18 0 143 KB
Otoacustic Emissions (OAE)
Bab I Pendahuluan Pendengaran memegang peranan yang sangat penting bagi semua orang,
terutama
anak
–
anak
dalam
mempelajari
bicara,sosialisasi dan perkembangan kognitif.
bahasa
dan
Anak belajar berbicara
berdasarkan pada apa yang dia dengar,sehingga gangguan pendengaran yang dialami anak sejak lahir akan mengakibatkan keterlambatan berbicara dan berbahasa. Gangguan pendengaran adalah kecacatan yang tidak kelihatan. Berlainan dengan cacat kelahiran yang lain, gangguan pendengaran mempunyai kesulitan dalam deteksi. Di Amerika Serikat pada kasus gangguan pendengaran yang sedang sampai berat rata-rata dideteksi pada usia 20 dan 24 bulan. Pada kasus gangguan pendengaran yang ringan ditemukan pada usia rata - rata 48 bulan. Bahkan pada kasus gangguan pendengaran yang unilateral baru dapat diidentifikasi pada usia sekolah. Intervensi dini pada gangguan pendengaran dapat memberikan hasil yang lebih baik dalam kemampuan untuk berbicara dan berbahasa. Penanganan gangguan pendengaran yang dini terbaik dilakukan dibawah usia 6 bulan karena akan memberikan hasil intervensi yang optimal. Penggunaan
alat
pemeriksaan
pendengaran
dengan
metode
elektrofisiologik dan teknologi modern sangat membantu dalam deteksi dini gangguan pendengaran. Auditory Brainstem Response (ABR),OtoAcoustic Emission (OAE) dan Tympanometry digunakan sebagai alat untuk melakukan deteksigangguan pendengaran pada bayi baru lahir karena dapat melakukan pengukuran secara akurat dan objektif. Gangguan pendengaran adalah kasus kelainan bawaan tersering dengan angka kejadian berkisar antara 1 sampai 3 kejadian setiap 1000 kelahiran hidup. Angka tersebut dapat meningkat 10 hingga 50 kali lipat bila dilakukan survei pada kelompok dengan risiko tinggi. Angka kejadian Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 3 September – 29 September 2012
1
Otoacustic Emissions (OAE)
gangguan pendengaran pada neonatus yang diobservasi ketat di Neonatal Intensive Care Unit (NICU) adalah 2,5setiap 100 bayi risiko tinggi . Survey Kesehatan Mata dan Telinga diIndonesia didapatkan prevalensi gangguan pendengaran adalah 16,8%, tuli 0,4% dan tuli kongenital 0.1%. Pemeriksaan OAE sensitif untuk mengetahui adanya kerusakan pada disfungsi outer haircell pada koklea. Pemeriksaan OAE juga cukup efektif sebagai alat screening karena selain sensitif juga cukup murah. Minesota Newborn Hearing Screening Program memakai OAE sebagai standar pemeriksaan awal, apabila didapatkan abnormalitas baru diperiksa dengan ABR.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 3 September – 29 September 2012
2
Otoacustic Emissions (OAE)
Bab II Otoacustic Emissions (OAE) 2.1. Defenisi Tujuan
utama
dari
uji
emisi
otoacoustic
(OAE)
adalah
untuk
menentukan status koklearis, khususnya fungsi sel rambut. Informasi ini dapat digunakan untuk : (1) skrining pendengaran (terutama pada neonatus, bayi, atau individu dengan cacat perkembangan) (2) memperkirakan sensitivitas pendengaran dalam rentang yang terbatas (3) membedakan antara tuli komponen sensorik dan tuli saraf sensorineural dan (4) tes untuk fungsi pendengaran. Informasi dapat dikumpulkan dari pasien yang tertidur bahkan dalam keadaan koma karena tidak membutuhkan respon perilaku. Koklea yang normal tidak hanya menerima suara, juga memproduksi suara dengan intensitas rendah yang disebut OAEs. Suara ini diproduksi secara spesifik oleh koklea dan terutama oleh sel rambut luar koklea pada saat mereka melebar dan berkontraksi. Adanya emisi koklea telah di hipotesiskan
pada
tahun
1940
pada
dasar
model
matematika
dari
nonlinearity koklear. Bagaimanapun juga, OAEs tidak bisa diukur sampai 1970 an, hingga terciptanya mikrofon dengan sensitivitas noise yang rendah untuk merekam responnya. Terdapat 4 tipe otoakustik emission, yaitu : •
Otoakustik spontan (SOAs) atau Spontaneous otoacoustic emissions (SOAEs) Suara dipancarkan tanpa rangsangan akustik.
•
Pancaran otoakustik sementara
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 3 September – 29 September 2012
3
Otoacustic Emissions (OAE)
Suara dipancarkan terhadap respon akustik pada durasi yang sangat singkat. biasanya berupa klik, tetapi bisa juga semburan nada. •
Pancaran
produk Distorsi otoacoustic emissions (DPOAEs) - suara
dipancarkan dalam menanggapi 2 nada simultan frekuensi yang berbeda. •
Pancaran
otoakustik
dengan
frekuensi
terus
menerus.
Suara
dipancarkan dalam menanggapi nada terus Contoh dari multifrequency emisi otoacoustic spontan dapat dilihat pada gambar di bawah.
Gbr 1. Contoh dari pancaran otoakustik spontan multifrequency yang direkam dari wanita 48 tahun dengan pendengaran normal. •
Audiometri nada murni mengukur dari telinga luar, telinga tengah, koklea dan nervus kranialis VIII, dan sistem auditori sentral. Sedangkan OAEs mengukur hanya sistem audiroti perifer, dimana yang termasuk didalamnya adalah telinga luar, telinga tengah, dan koklea. Respon hanya berasal dari koklea, tetapi telinga luar dan tengah harus dapat mentransimisi kan pancaran suara pada rekaman mikrofon. Test OAEs seringkali digunakan sebagai alat skrining untuk mendeteksi ada tidaknya
fungsi koklea, meskipun analisis dapat dilakukan untuk
menentukan koklea individu. OAEs tidak dapat digunakan untuk Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 3 September – 29 September 2012
4
Otoacustic Emissions (OAE)
deskripsi penuh ambang. OAEs tidak sepenuhnya dapat digunakan untuk
menggambarkan ambang pendengaran seseorang, namun
mereka dapat membantu validasi tindakan ambang batas lainnya (misalnya, pura-pura kehilangan pendengaran) atau mendapatkan informasi dimana letak lesi nya.
2.2. Cara kerja OAE Masukkan probe dengan ujung fleksibel lembut kedalam
saluran
telinga untuk mendapatkan segel. Gunakan probe yang berbeda untuk neonatus dan orang dewasa; probe harus di kalibrasi secara berbeda karena perbedaan yang signifikan pada volume kanal telinga. Kanal telinga yang kecil menghasilkan tingkat tekanan suara yang lebih efektif (SPL), sehingga digunakan probe yang berbeda untuk mengoreksi perbedaan. Beberapa tanggapan dirata-ratakan. Semua OAEs dianalisis relatif terhadap kebisingan, sehingga pengurangan kebisingan ambien fisiologis dan akustik sangat penting untuk rekaman yang baik. Karena tidak dibutuhkan respon perilaku, OAEs dapat dilakukan walaupun pasien dalam keadaan koma. Pada pasien yang tidak banyak biara dan kooperatif, perekaman biasanya memerlukan waktu yang lebih lama atau mungkin tidak dapat didapatkan hasil dalam satu kali kunjungan. Pemancaraan otoakustik spontan. Respon yang tidak dipancing biasanya diukur dalam rentang sempit ( f1]) dan tingkat intensitas 2 (yaitu, L1, L2). Hubungan antara L1-L2 dan f1-f2 menentukan respon
frekuensi. Sebuah rasio F1/F2 menghasilkan
DPOAEs terbesar sebesar 1,2 untuk frekuensi rendah dan tinggi dan 1,3 untuk frekuensi menengah. Untuk menghasilkan respon yang optimal, mengatur
intensitas
sehingga
L1
yang
sama
atau
melebihi
L2.
Menurunkan intensitas mutlak stimulus DPOAEs lebih sensitif terhadap kelainan. Pengaturan dari 65/55 dB SPL L1/L2 lebih sering digunakan. Respon biasanya paling kuat dan dicatat pada frekuensi yang dipancarkan dari 2 f1f2, namun, mereka umumnya memetakan sesuai dengan f2 karena daerah yang mendekati frekuensi wilayah koklea yang menciptakan responnya. Prasyarat untuk mendapatkan emisi otoacoustic Prasyarat meliputi : •
Saluran telinga tengah yang tidak tersumbat
•
Tutup saluran telinga dengan probe
•
Posisikan probe dengan optimal
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 3 September – 29 September 2012
6
Otoacustic Emissions (OAE)
•
Tidak adanya keadaan patologi telinga tengah: Tekanan pemerataan (PE) tabung saja mungkin tidak akan mengganggu hasil. Namun, jika emisi tidak hadir, hasilnya harus ditafsirkan dengan hati-hati
•
Fungsi sel rambut luar koklea.
•
Pasien yang tidak banyak bicara : Gerakan yang berlebihan atau vokalisasi dapat menghalangi perekaman.
•
Lingkungan perekaman yang relatif sunyi : stan suara tidak diperlukan, tapi lingkungan yang bising dapat menghalangi rekaman akurat.
2.3. Interpretasi Spontan otoacoustic emisi Secara umum, SOAEs 40-50% terdapat pada individu yang memiliki pendengaran normal. Untuk orang dewasa, sekitar 30-60%, pada neonatus dengan pendengaran normal, sekitar 25-80%. SOAEs umumnya tidak terdapat pada individu dengan gangguan pendengaran yang ambang batasnya dibawah 30 dB HL. Oleh karena itu, SOAEs biasanya dianggap sebagai tanda dari kesehatan koklea, tetapi tidak terdapatnya SOAEs belum tentu ada tanda kelainan. Ketika dicoba pada manusia, SOAEs biasanya terjadi pada 1000sampai 2000-Hz, amplitudo antara -5 dan 15 dB SPL. Beberapa individu memiliki SOAEs multifrekuensi melebihi rentang frekuensi yang lebih luas. SOAEs biasanya terdapat pada telinga bilateral dan jarang unilateral. Jika unilateral, maka lebih cenderung terdapat di telinga kanan dari pada di telinga kiri. SOAEs lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan lakilaki (di segala usia). Biasanya, SOAEs tidak berhubungan dengan tinnitus. Karena tinnitus sering terjadi dalam hubungannya dengan kelainan koklea, SOAEs biasanya tidak ada. SOAEs jarang digunakan secara klinis untuk skrining pendengaran. Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 3 September – 29 September 2012
7
Otoacustic Emissions (OAE)
Tidak adanya SOAEs tidak berarti fungsi pendengaran tidak normal, seperti yang ditunjukkan di atas. SOAEs tingkat tinggi mungkin terjadi. Emisi ini dapat didengar oleh orang lain. Keluhan tinnitus biasanya keliru karena pasien sering tidak bisa mendengar suara-suara. Emisi tersebut sangat jarang terjadi tetapi dapat terjadi besamaan dengan gangguan pendengaran sensori. SOAEs Tingkat tinggi lebih sering terjadi pada anak-anak dibandingkan orang dewasa. Transient otoacoustic emisi Di klinik, TOAEs biasanya digunakan untuk skrining pada bayi, untuk memvalidasi ambang elektropsikologi pendengaran, dan untuk menilai fungsi koklea relatif terhadap lokasi lesi. Menurut definisi, TOAEs dicatat hanya dalam menanggapi rangsangan yang sangat pendek atau sementara. Secara umum, kehadiran TOAE dalam sebuah band frekuensi tertentu menunjukkan bahwa sensitivitas koklea di wilayah tersebut kira-kira 20-40 dB HL atau lebih baik, tergantung pada studi yang dikutip. Kebanyakan dokter menggunakan adanya TOAE dalam sebuah band oktaf tertentu untuk menunjukkan bahwa sensitivitas pendengaran seharusnya 30 dB HL atau lebih baik Distorsi produk otoacoustic emisi Manfaat relatif dari TOAEs dan DPOAEs secara luas dibahas. Pada dasarnya, DPOAEs memungkinkan kekhususan frekuensi yang lebih besar dan dapat digunakan untuk merekam pada frekuensi yang lebih tinggi daripada TOAEs. Oleh karena itu, DPOAEs mungkin sama sangat berguna untuk
deteksi
dini
kerusakan
koklea
karena
mereka
adalah
untuk
ototoksisitas dan kebisingan yang menyebabkan kerusakan. Namun, skala besar studi banding TOAEs dan DPOAEs dalam kelompok pasien yang saat ini masih kurang. Keandalan DPOAEs paling besar di atas 1000 Hz. Untuk
skrining
pendengaran
bayi,
DPOAEs
dan
TOAEs
dapat
digunakan. Tetapi TOAEs telah digunakan secara klinis untuk jangka waktu Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 3 September – 29 September 2012
8
Otoacustic Emissions (OAE)
lebih lama dan lebih dikenal dalam menentukan hubungan dengan ambang audiometri perilaku. Berdasarkan
pada
metodologi
yang
digunakan,
DPOAEs
sering
digunakan untuk mendeteksi gangguan pendengaran dari yang ringan sampai sedang pada individu, dimana dengan TOAEs tidak bisa dilakukan. Namun penelitian keakuratan DPOAEs dalam mengestimasi sensitivitas pendengaran sebenarnya sampai saat ini belum sepenuhnya diselesaikan (penelitian terus dilakukan samapai saat ini). DPOAEs sering sesuai dengan konfigurasi audiometri dari gangguan pendengaran koklea, yang dalam hal ini sangat membantu mendeteksi gangguan pendengaran pada beberapa pasien. Pancaran otoacoustic terus menerus SFOAEs bertanggung jawab merekam nada yang terus menerus. Karena rangsangan dan pancaran tumpang tindih dalam saluran telinga, mikrofon perekam mendeteksi keduanya. Interpretasi bergantung pada pembacaan dari perekaman yang rumit. Sekarang ini, SFOAEs tidak digunakan di klinik.
2.4. Faktor yang mempengaruhi otoakustik emisi Beberapa masalah non patologi yang dapat menyebabkan tidak adanya OAEs •
Penempatan probe yang buruk
•
Gelombang berdiri
•
Cerumen menyumbat kanal
•
Debris dan benda asing di liang telinga luar
•
Verniks kaseosa pada neonatus: Hal ini biasa terjadi segera setelah lahir
•
Pasien tidak kooperatif
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 3 September – 29 September 2012
9
Otoacustic Emissions (OAE)
Beberapa masalah patologis yang dapat menyebabkan tidak adanya OAEs a. Telinga luar •
Stenosis
•
Eksternal Otitis
•
Kista
•
Tekanan pada telinga yang abnormal
•
Membran timpani - Perforasi gendang telinga
b. Telinga bagian tengah •
Otosklerosis
•
Telinga bagian tengah disartikulasi
•
Cholesteatoma
•
Kista
•
Otitis media Bilateral
c. Koklea •
Paparan obat ototoksik atau paparan kebisingan (termasuk musik)
•
Kelainan patologi lainnya
Kondisi yang tidak mempengaruhi OAEs •
N VIII patologi:
N VIII yang mempengaruhi koklea (misalnya,
schwannoma vestibular yang menurunkan vaskularisasi koklea) •
Gangguan pendengaran pusat
Kondisi yang menimbulkan OAEs abnormal dan batas perilaku yang normal •
Tinnitus
•
Kebisingan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 3 September – 29 September 2012
10
Otoacustic Emissions (OAE)
•
Ototoksisitas
•
Patologi vestibular
Kondisi
yang
menimbulkan
OAEs
normal
dan
perilaku
yang
abnormal •
Gangguan fungsional pendengaran
•
Perhatian yang kurang
•
Autisme
•
Neuropati auditory: Ini termasuk disfungsi sistem saraf pusat dan disfungsi N VIII pendengaran.
2.5. Neuropati Auditory Dengan adanyarekaman otoacustic emission(OAE),penelitian terhadap Neuropathy Auditory menjadi lebih gampang. Neuropathy Auditory jugalebih umumdaripada yang diperkirakan sebelumnya[3]. Oleh karena itu, di bawah iniakan dijelaskan sedikt mengenai Neuropathy Auditory . Neuropathy OAE,tetapi
Auditoryditandai
temuanABRtidak
normal,
denganadanyarespon dan,
seringkali,
tidak
terhadap adarespon
terhadap suara.(OAEs mungkin tidak adabilameuropathy auditorydisertai adanya
gangguankoklea.
Terkadang
respon
OAEsdapatmenghilangdari
waktu ke waktupada pasienneuropathy auditory) Gambaran ABR pada neuropathy auditory adalah tidak adanya semua bentuk gelombang ABR atau terlihat latency interpeak berkepanjangan. Kadang – kadang terlihat respon microphonic cochlear yang membesar yang diamati pada rekaman ABR untuk pasien. Pasien dengan neuropathy auditory mungkin memiliki beberapa jenis konfigurasi audiometri, namun konfigurasi
rising
atau
flat
yang
paling
umum.
Seringkali,
pasien
mengakuisulit mendengarkan kebisingan. Kemampuan mendengar pada Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 3 September – 29 September 2012
11
Otoacustic Emissions (OAE)
pasien ini mungkin berfluktuasi. Seiring waktu,pendengaran mungkin stabil, membaik, atau memburuksampai tidak bisa mendengar sama sekali. Jika etiologi diketahui, mungkin prognosis lebih baik, namun gangguan dapat idiopatik.
Penyebabneuropatipendengaranterkadangtidak beberapa
kondisi
berikutdapat
dikaitkan
diketahui,
namun,
denganneuropathy
auditory
padaanak: •
Hyperbilirubinemia
•
Neurodegenerative diseases
•
Neurometabolic diseases
•
Demyelinating diseases
•
Hereditary motor sensory neuropathologies (eg, Charcot-Marie-Tooth diseases with deafness)
•
Inflammatory neuropathy
•
Hydrocephalus
•
Severe and/or pervasive developmental delay
•
Ischemic-hypoxic neuropathy
•
Encephalopathy
•
Meningitis
•
Cerebral palsy
2.6. Anatomi danFisiologi yangMendasariEmisiotoacoustic Saat suara digunakan untuk memperoleh emisi, suara dihantarkan melaluitelinga darisinyal
bagian
luar,
akustikmenjadi
dihantarkanmelaluitulang-tulang
di
manastimuluspendengarandikonversi
sinyalmekanikpada yang
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 3 September – 29 September 2012
terdapat
membrantimpanidan ditelinga
tengah,
kaki
12
Otoacustic Emissions (OAE)
stapesbergerakdijendelaoval,
menyebabkangelombangdihantarkan
dalamkoklea yang berisi cairan. cairankoklea iniyang membawa gelombang menujumembranbasilar, setiap bagiandarimembranbasilarhanya maksimal sensitif
terhadaprentang
iniadalahtonotopic
frekuensiyang
gradient.
denganjendelaovallebihsensitif Daerahlebih
jauhyang
terbatas.
Yang
Daerahyang terhadap
palingsensitifuntuk
mengatur
paling
rangsanganfrekuensi rangsangan
frekuensi
hal
dekat tinggi. yang
rendah. Oleh karena itu, pada OAE, tanggapanpertama kali yang dicatat berasaldarirangsangan
frekuensi
tertinggi
yang
berasaldaerahkokleakarenajarak perjalananyang lebih pendek. Selanjutnya baru disertai oleh respondari areafrekuensi rendah, yaitu yanglebih dekatke apexkoklea. Ketikamembranbasilarbergerak, sel-sel rambuttelahdiaturdalamgerak dan akan
timbulresponelektromekanis,
dansinyaleferendipancarkan.
sedangkansinyalaferenditransmisikan Sinyaleferenditransmisikankembali
melaluijalurpendengaran, dan sinyaldiukurdalamsaluran telinga luar. Seperti dijelaskan di atas, respondari daerahfrekuensi tinggitibapertama, yang diikuti olehtanggapan daridaerah frekuensi rendah. Sel-selrambut selrambutmotil,
luarterletak
diorganCortipadamembranbasilar.
responelektrokimiamemunculkanresponmotorik.
barisselrambut luarmemilikistereocilia
Sel3
yang telahdiaturdalam formasiW.
stereociliaterhubung satu samalain dan, karenanya, bergeraksebagai satu unit.Ini adalahsel-selrambut luardiyakini mendasarigenerasiOAE.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 3 September – 29 September 2012
13
Otoacustic Emissions (OAE)
Bab. III Kesimpulan Gangguan pendengaran adalah kasus kelainan bawaan tersering dengan angka kejadian berkisar antara 1 sampai 3 kejadian setiap 1000 kelahiran hidup. Angka tersebut dapat meningkat 10 hingga 50 kali lipat bila dilakukan
survei
pada
kelompok
dengan
risiko
tinggi.
Gangguan
pendengaran adalah kecacatan yang tidak kelihatan. Tujuan
utama
dari
uji
emisi
otoacoustic
(OAE)
adalah
untuk
menentukan status koklearis, khususnya fungsi sel rambut. Terdapat 4 tipe otoakustik emission, yaitu : •
Otoakustik spontan (SOAs) atau Spontaneous otoacoustic emissions (SOAEs) Suara
dipancarkan
dianggap
sebagai
tanpa tanda
rangsangan dari
akustik.SOAEs
kesehatan
koklea,
biasanya
tetapi
tidak
terdapatnya SOAEs belum tentu ada tanda kelainan. •
Pancaran otoakustik sementara
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 3 September – 29 September 2012
14
Otoacustic Emissions (OAE)
Suara dipancarkan terhadap respon akustik pada durasi yang sangat singkat. biasanya berupa klik, tetapi bisa juga semburan nada. TOAEs biasanya digunakan untuk skrining pada bayi, untuk memvalidasi ambang elektropsikologi pendengaran, dan untuk menilai fungsi koklea relatif terhadap lokasi lesi. •
Pancaran
produk Distorsi otoacoustic emissions (DPOAEs) - suara
dipancarkan dalam menanggapi 2 nada simultan frekuensi yang berbeda. DPOAEs mungkin sama sangat berguna untuk deteksi dini kerusakan koklea karena mereka adalah untuk ototoksisitas dan kebisingan yang menyebabkan kerusakan. •
Pancaran
otoakustik
dengan
frekuensi
terus
menerus.
Suara
dipancarkan dalam menanggapi nada terus. SFOAEs digunakan untuk merekam rangsangan terus menerus nada yang tumpang tindih pada saluran telinga dan perekaman mendeteksi keduanya. Saat ini, SFOAEs tidak digunakan di klinik.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit THT Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Periode 3 September – 29 September 2012
15