Repelita V [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DISUSUN OLEH: CINDY IRADONA (11 40 2090) FUJI ARTIAN (08 40 1202) MEILINA LEVIANI WU (11 40 1989) NUR CHALIMAH (11 40 2000) RANNY ARFANDY (11 40 2012) RINI WARDANI (11 40 2019) RIZKA TRI WARDHANI (11 40 2106) RIA SARTIKA SARINTAN (11 40 2023)



KELAS 1 D 2 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI “INDONESIA” 2011/2012



DOSEN PEMBIMBING: Drs. PARIJO, M.Si.



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah memberikan kemudahan untuk menyelesaikan penulisan makalah tentang Perekonomian Indonesia dengan bahasan utama ” Repelita V ” ini tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada : 1. Bpk. Drs. Parijo, M.Si selaku Dosen Pembimbing mata kuliah Perekonomian Indonesia 2. Keluarga besar kelas 1D2 yang senantiasa memberikan motivasi bagi Kami untuk menyelesaikan makalah ini 3. Serta semua pihak yang telah memberikan masukan, info dan bantuan dalam pembuatan makalah ini, yang tidak dapat Kami sebutkan satu persatu Dalam penulisan makalah ini kami menyadari masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan , maka kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi penyempurnaan penulisan makalah ini.



Penulis



PENDAHULUAN



Pada awal orde baru, stabilisasi ekonomi dan stabilisasi politik menjadi prioritas utama. Program pemerintah berorientasi pada usaha pengendalian inflasi, penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Pengendalian inflasi mutlak dibutuhkan, karena pada awal 1966 tingkat inflasi kurang lebih 650% per tahun. Setelah melihat pengalaman masa lalu, dimana dalam sistem ekonomi liberal ternyata pengusaha pribumi kalah bersaing dengan pengusaha nonpribumi dan sistem etatisme tidak memperbaiki keadaan, maka dipilihlah sistem ekonomi campuran dalam kerangka sistem ekonomi demokrasi pancasila. Kebijakan ekonominya diarahkan pada pembangunan di segala bidang, tercermin dalam 8 jalur pemerataan : kebutuhan pokok, pendidikan dan kesehatan, pembagian pendapatan, kesempatan kerja, kesempatan berusaha, partisipasi wanita dan generasi muda, penyebaran pembangunan, dan peradilan. Semua itu dilakukan dengan pelaksanaan pola umum pembangunan jangka panjang (25-30 tahun) secara periodik lima tahunan yang disebut Pelita (Pembangunan lima tahun). Hasilnya, pada tahun 1984 Indonesia berhasil swasembada beras, penurunan angka kemiskinan, perbaikan indikator kesejahteraan rakyat seperti angka partisipasi pendidikan dan penurunan angka kematian bayi, dan industrialisasi yang meningkat pesat. Pemerintah juga berhasil menggalakkan preventive checks untuk menekan jumlah kelahiran lewat KB dan pengaturan usia minimum orang yang akanmenikah. Namun dampak negatifnya adalah kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan sumber-sumber daya alam, perbedaan ekonomi antar daerah, antar golongan pekerjaan dan antar kelompok dalam masyarakat terasa semakin tajam, serta penumpukan utang luar negeri. Disamping itu, pembangunan menimbulkan konglomerasi dan bisnis yang sarat korupsi, kolusi dan nepotisme. Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi kehidupan politik, ekonomi, dan sosial yang adil. Sehingga meskipun berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tapi secara fundamental pembangunan nasional sangat rapuh. Akibatnya, ketika terjadi krisis yang merupakan imbas dari ekonomi global, Indonesia merasakan dampak yang paling buruk. Harga-harga meningkat secara drastis, nilai tukar rupiah melemah dengan cepat, dan menimbulkan berbagai kekacauan di segala bidang, terutama ekonomi.



Pembangunan Nasional pada masa ORDE BARU berpedoman pada TRILOGI PEMBANGUNAN dan DELAPAN JALUR PEMERATAAN. Trilogy Pembangunan terdiri dari : • Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. • Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. • Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.



PELAKSANAAN PEMBANGUNAN Sejak Oktober 1966 pemerintah Orde Baru melakukan penataan kembali kehidupan bangsa di segala bidang, meletakkan dasar-dasar untuk kehidupan nasional yang konstitusional, demokratis dan berdasarkan hukum. Di bidang ekonomi, upaya perbaikan dimulai dengan program stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi. Program ini dilaksanakan dengan skala prioritas:     



pengendalian inflasi pencukupan kebutuhan pangan rehabilitasi prasarana ekonomi peningkatan ekspor pencukupan kebutuhan sandang



Pada permulaan orde baru, program pemerintah berorientasi pada usaha penyelamatan ekonomi nasional terutama pada usaha mengendalikan tingkat inflasi, penyelamatan keuangan negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Pembangunan dilaksanakan dalam 2 tahap. Yakni :  jangka panjang : jangka panjang mebcakup periode 25 sampai 30 tahun  jangka pendek. : jangka pendek mancakup periode 5 tahun yang terkenal dengan sebutan “pelita” ( Pembangunan Lima Tahun )



Pelita yang dimaksud adalah :  Pelita I (1 April 69 – 31 Maret 74) : Menekankan pada pembangunan bidang pertanian.



 Pelita II (1 April 74– 31 Maret 79) : Tersedianya pangan, sandang, perumahan, sarana dan prasarana, menyejahterakan rakyat, dan memperluas kesempatan kerja.  Pelita III (1 April 79 – 31 Maret 84) : Menekankan pada Trilogi Pembangunan.  Pelita IV (1 April 84 – 31 Maret 89) : Menitik beratkan sektor pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin industri sendiri.  Pelita V ( 1 April 89 – 31 Maret 94) : Menitikberatkan pada sektor pertanian dan industri.  Pelita VI (1 April 94 31 Maret 1999) : Masih menitikberatkan pembangunan pada sektor bidang ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian serta pembangunan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya.



PEMBAHASAN



Repelita V dimulai pada 1 april 1989 sampai dengan 31 Maret 1994. Pada repelita ini pembangunan ditekankan pada sektor pertanian, transportasi, pendidikan, dan industri. Dalam repelita ini muncul kebijakan uang ketat (tight money policy) untuk mengatasi inflasi yang meningkat tajam. Repelita V merupakan kelanjutan dan peningkatan dari pembangunan yang dilaksanakan selama Repelita IV dan sekaligus merupakan tahap akhir dari Pembangunan Jangka Panjang 25 tahun pertama. Dalam Repelita IV telah berhasil diwujudkan kerangka landasan bagi bangsa Indonesia untuk membangun masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Dalam Repelita V kerangka landasan tersebut akan dimantapkan lagi sehingga pada akhir Repelita V telah tercipta landasan yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang terus. Dengan demikian maka repelita V merupakan masa persiapan untuk memasuki awal dari proses tinggal landas dalam Repelita VI, yaitu percepatan dan perluasan pembangunan yang berlandaskan atas kekuatan sendiri menuju terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Dalam masa tinggal landas bangsa Indonesia secara ber-angsur-angsur makin dapat mengembangkan dan memantapkan ciri-ciri suatu negara dan masyarakat yang maju, adil, makmur dan lestari. Sebagaimana halnya dengan tahap-tahap pembangunan sebelumnya, repelita V mempunyai tujuan ganda yang saling terkait, yaitu, pertama, meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat yang makin merata dan adil, dan kedua, meletakkan landasan yang kuat untuk tahap pembangunan berikutnya. Sedangkan pelaksanaan kebijaksanaan pembangunan tetap bertumpu pada Trilogi Pembangunan dengan menekankan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi serta stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. Sesuai dengan Pola Umum Pembangunan Jangka Panjang pertama, maka dalam Repelita V prioritas diletakkan pada pem-bangunan ekonomi dengan titik berat pada sektor pertanian untuk memantapkan swasembada pangan dan meningkatkan produksi hasil pertanian lainnya,, serta pada sektor industri, khususnya industri yang menghasilkan untuk ekspor, industri yang banyak menyerap tenaga kerja, industri pengolahan hasil pertanian, serta industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri.



Semua itu adalah dalam rangka mewujudkan struktur ekonomi yang seimbang antara industri dan pertanian, baik dari segi nilai tambah maupun dari segi penyerapan tenaga kerja. Sejalan dengan prioritas pada pembangunan bidang ekonomi, maka pembangunan dalam bidang politik, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain-lain makin ditingkatkan sepadan dan agar saling menunjang dengan pembangunan bidang ekonomi sehingga lebih menjamin ketahanan nasional.



HASIL YANG DIRAIH DALAM REPELITA V:  Pertumbuhan ekonomi meningkat menjadi 6,7% per tahun  Ekspor komoditas non migas meningkat. Dengan prospek merosotnya peranan minyak bumi dalam per-ekonomian Indonesia, maka berbagai langkah kebijaksanaan yang telah mulai dilaksanakan dalam tahun-tahun sebelumnya untuk mengurangi secara bertahap ketergantungan perekonomian Indonesia pada minyak bumi, baik sebagai sumber devisa maupun sebagai sumber penerimaan negara akan dilanjutkan dan bahkan dipercepat. Upaya untuk menuju ke arah diversifikasi struktur ekonomi antara sektor migas dan sektor non migas ini penting untuk mengamankan kelangsungan pembangunan, meningkatkan ketahanan nasional dan sekaligus memantapkan kerangka landasan untuk tinggal landas. Oleh karena itu upaya ini merupakan salah satu arah kebijaksanaan pokok dalam Repelita V.  Porsi pelunasan hutang meningkat menjadi 44,6% dari total pengeluaran. Saat perekonomian semakin stabil, pemerintah berusaha menambah kuantitas jumlah pelunasan hutang.  Dengan keberhasilan program keluarga berencana serta program-program gizi, kesehatan dan kependudukan lainnya, maka laju pertumbuhan penduduk Indonesia terus mengalami penurunan. Pada tahun terakhir Repelita V laju pertumbuhan penduduk diperkirakan menurun menjadi 1,8%, se-hingga laju pertumbuhan penduduk rata-rata selama Repelita V adalah 1,9% per tahun.  Dalam Repelita V proses urbanisasi akan berlanjut dan keseimbangan antara laju urbanisasi dan laju pembangunan daerah, khususnya antara daerah pedesaan dan daerah perkotaan, akan memerlukan perhatian khusus.



 Peningkatan taraf kesehatan dan gizi telah menaikkan secara bertahap angka harapan hidup penduduk Indonesia. Apabila pada akhir Repelita IV rata-rata penduduk Indonesia dapat mengharapkan untuk hidup sampai umur 62,9 tahun, maka pada akhir Repelita V mereka dapat mengharapkan untuk mencapai umur 64,8 tahun.  Ilmu pengetahuan dan teknologi serta penelitian dalam Repelita V diarahkan untuk mendukung berkembangnya proses industrialisasi dalam rangka pembangunan nasional. Proses Industrialisasi secara sekaligus menimbulkan dampak teknologi dan ekonomi maupun dampak sosial-budaya. Semua kegiatan ilmu pengetahuan, teknologi dan penelitian dalam Repelita V diarahkan bagi peningkatan harkat dan martabat bangsa Indonesia agar lebih maju dan sejahtera.  Pendidikan, meski belum sepenuhnya program wajib belajar enam tahun diterapkan tetapi paling tidak pada tahapan ini angka buta aksara bisa sedikit lebih ditekan.  Dalam rangka mempertahankan swasembada dan pengembangan produksi tanaman pangan, palawija dan hortikultura pada lahan sawah, lahan kering, pasang surut, dataran rendah dan dataran tinggi, kegiatan akan diprioritaskan pada: o Penelitian untuk menemukan varietas unggul yang produktivitas tinggi, umur pendek, tahan terhadap hama dan penyakit utama, toleran terhadap tekanan lingkungan serta tahan dalam penyimpanan, antara lain dengan menggunakan kemampuan bioteknologi o penelitian hama dan penyakit o penelitian teknologi pengolahan penggunaan alat dan mesin pertanian untuk kegiatan pra dan pasca panen o penelitian untuk mengidentifikasi potensi sumber daya alam untuk pengembangan produksi tanaman di lahan kering, pasang surut dan lahan kritis o penelitian konservasi sumber daya alam (tanah dan air) dalam usaha pengembangan pertanian yang stabil dan berproduksi tinggi. Program penelitian bidang industri dalam Repelita V ditujukan pada usaha peningkatan kemampuan penguasaan teknologi industri dan pengembangan sistem produksi, memacu dan meningkatkan alih teknologi dan pemanfaatannya serta peningkatan kemampuan rancang bangun dan perekayasaan agar dapat menunjang peningkatan nilai tambah industri, pendalaman dan penguatan struktur industri serta mendorong pengembangan industri kecil dan menengah. Dalam



jangka panjang sasaran penelitian di bidang teknologi industri adalah mengupayakan terwujudnya hasil industri nasional yang memiliki keunggulan teknologi secara komparatif. Dalam Repelita V sektor industri diperkirakan akan tumbuh dengan rata-rata 8,5% per tahun, sedangkan sektor pertanian dengan 3,6% per tahun. Meskipun produksi sektor pertanian akan terus meningkat, namun peranan sektor ini akan menurun dari 23,2% dari produksi nasional pada akhir Repelita IV menjadi sekitar 21,6% pada akhir Repelita V. Sebaliknya dalam periode yang sama peranan sektor industri akan meningkat dari 14,4% menjadi 16,9%. Perkiraan laju pertumbuhan sektor industri dalam Repelita V sebesar 8,5% per tahun adalah lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhannya dalam Repelita IV sebesar 10,2% per tahun. Namun yang perlu digarisbawahi adalah bahwa dalam Repelita V di dalam sektor industri itu sendiri terjadi perubahan ke arah struktur yang lebih seimbang antara sub sektor industri migas dan sub sektor industri non migas. Dalam Repelita V sektor industri non migas diperkirakan meningkat dengan laju rata-rata sekitar 10% per tahun, dibandingkan dengan laju rata-rata sebesar 6,1% per tahun selama Repelita IV. Sebaliknya karena situasi pasar minyak dunia yang kurang menentu laju pertumbuhan sektor industri migas diperkirakan menurun secara tajam dari sekitar 22,1% per tahun selama Repelita IV menjadi sekitar 4,2% per tahun selama Repelita V. Perkembangan ini akan membawa pengaruh kepada perubahan struktur industri nasional menuju kearah struktur yang makin seimbang dan berdaya tahan tinggi. 



Perhubungan dan pariwisata. Pada repelita V sarana dan prasarana mulai diperbaiki, pembangunan jalan raya,jembatan rel kereta api dll mulai digiatkan. Berbanding lurus dengan pengadaan angkutan umum untuk memudahkan akses masyarakat pada umumnya. Dan juga peningkatan promosi kepariwisataan di Indonesia



PENUTUP



Keberhasilan pemerintah dalam pelaksanaan repelita V ini tidak terlepas dari peranan aparatur Negara yang sudah semakin baik. Apa yang telah dicapai pada tahapan-tahapan sebelumnya telah berhasil dilanjutkan dalam repelita V ini, yang juga merupakan akhir dari PJP I. meski tidak semua target terpenuhi, paling tidak Indonesia selangkah lebih maju daripada 5 tahun yang lalu ( repelita IV). Dengan berakhirnya repelita V berarti Indonesia siap untuk memulai PJP II yang akan melanjutkan visi dan misi dari PJP I. Mengurangi pengangguran, menciptakan semakin banyak lapangan pekerjaan, menuntaskan wajib belajar Sembilan tahun, memperkuat stabilitas ekonomi maupun pertahanan Negara dan masih banyak lagi tugas-tugas yang harus diemban oleh pemerintah. Kebijakan yang diambil pemerintah pada repelita V antara lain deregulasi dan debirokratisasi yang terus dilakukan untuk menekan biaya ekonomi yang tinggi dan meningkatkan efisiensi nasional.