REFERAT RADIOLOGI Aspirasi Mekonium [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

REFERAT



GAMBARAN RADIOLOGI ASPIRASI MEKONIUM



DISUSUN OLEH :



LUSTI AMELIA BAHAR 1102014149



PEMBIMBING :



dr. Tektona Fitri, Sp. Rad



KEPANITERAAN KLINIK RADIOLOGI RSUD KABUPATEN BEKASI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI 2018



KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmatnya serta karunia-Nya, sehingga syukur Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan referat dengan judul “Gambaran Radiologi Aspirasi Mekonium”. Referat ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik Radiologi di RSUD Kabupaten Bekasi. Penulis menyadari bahwa referat ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para konsulen bagian Radiologi, atas keluangan waktu dan bimbingan yang telah diberikan, serta kepada teman sesama kepaniteraan klinik Radiologi yang selalu mendukung, memberi saran, motivasi, bimbingan dan kerjasama yang baik sehingga dapat terselesaikannya referat ini. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun referat ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, sangat terbuka untuk menerima segala kritik dan saran yang diberikan demi kesempurnaan referat ini. Akhirnya semoga refrat ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan setiap pembaca pada umumnya. Amin.



Maret 2019



Penulis



2



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR .......................................................................................... 2 DAFTAR ISI ......................................................................................................... 3 BAB I



PENDAHULUAN ................................................................................ 4



BAB II



TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 5



DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23



3



BAB I PENDAHULUAN Sindroma aspirasi mekonium (SAM) merupakan sekumpulan gejala yang diakibatkan oleh terhisapnya mekonium ke dalam saluran pernafasan bayi. Etiologi terjadinya sindroma aspirasi mekonium adalah cairan amnion yang mengandung mekonium terinhalasi oleh bayi. Mekonium dapat keluar di dalam kandungan bila terjadi stres / kegawatan intrauterin. Mekonium yang terhirup bisa menyebabkan penyumbatan parsial ataupun total pada saluran pernafasan, sehingga terjadi gangguan pernafasan dan gangguan pertukaran udara di paruparu. Selain itu, mekonium juga menyebabkan iritasi dan peradangan pada saluran udara, menyebabkan suatu pneumonia kimiawi. Cairan amnion yang terwarnamekonium ditemukan pada 5-15% kelahiran, tetapi sindrom ini biasanya terjadi pada bayi cukup bulan atau lewat bulan. Pada 5% bayi yang berkembang pneumonia aspirasi, dimana 30% darinya memerlukan ventilasi mekanis dan 5-10 persennya dapat meninggal. Kegawatan janin dan hipoksia terjadi bersama dengan masuknya



mekonium



ke



dalam



cairan



amnion.



4



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 DEFINISI Sindroma aspirasi mekonium (SAM) adalah sindrom atau kumpulan berbagai gejala klinis dan radiologis akibat janin atau neonatus menghirup atau mengaspirasi mekonium. Sindrom aspirasi mekonium dapat terjadi sebelum, selama, dan setelah proses persalinan. Mekonium yang terhirup dapat menutup sebagian atau seluruh jalan napas neonatus. Udara dapat melewati mekonium yang terperangkap dalam jalan napas neonatus saat inspirasi. Mekonium dapat juga terperangkap dalam jalan napas neonatus saat ekspirasi sehingga mengiritasi jalan napas dan menyebabkan kesulitan bernapas. Tingkat keparahan SAM tergantung dari jumlah mekonium yang terhirup, ditambah dengan kondisi lain seperti infeksi intrauterin atau lewat bulan (usia kehamilan lebih dari 42 minggu). Secara umum, semakin banyak mekonium yang terhirup, semakin berat kondisi klinis neonatus. Lingkaran kejadian yang terdiri dari hipoksemia, shunting atau pirau, asidosis, dan hipertensi pulmonal sering dihubungkan dengan SAM.1 Sindroma aspirasi mekonium (SAM) adalah salah satu penyebab yang paling sering menyebabkan kegagalan pernapasan pada bayi baru lahir aterm maupun post-term. Kandungan mekonium antara lain adalah sekresi gastrointestinal, hepar, dan pancreas janin, debris seluler, cairan amnion, serta lanugo. Adanya mekonium pada cairan amnion jarang dijumpai pada kelahiran preterm. Resiko SAM dan kegagalan pernapasan yang terkait, meningkat ketika mekoniumnya kental dan apabila diikuti dengan asfiksia perinatal. Beberapa bayi yang dilahirkan dengan cairan amnion yang mekonial memperlihatkan distres pernapasan walaupun tidak ada mekonium yang terlihat dibawah korda vokalis setelah kelahiran. 2,3



2.2 ETIOLOGI Etiologi terjadinya sindroma aspirasi mekonium adalah cairan amnion yang mengandung mekonium terinhalasi oleh bayi. Mekonium dapat keluar (intrauterin) bila terjadi stres / kegawatan intrauterin. Mekonium yang terhirup bisa menyebabkan



5



penyumbatan parsial ataupun total pada saluran pernafasan, sehingga terjadi gangguan pernafasan dan gangguan pertukaran udara di paru-paru. Selain itu, mekonium juga berakibat pada iritasi dan peradangan pada saluran udara, menyebabkan suatu pneumonia kimiawi. 4



inflamasi dan edema alveolar dan parenkimal perubahan daya elastis paru (peningkatan resisten, penurunan kompli ens)



efek mediator (sitokin, eikosanoid)



disfungsi surfaktan



kebocoran protein ke dalam jalan nafas



SA M



toksisitas langsung oleh unsur mekonium



sumbatan jalan nafas



efek hipoksemia dalam intra uterin (perubahan bentuk vaskuler pulmonal, perubahan parenkimal paru)



perubahan reaktivitas pembuluh darah paru



vasokonstriksi pulmoner oleh karena komponen mekonium



Bagan 2.1 Etiologi Sindroma Aspirasi Mekonium (Clark, 2010)



6



2.3 PATOFISIOLOGI



Dalam rahim pengeluaran mekonium dihasilkan dari rangsangan saraf dari saluran gastrointestinal yang telah matang dan biasanya akibat dari stress hipoksia fetus. Begitu fetus mencapai aterm, traktus gastrointestinal menjadi matang, dan stimulasi vagus dari kompresi kepala atau saraf tulang belakang dapat menyebabkan peristaltik dan relaksasi sfingter anus menyebabkan keluarnya mekonium. Mekonium mengubah cairan amnion secara langsung, menurunkan aktivitas anti bakteri dan selanjutnya meningkatkan resiko infeksi bakteri perinatal. Mekonium juga mengiritasi kulit fetus, karena itu meningkatkan insidensi eritema toksikum. Namun, komplikasi paling berat dari pengeluaran mekonium intrauterin adalah aspirasi sebelum, selama, dan sesudah kelahiran. Aspirasi menyebabkan hipoksia melalui 4 efek mayor: obstruksi jalan nafas, disfungsi surfaktan, pneumonitis kimia, dan hipertensi pulmonal. a. Obstruksi Jalan Nafas Obstruksi jalan nafas total oleh mekonium menyebabkan atelektasis. Obstruksi parsial menyebabkan udara terperangkap dan hiperdistensi alveoli, umumnya dikenal dengan istilah ball-valve effect. Hiperdistensi alveoli terjadi dari ekspansi jalan nafas selama inhalasi dan kolaps jalan nafas sekitar mekonium yang mengeras pada jalan nafas, menyebabkan tahanan meningkat selama ekspirasi. Udara yang terperangkap (paru hiperinflasi) dapat pecah ke pleura (pneumotoraks), mediastinum (pneumomediastinum), atau perikardium (pneumoperikardium). b. Disfungsi Surfaktan Mekonium mendeaktivasi surfaktan dan dapat menghambat sintesis surfaktan. Beberapa komponen mekonium, terutama asam lemak bebas (misalnya : palmatic, stearic, oleic), memiliki tekanan permukaan yang lebih minimal dibanding surfaktan dan menyebabkan atelektasis luas. c. Pneumonitis Kimia Enzim, asam empedu, dan lemak pada mekonium mengiritasi saluran nafas dan parenkim, menyebabkan pelepasan sitokin (termasuk TNF, IL-6, IL-8, IL-13, IL-1AY) dan menyebabkan pneumonitis luas yang dapat dimulai dalam beberapa jam setelah aspirasi. Semua efek pulmonari ini dapat menghasilkan ventilation-perfusion (V/Q) mismatch.



7



d. Hipertensi Pulmonal Persisten pada Bayi Baru Lahir (PPHN) Banyak bayi dengan sindrom aspirasi mekonium memiliki hipertensi pulmonal persisten pada bayi baru lahir (PPHN) sebagai akibat dari stress intrauterin kronik dan penebalan pembuluh darah pulmonal. PPHN kemudian menyebabkan hipoksemia yang disebabkan oleh sindrom aspirasi mekonium. Walaupun mekonium steril, kehadirannya pada saluran nafas dapat menjadi predisposisi terjadinya infeksi pulmonal pada bayi. 4



2.4 MANIFESTASI KLINIS



Adanya mekonium dalam air ketuban menyebabkan sindrom aspirasi mekonium, tapi tidak semua neonatus dengan air ketuban bercampur mekonium mengalami sindrom aspirasi mekonium. Pembersihan mekonium dari saluran nafas yang tidak adekuat sebelum nafas pertama dan penggunaan ventilasi tekanan positif sebelum membersihkan jalan nafas dari mekonium meningkatkan kecenderungan neonatus mengalami sindrom aspirasi mekonium. Urin berwarna hijau dapat terjadi pada bayi baru lahir dengan sindrom aspirasi mekonium kurang dari 24 jam setelah kelahiran. Pigmen mekonium dapat diserap oleh paru dan dieksresikan melalui urin. Manifestasi klinis dari sindrom aspirasi mekonium adalah sebagai berikut: - Bayi dengan SAM sering menunjukkan tanda postmaturitas, yaitu kecil masa kehamilan, kuku panjang, kulit terkelupas, dan pewarnaan kuning-hijau pada kulit, tali pusar, dan kuku jari tangan. - Adanya mekonium pada cairan ketuban. Konsistensi mekonium bervariasi. Walaupun SAM dapat terjadi pada mekonium yang hanya sedikit, sebagian besar bayi dengan SAM memiliki riwayat mekonium kental seperti lumpur. - Obstruksi jalan napas. SAM dini akan bermanifestasi sebagai obstruksi saluran napas. Gasping, apneu, dan sianosis dapat terjadi akibat mekonium kental yang menyumbat saluran napas besar. - Distres pernapasan. Mekonium yang teraspirasi sampai ke saluran napas distal tetapi tidak menyebabkan obstruksi total akan bermanifestasi sebagai distres pernapasan, berupa takipneu, napas cuping hidung, retraksi interkostal, peningkatan diameter anteroposterior dada (barrel chest), end expiratory grunting, dan sianosis.4,5



8



2.5 GAMBARAN RADIOLOGIS 2.5.1



RONTGEN



Pemeriksaan radiologis yang paling sering dan diutamakan pada neonatus adalah foto rontgen toraks. Foto X-Ray Toraks terutama berperan penting dalam membantu menentukan diagnosis awal dan perkembangan penyakit selanjutnya. Terkadang ditemukan kesulitan dalam menginterpretasi hasil pemeriksaan radiologis pada neonatus. Hal ini terjadi karena banyaknya kelainan yang tidak spesifik dan saling overlapping. Hal ini memudahkan terjadinya kesalahan dalam diagnosis secara radiologis. Untuk itu perlu selalu ditekankan melihat kembali kondisi klinis pasien. Foto thoraks merupakan pemeriksaan yang paling sering dilakukan. Pada neonatus foto toraks dilakukan dengan mengambil proyeksi Anteroposterior (AP) dengan posisi pasien supine atau lateral supine/horizontal beam. Sedangkan posisi PA dan lateral tegak sulit dilakukan pada neonatus. Perlu diingat bahwa selama pemeriksaan foto toraks pada bayi baru lahir, bayi harus selalu ditempatkan dalam inkubator untuk mencegah terjadinya hipotermia. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan selama proses pemeriksaan radiologis pada bayi baru lahir antara lain : a) Proteksi radiasi: perlindungan terhadap organ gonad dan luas lapangan pemotretan b) Pencegahan terhadap hipotermi: bayi tetap diletakan dalam incubator atau di lakukan foto toraks enggunakan mobile X-ray di ruang nenatus, sehinnga bayi tidak perlu dipindahkan dari infant warmer c) Oksigenasi untuk mecegah hipoksia d) Immobilisasi agar posisi foto simetris dan hindarkan kepala bayi menegok Foto toraks pada neonatus secara normal akan memberikan gambaran sebagai berikut: a) b)



Bentuk toraks silindris. 
 Costae lebih horizontal. 




9



c)



Level diafragma kanan setinggi costae 7-9 posterior. 




d)



Cardio-thoracic ratio (CTR) bisa sampai 65%. 




e)



Ukuran thymus bervariasi, biasanya berbentuk segitiga, dan bila tidak ada 
pembesaran tidak akan menimbulkan kompresi/pergeseran organ-organ 
mediastinum. 




f)



Artefak : bisa menimbulkan misinterpretasi. Contoh : lipatan kulit sering 
salah diartikan sebagai pneumotoraks. 
 Evaluasi tube line. 




g)



Sedangkan gambaran pola radiologis yang sering muncul pada bayi baru lahir dengan gangguan nafas adalah sebagai berikut : 



Normal








Granuler








Streaky atau wet lung







Patchy infiltrate 








Focal



Foto toraks penting untuk : -



Menegakkan diagnosis sindrom aspirasi mekonium dan menentukan perluasan patologi intratoraks (lihat gambar dibawah)



-



Menentukan daerah atelektasis dan air block syndrome (lihat gambar di bawah)



-



Memastikan posisi pipa endotrakeal dan kateter umbilical. MRI, CT scan, cranial ultrasonography) diindikasikan, jika pemeriksaan fisik



neurologi abnormal. Gambaran x-ray toraks dikarakteristikkan dengan infiltrat, garis kasar pada kedua lapang paru, peningkatan diameter anteroposterior, dan pendataran diafragma. X-ray toraks yang normal pada bayi dengan hipoksia berat dan tidak ada malformasi jantung mengarah pada diagnosis hipertensi pulmonal.6 Radiografi Dada Bayi dengan SAM



10



Gambar 2. Radiografi dada SAM. A). Infiltrat linear sedang, menandakan aspirasi mekonium encer dalam jumlah kecil. B). Infiltrat linear bilateral dan tidak merata, menandakan aspirasi mekonium encer dalam jumlah sedang. C). Infiltrasi menyeluruh pada lapang paru yang tersebar tidak merata, menandakan aspirasi mekonium encer dalam jumlah yang lebih besar. D). Atelektasis sebagian lobus kiri atas dengan hiperaerasi paru kanan, menandakan aspirasi mekonium partikel besar dan kental. Bayi sering mengalami kegagalan perkembangan pernapasan dan membutuhkan terapi pernapasan yang luas.7



11



Radiografi dada menunjukkan hiperinflasi dengan perselubungan yang merata. Hasil temuan menunjukkan area atelectasis dengan area udara terperangkap. Kebocoran udara sering terjadi menyebabkan terjadinya pneumothoraks, pneumomediastinum, pneumopericardium, dan/atau pulmonary interstitial emphysema. Efusi pleura juga bisa terjadi8



Gambar 2.1 Radiografi seri pada bayi baru lahir dengan aspirasi mekonium tanpa komplikasi. Gambaran radiologis menunjukkan perselubungan perihilar pada paru, yang lebih berat pada daerah kanan berbanding kiri8



Gambar 2.2 Gambaran radiologis menunjukkan aspirasi mekonium yang berat. Gambaran radiologis diatas menunjukkan perselubungan yang kasar pada parenkim paru dengan hiperekspansi yang berat. Terdapat pneumomediastinum di kanan paru (ditunjukkan dengan panah), di batasi oleh lobus kanan dari thymus (T)8



12



Gambaran 2.3 Gambaran radiologis follow-up pada pasien diatas. Hasil didapatkan setelah memasukkan bilateral thoracostomy tubes pada pneumotoraks dan menunjukkan pneumoperikardium (panah) and gambaran yang sangat luscent dari paru. Hasil menunjukkan pada pasien ini terjadi pulmonary interstitial emphysema4.



Gambar 2.4 Gambaran radiologis pasien yang diterapi dengan extracorporeal membrane oxygenation (ECMO). Gambaran radiopaque pada paru karena pulmonary bypass. Kanula (panah) masuk dari leher kanan sampai atrium kanan menunjukkan vena-vena ECMO. Endotracheal tube, nasogastric tube, dan arteri umbilikalis kateter padatempatnya8



13



2.6 TATALAKSANAAN



A. Penatalaksanaan prenatal Kunci penatalaksanaan aspirasi mekonium adalah penegahan selama masa prenatal. 1. Identifikasi kehamilan beresiko tinggi. Pencegahan dimuai dengan mengenali faktor predisposisi maternal yang dapat menyebabkan insufisiensi uteropasental yang berujung pada hipoksia fetus selama proses kelahiran. Pada kehamilan yang berlangsung sampai melewati waktu perkiraan kelahiran, induksi yang dilakukan secepatnya pada minggu ke-41 dapat membantu pencegahan aspirasi mekonium. 7,8 2. Pemantauan. Selama kelahiran, observasi dan pemantauan janin yang seksama perlu dilakukan. Tanda kegawatan janin apapun (misal: adanya cairan mekonial dan ruptur membran, takikardi fetus, atau pola deselerasi) mengharuskan penilaian kesejahteraan janin dengan cermat, meliputi detak jantung fetus dan pH kulit kepala fetus. Jika penilaian menunjukkan adanya fetal kompromi, tindakan korektif diperlukan atau fetus harus dilahirkan tepat pada waktunya. 7,8 3. Amnioifusion. Pada ibu-ibu dengan cairan amnion mekonial yang sangat kental maupun cukup kental, amnioinfusi efektif dalam menurunkan angka kejadian deselerasi kecepatan denyut jantung fetus yang bervariasi dengan melepaskan kompresi pada korda umbilikalis selama persalinan. Akan tetapi, efisiensinya dalam menurunkan resiko dan tingkat keparahan aspirasi mekonium belum dapat dibuktikan. 8



B. Penatalaksanaan bayi baru lahir dengan aspirasi mekonium. Neonatus dengan mekonium yang terdapat di bawah korda vokalis berpotensi mengalami hipertensi pulmonal, sindrom kebocoran udara, da pneumonitis serta harus diobservasi secara ketat untuk melihat adanya tanda-tanda distres pernapasan. 1. Penatalaksanaan respirasi a. Pembersihan paru (pulmonary toilet). Jika pengisapan trakea belum mampu membersihkan sekret secara maksimal, dapat disarankan untuk membiarkan pipa endotrakeal tetap terpasang untuk pembersihan paru pada neonatus dengan kasus simtomatik. Fisioterapi dada setiap 30-60 menit, semampunya, dapat



membantu



membersihkan



jalan



napas.



Fisioterapi



dada



14



dikontraindikasikan pada neonatus dengan kondisi labil jika diduga ada keterlibatan PPHN. 8 b. Pemeriksaan kadar gas darah arteri. Pengukuran kadar gas darah arteri dibutuhkan untuk menilai kebutuhan ventilasi dan oksigen tambahan. 8 c. Pemantauan kadar oksigen. Pulse oxymeter dapat memberi informasi penting mengenai status respirasi dan memantu mencegah hipoksemi. Membandingkan saturasi oksigen pada tangan kanan dengan ekstrimitas bawah membantu mengidentifikasi bayi dengan pirau dari kanan ke kiri akibat hipertensi pulmonal. 7 d. Radiografi thoraks. Radiografi thoraks sebaiknya diambil setelah kelahiran jika neonatus dalam kondisi distres. Radiografi thoraks juga dapat membantu menentukan pasien mana yang berpotensi mengalami distres napas. Akan tetapi, gambaran radiografi sering tidak sebanding dengan presentasi klinis. 8 e. Pemakaian antibiotik. Mekonium menghambat potensi bakteriostatik pada cairan mekonium normal. Karena susahnya membedakan aspirasi mekonium dari pneumoni secara radiologis, neonatus dengan gambaran infiltrate pada radiografi toraks, sebaiknya mulai diberi antibiotik spektrum luas (ampisilin dan gentamisin), setelah sampel untuk kultur telah diperoleh. 8 f. Oksigen tambahan. Salah satu tujuan utama pada kasus-kasus SAM adalah mencegah



episode



hipoksia



alveolar



yang



akan



mengarah



pada



vasokonstriksi pulmonal dan menjadi PPHN. Oleh karena itu, oksigen tambahan diberikan sebanyak-banyaknya dengan tujuan mempertahankan tekanan parsial O2 sebesar 80-90 mmHg, bahkan lebih tinggi karena resiko retinopati seharusnya kecil pada bayi-bayi aterm. Pencegahan hipoksia alveolar juga dicapai dengan penyapihan bayi-bayi ini secara hati-hati dari terapi oksigen. Kebanyakan pasien masih labil, sehingga penyapihan harus dilakukan secara perlahan, terkadang dengan penurunan 1% setiap kali. Pencegahan hipoksia alveolar juga meliputi kewaspadaan terhadap terjadinya kebocoran udara dan meminimalisir intervensi pasien. 8



15







Pencegahan sindrom aspirasi mekonium (SAM) 



Pencegahan adalah yang terpenting. Dokter kandungan harus memonitor status janin dalam upaya untuk mengidentifikasi adanya stres janin.







Ketika mekonium terdeteksi, amnioinfusion, garam steril secara teoritis menguntungkan untuk mengencerkan mekonium dalam cairan ketuban, sehingga meminimalkan keparahan aspirasi. Namun, bukti saat ini tidak mendukung amnioinfusion rutin untuk mencegah sindrom aspirasi mekonium.







Rekomendasi sekarang tidak lagi menyarankan penyedotan intrapartum rutin untuk bayi lahir dari ibu dengan mekonium







Ketika aspirasi terjadi, intubasi dan penyedotan langsung dari saluran napas dapat mengeliminasi banyak mekonium.







Jangan melakukan teknik-teknik berbahaya berikut dalam upaya untuk mencegah aspirasi mekonium yang mengandung cairan ketuban: I. II.



Meremas dada bayi Memasukkan jari ke mulut bayi



American Academy of Pediatrics Comitte telah mengumumkan pedoman untuk pengelolaan bayi yang terkena mekonium. Pedoman diperiksa terus menerus dan direvisi sebagai penelitian berbasis bukti baru yang telah tersedia. Pedoman saat ini adalah sebagai berikut:



1. Jika bayi tidak kuat (didefinisikan sebagai upaya pernafasan tertekan, penggunaan otot yang minimal, dan / atau detak jantung 100 kali / menit): Jangan melakukan intubasi



16



elektif electif. Hapus sekresi dan mekonium dari mulut dan hidung dengan cateter suction.



3. Dalam kedua kasus, sisa langkah resusitasi awal harus tetap diterapkan, termasuk pengeringan, merangsang, reposisi, dan distribusi oksigen yang diperlukan



Lanjutan perawatan di ICU neonatal (NICU) 



Menjaga lingkungan termal yang optimal untuk meminimalkan konsumsi oksigen. Minimal diperlukan penanganan karena bayi mudah gelisah. Hal ini dapat menyebabkan shunting kanan-ke-kiri pada jantung, menyebabkan hipoksia dan asidosis.



Sedasi sering diperlukan untuk mengurangi agitasi. Lanjutkan perawatan pernapasan Terapi oksigen melalui kap atau tekanan positif sangat penting dalam mempertahankan oksigenasi arteri yang memadai. Ventilasi mekanis diperlukan oleh sekitar 30% dari bayi dengan sindrom aspirasi mekonium. Buatlah upaya bersama untuk meminimalkan tekanan udara rata-rata dan untuk digunakan sebagai inspirasi sesingkat mungkin. Saturasi oksigen harus dipertahankan pada 90-95%  Diet Distres perinatal dan gangguan pernapasan yang berat menghalangi makan. Terapi cairan intravena dimulai dengan infus dekstrosa yang memadai untuk mencegah hipoglikemia. Cairan intravena harus disediakan pada tingkat ringan (60-70 ml /kg/hari). Semakin banyak elektrolit, protein, lipid, dan vitamindibutuhkan untuk memastikan nutrisi yang cukup dan mencegah kekurangan asam amino esensial dan asam lemak esensial.



17







Medikamentosa Selain perawatan yang tercantum di atas, terapi pengganti surfaktan sering digunakan. Ekstrak alam untuk paru-paru diberikan untuk menggantikan surfaktan yang telah hilang. Surfaktan juga bertindak sebagai pembersih untuk memecah sisa mekonium, sehingga mengurangi keparahan penyakit paru-paru. Surfaktan digunakan pada pasien dengan sindrom aspirasi mekonium (MAS), namun kemanjurannya, regimen dosis, dan produk yang paling efektif belum ditetapkan. 



Pernapasan gas



Inhalasi nitrat oksida (NO) memiliki efek langsung dari vasodilatasi paru tanpa efek samping hipotensi sistemik. Hal ini disetujui untuk digunakan, jika kegagalan pernapasan bersamaan hypoxemic terjadi. 



Vasokonstriktor sistemik



Agen ini digunakan untuk mencegah shunting kanan-ke-kiri dengan meningkatkan tekanan sistemik di atas tekanan paru. Vasokonstriktor sistemik termasuk dopamin, dobutamin, dan epinefrin.



2.7 DIAGNOSIS BANDING a) Transient tachypnea of the newborn (TTN) – Gambaran radiografi sering menunjukkan patchy opacities yang disebabkan oleh cairan pada paru yang dalam proses resorpsi. Foto radiografi kontrol akan menunjukkan infiltrate yang menghilang, berbeda dengan sindrom aspirasi mekonium atau pneumonia. b) Pneumonia neonatus – Terdapat patchy opacities yang berupa konsolidasi dan efusi pleura yang ditemukan pada 2/3 kasus. Volume paru normal namun lapangan paru mungkin dapat terjadi hyperinflated. c) Respiratory distress syndrome – Pada gambaran radiologis, ditemukan gambaran radioopaque yang seragam, ground-glass dan penurunan volume paru karena terjadi kolaps alveolus. Gambaran air bronchogram juga dapat dilihat namun efusi pleura jarang terjadi. Sindrom ini biasanya terjadi pada bayi preterm yang berbeda dengan sindroma aspirasi mekonium. 4



18



2.8 PROGNOSIS Diperkirakan bahwa bayi yang teraspirasi mekonium memiliki mortalitas yang lebih tinggi daripada mortalitas bayi yang tidak teraspirasi, dan aspirasi mekonium biasanya menyebabkan proporsi kematian neonatus yang bermakna. Sisa masalah pada paru jarang dijumpai , tetapi meliputi batuk bergejala, mengi, dan hiperinflasi persisten selama 5-10 tahun. Prognosis akhir bergantung pada luasnya jejas sistem saraf pusat akibat asfiksia, dan adanya masalah-masalah terkait seperi adanya sirkulasi janin. 2



19



DAFTAR PUSTAKA 1. Thakre R. Meconium stained amniotic fluid delivery. to intubate or not ? Didapat dari: http://www.neoclinic.net/ Artcl/msaf.htm. 2. Arvin, B.K. diterjemahkan oleh Samik wahab. 2000. Nelson : Ilmu Kesehatan Anak. Vol. 1 Edisi 15. ECG : Jakarta. Halaman 600-601. 3. Gomella. 2009. Neonatology : Management Procedures Call Problems Sixth Edition. Lange Clinical Science : New York. 4. Clark,



M.B.



2010.



Meconium



Aspiration



Syndrome.



http://emedicine.medscape.com/article/974110-overview 5. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED, dkk. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2011; 14-7. 6. Behrman RE, Geme JW, Kliegman RM, Schor NF, Stanton BF. Nelson Textbook of Pediatrics. 19th ed. USA: Elsevier Saunders; 2011:590-2. 7. Yeh, TF. Core Concepts: Meconium Aspiration Syndrome: Pathogenesis and Current Management. NeoReviews. Sept 2010;11(9):e503-10. 8. Leu M., 2011, Meconium Aspiration Imaging, http://emedicine.medscape.com/ article/410756-overview#a22



9. Hermansen, C.L., dan Kevin N. Lorah. 2007. Respiratory Distress in the Newborn.



Am



Fam



Physician. 2007 Oct 1;76(7):987-994.



http://www.aafp.org/afp/2007/1001/p987.html



20