REFRAT - de Quervain Syndrome - MCD2015 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

REFERAT DE QUERVAIN’S SYNDROME



Pembimbing : dr. Yazid Achari, Sp.OT



Disusun Oleh: Mutiara Chandra Dewi



G4A014114



SMF BEDAH RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2015



HALAMAN PENGESAHAN Telah dipresentasikan serta disetujui referat dengan judul : DE QUERVAIN’S SYNDROME



Diajukan untuk memenuhi salah satu ujian kepanitraan klinik dokter muda SMF Bedah RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto



Disusun Oleh: Mutiara Chandra Dewi



Purwokerto,



G4A014114



November 2015



Mengetahui, Dokter Pembimbing,



dr. Yazid Achari, Sp.OT



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan nikmat dan karuniaNya, sehingga dapat menyelesaikan referat ini. Referat yang berjudul “De Quervain Syndrome” ini merupakan salah satu syarat ujian kepanitraan klinik dokter muda SMF Bedah RSUD. Porf. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dr. Yazid Achari, Sp.OT, sebagai pembimbing atas waktu yang diluangkan, bimbingan, dan saran yang sifatnya membangun dalam penyusunan referat ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan referat ini masih belum sempurna serta banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik membangun dari pembimbing serta seluruh pihak.



Purwokerto, November 2015



BAB 1 PENDAHULUAN A.



LATAR BELAKANG De Quervain’s syndrome dinamakan sesuai dengan nama orang yang



pertama kali mendeskripsikan penyakit ini yaitu Fritz de Quervain (1868-1940). De Quervain’s syndrome merupakan penebalan reaktif atau peradangan dari selaput tendon yang berada disarung sinovial, yang menyelubungi ekstensor policis brevis dan abduktor policis longus (Apley AG et al., 2001). Angka kejadian di USA untuk penyakit ini relatif diantara orang-orang dengan aktifitas yang menggunakan tangan berulang-ulang, seperti pekerja pemasangan bagian-bagian mesin tertentu dan sekretaris. Mortalitas tidak berhubungan dengan kondisi penyakit ini. Beberapa morbiditas yang dilaporkan mungkin terjadi pada pasien dengan riwayat nyeri progresif dimana berhubungan dengan aktivitas yang memerlukan penggunaan tangan yang terkena. De Quervain’s syndrome lebih banyak diderita oleh orang dewasa dibanding pada anak-anak (Foye, 2014). Penyakit ini sering terjadi pada kedua tangan. Ada 11.332 kasus tenosinovitis de Quervain di Amerika Serikat dalam populasi berisiko 12.117.749 orang per tahun. Wanita memiliki tingkat signifikan lebih tinggi terkena tenosinovitis de Quervain sebesar 2,8 kasus per 1000 orang per tahun, dibandingkan dengan laki-laki di 0,6 per 1.000 orang per tahun. Usia lebih dari 40 merupakan faktor risiko yang signifikan, dengan kategori usia ini menunjukkan tingkat 2,0 per 1.000 orang per tahun dibandingkan dengan 0,6 per 1.000 orang dengan usia di bawah 20 tahun. Ada juga perbedaan ras, kulit hitam terpengaruh pada 1,3 per 1.000 orang per tahun dibandingkan dengan orang kulit putih (0,8 per 1000 orang per tahun) (Wolf, 2009). Hingga saat ini belum ditemukan adanya korelasi yang nyata antara insiden de Quervain’s syndrome dengan sejumlah ras tertentu. Meskipun penyakit seperti ini sering dijumpai pada pria dan wanita, tetapi de Quervain’s syndrome menunjukkan jumlah yang signifikan di mana lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pada pria. Beberapa sumber bahkan memperlihatkan rasio yang sangat tinggi pada wanita dibandingkan pada pria, yaitu 8 : 1. Menariknya,



banyak wanita yang menderita de Quervain’s syndrome selama kehamilannya atau selama periode postpartum (Foye, 2014). Studi berbasis komunitas besar di United Kingdom melaporkan prevalensi tenosinovitis de Quervain rata-rata 0,5 % untuk pria dan 1,3 % untuk perempuan di antara orang dewasa usia kerja pada populasi umum. Di Jerman, sebanyak 2 juta pekerja mengalami tenosinovitis dalam laporan studi kasus per tahun (Stahl et al., 2013). Penelitian Filer et al. (2013) menunjukkan hasil bahwa tenosinovitis de Quervain disebabkan oleh rheumatoid arthritis. Sebanyak 91 responden terbukti bahwa 39 pasien dengan rheumatoid arthritis berkembang menjadi tenosinovitis de Quervain (71%). Prevalensi di Indonesia belum banyak terjadi termasuk wilayah Jawa Tengah. Oleh karena itu diperlukan sosialisasi mengenai penyakit ini dari berbagai pihak. Berdasarkan latar belakang tersebut saya tertarik untuk membahas mengenai penyakit de Quervain syndrome.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi



De Quervain’s syndrome merupakan penebalan reaktif atau peradangan dari selaput tendon yang berada di sarung sinovial, yang menyelubungi ekstensor policis brevis dan abduktor policis longus dalam kompartemen ekstensor pertama. Awalnya, Fritz de Quervain mendeskripsikan penyakit ini sebagai tenovaginitis yaitu proliferasi jaringan fibrosa retinakulum otot-otot ekstensor dan tendon sheath dari otot ekstensor policis brevis dan otot abduktor policis longus. Beberapa tahun kemudian, terjadi stenosis tenosynovitis dari kedua tendon tersebut (kompartemen dorsal pertama) hingga kemudian penyakit ini dikenal dengan nama de Quervain’s tenosynovitis (Apley AG et al., 2001). B. Epidemiologi De Quervain tenosunovitis dibandingkan



pria



dengan



pertengahan. Pasien



biasanya



lebih rasio



sering 8:1,



mempunyai



terjadi



terutama



pada



wanita



riwayat sering



wanita pada usia



menggunakan



pergelangan tangan yang lama dan kegiatan yang menggunakan ibu jari (Foye, 2014). Angka kejadian di USA untuk penyakit ini relatif diantara orang-orang dengan aktifitas yang menggunakan tangan berulang-ulang, seperti pekerja pemasangan bagian-bagian mesin tertentu dan sekretaris. Mortalitas tidak berhubungan dengan kondisi penyakit ini. Beberapa morbiditas yang dilaporkan mungkin terjadi pada pasien dengan riwayat nyeri progresif dimana berhubungan dengan aktivitas yang memerlukan penggunaan tangan yang terkena. De Quervain Syndrome lebih banyak diderita oleh orang dewasa dibanding pada anak-anak (Foye, 2014). C. Anatomi Radial ke ulnar terdapat 6 kompartemen yakni kompartemen pertama yang terdiri dari tendon otot ekstensor policis brevis dan tendon otot abduktor policis longus, kompartemen kedua yang terdiri dari tendon otot ekstensor karpi radialis brevis dan tendon otot ekstensor karpi radialis longus, kompartemen ketiga yaitu tendon otot ekstensor policis longus, kompartemen keempat yaitu tendon otot ekstensor digitorum dan otot ekstensor indicis, kompartemen kelima adalah tendon otot ekstensor digiti minimi, dan kompartemen keenam adalah tendon otot ekstensor karpi ulnaris (Netter, 2014).



Gambar 1. Kompartemen radial ke ulnar (Netter, 2014) D. Etiologi De Quervain’s syndrome merupakan penyakit dengan nyeri pada daerah prosesus stiloideus akibat inflamasi kronik pembungkus tendon otot abduktor policis longus dan ekstensor policis brevis setinggi radius distal dan jepitan pada kedua tendon tersebut. De Quervain’s syndrome atau tenosinovitis stenosans ini merupakan tendovaginitis kronik yang disertai penyempitan sarung tendon. Sering juga ditemukan penebalan tendon. Hal tersebut bisa ditimbulkan dari (ACC, 2010), 1. Trauma yang berulang atau overuse (terutama pada ibu jari) seperti tukang kayu, pelayan, tugas-tugas sekretaris, olahraga golf, atau permainan olahraga yang menggunakan raket. 2. Luka langsung pada pergelangan tangan atau tendon. 3. Penyakit reumatoid arthritis. 4. Posisi pergelangan tangan dan tangan yang tidak biasa biasanya mengenai wanita paruh baya, posisi orang tua baru yang menggenong anaknya atau selama kehamilan. E. Patofisiologi De Quervain’s syndrome mengenai kompartemen pertama yang terdiri dari tendon otot ekstensor policis brevis dan tendon otot abduktor policis longus yang mengalami penebalan reaktif atau peradangan dari selaput tendon yang berada di sarung sinovial yang memiliki fungsi sebagai abduktor radial. Pada trauma minor yang bersifat repetitif atau penggunaan berlebih pada jarijari tangan (overuse) menyebabkan malfungsi dari tendon sheath (ACC, 2010).



Tendon sheath yang memproduksi cairan sinovial mulai menurun produksi dan kualitas cairannya. Akibatnya, pada penggunaan jari-jari selanjutnya terjadi pergesekan otot dengan tendon sheath karena cairan sinovial yang berkurang tadi berfungsi sebagai lubrikasi. Sehingga terjadi proliferasi jaringan ikat fibrosa yang tampak sebagai inflamasi dari tendon sheath. Proliferasi ini menyebabkan pergerakan tendon menjadi terbatas karena jaringan ikat ini memenuhi hampir seluruh tendon sheath. Terjadilah stenosis atau penyempitan pada tendon sheath tersebut dan hal ini akan mempengaruhi pergerakan dari kedua otot tadi. Pada kasus-kasus lanjut akan terjadi perlengketan tendon dengan tendon sheath. Pergesekan otot-otot ini merangsang nervus yang ada pada kedua otot tadi sehingga terjadi perangsangan nyeri pada ibu jari bila digerakkan yang sering merupakan keluhan utama pada penderita penyakit ini (ACC, 2010). F. Penegakan Diagnosis Gambaran klinis sindrom de quervain biasanya mengenai wanita berusia 40-50 tahun, yang mengeluh nyeri di sisi radial pergelangan tangan (area styloideus radii). Nyeri terjadi saat digerakkan ke arah ulnar deviasi wrist joint, fleksi yang disertai adduksi ibu jari atau adduksi ibu jari. Nyeri juga terjadi akibat kelelahan dengan kurangnya kekuatan untuk menggenggam serta kemapuan menjepit. Pembengkakan biasanya terlihat pada kondisi yang bersifat kronik. Terdapat riwayat kegiatan yang berulang seperti pemangkasan mawar atau memeras pakaian. Kadang dapat dijumpai pembengkakan di ujung distal radius (sekitar 1-2 cm proksimal dari styloid radius), selubung tendon terasa tebal serta keras dan rasa baal pada dorsal ibu jari dan telunjuk (karena iritasi saraf di atas tendon sheath). Terdapat sensasi “catching atau snapping saat menggerakan ibu jari (Anonim, 2012; Jones, 2014). Lokasi de Quervain’s syndrome ini adalah pada kompartemen dorsal pertama pada pergelangan tangan. Kompartemen dorsal pertama pada pergelangan tangan termasuk di dalamnya adalah tendon otot abduktor policis longus (APL) dan tendon otot ekstensor policis brevis (EPB). Pasien dengan kondisi yang seperti ini biasanya datang dengan nyeri pada aspek dorsolateral dari pergelangan tangannya dengan nyeri yang berasal dari arah ibu jari dan / atau lengan bawah bagian lateral (Jones, 2014).



Gambar 2. Lokasi de Quervain’s syndrome (Anonim, 2012)



Gambar 3. Lokasi de Quervain’s syndrome (Anonim, 2012) Tanda patognomonik yang khas dapat ditemukan dengan melakukan tes Finkelstein : tempatkan ibu jari fleksi penuh terhadap telapak tangan (mengepal) kemudian bungkukkan pergelangan tangan ke arah jari kelingking. Tes yang positif jika pasien merasakan sakit. tes ini dilakukan untuk menentukan ada atau tidaknya penyempitan di terowongan ligamentum dorsal pergelangan tangan yang dilintasi selubung tendon abduktor policis longus dan ekstensor policis brevis (Apley AG et al., 2001; Jones, 2014).



Gambar 4. Penyakit de Quervain (a) Titik nyeri di ujung prosessus styloid radial. (b) tes Finkelstein tenosynovitis (Apley AG et al., 2001; Anonim, 2012)



Gambar 5. Finkelstein tes. Panah menunjukkan lokasi nyeri ketika tes adalah positif (American Academi of Orthopedic Surgeons, 1995-2013)



G. Diagnosis Banding Diagnosis banding De Quervain’s syndrome meliputi (Apley AG et al., 2001; Jones, 2014), 1. Intersection syndrome yakni suatu kondisi yang dikenal sebagai crossover syndrome or peritendinitis crepitans, yang memiliki karakteristik nyeri, swelling dan krepitasi pada tendon extensor policis brevis dan abductor policis longus, 4-6 cm proximal ke extensor retinakulum. 2. Carpal Tunnel Syndrome, di mana pada penyakit ini dirasakan nyeri pada ibu jari tangan. Nyeri ini tidak hanya dirasakan pada ibu jari tangan, akan tetapi dapat ke seluruh pergelangan tangan bahkan dapat sampai ke lengan. Carpal Tunnel Syndrome adalah kumpulan gejala yang disebabkan oleh kompresi pada nervus medianus akibat inflamasi pada pergelangan tangan. Penyebab inflamasi dapat karena suatu infeksi, trauma, atau penggunaan berlebihan pada pergelangan tangan (overuse). Gejala lain pada penyakit ini adalah adanya rasa panas dan kelemahan pada otot-otot pergelangan tangan. 3. Osteoarthritis pada persendian di pergelangan tangan. 4. Kienbock disease yaitu osteonekrosis pada os lunate. 5. Degenerative arthritis pada sendi radioscaphoid, cervical radiculopathy terutama pada segmen C5 atau C6. 6. Cheiralgia paresthetica atau neuropati pada sensorik dari nervus radial. 7. Fraktur scaphoid yang tampak sebagai nyeri pada daerah snuff box pada



kompartemen dorsal pertama. H. Penatalaksanaan Terapi dini berupa pemberian obat anti inflamasi (NSAIDs) dapat membantu mengurangi pembengkakan dan meringankan rasa sakit. Kasus resisten perlu dioperasi dengan menyisir selubung tendon yang menebal. Operasi dilakukan secara hati-hati untuk mencegah cedera pada cabang sensorik dorsal saraf radial, yang dapat menyebabkan gangguan sensorik di distal lesi (Apley AG et al., 2001; Jones, 2014).



Gambar 6. splintage pergelangan tangan (Jones, 2014)



Gambar 7. Cross section Tendon sheath (Jones, 2014)



Latihan yang dapat membantu meringankan kondisi sindrom de quervain antara lain, 1. Tahap 1 Gunakan splint selama 2-3 minggu untuk mengurangi nyeri sebelum mulai menggerakan ibu jari atau pergelanagan (Jones, 2014). a. Letakan tangan yang sakit menelungkup di atas meja. Gunakan tangan yang normal kemudian gerakan secara perlahan ibu jari yang sakit menjauhi jari-jari lainnya. perlahan dan lembut kembalikan posisi ibu jari yang sakit sejajar dengan jari-jari tangan. Ulangi 5-10 kali setiap 2 jam.



Gambar 8. Tahap 1 (a) (Jones, 2014) b. Letakan tangan yang sakit bertumpu pada bagian luar kelingking di atas meja. Gunakan tangan yang normal kemudian gerakan secara perlahan ibu jari yang sakit menjauhi jari-jari lainnya. perlahan dan lembut kembalikan posisi ibu jari yang sakit sejajar dengan jari-jari tangan. Ulangi 5-10 kali setiap 2 jam.



Gambar 9. Tahap 1 (b) (Jones, 2014) c. Letakan tangan yang sakit di tepi meja dengan telapak tangan menjuntai bertumpu pada pergelangan tangan. Secara perlahan gerakan pergelangan tangan menekuk ke arah lantai, gunakan tangan yang normal untuk mengembalikan pergelanagn tangan yang sakit ke pasisi semula. Ulangi 5-10 kali setiap 2 jam.



Gambar 10. Tahap 1 (c) (Jones, 2014)



2. Tahap 2 Coba melepas splint saat melakukan aktivitas harian. Jika mampu menjalakan latihan tahap 1 tanpa rasa sakit maka tingkatkan kecepatan latihan 10-20 kali setiap jam dan apabila nyeri kembali dirasakan maka kurangi kecepatan latihan sesuai dengan kecepatan awal yakni 10-20 kali setiap 2 jam. Kemudian coba untuk memulai latihan tahap kedua (Jones, 2014). a. Letakan tangan yang sakit menumpu di atas meja. Gerakan ibu jari menjauhi jari-jari lainnya sampai merasa nyaman. Kembalikan ibu jari ke posisi semula. Ulangi 5-10 kali.



Gambar 11. Tahap 2 (Jones, 2014) b. Letakan tangan pada posisi yang sama. Gerakan ibu jari menjauhi jarijari lainnya sampai merasa nyaman. Kembalikan ibu jari ke posisi semula. Ulangi 5-10 kali. Tingkatkan kecepatan latihan jika merasa nyaman. 3. Tahap 3 Tingkatkan beban dan kecepatan latihan dari yang sebelumnya. Mulai latihan tahap 3 dengan gerakan yang aktif penuh menggunakan pergelangan tangan menjuntai pada tepi meja tanpa bantuan tangan yang normal. Pastikan pergelangan tangan menjadi kuat dan tahan nyeri (Jones, 2014). a. Letakan karet gelang melingkari jari-jari dan ibu jari. b. Perlahan gerakan ibu jari merengangkan karet gelang. c. Ulangi sebanyak 10 kali.



Gambar 12. Tahap 3 (Jones, 2014) I. Prognosis Prognosis penyakit ini umumnya baik. Pada kasus-kasus dini, biasanya berespon dengan baik pada terapi konservatif. Sedangkan pada kasus-kasus lanjut dan tidak memberikan respon yang baik dengan terapi konservatif, dilakukan tindakan bedah untuk dekompresi pada kompartemen dorsal pertama dari pergelangan tangan. Umumnya berlangsung dengan baik, morbiditas dapat terjadi jika terjadi komplikasi pasca operasi misalnya adhesi tendo atau subluksasi volar tendon (Apley AG et al., 2001; Jones, 2014).



BAB III KESIMPULAN 1. De Quervain’s syndrome merupakan penebalan reaktif atau peradangan dari



selaput tendon yang berada di sarung sinovial, yang menyelubungi ekstensor policis brevis dan abduktor policis longus dalam kompartemen ekstensor pertama. 2. De Quervain’s syndrome disebabkan karena trauma yang berulang atau overuse (terutama pada ibu jari) seperti tukang kayu, pelayan, tugas-tugas sekretaris, olahraga golf, atau permainan olahraga yang menggunakan raket. 3. Tanda patognomonik yang khas dapat ditemukan dengan melakukan tes Finkelstein. 4. Terapi dini berupa pemberian injeksi kortikosteroid ke dalam selubung tendon



atau dapat dikombinasikan dengan splintage pergelangan tangan. 5. Prognosis penyakit ini umumnya baik.



DAFTAR PUSTAKA ACC. 2010. De Quervain’s disease and de Quervain’s tenosynovitis An overview of best practice A. Filer., M.Z. Cader., A. Abhishek., G. Allen., C. Buckley., P. de Pablo., K. Raza. 2013. Ultrasound defined tenosynovitis improves the prediction of rheumatoid arthritis and persistent disease in patients with very early synovitis. nn Rheum Dis Anonim. 2012. de Quervain Syndrome. American Society for Surgery of the Hand Anonim. 1995-2013. De Quervain’s Tendinosis. American Academi of Orthopedic Surgeons Apley AG., Solomon, Louis et al. 2001. Apley's System of Orthopaedics and Fractures 8th ed. Burterworth Heinemann, Oxford Foye Patrick M. 2014. Physical medicine and Rehabilitation for De Qurvain Tenosynovitis. Medscape tersedia di www.emedecine. medscape.om diunduh pada 31 Oktober 2015 pukul 14.00 WIB



Jones, Huw. 2014. DeQuervain’s tenosynovitis inflamation of the tendons of the thumb. Oxford University Hospital NHS Trust Netter, Frank H. 2014. Atlas of Human Anatomy Profesional 6th edition. Saunders Stahl, Stéphane, M.D., Daniel Vida., Christoph Meisner., Oliver Lotter., Jens Rothenberger., Hans-Eberhard Schaller., Adelana Santos Stahl. 2013. Systematic Review and Meta-Analysis on the Work-Related Cause of de Quervain Tenosynovitis: A Critical Appraisal of Its Recognition as an Occupational Disease. the American Society of Plastic Surgeons Wolf JM., Sturdivant RX., Owens BD. 2009. Incidence of de Quervain's tenosynovitis in a young, active population. J Hand Surg Am