Resensi Novel [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Resensi Novel



Identitas Novel: ● Judul Novel: Winter in Tokyo ● Penulis: Ilana Tan ● Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama ● Jenis buku: Fiksi ● Tahun terbit: 2008 ● Tempat terbit: Jakarta ● Ukuran novel: 13 cm x 20 cm ● Tebal halaman: 321 halaman ● Harga buku: Rp. 42.000,00 Orientasi Novel yang berjudul “Winter in Tokyo” ini merupakan salah satu karya penulis Indonesia, yaitu Ilana Tan. Novel tersebut menceritakan mengenai kisah cinta romantis antara ​Ishida Keiko dan Nishimura Kazuto. Ishida Keiko adalah seorang wanita blasteran Indonesia-Jepang yang tinggal di sebuah apartemen di pinggiran Kota Tokyo. ( Keiko mengangguk. “Nenekku dari pihak Ibu adalah orang Indonesia dan kakekku orang Jepang. Ibuku dilahirkan dan dibesarkan di Indonesia. Lalu Ibu pindah ke Jepang setelah menikah dengan Ayah, jadi aku lahir disini.” halaman ke-29: bab ke-2) Ketika musim dingin tiba, Keiko bertemu dan menjalin hubungan dekat bersama dengan Nishimura Kazuto, tetangga barunya yang kembali menetap ke Jepang, di Kota Tokyo setelah 10 tahun tinggal di Amerika. Seiring berjalannya waktu, mereka seringkali menghabiskan waktu bersama-sama hingga munculnya benih cinta di hati mereka. Tafsiran



Dalam novel ini terdapat beberapa kejadian yang tidak dapat terlupakan. Hal tersebut dapat ditemukan pada halaman ke-157: bab ke-13. “Kata dokter ia menderita amnesia parsial atau amnesia sebagian.” Lalu kalimat pada halaman ke-181: bab ke-14. “Dia ditemukan dalam keadaan pingsan dan terluka di jalan sepi tepat pada Hari Natal. Dia langsung dilarikan ke rumah sakit oleh orang-orang yang menemukannya. Dan setelah beberapa hari, dia sadar kembali tanpa ingatan apapun atas kejadian yang terjadi selama satu bulan terakhir. Hal terakhir yang diingatnya adalah ketika dia masih berada di apartemennya di New York,” Kitano Akira menjelaskan. Bagian tersebut dapat dikatakan sebagai letak klimaks yang sangat menyedihkan, membuat pembaca bisa berkaca-kaca. Terlebih lagi, ketika Keiko masih ingat mengenai semua kenangan indah yang pernah ada antara dirinya dan Kazuto. Ia masih bisa mengingat hingga hari sebelum kepulangannya ke Tokyo saat ia masih di Amerika. Terhalang apapun, hati tidak pernah berbohong. Keiko merasa sangat kehilangan Kazuto, meskipun Keiko sedang bersama dengan Akira. Hal tersebut dapat dibuktikan dari kalimat “Kau sama sekali belum berbicara sejak kita berangkat tadi,” gumam Akira sambil tersenyum. “Maaf,” gumam Keiko. Akira menoleh ke arahnya sejenak. “Ada yang bisa kubantu?” Keiko tersenyum dan menggeleng. “Tidak. Tidak ada masalah kok, Sensei.” pada halaman ke-177: bab ke- 14. Pendahuluan (kepengarangan) Ilana Tan adalah seorang novelis Indonesia, ia dikenal sebagai penulis yang tidak ingin dikenali wajahnya atau identitasnya ​karena di bagian 'Tentang Pengarang' yang seringkali terdapat pada bagian paling belakang Novel, tidak dicantumkan foto profil dan keterangan yang detail mengenai Ilana Tan. Ilana Tan adalah sosok yang sangat terkenal karena ia telah menulis novel empat musim, yaitu musim panas (Summer in Seoul; 2006), musim gugur (Autumn in Paris; 2007), musim dingin (Winter in Tokyo; 2008) dan musim semi (Spring in London; 2007). Keempat novel tersebut diceritakan dengan latar tempat yang berbeda-beda yaitu kota-kota besar di dunia seperti Seoul (Korea Selatan), Paris (Perancis),Tokyo (Jepang), dan London Inggris. Novel Ilana Tan memiliki keunikan tersendiri, yaitu tokoh-tokoh dari novel yang satu dengan novel yang lainnya saling berkaitan. Selain itu, di setiap akhir ceritanya terdapat kejutan dengan fakta-fakta tidak terduga dibalik cerita tersebut. Isi (sinopsis) Semua berawal ketika Ishida Keiko tinggal di sebuah apartemen kecil di pinggiran Tokyo, ia mendadak kedatangan tetangga barunya yang bernama Nishimura Kazuto. Kazuto kembali ke Tokyo setelah 10 tahun lamanya tinggal di Amerika dan tidak pernah pulang ke Jepang. Alasan kepulangannya adalah untuk melupakan Yuri, seorang perempuan yang dicintainya dan akan menikah dengan sahabatnya sendiri. Seiring berjalannya waktu, Keiko semakin dekat hubungannya dengan Kazuto. Meskipun kesan pertama Keiko setelah melihat Kazuto Nishimura adalah seorang pria yang cukup berantakan, namun kebaikan hati Kazuto mampu menyentuh hati Keiko dalam jangka waktu pendek, karena Kazuto merupakan seorang pria yang perhatian, baik hati, menyenangkan dan bisa diandalkan. Apartemen mereka yang berhadapan, semakin mempererat hubungan keduanya.



Mereka berdua tidak menyadari situasi ketika benih cinta mereka mulai muncul dan tumbuh di dalam hati masing-masing. Di sisi lain, Keiko sejak kecil masih terpikirkan oleh cinta pertamanya. Ia mengingat seorang anak laki-laki bertopi biru yang menolongnya saat masih kecil untuk mencarikan kalung di hari bersalju, sehingga ia belum mampu untuk membuka hati ke pria lain walaupun Kazuto sedekat itu dengannya. Cinta pertamanya Keiko, Kitano Akira, mencoba memungkiri perasaannya.. Kazuto di pihak lain, lebih ekspresif, mengingat pekerjaannya sebagai ​street photografer,​ ia lebih cepat menyadari perasaannya terhadap Keiko. Fokus kameranya selalu mengarah terhadap Keiko. Mengejar sosok Keiko, dan frustasi karena Keiko tidak pernah bisa melihatnya. Suatu hari tiba ketika Keiko bertemu dengan cinta pertamanya. Ternyata cinta pertama Keiko sewaktu kecil dulu adalah sahabat Kazuto sejak kecil yang bernama Kitano Akira. Keiko yang masih berbunga-bunga bertemu dengan cinta pertamanya harus menghadapi kenyataan pahit yang lain. Sesuatu yang berharga yang telah lama di sampingnya seakan menghilang tak berbekas, karena sebuah kecelakaan tak terduga terjadi yang menyebabkan Kazuto Nishimura kehilangan ingatannya. Kemudian, Kazuto kehilangan ingatan terbaiknya mengenai apa yang sudah terjadi selama 1 bulan karena kecelakaan tersebut. Hal itu termasuk seseorang yang sudah menjadi bagian dari hidupnya, atau kejadian saat malam natal, ucapannya di stasiun, janjinya akan hari ​valentine​. Ia masih mengingat hingga hari sebelum kepulangannya ke Tokyo saat ia masih di Amerika. Disaat dia tidak bisa mengingat apapun, Yuri bagian dari masa lalu itu pun datang menghampirinya. Kedatangan Yuri membuat Kazuto semakin jauh dari orang yang harusnya dia sayangi. Tetapi takdir itu dibuktikan tetap ada ketika Kazuto telah kehilangan ingatan, seharusnya tidak mengingat apa-apa namun selalu berdebar setiap kali melihat Keiko, seorang wanita yang tidak bisa dia ingat. Saat itu pun Keiko menyadari bagaimana perasaannya terhadap Kazuto. Keiko merasa begitu kehilangan meskipun ia sedang bersama dengan Akira dan sangat sakit hati ketika Yuri datang ke Jepang. Meskipun Kazuto melupakan kenangannya bersama Keiko, Kazuto tetap jatuh hati terhadap sosok wanita yang sama yaitu Keiko. Ia sekali lagi jatuh cinta pada Keiko. Namun, Kazuto tidak bisa melakukan apapun ketika hubungan Keiko dengan Kitano Akira semakin dekat. Sampai akhirnya Ishida Keiko benar-benar menyadari cintanya pada Nishimura Kazuto. Hal yang sama pun terjadi dengan Nishimura Kazuto. Kazuto yang sudah pulih dengan ingatannya, masih mencintai Ishida Keiko sebagai orang yang sudah menjadi bagian terpenting dalam hidupnya. Unsur intrinsik 1. Tema Novel ini mengandung tema mengenai percintaan. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan kalimat-kalimat seperti “Aku tahu tentang dia karena dulu dia pernah membantuku dan aku terpesona” yang terdapat pada halaman ke-80: bab ke-6, “Terlebih lagi ketika ia baru saja akan mengungkapkan perasaannya kepada Keiko.” yang terdapat pada halaman ke-252 pada bab ke-20 dan kalimat seperti Kazuto menarik napas dan berkata dengan nada rendah namun mantap, “Aku menyukaimu, Ishida Keiko.” Lalu ia menggeleng pelan. Matanya masih terpukau pada mata Keiko.



“Tidak. Kurasa yang benar adalah aku mencintaimu.” yang terdapat pada halaman ke-299: bab ke-23. 2. Tokoh/penokohan a. Ishida Keiko: -Sabar seperti dalam kalimat pada halaman ke-219: bab ke-17. Keiko menghentikan dirinya sebelum pikirannya melantur ke mana-mana. Ia memalingkan wajah, menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan pelan. -Suka berbagi (baik hati) seperti dalam kalimat pada halaman ke-118: bab ke-9. “Ya, aku membuat banyak biskuit,” kata Keiko polos. “Aku juga akan memberikannya kepada Haruka Oneesan, Tomoyuki-kun, Kakek dan Nenek Osawa dan rekan-rekan kerjaku di perpustakaan.” -Pencemburu seperti dalam kalimat pada halaman ke-264: bab ke-21. Keiko mengangguk pendek sambil terus melangkah. Benar, ia tidak punya alasan untuk cemburu. Sama sekali tidak berhak cemburu. Tetapi, astaga, kenapa hatinya masih terasa sakit walaupun ia sudah tahu sejak dulu kalau semua ini akan terjadi? -Cerewet seperti dalam kalimat pada halaman ke-81: bab ke-6. Keiko mengguncang-guncang bahu Kazuto. “Jadi menurutmu aku gemuk?” pekiknya. “Ayo, bicara yang jelas!” -Mudah cemas seperti dalam kalimat pada halaman ke-107: bab ke-8. Awalnya ia merasa jengkel karena Kazuto pergi tanpa berkata apa-apa. Kemudian kejengkelannya berubah menjadi kecemasan. b. Nishimura Kazuto: -Romantis seperti apa yang dia lakukan ketika sedang bersama Keiko di arena seluncur es yang terdapat dalam kalimat pada halaman ke-130 dan 131: bab ke-10. Kazuto meluncur berputar ke hadapan Keiko. “Baiklah, kau bisa meluncur. Tapi apakah kau bisa berdansa di atas es?” Keiko tertawa. “Berdansa di atas es?” tanyanya, lalu menggeleng-geleng. “Aku belum pernah mencobanya.” “Bagaimana kalau kita mencobanya sekarang?” tantang Kazuto. “Kau bisa berdansa ​waltz?​ ” “Kau sungguh mau kita berdansa ​waltz​ di sini? Di depan orang-orang ini?” jawab Keiko sambil tertawa pelan. “Nah, pegang tanganku. Posisi ​waltz​.” kata Kazuto ringan, lalu mengulurkan tangannya. Kazuto mulai meluncur dan Keiko mengikuti gerakannya dengan mulus. Mereka mengelilingi lapangan sambil berputar-putar. Kadang-kadang Kazuto melepaskan pinggang Keiko dan memutarnya, lalu kembali menarik Keiko ke



arahnya. -Sopan seperti dalam kalimat pada halaman ke-20: bab ke-1 dan halaman ke-27: bab ke-2. Kazuto membungkuk dan menyambut uluran tangan kakak-beradik Sato. “Mohon bantuannya.” “Tidak apa-apa. Maafkan kami karena sudah mengganggu,” kata Kazuto cepat sambil membungkuk. -Mudah bergaul dan ceria seperti dalam kalimat pada halaman ke-29: bab ke-2. Kazuto menggerak-gerakkan bahunya sejenak, lalu tersenyum lebar. “Kurasa tidak apa-apa,” sahutnya ceria, “aku tidak akan lumpuh walaupun tadi kau menghajarku keras sekali dengan tasmu yang berat itu. Apa isinya? Batu?” -Baik seperti apa yang diucapkan dalam kalimat pada halaman ke-132: bab ke-10. “Bagaimana kalau kuantar ke stasiun aja? Aku bisa mengembalikan mobil ini kepada temanku setelah mengantarmu,” Kazuto menawarkan. Keiko tersenyum lebar. “Terima kasih. Kau memang teman paling baik sedunia.” -Peka seperti dalam kalimat pada halaman ke-57: bab ke-4. Kazuto menerima payung lipat yang disodorkan dan mengerutkan kening. “Sepertinya flumu lebih parah daripada yang kukira.” -Sabar seperti dalam kalimat pada halaman ke-55: bab ke-4. Jadi Kazuto hanya perlu menunggu dengan sabar. c. Haruka: -Cerewet seperti dalam kalimat pada halaman ke-37: bab ke-3. Haruka memiringkan kepala. “Aku jadi berpikir-pikir. Memangnya kamu masih bisa mengenalinya? Bagaimanapun juga sudah tiga belas tahun. Wajah orang bisa berubah, kau tahu? Bagaimana kalau kalian berpapasan di jalan dan kau tidak mengenalinya?” -Lucu seperti dalam kalimat pada halaman ke-66: bab ke-5. Haruka kembali memukul adiknya. “Sebaiknya kau pergi kuliah sekarang. Heran, kau ini laki-laki tapi tapi suka sekali bergosip.” -Peka dan baik hati seperti dalam kalimat pada halaman ke-163: bab ke-13. Haruka mendesah. “Sebaiknya kau tidak mengatakan apa-apa pada Keiko. Walaupun dia tidak menunjukkannya, aku tahu sekarang dia sedang khawatir karena Kazuto-san belum menghubunginya. Kalau kau tidak yakin orang yang kau lihat tadi itu Kazuto-san, sebaiknya jangan membuat Keiko berharap terlalu banyak.”



d. Yuri: -Labil seperti apa yang diucapkan dalam kalimat pada halaman ke-193: bab ke-15. “Orang yang selalu bisa membuatku bahagia bukan Jason,” Yuri melanjutkan. “Tapi Nishimura Kazuto.” “Aku baru sadar setelah kau pergi,” Yuri melanjutkan. -Pengertian dan rendah hati seperti dalam kalimat pada halaman ke-255: bab ke-20. Yuri membungkukkan badan sedikit, lalu berkata kepada Kazuto, “Kazu, kau tidak perlu mengantarkanku pulang. Aku bisa sendiri.” -Menyesal atas perbuatannya yang salah, terdapat dalam kalimat pada halaman ke-257: bab ke-20. “Seharusnya aku tidak melakukannya,” kata Yuri sambil tersenyum kecil, “tapi sudah kulakukan dan aku meminta maaf.” Ia menatap Kazuto. “Aku mengambil itu dari apartemenmu.” e. Takemiya Shinzo: -Peka dan rendah hati seperti dalam kalimat pada halaman ke-126: bab ke-10. Takemiya Shinzo tertawa. “Kau tidak mau mengenalkannya padaku?” tanyanya dengan alis terangkat. “Setelah apa yang kulakukan untuk membantumu? Tadinya aku heran kenapa kau tiba-tiba ingin meminjam mobilku. Tapi sekarang aku bisa mengerti.” -Sabar seperti saat ia menunggu Kazuto untuk sadar ketika berada di rumah sakit yang terdapat dalam kalimat pada halaman ke-149: bab ke-12. Takemiya Shinzo berdiri diam menatap keponakannya yang terbaring tak sadarkan diri di ranjang rumah sakit. Kazuto sudah berbaring seperti itu selama seminggu, tidak bergerak dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan segera sadar. f. Tomoyuki: -Lucu dan ceria seperti dalam kalimat pada halaman ke-98: bab ke-7. “Ya, ya, ya. Tapi hati-hati dengan tiang lampu di depanmu,” kata Kazuto. Tomoyuki berhenti tepat pada waktunya sebelum hidungnya yang mancung menabrak tiang lampu. Ia menoleh ke arah Kazuto dan tertawa. “Aku melihatnya kok.” -Pengertian dengan memberikan saran kepada Kazuto seperti dalam kalimat pada halaman ke-87: bab ke-6. “Oniisan seharusnya bertanya langsung,” kata Tomoyuki memberi saran.



“Zaman sekarang ini semuanya harus serba langsung. ​To the point​. Benar tidak, Kakek? Oniisan harus bergerak cepat sebelum direbut orang lain. Lagi pula cewek juga tidak berbasa-basi kalau mau menolak kita.” g. Kitano Akira: -Pintar sebab ia adalah seorang dokter, terbukti dalam kalimat pada halaman ke-72: bab ke-5. Keiko mengangguk. Ia mengamati dokter yang sedang membereskan peralatannya itu. Ia harus bertanya. Ia harus memastikan. “Sensei… Nama Sensei… Kitano Akira?” Si dokter menoleh dan mengangguk. -Rendah hati dan suka menolong orang lain seperti dalam kalimat pada halaman ke-245: bab ke-20. Akira mengangkat wajah menatap Kazuto. “Aku juga sudah memberikan keterangan kepada polisi,” katanya mantap. “Aku memang tidak punya bukti nyata, tetapi setidaknya keteranganku sedikit-banyak bisa membantu mereka. Bagaimanapun juga, mereka sudah lebih dulu mencurigai sepupuku itu.” h. Hirayama Jun(sepupu Akira sekaligus anaknya Hirayama Takeshi, dapat dibuktikan dalam kalimat pada halaman ke-239: bab ke-19. “Akira mengerutkan kening. Hirayama Jun, sepupu yang lebih tua daripada Akira, memang terkenal selalu terlibat masalah. Ayah Jun, Hirayama Takeshi, adalah kakak ibu Akira dan ia sudah berusaha keras mengendalikan putra satu-satunya itu, tetapi sepertinya usahanya selalu menemui jalan buntu.): -Pendendam seperti dalam kalimat pada halaman ke-244: bab ke-19. Sekarang ini, ia tidak mau memikirkan masalah bagaimana polisi bisa mencurigai dirinya. Yang paling penting saat ini adalah memastikan orang yang hilang ingatan itu akan tetap hilang ingatan selamanya. -Jahat dan tidak mau mematuhi orang tua seperti dalam kalimat pada halaman ke-241: bab ke-19. Hirayama Takeshi berputar menghadap putranya. “Sebaiknya kau punya alasan yang bagus untuk ini,” kata Hirayama Takeshi dengan nada rendah dan marah. “Jelaskan padaku kenapa polisi menghubungimu? Kenapa mereka menuduhmu terlibat dalam penyerangan terhadap seorang pria?” Hirayama Jun meringis. “Ayah sudah tahu?” katanya dengan nada tidak peduli. “Aku hanya memberinya sedikit pelajaran. Itu masalah pribadi. Dan aku hanya membereskannya. Ayah tidak perlu ikut campur.” -Licik seperti dalam kalimat pada halaman ke-244: bab ke-19.



Kening Jun berkerut. Kalau dipikir-pikir, kenapa polisi bisa sampai curiga padanya? Ia yakin tidak ada saksi mata saat itu. Hanya ada anak-anak buahnya dan ia yakin mereka tidak akan buka mulut. Siapa yang melaporkannya? 3. Alur Novel ini memiliki alur campuran. Alur campuran adalah alur yg memiliki campuran alur maju dan mundur. Ketika cerita sedang berkembang maju, beberapa kali ditampilkan beberapa potongan ​flashback yang menjelaskan latar belakang cerita. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan kalimat-kalimat seperti “Memang kejadian itu sudah tiga belas tahun yang lalu.” dan Kata Keiko sambil mengangkat bahu “Tentu saja ​Sensei sudah tidak ingat. Sewaktu kita bertemu, ​Sensei sudah SMP dan ​Sensei datang ke sekolahku untuk menemui salah satu guru, kurasa” yang terdapat pada halaman ke-73: bab ke-5. 4. Sudut pandang Novel ini menggunakan sudut pandang orang ketiga (serba tahu). Sudut pandang ini menceritakan melalui sudut pandang “dia”, tetapi pengarang atau narator mengetahui segala hal yang berhubungan dengan tokoh “dia”. Hal tersebut terbukti dalam kalimat seperti “Seharusnya ia tahu. Seharusnya ia sadar.” yang terdapat pada halaman ke-256: bab ke-20. 5. Metode penokohan novel Dalam novel ini, penulis menggunakan metode dramatik. Ia menggambarkan tokoh-tokoh secara tidak langsung. Artinya, tokoh-tokoh tidak memiliki deskripsi yang jelas dan tingkah lakunya pun terlihat dari percakapannya. Selain itu, penulis juga memperlihatkan karakter-karakternya melalui peristiwa-peristiwa yang terjadi. Teknik penokohan ini terlihat lebih efektif dibandingkan metode analitik karena teknik yang digunakan dalam novel ini terlihat lebih realistik dan memiliki kesempatan yang besar bagi tokoh untuk mengubah karakternya akibat pengaruh lingkungan, teman, dsb. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kalimat seperti “Menurutmu ini lucu?” tanya Keiko dengan alis terangkat. “Kau tadi membuatku ketakutan. Kukira kau perampok. Atau penguntit. Atau… semacam itu.” yang terdapat pada halaman ke-27: bab ke-2 dan “Mencari suasana baru,” jawab Kazuto singkat, tanpa berusaha menjelaskan. Kalimat tersebut terdapat pada halaman ke-46: bab ke-3. 6. Latar/setting ● Tempat : a. Perpustakaan umum di shinjuku, terdapat dalam kalimat “Ia bekerja di sebuah perpustakaan umum di Shinjuku dan ia sangat menyukai pekerjaannya.” yang terdapat pada halaman ke-10: bab ke-1. b. Kafe di jalan omotesando harajuku, terdapat dalam kalimat “Kazuto memegang salah satu foto Keiko yang diambilnya ketika ia melihat gadis itu duduk sendirian di salah satu kafe di Omotesando.” terdapat pada halaman ke-93: bab ke-7.



c. Apartemen, terdapat dalam kalimat “Beberapa menit kemudian mereka tiba di depan gedung apartemen mereka. Sebenarnya bangunan yang disebut-sebut sebagai gedung apartemen itu tidak benar-benar mirip gedung apartemen dalam bayangan kebanyakan orang. Gedung itu hanya bangunan tua tingkat dua berukuran kecil. Setiap lantainya memiliki dua apartemen yang berhadapan. Tidak ada lift, hanya ada tangga yang tidak terlalu lebar.” yang terdapat pada halaman ke-11: bab ke-1. d. Gedung pertunjukan balet lake swan, terdapat dalam kalimat “Spanduk besar bergambar sepasang penari balet tergantung di bagian depan gedung, disertai tulisan PERTUNJUKAN BALET SWAN LAKE.” yang terdapat pada halaman ke-124: bab ke-10. e. Restaurant paman kazuto, terdapat dalam kalimat “Sebenarnya pemilik restoran ini adalah pamannya, Takemiya Shinzo, karena itu Kazuto boleh menggunakan hak istimewanya setiap kali ia makan disana.” yang terdapat pada halaman ke-120: bab ke-9. f. Tempat ​ice skating, t​ erdapat dalam kalimat “Arena seluncur es itu masih ramai oleh pengunjung yang ingin merayakan malam Natal bersama pasangan dan keluarga.” yang terdapat pada halaman ke-130: bab ke-10. g. Stasiun kereta api, terdapat dalam kalimat “Terima kasih karena sudah mengantarku,” kata Keiko kepada Kazuto ketika mereka tiba di stasiun. “Keretaku akan datang sebentar lagi. Kau tidak perlu menungguku.” yang terdapat pada halaman ke-134: bab ke-11. h. Rumah sakit, terdapat dalam kalimat “Ini juga sedang ke rumah sakit,” Keiko menggerutu pada ponsel yang dipegangnya. Terdapat pada halaman ke-68: bab ke-5. ● Waktu : awal bulan Desember hingga bulan Februari. Hal tersebut dapat dibuktikan dari kalimat “Musim dingin sudah tiba dan menyelimuti kota Tokyo.” yang terdapat pada halaman ke-9: bab ke-1. Dan “Kenapa Kazuto-san harus mengadakan pamerannya bertepatan dengan Hari Valentine?” desah Haruka ketika ia dan Keiko sedang berdiri di tepi jalan, menunggu lampu lalu lintas berubah warna. Kalimat tersebut terdapat pada halaman ke-293 bab ke-23. ● Suasana : a. Tegang, dapat dirasakan ketika Kazuto sempat menghindar dari beberapa tinju yang melayang ke arahnya dan sempat meninju rahang beberapa orang pria. “Kazuto memang sempat meninjunya dan sekarang ia ingin membalas dendam?” halaman ke-142: bab ke-11. b. Gembira, ketika



Keiko berkata, “Aku memang gembira.” pada halaman ke-88: bab ke-5. c. Romantis, terdapat dalam kalimat pada halaman ke-305: bab ke-23. “Bukankah kau pernah memintaku mengajakmu ke restoran favoritmu itu lagi pada Hari Valentine?” d. Khawatir, dapat dirasakan ketika Kazuto telah mengalami kecelakaan dan tidak memberikan kabar kepada teman-temannya yang tinggal bersama dengan Keiko di apartemen. Hal tersebut dapat dibuktikan pada halaman ke-180: bab ke-14. “Dan dia sudah membuatku-dan kami semua-khawatir karena menghilang tanpa kabar sejak Hari Natal.” e. Ketakutan, terdapat dalam kalimat pada halaman ke-147: bab ke-12. Keiko menelan ludah, dan berkata dengan suara lirih, “​Oneesan,​ aku takut sesuatu yang buruk terjadi padanya." f. Kaget, terdapat dalam kalimat pada halaman ke-198: bab ke-16. Keiko terkesiap kaget dan berputar dengan cepat. “Maaf, aku tidak bermaksud mengejutkanmu,” kata Kazuto yang baru keluar dari apartemennya dam berdiri di ambang pintu. g. Cemburu, terdapat dalam kalimat pada halaman ke-194: bab ke-15. “Napas Keiko tertahan di tenggorokan. Matanya terpaku pada Kazuto yang memeluk Iwamoto Yuri erat-erat dan membelai kepalanya.” 7. Bahasa Kata-kata yang digunakan dalam novel cukup baku dan bahasa yang digunakan dalam novel ini adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Bahasa Jepang. Gaya bahasa Ilana Tan dalam novel ini mirip novel terjemahan karena meskipun ada beberapa kosa kata berbahasa Jepang, tetapi terjemahan Bahasa Indonesia dari kata tersebut tetap tertera di bagian bawah halaman novel. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan kalimat seperti “​Oneesan mau membacanya?”, tanyanya pada Haruka yang terdapat dalam halaman ke-10: bab ke-1. Kata ​Oneesan tersebut memiliki arti sebagai panggilan untuk wanita yang lebih tua, kakak. Selain itu, di halaman ke-22: bab ke-2 juga terdapat kalimat seperti “Sejak kecil ia selalu memanggil orang tuanya dengan Papa dan Mama, bukan ​Otousan⁴​ dan ​Oksaasan​⁵. Kata Otousan yang berarti ayah dan Okaasan ​yang berarti ibu. Kalimat yang menggunakan kata yang berbahasa Inggris adalah seperti “ Setelah melepaskan ​earphone dan memasukkannya ke saku, Kazuto kembali mencari objek yang bagus untuk dipotret.” pada halaman ke-170: bab ke-14. 8. Amanat Pengorbanan dan perjuangan cinta yang tak akan sia-sia nunggu. Hal tersebut dapat dibuktikan dari kalimat "Kau hebat sekali. Masih tetap menunggu cinta pertamamu walaupun sudah belasan tahun." yang terdapat dalam halaman ke-37: bab ke-3. Amanat atau pesan moral yang dapat kita ambil dari novel "Winter in Tokyo" ialah Dan selalu ingatlah bahwa jodoh pasti bertemu. Kalau memang sudah jodoh dari Tuhan kita tidak akan bisa menolaknya



atau menghindarinya. Pada novel ini menceritakan ketidakbisaan Keiko dalam melupakan cinta pertamanya yang ia pikir Kitano Akira dan ternyata itu salah yang sebenarnya cinta pertamanya adalah Nishimura Kazuto. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kalimat Kazuto menatap Keiko sekilas sebelum kembali menatap jalanan di depan. Ia tersenyum. “Karena akulah anak itu.” yang terdapat pada halaman ke-307: bab ke-23. Unsur Ekstrinsik a. Latar belakang Masyarakat Novel yang berjudul “Winter In Tokyo” ini berlatarkan kota Tokyo yang sedang masa musim dingin dengan mengisahkan percintaan seorang gadis bernama Ishida Keiko yang memiliki darah Indonesia dari kakek pihak ibunya. Latar belakang Keiko dapat terlihat pada kalimat dalam halaman ke-10: bab ke-1. Sejak kecil ia memang sangat gemar membaca buku dan impiannya adalah bekerja di perpustakaan, tempat ia bisa membaca buku sepuas hatinya, tanpa gangguan, dan tanpa perlu mengeluarkan uang. Sedangkan, teman tetangga di apartemennya yang bernama Haruka berumur 28 tahun-tiga tahun lebih tua daripada Keiko-dan bekerja sebagai penata rambut di Harajuku, tidak suka membaca buku. Sedangkan adik laki-lakinya Haruka yang bernama Tomoyuki sedang kuliah jurusan hukum dan ingin menjadi pengacara. Kalimat tersebut terdapat pada halaman ke-11: bab ke-1. b. Latar belakang Pengarang Latar belakang penulis sangatlah berpengaruh terhadap isi yang dituliskan dalam karya novel-novelnya. Apabila penulis berasal dari keluarga yang kekurangan maka novel yang ia tulis tidak akan jauh berbeda dari kisah-kisah yang dapat menyentuh hati setiap pembaca. Ilana Tan sendiri dikenal sebagai penulis yang misterius, karena dia tidak menginginkan untuk memberitahu mengenai identitasnya di sosial media. Sifatnya jika dikaitkan dalam novel ini adalah seperti Kazuto. Kazuto adalah salah satu tokoh dalam novel yang misterius juga sebab pamannya pun tidak tahu keberadaanya ketika ia menetap di Tokyo. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam halaman ke-157: bab ke-13. Takemiya Shinzo mengangkat bahu. “Jangan bertanya padaku. Kau sama sekali tidak pernah memberitahuku di mana kau tinggal, jadi aku tidak tahu apa-apa.” Nilai-nilai yang terkandung dalam novel 1. Nilai Sosial: Dari novel ini, kita dapat belajar untuk menghargai satu sama lain. Hal tersebut terbukti dari kalimat pada halaman ke-192: bab ke-15. “Aku sangat senang kau menemaniku pada saat-saat seperti ini. Kau tahu benar aku sangat menghargaimu.” 2. Nilai Budaya: Kita dapat mengetahui beberapa kebudayaan di Jepang yang tidak terdapat di Indonesia. Hal tersebut dapat dibuktikan pada halaman ke-191: bab ke-15. “Awalnya kukira di apartemen ini hanya ada ​futon¹​ ³, ternyata ada tempat tidur modern. Juga ada mesin pemanas air.” Futon​ dalam kalimat tersebut berarti tempat tidur gaya Jepang. 3. Nilai Moral: Kita dapat membantu orang lain yang sedang dalam kesulitan. Hal tersebut dapat dibuktikan pada halaman ke-191: bab ke-15. “Orang-orang yang tinggal di gedung ini mungkin bisa membantuku



mengingat sesuatu.” Evaluasi 1. Keunggulan buku: Novel ini memiliki sampul yang cukup menarik perhatian orang-orang, lalu alur ceritanya juga tidak terlalu rumit dan tidak membosankan. Akhir dari cerita novel ini memiliki cerita ​happy ending sehingga para pembaca juga akan senang membacanya. Dialog antartokoh yang terdapat di dalam novel begitu rinci sehingga mudah dipahami pembaca dari gaya berbicara tokoh, bahasa baku yang digunakan, tempat-tempat yang dikunjungi tokoh, semua rasanya sudah dipertimbangkan dari awal hingga cerita itu benar-benar logis walaupun terdapat beberapa adegan yang menyedihkan di tengah cerita. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam kalimat pada halaman ke-182: bab ke-14. Keiko mengangguk pelan. “Ishida Keiko,” sahutnya dengan suara agak bergetar. Kazuto bahkan tidak ingat namanya. Kenyataan itu membuatnya agak sakit hati. “Kuharap kau memaklumi keadaanku,” kata Kazuto sambil mengulurkan tangan. “Senang berkenalan denganmu… sekali lagi. Dan kurasa aku membutuhkan bantuanmu.” 2. Kekurangan buku: Novel Ilana Tan sangat sulit dicari kesalahannya. Novel ini hanya punya kekurangan jika tidak dipahami dan dibaca hingga selesai karena alur dalam novel terkesan memainkan imajinasi pembaca dan seringkali mengulang peristiwa yang sebelumnya terjadi seperti dalam kalimat pada halaman ke-186: bab ke-15. “Sebenarnya Keiko sudah menceritakan tentang keadaan Kazuto semalam, ketika ia kembali dari acara reuni dalam keadaan bingung dan gelisah. Lalu pagi ini mereka kembali diperkenalkan kepada Kazuto dan Iwamoto Yuri.” Mungkin bagi beberapa pembaca, novel Ilana Tan terlalu tebal sehingga membuat orang malas membacanya. Padahal, semua hal yang dikembangkan Ilana Tan dalam cerita novel sangat mencerminkan kehidupan manusia khususnya mengenai cinta. Selain itu, bahasa yang digunakan bercampur aduk, sehingga banyak orang hanya terpaku pada bahasa Indonesianya. Rangkuman Menurut saya sebagai pengulas, keseluruhan cerita dalam novel “Winter In Tokyo” sangatlah bagus dan sangat direkomendasikan bagi semua kolektor novel terutama yang memiliki tema ​romance dan memiliki ​Happy Ending.​ Dari awal cerita, kita harus berimajinasi atau membayangkan semua konflik dalam novel. Menurut sudut pandang saya, terdapat banyak kejutan dalam cerita tersebut. Bahkan di akhir ceritanya, saya terkejut bahwa sebenarnya cinta pertama itu tidak jauh dari kita. Winter in Tokyo merupakan novel yang menghanyutkan dan membuat saya merasa seolah-olah berada di dalamnya. Adegan dimana Kazuto kehilangan ingatan membuat saya meneteskan air mata, bahkan ketika Keiko sudah mulai mencintainya seperti kalimat pada halaman ke-206: bab ke-16. Merasa kalah, Keiko menghembuskan napas berat. Apa yang bisa dilakukannya sekarang? Kesadaran yang tiba-tiba menerjangnya membuat air matanya jatuh lagi dan ia buru-buru menghapuskannya. Tetapi kali ini air matanya tidak mau berhenti. Kesadaran itu menggerogoti hatinya yang terasa begitu nyeri.



Kesadaran bahwa ia sudah terlambat. Kesadaran bahwa ia akan kehilangan Kazuto. Ia akan kehilangan Kazuto bahkan sebelum menyatakan perasaannya. Astaga, kenapa ia terlambat menyadari bahwa ia menyukai Nishimura Kazuto? Setelah saya membaca novel ini, saya dapat menyimpulkan bahwa novel Winter In Tokyo adalah satu di antara sekian banyak novel populer yang memiliki kesan emosional tersendiri, bahagia, sedih, bercampur menjadi satu dan kosa kata baru berbahasa Jepang menambah pengetahuan saya menjadi lebih luas. Penutup Novel ini merupakan bacaan yang sungguh menarik bagi yang suka membaca novel, khususnya remaja pada saat ini yang menyukai aliran romantis. Melalui novel ini, banyak hal yang dapat dipelajari untuk kehidupan sehari-hari. Dapat terlihat bahwa nilai kesetiaan juga dihadapkan terhadap berbagai macam pilihan, bagaimana awal mula cinta itu muncul, saling mendukung, tidak meninggalkan, dan perbedaan watak para tokoh satu sama lain. Terdapat tokoh yang jahat, egois, dan ada yang lemah lembut. Oleh karena itu, novel ini terasa sungguh realistis sehingga sangat direkomendasikan untuk dibaca khususnya bagi orang-orang yang sering dilema akan cinta, novel ini akan mengajarkan cara menyikapi itu semua.