T independent ) akan langsung diperoleh oleh sel B. Mekanisme pertahanan spesifik terdiri atas imunitas selular dan imunitas humoral. Imunitas humoral akan menghasilkan antibodi bila dirangsang oleh antigen. Semua antibodi adalah protein dengan struktur yang sama yang disebut imunoglobulin ( Ig ) yang dapat dipindahkan secara pasif kepada individu yang lain dengan cara penyuntikan serum. Berbeda dengan imunitas selular hanya dapat dipindahkan melalui sel, contohnya pada reaksi penolakan organ transplantasi oleh sel limfosit dan pada graft versus-host-disease. (Corry S, Sjawitri P, 2008)



Proses respon imun terdiri dari dua fase : 1. Fase pengenalan, diperankan oleh sel yang mempresentasikan antigen ( APC = antigen presenting cells ), sel limfosit B, limfosit T. 2. 2.6.



Fase efektor, diperankan oleh antibodi dan limfosit T efektor.



Jenis-jenis Imunisasi Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan efek-efek yang merugikan. Imunisasi ada2 macam yaitu: 1. Imunisasi Aktif Yaitu kekebalan yang didapat dari tubuh seseorang tersebut, secara aktif yang membuat zat antybody sendiri. Imunisasi aktif dibagi menjadi dua yaitu: a. Imunisasi Aktif Alami (Naturally Acquired Immunity) Seorang akan menjadi kebal setelah menderita penyakit tertentu, misalnya akan kebal pada kasus cacar setelah sembuh dari Penyakit tersebut. b. Imunisasi Aktif Disengaja (Artifially Induced Active Immunity) Yaitu kekebalan tyang diperoleh setelah seseorang tersebut sudah mendapatkan vaksinasi. Misalnya terhadap Penyakit cacar setelah mendapatkan vaksin cacar. 2. Imunisasi Pasif Yaitu kekebalan yang diperoleh karena orang tersebut mendapatkan zat antibody dari luar. Imunasi pasif terbagi menjadi dua yaitu: a. Imunisasi Pasif yang Diturunkan (congenital Immunity) Yaitu kekebalan pada bayi, karena mendapatkan zat antybody yang diturunkan dari ibunya, ketika masih dalam kandungan. Antybody



dari



darah ibu, melalui placenta masuk kedalam darah bayi. Jumlah zat antybody yang didapat tergantung pada jumlah zat antybody yang dimiliki ibunya. b. Imunisasi Pasif Disengaja (Artifycially Induced Passive Immunity) Yaitu kekebalan yang diperoleh seseorang karena diberi zat antybody dari luar. Pemberian zat antybody dapat berupa pengobatan (theurapeutic) maupun sebagai usaha pencegahan (prophylactic). Misalnya seseorangs luka karena menginjak paku, untuk mencegah terkena Penyakit tetanus maka disuntik A.T.S (Anti Tetanus Serum) sebagai usaha pencegahan.



2.7.



Macam-macam Imunisasi Yang Ada Diindonesia Sesuai dengan program Pemerintah (Departemen Kesehatan) tentang Program Pengembangan Imunisasi (PPI), maka anak diharuskan mendapatkan perlindungan terhadap 7 penyakit utama, yaitu: penyakit TBC (dengan pemberian vaksin BCG), difteria, tetanus, batuk rejan (Pertusis), poliomielitis, campak, dan hepatitis B. Penyebab kematian balita terbanyak adalah disebabkan oleh penyakit pneumokokus, campak, haemophillus influenza tipe B, rotavirus, difteri, dan tetanus (Cahyono dkk, 2010). Berdasarkan sifat penyelenggaraannya, imunisasi dikelompokkan menjadi dua yaitu: 1. Imunisasi wajib merupakan imunisasi yang diwajibkan oleh Pemerintah untuk seseorang sesuai dengan kebutuhannya untuk melindungi seseorang dan masyarakat sekitarnya dari penyakit menular tertentu. 1.1 Imunisasi rutin merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan secara terus menerus sesuai jadwal. Imunisasi rutin terdiri atas: A. Imunisasi dasar diberikan pada anak sebelum berusia 1 (satu) tahun. Imunisasi dasar di Indonesia menurut (Wahab dan Julia, 2002) : a. BCG ( Bacillus Calmette-Guerin ) yaitu imunisasi untuk mencegah penyakit TB (Tuberculosis) b. Hepatitis B imunisasi yang diberikan untuk mencegah terjangkitnya penyakit hepatitis B c. DPT adalah imunisasi yang diberikan sebagai upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit Diferi, Pertusis, Tetanus d. Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak e. Imunisasi campak yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat menular. B. Imunisasi lanjutan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk melengkapi Imunisasi dasar pada bayi yang diberikan kepada balita, anak usia sekolah, dan wanita usia subur (WUS) termasuk ibu hamil. Vaksin yang diberikan pada imunisasi lanjutan meliputi:



a. Bayi : Hepatitis B, BCG, Polio, DPT dan Campak b. Anak Sekolah : DT (Difteri Tetanus), Campak dan TT (Tetanus Toksoid) c. Wanita Usia Subur : TT (Tetanus Toksoid) Jadwal imunisasi lanjutan menurut (Menkes RI, 2013) yaitu: Tabel 1.1 Jadwal Imunisasi Lanjutan Pada Anak Di Bawah Tiga Tahun Umur 18 Bulan



Jenis Imunisasi DPT-HB-Hib



24 Bulan



Campak



Tabel II.2 Jadwal Imunisasi Lanjutan Pada Anak Usia Sekolah Dasar Sasaran Kelas 1 SD



Imunisasi Campak



Waktu Pelaksanaan Agustus



DT (Difteri Tetanus)



November



Kelas 2 SD



Td (Tetanus difteri)



November



Kelas 3 SD



Td (Tetanus difteri)



November



1.2 Imunisasi tambahan ditujukan pada kelompok tertentu yang paling berisiko terkena penyakit sesuai kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu. 1.3 Imunisasi khusus merupakan kegiatan imunisasi yang dilaksanakan untuk melindungi masyarakat terhadap penyakit tertentu pada situasi tertentu.Terdiri dari imunisasi Meningitis Meningokokus, imunisasi Yellow Fever (Demam Kuning), dan imunisasi Anti Rabies (VAR) (Menkes RI, 2013). 2. Imunisasi pilihan merupakan imunisasi yang dapat diberikan kepada seseorang sesuai dengan kebutuhannya untuk melindungi dari penyakit menular tertentu. Imunisasi pilihan menurut (Menkes RI,2013) yaitu: a. MMR (Measles atau campak, Mumps atau parotitis, Rubella atau campak jerman) merupakan imunisasi yang digunakan dalam memberikan atau mencegah terjadinya penyakit campak (Measles), gondongan, parotitis, epidemika (Mumps) dan Rubela (campak Jerman). b. Hib ( Haemophilus influenzae B ) merupakan imunisasi untuk mencegah bakteri berbahaya, penyebab tersering dari meningitis dan pneumonia pada anak di bawah umur 5 tahun.



c. Demam tifoid penyakit serius yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi, biasanya gejala yang timbul yaitu demam, lelah, lemah, nyeri perut, sakit kepala, tidak nafsu makan dan timbul ruam. d. Hepatitis A adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus hepatitis A yang disebarkan oleh kotoran atau tinja penderita, biasanya melalui makanan (fecal - oral). e. Pneumokokus (PCV) merupakan imunisasi untuk melindungi tubuh dari bakteri Pneumokokus yang bisa menyebabkan Meningitis, Pneumonia, dan infeksi telinga f. Vaksin Rotavirus merupakan jenis vaksin untuk mencegah diare g. Influenza melindungi tubuh dari beberapa jenis virus Influenza. h. Varisela bertujuan untuk melindungi tubuh dari penyakit cacar air i. Human Papilloma Virus (HPV) adalah imunisasi untuk melindungi tubuh dari Human papilloma virus yang menyebabkan kanker mulut rahim. j. Imunisasi Japanese encephalitis merupakan penyakit zoonosis yang dapat menyebabkan terjadinya radang otak pada hewan dan manusia. 2.8.



Jenis-Jenis Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) Jenis-jenis penyakit yang dapat dicegah melalui pemberian imunisasi meliputi penyakit menular tertentu yaitu. a. Jenis–jenis penyakit menular tertentu sebagaimana dimaksud meliputi antara lain penyakit Tuberculosis, Difteri, Pertussis, Campak, Polio, Hepatitis B, Hepatitis A, Meningitis meningokokus, Haemophilus influenzae tipe B, Kolera, Rabies, Japanese



encephalitis,



Tifus



abdominalis,



Rubbella,



Varicella,



Pneumoni



pneumokokus, Yellow fever, Shigellosis, Parotitis epidemica. b. Jenis-jenis penyakit menular yang masuk program imunisasi dasar yaitu Tuberculosis, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio, Campak, dan Hepatitis B. c. Jenis-jenis penyakit lainnya yang dengan perkembangan ilmu pengetahuan akan menjadi penyakit yang dapat dicegah melalui pemberian imunisasi akan ditetapkan tersendiri (Menkes RI, 2004). 2.9.



Macam-Macam Imunisasi Dasar Lengkap Imunisasi dasar adalah imunisasi awal yang perlu diberikan pada semua orang, terutama balita dibawah umur 5 tahun dan sejak lahir untuk melindungi tubuhnya dari penyakit-penyakit yang berbahaya (Maryunani, 2010). Imunisasi bisa melindungi anakanak dari penyakit melalui vaksinasi yang bisa berupa suntikan atau di teteskan melalui



mulut. Keberhasilan imunisasi pada anak dipengaruhi beberapa faktor antara lain waktu pemberian imunisasi yang tepat sesuai jadwal sehingga efektifitas imunisasi sesuai harapan, cara pemberian imunisasi yang tepat, dosis yang sesuai.



Tabel 1.2 Dosis, Cara Dan Tempat Pemberian Imunisasi Dasar Jenis vaksin BCG



Dosis 0,05 mL (untuk usia kurang dari 1 tahun) dan 0,1 mL (untuk usia lebih dari 1 tahun) Kemasan ampul dengan bahan pelarut 4 mL (NaCL faali)



Cara pemberian Intrakutan pada lengan atas



Polio



2 tetes per oral (0,1 ml) Kemasan vial dan pipet tetes



Langsung anak



Hepatitis B



0,5 mL Kemasan HB PID



Intramuscular (otot lengan atau paha)



DPT



0,5 mL Kemasan vial 5 mL



Intramuscular pada otot lengan atau paha, interval minimal 4 mg



Campak



Setelah dilarutkan diberikan 0,5 mL Kemasan vial berisi 10 dosis vaksin yang dibekukan atau kering beserta pelarut 5 mL (Aquadest)



Injeksi subkutan



ke



mulut



Terdapat empat macam kandungan yang terdapat dalam setiap vaksinnya, yaitu : a. Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan, yang dapat berupa Toxoid, atau virus yang telah dilemahkan atau bakteri yang dimatikan b. Pelarut dapat berupa air steril atau berupa cairan kultur jaringan c. Preservatif, stabiliser dan antibiotika yang berguna untuk menghindari tumbuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen d. Adjuvan yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatkan imunogenitas antigen (Maryunani, 2010). 2.9.1 Cara Pemberian Imunisasi Sebelum melakukan imunisasi, dianjurkan mengikuti tata cara sebagai berikut : a. Memberitahukan secara rinci tentang risiko vaksinasi dan risiko apabila tidak diimunisasi. b. Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan secepatnya bila



terjadi reaksi ikutan yang tidak diharapkan. c. Baca dengan teliti informasi tentang produk (vaksin) yang akan diberikan jangan lupa mengenai persejutuan yang telah diberikan kepada orang tua. d. Melakukan tanya jawab dengan orang tua atau pengasuhnya sebelum melakukan imunisasi e. Tinjau kembali apakah ada kontra indikasi terhadap vaksin yang akan diberikan f.



Periksa identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik bila diperlukan



g. Periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut telah disimpan dengan baik h. Periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak tanda-tanda perubahan, periksa tanggal kadaluwarsa dan cacat hal-hal istimewa, misalnya perubahan warna menunjukkan adanya kerusakan. i.



Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal.



j.



Berilah petunjuk (sebaiknya tertulis) kepada orang tua atau pengasuh apa yang harus dikerjakan dalam kejadian reaksi yang biasa atau reaksi ikutan yang lebih berat.



k. Catat imunisasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis l.



Catatan imunisasi secara rinci harus disampaikan kepada Dinas Kesehatan bidang Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)



m. Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan tawarkan vaksinasi untuk mengejar ketinggalan, bila diperlukan n. Dalam situasi yang dilaksanakan untuk kelompok besar, pengaturan secara rinci bervariasi, namun rekomendasi tetap seperti di atas dan berpegang pada prinsip-prinsip higienis, surat persejutuan yang valid,



dan pemerikasaan /penilaian sebelum imunisasi harus dikerjakan. (Ranuh, dkk., 2001, p.15-16).



2.9.2



Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) A. Pengertian KIPI Adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasi (Ranuh, dkk., 2001, p.37).



B. Factor Penyebab Kelompok Kerja (Pokja) KIPI Depkes RI membagi penyebab KIPI menjadi 5 kelompok faktor etiologi yaitu: a. Kesalahan program/teknik pelaksanaan (Programmic errors) Sebagian kasus KIPI berhubungan dengan masalah program dan teknik pelaksanaan imunisasi yang meliputi kesalahan program penyimpanan, pengelolaan, dan tata laksana pemberian vaksin. Kesalahan tersebut dapat terjadi pada berbagai tingkatan prosedur imunisasi, misalnya: 1. Dosis antigen (terlalu banyak) 2. Lokasi dan cara menyuntik 3. Sterilisasi semprit dan jarum suntik 4. Jarum bekas pakai 5.Tindakan aseptik dan antiseptik 6. Kontaminasi vaksin dan perlatan suntik 7. Penyimpanan vaksin 8. Pemakaian sisa vaksin 9. Jenis dan jumlah pelarut vaksin 10.Tidak memperhatikan petunjuk produsen b. Reaksi suntikan Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik baik langsung maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI. Reaksi suntikan langsung misalnya rasa sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat suntikan, sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya rasa takut, pusing, mual, sampai sinkope. c. Induksi vaksin (reaksi vaksin) Gejala KIPI yang disebabkan induksi vaksin umumnya sudah dapat diprediksi terlebih dahulu karena merupakan reaksi simpang vaksin dan secara klinis biasanya ringan. Walaupun demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat seperti reaksi anafilaksis sistemik dengan resiko kematian. Reaksi simpang ini sudah teridentifikasi dengan baik dan tercantum dalam



petunjuk pemakaian tertulis oleh produsen sebagai indikasi kontra, indikasi khusus, perhatian khusus, atauberbagai tindakan dan perhatian spesifik lainnya termasuk kemungkinan interaksi obat atau vaksin lain. Petunjuk ini harus diperhatikan dan ditanggapi dengan baik oleh pelaksana imunisasi.



d. Faktor kebetulan (Koinsiden) Seperti telah disebutkan di atas maka kejadian yang timbul ini terjadi secara kebetulan saja setelah diimunisasi. Indikator faktor kebetulan ini ditandai dengan ditemukannya kejadian yang sama disaat bersamaan pada kelompok populasi setempat dengan karakteristik serupa tetapi tidak mendapatkan imunisasi. (Ranuh, dkk., 2008) C. Gejala Klinis Kipi Gejala klinis KIPI dapat timbul secara cepat maupun lambat dan dapat dibagi menjadi gejala lokal, sistemik, reaksi susunan saraf pusat, serta reaksi lainnya. Pada umumnya makin cepat KIPI terjadi makin cepat gejalanya. a. Reaksi KIPI lokal 1. Abses pada tempat suntikan 2. Limfadenitis 3. Reaksi lokal lain yang berat, misalnya selulitis, BCG-itis c. Reaksi KIPI susunan syaraf pusat 1. Kelumpuhan akut 2. Ensefalopati 3. Ensefalitis 4. Meningitis 5. Kejang d. Reaksi KIPI lainnya 1. Reaksi alergi: urtikaria, dermatitis, edema 2. Reaksi anafilaksis 3. Syok anafilaksis 4. Demam tinggi >38,5°C 5. Episode hipotensif-hiporesponsif 6. Osteomielitis 7. Menangis menjerit yang terus menerus Setelah pemberian setiap jenis imunisasi harus dilakukan observasi selama 15 menit. untuk menghindarkan kerancuan maka gejala klinis yang dianggap sebagai KIPI dibatasi dalam jangka waktu tertentu: Tabel 1.3 Gejala Klinis Vaksin KIPI Jenis



Gejala Klinis KIPI



Saat



timbul



Vaksin Toksoid Tetanus (DPT, DT, TT) Campak



Jenis Vaksin



KIPI Syok anafilaksis Neuritis brakhial Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian Syok anafilaksis Ensefalopati Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian



4 jam 2-18 hari tidak tercatat



Gejala Klinis KIPI



Saat timbul KIPI 7-30 hari 6 bulan tidak tercatat



Trombositopenia Klinis campak pada resipien imunokompromais Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian Polio



Hepatitis B BCG



2.10.



Polio paralisis Polio paralisis pada resipien imunokompromais Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian Syok anafilaksis Komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian BCG-it is



4 jam 5-15 hari tidak tercatat



30 hari 6 bulan



4 jam tidak tercatat 4-6 minggu



Jadwal Imunisasi Dasar Lengkap Tidak semua anak yang di imunisasi akan terbebas dari penyakit. Semua bergantung pada tingkat efektifitas atau tingkat keberhasilan imunisasi yang dilakukan. Begitu pula, waktu perlindungan dari vaksin yang terjadi pun bervariasi. Vaksin yang diberikan ketika anak masih memiliki kadar antibody dari ibunya yang masih tinggi akan memberikan hasil yang kurang memuaskan, maka untuk memberikan hasil yang efektif maka pelaksanaan imunisasi harus berdasarkan jadwal yang telah ditentukan.



Tabel 1.4 Jadwal Imunisasi Jenis vaksin



Jumlah Vaksin



Hepatitis



3 Kali



BCG



1 Kali



DPT



3 Kali (DPT 1,2,3)



Selang Waktu Pemberian -HB0 pada bayi 0-7 hari -Hb1 bayi 2 bulan, Hb selanjut nya dengan selang waktu 1 minggu 4 minggu



Sasaran



Keterangan



Bayi 0-12 bulan



Untuk melindungi resiko penularan penyakit Hepatitis B yang dalam kurun waktu tertentu dapat menyebabkan serosis dan hematoma.



Bayi 0–11 bulan



Untuk mengurangi resiko tuberculosis berat (meningitis tuberculosis dan tuber culosis miller)



2–11 bulan bayi



Anti toksin difteri berfungsi sebagai pengikat toxin difteri yang beredar dalam darah Pertusis toxin memproduksi eksotoksin untuk mencegah kerusakan saluran nafas intra serebral dan menjaga gejala klinis pada manusia. Anti tetanus berfungsi sebagai pencegahan terjadinya produksi tetanospasmia yang diakibatkan infeksi tetanus.



POLIO



3 Kali (DPT 1,2,3)



CAMPAK



1 Kali



4 minggu



2-11 bulan



Bayi 9 – 11 bulan



Vaksin yang digunakan sebagai antibodi dalam darah maupun pada epithelium usus untuk mempertahankan terhadap virus polio liar. Vaksin yang digunakan untuk memproteksi dari virus campak



BAB III KESIMPULAN Imunisasi merupakan salah satu cara pencegahan penyakit menular khususnya penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) yang tidak hanya diberikan pada anak



bayi



saja



tetapi



diberikan



kepada



remaja



dan pada dewasa. Cara kerja imunisasi yaitu dengan memberikan antigen bakteri atau virus tertentu yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan merangsang sistem imun tubuh untuk membentuk antibodi. Antibody menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif sehingga dapat mencegah atau mengurangi akibat penularan PD3I tersebut. Tujuan imunisasi merupakan untuk mencegah terjadinya Penyakit tertentu pada seseorang, dan menghilangkan Penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan suatu Penyakit tertentu dari duni



DAFTAR PUSTAKA Anik Maryunani, 2010, Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta. Atika. (2020). Imunisasi dan Vaksinasi. Bantul, Yogyakarta Nuha Medika. Cahyono. (2010). Vaksinasi. Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Corry S Matondang, Sjawitri P Siregar. 2008. Aspek imunologi imunisasi. Dalam I.G.N. Ranuh, Hariyono Suyitno, Sri Rezeki S Hadinegoro, Cissy B. Kartasasmita, Ismoedijanto, Soedjatmiko: Pedoman imunisasi di indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia. Departemen Kesehatan RI, 2004, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004, tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, Jakarta. Kemenkes RI (2017a) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi, Kementerian Kesehatan. Indonesia.Availableat:http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_N o._12_ttg_Penyelenggaraan_Imunisasi_.pdf. Kemenkes RI, 2013a, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 312/MENKES/SK/IX/2013 tentang Daftar Obat Esensial Nasional 2013, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Proverawati, Andhini. (2010). Imunisasi dan Vaksinasi. Yogyakarta: Nuha Medika Ranuh,I.G.N.2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Edisi ketiga.Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. Sri, Rezeki S Hadinegoro. Prof. Dr. dr. SpA(K), dkk. Pedoman imunisasi di Indonesia. Ikatan Dokter Indonesia. Edisi ke-2. Jakarta 2005. Suharjo, JB. Vaksinasi cara ampuh cegah penyakit infeksi. Kanisius : 2010 Unicef, WHO, World Bank Group. Levels and trends in child malnutrition. Geneva 2017. Wahab, dan Julia. (2002). Sistem Imun, Imunisasi dan Penyakit Imun. Jakarta : Widya Medika.