Resensi Buku Misiologi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

RESENSI BUKU I.



INFORMASI BUKU



Judul Buku



: Menjadi Gereja Misioner dalam Konteks Indonesia



Pengarang



: Widi Artanto, M. Th



Tahun Terbit



: 2001



Penerbit



: Kanisius



Jumlah Halaman : 271 Halaman II.



RINGKASAN BUKU Buku “Menjadi Gereja Misioner dalam Konteks Indonesia” merupakan sebuah karya yang



berikhtiar merekonstruksi misi Gereja dalam paradigma misi ekumenis. Ikhtiar ini bersumber pada pemahaman dasar bahwa hakekat Gereja tidak terletak pada dirinya sendiri, tetapi bersumber pada perutusan dan oleh atas nama Allah. Gereja lahir karena misi Allah dan terlibat dalam misi-Nya. Inilah yang disebut Gereja Misioner. Misi Allah tidak pernah berubah sebab yang berubah hanyalah konteks dan pemahaman gereja terhadap teks yang berbicara tentang misi. Dalam buku ini penulis menjelaskan lima corak perutusan yang harus termuat dalam suatu karya misi ekumenis. Corak tersebut sebagai berikut: 1). Menyentuh kosmologi, segala sesuatu tentang penciptaan dan keberadaan segala yang ada, termasuk adanya manusia, 2). Misi Kerajaan Allah, menyangkut pemahaman tentang Allah, tentang Kristus, tentang Gereja di dalam Kerajaan Allah serta hubungannya dengan agamaagama lain dalam komunikasi serta interaksi iman yang harus kontekstual, 3). Misi pembebasan atau pemerdekaan, menanamkan suatu sikap baik pribadi maupun kolektif gereja-gereja tentang segala bentuk keterbelengguan, spiritual, mental, fisik, secara struktural maupun personal, 4). Perutusan demi rekonsiliasi, perujukan kembali dalam semangat saling dialog demi perdamaian dan keadilan, 5). Misi kehambaan menjadi pelayan Allah dan manusia sebagai konsekuensi, tidak menjadi hamba dan alat kekuasaan dari harta dunia. Dalam buku ini diuraikan masalah seputar gereja-gereja di Indonesia yang belum mampu mencapai misinya dalam mewartakan kabar sukacita. Gereja-gereja di Indonesia masih terperangkap dalam masalah seputar anggota jemaatnya. Hal ini menyebabkan gereja-gereja di Indonesia belum mempunyai kejelasan bagaimana seharusnya misi pewartaan kabar sukacita itu dilakukan. Buku ini menguraikan krisis kemanusiaan yang berlangsung di Indonesia sebagai konsekuensi dari negara yang martikular dan plural di tengah arus globalisasi yang penuh masalah dan tantangan. Atas persoalan ini Gereja dituntut untuk merekonstruksi paradigma misi-Nya. Gereja-gereja di Indonesia harus menjadi Gereja Indonesia yang menjadi bagian integral dari Indonesia. Kesadaran ini menjadi bagian penting 1



dari pemahaman misi Gereja dalam konteks Indonesia. Buku ini berupaya menata dan menawarkan langkah konkret dalam mewujudkan kehadiran Gereja dan misi-Nya di Indonesia. III.



SUBTEMA Buku ini terdiri dari beberapa bab yang tersusun secara sistematis sebagai berikut:



Bab. I Misi dalam Krisis, akan menggambarkan suatu krisis yang dialami gereja-gereja di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Krisis dalam misi inilah yang semakin menunjukkan pentingnya suatu usaha untuk membangun kembali pemahaman misi Gereja. Bab. II Pergeseran Paradigma Misi, akan menunjukkan pergeseran-pergeseran paradigma misi dalam sejarah Gereja yang terbentuk karena krisis yang berulang kali terjadi dalam sejarah. Sebagai Gereja yang hidup dalam era postmodernisme, Gereja saat ini sedang bergumul dalam suatu paradigma misi ekumenis yang terbuka dan menempatkan konteks sebagai dimensi yang sangat penting dalam berteologi. Oleh karena itu, pada bab ini akan menunjukkan semua elemen untuk dikenali secara bersama karena rekonstruksi misi yang akan menghasilkan pemahaman Gereja misioner dalam buku ini akan dibangun dengan paradigma misi ekumenis. Bab. III Rekonstruksi Misi Kristen di Asia, akan memperlihatkan suatu rekonstruksi misi yang pernah dilakukan di Asia dan digarap oleh C. S. Song serta para teolog Asia lainnya melalui karya teologis mereka. Rekonstruksi misi di Asia ini bukanlah sekadar contoh karena gereja-gereja Indonesia adalah bagian dari konteks Asia. Tidak dimungkiri apa yang dipergumulkan gereja-gereja Asia juga akan memberi pengaruh yang besar dalam pergumulan gereja-gereja Indonesia saat ini. Bab. IV Menuju Teologi Misi yang Relevan, memaparkan suatu teologi misi yang akan menjadi dasar pemahaman Gereja misioner dalam konteks Indonesia. Tentu saja yang diungkapkan dalam bab ini bukanlah suatu teologi misi yang lengkap, maka disebut “menuju teologi misi” yang diharapkan relevan bagi usaha untuk membangun pemahaman Gereja Indonesia yang misioner. Bab. V Menjadi Gereja Indonesia yang Misioner, sebagai inti tulisan dari buku ini. Bab ini akan masuk terlebih dahulu ke dalam konteks Indonesia yang masih diwarnai oleh konteks Asia. Kemudian akan ditunjukkan perkembangan paradigma misi ekumenis di Indonesia dan perlunya rekonstruksi misi Gereja dalam konteks Indonesia. Tulisan ini bermuara pada pengertian Gereja misioner berdasarkan teologi misi yang relevan dalam paradigm misi ekumenis serta implementasiimplementasi misi itu di Indonesia. Bab. VI Kesimpulan, merupakan rangkuman dari seluruh isi buku ini. Bab ini ditutup dengan beragam catatan aplikasi yang merupakan saran-saran untuk menindaklanjuti apa yang sudah dipergumulkan dan dibahas dalam buku ini.



2



IV. TANGGAPAN Buku “Menjadi Gereja Misioner dalam Konteks Indonesia” karya Widi Artanto merupakan sebuah karya yang penting. Alasannya, buku ini menyumbangkan suatu pemikiran misiologis dalam rangka membangun pemahaman Gereja Indonesia yang misioner melalui suatu rekonstruksi pemahaman misi dalam paradigm misi ekumenis. Buku ini memuat upaya yang konkret dalam merekonstruksi pemahaman dan implementasi misi Gereja dalam konteks Indonesia yang diwarnai dengan berbagai masalah kemanusiaan yang memprihatinkan serta adanya kemajemukan religiuskultural. Gereja yang sesungguhnya adalah Gereja yang terlibat dalam pelaksanaan misi Allah di tengah-tengah dunia. Diakui, keterlibatan Gereja dalam kehidupan masyarakat sebagaimana yang dicita-citakan ternyata tidak mudah. Banyak ditemukan masalah dan hambatan yang menghadang. Salah satu masalah yang menghadang adalah kesalahpahaman terhadap arti misi Gereja. Oleh karena itu, melalui buku ini, kesalahpahaman itu perlu dijernihkan kembali, sehingga konsep dan pemahaman tentang misi yang lama perlu direkonstruksi. Buku ini sangat relevan dengan karya pastoral misi Gereja di Indonesia sekarang ini sebab memuat konteks misi Gereja di Indonesia yang selaras dengan tujuan negara yakni menjadi jembatan dalam dialog antar agama agar tercapai kerukunan kehidupan beragama dalam masyarakat. Dialog tersebut tidak hanya sekadar dalam suatu perundingan, tetapi harus terwujud dalam harmoni antar agama. Demikian, prektek misi yang selaras dengan tujuan negara diharapkan mampu terhindar dari kemungkinan konflik yang bernuansa SARA.



3