Resensi Novel Anak Semua Bangsa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH RESENSI NOVEL MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA



Disusun oleh :      



Amanda Ariyani Dian Puji Lestari Enon Mulyani Fitriyani Lingga Darma Sari Nuryanah Azizah



XI AKUNTANSI SMK BINA BANGSA MANDIRI Jl. Letda Natsir No.28 Ds.Cikeas Kec. Gunungputri Kab. Bogor (021) 29098557



KATA PENGANTAR Assalamualaikum.Wr.Wb Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini memuat tentang “RESENSI NOVEL” , Walaupun makalah ini kurang sempurna dan memerlukan perbaikan tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca. Oleh karena itu, penulis tetap berharap pada segenap pembaca yang telah memberikan masukan baik berupa kritikan maupun saran yang sifat nya membangun guna kesempurnaan dan memperbaiki kualitas makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca..  Aamiin ..



Terima kasih.



Penyusun



i



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL........................................................................................................... KATA PENGANTAR.........................................................................................................i DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..................................................................................................1 B. Tujuan................................................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN A. Identitas Buku...................................................................................................1 B. Sinopsis.............................................................................................................1 C. Unsur Intrinsik..................................................................................................3 1. Tema...........................................................................................................3 2. Tokoh..........................................................................................................7 3. Alur.............................................................................................................7 4. Latar............................................................................................................8 5. Sudut Pandang............................................................................................8 6. Gaya Bahasa ..............................................................................................9 7. Amanat........................................................................................................9 D. Unsur Ekstrinsik...............................................................................................9 1. Latar Belakang Penulis..............................................................................9 2. Latar Belakang Masyarakat.......................................................................9 3. Nilai-Nilai Kehidupan...............................................................................9 4. Hal-Hal yang Menarik...............................................................................10 E. Kelebihan dan Kekurangan Buku.....................................................................10 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan..............................................................................................................11 B. Saran........................................................................................................................11 DAFTAR PUSTAKA



ii



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Resensi berasal dari bahasa Belanda resentie dan bahasa Latin recensio , recensere atau juga revidere yang artinya mengulas kembali. Resensi adalah suatu penilaian terhadap sebuah karya. Karya yang dinilai dapat berupa buku dan karya seni film dan drama. Menurut KBBI, resensi ialah penjelasan dari sebuah buku. Menulis resensi terdiri dari kelebihan, kekurangan dan informasi yang diperoleh dari buku dan disampaikan kepada masyarakat. Novel adalah karangan prosa panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang yang berada di sekelilingnya dan menonjolkan watak (karakter) dan sifat setiap pelaku. Novel terdiri dari bab dan sub-bab tertentu sesuai dengan kisah ceritanya. Jadi, resensi novel adalah suatu penilaian terhadap sebuah novel atau buku fiksi. B. Tujuan 1. Memberi informasi kepada pembaca akan kehadiran suatu buku. 2. Memberikan sebuah gambaran pada pembaca. 3. Memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia.



1



BAB II PEMBAHASAN



A. Identias Buku Judul Buku Penulis Penerbit Terbit Kota Terbit Jumlah Halaman Harga Buku



: Anak Semua Bangsa : Pramoedya Ananta Toer : Lentera Dipantara : 2006 : Jakarta Timur, Indonesia : 552 Halaman : RP.132.000



B. Sinopsis Novel Anak Semua Bangsa karya Pramoedya Ananta Toer menggambarkan penderitaan rakyat Jawa dibawah pemerintahan Belanda yang licik dan haus kekuasaan. Minke adalah seorang penullis pribumi yang begitu mendewakan Eropa. Minke kehilangan istrinya, Annelies Mellema, pada bagian awal novel. Sahabatnya, Panji Darman atau Robert Jan Dapperste-lah yang menemani Annelies sampai ajalnya di Belanda. Banyak surat dikirimkan oleh Panji Darman untuk Minke dan mertuanya, Nyai Ontosoroh. Selama waktu ini, Minke dan mertuanya ( Mama ) saling mendukung untuk lepas dukacita, Pandangan Minke akan dunia dan bansa-bangsa yang ada di dalamnya dipengaruhi oleh teman-temannya yang kebanyakan orang Eropa, karena ia sendiri lulusa HBS ( Hoogere Burgerschool ). Ia sering berkirim surat dan bertukar pikiran dengan keluarga De la Croix ( Sarah, Miriam, Herbert ). Salah satu sahabatnya, Jean Marais, adalah seorang seniman berkebangsaan Prancis. Suatu hari ia meminta Minke untuk menulis dalam bahasa Melayu, dengan tujuan agar bangsanya sendiri dapat membaca karya Minke. Minke terkejut dan merasa terhina, ia merasa rendah apabila harus menulis Melayu. Karena percakapan ini, hubungannya dengan Jean Marais menjadi dingin. Hanya karena Maysaroh, anak Jean, Minke akhirnya mau berbaikan dengan Jean. Selanjutnya, Minke diminta Maarten Niijman, atasannya di A.N v/d D. ,untuk mewawancarai Khouw Ah Soe dalam Bahasa Inggris, ia seorang akivis dari Cina yang berusaha membangunan bangsanya dari mimpi-mimpi mereka. Ia dapat melihat Jepang mulai menyamai kedudukan negara-negara Eropa. Tetapi betapa terkejutnya Minke, saat harian itu terbit, yang tercetak berbeda sekali dengan wawancara dan tulisan yang telah ia kerjakan. Artikel tersebut berisi tuduhan pada Khouw Ah Soe yang mengatakan dirinya seorang pelarian. Kejadian ini menyadarkan Minke bahwa Eropa yang selama ini ia agung-agungkan tidak selamanya benar. Sepertinya semesta belum mengijinkan Minke untuk tenang, karena setelah itu Kommer, teman Jean Marais, mendukung apa yang telah Jean katakan sebelumnya. Selama ini Kommer telah menerjemahkan tulisan Minke ke dalam bahasa Melayu. Kommer mengatakan bahwa Minke tidak mengenal bangsanya 2



sendiri, karena selama ini ia melihat keadaan dari kacamata Eropa. Minke tidak terima dikatai seperti itu, tapi ia tidak dapat membuktikan sebaliknya juga. Karena masih diselimuti kesedihan, Minke dan Mama lalu memutuskan untuk berlibur ke Tulangan, Sidoarjo, kampung halaman Mama. Mereka menginap di rumah Sastro Kassiier, saudara Mama. Mata Minke menjadi terbuka akan kenyataan bangsanya. Dulu Mama dijual untuk menikahi Tuan Administratur Mellema. Kini Surati, anak Sastro Kassier, terpaksa menikahi Tuan Administratur Vlekkenbaaij karena jebakan orang Belanda itu. Untungnya Surati sengaja menularkan cacar dari kampung sebelah pada Vlekkenbaaij. Jadilah Vlekkenbaaij meninggal dan Surati yang dulu jelita kembali ke rumah dengan borok di wajahnya. Kepercayaan Minke pada Belanda mulai pudar, ia makin bertekad untuk mengenal bangsanya. Maka menginaplah ia selama beberapa hari di rumah salah satu petani, Trunodongso, yang tinggal bersama dengan istri dan empat anaknya. Trunodongso bercerita kepadanya mengenai kecurangan-kecurangan pemerintah Belanda yang sering memaksa dan tidak menepati janji, sementara para petani tidak bisa berbuat apa-apa untuk menuntut hak mereka. Minke berjanji pada Trunodongso akan membantunya dengan jalan menuliskan penderitaannya. Selain itu ia juga menulis tentang Surati. Tetapi saat ingin menerbitkan tulisannya tentang Trunodongso, Niijman menolak. Minke putus asa, ia memutuskan melanjutkan studinya di Betawi untuk menjadi dokter. Di tengah perjalanan di laut, ia bertemu dengan Ter Haar yang menceramahinya cara kerja dan tujuan penjajahan Belanda di Hindia. Minke hampir berkunjung ke kantor koran lokal di Semarang untuk menulis lagi. Sayang, ia malah dijemput polisi untuk kembali ke Wonokromo, rumah Mama. Saat Minke pulang, Mama harus berhadapan dengan anak resmi Tuan Administratur Mellema, Ir. Maurits Mellema. Krena perebutan warisanlah Annelies meninggal. C. Unsur Intrinsik 1. Tema Tema yang diangkat dalam novel Anak Semua Bangsa adalah tentang bagaimana seorang lelaki mulai mengenal orang-orang negaranya sendiri dan mulai prihatin dan sadar akan situasi yang sebenarnya. 2. Tokoh a. Minke 1) Pencemburu “Hatiku panas dan cemburu timbul ... dari Sarah de la Croix, dari Magda Peters, dari Robert Suurhof untuk ... kurangajar. Dia hujani istriku dengan surat ... dari Miriam de la Croix, dari ... lagi-lagi dari Robert Suurhof untuk Annelies.” ( ASB,2006:7 )



Kutipan di atas menggambarkan Minke yang memiliki pikiran cemburu karena Minke baru mengetahui bahwa temannya Robert Suurhof selama ini telah banyak mengirim sura kepada istrinya Annelies. 2) Pemarah “Jangan anggap berat sekiranya ada surat-surat datang dari dia. Anggap saja dari orang gila”. 3



Jadi jelas teman-teman sekolah pada mengetahui adanya surat-surat untuk Annelies. Hanya aku seorang yang tidak tahu. Betapa butanya aku! Aku! ( ASB,2006:13 )



Kutipan di atas menggambarkan Minke yang kesal karena ia mendengaar ucapan dari teman-temannya yang mengatakan bahwa ia tidak usah merasa terbebani jika ada surat datang dari Robert Suurhof. Dari kutipan di tersebut dapat dilihat bahwa Minke memiliki watak pemarah. 3) Curiga Kutipan dibawah ini menggambarkan pikiran Minke memiliki watak pencuriga, dalam beberapa peristiwa yang dihadapinya. Pikiran curiga ini membuat Minke berhati-hati dalam dalam berinteraksi dengan orang lain di sekelilingnya yang dapat membuat Minke merasa gelisah dan waspada. “Aku jadi curiga, betapa memalukan bila dia tahu ada surat-surat Suurhof untuk istriku. Betapa hina aku sebagai suami. Dan cincin dalam saku celana itu berubah menggatali pahaku.” (ASB,2006:12).



Dari kutipan tersebut dapat dilihat bahwa Minke memiliki watak pencuriga. 4) Mudah Tersinggung “Apa?” dengusnya dalam Jawa rendah, kasar. ‘Kau juga?’ aku tersinggung. Terasa darah menjomplak pada mukaku. Tak pernah ada seorang Jawa berani sekasar itu padaku. Apalagi menyebut dengan hanya kau. Pasti dia jenis kurangajar, tak pernah mendapat didikan Jawa yang patut”. (ASB,2006: 234).



Dari kutipan tersebut dapat dilihat bahwa Minke memiliki watak mudah tersinggung. 5) Mudah Berpuas Diri “Dua-duanya mempunyai nilai abadi, hasil kerja untuk keabadian. Dan aku lebih bangga lagi pada naskah yang belakangan: pembelaan terhadap semua mereka yang senasib dengan Trunodongso.” (ASB,2006:281).



Kutipan di atas, menggambarkan Minke memiliki pikiran bangga pada kedua tulisan yang dibuatnya. Dari pikiran tersebut dapat dilihat bahwa Minke memiliki watak mudah berpuas diri. 6) Teguh Pendirian “Tiba-tiba saja aku lihat diriku sebagai yang sebodoh-bodohnya, kurang berpikir, kurang tahu menimbang, kurang pengetahuan. Tapi tetap merasa pada pihak yang benar.” (ASB,2006:288).



Kutipan di atas, menggambarkan Minke memiliki pikiran merasa benar. Dari pikiran tersebut dapat dilihat bahwa Minke memiliki watak teguh pendirian. 7) Mudah Tersentuh “Seluruh keluarga ini kurus. Apapula guna kau perhatikan cincin berlian sialan ini? Apapula arti protes karena surat-surat Robert? Dongkol, geram, panas, dan cemburu hati lambat-lambat mereda didesak oleh iba-kasian”. (ASB, 2006: 14).



4



Kutipan di atas, menggambarkan Minke memiliki pikiran iba. Dari pikiran tersebut dapat dilihat bahwa Minke memiliki watak mudah tersentuh. b. Darsam 1) Curiga “Anak itu tak menangis waktu ku angkat. Matanya besar, mata Belanda. Maka aku jadi curiga. “Benar Anak ini anak Sinyo, atau anak….maaf, Nyai, atau anak Tuan Mellema?” tanyaku” (ASB,2006:322).



Kutipan di atas, menggambarkan tokoh Darsam memiliki pikiran curiga. Dari pikiran tersebut dapat dilihat bahwa tokoh Darsam memiliki watak pencuriga. 2) Pemarah “Dengar: majikanku Cuma Nyai dan Noni. Mereka suka dengan Tuanmuda. Awas! Kalau ada apa-apa terjadi pada mereka bertiga, aku tahu siapa orangnya. Awas! Sinyo juga yang bakal aku bunuh. Sana pergi! Jangan main-main sama Darsam.”(ASB,2006:450-451).



c.



Kalimat “Awas! Kalau ada apa-apa terjadi pada mereka bertiga, aku tahu siapa orangnya. Awas! Sinyo juga yang bakal aku bunuh”, di atas menunjukkan bahwa tokoh Darsam marah serta mengancam Robert Mellema yang menyuruh ia untuk membunuh Minke. Kutipan tersebut menunjukkan bahwa Tokoh Darsam memiliki watak pemarah. Sastro Kassier 1) Gelisah “Dan pergilah Sastro Kassier kembali pada pekerjaanya. Sejak itu ia gelisah. Sekilas terpikir olehnya untuk mengungsikan anaknya ke Wonokromo”.(ASB,2006:194).



Kutipan di atas, menggambarkan tokoh Sastro Kassier memiliki pikiran gelisah. Dari pikiran tersebut dapat dilihat bahwa tokoh Sastro Kassier memiliki watak pemikir. d. Surati 1) Mudah Putus Asa “Ia telah kehilangan kemauan dalam hari-hari tegang ini. Haruskah ia menyerah saja pada apa bakal terjadi? (ASB,2006:212).”



Kutipan di atas, menggambarkan tokoh Surati memiliki pikiran putus asa. Dari pikiran tersebut dapat dilihat bahwa tokoh Surati memiliki watak mudah putus asa. 2) Tidak Gentar “ … Juga ia tidak gentar. Ia sudah sampai pada suatu tingkat di mana kesesakan jiwa telah mengatasi ketakutan. datang.”(ASB,2006:217).



e.



Kutipan di atas, menggambarkan tokoh Surati memiliki pikiran tidak gentar pada sesuatu yang dapat membinasakan dirinya. Robert Mellema 1) Penakut “Aku lari ketakutan, balik ke rumah Ah Tjong. Babah menganggukangguk tapi tak bicara apa-apa. Dan aku sendiri mulai



5



belajar melupakan peristiwa yang baru lalu. Kini aku takut bertemu Darsam.” (ASB,2006:451).



Kutipan di atas, menggambarkan tokoh Robert Mellema memiliki pikiran takut. Dari pikiran tersebut dapat dilihat bahwa tokoh Robert Mellema memiliki watak penakut. 2) Penyesal “Ah Tjong punya rencana terhadap keluarga kita, Ma. Sekarang aku sangat menyesal bukan saja tidak melawan, malah membiarkannya. Lebih dari itu: aku menyetujui. Memang sudah patut bila Mama tak sudi mengampuni aku.” (ASB,2006:451).



f.



Dari kutipan tersebut dapat dilihat bahwa Robert Mellema memiliki watak penyesal. Nyai Ontorosoh 1) Kritis “Mengapa dia harus memilih dua soal yang Tuan ajukan?” mama memprotes. “ Dia punya hak untuk berkembang.” (ASB,2006:266)



Kalimat “Mengapa dia harus memilih dua soal yang Tuan ajukan?” mama memprotes”, di atas menunjukkan bahwa tokoh Nyai Ontosoroh protes ketika mendengar Kommer memberikan pertanyaan kepada Minke apakah ia ingin menjadi pengarang atau pemidato. Dengan demikian, protes tersebut menunjukkan bahwa tokoh Nyai Ontosoroh memiliki watak kritis. 2) Teguh Pendirian “Mama berkukuh menolak memberikan keterangan yang bisa jadi petunjuk ke arah kebijaksanaannya sebagai pemimpin perusahaan.”(ASB,2006:460)



g.



Kalimat “Mama berkukuh menolak memberikan keterangan yang bisa jadi petunjuk ke arah kebijaksanaannya sebagai pemimpin perusahaan”, di atas menunjukkan bahwa tokoh Nyai Ontosoroh berkukuh tidak mau memberikan keterangan yang diajukan oleh jaksa ketika dipersidangan. Dengan demikian, kutipan tersebut menunjukkan bahwa tokoh Nyai Ontosoroh memiliki watak teguh pendirian. Jean Marrais 1) Bijaksana “Nanti dulu, Minke. Kau belum lihat duduk-perkara. Mungkin kau benar, tapi belum mampu membuktikan kebenaranmu.”(ASB,2006 : 292).



Kalimat “Nanti dulu, Minke. Kau belum lihat duduk-perkara”, di atas menunjukkan bahwa tokoh Jean memberikan saran kepada Minke untuk berpikir lebih tenang. Kutipan tersebut menunjukkan bahwa Tokoh Jean memiliki watak bijaksana. h. Maysaroh 1) Manja “Dan cericau gadis cilik itu tak didengarkannya.Gadis itu kemudian pindah menggelendot padaku.”(ASB,2006:508).



Kutipan tersebut menunjukkan bahwa tokoh Maysaroh memiliki watak manja. 6



2) Periang “Kan kau suka punya adik, May. Ini adikmu juga.” Maysaroh melompat-lompat kegirangan. Kemudian memegangi kaki kecil si bayi yang bersih itu dan menciuminya.” (ASB,2006:508-509)



.Kalimat “Maysaroh melompat-lompat kegirangan”, di atas menunjukkan bahwa Tokoh Maysaroh memiliki perilaku periang.



i.



Djumilah 1) Teguh Pendirian “Tidak ada cara. Daripada anakku sampai terjual…. Memalukan. Bukan jamannya lagi sekarang”. (ASB, 2006:198)



j.



.Kalimat “Tidak ada cara. Daripada anakku sampai terjual…. Memalukan. Bukan jamannya lagi sekarang” di atas menunjukkan bahwa tokoh Djumilah memiliki watak teguh pendirian. Kommer 1) Menghargai “Kehidupan memang belum ceria,” kataku membela diri.Dan sekarang orang koran itu mendengarkan aku dengan perhatian penuh.” (ASB, 2006:264).



Kalimat “Dan sekarang orang koran itu mendengarkan aku dengan perhatian penuh”, di atas menunjukkan bahwa tokoh Kommer memiliki perilaku menghargai. k. Khow Ah Soe 1) Rendah Hati “Ia terus-menerus mengucapkan terima kasih dengan bersoja, tidak membungkuk seperti di hadapan Nijman.” (ASB, 2006: 115).



Kalimat “Ia terus-menerus mengucapkan terima kasih dengan bersoja, tidak membungkuk seperti di hadapan Nijman,” di atas menunjukkan bahwa Tokoh Khow Ah Soe memiliki perilaku rendah hati. 3. Alur Alur yang digunakan dalam novel Anak Semua Bangsa karya Pramoedya Ananta Toer adalah alur maju. Dalam novel Anak Semua Bangsa karya Pramoedya Ananta Toer dapat disimpulkan menjadi tiga tahap, yaitu tahap awal, tahap tengah dan tahap akhir. a. Tahap Awal Pembukaan cerita dengan dikenalkannya tokoh utama Minke dengan awal kehidupannya. Seperti pada kutipan berikut : “Sudah tiga hari Mama dan aku tak diijinkan keluar rumah. Juga tak diperbolehkan menerima tamu. Seorang Sekaut datang berluda. Aku tak keluar dari bilik. Mama yang menemuinya, sebentar, kemudian terjadi pertengkaran mulut dalam Melayu. Mama memanggil aku keluar. Mereka berdua sedang berdiri berhadapan.” (ASB,2006 :3).



b.



Tahap Tengah Kehidupan Minke yang mulai menjelajah.



7



“Hanya ingin pergi dari Surabaya, Ma, ke Betawi barangkali. Aku kira aku akan belajar lagi, belajar sungguh-sungguh, biar kelak barangkali bisa jadi seperti Dokter Marinet.” (ASB, 2006: 107)



c.



Tahap Akhir Meninggalnya istri Minke, Annelies Mellema. “Hanya dirinya seorang yang mengantarkan Annelies ke peristirahatannya yang terakhir. Semua dilakukan oleh perusahaan penguburan.” (ASB, 2006: 367)



4. Latar a. Latar Waktu 1) Pagi “Pada suatu pagi datang surat panggilan uuntuk Panji Darman dahulu Robert Jan Dapperste” (ASB, 2006: 34)



2) Siang “Bangun tidur hari sudah terang. Siang sudah nampak dari kaca patrisporta.” (ASB, 2006: 408)



3) Sore “Pada sore hari ia sering nampak duduk di kursi depan rumah, mungkin setengah mabok, dengan senapan-angin di atas meja” (ASB, 2006:190)



4) Malam “Dalam kegelapan dan kesepian malam antara sebentar nampak olehnya bersitan-bersitan api,” (ASB, 2006: 173)



b. Latar Tempat 1) Di Atas Kapal “Surat ini kutulis di atas kapal menuju ke Betawi, di Laut Jawa yang tenang tanpa angin.” (ASB, 2006: 27)



2) Nederland “Mevrouw, kita sudah sampai di Nederland.” (ASB, 2006: 44) 3) Sidoarjo “Orang bilang Nyai berasal dari Sidoarjo. Benar itu, Nyai?” (ASB, 2006: 166) 4) Wonokromo “Administratur pengganti itu memang beberapa kali pernah datang ke Wonokromo.” (ASB, 2006: 174)



c. Latar Suasana 1) Panas “Hatiku panas dan cemburu timbul ... dari Sarah de la Croix, dari Magda Peters, dari Robert Suurhof untuk ... kurangajar. Dia hujani istriku dengan surat ... dari Miriam de la Croix, dari ... lagi-lagi dari Robert Suurhof untuk Annelies.” ( ASB,2006:7 )



2) Cemas “Kira-kira limaratus meter dari daerah pelabuhan, di sebuah jalanan yang diapi hutan bakau-bakau serombongan orang Madura sengaja menolak memberkan jalan. Kereta-kereta mererose dan Mevrouw Annelies berhenti. Aku berdebar-debar melihat peristiwa itu dari suatu jarak. Jangan-jangan terjadi perkelahian lagi. “Celaka, Tuan Muda,” kata Marjuki, “Noni Annelies, Nyai dan Tuanmuda Minke



8



ada di dalam kereta sana.” Memang mendebarkan, dan kami berdua tak dapat berbuat sesuatu.” (ASB, 2006: 29)



5. Sudut Pandang Meski ditulis dengan sudut pandang orang pertama ‘aku’ buku ini mengisahkan banyak peristiwa yang tidak dialami oleh tokoh Minke, Seperti ada cerita di dalam cerita. Yang dikisahkan melalui orang ketiga, atau dikisahkan oleh orang ketiga. Atau sebagai bahan tulisan Minke sendiri,dari wawancara-wawancaranya. 6. Gaya Bahasa a. Majas Simile “Annelies telah berlayar. Kepergiannya laksana cangkokan muda direnggut dari batang induk.” (ASB,2006 : 1).



Dalam kutipan di atas, kepergian Annelies dinyatakan mempunyai persamaan sifat dengan kalimat cangkokan muda direnggut dari batang induk. Kepergian Annelies yang masih muda belia ke Nederland karena dipaksa oleh hukum kolonial, hukum putih yang diskriminatif, dipersamakan sifatnya dengan cangkokan tumbuhan yang masih baru atau belum banyak akarnya yang dipangkas begitu saja dari batang pohon induknya. Bentuk penuturan yang semacam ini menunjukkan bahwa hukum kolonial di Hindia Belanda sangatlah kejam dan bertentangan dengan rasa keadilan dan kemanusiaan. b. Majas Metafora “Kami hanyalah semut-semut yang hendak membangunkan astana sejarah baru.” (ASB ,2006: 69).



Bentuk kami adalah komponen tenor atau hal yang dibandingkan, hanya semut-semut yang hendak membangunkan astana sejarah baru adalah pembanding. Kami (angkatan muda Tiongkok yang berkunjung ke Hindia Belanda) dipersamakan sifat, karakter atau keadaannya dengan semut-semut yang hendak membangunkan astana sejarah baru. c. Majas Personofikasi “Belakangan ini matari bergerak begitu lambat, merangkaki angkasa inci demi inci seperti keong.” (ASB,2006 : 1).



Benda angkasa / planet matari (matahari) digambarkan, diilustrasikan atau dideskripsikan sebagai atau seperti memilki perilaku manusia atau keong, yaitu bisa merangkaki. d. Majas Hiperbola “Ada terdengar rintihan, keluh kesah, juga dentum dan gelegar jantungnya, pancaran, dan sambaran pikirannya.” (ASB,2006 : 118).



Kutipan adalah tuturan yang memuat majas hiperbola. Dikatakan demikian, karena tuturan di atas memenuhi kriteria atau ciri hiperbola, yakni pernyataan yang melebih-lebihkan. Adapun yang dilebihkan adalah soal detak jantung dan pikiran. Dalam keadaan standar cukup dengan 9



mengatakan terdengar jantungnya berdetak keras, dan pancaran dan ketajaman pikirannya. Namun, bagi pengarang, pernyataan itu belum cukup mewakili keadaan dan pikirannya. Maka, ekspresinya diberi perasaan berlebihan sehingga menjadi tuturan tersebut pada kutipan di atas. 7. Amanat Amanat yang terkandung dalam novel Anak Semua Bangsa karya Pramoedya Ananta Toer adalah janganlah menilai seseorang dari bahasa atau warna kulitnya. Apapun bahasanya atau warna kulitnya,tidak ada orang yang benar-benar agung dan dari negara manapun memang ada yang kebih baik an jahat jadi janganlah menilai hanya bahasa dan warna kulitnya. D. Unsur Ekstrinsik 1. Latar Belakang Penulis Pramoedya Ananta Toer lahir pada 1925 di Blora, Jawa Timur. Ayahnya seorang kepala sekolah nasionalis namun pemabuk. Beliau adalah seorang penulis yang sering menulis tentang jerih payah Indonesia untuk merdeka. Beliau pernah mrnjadi anggota pasukan bersenjata. Ia juga pernah dipenjara Belanda karena anti-kolonial. 2. Latar Belakang Masyarakat Saat itu masyarakat masih sangat diantara mengagungkan bangsa kulit putih atau membenci mereka. Saat itu (abad ke 20-an) juga masih ada sisa-sisa dari pengaruh Indonesia tua yaitu dimana masih banyak orang yang menganggap remeh masalah politik,sosial, dan masih suka melihat perempuan sebagai kelas terendah. 3. Nilai-Nilai Kehidupan a. Sosial “Tidak, Jean. Buat Tuan Kommer sendiri. Siapa tahu, Tuan Kommer pada suatu kali mempunyai waktu senggang untuk menggubahnya, sebagai kenang-kenangan pada persahabatan kita, dan pada hari ini.” (ASB,2006: 303)



b. Adat “Ia nampak gugup mengetahui kepalanya telanjang,tidak sopan menurut adat Jawa. Aku ambilkan destarnya yang jatuh, kuserahkan padanya. Ia membungkuk-bungkuk turun dari andong, berterimakasih: merasa terlalu besar mendapatkan perhatian dan kehormatan seperti itu.” (ASB,2006: 357) “Dan Surati duduk, menunduk sebagaimana mestinya adat gadis muda dihadapan orangtua, apalagi di depan seorang pria yang tak pernah dikenalnya.” (ASB, 2006: 183) “Dan birokrat dan ningrat Jawa, bangsaku, suka memilih nama-nama indah sebagai hiasan.’ (ASB,2006: 26)



c.



Pendidikan “Maka kau harus belajar berendahhati, Minke! Kau, lulusan H.B.S.! sekolahmu itu belum lagi apa-apa ...” (ASB,2006: 163) d. Agama 10



“Mama, Minke, maafkan aku, karena aku tak tahu apa agama Mevrouw yang sesungguhnya, sekalipun aku tahu ia kawin secara Islam.’ (ASB,2006: 41)



e.



Moral “Sejak keil ia diajar takut dan patuh pada orangtua.” (ASB,2006: 211)



4. Hal-hal yang Menarik Buku ini memiliki penulisan bahasa yang dalam. E. Kelebihan dan Kekurangan Buku a. Kelebihan Pemaparan cerita runtut dari awal sampai akhir dan dapat memperkenalkan lebih dalam pada sejarah Indonesia pada masa konolialidme Belanda. b. Kekurangan Tokoh yang diangkat oleh Pramoedya dalam romannya terlalu banyak, sehingga terkadang jadi tidak fokus dalam pembuatan alur masing-masing. Sehingga ada beberapa tokoh yang perannya samar, tidak jelas keterkaitan antara satu dengan yang lain.



11



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Buku ini adalah buku kedua dari Tetralogi Buru yan dikeluarkan oleh Ananta Toer. Walaupun lanjutan dari bumi manusia, tapi topik yang diangkat dalam buku ini beda. Buku ini menceritakan tentang perjalanan Minke serta tokohtokoh yang lain yang berupaya untuk mengenal bangsa sendiri, untuk menemukan cara agar bisa terbebas dari penjajah. B. Saran Dengan membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat lebih memahami pesan-pesan yang terdapat dalam novel Anak Semua Bangsa karya Ananta Pramoedya Toer. Selain itu, diharapkan bahwa pembaca tidak hanya sekedar membaca sebagai hiburan semata namun juga mendapatkan pelajaran berharga yang dapat dipetik dari novel ini.



12



DAFTAR PUSTAKA Toer, Pramoedya. 2006. Anak Semua Bangsa. Jakarta Timur: Lendeta Dipantara



13