Renungan 7 Bulanan - Mitoni [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Renungan ibadat Sebelum Kelahiran (MITONI-7 bulanan) dari pasangan Bpk ……………………dengan Ibu …………………………….



Bpk., Ibu, Saudara/I yang terkasih dalam Kristus…………… Kita sudah sering mendengar betapa ajaibnya kisah kelahiran Yesus Kristus itu, namun dalam bacaan pertama tadi, kita diajak untuk melihat peran yang mau diambil seorang bapak bernama Yusuf. Seorang dari garis keturunan Daud yang bersedia mengambil tanggung jawab menjadi ayah untuk melindungi istri dan anaknya serta membesarkan dan membimbing anak yang bukan hasil darahnya sendiri melainkan dari Kuasa Roh Kudus. Seorang bapak yang rela mengorbankan segalanya dan bekerja keras menafkahi keluarga dengan keahliannya sebagai tukang kayu demi iman kepada Allah, demi Rencana Allah yang boleh terjadi dalam Rahim Maria, istrinya. Sungguh tidak mudah, namun Yusuf menjalaninya dengan sabar, tabah, tekun dan percaya bahwa inilah Kehendak Allah yang ingin terjadi pada dirinya. Maka ia pun dengan rendah hati selalu berdoa dan bertekun dalam pengharapan, mendekatkan diri senantiasa kepada Tuhan dan mendengarkan suaraNya, yang disampaikan malaikat dalam mimpinya. Maka kita-pun sebagai laki-laki punya kewajiban yang sama dengan Yusuf. Bekerja mencari nafkah demi keluarga, melindungi dan membimbing anak-anak kita meuju kedewasaan dengan teladan dan kebajikan yang kita dapatkan dari pengalaman hidup kita dan dari spiritualitas kita -kedekatan kita dengan Allah. Seorang ayah memiliki tanggung jawab menjadi imam dalam keluarga, menuntun moral agar sang anak dapat bertindak dengna baik dan berakhlak, dan menjadi gambaran Allah dalam keluarga. Apa itu? Bagaimana bias kita seperti Allah? Bisa asal tau intinya, Allah itu Kasih, maka artinya ayah yang baik adalah ayah yang menghadirkan Kasih Sayang dalam keluarga, memberikan kedamaian, kebahagian dan keamanan bagi keluarga yang dipimpinnya. Bisakah kita meneladani Yusuf ?? para bapak perlu merenungi ini….



Dalam bacaan kedua, kita mendengar kisah Bunda Maria dan Elizabeth. Nah ada yang unik, ada yang tau berapa usia kandungan Elizabeth? Lukas 1:39 ditulis bahwa usia kandungannya 6 bulan, sementara perjalan Maria dari Nazareth ke Yerusalem butuh waktu 3 minggu lebih atau 1 bulan, maka menjadi hal yang alkitabiah mengapa kita umat Katolik mendoakan kehamilan di usia 7 bulan. Kehamilan adalah kejadian besar bagi perempuan yang akan mengubah fisik maupun mentalnya. Kehamilan menjadi hal yang membahagiakan jika diingat apa yang akan diperoleh sesudahnya, tetapi sekaligus menjadi hal yang menakutkan karena melibatkan proses-proses fisik yang tidak mudah bagi perempuan.



Disadari atau tidak, seorang perempuan yang hamil akan mengalami kekhawatiran dari hari ke hari sepanjang kehamilannya. Padahal seorang ibu dituntut lebih rileks dan santai agar tidak berpengaruh buruk pada janin. Menurut penelitian pada usia kehamilan hari ke-120-an atau 7 bulanan, maka rasa sakit menjadi lebih terasa karena bayi yang mulai sempurna gerakkannya. Ketika sang bayi melonjak kegirangan, misalnya, maka sang ibu merasakan kegembiran sekaligus kesakitan karena kulit dan seluruh jaringan perut merenggang sampai batasnya. Maka itulah yang dirasakan Elizabeth rasakan ketika sang bayi mendengar suara Bunda Maria yang baru datang dan kegirangan karenanya. Nah ini juga menarik kita sadari, bahwa kalau kita di kasus yang sama, mungkin akan melontarkan kata-kata atau kalimat yang tidak berguna….. sementara Elizabeth yang juga mendengarkan suara maria, menyebut kalimat indah penuh syukur dan pengharapan yang kemudian menjadi bagian dari Doa Salam Maria, apa itu? Ayat: 42. Nah lalu darimana kita tau Bunda Maria bergembira? Ayat: 46. Maka bagi ibu yang sedang mengandung, apa yang bias dipetik dari teladan Bunda maria dan Elizabeth? Yaitu harus selalu membawa perasaan gembira dan sukacita dalam kehamilannya. Hal ini sudah diteliti juga para ahli, bahwa emosi dan perasaan seorang ibu akan berpengaruh terhadap kondisi janinnya. Intinya, Ibu yang bahagia akan melahirkan anak yang bahagia pula. Jangan bilang susah, sudah pasti itu susah, namun dengan kesadaran bersama pasangan, ayah yang membawa kasih, siap menolong dan berempati, tentu akan memudahkan ibu untuk selalu menjaga emosinya dan focus untuk selalu berbahagia. Tahun 2017, bulan Juni, Paus Fransiskus dalam anjuran apostolic menuliskan pentingnya hal ini, katanya “Dengan penuh kasih sayang, saya mendesak semua ibu masa depan: tetap bahagia dan jangan biarkan apapun merusak kebahagiaan Anda. Anak Anda layak mendapatkan kebahagiaan Anda. Jangan biarkan ketakutan, kekhawatiran, komentar atau masalah orang lain mengurangi kegembiraan Anda. Kehamilan Anda adalah cara Tuhan membawa kehidupan baru ke dunia. Siapkan dirimu untuk kelahiran anak Anda, namun tanpa terobsesi, dan bergabunglah dengan nyanyian sukacita Bunda Maria: “Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia.”(Luk 1: 46-48). Cobalah untuk mengalami kegembiraan yang tenang ini di tengah semua masalah Anda, dan mintalah Tuhan untuk menjaga kegembiraan Anda, sehingga Anda bisa membagikan kasih dan kegembiraan itu kepada anak Anda. Tuh dah jelas ya.. baik medis maupun Gereja telah mengajurkan ibu untuk bahagia saat kehamilan. Bagaimana tipsnya: saya sumbang beberapa: 1. Selalu bicara dengan janin sambil mengelus2 perut. 2. Banyak gerak dan makan variasi makanan. 3. Mendengarkan music atau bernyanyi.



Terakhir, berapa lama Maria di tempat Elizabeth dan mengapa segitu lama? Ayat 56. 3 bulan dan karena Elizabeth butuh bantuan (sudah tua dan kehamilan pertama) ayat 18. Pada waktu itu, Elisabet dan Zakaria sudah lanjut usia (Luk 1:7). Mereka, lebih-lebih Elisabet yang mengandung dalam usia tua, tentu sangat repot dan tidak segesit ibu muda. Padahal, ada banyak hal yang harus dipersiapkan dan dibuat untuk menyongsong kelahiran anaknya. Nah, inilah yang dilakukan Maria. Ia membantu atau bahkan melakukan semua hal untuk mempersiapkan kelahiran Yohanes sampai saatnya ia disunatkan dan diberi nama. Maria dengan sukarela (padahal dai juga sedang mengandung) menolong Elizabeth dan membantunya mempersiapkan kebutuhan kelahiran, bias jadi membuat kain-kain untuk sang bayi dll. Maka inilah peran yang bisa kita lakukan, sigap membantu dan peka pada kebutuhan sesama serta dengan sukacita memberikan pertolongan yang dibutuhkan. Seperti juga yang sekrang kita lakukan, datang atas undangan keluarga dan berdoa bersama keluarga. Maka dengan demikian, hidup kita akan senantiasa menjadi berkah bagi sesame sesuai teladan yang telah ditunjukan oleh Bunda maria dengan merawat Elizabeth di usia kehamilannya. Maka kalau kita rangkum renungan kita malam ini, kita dapatkan; seorang ayah harus meneladani Yusuf yang bertanggung jawab melindungi dan menafkahi keluarga, khususnya pada saat kehamilan. Dan seorang ibu yang sedang mengandung, meneladani sikap Maria dan Elizabeth yang senantiasa mengupayakan kebahagiaan demi kesehatan bayinya, serta kita semua mencontoh sikap sosial Bunda Maria yang sigap membantu mereka yang membutuhkan bantuan kita. Semoga Allah berkenan. Amin.