Review Artikel Dan Jurnal Macam Benang [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

REVIEW ARTIKEL DAN JURNAL “Macam Benang Jahit dan Penggunaannya dalam ilmu Bedah”



Oleh : DEWI ANGGRAENI NIM. 061923143110 Poli 5 / Kel. 4 PPDH XXXIV



FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2020



REVIEW ARTIKEL DAN JURNAL ”Macam Benang Jahit dan Penggunaannya dalam Ilmu Bedah”



PENDAHULUAN Jahitan menjadi bagian yang efektif dan penting dari operasi dan manajemen trauma. Tujuan utama dari jahitan adalah untuk menyatukan jaringan untuk mempercepat proses penyembuhan dengan pembentukan bekas luka minimal atau bahkan tidak ada setelah cedera atau prosedur pembedahan. Berbagai bahan seperti kawat emas, perak, besi dan baja, usus hewan yang dikeringkan, bulu hewan (misalnya, rambut kuda), sutra, kulit pohon, dan serat tumbuhan (misalnya, linen, kapas) digunakan sebagai bahan jahitan di masa lalu, sementara beberapa di antaranya masih digunakan sampai sekarang. Benang jahitan mulai digunakan untuk menutup luka 3.500 tahun sebelum Masehi di Mesir dan sampai hari ini tindakan menjahit masih menjadi metode yang paling umum untuk perbaikan tepi luka bedah. Pemilihan bahan jahitan harus didasarkan pada sifat biologi jaringan, sifat fisik dan biologi benang dan kondisi luka yang akan ditutup. Benang jahit, memiliki peran penting di antara semua perangkat penutupan luka lainnya. Acharya Sushruta dianggap sebagai pelopor operasi India kuno telah menjelaskan berbagai prosedur bedah termasuk teknik penjahitan, dia menyarankan penggunaan bulu kuda, kapas dan kulit untuk menutup luka . Sejarah mengatakan bahwa beberapa menggunakan semut dan kumbang sebagai agen penutup luka. Orang Mesir menggunakan jahitan linen bersama dengan perekat alami untuk mencapai penyembuhan yang tepat. Kemudian jahitan yang terbuat dari sutra dan catgut banyak digunakan. Hippocrates the Father of Medicine mengembangkan jahitan nabati yang berasal dari bahan alami, juga dilaporkan bahwa dia menggunakan kabel emas untuk jahitan. Joseph Lister memperkenalkan bahan jahitan, chromic catgut pada tahun 1881. Dia menggunakan asam karbolat untuk mensterilkan jahitan. Jahitan yang terbuat dari sutra memiliki kelemahan seperti tensile strenght yang buruk dan reaksi jaringan yang tidak diinginkan, sehingga pada awal tahun 1970-an jahitan alami diganti dengan jahitan sintetis.



METODE Mencari sumber pada database Pubmed, Embase, Web of Science dan Scopus dengan menggunakan kata kunci sebagai berikut: sutures, sutures materials, absorbable effect suture, non-absorbable effect suture, biocompatible materials. the physical and biological characteristics of absorbable sutures, wires, monofilaments and multifilamentary.



HASIL Benang bedah atau benang operasi ( suture ) adalah materi berbentuk benang yang berfungsi untuk ligasi (Mengikat) pembuluh darah atau aproksimasi (mengikat / menyatukan jaringan). Pemilihan jenis benang yang digunakan dalam penjahitan luka ditentukan oleh tiga hal, yaitu jenis bahannya, kemampuan tubuh untuk menyerapnya, dan susunan filamennya. Perkembangan bahan benang jahit untuk penjahitan luka terus berkembang. Umumnya bahan benang jahit harus memenuhi syarat-syarat ideal seperti : Harus memiliki tensile strength yang tinggi untuk menahan luka dengan baik hingga proses penyembuhan selesai; Diketahui massa penyerapan (absorption rate) yaitu lamanya benang habis diserap tubuh; Diameter benang bedah ukuran terkecil yang paling aman untuk setiap jenis jaringan yang dijahit; Tidak menyebabkan alergi atau menyebabkan inflamasi pada jaringan; Memiliki daya simpul yang baik; Harus memiliki daya kapilaritas yang minimum sehingga bahan material jahitan tidak menyerap banyak cairan jaringan yang sedang meradang di sekitar luka dan menyebabkan infeksi; Mudah disterilisasi; dan Murah. Klasifikasi Benang dalam Penjahitan Luka Bahan material benang secara umum dapat diklasifikasikan menurut jenis material menjadi dua, yaitu absorbable dan non-absorbable. Berdasarkan jumlah benang juga dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu monofilament dan multifilament. Berdasarkan materi atau bahan benang, dapat dibagi menjadi Bahan alami dan Bahan sintetis. Berdasarkan Ukuran Benang, Benang bedah tersedia dalam berbagai ukuran tergantung tensile strength-nya. Meskipun tidak ada jahitan yang sempurna, idealnya jahitan harus memiliki reaktivitas jaringan yang minimal, tensile strength yang tinggi, penyerapan yang dapat diprediksi, ikatan yang kuat, dan dapat diterapkan untuk berbagai macam penggunaan. Benang yang dapat diserap melalui



reaksi enzimatik pada cairan tubuh kini banyak dipakai. Penyerapan benang oleh jaringan dapat berlangsung antara tiga hari sampai tiga bulan tergantung jenis benang dan kondisi jaringan yang dijahit.



Pemilihan bahan jahitan Bahan jahitan dengan kekuatan yang tidak memadai dapat menyebabkan kerusakan luka, sedangkan bahan jahitan dengan diameter terlalu besar menghasilkan simpul yang lebih lemah, menyebabkan ketidakamanan simpul dan juga lebih banyak bahan asing di lokasi pembedahan. Bahan jahitan berdiameter terkecil yang cukup untuk menahan jaringan penyembuhan harus digunakan. Pada kucing, ukuran 1,5–3 metrik pengukur (M) akan sesuai untuk penggunaan yang paling umum. Untuk pekerjaan yang sangat rumit atau area di tensile strength yang lebih tinggi diperlukan, jahitan di luar rentang ukuran ini mungkin diperlukan. Konversi ukuran untuk bahan jahitan ditunjukkan pada Tabel.



Bahan jahitan multifilamen biasanya lebih kuat dari monofilamen dan memiliki keamanan simpul yang lebih baik karena koefisien gesekan yang lebih tinggi. Sebaliknya, material



multifilamen, terutama jika kering, dapat menyebabkan hambatan yang dapat merusak jaringan halus dan secara tidak sengaja tertarik oleh operator sehingga dapat menyebabkan cedera iatrogenik dan jahitan tercabut. Bahan jahitan multifilamen juga memiliki luas permukaan yang lebih besar untuk penetrasi bakteri dan mengandung celah-celah yang dapat menampung bakteri. Karakteristik ini berkurang jika multifilamen atau jahitan jalinan dilapisi. Bahan alami seperti sutra, kapas, ovine intestinal submucosa, atau bovine serosa (catgut) dapat menyebabkan reaksi inflamasi di dalam jaringan dan penyerapannya, melalui fagositosis, dapat bervariasi tergantung tempat insisi luka dan status pasien. Bahan sintetis biasanya merupakan polimer kimia yang diserap oleh hidrolisis, sehingga sering kali memiliki laju penyerapan yang lebih dapat diprediksi



Berdasarkan keberadaannya didalam tubuh, benang dibagi atas dua jenis, yaitu Benang diserap (absorbable sutures) dan Benang tidak diserap (non absorbable sutures).



Absorbable suture material Benang absorbable adalah jenis benang yang dapat dicerna oleh enzim atau dapat dihidrolisis oleh tubuh (menjahit jaringan yang terletak di bagian dalam). Benang absorbable (diserap) merupakan jenis benang yang materialnya dibuat dari jaringan collagen mamalia sehat atau dari sintetik polimer. Material di dalam tubuh akan diserap yang lamanya bervariasi, sehingga tidak ada benda asing yang tertinggal di dalam tubuh. Benang dapat diserap oleh tubuh



bersamaan dengan waktu kesembuhan luka terjadi. Benang jenis absorbable dapat dibagi atas alami dan sintetik.



Benang Absorbable yang Terbuat dari Bahan Alami •



Catgut



terbuat dari kolagen diperoleh dari usus domba/sapi cargille membrane, kangaroo tendon, dan fascia lata. yang. secara alami terdegradasi oleh enzim proteolitik tubuh. Dapat menyebabkan reaksi benda asing yang berfungsi melaksanakan proses absorbs. Penyerapan tidak dapat diprediksi, terjadi lebih cepat pada pasien pengidap kanker, anemia, dan malnutrisi atau bila digunakan dalam operasi lambung, luka yang terinfeksi, atau jaringan yang memiliki vaskularisasi tinggi, juga diserap lebih cepat bila digunakan pada mulut dan selaput lendir lainnya, misalnya vagina. Harus dihindari dalam penjahitan tendon dan fasciae, karena keduanya tingkat penyembuhannya termasuk lambat, catgut dikontraindikasikan pada perdarahan duodenum ulkus jahitan atau perforasi, dan anastomosis pancreaticojejunal anastomosis bilier. Pharmocope pembagian benang menurut US. adalah : 1. Plain cat gut, disebut juga benang type A. Fungsinya untuk menjahit jaringan lunak seperti sub cutan, otot, uterus, dan usus. Benang ini diserap tubuh 3-7 hari. 2. Milk chromic cat gut, disebut juga benang type B. Fungsinya adalah untuk menjahit usus, uterus, dan vesica urineria. Benang ini diserap tubuh lebih lama dari type A yaitu 14 hari. 3. Medium chromic cat gut, disebut juga benang type C. Benang ini diserap tubuh 20 hari. 4. Extra chromic cat gut, disebut juga benang type D. Benang ini diserap tubuh 40 hari. Catgut memiliki masa absorbs yang relative singkat, untuk memperpanjang masa absorbs dan menurunkan reaksi jaringan tubuh dapat dilakukan perendaman dalam larutan asam kromat. Pemakaian catgut terbaik untuk mempertautkan permukaan mukosa saluran pencernaan, organ parenkim (hepar, ginjal) dan kelenjar mammae. Catgut dilarang di Eropa dan Jepang karena kekhawatiran terhadap bovine spongiform encephalopathy (BSE), meskipun syarat organ yang akan digunakan telah bersertifikat bebas BSE. Catgut sebagian besar telah digantikan oleh polimer sintetis yang dapat diserap seperti poliglaktin, poliglikon, dan poliglekapron.



Benang Absorbable yang Terbuat dari Bahan Sintetik •



Polyglicolic acid (dexon) Asam Poliglikolat (Dexon) Benang multifilamen, jalinan sintetis yang dapat diserap dan



dihidrolisis tubuh, di mana monomer dilepaskan asam glikolat larut. telah dibuktikan secara eksperimental bahwa asam poliglikolat hilang kekuatannya setelah 28 hari di jaringan dan 100% diserap dalam waktu 60 hari. Asam poliglikolat (PGA) diklasifikasikan sebagai multifilamen jalinan sintetis, dapat diserap, dilapisi dengan N-laurin dan L- lisin, yang membuat benang sangat halus, lembut, dan aman untuk diikat, juga dilapisi dengan magnesium stearat dan disterilkan dengan gas etilen oksida. Ini secara alami terdegradasi dalam tubuh melalui hidrolisis dan memiliki sekitar 60% kekuatan yang tersisa pada 14 hari penyerapan, dapat diserap antara 60 dan 90 hari. Memiliki keunggulan tensile strength yang tinggi, permukaan halus, penanganan mudah, kemampuan simpul yang sangat baik, dan ikatan simpul yang aman (lebih baik saat basah). Ini biasanya digunakan untuk jahitan subkutan, penutupan intradermal, operasi abdomen dan toraks, geriatrik, pasien anemia dan malnutrisi dapat menyerap jahitan lebih cepat. Penyerapan lebih cepat dalam urin, sehingga tidak dianjurkan untuk operasi saluran kemih. •



Polyglactic acid (vicryl) Polylactin 910 adalah benang jahit yang dapat diserap, terbuat dari asam poliglikolat



(terdiri dari 90% hingga 10% asam glikolat dan laktat). Benang multifilament. Kekuatan jahitannya selama tiga hingga empat minggu di jaringan, mempertahankan 75% kekuatan setelah dua minggu, 50% setelah tiga minggu dan 25% setelah empat minggu dan diserap sepenuhnya oleh hidrolisis dalam 70 hari. Benang jahitan, yang diuntai, memiliki sedikit hambatan jaringan, terutama jika mengering, tetapi memiliki keamanan simpul yang baik dan bagus untuk ligasi. Jahitan dilapisi dengan kopolimer kalsium stearat untuk mengurangi hambatan dan menahan air yang lebih baik.. Digunakan dalam kelinci percobaan, pyeloplasty, terbukti paling cocok dibandingkan dengan benang absorbable alami dan sintetis lainnya. Bahan jahitan berinteraksi dengan sel imunokompeten dan dapat mempengaruhi imunitas inang. Dalam studi eksperimental dibuktikan bahwa faktor larut beberapa jahitan pada fungsi makrofag. ditemukan kapasitas untuk fagositosis, lisozim dan produksi faktor nekrosis tumor secara signifikan lebih dipengaruhi oleh poliglaktin, sebagai perbandingan dengan benang lainnya.







Polydioxanone (PDS) Polydioxanone (PDS) atau poli- p- dioxanone adalah jahitan monofilamen yang dapat



diserap perlahan yang terdiri dari poliester, poli (p-dioxanone). diserap dan dihidrolisis tubuh lebih lama dibandingkan poliglaktin. Termasuk dalam monofilamen dengan kekuatan lebih besar dari nilon monofilamen dan polipropilen, dan dengan hambatan jaringan yang lebih sedikit daripada bahan multifilamen. Ini memiliki retensi kekuatan yang baik, dengan hanya kehilangan 20% selama dua minggu dan kehilangan 60% setelah delapan minggu. Kadang-kadang bisa sulit untuk ditangani karena ingatan dan kecenderungannya untuk menggulung atau 'pig-tail'. Keamanan simpul bisa relatif buruk, dan disarankan tujuh lemparan di akhir garis jahitan kontinu. Penyerapan sempurna terjadi melalui hidrolisis dan membutuhkan waktu sekitar 200 hari. Polydioxanone masih utuh pada hari ke 28 di rongga mulut kucing, dan dianjurkan untuk prosedur yang mengantisipasi waktu penyembuhan yang lebih lama. 3 seperti perbaikan hernia atau prosedur pexy. Meskipun keamanan simpul kurang dari ideal, kekuatan dan tingkat penyerapan yang dapat diprediksi menjadikannya bahan jahitan yang ideal untuk penutupan linea alba dan telah menjadi bahan yang sangat populer untuk penggunaan ini. •



Polytrimethlylene carbonate (maxon)



Termasuk dalam benang monofilamen dengan penyerapan lambat, memiliki daya tahan tinggi. Studi klinis menunjukkan bahwa poliglikonat, digunakan dengan diameter lebih kecil dari asam poliglikolat, kekuatan tinggi dalam mengalami ketegangan pasca operasi, bila digunakan untuk menutup dinding abdomen. Tingkat infeksi secara signifikan lebih rendah (7%) jika dibandingkan dengan asam poliglikolat (16%). Secara mekanis lebih aman daripada poliglekapron dan poliglaktin. •



Poliglecaprone (Monocril)



Monofilamen yang dapat diserap adalah co-polimer epsiloncaprolakton dan glikosida. Memiliki hambatan minimal selama menembus jaringan dan menahan ketegangan dengan tepat. Waktu penyerapan sempurna antara 90 dan 120 hari, dengan reaksi jaringan minimal.







Poliglecaprone 25



adalah bahan jahitan serap monofilamen yang terbuat dari glikolida dan co-polimer kaprolakton epsilon (PGCL). Bahan lentur, dengan hambatan jaringan yang rendah sehingga memberikan bekas pada jaringan yang halus. Keamanan simpul tidak dapat diandalkan, oleh karena itu ujung tidak boleh dipotong terlalu pendek dan ditambahkan jahitan lain jika digunakan jahitan pola menerus. kehilangan kekuatannya relatif cepat, kemampuan kekuatan menahan jaringan berkurang menjadi sekitar 60% dalam seminggu, 20-30% dalam dua minggu dan seluruhnya hilang dalam tiga minggu. Mengalami penyerapan yang handal dengan dihidrolisis dengan sempurna. Poliglecaprone biasanya digunakan untuk penutupan jaringan subkutan dan subdermal. •



Polyglyconates



Bahan jahitan ini adalah polimer glyconates (Monosyn: Braun) atau kombinasi seperti asam glikolat dan trimetilen karbonat (Maxon: USS / DG). Tensile strength dan absorpsi tergantung pada komposisi, dapat digunakan untuk penutupan linea alba; Monosyn memiliki penyerapan yang lebih cepat dan kehilangan 50% tensile strength nya dalam dua minggu sehingga akan lebih cocok untuk penutupan subkutikuler. •



Glycomer 631



Monofilamen ini adalah co-polimer glikolida, dioksanon, dan trimetilen karbonat. sebagai bahan sutur monofilamen terkuat, nomor dua setelah baja. 25% kekuatan hilang pada hari ke-14, dan hanya 40% yang tersisa pada minggu ketiga. Penyerapan penuh membutuhkan waktu 90 hingga 110 hari. Memiliki karakteristik penanganan yang baik dengan tarikan jaringan yang rendah dan keamanan simpul yang sedikit lebih baik daripada polydioxanone, yang merupakan monofilamen yang sebanding meskipun tahan lebih lama. Bahan ini dipromosikan karena cocok untuk penutupan abdomen dan perbaikan jaringan lunak yang membutuhkan bahan yang kuat tetapi dapat diserap. •



Polyglytone 6211



Bahan poliester sintetis yang dapat diserap yang diindikasikan untuk penyangga luka dalam jangka sangat pendek. Kira-kira 50% dari tensile strength awalnya hilang pada hari ke-5, dan hanya 25% yang tersisa pada hari ke-10. Bahan jahitan ini benar-benar diserap pada hari ke-56.



Menariknya, tingkat penyerapan untuk bahan ini adalah yang paling mendekati dengan catgut, dan penanganan bahan jahitannya serupa. Jahitan ini cocok untuk penempatan ligatur, penutupan subkutan, jahitan intradermal dan digunakan di rongga mulut.



Benang jahit jenis absorbable yang paling sering digunakan dalam bidang kedokteran adalah catgut yang dimodifikasi dengan cara perendaman dalam larutan garam asam kromat karena memiliki waktu penyerapan yang lebih lama dan daya reaktivitas jaringan yang lebih rendah bila dibandingkan dengan catgut yang tidak dimodifikasi. Pada umumnya, benang absorbable memiliki waktu 70-90 hari untuk diserap tubuh. Benang absorbable diabsorpsi melalui dua mekanisme, yaitu : 1. Benang diabsorpsi melalui pencernaan oleh enzim jaringan, misalnya vicryl dan dexon. 2. Benang diabsoprsi melalui proses rejeksi immunologis misalnya cat gut. Keuntungan menggunakan benang cat gut dalam operasi adalah diserap tubuh, dapat digunakan untuk jahitan kontinyu karena cepat menutup luka, dan dapat digunakan untuk jahitan terputus kalau bekerja pada daerah terinfeksi, dan merupakan bahan pilihan.



Non Absorbable Suture Material Benang non-absorbable adalah jenis benang yang tidak dapat dicerna oleh enzim maupun dihidrolisis oleh tubuh. Benang jenis non-absorbable dapat pula dibagi atas alami dan sintetik.



Benang non-absorbable yang terbuat dari bahan alami adalah silk, linen, dan cotton. Jenis benang non-absorbable yang terbuat dari bahan sintetik adalah nylon, polypropylene, braided polyester, dan polybutester. Jenis benang nonabsorbable yang paling sering digunakan dalam bidang kedokteran adalah silk dengan ukuran 4-0 dan 3-0. Benang silk terbuat dari pintalan filamen protein alami oleh ulat sutra. Benang silk mudah dipakai dan disimpul serta relatif murah. Namun, benang jenis ini harus segera dibuka pada minggu pertama setelah dipasang karena memiliki potensi untuk menyebabkan inflamasi dan infeksi akibat sifatnya yang mudah mengalami penumpukan akumulasi plak serta dapat menyebabkan bakteri masuk kedalam luka. Benang tidak diserap merupakan benang yang dibuat dari material yang tahan terhadap enzim penyerapan dan tetap berada dalam tubuh atau jaringan tanpa reaksi penolakan selama bertahun–tahun. Kelebihan dari benang tidak diserap adalah dapat memegang jaringan secara permanen sedangkan kekurangannya adalah benang akan menjadi benda asing yang tertinggal didalam tubuh dan kemungkinan akan menjadi fistel. Benang ini tidak diserap tubuh pada saat proses kesembuhan luka terjadi. Benang jenis ini ada dua, yaitu benang berkapiler (kapiler suture) dan tidak berkapiler(non kapiler suture). Kedua benang tersebut dalam praktek biasanya digunakan untuk menjahit kulit dan setelah luka sembuh benangnya diambil. Benang yang berkapiler contohnya adalah benang cotton dan benang sutera. Kedua benang ini biasanya menyerap cairan sehingga kondisi benang akan basah sehingga sedikit mengganggu kesembuhan luka. Sedangkan benang tidak berkapiler contohnya adalah nylon, stainless steel, fiber glass, metal, horse hair, dan polypropilene. Keuntungan menggunakan benang yang tidak diserap (non absorable) adalah pembalutannya terjamin dan tidak akan berubah dalam beberapa hari, reaksi jaringan yang ditimbulkan lebih ringan, simpulnya tidak mudah lepas, dan benang dapat dipotong tepat pada simpulnya sehingga lebih sedikit benang ditinggalkan pada jaringan.



Benang Non Absorbable yang Terbuat dari Bahan Alami •



Silk Sutra memiliki sejarah panjang digunakan sebagai bahan jahitan. Itu diperoleh sebagai



serat yang dipintal dari kepompong ulat sutera, dan tersedia baik dipelintir atau sebagai multifilamen yang dikepang. Sutra memiliki karakteristik penanganan yang sangat baik, dan murah. Ini memiliki berbagai kelemahan, termasuk reaksi jaringan, keamanan simpul marjinal, dan tensile strength yang buruk. Banyak ahli bedah lebih menyukai kain sutra, dan masih sering



digunakan untuk mengikat pembuluh darah besar, meskipun penggunaan klinisnya terbatas. Ini dapat dibasahi dalam larutan garam steril sebelum digunakan untuk meningkatkan keamanan simpul dan mengurangi hambatan jaringan, meskipun ini dapat sedikit menurunkan tensile strength nya. Sutra tidak dianjurkan dalam jeroan berlubang atau pada luka yang terinfeksi, karena dapat meningkatkan potensi infeksi dengan menjebak bakteri dalam jalinannya. Seperti bahan multifilamen lainnya. •



Cotton Benang ini dibuat dari serat katun, efek iritasi jaringan lebih minim, dapat disteril,



toleransi jaringan cukup baik, serat ridak mudah terurai, simpul yang dibuat stabil. Benang tidak dianjurkan untuk kulit karena bersifat kapiler, sulit dimanipulasi dalam keadaan basah karena melekat pada sarung tangan dan apabila terkontaminasi menimbulkan fistula. •



Linen Benang ini jarang digunakan karena terbuat dari serat yang dipilin sehingga mudah



menyebarkan infeksi serta kurang kuat dibanding benang jahit yang lain.



Benang Non Absorbable yang Terbuat dari Bahan Sintesis •



Poliamida Nilon Nilon poliamida adalah sebutan umum untuk keluarga polimer sintetik yang secara



umum dikenal sebagai poliamida. Nilon dapat ditemukan dalam bentuk jalinan dan monofilamen. Sebagai bahan, nilon relatif lembam, dan tidak memiliki aksi kapiler sebagai monofilamen. Hanya sekitar 20% dari kekuatan awal nilon monofilamen yang hilang dalam satu tahun, meskipun dalam beberapa kasus semua tensile strength dalam untaian multifilamen dapat hilang dalam enam bulan. Meskipun nilon monofilamen memiliki reputasi untuk penanganan dan keamanan simpul yang relatif buruk, biasanya digunakan dalam berbagai aplikasi termasuk kulit, kornea, fascia, dan ligatur, misalnya, ligatur pedikel untuk ovariohisterektomi. Karena kekakuannya, tidak dianjurkan di dalam viscera berbentuk saluran, karena ujung potongan menyebabkan iritasi mekanis. Disarankan minimal empat simpulan pada nilon. Bahan yang sama adalah kaprolaktam terpolimerisasi, bahan multifilamen bengkok dan dilapisi dengan tensile strength awal yang unggul dibandingkan dengan nilon. Namun, ia memiliki lebih banyak reaktivitas jaringan daripada nilon. Telah diketahui menyebabkan sinus ketika ditanamkan di



jaringan, jadi paling cocok untuk kulit. Umumnya tidak boleh dianggap steril kecuali diproses dengan etilen oksida atau sterilisasi panas. Autoclaving bisa membuatnya lebih sulit untuk ditangani. Secara umum, kelompok bahan ini paling cocok untuk jahitan kulit. Meskipun secara umum bahan nilon multifilamen mungkin lebih mudah ditangani, bahan nilon monofilamen lebih disukai untuk digunakan di kulit karena lebih kecil kemungkinannya untuk memasukkan bakteri kontaminan luar ke dalam jaringan yang lebih dalam dari dasar luka. •



Polypropylene



adalah bahan jahitan monofilamen sintetis yang banyak digunakan, yang terdiri dari polypropylene terpolimerisasi. Termasuk nonthrombogenic, dan sering digunakan dalam operasi kardiovaskular pada pasien manusia. Polypropylene sangat plastik, artinya bahan akan mengalami bentuk baru saat mengalami ketegangan, yang sangat berkontribusi pada keamanan simpul yang baik jika jahitan dikencangkan dengan benar. Beberapa ahli bedah merasa bahan ini sulit untuk ditangani karena kecenderungannya untuk pecah jika ditangani secara tidak tepat. Polypropylene masih utuh pada hari ke 28 pasca implantasi di rongga mulut kucing 3 dan inspeksi visual menunjukkan polypropylene memiliki reaksi jaringan paling sedikit dari semua bahan jahitan yang diuji. Indikasi klinis untuk penggunaan polypropylen bervariasi dan termasuk pembedahan kardiovaskular dan mikrovaskuler, pembedahan trakeobronkial (misalnya, trakeostomi dan penutupan puntung bronkus setelah lobektomi), hernia dan ruptur (misalnya, perbaikan hernia perineum), genitourinari (misalnya, uretrostomi perineum), penutupan kulit. •



Polyester Bahan jahitan sintetik multifilamen atau monofilamen yang tidak dapat diserap yang



biasanya dilapisi. Bahan jahitan telah dilaporkan memiliki beberapa reaktivitas jaringan jika lapisannya hilang. Bahan ini memiliki tensile strength yang sangat tinggi dan berkepanjangan, meskipun keamanan simpulnya cukup bagus. Infeksi di area di mana jahitan poliester telah digunakan hampir selalu memerlukan pengangkatan. Poliester sangat kuat dan paling sering digunakan untuk penempatan ligasi pembuluh darah besar. Mengingat kontaminasi jahitan dan pembentukan saluran sinus dengan bahan poliester dapat menjadi masalah, sehingga bahan jahitan lain lebih direkomendasikan memberikan kekuatan yang cukup tanpa risiko.







Polybutester



Jenis bahan poliester khusus yang terdiri dari polyglicol tereftalat dan polybutilena tereftalat. Hal ini membuat bahan tersebut memiliki banyak keunggulan baik dari polypropylen maupun polyester. Termasuk monofilamen, dan biasanya digunakan dalam prosedur kardiovaskular dan mata. Bahannya dikenal memiliki keamanan simpul yang lebih baik daripada poliester biasa, dengan tensile strength dan fleksibilitas yang baik. •



Polytetrafluoroethylene (PTFE)



Merupakan benang monofilamen non-absorbable, teruji dengan baik menghasilkan operasi plastik. Dalam studi banding diverifikasi bahwa PTFE menyebabkan jaringan yang lebih sedikit reaksi, membuatnya dianggap sebagai benang pilihan untuk bedah kosmetik, di mana hasil fungsional dan estetika. •



Besi tahan karat (Baja)



Paduan yang terbuat dari bahan alami, baja tahan karat tersedia sebagai bahan jahitan monofilamen atau jalinan multifilamen. Baja memiliki kekuatan tertinggi dari bahan jahitan lainnya. secara biologis inert dan dapat dengan mudah disterilkan dengan autoklaf. Hal ini menimbulkan reaksi jaringan kecil selain iritasi mekanis dari ujungnya. Baja memiliki keamanan simpul yang sangat baik, meskipun simpul terkadang sulit untuk dipasang. Potongan baja tahan karat dapat berpindah jika longgar, dan akan pecah jika dibengkokkan berulang kali. Ini dapat dengan mudah memotong atau merobek jaringan yang dijahit jika terlalu kencang. Mengingat sifat penanganannya yang sulit, bahan ini tidak umum digunakan dalam praktik sebagai bahan jahitan, tetapi memiliki berbagai aplikasi untuk klip dan staples. Namun, satu area di mana jahitan baja masih umum digunakan adalah penutupan luka sternotomi, seperti pada anjing hal ini memberikan stabilitas yang lebih baik dibandingkan dengan PDS II atau prolene.



Berdasarkan Ukuran Benang Bedah Ukuran benang dinyatakan dalam satuan baku eropa atau dalam satuan metric. Ukuran terkecil standar eropa adalah 11,0 dan terbesar adalah ukuran 7. Ukuran benang merupakan salah satu faktor yang menentukan kekuatan jahitan. Oleh karena itu pemilihan ukuran benang untuk menjahit luka bedah bergantung pada jaringan apa yang dijahit dan dengan pertimbangan factor



kosmetik. Sedangkan kekuatan jahitan ditentukan oleh jumlah jahitan, jarak jahitan, dan jenis benangnya. Pada wajah digunakan ukuran yang kecil (5,0 atau 6,0). Benang bedah tersedia dalam berbagai ukuran tergantung tensile strength-nya. Standar untuk mengidentifikasi tensile strength yang bervariasi ditentukan dari jumlah angka nol (0). Makin kecil diameter benang, maka makin banyak angka nol yang dimiliki benang. Ukuran dimulai dari 0 dan berlanjut dengan 00, 000,40, dan 10-0. Contohnya, benang jahit operasi jenis nylon ukuran 4-0 memiliki diameter yang lebih besar dari benang jahit nylon kuran 6-0 dan memiliki tensile strength yang lebih besar pula. Benang jahit operasi yang lebih tebal biasanya dapat digunakan untuk penjahitan pada lapisan mukosa yang lebih dalam dan untuk mengikat pembuluh darah. Sedangkan benang yang lebih tipis biasa digunakan untuk menutup jaringan yang tipis seperti konjungtiva dan insisi yang dilakukan pada wajah. Ukuran benang jahit yang biasa digunakan dalam bidang kedokteran adalah 3-0, 4-0, dan 5-0. Ukuran benang bedah yang disepakati adalah : Ukuran terbesar adalah 1 dan ukuran terkecil adalah 11-0 atau 12-0; Ukuran dimulai dari nomor 1 dan ukuran bertambah besar dengan bertambah 1, sedangkan apabila ukuran bertambah kecil maka ditambah 0; Ukuran benang sistem Eropa ( metric gauge ) adalah metric 0,1 ( 0,010 – 0,019 mm ) sampai metric 10 ( 1,00 – 1,09 ); Ukuran benang sistem Amerika ( imperial gauge ) ukuran 11-0 ( 0,010 – 0,019 ) sampai ukuran 7 ( 1,00 – 1,09 ); Dalam kemasan selain dicantumkan diameter juga panjang benang dalam cm.



Berdasarkan Untaian Benang • Monofilamen (satu helai), yaitu benang yang terbuat dari satu lembar benang, tidak menyerap cairan (non capilarity). Kelebihan dari jenis benang ini adalah permukaan benang rata dan halus, tidak memungkinkan terjadinya nodus infeksi dan tidak menjadi tempat tumbuhnya mikroba. Kelemahannya adalah memerlukan penanganan simpul yang khusus karena relatif cukup kaku dan tidak sekuat multifilament. Contoh benang monofilamen adalah Catgut, PDS, dan Prolene. •



Multifilamen, yaitu benang yang terbuat dari beberapa filament atau lembar bahan



benang yang dipilih menjadi satu. Kelebihan jenis benang ini adalah benang lebih kuat dari monofilament, lembut dan teratur serta mudah digunakan. Kelemahannya adalah karena ada



rongga maka dapat menjadi tempat menempelnya mikroba dan sedikit tersendat pada saat melalui jaringan. Contoh benag multifilamen adalah Vicryl, Silk, dan Ethibond.



KESIMPULAN -



Ada tiga hal yang menentukan pemilihan jenis benang jahit, yaitu jenis bahannya, kemampuan tubuh untuk menyerapnya dan susunan filamentnya.



-



Menurut kemampuan tubu menyerap (daya serapnya), benang dibedakan menjadi dua yaitu : benang diserap dan tidak diserap.



-



Menurut bahan asalnya, benang dibagi dalam benang yang terbuat dari bahan alami seperti kolagen atau usus domba/sapi (catgut) dan benang yang terbuat dari bahan sintetik, seperti asam poliglikolik maupun dari poliglaktin-910.



-



Menurut susunan filamentnya, benang dibedakan menjadi dua, yaitu monofilament dan multifilament.



-



Menurut ukurannya ditentukan berdasarakan tensile strength nya, dan disesuaikan dengan kebutuhan.



DAFTAR PUSTAKA Barros M, Gorgal R, Machado AP, Correia A, Montenegro N. Surgical basic skills: surgical sutures. Acta Med Port. 2011;24 (Suppl 4):1051- 1056. Dennis C, Sethu S, Nayak S, Mohan L, Morsi YY, Manivasagam G. Suture materials - Current and emerging trends. J Biomed Mater Res A. 2016;104(6):1544-1559. doi: 10.1002/jbm.a.35683 Hennessey DB, Carey E, Simms CK, Hanly A, Winter DC. Torsion of monofilament and polyfilament sutures under tension decreases suture strength and increases risk of suture fracture. J Mech Behav Biomed Mater. 2012;12:168-173. doi: 10.1016/j.jmbbm.2012.02.001 Langley S.J and Hoobs. 2014. Sutures and General Surgical Implants. Quesada D, Diago V, Redondo L, Rodriguez-Toves L, Vaquero C. Histologic effects of different suture materials in microsurgical anastomosis of the rat uterine horn. J Reprod Med. 1995;40(8):579- 584. Rodeheaver GT, Thacker JG, Edlich RF. Mechanical performance of polyglycolic acid and polyglactine 910 synthetic absorbable sutures. Surg Gynecol Obstet. 1981;153(6):835841. Sudisma I G N, Putra Pemayun IGAG, Jaya Wardita AAG, Gorda IW. 2006. Ilmu Bedah Veteriner dan Teknik Operasi. Pelawa sari. isbn:979-25-5196-6.