Referat - Tabir Surya [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Tinjauan Pustaka



TABIR SURYA



Oleh: Angel Chen Mawaddatul Husna Muhammad Rafi Syahputra Rizcha Fitri Vithya Albagin Sonia Dinda Paramitha Timang Herta Islami Trifa Rahma Yulita



Pembimbing : dr. Dwi Astuti Candrakirana, Sp.KK



BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU 2019



TABIR SURYA Angel Chen*, Mawaddatul Husna*, Muhammad Rafi Syahputra*, Rizcha Fitri Vithya Albagin*, Sonia Dinda Paramitha*, Timang Herta Islami*, Trifa Rahma Yulita*, Dwi Astuti Candrakirana** *Program Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Riau/RSUD Arifin Achmad Pekanbaru **Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin, KJF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin



ABSTRAK Tabir surya adalah produk topikal yang dapat menyerap, memantulkan, atau menyebarkan radiasi ultraviolet (UV) sehingga membantu melindungi kulit dari paparan sinar matahari. Tabir surya dapat dikelompokkan berdasarkan mekanisme kerjanya menjadi tabir surya kimia (organik) yang bekerja menyerap sinar UV dan tabir surya fisik (inorganik) yang bekerja memantulkan sinar UV. Efektifitas tabir surya dipengaruhi oleh vehikulum untuk menghantarkan bahan aktif. Penggunaan tabir surya perlu disesuaikan dengan indeks UV dan kondisi klinis untuk mencapai efektivitas dan menghindari efek sampingnya. Kata kunci: penggunaan klinis, tabir surya, tabir surya fisik, tabir surya kimia vehikulum



1



ABSTRACT



2



Sunscreen is a topical product which absorbs or reflects some of the sun’s ultraviolet (UV) and thus helps protect against sunburn when applied to skin. Sunscreens can be classified by its working mechanism, into chemical sunscreens (organic) that absorbs reflects some of the sun’s UV and physical sunscreens (inorganic) that reflects some of the sun’s UV. The effectiveness of sunscreens is influenced by vehicle to deliver active substances. The clinical use of sunscreens is adjusted to the UV index and clinical manifestations to achieve the effectivity and avoid its side effects. Keywords: chemical sunscreen, clinical use, physical sunscreens, sunscreens, vehicle PENDAHULUAN Tabir surya adalah produk topikal yang dapat menyerap, memantulkan, atau menyebarkan radiasi ultraviolet (UV) sehingga membantu melindungi kulit dari paparan sinar matahari.1 Tabir surya melindungi kulit dari radiasi sinar UVA (320-400 nm) dan UVB (280-320 nm). 2 Radiasi sinar ultraviolet memiliki efek yang berbahaya bagi kulit manusia. Efek akut dari radiasi sinar UV adalah eritema, penggelapan kulit, sintesis vitamin D, tanning, dan fotoimunosupresi. Efek kroniknya termasuk photoaging dan photocarcinogenesis.3 Tabir surya dapat dikelompokkan berdasarkan mekanisme kerjanya menjadi tabir surya kimiawi (organik) yang bekerja menyerap sinar UV dan fisik (inorganik) yang bekerja memantulkan sinar UV. Aktivitas tabir surya dinilai berdasarkan sun protection factor (SPF) dan protection grade of UVA (PA). Sun protection factor menentukan kapasitas tabir surya yang memblokir radiasi UV, SPF mengukur waktu yang dibutuhkan untuk munculnya minimal erythema dose (MED) saat tabir surya digunakan pada kulit dibandingkan dengan munculnya MED tanpa tabir surya. Derajat pengukuran proteksi terhadap sinar UVA dapat digambarkan secara kualitatif dengan PA.4 Tabir surya yang ideal harus dapat memberikan perlindungan dari UVA dan UVB, namun pada saat yang bersamaan tidak menghalangi keuntungan dari sinar UV. Banyak penelitian yang mempelajari fungsi tabir surya. Penelitian Green et al menunjukan pemakaian tabir surya menurunkan resiko terjadinya 3



melanoma sampai 50%. Penelitian Vander Pols et al menyatakan penurunan resiko berkembangannya basal cell carcinoma (BCC) dan squamous cell carcinoma (SCC) masing-masing 25% dan 38% dengan pemakaian tabir surya setelah 8 tahun. Penelitian Seite et al menunjukkan kelompok yang diberikan tabir surya menunjukkan tanda photoaging 24% lebih sedikit dari kelompok yang tidak diberikan tabir surya.2 Namun pemberian tabir surya juga memberikan beberapa efek samping seperti iritasi, urtikaria, dermatitis kontak iritan, dermatitis kontak alergi, fotosensitifitas, dan aknegenik. Saat ini banyak penemuan baru mengenai tabir surya serta produk yang mempunyai spektrum yang luas sehingga perlu untuk diketahui komposisi dari tabir surya dan pemakaian tabir surya yang tepat. DEFINISI Tabir surya adalah produk topikal yang dapat menyerap, memantulkan, atau menyebarkan radiasi ultraviolet (UV) sehingga membantu melindungi kulit dari paparan sinar matahari.1 KLASIFIKASI Tabir surya dapat diklasifikasikan berdasarkan mekanisme kerjanya menjadi tabir surya kimiawi (organik) dan fisik (inorganik). Tabir surya kimia memiliki gugus aromatik dan terkonjugasi dengan gugus karbonil. Tabir surya fisik memiliki komponen-komponen mineral seperti titanium dioksida dan zink dioksida.5 Tabir surya kimia dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis proteksinya menjadi UVA filters, UVB filters dan broad spectrum filters.6 Tabir Surya



Gambar 1. Klasifikasi Kimia/Organik tabir surya6



Fisika/Inorganik



Saat ini terdapat peningkatan penggunaan tabir surya fisik terutama pada anak orang dengan UVB kulitFilters yang sensitif karenaBroad mampu memberikan reaksi iritan UVAdan Filters Zink oksida Spectrumyang baik. Peneliti telah yang minimal dan Derivat memiliki PABA:efikasi kosmetika Benzophenones Titanium Filters memformulasikan produk dengan tinggi. 7 Sun Padimate O titanium oksida dengan SPF yang dioksida Avobenzone (Parsol 1789) : protection factor adalah energi sinar UVB Ecamsule yang dibutuhkan untuk Lainnya menghasilkan Cinnamates (Mexoryl SX) Meradinate Iron dioxide minimal erythema doseOctinoxate (MED) pada kulit yang terlindungi dibandingkan dengan Silatriazole Bisdisulizole Cinoxate MED pada kulit yang tidak terlindungi.8 Red (Mexoryl disodium XL) Salisilat veterinary Diethylaminohyd petrolatum Bemotrizinol Octisalate roxy-benzoyl 4 (Tinosorb S) Kaolin Homosalate hexylbenzoate Bisoctrizole Kalamin Trolamine Ecamsule (Tinosorb M) salicylate Ichtammol



arthranilate



Talc Ensalizole Ethytexyl triazone



Ketika individu menggunakan sebuah produk yang mengandung SPF 50, maka dibutuhkan radiasi sinar UVB sebanyak 50 kali lebih banyak untuk menghasilkan eritema dibandingkan dengan individu tanpa penggunaan SPF.8 Sun protection factor dapat dikategorikan sebagai proteksi lemah (SPF 10), proteksi sedang (SPF 10-15), dan proteksi kuat (SPF 15+). 9 Kuantitas standar tabir surya yang disepakati secara internasional tiap unit permukaan kulit yang diperlukan untuk mendapatkan efek yang optimal adalah 2 mg/cm2 kulit.10,11 Sinar UVA tidak memiliki energi yang cukup untuk menyebabkan eritema pada kulit dan lebih dikaitkan dengan munculnya hiperpigmentasi berupa tanning dan photoaging, sehingga muncul istilah protection grade of UVA (PA) yang menggambarkan derajat pengukuran proteksi terhadap sinar UVA secara kualitatif. Sistem pada PA menggunakan persistent pigment darkening (PPD) sebagai endpoint yang merupakan diskolorisasi kulit berwarna coklat-keabuan yang stabil dan dapat diamati dua sampai empat jam setelah paparan sinar UVA. 12 Dikenal pula istilah intermediate pigment darkening (IPD) yang bersifat transien dan dapat menghilang beberapa menit setelah paparan sinar UVA sehingga pengukuran menjadi tidak ideal.5,6 Penggunaan PA pada produk kosmetik telah dikembangkan menjadi salah satu protokol pembuatan produk kosmetik.6 Sistem regulasi di Jepang juga menjabarkan metode kuantitatif untuk menggambarkan proteksi terhadap sinar UVA berupa photoprotection factor of UVA (PFA). Photoprotection factor of UVA merupakan jumlah energi UVA minimal yang dapat menimbulkan minimal persistent pigment darkening (MPPD) pada kulit yang terlindungi tabir surya dibandingkan dengan yang tidak dilindungi tabir surya.6



5



Tabel 1. Photoprotection grade menurut Japanese Cosmetic Industry Guidelines6 Photoprotection of UVA (PFA)



Protection grade of UVA (PA)



Level proteksi



2 atau lebih dan kurang dari 4



PA+



Rendah



4 atau lebih dan kurang dari 8



PA++



Sedang



8 atau lebih



PA+++



Tinggi



KOMPOSISI Bahan tabir surya kimia Tabir surya kimia mengandung satu atau lebih bahan-bahan kimia yang bekerja untuk menghambat UVB dan UVA dengan cara penyerapan radiasi sinar UV.10 Bahan tabir surya kimia dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Bahan tabir surya kimia10-13 Bahan tabir surya kimia Penyerap UVB  Para-aminobenzoic acid (PABA)



Panjang gelombang radiasi yang diserap 283 nm



Keterangan



 



 



Bahan penyerap UVB. Menembus stratum korneum dan berikatan dengan protein pada stratum korneum melalui ikatan hidrogen sehingga tidak larut air. Dapat mewarnai pakaian. Memiliki efek samping sensitisasi dermatitis kontak alergi dan terasa menyengat saat dipakai.



 Padimate O



311 nm



  



Derivat PABA Bahan poten penyerap UVB. Tidak dapat menembus stratum korneum sehingga lebih larut air.



 Cinnamates  Octyl methoxycinnamates



310 nm



 



Bahan penyerap UVB Banyak digunakan pada produk kosmetik seperti alas bedak dan lipstick.



307 nm







Bahan penyerap UVB yang



 Salicylates  Ethylhexyl salicylate



6



 Homomenthyl salicylate  Phenylbenzimidazole sulfonic acid



Penyerap UVA  Benzophenones  Oxybenzone



306 nm







310 nm



  



326 nm



  



 Menthyl anthranilate



 Avobenzone atau Butyl methoxydibenzoylmethan e



340 nm



lemah Digunakan dalam produk perawatan rambut karena tidak larut air Bahan penyerap UVB dan juga UVA Larut dalam air Cocok digabungkan dengan bahan tabir surya lain dan dapat meningkatkan SPF pada produk akhir



Paling sering digunakan sebagai penyerap UVA Bahan ini biasa ditambahkan dengan bahan pelindung dari UVB Tidak dianjurkan penggunaannya pada anakanak karena memiliki toksisitas akut



 



Efektif menyerap sinar UVA Dapat sebagai penyerap UVB yang lemah







Melindungi UVA secara unggul Tersedia bebas



360 nm







Bahan tabir surya fisik Tabir surya fisik mengandung bahan-bahan yang tidak selektif menyerap radiasi UV tetapi bila dipakai sebagai lapisan tipis akan memantulkan dan menyebarkan sinar UV.10 Contoh bahan tabir surya fisik antara lain titanium dioksida (TiO2) dan seng oksida (ZnO) yang dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Bahan tabir surya fisik10,13 Bahan tabir surya fisik



Panjang gelombang radiasi yang diserap



Keterangan



7







Titanium dioxide



 UVA : 320 – 340 nm  UVB : 290 – 320 nm







Tidak ada dilaporkan adanya reaksi sensitisasi dan bahan ini.







Zinc Oxide



 UVA : 340 – 380 nm







Perlindungan lebih baik terhadap UVA daripada titanium dioxide







Biasanya dilapisi dengan dimetikon atau silika untuk mempertahankan efektivitas sebagai tabir surya.



8



MEKANISME KERJA Perlindungan kulit dari UVA dan UVB melalui tabir surya kimia dan fisik.6,15 Tabir surya memiliki tiga mekanisme, yaitu absorpsi (penyerapan), refleksi (pemantulan), dan penyebaran energi sinar surya yang mengenai kulit.6,14 Mekanisme tabir surya tergantung pada tabir surya kimia dan fisik. 15 Tabir surya kimia menyerap sinar UV berenergi tinggi dan mengubahnya menjadi energi yang tidak berbahaya sehingga tidak memiliki efek merusak kulit. Perubahan kimia akan terjadi di molekul tabir surya untuk mencegah radiasi UV mencapai kulit.6,14



Gambar 2. Mekanisme kerja tabir surya kimia15 Tabir surya fisik membentuk lapisan di atas kulit yang akan memantulkan dan menyebarkan radiasi matahari seperti pada Gambar 3.15 Tabir surya fisik bekerja dengan menyebarkan mikropartikel di lapisan atas kulit dan mungkin dapat mengalihkan jalur optik foton (dari UV) yang menghasilkan senyawa dengan efisiensi tinggi sehingga meningkatkan SPF, contohnya TiO2 dan ZnO.6,15 Molekul dari tabir surya fisikal ini berukuran lebih kecil, yang membantu dalam pemantulan dan penyebaran radiasi.15



9



Gambar 3. Mekanisme kerja tabir surya fisik.15



10



VEHIKULUM Efektifitas tabir surya dipengaruhi oleh vehikulum untuk menghantarkan bahan aktif. Lotion dan cream adalah bahan yang paling umum digunakan.10 Lotion dan cream –– Pilihan pada kulit normal hingga berminyak.10 Oils –– Keuntungan oils adalah menyebar dengan mudah, namun penyebaran tersebut dapat mengurangi perlindungan terhadap sinar matahari.10 Gel –– Lebih cocok digunakan untuk pria dan kulit berminyak.10 Semprotan –– pilihan yang baik untuk area yang luas dan untuk anak.10 PENGGUNAAN KLINIS Tabir surya melindungi kulit dengan menyerap dan/atau memantulkan sinar UVA dan UVB.15 Tabir surya digunakan berdasarkan indeks UV sebagai berikut:16 Tabel 4. Indeks UV dan penggunaan proteksi16,17 Indeks



Penggunaan proteksi



Rendah



Kategori paparan



1–2



 Gunakan kacamata saat cuaca cerah. Saat musim dingin, refleksi salju hampir dua kali lipat kekuatan UV.  Jika kulit mudah terbakar, tutupi dan gunakan tabir surya dengan SPF 30+



Sedang



3–5



 Ambil tindakan pencegahan seperti menutupi kulit dan gunakan tabir surya jika akan keluar ruangan.  Jika di luar ruangan, gunakan pakaian pelindung, topi lebar, dan kacamata hitam yang menghalangi sinar UV.  Oleskan tabir surya SPF 30+ setiap 2 jam, bahkan pada saat mendung, dan setelah berenang atau berkeringat.  Tetap di tempat teduh ketika tengah hari saat sinar matahari terkuat.



Tinggi



6–7



 Diperlukan perlindungan terhadap kerusakan kulit dan mata.  Kurangi waktu di bawah matahari antara pukul 11.00 – 14.00.  Jika di luar ruangan, gunakan pakaian pelindung, topi lebar, dan kacamata hitam yang menghalangi sinar UV.  Oleskan tabir surya SPF 30+ setiap 2 jam, bahkan pada saat mendung, dan setelah berenang atau berkeringat.



Sangat tinggi



8 – 10



 Ambil tindakan pencegahan ekstra karena kulit dan mata yang tidak terlindungi akan rusak dan dapat terbakar dengan cepat.  Usahakan hindari berada di bawah sinar matahari



antara pukul 11.00 – 14.00.  Jika di luar ruangan, gunakan pakaian pelindung, topi lebar, dan kacamata hitam yang menghalangi sinar UV.  Oleskan tabir surya SPF 30+ setiap 2 jam, bahkan pada saat mendung, dan setelah berenang atau berkeringat. Ekstrim



11+



 Ambil semua tindakan pencegahan karena kulit dan mata yang tidak terlindungi dapat terbakar dalam hitungan menit.  Usahakan hindari berada di bawah sinar matahari antara pukul 11.00 – 14.00.  Jika di luar ruangan, gunakan pakaian pelindung, topi lebar, dan kacamata hitam yang menghalangi sinar UV.  Oleskan tabir surya SPF 30+ setiap 2 jam, bahkan pada saat mendung, dan setelah berenang atau berkeringat.



Gambar 4. Indeks UV berdasarkan waktu paparan16 Food and Drug Administration (FDA) mengharuskan semua tabir surya mengandung label SPF. Untuk mendapatkan kinerja maksimum dari tabir surya maka harus memperhatikan aplikasi dan ketebalan yang tepat. Jika tabir surya digunakan secara tidak tepat, maka efektifitas SPF akan berkurang secara signifikan sehingga berpotensi menyebabkan terbakar sinar matahari.11 Penggunaan klinis tabir surya, diantaranya: a.



Kuantitas standar tabir surya yang disepakati secara internasional tiap unit permukaan kulit yang diperlukan adalah 2 mg/cm2 kulit.10,11 Ukuran rata-rata tabir surya untuk orang dewasa satu sendok teh untuk setiap lengan, kaki,



badan depan dan badan belakang, setengah sendok teh ke wajah termasuk b.



telinga dan leher.11,18 Tabir surya harus digunakan setidaknya 15-30 menit sebelum terpapar sinar matahari untuk memberikan waktu tabir surya membentuk lapisan



c.



pelindung pada kulit.11,18 Tabir surya harus diberikan kembali minimal dua jam setelah berenang atau berkeringat, serta saat cuaca mendung.11,17,18 Tabir surya yang telah dibuka kemasannya, harus digunakan dalam 12 bulan



dan tidak bergantung lagi pada tanggal kadaluarsanya.18 Hindari penggunaan produk tabir surya yang berlabel “sunblock”, “waterproof”, ataupun “sweatproof” karena sudah dilarang dan tidak diizinkan.18,19,20 Tabir surya yang saat ini memenuhi syarat ialah tabir surya yang pada berlabel “water resistant (40min)” dan yang memenuhi syarat sebagai very water resistant saat ini berlabel “water resistant (80 min)”.20 Tabir surya berlabel “water resistant” mengandung polimer yang melekat pada kulit dan mencegahnya hilang dengan menahan air, dirancang untuk penggunaan di pantai dan penggunaan jangka panjang.21 Penggunaan tabir surya pada anak Pada tahun 1999 FDA merekomendasikan bahwa penggunaan klinisi tabir surya tidak dianjurkan untuk bayi usia kurang dari 6 bulan, karena sistem fisiologis untuk metabolisme dan ekskresi agen-agen yang diserap belum berkembang sempurna. Penghindaran terhadap matahari dan penggunaan pakaian merupakan perlindungan terhadap matahari yang paling tepat pada usia ini.11



Penggunaan tabir surya pada pasien lupus eritematosus Lupus eritematosus (LE) merupakan penyakit autoimun yang melibatkan jaringan konektif dan pertumbuhan darah. Manifestasi klinis dapat berupa kelainan kulit saja (LE kutan), namun dapat melibatkan sistemik (SLE). Selain predisposisi genetik, pajanan faktor lingkungan seperti radiasi UV berperan dalam perkembangan penyakit. Langkah utama dalam tatalaksana LE kutan adalah penghindaran terhadap radiasi UV dan penggunaan tabir surya setiap hari untuk mencegah perluasan dan eksaserbasi penyakit.22 Penggunaan tabir surya dengan SPF tinggi lebih dari 28 dapat mencegah perkembangan lesi.23 Penggunaan tabir surya pada pasien melasma



Melasma adalah hipermelanosit yang didapat, umumnya simetris, berupa makula berwarna cokelat muda sampai cokelat tua yang tidak merata. Melasma dapat mengenai area yang terpajan sinar UV dengan tempat predileksi pipi, dahi, daerah atas bibir, hidung, dan dagu. Salah satu etiologi yang dianggap berperan terhadap melasma adalah radiasi sinar UV yang dapat menyebabkan kerusakan pada gugus sulfidril di epidermis sehingga enzim tirosinase dapat menembus kulitdan memicu melanogenesis.24 Pencegahan terhadap timbul atau bertambah beratnya melasma adalah dengan perlindungan terhadap sinar matahari. Penderita diharapkan dapat menghindari pajanan langsung sinar UV terutama pukul 08.0016.00. Pemakaian tabir surya dianjurkan 30 menit sebelum terpajan sinar matahari. Tabir surya yang digunakan adalah tabir surya fisik seperti seng oksida atau titanium oksida yang dapat melindungi kulit dari sinar UVA dan UVB dengan SPF 15.25 Penggunaan tabir surya pada pasien vitiligo Vitiligo adalah penyakit akibat proses depigmentasi pada kulit, dapat disebabkan oleh faktor genetik dan non genetik yang berhubungan dengan kehilangan atau ketahanan fungsi melanosit, dan pada kenyataannnya merupakan peristiwa autoimun. Gambaran klinis yang dapat ditemukan adalah depigmentasi kronis yang ditandai dengan makula putih susu homogen berbatas tegas. Penyebaran dapat generalisata ataupun lokalisata. Psoralen dan UVA (PUVA) merupakan obat yang efektivitas yang dapat dipercaya untuk vitiligo generalisata. Jenis yang sering dipakai adalah metoksalan, bergapten, trioksalen, dan psoralen tak bersubstitusi. Radiasi UV yang dipakai adalah 320-400 nm untuk mencegah efek fototoksik pengobatan dan dilakukan 2-3 kali seminggu.25 EFEK SAMPING Efek samping tabir surya menyebabkan manifestasi kulit lokal berupa dermatitis kontak, fototoksik, fotoalergik, aknegenik, dan urtikaria. Dermatitis kontak bisa berupa dermatitis kontak alergi dan dermatitis kontak iritan. Dermatitis kontak alergi bisa terjadi pada tabir surya yang mengandung PABA, benzophe nones, cinnamates, dan metoxydibenzoyl methane.10 Gejala klinis dermatitis kontak alergi kosmetik bisa berupa kemerahan, perubahan warna kulit, rasa panas, rasa pedih, dan rasa gatal.Daerah wajah merupakan area yang paling



sering timbul dermatitis kontak alergi kosmetik karena kosmetik sering digunakan pada area tersebut.26 Fototoksik dan fotoalergik merupakan bagian dari fotosensitivitas. Fotosensitivitas merupakan reaksi abnormal terhadap energi cahaya.



Reaksi



fototoksik lebih sering ditemukan daripada reaksi fotoalergik karena hampir setiap individu yang terpapar fototoksin akan mengalami reaksi fototoksik. Fotoalergik merupakan perubahan reaktivitas kulit untuk bereaksi dengan energi sinar saja atau dengan adanya fotoalergen melalui mekanisme respon imun humoral atau respon imun selular.27 Preparat tabir surya yang mengandung bahan dasar minyak bisa menyebabkan akne yang semakin parah, karena bisa menyebabkan perkembangan komedo.10 Efek samping yan lainnya adalah urtikaria kontak, gejala bisa bersifat ringan berupa urtika, eritem, gatal, panas. Gejala berat berupa anafilaksis dan kematian. Urtikaria kontak non-imunologik merupakan bentuk tersering yang biasanya disebabkan oleh asam benzoat.28 KESIMPULAN Tabir surya adalah produk topikal yang dapat menyerap, memantulkan, atau menyebarkan radiasi ultraviolet (UV) sehingga membantu melindungi kulit dari paparan sinar matahari. Tabir surya dapat dikelompokkan berdasarkan mekanisme kerjanya menjadi tabir surya kimiawi (organik) yang bekerja menyerap sinar UV dan tabir surya fisik (inorganik) yang bekerja memantulkan sinar UV. Tabir surya yang ideal harus dapat memberikan perlindungan dari UVA dan UVB, namun pada saat yang bersamaan tidak menghalangi keuntungan dari sinar UV seperti sintesis vitamin D, fotoadaptasi, dan induksi imunitas humoral. Efektifitas tabir surya dipengaruhi oleh vehikulum untuk menghantarkan bahan aktif. Lotion dan cream adalah bahan yang paling umum digunakan. Penggunaan tabir surya perlu disesuaikan dengan indeks UV dan kondisi klinis. Efek samping tabir surya menyebabkan manifestasi kulit lokal berupa dermatitis kontak alergi, dermatitis kontak iritan, fototoksik, fotoalergik, aknegenik, dan urtikaria.



DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.



14.



15. 16. 17. 18.



Brown, Cleaver JD, McGuire LA, McGuire MJ. Sunscreen effectiveness monitoring. US Patent. 2019: 1-17. Young AR. Claveau J, Rossi B. Ultraviolet radiation and the skin: photobiology and sunscreen photoprotection. J Am Dermatol. 2017;76:100–9. Mancuso BJ, Rohit M, Wang SQ, Lim HW. Sunscreens : an update. Am J Clin Dermatol [review article]. 2017. Hanrahan JR. Sunscreens. Aus Prescr. 2012; 35:148-51. Rai R, Sekar C S, Srinivas CR. Update on photoprotection. Indian J Dermatol. 2012;57:335-42. Latha M., Martis J, Shobha V, Shinde, RS, Bangera S, Krishnankutty B, et al. Sunscreening agents a review. J Clin Aesthet Dermatol. 2013;6:16-26. Serpone N, Dondi D, Albini A. Inorganic and organic UV filters : Their role and efficacy in sunscreens and suncare product. Inorganica Chim Acta. 2007;360:794-802. Dutra EA, Almanca D, Kedor ERM, Ines M, Miritello R. Determination of sun protection factor (SPF) of sunscreens by ultraviolet spectrophotometry. Brazilian J Pharm Sci. 2004;40:381–5. Griffiths WAD, Wilkinson JD. Tropical therapy. In: Champion RH, Burton JL, Burns DA, Breathnach SM, editors. Textbook of dermatology. 6th ed. Oxford: Blackwell Science; 1998. p.3519-63. Bauman L, Avashia N, Tardan MPC. Sunscreens. In: Baumann L. Saghari S, Weisberg E, editors. Cosmetic dermatology. 2nd ed. United States: The McGraw-Hill Companies; 2009. p.245-55. Iffat H, Konchok D, Abdul S, Parvaiz A. Sunscreen and antioxidants as photoprotective measure [review article]. Our Dermatol Online. 2013;4:369-74. Ho TY. Sunscreens : is looking at sun protection factor enough. HK Dermatol Venereol Bull. 2001;9:100-8. Lim HW. Photoprotection. In: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest SA, Paller AS, Leffel DJ, Wolff K, editors. Dermatology in general medicine. 8th ed.New York: The McGraw-Hill Companies; 2012. p.270713. Uli Osterwalder U, Herzog B. Chemistry and properties of organic and inorganic UV filters. In: Lim HW, Draelos ZD, editors. Guide to sunscreens and photoprotection. New York: Informa Healthcare; 2009.p.4– 5. Jain P, Rahi P, Pandey V, Asati S, Soni V. Nanostructure lipid carriers: A modish contrivance to overcome the ultraviolet effects [review article]. Egypt J Basic Appl Sci. 2017: 1 – 12. United States Environmental Protection Agency. A guide to the UV index. 2004: 1-8. United States Environmental Protection Agency. UV index scale [internet]. 2016. [Diakses tanggal 8 Februari 2019] https://www.epa.gov/sunsafety/uv-index-scale-1 Oakley A, Barker S, Staton J. An update on sunscreens. Research



19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26.



27. 28.



Review. 2012: 1-6. Diffey BL, Ferguson J. Assasment of photoprotective properties of sunscreen. In: Lim HW, Draelos ZD, editors. Guide to sunscreens and photoprotection. New York: Informa Healthcare; 2009.p.53-63. Donglikar MM, Deore SL. Sunscreens : a review [review article]. Pharmacogn J. 2016;8:171-9. Draelos ZD. Photoprotection in colored cosmetics. In: Lim HW, Draelos ZD, editors. Guide to sunscreens and photoprotection. New York: Informa Healthcare; 2009.p.191-8. Budianti WK. Lupus eritomatosus kutan. In: Menaldi SLSW, Bramono K, Indiatmi W, editors. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 7th ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2016. p. 300-2. Draelos ZD, Lim HW, Rougier A. Sunscreens and photodermatoes. In: Lim HW, Draelos ZD, editors. Clinical Guide to Sunscreen and photoprotection. New York: Informa Healthcare; 2009.p.83-8. Soepardiman L. Kelainan pigmen. In: Menaldi SLSW, Bramono K, Indriatni W, editors. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 7th ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2016. p. 342-5. Jacoeb TN. Vitiligo. In: Menaldi SLSW, Bramono K, Indriatni W, editors. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 7th ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2016. p.352-5. Nurhidayat I. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak kosmetik pada penari studio fantasi di dunia fantasi ancol, Jakarta Utara [skripsi]. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah; 2013. Soebaryo RW. Fotosensitivitas. In: Menaldi SLSW, Bramono K, Indriatni W, editors. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. 7th ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2016. p.206-12 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Efek samping pemakaian kosmetika [internet]. 2018. [Diakses tanggal 8 Februari 2019] http://yankes.kemkes.go.id/read-efek-samping-pemakaian-kosmetika4120.html