Resensi Novel Agama Apa Yang Pantas Bagi Pohon Pohon [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

RESENSI Judul Buku



: Agama Apa Yang Pantas Bagi Pohon-Pohon?



Penulis



: Eko Triono



Penerbit



: Diva Press,Yogyakarta



Tahun Terbit : 2016 Tebal Buku



: 260 Halaman



ISBN



: 978-602-391-128-8



Jenis Buku



: Fiksi



Harga



: Rp. 41.000



Kisah Filosofis Eko Triono lahir di Cilacap 11 Juni 1989. Alumnus fakultas bahasa dan seni Universitas Negeri Yogyakarta (2013). Menempuh magister di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta. Alumnus Akademi Penulisan Novel Dewan Kesenian Jakarta (2014). Ia seorang yang turut memberikan pengaruh terhadap perkembangan cerpen kontemporer yang memang tidak diragukan lagi kualitasnya sebagai cerpenis. Eko sering mempublikasikan karyanya yang dikenal dengan kenyelenehannya di media massa. Kumpulan cerpen agama Apa Yang Pantas Bagi Pohon-Pohon? merupakan kumpulan kisah-kisah pilihan dari Eko Triono. Kumpulan Cerpen tersebut berisi tiga puluh satu kisah. Cerpen pertama berjudul ‘Kebahagiaan’ yang berkisah tentang seorang anak yang mendatangi rumah ibunya,berantakan karena banyak penindasan yang harus diungkapkan. Anak itu tidak meminta uang jajan,iuran sekolah ataupun sepeda,tetapi anak itu hanya ingin tau masa muda ayahnya. Cerita ini menggunakan alur yang berbelit-belit. Cerpen ke-2 berjudul ‘Antoine Gusteau Ditemukan Dalam Mimpi Seorang Baghdad’ berkisah tentang Antoine Gusteau yang pada saat usianya 43 tahun sempat dituduh mendalami strategi gipsi. Namun nyatanya ia punya gairah yang berlebihan pada buku-buku mimpi. Di suatu akhir pekan ,ia beruntung sempat tanya kepada Master Lungtok Gyaltsen hingga akhirnya ia mampu mengendalikan mimpi malamnya dan berhasil melahirkan 9 karyanya berdasarkan fakta didalam mimpi. Sampai suatu hari kepuasan atas capaiannya tersebut mulai tidak berguna saat tiba tamparan dari kritikus muda yang belum terkenal Jacques Galland. Hingga ia sampai di Baghdad dan bertemu Ahmad Husain yang mengaku dialah yang mengirimkan



orang itu dalam mimpi dan dia juga yang memenuhi hari-hari Antoine Gusteau dengan buku-buku mimpi. Cerita ini memiliki amanat yang menyayat hati. Cerpen ke-3 berjudul ‘Rotundus dan Kiropterus di Cyperium’ berkisah tentang usai pertikaian di Cyperium Majelis tinggi kota memutus golongan siang menggunakan kereta Rotundus. Golongan siang merasa terganggu saat mereka berangkat kerja dan bertemu golongan malam yang baru saja pulang dengan aura lesu menular yang tidak baik bagi bisnis. Kalau dibiarkan Cyperium menggigit kehanncurannya sendiri. Dan akhirnya golongan malam mendapat kereta Kiropterus. Cerita ini memiliki amanat yang baik. Cerpen ke-4 berjudul ‘Tahun-Tahun Penjara’ yang berkisah tentang Tuan Alex Kanama bin Kanama Hamid dari Filipina telah melanggar tata tertib dengan menyimpan tembakau di lambung pencernaan sehingga harus dicambuk. Saat dipenjara menjelang larut,seorang napi mengatakan perlu tembakau dengan sangat dan menawar 1000 ringgit lebih tinggi. Lalu Alex pergi ke toilet portabel dalam sel,seperti biasanya,setelah minum air dengan banyak,kemudian buang hajat dan digumpalan hajat tersebut akan tersebul buntalan plastik yang berisi tembakau. Kau hanyalah manusia asing yang dilahirkan dari pohon pisang ditepi sungai sebelum banjir menerjang dan menggelandang ibumu ke laut. Saat 14 tahun,Kau menjadi kuli panggul dan kemudian diberi kesempatan menjadi kernet truk. Kepala sipir tiba dan menyanyikan lagu kebangsaan. Kau bawa roti biskuit keras disusupkan di sepatu bot panjangmu. Sejumlah pukulan yang membuat memar kamu rasakan,dan setelah itu kepala dapur diganti. Dan kaupun mendaftar menjadi TKI. Kau menapak makin jauh melintasi tangga kegelapan dikepala sendiri yang berlumut dan dingin,tanpa kau tahu apa yang bakal terjadi selanjutnya. Cerita ini memiliki alur yang unik,mampu menyeret pembaca mengikuti alur cerita. Cerpen ke-5 berjudul ‘Paradisa Apoda’ yang berkisah tentang sebuah kereta bernama Paradisa Apoda yang berhenti ditempat sama ketika berangkat,stasiun kota Literia yang mirip perpustakaan tua. Kereta ini lebih dikenal dengan ‘Kereta Para Pelamun’ meski tidak semua penumpang naik untuk melamun. Pelanggannya ratarata para manula atau jomblo,yang totalnya ada 7 tipe tiket. Didalam cerita ini memiliki unsur humor. Cerpen ke-6 berjudul ‘Anak Manis’ yang berkisah tentang seorang anak manis yang tengah asyik makan malam bersama papa dan mamanya dan berbicara bahwa Papanya korupsi dan kata Bu Guru boleh dihukum mati. Papanya kaget,menumpahkan gelas yang berisi sirup merah yang menetes dilantai dingin dan belingnya menancap ke segenap perabotan disekelilingnya.



Cerpen ke-7 berjudul ‘Bukan Aku Yang Membunuhnya’ yang berkisah tentang seorang tua yang sering bercerita tentang masa mudanya kepada penjaga taman rumahnya. Seorang tua itu selalu membawa anjing untuk melindungi dirinya. Suatu hari,penjaga taman sedang bersepeda dan melihat anjing itu berlari ke arahnya,karena rasa takut ia pun memukul anjing itu dengan tongkatnya hingga mati. Ia berencana mengubur bangkai anjing secara sembunyi karena takut pemilik anjing itu marah. Namun ia melihat seorang tua itu sudah tertembak mati tak berdaya. Ia merasa puas karena seseorang yang membunuh ayahnya dulu kini sudah tiada. Dan Ia pun dituduh membunuh seorang tua itu. Begitu penjelasannya terhadap hakim. Cerpen ke-8 berjudul ‘Glibt, Marco Polo dan Wabah Bisikan Pasir’ yang berkisah tentang Kota Ghibt diabaikan oleh ghairah imajiner Italo Calvino, ketika menggelar perkamen kisah pertemuan kublai khan yang Agung dengan Marco Polo yang Vanesia. Belum jelas alasan pengabaian tersebut. Beberapa saja rawan menduga bahwa yang dimaksud dengan Ghibt dalam tutur catatan perjalanan Marco Polo sebagaimana akan diceritakan ulang adalah Egypt pada masa dan tempat yang berbeda Khan yang fantasits, sekaligus cemas, sedang merasa cukup hati untuk tidak melanjutkan perdebatan tentang hakikat berkuasa. Sebelum dibinasakan oleh penyakit yang dikenal dengan "Wabah Bisikan Pasir", yang juga disebut dengan istilah "Abter", kota Ghibt dikenal dengan tata kelola dan perkakas rumah tangganya yang lebih baik dari kota-kota lain. Perkakas dan metode mereka akibatnya juga penuh lengkung yang rumit, elegan. Hingga, jangan ditanya soal perkembangan ilmu pengetahuannya. Kecintaan penduduk Ghibt pada lengkung yang ekspresif membuat mereka terkenal cerdas. Dalam rangkaian pemilihan pemimpin di kota Ghibt bukan jumlah suara terbanyak, akan tetapi nilai suara terberat. Karya sastra mereka lebih diperumit, bahkan terkesan menggelikan. Disebutkan tidak boleh mengambil nama tokoh yang mana sebuah nama hanya menunjukan pada satu orang saja sehingga dikhawatirkan terjadi kesalahan pengimajinasian tokoh, dan berakibat pada rusaknya nama baik. Itulah gambaran kata Ghibt, yang membuat iri dan memengaruhi kotakota disekitarnya. Cerita ini mengajak kita untuk saling menghargai. Cerpen ke-9 berjudul ‘Filsafat mencuci piring’ yang berkisah tentang Ketika mencuci piring, aku mudah teringat pada Aan. Dia dibesarkan di panti asuhan. Memiliki sebuah piring seng, suka merenung, dan membawa piring bermotif bunga sepatu tersebut saat bepergian. Kami bertemu di acara organisasi mahasiswa. Dia jurusan elektronika, fakultas teknik. Aku dari fakultas bahasa dan seni. Orang tua Aan tunanetra sejak lahir, sehingga kondisi pahit membuat dermawan menolong kelahiran Aan di panti Rapih, dan pada kondisi sulit Aan terpaksa dititipkan di panti asuhan. Disana dia diberi piring seng dan diajarkan mengisinya dengan yang baik, lalu berbagi, dan saat kotor cucilah dengan tangan sendiri. "Pandanglah seolah itu



adalah jiwamu sendiri". Cerita ini memiliki amanat yang sangat mendalam dalam kehidupan sosial. Cerpen ke-10 berjudul ‘Seekor Hiu diatap Rumah’ yang berkisah tentang Ia membuka jendela. Seekor hiu, dengan kulit melembek dan mata mendelik, terkapar diatap rumah tetangganya. Mulutnya menggigit antena televisi. Ekornya menggugurkan beberapa genting, menancap kedalam ruang-ruang rumah. Jam pengingat berdering. Ia dengar suara sendiri mengingatkan soal ini dan itu. Ia menuju kamar mandi dan bersenandung menyanyikan lagu lama dari The beatles. Kemudian ia mulai berpikir tentang kafe pada jam lima sore itu, sembari menuju kamar mandi ia kian membayangkan pertanyaan, sebuah senyuman, dan perhatian yang sungguh-sungguh akan dipertahankan dalam dirinya pada jam lima sore nanti. Ia membuka keran air. Pasir-pasie ikut keluar. Bau laut merendam bak mandi yang air nya menghitam seperti comberan ia periksa. Tetes-tetes tinta gurita penyebabnya. Dia melanjutkan mandi dibawah atap yang berlubang dan ditambal oleh langit-langit berkabut kelabu. Ia membuka pintu dengan susah payah karena baling-baling kapal seukuran kipas raksaksa dan sebuah sekoci yang miring, menghadap disana. Hanya terbuka setengah. Ia menyelinap. Aroma laut semakin kuat. Ia menggambil sepeda dan memompa lalu ia mengambil bonsai pohon kenangan dan meletakannya dikeranjang sepeda. Dengan pakaian kantor rapi, dan berkas lengkap, seperti harihari sebelumnya, memasang headphone dengan lagu-lagu lama dari The Beatles, dan mengingat jam lima sore itu. Tak lama lag. Ia akan menemui laut dengan kapal-kapal kosong, ombak yang malas, dan bau ruh di dalam buih. Tentu sebelum segalanya berakhir, dan tak ada lagi jam lima sore. Cerpen ke-11 berjudul ‘Pledoi Spesies Tikus’ yang berkisah tentang Sebagai tikus muda dan paling mengerti manusia, saya dipercaya mewakili untuk mengatakan mulai hari ini hendaknya pembinatangan bagi para pelaku kejahatan di dunia ras manusia, sudah semestinya dihentika. Terutama, kejahatan korup yang menyamakan pelakunya dengan tikus, ini penghinaan. Bayangkan saja pada hari-hari yang hangat, keluarga spesies kami yang tinggal di sudut-sudut tersembunyi dirumah kalian dikagetkan dengan suara dari kotak bercahaya. Dikotak bercahaya, kami melihat ras manusia berkerumun membawa alat penjepit petir dan gema. Ditengah nya orang berpakaian rapi dan bahagia. Bahkan ketika karta lapan, pemilik rumah tempat kami tinggal menangkap ayah saya, ia sama sekali tanpa negosiasi. Ayah saya dijemur begitu saja dalam kurungan kotak yang terbuat dari besi kuat. Dan membiarkannya di introgasi oleh semesta kucing, sebelum dilepaskan dihalaman kematian. Dan siapa yang tidak sedih, saat ayahnya dicengkram, dipermainkan, sebelum dihujani dengan cengkraman kematian yang berakhir tanpa bekas. Kecuali beberapa helai bulu nya yang abu-abu terbang terbawa angin dan bakal terkubur entah dimana. Pernah kalian melihat kami begitu bangga setelah ketahuan mencuri



oleh karta lapan? Kami takut bukan main. Kami gemetar membagi potongan roti pada anak-anak yang kelaparan di langit-langit rumah. Dan, kalian samakan kami dengan manusia pencuri itu, koruptor yang bangga itu? Kepada kalian, spesies manusia, kami bertanya. Cerpen ke-12 berjudul ‘Dia, Kamu, Feng Menglong, 25 dan 2! yang berkisah tentang Dia berkata padamu bahwa namanya sekarang bukanlah nama ketika dia masih satu tahun. Kamu berkata ringan bahwa beberapa orang mengalami hal semacam itu. Bahkan pada abad ke-18, pernah ada peraturan kerajaan yang melarang orang memakai nama yang sudah dipakai orang yang lebih tua. Kamu mulai bercerita tentang pertemuan Pemuda 25 Tahun dan Gadis 21 Tahun. Di dalam ceritamu, setelah mengisahkan 8 kisah percintaan paling tragis. Pemuda 25 Tahun kemudian bercerita tentang Perempuan Rahasia Pemuda 25 Tahun berkata bahwa kisah tersebut berasal dari daratan Tiongkok, pada masa Dinasti Ming. Dan pencatat kisahnya adalah sastrawan manshyur pada masa itu: Feng Menglong. Feng Menglong menulis kisah Lelaki Tidak Bernama dan Perempuan Rahasia. Kisah ini ia dengar kembali dari cerita orang-orang di kedai tuak pada satu malam musim dingin, ketika itu ia baru saja gagal ujian negara. Yang bercerita seorang Lelaki Dusun kepada enam dan tujuh temannya yang lain, untuk mengurangi rasa dingin. Karena sepertinya mereka sedang menempuh perjalanan panjang. Cerpen ke-13 berjudul ‘Omong Kosong Tentang Cinta’ yang berkisah tentang Kamu sedang bertanya tentang cinta yang sebenarnya ketika hujan mulai tiba. Sesuatu kemudian lurus menepuk pundakmu, dan dengan bangga, bahwa dialah cinta yang sebenarnya, bukan hujan. Dia menciptakan pelangi setelah hujan, menyorot benda-benda hingga kamu dapat melihatnya, dapat menemukan keindahan dan ketimpangan. Dia menghindarkan bumi dari beku. Dia menguapkan gejala awan. Dia lebih dari mengenai siapa saja. Dia tidak dibatasi oleh ruang dan musim sebagaimana hujan. Dan hidup hanya terjadi disini. Akulah cinta yang sebenarnya, Teman. Karna cinta yang sebenarnya bukan hanya menyentuh apa yang dapat ia sentuh, tetapi juga apa yang tak dapat ia sentuh, pada yang mencintai dan pada yang menjauh. Cerpen ke-14 berjudul ‘Fantasmagoria Oligo’ yang berkisah tentang keindahan kota Oligo saat malam mulai larut. Kita tidak bisa menahan diri untuk terjaga sampai pagi dan mendapati kejutan artsistik dari kota Oligo. Cerita ini mengajak pembaca berimajinasi mengikuti penulis. Cerpen ke-15 berjudul ‘Malam Majenun’ yang berkisah tentang seorang Ibu yang gila karena anak-anaknya meninggal. Beno,anak sulungnya meninggal digebuki saat melacur. Dan Sri juga terbunuh karena disuruh ibunya melacur. Ibunya selalu menggambar Sri dan Beno di sehelai kain mori. Sampai tiba saat malam nya



habis,ia menggunakan darah dari tangannya. Sri justru bersyukur ibunya mati,karena dengan itu ia akan berhenti jadi gila dan nista. Cerpen ke-16 berjudul ‘Aku Ini Ibumu’ yang berkisah tentang seorang ibu yang menyesal melahirkan anaknya yang mengeluh karena diajak hidup sengsara. Cerita ini memiliki amanat yang menginspirasi anak. Cerpen ke-17 berjudul ‘Mata Lain’ yang berkisah tentang seorang guru bernama Sam datang dari Jawa ke pedalaman Papua untuk bertugas. Sam mengajarkan Nasionalisme dan para pahlawan sesuai kurikulum kepada anak-anak SD di Papua yang sangat minim pengetahuan. Dan murid murid sibuk membayangkan diri mereka menjadi seorang pahlawan. Cerita ini mengajak kita untuk menjunjung tinggi rasa Nasionalisme. Cerpen ke-18 berjudul ‘Sepasang Semut Dalam Tetes Mata’ yang berkisah tentang seorang pemuda yang ditemui teman masa kecilnya yang akan menikah di bulan Juni. Mereka sangat akrab sedari kecil,namun si wanita menikah dengan orang lain yang baru dikenalnya. Saat ditanya kesibukannya,si pemuda menjawab bahwa ia sibuk memelihara 2 semut didalam botol tetes mata. Sedang si wanita menjawab bahwa ia sibuk menyebar undangan. Si pemuda meneteskan tetes mata dimatanya yang mengalir dipipi bersama air matanya. Cerita ini t Cerpen ke-19 berjudul ‘Cermin Ketiadaan Xorces’ yang berkisah tentang sebuah cermin dikamar Juan. Juan menulis tentang seorang filsuf Carduan yang buta namun ia membeli cermin. Ia menuliskan kisah itu dalam sudut pandang cermin dikamar Filsuf Carduan. Cermin yang tidak saling berarti selain diberi oleh benda di depannya. Cermin di depan orang buta adalah dua hal yang saling membayangkan sebelum saling menjiwai. Cerita ini memiliki amanat agar kita jangan merendahkan orang yang memiliki keterbatasan. Cerpen ke-20 berjudul ‘BERUANG TUA DI SHEKKIP MEI’ yang berkisah tentang Beruang yang sendirian. Tua dan mungkin sedang melawan dingin, melawan dingin atau melawan dirinya sendiri, aku melihatnya di bukit bebatuan yang di jadikan taman. Di taman bukit bebatuan di sudut sana sang beruang masih menggerak-gerakan tangan, seolah dewa menghampirinya dalam kehangatan pagi hari yang berkabut. Kekurangan cerita ini



ceritanya terlalu berbelit2 Cerpen ke-21 berjudul ‘Namamu’ yang berkisah tentang Ketika namamu adalah hujan yang jatuh menyentuh siapa saja, sedangkan namaku hanyalah sungai kecil yang tak bisa harus mengalir tanpa belaianmu, sentuhlah aku untuk tetap mengalir meski disungai kecil yang terjal agar untuk tetap bergerak meski di jalan yang sempit. Ceritanya menarik



mengandung makna kebersamaan/solideritas.



Cerpen ke-22 berjudul ‘Mereka Mengokong Senjata’ yang berkisah tentang Ketika bus berhenti, dua orang berpenutup muka masuk dengan cekatan, hanya mata mereka yang kelihatan, aku kaget saat mereka mengokong senapan mesin di dekat sopir. Menyetelnya mengarahkan ke langit-langit dan sebuah tembakan mengarah kelangit-langit bus, jerit seketika lalu hening. Pengokong senjata yang di dalam bus meminta kami untuk tidak melihat keluar jendela, ia juga meminta masih-masing penumpang membuka tas untuk menunjukan isinya. Temannya terlihat membisik dan meminta menurunkan senjata, menutup lubang pelurunya. Dengan selidik mereka mereka memeriksa satu persatu memeriksa isi tas penumpang. Kata-katanya mudah di pahami Cerpen ke-23 berjudul ‘Kau Adalah Gelas’ yang berkisah tentang Bagaimana jika kau adalah sebuah gelas.gelas yang tidak pernah dipakaib sepanjang musim kemarau. Sebagai gelas, kaupun memiliki perasaan , peraasaan yang lebih dari pengabdian sebagai alat, meski manusia jelas tidak peduli tentang ini. ceritanya menarik,mudah di mengerti



Cerpen ke-24 berjudul ‘Turi-Turi Tobong’ yang berkisah tentang sebuah pertandingan sepak bola antar desa.Salah satunya adalah desa yang di pimpin olehSan sumo kiring.sang sumo kiring memberikan wadahDan menyuruh pemudanya untuk menapung ari pesing mereka. Di lain desa ada pemuda dan laki-laki setengah tua menaiki box besar berwarna merah. Mereka tidah membawa senjata apapun,seperti di truk sebelahnya. Mereka bertabding dengan desa san sumo kiring. Mereka mengetahui kemampuan pemain san sumo kiring yang kakinya sekuat batu srandil, karena san sumo kiring selalu menyelipkan bunga tujuh rupa kedalam kaos kaki pemainnya. Dan akhirnya desa kami memenangkan pertandingan ini,dan mampu menghancurkan keangkuhan lawan di final liga desa. ceritanya



susah di tebak Cerpen ke-25 berjudul ‘Babi Mentah Pada Batu Vinunung Dan Sebagainya ’ yang berkisah tentang Irmiami dan isoraya menjadi pemakan daging babi bakar pertama dikawasan gunung kamboi rama. Ketika yembupi sedang menyusul istrinya di pohon besar tiba-tiba keluar ular besar. Ular itu ternyata raja tanah yang dapat membunuh dan menghidupkan. Banyak orang yang terbunuh dan dihidupkan olehnya dan mereka diberikan sedikit ilmu agar susah mati. Sinusi membunuh anakTaman Tanuai, ketika dia sedang pergi ke pantai. Taman Tanuai merasa dendam kepada sinus dan inusi karena telah membunuh anaknya. Taman Tanuai pun membunuh sanusi dan inusi. bahasanya susah di pahami dan



jalan ceritanya tidak beraturan Cerpen ke-26 berjudul ‘Pernikahan Tuan Mensen Yg Mengejutkan’ yang berkisah tentang tuan mensen yang akan menikah dengan kekasih cantiknya ia berprofesi sebagai pelukis hal ini membuat semua orang sinis padanya, bahkan ada yang mengejek seorang pelukis nikah dengan lukisan cantiknya, tapi sang kekasih membuat tuan mensen menghiraukan ejekan itu. Cerita ini membuat pembaca tertarik.



Cerpen ke-27 berjudul ‘Kahia Dalam Ajal Yang Bergeming’ yang berkisah tentang didaerah pantai tinggalah seorang perempuan tua dan ia berprofesi sebagai pembuat poso ,ia bisa berkomunukasi dengan kahia( lumba-lumba) .suatu ketika anaknya ikut membuat boso meski dilarang ia tetap ingin membantu lalu ada orang yang melihatnya sedang membuat boso dan ia diteriakan banci padahal tak ada perubahan pada dirinya konon laki laki tidak boleh membuat boso karena akan kena kutukan, lalu anaknya pergi mendayung entah kemana tak pernah pulang, suatu ketika saat perempuan tua itu sedang tidur ia mencium bau solar dan mendengar bunyi bom di laut.. ia langsung bergegas ke pantai bersama cucunya,banyak kahia yang sudah mengambang dan dibawanya ketepi untuk diobati meski nenek buta.dan pejabat setempat menuduh nenek itu yang membunuhnya, lalu diceritakan lah kejadian yang sebenarnya oleh cucunya. Cerita ini mengandung makna yang sangat mendalam dan sarat inspirasi. Cerpen ke-28 berjudul ‘Takut Dan Ranumerta’ yang berkisah tentang Pemuda yang sering berkunjung ke cilacap yang menjumpai para sesepuh disana dan ia diceritakan tentang cerita dahulu disana seperti buaya putih, suatu waktu ia berkunjung ke rumah kakek dan entah bagaimana kronologisnya ia menyebutnya ranumerta, ranumerta hidup dengan 7 anjingnya dan semua diberi nama ikan,ia tinggal ditepi pantai didaerah pesawahan , pemuda e. sangat takut anjing, tetapi anjing ini berbeda dari anjing lain yang selalu nurut apa perintah ranumerta, suatu ketika danumerta bercerita dengan pemuda e. ditengah perbincangannya ranumerta mengatakan ingin pindah dari sini, pemuda e. sangat terkejut keheranan kenapa apa takut dengan tsunami?,ranumerta menjawab tidak aku tidak takut dengan itu aku takut dengan tiang listrik yang berjejer dipantai itu , sejak saat itu tidak turun hujan karena banyak pawang yang melindungi area itu. Cerita ini kurang menarik karena menceritakan hal yang sepele. Cerpen ke-29 berjudul ‘Ikan Kaleng’ yang berkisah tentang seorang guru yang bernama sam, dan ia mengajar di kepulauan, suatu ketika ada 2 orang anak yang melihat siswa siswi sedang upacara, lalu ia lari dan bertemu dengan sekolah yang dibuat oleh suku lat, karena menurunyat belajar disekolah pemerintah hanya diajarkan menggambar dan menyanyi berbeda dengan lat yang mengajarkan tentang cara hidup di laut, seperti menangkap ikan dan waktu kewaktu siswa sekolah lat bertambah banyak dan penghasilan berupa ikan pun sangat banyak. lalu sam dinas kejawa setelah 2 tahun kemudian dan ia didatangi kepala suku lat yang membawa ikan kaleng dengan label sarden dan bertanya apakah disini sekolah yang bisa mengajarkan cara mengkalengkan ikan soalnya harga 1 kaleng ikan lebih mahal dari 1 kg ikan mentah, dan sam menjawabnya itu semua ada prosesnya pak. lalu kepala suku lat itu terus berkelana dengan sampan dan petanya untuk mencari informasi



tentang sekolah yang mengajarkan mengkalengkan ikan. Cerita ini memiliki amanat yang baik, untuk memotivasi kita agar tidak mudah dibodohi. Cerpen ke-30 berjudul ‘Bunga Luar Angkasa’ yang berkisah tentang karta dea sang pebisnis tua yang baru bangun akan bertemu dengan kliennya yaitu alien, dan istrinya hanya tersenyum , istrinya bernama mira risa ia pegawai teladan toko bunga dan mersih berbagi untuk prestasi dan penghargaan dikirimi bunga kerumahnya hingga 10 hari berturut turut, mira selalu membisikan kepada suaminya aku tetap mencintaimu . mira pergi bersepeda untuk bekerja setelah larut malam mira pulang kerumah dan membanting sepedanya dan melihat ada seorang dokter, pembantunya, dan tetangganya sedang bersama karta dea yang tampan dengan wajah yanh beraroma bunga yang membuatnya berputar putar diangkasa dan saling mencintai. Cerita ini mengandung alusi yang sangat membingungkan pembaca. Cerpen ke-31 berjudul ‘Agama Apa Yang Pantas Bagi Pohon-Pohon?’ yang berkisah tentang kehidupan yang harus kita renungkan dan mereka merenung didalam bus menceritakan anaknya yang mengira bulan adalah matahari dan suatu ketika ia menanyakan agama apa yang pantas bagi pohon pohon? dan ia terdiam dan menjawab pohon itu bukannya sudah damai dan Aku mengira, seandainya pohonpohon beragama, hewan-hewan berideologi, dan para jin dan tuyul membuat undang-undang dan mengendalikan kekuasaan, hukum, dan juga politik, masihkah kita disebut manusia? dan mereka pun berpisah dan anaknya ikut dengan ayahnya. Cerita ini mengandung amanat yang sangat mendalam tetapi bahasanya mengandung alusi yang sukar dimengerti.



Buku ini sangat menarik untuk dibaca para penikmat sastra yang rindu dengan kesegaran-kesegaran cerita,gaya bahasa,dan gaya tutur yang berbeda. Kumcer ini memperlihatkan jelajah imajinasi Eko yang sangat tidak biasa,dari pilihan tema,eksplorasi ide ,gaya bahasa,gaya tutur. Tidak hanya itu saja,beberapa cerpennya sarat dengan nila-nilai filosofis yang dikemas dalam ide cerita yang mampu membuat pembaca terheran-heran dengan pemikiran penulisnya. Penyisipan kalimat-kalimat filosofis juga adanya alusi puisi yang dikenal serius membuat buku ini kelihatan lebih rumit.



Resentator



: 1. Aida Iim Husnul Khotimah 2. Euis Risnawati 3. Muhamad Abdul Azis 4. Putri Rolita Yasa 5. Risa Apriyanti



Kelas



: XII IPA 3