Refrat - Persiapan Dan Teknik Anastesi Lokal - Tiara Bistya Astari [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH BEDAH MULUT ANASTESI LOKAL PERSIAPAN DAN TEKNIK ANASTESI LOKAL Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Persyaratan Kepaniteraan Klinik Fakultas Kedokteran Gigi Univesitas Islam Sultan Agung



Disusun Oleh: Tiara Bistya Astari



21101900024



Pembimbing: drg. M. Dian Firdausy, M.Sc (DMS)



FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVEERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG 2021



DAFTAR ISI



DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii BAB I



PENDAHULUAN ................................................................................ 1



1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 1 1.3 Tujuan ................................................................................................... 1 BAB II



PEMBAHASAN ................................................................................... 2



2.1 Persiapan Anastesi Lokal...................................................................... 2 2.2 Macam Teknik Anastesi Lokal ............................................................. 7 BAB III PENUTUP ..........................................................................................15 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................16



ii



BAB I PENDAHULUAN



1.1



Latar Belakang Anestesi selalu diperlukan dalam setiap pencabutan gigi baik pencabutan gigi permanen atau gigi tetap maupun pencabutan gigi susu agar pasien tidak merasakan sakit pada waktu dicabut giginya. Istilah anestesi berarti tidak ada rasa sakit. Anestesi dibagi menjadi dua kelompok yaitu anestesi lokal dan anestesi umum. Anestesi lokal adalah hilangnya rasa sakit tanpa disertai hilang kesadaran dan anestesi umum, yaitu hilang rasa sakit disertai hilang kesadaran. Anestesi lokal didefinisikan sebagai suatu tindakan yang menyebabkan hilangnya sensasi rasa nyeri pada sebagian tubuh secara sementara yang disebabkan adanya depresi eksitasi di ujung saraf atau penghambatan proses konduksi pada saraf perifer. Anestesi lokal menghilangkan sensasi rasa nyeri tanpa hilangnya kesadaran yang menyebabkan anestesi lokal berbeda secara dramatis dari anestesi umum. Anestesi lokal merupakan salah satu tindakan medis yang sering dilakukan dalam kedokteran gigi. Persiapan dan pelaksanaan anestesi lokal yang baik dan benar atau sesuai prosedur, diharapkan dapat menunjang keberhasilan pelaksanaan anestesi local.



1.2



Rumusan Masalah 1. Apa saja persiapan yang harus dilakukan untuk melakukan prosedur anastesi local? 2. Bagaimana cara melakukan teknik anastesi yang benar?



1.3



Tujuan 1. Untuk mengetahui persiapan yang dilakukan untuk melakukan prosedur anastesi local 2. Untuk mengetahui cara melakukan teknik anastesi yang benar



1



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Persiapan Anastesi Lokal Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan prosedur anastesi local yaitu: 1. Memahami anatomi kepala



2



2. Memahami inervasi kepala



Menurut (Sumawinata, 2013) daerah rongga mulut, daerah gigi dan sekitarnya, dipersarafi oleh berbagai serabut saraf yaitu nervus vasialis (n. VII), nervus glosofaringeus (n. IX), nervus vagus (n. X), nervus aksesorius (n. XI), dan nervus hipoglosus (n. XII). Nervus fasialis, nervus glosofaringeus, dan nervus vagus berperan dalam sensasi pengecapan, nervus glosofaringeus dan nervus vagus berperan dalam sensasi umum (nyeri, perabaan, dan suhu) pada faring, palatum molle, dan bagian belakang lidah, sedangkan nervus hipoglosus berperan dalam persarafan motorik lidah. Walaupun demikian, nervus trigeminus merupakan saraf terpenting di daerah rongga mulut. Oleh karena itu pembahasan mengenai nervus difokuskan pada nervus trigeminus. Nervus V atau n. trigeminus berasal dari mesencephalon dan membesar menjadi ganglion Gasseri atau ganglion semilunare. Ada dua ganglion Gasseri yang terletak pada dasar cranium di dekat garis median, tiap-tiap ganglion menginervasi satu sisi wajah.



3



1) N. OPHTHALMICUS (DIVISI I) adalah cabang yang terkecil dari ganglion Gasseri. 2) N. MAXILLARIS (DIVISI II) menginervasi maxilla dan strukturstruktur yang berkaitan dengannya seperti gigi geligi, periosteum, membrana mukosa, sinus maxillaris, palatum molle, palpebra inferior, labium oris superior, sisi lateral cavum nasi, dan memberikan beberapa innervasi pada regio tonsilla palatina.  CABANG PERTAMA : Dua n.sphenopalatinus yang pendek ke ganglion sphenopalatina atau ganglion Meckeliensis. Saraf-saraf berikut ini perlu diketahui lebih lanjut : N. nasopalatinus keluar dari ganglion Meckeliensis berjalan ke bawah sepanjang septum nasi dan diteruskan menuju ke canalis palatina major yang terletak pada garis median sekitar 10 mm di sebelah palatinal insisivus sentral atas. N.palatinus major keluar dari ganglion Meckeliensis, berjalan ke bawah melalui canalis palatina major, pada os.palatinum, kemudian muncul pada palatum melalui foramen palatinum majus.  CABANG KEDUA: N. alevolaris superior posterior bercabangcabang pada jaringan lunak anterior ganglion Meckeliensis, tepat sebelum n. maxillaris masuk ke dalam fissura orbitalis inferior.  CABANG KETIGA: N. alveolaris superior medius mengeluarkan percabangan pada kira-kira setengah perjalanan dari canalis infraorbitalis, kemudian berjalan ke bawah pada dinding lateral sinus maxillaris. Saraf menginervasi gigi premolar pertama dan kedua dan akar mesiobukal gigi molar pertama atas.  CABANG



KEEMPAT:



N.



alveolaris



superior



anterior



mengeluarkan percabangan di dalam canalis infraorbitalis kuranglebih5 mm di belakang foramen infra-orbitale tepat sebelum cabang-cabang terminal dari n. infraorbitalis keluar dari foramen infraorbitale. 3) N. MANDIBULARIS (DIVISI KE-3) adalah cabang terbesar, yang



4



keluar dari ganglion Gasseri. Saraf keluar dari cranium melalui foramen ovale dan bercabangmenjadi tiga percabangan.  N. BUCCALIS LONGUS keluar tepat di luar foramen ovale.  N. LINGUALIS, cabang berikut yang berjalan ke depan menuju garis median.  N. ALVEOLARIS INFERIOR adalah cabang terbesar dari n. mandibularis. 3. Memahami persiapan pasien Persiapan pasien sebelum dilakukan lokal anestesi dilakukan dengan menerapkan prinsip persiapan pasien, sehingga dokter gigi dapat melakukan kontrol rasa sakit pada hampir semua kondisi. Karena pasien mempunyai temperamen, kondisi fisik, dan intelegensi yang berbeda, pasien tidak bisa diperlakukan dengan cara yang sama. Akibat dari prosedur yang kurang baik oleh operator atau asisten, injeksi akan gagal menghasilkan anestesia yang diinginkan. Gejala-gejala



yang



tidak



dikehendaki,



seperti



sinkop



dapat



diminimalkan dengan penanganan pasien yang simpatik dan penuh pengertian. Operator dan asisten melalui sikap dan anjuran-anjurannya harus dapat meyakinkan pasien bahwa apa yang dilakukan adalah prosedur biasa yang memang harus dilakukan dan tidak perlu ditakutkan. Instrumen, syringe, dan alat- alat lain yang menakutkan sebaiknya tidak terlihat langsung oleh pasien. Dental unit harus dibuat sedikit condong ke belakang, dengan sandaran kepala diatursedemikian rupa sehingga bisa menahan berat kepala yang didukung otot-otot leher.Selain untuk kenyamanan pasien, posisi kepala yang enak sangat membantu dokter gigi untuk meningkatkan ketepatan dalam melakukan injeksi. Dental unit dapat dinaikkan atau diturunkan sesuai dengan kenyamanan operator. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian lokal anestesi: 1) Pertanyaan-pertanyaan yang harus ditujukan kepada pasien, apakah ada hal-hal yang dialami pada suntikan sebelumnya karena ada kemungkinan pada pengalaman sebelumnya pasien tidak tahan bila



5



mendapat lokal anestesi. 2) Pakailah jarum yang baru, runcing, dan ukuran kecil. 3) Untuk memudahkan masuknya jarum, jaringan yang akan disuntik dibuat tegang dan jangan sekali-kali jarum dibelok-belokkan, diputarputar karena dapat merusak jaringan sekitarnya. 4) Dalam melakukan tindakan anastesi, kita sebagai dokter gigi perlu memperhatikan hal yang harus ditentukan macam anastesi yang diberikan yaitu: - Perluasan operasi : sampai dimana operasi harus dikerjakan - Keadaan umum pasien - Bila terjadi infeksi, kita harus memperhatikan perluasan infeksi dalam jaringan - Kita harus memperhatikan temperamen pasien. 5) Dalam melakukan anastesi, terdapat faktor yang mempengaruhi durasi anastesi local yaitu: - Respon individual terhadap obat - Akurasi disposisi obat anastesi - Kondisi jaringan tempat injeksi / vaskularisasi (pH) - Variasi anatomi - Tipe injeksi



6



2.2 Macam Teknik Anastesi Lokal 1. Anastesi Maxilla a. Infiltrasi Lokal Infiltrasi local merupakan teknik anastesi local yang digunakan dengan cara mendeponir larutan anastesi pada ujung saraf terminal kecil. Contoh dari teknik infiltrasi local adalah deponir bahan anastesi local kedalam papilla interproximal sebelum perawatan saluran akar (Malamed, 2014). b. Field block Merupakan teknik anastesi local dimana larutan anastesi dideponirkan didekat ujung cabang saraf terbesar sehingga area yang terkena efek anastesi akan dibatasi untuk mencegah jalannya impuls dari gigi ke system saraf pusat. Contoh anastesi field blok adalah deponir pada diatas apeks gigi yang akan dilakukan perawatan (Malamed, 2014). c. Blok Saraf Blok saraf deponir dilakukan berdekatan pada badan saraf utama. Injeksi posterior superior alvelolar, dan nasopalatine merupakan contok dari blok saraf (Maisyarah, 2008). 2. Anastesi Mandibula Anatomi Persyarafan pada Mandibula Bahan anestetikum lokal bekerja dengan menghambat pengiriman impuls ke syaraf. Di bidang kedokteran gigi dikenal beberapa syaraf yang penting, salah satunya adalah syaraf trigeminus. Syaraf trigeminus merupakan salah satu syaraf yang memiliki serat sensorik dan juga serat motorik. Syaraf trigeminus terbagi atas tiga divisi yaitu syaraf ophthalmikus, syaraf maksilaris, dan syaraf mandibularis (Corbett IP, 2005). Syaraf mandibularis terdiri dari serat sensorik dan motorik. Syaraf mandibularis terbagi menjadi dua cabang utama, yaitu bagian anterior dan posterior. Pada cabang bagian anterior terdapat beberapa syaraf motorik yang berhubungan dengan otot-otot seperti masseter, deep temporal, dan lateral pterygoid. Selain itu, pada bagian anterior juga terdapat buccal nerve yang meninervasi kulit dan mukosa bagian dagu 7



serta bagian bukal gingiva dari prosesus alveolar mandibula di bagian molar



dan



premolar.



Pada



bagian



posterior



terdapat



syaraf



auriculotemporal, syaraf alveolaris inferior, dan syaraf lingualis. Syaraf auriculotemporal merupakan salah syaraf yang jarang berhubungan dalam bidang kedokteran gigi. Syaraf lingualis merupakan syaraf sensorik yang menginervasi bagian 2/3 anterior lidah, termasuk persepsi terhadap sensasi maupun sensasi terhadap pengecapan. Syaraf alveolaris inferior merupakan cabang terbesar dari divisi syaraf mandibula. Syaraf ini mempunyai cabang-cabang kecil seperti nervus mylohyoid, dental branches, serta pada bagian ujungnya adalah nervus inscisive dan nervus mental (Ikhsan M, 2013).



a. Anastesi Lokal Blok Mandibula Berdasarkan basis anatominya, anestesi lokal dapat dibedakan menjadi tiga yaitu anestesi topikal, anestesi infiltrasi, dan anestesi regional atau sering disebut dengan anestesi blok.1 Anestesi blok juga dapat dibedakan menjadi anestesi blok pada maksila dan anestesi blok mandibula (YD, 2010). Secara garis besar, terdapat beberapa jenis anestesi lokal yang sering digunakan di mandibula, yaitu lingual nerve block, incisive nerve block, mental nerve block, long buccal nerve block, dan inferior alveolar nerve block. Nervus lingualis biasanya diblokade di ruang pterygomandibular yang terletak pada anteromedial syaraf alveolaris inferior mandibula,



8



sekitar 1 cm dari permukaan mukosa. Oleh karena itu, anestesi blok syaraf lingualis bisa dilakukan sebelum atau sesudah anestesi blok alveolaris inferior mandibula dilakukan. Incisive nerve block merupakan salah satu pilihan pada anestesi lokal mandibula yang terbatas pada gigi anterior. Anestesi blok syaraf insisivus memberikan anestesi pulpa pada sekitar gigi anterior seperti insisivus dan kaninus sampai foramen mental. Mental nerve block bertujuan untuk menganestesi syaraf mental dan ujung dari cabang syaraf inferior alveolar mandibula. Syaraf mental terletak pada foramen mental yang berada di antara apikal premolar satu dan premolar dua. Daerah yang dianestesi oleh teknik ini adalah mukosa bukal bagian anterior, daerah foramen mental sekitar gigi premolar dua, midline dan kulit dari bibir bawah (Ikhsan M, 2013) (Corbett IP, 2005).



Long buccal nerve block atau sering disebut buccal nerve block dan buccinators nerve block menganestesi nervus buccal yang merupakan cabang dari syaraf mandibula bagian anterior. Daerah yang dianestesi adalah jaringan lunak dan periosteum bagian bukal sampai gigi molar mandibula. Anestesi ini sering digunakan pada perawatan yang melibatkan daerah gigi molar. Keuntungan dari teknik long buccal nerve block adalah mudah dilakukan dan tingkat keberhasilannya tinggi (Ikhsan M, 2013).



9



Pada anestesi blok syaraf alveolaris inferior, terdapat tiga metode yang sering digunakan, yaitu Inferior Alveolar Nervus Block (IANB), Gow- Gates Technique, dan Akinosi Closed-Mouth Mandibular Block. Inferior Alveolar Nervus Block (IANB) terdiri dari dua metode, yaitu direct dan indirect. Metode indirect IANB sering disebut dengan metode Fischer (Malamed, 2014). Menurut hasil penelitian Neeta Mohanty dan Susant Mohanty, tingkat keberhasilan anestesi blok mandibula paling tinggi yang dilakukan kepada 120 orang berusia 16-50 tahun adalah Gow-Gates Technique sebesar 92,5%. Sedangkan tingkat keberhasilan Akinosi Closed-Mouth Mandibular Block dan Classical IANB atau metode Fischer adalah 90% dan 72,5%. Dari hasil penelitian ini juga didapatkan bahwa metode Classical IANB paling banyak menimbulkan rasa sakit selama penyuntikan



sebesar



60%.



Sedangkan



Akinosi



Closed-Mouth



Mandibular Block paling sedikit sebesar 25%. Onset of action yang paling singkat adalah Classical IANB metode Fischer yaitu 2,15 menit, sedangkan untuk duration of action yang paling lama adalah Gow-Gates Technique selama 69,3 menit (Corbett IP, 2005). Berdasarkan hasil penelitian Sobhan Mishra yang membandingkan antara metode direct IANB dan Akinosi Closed-Mouth Mandibular



10



Block, didapatkan bahwa 96% syaraf inferior alveolar berhasil dianestesi, dan 100% syaraf lingual dan bukal berhasil di anestesi dengan sekali penyuntikan dengan metode direct IANB. Sedangkan pada teknik Akinosi Closed-Mouth Mandibular Block, 84% syaraf inferior alveolar dan syaraf lingual berhasil di anestesi dengan sekali penyuntikan, sedangkan 80% syaraf bukal berhasil dianestesi dengan sekali penyuntikan (Hupp & Ellis, 2019). b. Anastesi Lokal Blok Mandibula Metode Fischer Inferior Alveolar Nervus Block atau yang sering juga disebut dengan blok mandibula merupakan metode anestesi lokal blok mandibula yang sering digunakan di kedokteran gigi. Metode Inferior Alveolar Nervus Block dibagi menjadi dua metode yaitu direct IANB dan indirect IANB. Metode Indirect IANB sering juga disebut dengan metode Fischer atau fissure 1-2-3 technique dengan penambahan anestesi syaraf bukal (Malamed, 2014). Metode ini menganestesi nervus inferior alveolar, nervus incisive, nervus mental, dan nervus lingual. Nervus buccal juga bisa ditambahkan dalam beberapa prosedur yang melibatkan jaringan lunak di daerah posterior bukal. Daerah yang dianestesi dengan metode ini adalah gigi mandibula sampai ke midline, body of mandible, bagian inferior dari ramus, mukoperiosteum bukal, membrane mukosa anterior sampai daerah gigi molar satu mandibula, 2/3 anterior lidah dan dasar dari kavitas oral, jaringan lunak bagian lingual dan periosteum, external oblique ridge, dan internal oblique ridge (Malamed, 2014).



11



Indikasi Inferior Alveolar Nervus Block adalah untuk prosedur pencabutan beberapa gigi mandibula dalam satu kuadran, prosdur



pembedahan yang melibatkan jaringan lunak bagian bukal anterior sampai molar satu serta jaringan lunak bagian lingual. Kontraindikasi Inferior Alveolar Nervus Block adalah pasien yang mengalami infeksi atau inflamasi akut pada daerah penyuntikan serta pasien dengan gangguan kontrol motorik menggigit bibir atau lidah secara tiba tiba (Kirova D, 2005). Prosedur Anastesi Lokal Blok Mandibula Metode Fischer 1. Pasien didudukkan dengan posisi semisupine atau setengah telentang. 2. Intruksikan pasien untuk membuka mulut selebar mungkin agar mendapatkan akses yang jelas ke mulut pasien. Posisi diatur sedemikian rupa agar ketika membuka mulut, oklusal dari mandibula pasien sejajar dengan lantai. 3. Posisi operator berada pada arah jam 8 dan menghadap pasien untuk rahang kanan mandibula, sedangkan untuk rahang kiri mandibula posisi operator berada pada arah jam 10 dan menghadap ke pasien.



12



4. Jarum 25 gauge direkomendasikan untuk pasien dewasa dengan panjang jarum sekitar 42 mm atau 1,625 inchi. Hal ini diperlukan karena bagian jarum yang masuk ke jaringan adalah sekitar 20 mm. 5. Aplikasikan antiseptik di daerah trigonom retromolar. 6. Jari telunjuk diletakkan di belakang gigi terakhir mandibula, geser ke lateral dan palpasi linea oblique eksterna pada ramus mandibula, kemudian telunjuk digeser ke median untuk mencari linea oblique interna. Ujung lengkung kuku berada di linea oblique interna dan permukaan samping jari berada di bidang oklusal gigi rahang bawah. 7. Jarum diinsersikan dipertengahan lengkung kuku dari sisi rahang yang tidak dianestesi tepatnya dari regio premolar dan jarum dengan bevel mengarah ke tulang sampai jarum kontak dengan tulang (Posisi I). Arah jarum hampir tegak lurus dengan tulang. 8. Spuit digeser kesisi yang akan dianestesi, sejajar dengan bidang oklusal dan jarum ditusukkan sedalam 5 mm, lakukan aspirasi bila negatif keluarkan anestetikum sebanyak 0,5 ml untuk menganestesi N. Lingualis (Posisi II).



13



9. Spuit digeser ke arah posisi I tapi tidak penuh sampai sekitar region kaninus lalu jarum ditusukkan sambil menyelusuri tulang sedalam kira-kira 10-15 mm. Aspirasi dan bila negatif keluarkan anestetikum sebanyak 1 ml untuk menganestesi N. Alveolaris inferior (Posisi III). Setelah selesai spuit ditarik kembali.



Metode Fischer sering juga dimodifikasi dengan penambahan anestesi untuk syaraf bukal setelah kita melakukan posisi III, pada waktu menarik kembali spuit sebelum jarum lepas dari mukosa tepat setelah melewati linea oblique interna ,jarum digeser kelateral ke daerah trigonom retromolar, aspirasi dan bila negatif keluarkan anestetik sebanyak 0,5 ml untuk menganestesi syaraf bukal dan kemudian spuit ditarik keluar.



14



BAB III



PENUTUP



Anestesi blok rahang bawah biasanya dilakukan apabila kita memerlukan daerah yang teranestesi luas misalnya pada waktu pencabutan gigi posterior rahang bawah atau pencabutan beberapa gigi pada satu quadran. Saraf yang dituju pada anestesi blok teknik Gow-Gates adalah N. Mandibularis sedangkan pada Teknik Akinosi dan Teknik Fisher saraf yang dituju adalah :N. Alveolaris inferior dan N. Lingualis Dengan teknik Gow- Gates daerah yang teranestesi adalah : Gigi mandibula setengah quadran, mukoperiosteum bukal dan membrane mukosa pada daerah penyuntikan , dua pertiga anterior lidah dan dasar mulut, jaringan lunak lingual dan periosteum, korpus mandibula dan bagian bawah ramus serta kulit diatas zigoma , bagian posterior pipi dan region temporal.



15



DAFTAR PUSTAKA



Bakar, Abu. 2012. Kedokteran Gigi Klinis Edisi 2. Yogyakarta: CV. Sinergis Media Chitre, AP. 2010. Manual of Local Anesthesia in Dentistry 2nd Edition. Panama : Jaypee Brothers Medical Publishers H. Handogo. 1979. Buku Kuliah Bedah Mulut. Yogyakarta : FKG UGM Haryono M. 1981. Exodontia I. Yogyakarta : FKG UGM Ikatan Apoteker Indonesia. 2017. ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia Vol 51. Jakarta : PT. ISFI Gustainis,JF., and Peterson. 1981. An Alternatif method of mandibular nerve block. JADA V Jastak,JT Cs. 1995. Local anesthesia of the oral cavity. Philadelphia : W.B.Saubders Company. Malamed SF. 2004. Handbook of Local Anesthesia, Fifth Edition. Missouri Elsevier Mosby. Meechan JG. 2002. Practical Dental Local Anaesthesia. London: Quintessence Publishing Co. Ltd. Narlan Sumawinata, 2013, Anestesia Lokal dalam Perawatan Konservasi Gigi. Jakarta : EGC. Syarif A. 2007. Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Jakarta: FK-UI. Tjay TH. dan Raharja K. 2005. Obat-obat Penting. Jakarta: Elex Medi Komputindo. Toeti R. Tjiptono, sorimuda Harahap, Suprapti Arnus, Shaukat Osmani. 1989. Ilmu Bedah Mulut,edisi kedua. Jakarta : Cahaya Surya Varun. 2011. “Composition of Local Anesthetic Agent” (http://www.juniordentist.com/composition-of-local-anesthetic-agent.html, diakses pada 2 Mei 2021)



16