Persiapan Pasien Dan Teknik Anastesi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1. Persiapan Pasien Anestesi Persiapan sebelum tindakan anestesi dilakukan meliputi pemeriksaan pre anestesi pada pasien. Pemeriksaan pre anestesi merupakan tindakan awal yang bertujuan untuk mengetahui status fisik ASA (American Society of Anesthesiologist) pasien, menganalisis jenis operasi, memilih teknik anestesi, memprediksi penyulit yang mungkin terjadi, mempersiapkan obat dan alat anestesi. Persiapan yang dilakukan antara lain sebagai berikut : 1. Pemeriksaan Rutin a. Pemeriksaan Vital Sign -



Tekanan Darah



Tekanan yang di alami darah pada pembuluh arteri ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh. Pengukuran tekanan darah dapat di ukur melalui nilai sistolik dan diastolik. Alat ukur yang digunakan sphygmomanometer dan stestoskop untuk mendengar denyut nadi.



-



Denyut Nadi



Normal



60-100 kali/menit



Bradikardi



< 60 kali/menit



Trakhikardi



> 100 kali/menit



-



Pernafasan



Frekuensi proses inspirasi dan ekspirasi dalam satuan waktu/menit. Normalnya 14-20 kali/menit.



-



Suhu



Tindakan dalam pemeriksaan suhu tubuh alat yang digunakan adalah termometer. Jenis termometer yang biasa dipakai untuk mengukur suhu tubuh adalah thermometer air raksa dan digital. Normalnya 36-37,50C. -



Pemeriksaan Darah Rutin



Hemoglobin (Hb), leukosit, trombosit, hematocrit. -



Pemeriksaan Kimia Klinik



Fungsi hepar (SGOT, SGPT, albumin) Fungsi ginjal (Urin lengkap, Serum kreatinin) Faal hemostasis Serum elektrolit (Na. K, Cl) b. Pemeriksaan Penunjang -



Radiologi (foto thoraks, BOF, CT Scan, USG, dll)



-



Laboratorium (gula darah)



-



EKG



c. Pemeriksaan Status Pasien Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui resiko yang akan ditimbulkan akibat tindakan anastesi terhadap diri pasien karena obat dan teknik anestesi pada umumnya akan mengganggu fungsi pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf. Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan menggunakan metode ASA (American Society of Anesthesiologist).



Klasifikasi status pasien berdasarkan ASA:



Keterangan : -



ASA 1 : pasien dengan kondisi sehat secara fisiologi dan psikis.



-



ASA 2 : pasien dengan penyakit sistemik ringan atau sedang dan tidak ada keterbatasan fungsional.



-



ASA 3 : pasien dengan penyakit sistemik berat, keterbatasan fungsional sehingga aktifitas rutin terbatas.



-



ASA 4 : pasien dengan penyakit sistemik berat dan tidak dapat melakukan aktivitas rutin dan penyakitnya merupakan ancaman setiap saat.



-



ASA 5 : pasien sekarat yang diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam.



-



ASA 6 /E : pasien yang akan di lakukan operasi emergensi atau darurat.



2. Persiapan Alat dan Bahan Anestesi Peralatan dan bahan yang harus dipersiapakan untuk prosedur anastesi lokal di rongga mulut :



a. Kaca mulut b. Pinset c. Sonde d. Coton stick e. Disposable injection syringe (spuit injeksi) f. Handscon g. Larutan antiseptik (povidone iodine 2%) h. Larutan anastesi lokal 1 ampul i. Persiapan Larutan Anestesi : -



Persiapkan syringe (mengencangkan hub)



-



Menurunkan larutan anestesi didalam ampul



-



Membuka ampul dan memasukkan larutan anestesi kedalam syringe (hindari needle mengenai dinding ampul)



-



Menghilangkan gelembung udara dalam syringe



3. Persiapan Larutan Anestesi 1. Persiapkan syringe (mengencangkan hub) 2. Menurunkan larutan anestesi didalam ampul 3. Membuka ampul dan memasukkan larutan anestesi kedalam syringe (hindari needle mengenai dinding ampul) 4. Menghilangkan gelembung udara dalam syringe



4. Persiapan Jaringan Persiapan jaringan yang akan diinjeksi meliputi : 1. Pemberian anestesi topikal untuk mengurangi rasa sakit pada saat penetrasijarum. 2. Mengoleskan cairan antiseptik pada daerah tempat insersi jarum 3. Membersihkan permukaan jaringan dari saliva, sisa makanan, atau sisa cairan anestesi topical (Balaji, 2018; Malamed, 2020) 5. Anatomi



Nervus V atau n. trigeminus berasal dari mesencephalon dan membesar menjadi ganglion Gasseri atau ganglion semilunare. Ada dua ganglion Gasseri yang terletak pada dasar cranium di dekat garis median,tiap-tiap ganglion N menginervasi satu sisi wajah. Percabangan N. V Trigeminus : 1. N. OPHTHALMICUS (DIVISI I)adalah cabang yang terkecil dari ganglion Gasseri. Percabangan dari N. Ophtalmicus :



N. ophthalmicus berjalan pada dinding lateral sinus cavernosus fisura orbitalis superior  cavum orbita dan menginervasi duramater, cornea, palpebra superior, dahi, sinus frontalis, sinus ethmoidalis dan sinus sphenoidalis 2. N. MAXILLARIS (DIVISI II) menginervasi maxilla dan struktur-struktur yang berkaitan dengannya seperti gigi geligi, periosteum, membrana mukosa, sinus maxillaris, palatum molle, palpebra inferior, labium oris superior, sisi lateral cavum nasi, dan memberikan beberapa innervasi pada regio tonsilla palatina. a. CABANG PERTAMA : Dua n.sphenopalatinus yang pendek ke ganglion sphenopalatina atau ganglion Meckeliensis. Saraf-saraf berikut ini perlu diketahui lebih lanjut : N. nasopalatinus keluar dari ganglion Meckeliensis berjalan ke bawah sepanjang septum nasi dan diteruskan menuju ke canalis palatina major yang terletak pada garis median sekitar 10 mm di sebelah palatinal insisivus sentral atas. N.palatinusmajor keluar dari ganglion Meckeliensis, berjalan ke bawah melalui canalis palatina major, pada os.palatinum, kemudian muncul pada palatum melalui foramen palatinum majus. b. CABANG KEDUA: N. alevolaris superior posterior bercabang-cabang pada jaringan lunak anterior ganglion Meckeliensis, tepat sebelum n. maxillaris masuk ke dalam fissura orbitalis inferior.. c. CABANG KETIGA: N. alveolaris superior medius mengeluarkan percabangan pada kira-kira setengah perjalanan dari canalis infraorbitalis, kemudian berjalan ke bawah pada dinding lateral sinus maxillaris. Saraf menginervasi gigi premolar pertama dan kedua dan akar mesiobukal gigi molar pertama atas. d. CABANG KEEMPAT: N. alveolaris superior anterior mengeluarkan percabangan di dalam canalis infraorbitalis kurang-lebih5 mm di belakang foramen infra-orbitale tepat sebelum cabang-cabang terminal dari n. infraorbitalis keluar dari foramen infraorbitale. N.



maxilaris



dari



ganglion



semilunaris



foramen



rotundum



fossa



pterigopalatinamenginervasi duramater, palpebra inferior, bibir atas, mukosa mulut, mukosa hidung, gingiva, gigi atas, sinus etmoid, sinus spenoid dan sinus maxilaris



3. N.MANDIBULARIS (DIVISI KE-3) adalah cabang terbesar, yang keluar dari ganglion Gasseri. Saraf keluar dari cranium melalui foramen ovale dan bercabangmenjadi tiga percabangan. N. BUCCALIS LONGUS keluar tepat di luar foramen ovale. N. LINGUALIS, cabang berikut yang berjalan ke depan menuju garis median. N. ALVEOLARIS INFERIOR adalah cabang terbesar dari n. mandibularis. N. mandibularis : dari ganglion semilunaris  foramen ovale fossa infra temporalis menginervasi duramater, gingiva, gigi bawah, lidah 2/3 bagian anterior, tuba Eustachii, bibir bawah, articulus temporomandibularis dan membrana tympani. Dia juga menginervasi otot masticatorii, m. mylohyoid, m. digastricus venter anterior, M. tensor tympani dan M. tensor velli palatini. 6. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian lokal anestesi (Haryono Mangunkusumo, 1981) : 1. Pertanyaan-pertanyaan yang harus ditujukan kepada pasien, apakah ada hal-hal yang dialami pada suntikan sebelumnya karena ada kemungkinan pada pengalaman sebelumnya pasien tidak tahan bila mendapat lokal anestesi. 2. Pakailah jarum yang baru, runcing, dan ukuran kecil. 3. Untuk memudahkan masuknya jarum, jaringan yang akan disuntik dibuat tegang dan jangan sekali-kali jarum dibelok-belokkan, diputar- putar karena dapat merusak jaringan sekitarnya. 7. Teknik anastesi local Dibagi 3 : 1) Infiltrasi lokal Infiltrasi lokal merupakan teknik anestesi lokal yang digunakan dengan cara mendeponirkan larutan anestesi pada ujung saraf terminal kecil. Contoh dari teknik infiltrasi lokal adalah deponir bahan anestesi lokal kedalam papila interproximal sebelum perwatan saluran akar.



2) Field block Field block merupakan teknik anestesi lokal dimana larutan anestesi dideponirkan didekat ujung cabang saraf terbesar sehingga area yang terkena efek anestesi akan dibatasi, untuk mencegah jalannya impuls dari gigi ke sistem sarafpusat. Contoh anestesi field block adalah deponir pada diatas apeks gigi yang akan dilakukan perawatan 3) Nerve block Nerve block deponir dilakukan berdekatan pada badan saraf utama. Injeksi posterior superior alveolar, inferior alveolar, dan nasopalatine merupakan contoh dari teknik anestesi blok saraf (Malamed, 2014). 8. Teknik anastesi maxilla : a. . Anterior Superior Alveolar Nerve Block (Paraperiosteal Injection) -Saraf yang teranestesi : nervus alveolaris superior anterior - Area yang teranestesi : gigi insisif sentral, lateral, dan kaninus beserta ligamen periodontal, tulang alveolar dan mukosa gingiva labial. - Pedoman anatomis : mucolaial fold dan apeks gigi-gigi anterior rahang atas. Indikasi : pencabutan lebih dari satu gigi anterior rahang atas - Teknik Insersi jarum dilakukan pada mucolabial fol sedikit lebih ke mesial dari gigi kaninus. Jarum diinsersikan sedalam beberapa milimeter sampai ujungnya menyentuh permukaan tulang alveolar yang menutupi apeks akar gigi dan deponir sebanyak 1,5 ml larutan anestesi b. Middle Superior Alveolar Nerve Block (Paraperiosteal Injection) - Saraf yang teranestesi : nervus alveolaris superior medius - Area yang teranestesi : gigi premolar pertama dan kedua, dan akar mesio bukal dari molar pertama beserta periodontal ligamen, tulang alveolar dan periosteum bagian bukal, dan mukosa gingiva bukal dari gigi-gigi yang bersangkutan - Pedoman anatomis : mucobuccal fold dan apeks gigi premolar kedua rahang atas - Indikasi : pencabutan gigi-gigi premolar rahang atas



- Teknik : Insersi jarum pada mucobuccal fold pada gigi premolar kedua rahang atas dan diarahkan pada apeks gigi tersebut, setelah jarum menyentuh tulang deponir larutan anestesi sebanyak 1,5 ml. Posterior superior alveolar nerve block c. Posterior Superior Alveolar Nerve Block - Saraf yang teranestesi : nervus alveolaris superior posterior - Area yang teranestesi : gigi-gigi molar rahang atas kecuali akar mesiobukal molar pertama, perocessus alveolaris dan periosteumnya, dan mukosa gingiva pada regio tersebut - Pedoman anatomis : mucobuccal fold, processus zygomaticus, gigi molar kedua dan ketiga rahang atas - Indikasi : prosedur pembedahan yang melibatkan gigi-gigi molar rahang atas - Teknik : Insersi jarum dilakukan pada vestibulum tepat di bawah posterior processus zygomaticus, pada suatu titik yang letaknya kira-kira diantara akar distobukal molar kedua dan akar mesiobukal molar ketiga. Arah jarum membentuk sudut 45˚ dengan bidang medial, posterior dan superior. Untuk memudahkan pelaksanaan teknik ini penderita diminta untuk sedikit menutup mulutnya dan mandibula digerakkan ke sisi yang diinjeksi. Kedalaman insersi jarum sekitar 1,5-2,0 cm. Deponir obat anestesi 1,0 – 1,8 ml secara perlahan. Jangan melakukan injeksi jarum melebihi 2,0 cm atau terlalu ke lateral karena jarum bisa menembus pterygoid venous plexus sehingga dapat menyebabkan terjadinya hamatoma dan reaksi sistemik yang tidak diinginkan d. Nasopalatine Nerve Block - Saraf yang teranestesi : nervus nasopalatinus yang keluar dari foramen incisivus (foramen palatina anterior) - Area yang teranestesi : mukoperiosteum sepertiga anterior palatum durum dan mukosa palatal keenam gigi anterior rahang atas, dimana pada regio kaninus terdapat ramifikasi (inervasi ganad) oleh nervus palatina anterior - Pedoman anatomis : gigi insisif pertama rahang atas dan papilla incisivus pada palatum - Indikasi : untuk anestesia mukosa palatum (mis : pada pencabutan gigigigi anterior)



- Teknik : Jarum diinsersikan pada batas lateral pipilla insisivus sedalam kurang lebih 0,5 cm sampai jarum menyentuh tulang, kemudian diponasikan cairan anestesi sekitar 0,25 ml secara perlahan e. Anterior Palatine Nerve Block - Saraf yang teranestesi : nervus palatinus anterior yang keluar dari foramen palatinus majus - Area yang teranestesi : mukoperiosteum dan mukosa palatal duapertiga bagian posterior palatum durum mulai pertengahan kaninus atas sampai ke batas posterior palatum durum - Pedoman anatomis : molar kedua dan ketiga rahang atas, gingiva marginalis bagian palatal dari molar kedua dan ketiga, garis median pelatum - Indikasi ; untuk tindakan operatif yang melibatkan mukosa palatal gigi-gigi posterior rahang atas (mis : pencabutan gigi premolar atau molar rahang atas). - Teknik : Nervus palatinus anterior terletak diantara molar kedua dan molar ketiga rahang atas sejauh satu cm dari marginal gingiva bagian palatal. Jarum diinsersikan pada mukosa di atas foramen tersebut dari arah yang berlawanan sampai jarum menyentuh tulang. Kemudian dideponir dengan perlahan larutan anestesi sebanyak 0,25 sampai 0,5 ml 9. Teknik Anastesi Rahang Bawah a. Local Infiltration (Submucous Injection) -



Saraf yang teranestesi : free nerve endings



-



Area yang teranestesi : mukosa dan mucopriosteum pada area yang dianestesi



-



Pedoman anatomis : tidak ada pedoman khusus karena cairan anestesi langsung disuntikkan pada mukosa dan mucoperiosteum pada tempat yang diinginkan



-



Indikasi : untuk anestesi pada daerah terbatas dari mukosa (pada operasi jaringan lunak) 10 - Teknik : Jarum diinsersikan dan cairan anestesi dideponir ke dalam jaringan di bawah mukosa



b. Field Block (Paraperiosteal Injection) -



Saraf yang teranestesi : cabang saraf terminal rahang bawah



-



Area yang teranestesi : semua area yang diinervasi oleh cabang-cabang saraf terminal yang teranestesi



-



Pedoman anatomis : gigi-gigi yang bersangkutan, daerah apikal gigi-gigi tersebut, dan periosteum tulang alveolar



-



Indikasi : terbatas pada enam gigi anterior rahang bawah



-



Teknik : Jarum diinsersikan sampai mendekati atau menyentuh periosteum, kemudiaan deponirkan larutan anestesi secara perlahan-lahan



c. Inferior Alveolar Nerve Block -



Saraf yang teranestesi : nervus alveolaris inferior dan subdivisinya yakni nervus mentalis dan nervus incisivus



-



Area yang teranestesi : corpus mandibula dan bagian inferior ramus, seluruh gigi rahang bawah sampai linea mediana, gingiva dan mukoperiosteum bagian bukal sebelah anterior dari molar pertama rahang bawah, mukosa bibir bawah, jaringan sebelah anterior dari molar pertama rahang bawah, mukosa bibir bawah, jaringan subkutan dan kulit daerah dagu pada sisi yang dianestesi



-



Pedoman anatomis : linea oblique externa, linea oblique inerna, tendon profundus muskulus temporalis yang terletak pada temporal crest dari ramus, coronoid notch, dan pterygomandibular raphe. Titik sasaran dari teknik ini adalah suatu tempat di dalam pterygomandibular space



-



Indikasi : untuk prosedur perawatan yang melibatkan semua gigi di rahang bawah, Tindakan bedah pada semua gigi rahang bawah dan jaringan penyangganya (perlu dilengkapi dengan anestesia n. Lingualis dan n. Buccinator).



-



Teknik : 



Dengan jari telunjuk lakukan perabaan pada mucobuccal fold diteruskan sampai pada linea oblique externa dan batas anterior ramus ascendens.







Carilah cekungan yang terdalam dari ramus, cekungan ini disebut dengan coronoid notch. Letak coronoid notch ini setinggi sulcus mandibularis di tempat mana nervus alveolaris inferior masuk ke dalam foramen manibularis.







Insersikan jarum dari arah yang berlawanan tepat di pertengahan ujung jari telunjuk tadi sampai ujung jarum menyentuh tulang







Tarik jarum sedikit, kemudian ubahlah arah syringe hingga sejajar dengan gigi-gigi posterior pada sisi yang sama dan insersikan jarum ke arah posterior melewati linea obliqu interna







Ubahlah syringe ke arah semula dan insersi diteruskan sampai ujung jarum terasa menyentuh tulang







Jarum ditarik kira-kira 1 mm dan deponir larutan anestesi sebanyak 1,0- 1,5 ml. Untuk menganestasi nervus lingualis jarum ditarik perlahan-lahan sampai kedalaman jarum di dalam jaringan tersisa kurang lebih 1 cm kemudian diponir larutan anestesi sebanyak 0,5 ml



d. Buccinator (long buccal) nerve block -



Saraf yang teranestesi : nervus buccinator, cabang dari nervus mandibularis



-



Area yang teranestesi : mukosa bukal dan mucoperiosteum darah molar rahang bawah



-



Indikasi : untuk pembedahan dan tindakan lain yang melibatkan mukosa bukal rahang bawah dan sebagai pelengkap inferior alveolar nerve block



-



Teknik : Insersikan jarum pada mukosa bukal sebelah lateral dan distal dari molar ketiga rahang bawah setinggi bidang oklusal



e. Mental nerve block -



Saraf yang teranestesi : nervus mentalis, cabang dari nervus alveolaris inferior



-



Area yang teranastesi : bibir bawah dan mukosa labial fold di sebelah anterior dari foramen mentalis



-



Pedoman anatomis : premolar rahang bawah, karena foramen mentalis biasanya terletak pada apeks dan sebelah anterior dari gigi tersebut



-



Indikasi : untuk operasi pada bibir bawah, atau membran mukosa labial fold sebelah anterior dari foramen mentalis



-



Teknik. Pipi penderita ditarik ke sisi bukal kemudian jarum diinsersikan pada mukosa labial fold di sekitar apeks gigi premolar kedua. Deponir obat anestesi sebanyak 0,5 sampai 1 ml.



f. Incisive nerve block - Saraf yang teranestesi : nervus incisivus dan nervus mentalis - Area yang teranestesi : Mandibula dan struktur labialnya sebelah anterior dari foramen mentalis , Gigi premolar, kaninus, dan insisif pada sisi yang teranestesi. Bibir bawah dan dagu pada sisi yang teranestesi - Pedoman anatomis : sama dengan yang digunakan pada teknik mental nerve block - Indikasi : untuk prosedur operasi pada mandibula dan struktur labial mandibula sebelah anterior dari foramen mentalis dan bibir bawah bila karena suatu alasan tidak dapat dilakukan inferior alveolar nerve block - Teknik : Teknik ini sama dengan teknik pada mental nerve block, perbedaannya adalah bahwa pada teknik ini ujung jarum harus diinjeksikan tepat ke dalam foramen mentalis untuk menganestesi langsung pada nervus incisivus. Dalam hal ini dengan sendirinya nervus mentalis akan teranestesi pula. Nervus Rahang Atas yang teranastesi 1. N. yang teranastesi pada saat pencabutan rahang atas I – C : N. alveolaris superior anterior dan N. Nasopalatinus  berada di insisivus central 2. P1 – M1 akar mesial : N. Alveolaris Superiror Media dan N. Palatinus Mayus (diantara m2 dan m3  insersi jarum masuk sejauh 1 cm dari margin gingiva) 3. M1 akar distal – M3 : N. Alveolaris Superior Posterior dan N.Palatinus Mayus (diantara m2 dan m3  insersi jarum masuk sejauh 1 cm dari margin gingiva) Nervus Rahang Bawah yang teranastesi 1. I – C : N. alveolaris inferior dan N. mentalis 2. P1 – M3 : N.alveolaris inferior dan N. lingualis Pertanyaan : 1. Untuk melakukan pencabutan harus dilakukan anastesi di mukobukal fold, Apabila ingin melakukan pencabutan 2 gigi, apakah harus meng anastesi mukobukal fold 2 kali ?