Revisi Proposal 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGEMBANGAN RPP DAN LKPD BERBASIS PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING BERBANTUAN SOFTWER GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS PESERTA DIDIK KELAS X SMA



Proposal Skripsi Ditulis Untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program S-1 Dan Mendapatkan Gelar Sarjana. Oleh: NOVITA INDRIANI (160940005)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KATOLIK SANTO THOMAS MEDAN 2020



i



KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hikmat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingg mampu menyelesaikan proposal skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul “Pengembangan RPP Dan LKPD Berbasis Pembelajaran



Penemuan



Terbimbing



Berbantuan



Softwer



Geogebra



Untuk



Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik Kelas X SMA” ini disusun sebagai syarat untuk mengikuti seminar proposal Pendidikan Matematika, FKIP Universitas Katolik Santo Thomas Medan. Dalam proses penulisan proposal skripsi ini, penulis telah mendapatkan bimbingan dan bantuan, baik berupa material, spiritual, informasi, ataupun administrasi. Oleh karena itu, sudah selayaknya penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada : 1. Rektor Universitas Katolik Santo Thomas, Prrof. Dr. Drs. Sihol Situngkir, MBA. 2. Plt. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Bapak Jontra Jusat Pangaribuan, M.Pd. 3. Sekretaris Prodi Pendidikan Matematika, Ibu Shinta Dameria Simanjuntak,S.Si., M.Pd. 4. Dosen Pembimbing I,



Imelda Sihombing,S.Pd.,M.Pd. yang telah bersedia



membimbing dan mengarahkan penulis selama menyusun proposal skripsi, memberikan banyak ilmu serta solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan proposal skripsi ini. 5. Dosen Pembimbing II, Tetty Natalia Sipay,ung S.Pd.,M.Pd , M.Si yang telah bersedia membimbing dan mengarahkan penulis selama menyusun proposal skripsi, memberikan banyak ilmu serta solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan proposal skripsi ini. 6. Para dosen Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Katolik St. Thomas Medan yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah banyak memberikan dorongan, bimbingan, motivasi dan membekali penulis dengan ilmu pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan laporan proposal skripsi ini, 7. Kedua Orang tua penulis, Lesben Pasaribu dan Roslina Br. Sihombing yang telah memberikan doa, semangat, motivasi, nasehat, dukungan dan kasih sayang. 8. Teman-teman seangkatan tahun akademik 2016 Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Katolik Santo Thomas Medan. ii



Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan proposal skripsi ini. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dari segi isi maupun tata bahasa.Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang mendukung dari pembaca demi kesempurnaan proposal skripsi ini.



Medan, Agustus 2020 Penulis



Novita Indriani NPM. 160940005



iii



DAFTAR ISI



Halaman Judul.................................................................................................... i Lembar Persetujuan Pembimbing ...................................................................... ii Lembar Pengesahan............................................................................................ iii Kata Pengantar.................................................................................................... v Daftar Isi ............................................................................................................ iv Daftar Lampiran ............................................................................................... vii BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang...............................................................................1



1.2 Identifikasi Masalah.......................................................................11 1.3 Batasan Masalah.............................................................................12 1.4 Rumusan Masalah...........................................................................12 1.5 Tujuan Penelitian............................................................................13 1.6 Manfaat Penelitian..........................................................................13 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1



Kerangka Teori...............................................................................14 2.1.1 Pembelajaran Penemuan Terbimbing...................................14 2.1.1.1 Indikator- indikator Penemuan Terbimbing..............15 2.1.1.2 Kelebihan dan Kekurangan Penemuan Terbimbing..............................................18 2.1.2 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis....................19 2.1.3 Software Geogebra................................................................23 2.1.4 Pengembangan Perangkat Pembelajran................................26 2.1.5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).........................26 2.1.6 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)..................................27



2.2



Hasil Penelitian yang Relevan........................................................30



2.3



Kerangka Berfikir...........................................................................31



2.4



Hipotesi Penelitian........................................................................32



iv



BAB III METODE PENELITIAN 3.1



Pendekatan dan Metode Penelitian................................................33



3.2



Tempat, Kegiatan dan Waktu Penelitian .......................................33



3.3



Jenis dan Sumber Data...................................................................34



3.4



Teknik Pengambilan Sampel..........................................................34



3.5



Teknik dan Alat Pengumpulan Data..............................................35 3.5.1 Teknik Pengumpulan Data....................................................35 3.5.2 Alat Pengumpulan Data........................................................35



3.6



Uji Validitas Data dan Instrumen Penelitian..................................40 3.6.1 Uji Validitas..........................................................................40 3.6.2 Uji Reliabilitas.....................................................................41 3.6.3 Tingkat Kesukaran...............................................................42 3.6.4 Daya Pembeda.....................................................................42



3.7



Teknik Pengolahan(Analisis) Data.................................................43 3.7.1 Analisis Data Hasil Validasi Ahli.........................................43 3.7.2 Analisis Keefektifan LKPD..................................................45 3.7.3 Analisis Data Respon Siswa Terhadap LKPD......................48



3.8



Prosedur Penelitian.........................................................................49 3.8.1 Tahap Analysis (Analisis).....................................................49 3.8.2 Tahap Design (Perancangan)................................................50 3.8.3 Tahap Develop......................................................................51 3.8.4 Tahap Evaluation (Evaluasi).................................................51



DAFTAR PUSTAKA........................................................................................52 LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................54



v



BAB I PENDAHULUAN 1.1.



Latar Belakang Masalah Matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki peran penting dalam kehidupan manusia dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Kemajuan dan perkembangan tersebut berkaitan dengan cara dan kemampuan berpikir. Pembelajaran matematika merupakan salah satu pembelajaran yang dapat melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir dan dapat dilihat pembelajaran matematika sangat penting dalam kehidupan manusia. Pembelajaran matematika selain dapat mengembangkan kemampua berpikir siswa juga dapat membentuk karakter dan sikap siswa yang positif. Oleh karena itu proses pembelajaran matematika yang dilaksanakan di sekolah harus berdampak pada pengembangan kemampuan berpikir siswa, yaitu kemampuan berpikir dalam pemecahan masalah matematis maupun permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga kreatifitas guru dalam proses pembelajaran matematika sangat diperlukan, agar dapat menciptakan pembelajaran yang lebih menarik dan tidak membosankan . Karena keberhasilan pelaksanaan pembelajaran di kelas sangat bergantung pada kesiapan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga mampu mengiring peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Salah satu hal yang sangat berpengaruh terhadap kesiapan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran adalah ketersediaan perangkat pembelajaran. Mengacu pada hal tersebut, jelaslah perangkat pembelajaran memegang peranan penting dalam keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran adalah bahan, alat, media, petunjuk, dan pedoman yang akan digunakan dalam melaksanakan proses pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dapat berupa buku petunjuk guru, buku peserta didik, silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD), media, juga instrumen hasil belajar. Kualitas perangkat pembelajaran yang digunakan juga menentukan kualitas pembelajaran. Oleh karena itu, guru diharapkan dapat mengembangkan perangkat pembelajaran yang tidak hanya memberikan materi secara instan, tetapi mampu menggiring peserta didik kepada



6



kemampuan menyelesaikan suatu masalah melalui kegiatan penemuan yang dilakukan oleh peserta didik sendiri. Selain itu perangkat pembelajaran yang dikembangkan harus sesuai dengan tuntutan kurikulum, karakteristik sasaran, dan tuntutan pemecahan masalah belajar. Sehingga perangkat pembelajaran tersebut dapat menciptakan pembelajaran yang berkualitas dimana dapat mengiring peserta didik agar aktif dalam mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Perangkat Pembelajaran dikatakan berkualitas jika memenuhi kriteria valid, prktis, dan efektif. Namun pada kenyataannya, berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMA Katolik Cinta Kasih Tebing Tinggi, diperoleh fakta bahwa pembelajaran matematika yang dilakukan guru kurang melibatkan peserta didik secara aktif, akibatnya respon peserta didik negatif terhadap pembelajaran matematika, dimana peserta didik menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang rumit dan sulit untuk dipahami. Adapun gambaran proses pembelajaran yang dilakukan di SMA Katolik Cinta Kasih Tebing Tinggi dapat dilihat pada RPP yang digunakan guru. Pada RPP dapat dilihat beberapa kekurangan dari RPP yang digunakan guru diantaranya: (1) RPP yang digunakan bukan hasil rancangan sendiri melainkan masih bersifat umum, sehingga model pembelajaran yang digunakan kurang sesuai dengan materi dan karakteristik peserta didik di SMA Katolik Cinta Kasih Tebing Tinggi; (2) dalam proses pembelajaran belum menggunakan media yang berbantuan ICT untuk mengaktifkan peserta didik, soal latihan yang diberikan masih bersifat rutin; (3) pembelajaran yang berlangsung masih bergantung pada faktor guru. Selain RPP, buku juga merupakan salah satu perangkat pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam mengajarkan suatu materi pelajaran juga perlu untuk menjadi perhatian. Buku yang digunakan oleh guru dalam mengajarkan materi pelajaran adalah buku petunjuk guru (BPG) dan buku untuk peserta didik (BPD). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada salah satu guru matematika di SMA Katolik Cinta Kasih Tebing Tinggi diperoleh bahwa guru hanya menggunakan buku petunjuk guru dan buku peserta didik yang umum yang dirancang oleh pemerintah. Jadi buku yang digunakan bukanlah buku yang langsung dirancang oleh guru.



7



Pada Buku peserta didik dapat dilihat beberapa kekurangan dari buku yang digunakan guru diantaranya: (1) tidak adanya aktivitas yang berarti yang dilakukan peserta didik untuk memperoleh pengetahuan dan mengembangkan kemampuan bermatematika; (2) belum ada pengaplikasian media yang berbantuan ICT yang dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan; dan (3) Peserta didik hanya diberikan masalah dan cara menyelesaikan permasalahan, kemudian peserta didik ditugaskan untuk mengerjakan soal latihan saja. Hal ini tentunya tidaklah cukup untuk menopang kebutuhan peserta didik, karena untuk mengiring peserta didik memiliki kemampuan bermatematika yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya, maka di dalam proses belajar mengajar hendaknya guru menggunakan perangkat pembelajaran yang mengarah pada keaktifan peserta didik dalam meningkatan kemampuan bermatematikanya. Selanjutnya, lembar kerja peserta didik (LKPD) juga merupakan salah satu komponen perangkat pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar. LKPD harusnya disusun sesuai dengan buku petunjuk guru dan buku peserta didik yang digunakan. Sehingga LKPD dapat membantu membimbing peserta didik untuk aktif menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Namun kenyataannya, pada SMA Katolik Cinta Kasih Tebing Tinggi guru tidak menggunakan



LKPD



dalam



proses



pembelajaran



dimana



guru



hanya



menggunakan buku petunjuk guru dan buku peserta didik yang disediakan pemerintah. Sehingga dalam proses pembelajaran peserta didik hanya pasif menerima penjelasan dari guru tanpa terlibat aktif menemukan pengetahuannya sendiri dan mengembangkan kemampuan bermatematikanya. Berdasarkan permasalahan-permasalahan



di



atas,



guru



perlu



menciptakan



perangkat



pembelajaran yang lebih bermakna sesuai dengan tuntutan kurikulum, karakteristik sasaran, dan tuntutan pemecahan masalah belajar.



8



Sebagaimana tujuan pembelajaran matematika untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang telah ditetapkan Depdiknas (2006:140) bahwa agar siswa memiliki kemampuan, yaitu: (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah, (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, dan (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Dalam belajar matematika, kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan kemampuan dasar dalam proses pembelajaran (Rostika & Junita, 2017; Hidayat & Sariningsih, 2018). NCTM (National Council of Teacher Mathematics) menyatakan bahwa pembelajaran matematika dari jenjang pendidikan dasar hingga menegah memerlukan standar pembelajaran yang berfungsi untuk menciptakan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis, kemampuan penalaran matematis dan keterampilan dasar yang bermanfaat. Ada 5 kemampuan berpikir matematis yang harus dimiliki siswa yaitu kemampuan komunikasi, koneksi, penalaran, representasi, dan kemampuan pemecahan masalah (NCTM, 2000). Kemampuan pemecahan masalah matematis ialah suatu keterampilan pada diri siswa agar mampu menggunakan kegiatan matematis untuk memecahkan masalah dalam matematika, masalah dalam ilmu lain serta masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pemecahan masalah matematika juga dapat diartikan sebagai kegiatan menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan soal tidak rutin, mengaplikasikan matematika untuk menyelesaikan masalah kehidupan seharihari. Pemecahan masalah akan menjadi hal yang akan sangat menentukan keberhasilan pendidikan matematika, sehingga dalam proses pembelajaran matematika, pemecahan masalah merupakan suatu keharusan. Siswa dikatakan



9



mampu memecahkan masalah apabila siswa mampu mengidentifikasi apa yang diketahui, yang ditanya, dan kecukupan unsur yang diperlukan, serta mampu mengkomunikasikan pola pikirnya dengan bahasanya sendiri, menerapkan strategi menyelesaiakan masalah, mampu menghadapi fenomena yang baru dengan baik (Sumarno, 2003). NCTM menempatkan pemecahan masalah, penalaran dan pembuktian, komunikasi, dan penyajian sebagai standar proses dalam belajar matematika (NCTM, 2000). Namun fakta dilapangan menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik rendah. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Suhartini, Syahputra dan Surya (2016) bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik masih rendah, hal ini dapat dilihat dari jawaban peserta didik mengenai salah satu materi pada kurikulum matematika yang memerlukan kemampuan pemecahan masalah. Selain itu, rendahnya kemampuan pemecahan masalah juga terlihat dari observasi yang dilakukan peneliti di kelas X IPA SMA Katolik Cinta Kasih Tebing Tinggi dengan memberikan soal. Soal tersebut merupakan materi prasyarat dari materi pelajaran yang akan diteliti dan merupakan materi yang telah dipelajari pada saat duduk di bangku SMP. Jumlah peserta didik yang di observasi adalah sebanyak 26 orang. Adapun soal yang diberikan peneliti saat observasi, yaitu:“Seorang pedagang buah membeli 15 kg buah jeruk dan 10 buah durian. Harga 1 kg buah jeruk Rp 2.000,00 kurangnya dari harga sebuah durian. Jika jumlah yang dibayarkan adalah Rp 245.000,00 tentukanlah harga 1 buah durian dan 1 kg jeruk?”. Adapun hasil jawaban peserta didik dalam menyelesaikan soal yang diberikan dapat dilihat pada Gambar 1.2.



10



Peserta didik tidak memahami masalah



Gambar 1.2. Proses Peserta didik tidak memilih strategi pemecahan masalah yang tepat



Penyelesaian Soal oleh Peserta Didik Dari hasil



Peserta didik tidak memeriksa kembali kebenaran hasil



jawaban



oleh



peserta



didik



pada



Gambar



1.2. dapat dilihat bahwa: 1. Peserta didik kurang memahami masalah, yaitu: apa yang dinyatakan dan data apa yang diberikan. 2. Peserta didik kurang mengetahui teori yang digunakan dalam menyelesaikan soal tersebut. 3.



Peserta didik sulit melakukan penyelesaian serta membuktikan bahwa langkah yang digunakan telah benar. Selain itu, dari 26 peserta didik yang mengikuti tes, jumlah siswa yang



mampu memahami masalah yang diberikan dan dapat menyajikan informasi dengan benar dan lengkap adalah sebanyak 10 orang atau sebanyak 38,46%, sedangkan yang tidak bisa memahami masalah dan tidak menyajikan informasi dengan benar dan lengkap adalah sebanyak 16 orang atau 61,54%. Jumlah peserta didik yang mampu membuat rencana pemecahan masalah dengan benar dan lengkap sebanyak 8 orang atau 30,77%, untuk peserta didik yang dapat membuat rencana pemecahan masalah tetapi kurang benar dan kurang lengkap adalah sebanyak 11 orang atau 42,31%, dan peserta didik yang tidak bisa membuat rencana pemecahan masalah sama sekali sebanyak 7 orang atau 26,92%. Jumlah peserta didik yang mampu melaksanakan rencana pemecahan masalah dengan benar dan lengkap adalah sebanyak 6 orang atau 23,08%, peserta didik yang dapat



11



melaksanakan rencana pemecahan masalah tetapi kurang benar dan kurang lengkap adalah sebanyak 10 orang atau 38,46%, dan yang tidak bisa melaksanakan rencana pemecahan masalah sama sekali adalah sebanyak 9 orang atau 34,62%. Sedangkan jumlah peserta didik yang melakukan pemeriksaan kembali jawaban yang diperolehnya dan membuat interpretasi adalah sebanyak 7 orang atau 26,92 %, dan peserta didik yang tidak melakukan pemeriksaan kembali jawaban yang diperolehnya dan tidak membuat interpretasi adalah sebanyak 19 orang atau 73,08%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peserta didik kesulitan menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan kemampuan pemecahan masalah. Hal ini merupakan fakta yang membuktikan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik kelas X SMA Katolik Cinta Kasih Tebing Tinggi masih rendah. Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik adalah dalam proses pembelajaran matematika, guru terlalu berkonsentrasi pada hal-hal yang prosedural dan mekanistik, dimana pembelajaran berpusat pada guru, konsep yang disampaikan tidak informatif dan peserta didik tidak dilatih memecahkan masalah yang bersifat non rutin. Dari keterangan di atas dapat dilihat bahwa pembelajaran matematika di kelas lebih bersifat hapalan dan kurang merangsang kemampuan memecahkan permasalahan. Oleh karena itu, peserta didik perlu dituntun mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis berdasarkan observasi, membuat dugaan, investigasi, bukan hanya memperoleh jawaban. Hal tersebut sesuai dengan standar NCTM yang menyatakan bahwa: “problem solving is an integral part of mathematich learning” yang artinya adalah pemecahan masalah bagian penting dalam pembelajaran matematika. Selain itu pemecahan masalah juga merupakan salah satu bagian penting untuk menemukan kebenaran secara rasional karena pemecahan masalah juga merupakan proses mental dalam mengembangkan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip di kehidupan sehari-hari dalam



menyelesaikan



permasalahan. Dengan demikian, untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik, guru perlu melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran. Usaha perbaikan



proses pembelajaran ini



dapat dilakukan



dengan



mengembangkan perangkat pembelajaran yang dipadupadankan dengan model



12



pembelajaran yang tepat dan inovatif agar dalam proses pembelajaran peserta didik dapat terlibat dalam membangun



menganalisa, mengkritik,



dan



mengkonfirmasi ide-ide, prinsip-prinsip dan struktur-struktur matematika berdasar pengalaman



peserta didik sendiri. Oleh karena itu, guru diharapkan dapat



menerapkan suatu model, metode atau pendekatan yang sesuai dengan materi matematika yang sedang dipelajari dan karakteristik peserta didik yang diajarkan. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu peserta didik membangun sendiri kemampuannya adalah metode pembelajaran penemuan



terbimbing.



Pembelajaran penemuan



terbimbing melibatkan



para peserta didik secara aktif dalam pembelajaran melalui kegiatan yang dirancang guru untuk menemukan prinsip dasar, diharapkan peserta didik akan mengerti konsep dalam pemecahan masalah. Pembelajaran penemuan terbimbing menghadapkan peserta didik kepada situasi di mana ia bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan. Pembelajaran dengan metode penemuan merupakan salah satu cara untuk menyampaikan ide/gagasan dengan proses menemukan, dalam proses ini siswa berusaha menemukan konsep dan rumus semacamnya dengan bimbingan guru. Beberapa penelitian yg relevan pada penelitian ini, yaitu : penelitian yg dilakukan oleh karim (2011) menunjukan bahwa pembelajaran matematika dengan metode penemuan terbimbing lebih baik dari pada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa. Guru sebagai pembimbing membantu dan memastikan peserta didik menggunakan ide dan konsep yang telah mereka pelajari sebelumnya untuk memperoleh pengetahuan yang baru. Pembelajaran dengan pendekatan ini dinilai akan lebih melekat kepada diri peserta didik karena mereka belajar berdasarkan pengalaman mereka sendiri (learning by doing), sehingga melalui pembelajaran penemuan terbimbing ini peserta didik diharapkan mampu menemukan konsep pengetahuannya sendiri melalui masalah-masalah yang telah dipecahkannya dan dapat menerapkan konsep yang telah ditemukan dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Dukungan media juga sangat diperlukan dalam proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan guru. Dari Gambar 1.1 dapat terlihat bahwa



13



pemanfaatan ICT (Information, Communication and Technology) belum diaplikasikan dalam pembelajaran. Teknologi komputer menjadi salah satu media yang sangat membantu dalam proses pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran berbantuan multimedia akan mampu membuat siswa aktif selama proses pembelajaran, menambah minat dan motivasi belajar siswa (Kusnandar, 2003). Menurut Arsyad (2013; 74) kriteria pemilihan media pembelajaran bersumber dari konsep bahwa media pembelajaran merupakan bagian dari system instruksional secara keseluruhan. Salah satu media pembelajaran manipulatif yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam menemukan kembali konsep Sistem Persamaan Liniear Dua Variabel yaitu software Geogebra. GeoGebra dikembangkan pertama kali oleh Markus Hohenwarter pada tahun 2001. Menurut Markus Hohenwarter (2004), GeoGebra adalah program komputer untuk membelajarkan matematika khususnya geometri dan aljabar. GeoGebra merupakan suatu software matematika dinamis yang menggabungkan geometri, aljabar, dan kalkulus, sehingga GeoGebra cocok digunakan dalam membelajarkan materi Sistem Persamaan Liniear Dua Variabel. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan teknologi memiliki efek positif pada hasil belajar peserta didik. Dengan beragam fasilitasnya, GeoGebra dapat dimanfaatkan sebagai media. eogebra memungkinkan siswa untuk aktif dalam membangun pemahaman konsep, Geogebra dapat



memvisualisasikan konsep-konsep matematis sehingga dapat



meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan matematika dan mudah untuk dipahami. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa perangkat pembelajara miliki peran penting dalam mencapai kesuksesan pada pembelajarn matematika, dimana guru sebagai fasilitator diharapkan melakukan pengembangan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan metode yang diterapkan, yaitu metode pembelajaran penemuan terbimbing untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matemartis peserta didik, dibantu dengan software GeoGebra sebagai media teknologi pendukung. Oleh karena itu peneliti merasa perlu untuk melakukan penelitian terkait hal-hal yang telah dipaparkan diatas, dengan mengangkat



judul



“PENGEMBANGAN



RPP



DAN



LKPD BERBASIS



PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING BERBANTUAN SOFTWER



14



GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS PESERTA DIDIK KELAS X SMA”



1.2.



Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang yang telah dikemukakan diatas, diidentifikasi



masalah-masalah sebagai berikut. 1. Guru belum merancang lembar kegiatan peserta didik (LKPD) yang digunakan sebagai pendukung dalam pembelajaran. 2. Kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik SMA Katolik Cinta Kasih Tebing Tinggi masih rendah. 3. Guru belum menerapkan media teknologi berupa software GeoGebra dalam pembelajaran matematika. 4. Guru belum menggembangkan perangkat pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran penemuan terbimbing dan media software GeoGebra yang dapat mengaktifkan peserta didik.



1.3.



Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah-masalah yang telah diuraikan diatas, maka yang



menjadi batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Perangkat pembelajaran matematika berbasis pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan software GeoGebra antara lain: RPP dan LKPD serta tes kemampuan pemecahan masalah matematis dalam proses pembelajaran matematika siswa kelas X SMA Katolik Cinta Kasih Tebing Tinggi dalam pokok bahasan sistem persamaan linear Tiga variabel yang digunakan belum praktis dan efektif. 2. Kurangnya penggunaan media teknologi berupa software GeoGebra dalam pembelajaran matematika.



1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah untuk penelitian ini adalah sebagai berikut.



15



1. Bagaimana keefektifan Perangkat pembelajaran berbasis pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan software GeoGebra yang dikembangkan terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik? 2. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan software GeoGebra yang telah dikembangkan? 1.5. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk menganalisis kepraktisan dan keefektifan perangkat pembelajaran berbasis pembelajaran



penemuan



terbimbing



berbantuan



software



GeoGebra



yang



dikembangkan terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik. 2. Untuk menganalisis peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik dengan menggunakan perangkat pembelajaran berbasis pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan software GeoGebra yang telah dikembangkan.



1.6. Manfaat Penelitian



16



Penelitian ini diharapkan memberikan banyak manfaat kepada banyak pihak dan menjadi masukan berarti bagi pembaharuan pembelajaran. Manfaat yang diperoleh adalah sebagai berikut. a. Bagi peserta didik, dengan pengembangan perangkat pembelajaran matematika berbasis pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan software GeoGebra diharapkan tercipta sikap belajar yang positif dan kreatif. b. Bagi guru, sebagai masukan dalam mengimplementasikan pengembangan perangkat pembelajaran matematika berbasis pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan software GeoGebra untuk materi yang lain, yang relevan diajarkan dengan model tersebut. c. Bagi sekolah, dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di sekolah dan untuk memperbaiki media pembelajaran matematika agar dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. d. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman dalam pengembangan perangkat pembelajaran matematika berbasis pembelajaran penemuan terbimbing berbantuan software GeoGebra untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik.



BAB II KAJIAN PUSTAKA



17



2.1



Kajian Teori. 2.1.1 Pembelajaran Penemuan Terbimbing. Discovery berasal dari kata “discover” yang berarti menemukan dan “discovery” adalah penemuan. Bahasa Indonesia memberi pengertian discover sebagai menemukan. Makna menemukan dalam pembalajaran mengarah pada pengertian memperoleh pengetahuan yang membawa kepada suatu pandangan. Cara belajar dengan menemukan (discovery learning) ini pertama kali dikenalkan oleh Plato dalam dialog antara Socrates dan seorang anak. Sedang guided dapat diartikan sebagai bimbingan atau terbimbing . Apa itu “penemuan”, penemuan adalah suatu proses. Proses penemuan dapat menjadi kemampuan melalui latihan pemecahan masalah, praktek membentuk dan menguji hipotesis. Didalam pandangan Bruner, belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahan. Dalam kegiatan pembelajarannya siswa disarankan untuk menemukan sesuatu, merumuskan suatu hipotesa, atau menarik suatu kesimpulan sendiri. Menurut Sund , discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya”. Senada dengan pendapat tersebut guiede discovery learning (penemuan terbimbing) adalah model pembelajaran penemuan yang dalam pelaksanannya dilakukan oleh siswa berdasarkan petunjuk-petunjuk guru. Petunjuk diberikan pada umumnya berbentuk pernyataan membimbing. Model penemuan terbimbing ini sebagai suatu metode pembelajaran dari sekian banyak metode pembelajaran yang ada, menempatkan guru sebagai fasilitator, guru membimbing siswa dimana guru diperlukan. Dalam metode ini, siswa didorong untuk berfikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan atau data yang telah disediakan oleh guru, dengan model penenemuan terbimbing ini, diharapkan dapat mengubah gaya belajar siswa sehingga siswa menjadi aktif dalam mengikuti pelajaran. Sampai seberapa jauh siswa dibimbing, tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari.



18



Menurut Dewey dan Piaget, discovery learning meliputi suatu strategi dan model pembelajaran yang memusatkan pada peluang belajar aktif langsung untuk para siswa. Menurut Bicnell menguraikan tiga atribut utama discovery learning seperti: 1) menyelidiki dan memecahkan masalah untuk menciptakan, mengintegrasikan, dan menyamaratakan pengetahuan, 2) mendorong para siswa untuk belajar berdasarkan pada cara/langkah mereka sendiri, dimana siswa menentukan frekuensi dan urutannya, 3) aktivitas untuk mendorong pengintegrasian dari prinsip penggunaan pengetahuan yang telah ada sebagai dasar untuk membangun pengetahuan yang baru. Dengan kata lain model penemuan terbimbing ini, siswa dihadapkan pada situasi dimana ia bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan, terkaan, intuisi, dan mencoba-coba (trial and eror) hendaknya dianjurkan. 2.1.1.1 Indikator-Indikator Penemuan Terbimbing Menurut Muhibbin, bahwa tahap-tahap penerapan dalam discovery lerning adalah sebagai berikut: 1. Stimulus (pemberian perangsang); kegiatan belajar dimulai dengan memberikan pertanyaan yang merangsang berpikir siswa, menganjurkan dan mendorongnya untuk membaca buku dan aktivitas belajar lain yang mengarah kepada persiapan pemecahan masalah. 2. Problem statement (mengidentifikasi masalah); memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian memilih dan merumuskannya dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara dari masalah tersebut). 3. Data collection (pengumpulan data); memberikan kesempatan kepada siswa mengumpulkan



informasi



yang



relevan



sebanyak-banyaknya



untuk



membuktikan benar tidaknya hipotesis tersebut. 4. Data processing (pengolahan data); mengolah data yang telah diperoleh siswa melalui kegiatan wawancara, observasi, dan lain lain. Data tersebut kemudian ditafsirkan. 5. Verifikasi; mengadakan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan hasil pengolahan data.



19



6. Generalisasi; mengadakan penarikan kesimpulan untuk dijadikan prinsip umum yang berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama dengan memperhatikan hasil verifikasi. Pada proses penemuan terbimbing ini guru bertindak sebagai penunjuk jalan, ia membantu siswa agar menggunakan ide, konsep, dan keterampilan yang sudah mereka pelajari sebelumnya untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Pengajuan pertanyaan yang tepat oleh guru akan merangsang kreativitas siswa dan membantu mereka dalam menemukan pengetahuan yang baru tersebut. Metode ini memerlukan waktu yang relatif banyak dalam pelaksanaannya, akan tetapi hasil belajar yang dicapai tentunya sebanding dengan waktu yang digunakan. Menurut Markaban, pada penerapan model penemuan terbimbing ini, guru dapat menggunakan strategi penemuan yaitu secara induktif, deduktif, atau keduanya. 1) Strategi Penemuan Induktif Sebuah argumen induktif meliputi dua komponen, yang pertama terdiri dari pernyataan atau fakta yang mengakui untuk mendukung kesimpulan, dan yang kedua adalah bagian dari argumentasi itu. Kesimpulan dari suatu argumentasi induktif itu tidak perlu mengikuti fakta yang mendukungnya. Fakta mungkin membuat lebih percaya, tergantung sifatnya, tetapi tidak bisa membuktikan dalil untuk mendukung. Sebagai contoh, fakta bahwa 3, 5, 7, 11, dan 13 adalah semuanya bilangan prima dan masuk akal secara umum kita buat kesimpulan bahwa semua bilangan adalah ganjil tetapi hal itu sama sekali “tidak membuktikan”. Guru beresiko di dalam suatu argumentasi induktif bahwa kejadian semacam itu sering terjadi. Oleh karena itu, suatu kesimpulan yang dicapai oleh induksi harus berhati-hati karena hal seperti itu nampak layak dan hampir bisa dipastikan atau mungkin terjadi. Sebuah argumentasi dengan induktif dapat ditandai sebagai suatu kesimpulan dari yang diuji ke tidak diuji. Bukti yang diuji terdiri dari kejadian atau contoh pokok-pokok.



20



2) Strategi Penemuan Deduktif Deduktif merupakan proses berfikir dimana siswa dijelaskan konsep dan prinsip materi tertentu untuk mendukung perolehan pengetahuan matematika yang tidak dikenalnya dan guru cenderung untuk menanyakan suatu urutan pernyataan untuk mengarahkan pemikiran siswa kearah kesimpulan yang menjadi tujuan pembelajaran. Sebagai contohnya adalah dialog tentang cara memecahkan masalah sistem persamaan dengan menggunakan determinan koefisien dari dua garis yang sejajar dengan penemuan deduktif, dimana hasil akhirnya guru menggunakan pertanyaan untuk memandu siswa kearah penarikan kesimpulan tertentu. Proses induktif-dedukif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika. Namun demikian, pembelajaran dan pemahaman suatu konsep dapat diawali secara induktif melalui peristiwa nyata atau intuisi. Kegiatan dapat dimulai dengan beberapa contoh atau fakta yang teramati, membuat daftar sifat yang muncul (sebagai gejala), memperkirakan hasil baru yang diharapkan, kemudian dibuktikan secara deduktif. Dengan demikian, cara belajar induktif dan deduktif dapat digunakan sama-sama dalam mempelajari matematika. Pembelajaran dengan model ini dapat diselenggarakan secara individu atau kelompok. Model ini sangat bermanfaat untuk mata pelajaran matematika sesuai dengan krakteristik matematika tersebut. Peran siswa dalam model pembelajaran dengan penemuan terbimbing ini cukup besar, karena pembelajaran tidak lagi terpusat pada guru tetapi pada siswa. Guru memulai kegiatan belajar mengajar dengan menjelskan kegiatan yang akan dilakukan siswa dan mengorganisir kelas untuk kegiatan seperti pemecahan masalah, investigasi atau aktivitas lainnya. Menurut Fadilah Muntaz, agar pelaksanaan model pembelajaran peneman terbimbing ini berjalan dengan efektif, beberapa langkah yang perlu ditempuh oleh guru matematika adalah sebagai berikut: 1) Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya. 2) Perumusan masalah harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah. 3) Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganalisis data tersebut. Dalam hal ini bimbingan guru dapat diberikan



21



sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan atau lembar kerja siswa. 4) Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya. 5) Bila dipandang perlu konjektur yang telah dibuat siswa tersebut diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang akan dicapai. 6) Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk menyusunnya, disamping itu perlu diingat pula bahwa induksi tidak menjamin 100% kebenaran konjektur. 7) Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu benar. 2.1.1.2 Kelebihan dan Kekurangan Guided discovery learning Kelebihan Pembelajaran Penemuan Terbimbimbing adalah sebagai salah satu teknik pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan sebagaimana teknik pembelajaran lain, karena tidak ada suatu lembaga yang menjamin suatu strategi hanya memiliki kelebihan dan tidak memiliki kekurangannya. Guided discovery learning membatu siswa untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dimana dalam proses berfikir matematika siswa dilibatkan dalam berfikir matematika pada saat manipulasi, eksperimen, dan menyelesaikan masalah. Menurut Markaban [6], kelebihan dan kekurangan guided discovery learning, yaitu sebagai berikut; kelebihan guided discovery learning adalah, (1) siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, karena ia berfikir dan menggunakan kemampuannya untuk menemukan hasil akhir, (2) memberikan wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru, (3) materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama hilang, karena siswa dilibatkan langsung dalam proses penemuannya, (4) mendukung kemampuan problem solving siswa, (5) siswa memahami benar bahan pelajaran, karena siswa mengalami sendiri proses menemuknnya, sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat, (6) menemukan sendiri menimbulkan rasa puas, kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi hingga minat belajar meningkat, (7) siswa yang



22



memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentrasfer pengetahuannya keberbagai konteks, (8) metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri, (9) situasi belajar menjadi lebih menggairahkan. Kekurangan guided discovery learning adalah, (1) metode ini banyak menyita waktu, dan tidak menjamin siswa bersemangat mencari penemuanpenemuan, (2) tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini, (3) tidak semua topik cocok disampaikan dengan metode ini, (4) tidak setiap guru mempunyai selera atau kemampuan mengajar dengan cara penemuan, (5) tidak semua anak mampu melakukan penemuan. Apabila bimbingan guru tidak sesuai dengan kesiapan intelektual siswa, ini dapat merusak struktur pengetahuannya, dan bimbingan yang terlalu banyak dapat mematikan inisiatifnya, (6) kelas yang banyak siswanya akan sangat merepotkan guru dalam memberikan bimbingan dan pengarahan belajar dengan penemuan. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa guru perlu memperhatikan kelebihan yang ada dan berupaya memanfaatkan kelebihan tersebut, namun guru juga perlu mewaspadai kekurangan agar guided discovery learning dapat memberikan dampak positif dalam proses pembelajaran. 2.1.2 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. Pemecahan



masalah



merupakan



suatu



kegiatan



manusia



yang



menggabungkan konsep-konsep dan aturan-aturan yang telah diperoleh sebelumnya, dan tidak sebagai suatu keterampilan generik. Pengertian ini mengandung makna bahwa ketika seseorang telah mampu menyelesaikan suatu masalah, maka seseorang itu telah memiliki suatu kemampuan baru. Kemampuan ini dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang relevan. Semakin banyak masalah yang dapat diselesaikan oleh seseorang, maka ia akan semakin banyak memiliki kemampuan yang dapat membantunya untuk mengarungi hidupnya sehari-hari. Sumarmo (2000: 8) berpendapat bahwa pemecahan masalah adalah suatu proses untuk mengatasi kesulitan yang ditemui untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Sementara itu Montague (2007) mengatakan bahwa pemecahan masalah matematis adalah suatu aktivitas kognitif yang kompleks yang disertai sejumlah proses dan strategi.



23



Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah suatu keterampilan pada diri peserta didik agar mampu menggunakan kegiatan matematik untuk memecahkan masalah dalam matematika, masalah dalam ilmu lain dan masalah dalam kehidupan sehari-hari (Soedjadi, 1994:36). Kemampuan pemecahan masalah amatlah penting dalam matematika, bukan saja bagi mereka yang di kemudian hari akan mendalami atau mempelajari matematika, melainkan juga bagi mereka yang akan menerapkannya dalam bidang studi lain dan dalam kehidupan sehari-hari (Russefffendi, 2006: 341). Dari beberapa pendapat tersebut, pemecahan masalah matematis merupakan suatu aktivitas kognitif yang kompleks, sebagai proses untuk mengatasi suatu masalah yang ditemui dan untuk menyelesaikannya diperlukan sejumlah strategi. Melatih siswa dengan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika bukan hanya sekedar mengharapkan siswa dapat menyelesaikan soal atau masalah yang diberikan, namun diharapkan kebiasaaan dalam melakukan proses pemecahan masalah membuatnya mampu menjalani hidup yang penuh kompleksitas permasalahan. Langkah-langkah Pemecahan Masalah Matematis dikemukakan oleh beberapa ahli, di antaranya Dewey dan Polya. Dewey (dalam Rothstein dan Pamela, 1990) memberikan lima langkah utama dalam memecahkan masalah (1) mengenali/ menyajikan masalah: tidak diperlukan strategi pemecahan masalah jika bukan merupakan masalah; (2) mendefinisikan masalah: strategi pemecahan masalah menekankan pentingnya definisi masalah guna menentukan banyaknya kemungkinan penyelesaian; (3) mengembangkan beberapa hipotesis: hipotesis adalah alternatif penyelesaian dari pemecahan masalah; (4) menguji beberapa hipotesis: mengevaluasi kelemahan dan kelebihan hipotesis; (5)



memilih



hipotesis yang terbaik. Sebagaimana Dewey, Polya (1985) pun menguraikan proses yang dapat dilakukan pada setiap langkah pemecahan masalah. Proses tersebut terangkum dalam empat langkah



berikut: (1) memahami masalah (understanding the



problem), (2) merencanakan penyelesaian (devising a plan), (3) melaksanakan rencana (carrying out the plan), (4) memeriksa proses dan hasil (looking back).



24



Pada langkah merencanakan penyelesaian, diajukan pertanyaan di antaranya seperti: Pernah adakah soal seperti ini yang serupa sebelumnya diselesaikan? Dapatkah pengalaman yang lama digunakan dalam masalah yang sekarang? Pada langkah melaksanakan rencana diajukan pertanyaan. “Periksalah bahwa tiap langkah sudah benar. Bagaimana membuktikan bahwa langkah yang dipilih sudah benar?” Dalam langkah memeriksa hasil dan proses, diajukan pertanyaan. “Dapatkah diperiksa sanggahannya? Dapatkah jawaban itu dicari dengan cara lain?” Langkah-langkah penuntun yang dikemukakan Polya tersebut, dikenal dengan strategi heuristik. Strategi yang dikemukakan Polya ini banyak dijadikan acuan oleh banyak orang dalam penyelesaian masalah matematika. Berangkat dari pemikiran yang dikemukakan oleh ahli tersebut, maka untuk menyelesaikan masalah diperlukan kemampuan pemahaman konsep sebagai prasyarat dan kemampuan melakukan hubungan antar konsep, dan kesiapan secara mental. Pada sisi lain, berdasarkan pengamatan Soleh (1998), salah satu sebab peserta didik tidak berhasil dalam belajar matematika selama ini adalah peserta didik belum sampai pada pemahaman relasi (relation understanding), yang dapat menjelaskan hubungan antar konsep. Hal itu memberikan gambaran kepada kita adanya tantangan yang tidak kecil dalam mengajarkan pemecahan masalah matematika. Indikator - Indikator pemecahan masalah meliputi : a) Memahami masalah: pada tahap ini berkenaan dengan proses identifikasi terhadap apa saja yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Proses ini memerlukan kecermatan agar pemahaman yang dihasilkan tidak sampai berbeda dengan permasalahan yang dihadapi. Pada proses pemahaman masalah ini,kita harus benar-benar berkonsentrasi hanya pada data dan fakta yang diuraikan dalam permasalahan dan mengabaikan hal-hal yang tidak relevan dengan permasalahan. Tahap pemahaman masalah ini sangat penting karena rumusan tentang apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan akan menentukan langkah pemecahan masalah selanjutnya.



25



b) Merencanakan



penyelesaian:



tahap



ini



berkenaan



dengan



pengorganisasian konsep-konsep yang bersesuaian untuk menyusun strategi, termasuk didalamnya penentuan sarana-sarana tersebut berupa tabel, gambar, grafik, pola, persamaan, model, algoritma, rumus, kaidahkaidah baku, atau sifat-sifat obyek. c) Melaksanakan rencana penyelesaian: tahap ini dimana rencana yang telah dirumuskan kemudian diimplementasikan untuk menghasilkan sebuah penyelesaian. Misalnya, dengan menginterprestasikan tabel, gambar atau grafik yang dihasilkan; menyelesaikan persamaan, model, atau rumus, menulusuri pola,menjalankan algoritma; menerapkan kaidah-kaidah baku; atau mengorganisasikan sifat-sifat obyek untuk menghasilkan suatu karakteristik tertentu. Pada tahap ini juga akan diperoleh jawaban penyelesaian dari masalah. d) Pengecekan kembali kebenaran penyelesaian: pada tahap pelaksanaan rencana penyelesaian akan menghasilkan sebuah jawaban atas pertanyaan dari masalah. Namun demikian jawaban ini harus dicek kembali kebenarannya. Pengecekan ini dilakukan dengan mengsubtitusikan jawaban ke dalam model masalah; apabila proses subtitusi ini menghasilkan sebuah pernyataan yang benar, maka jawaban yang dihasilkan juga benar.Pengecekan kembali yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah mensubtitusikan kembali jawaban yang diperoleh ke dalam persamaan. Adapun



dalam



penelitian



ini,



yang



menjadi



aspek



kemampuan pemecahan masalah matematis adalah memahami masalah yang meliputi kemampuan mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui dan ditanyakan, membuat rencana/ model matematika, menuliskan rumus atau



konsep



penyelesaian,



terurut



dalam



menyelesaikan



tahap



penyelesaian dan menafsirkan solusi yang diperoleh serta membuat kesimpulan.



26



2.1.3



Software GeoGebra Program komputer sangat ideal untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran konsep-konsep matematika yang menuntut ketelitian tinggi. Misalnya penyelesaian grafik secara tepat, cepat, dan akurat (Kusumah, 2003). Lebih lanjut Kusumah juga mengemukakan bahwa inovasi pembelajaran dengan bantuan komputer sangat baik untuk diintegrasikan dalam



pembelajaran



konsep-konsep



matematika,



terutama



yang



menyangkut transformasi geometri,aljabar, kalkulus, statistika, dan grafik fungsi. Salah satu program komputer (software) yang dapat digunakan sebagai media



pembelajaran



matematika



adalah



program



GeoGebra.



GeoGebra



dikembangkan oleh Markus Hohenwarter pada tahun 2001. GeoGebra adalah program komputer (software) untuk membelajarkan matematika khsusunya geometri dan aljabar (Hohenwarter, 2008). Menurut Hohenwarter (2008), program GeoGebra sangat bermanfaat bagi guru maupun siswa. Tidak sebagaimana pada penggunaan software komersial yang biasanya hanya bisa dimanfaatkan di sekolah, Geogebra dapat diinstal pada komputer pribadi dan dimanfaatkan kapan dan di manapun oleh siswa. Bagi guru, GeoGebra menawarkan kesempatan yang efektif untuk mengkreasi lingkungan belajar online interaktif yang memungkinkan siswa mengeksplorasi berbagai konsep-konsep matematika. Menurut Mahmudi (2010) pemanfaatan program GeoGebra memberikan beberapa keuntungan, diantaranya adalah sebagai berikut: 1.



Lukisan-lukisan geometri yang biasanya dihasilkan dengan dengan cepat dan teliti dibandingkan dengan menggunakan pensil, penggaris, atau jangka.



2.



Adanya fasilitas animasi dan gerakan-gerakan manipulasi (dragging) pada program GeoGebra dapat memberikan pengalaman visual yang lebih jelas kepada siswa dalam memahami konsep geometri.



3.



Dapat dimanfaatkan sebagai balikan/evaluasi untuk memastikan bahwa lukisan yang telah dibuat benar.



27



4.



Mempermudah guru/siswa untuk menyelidiki atau menunjukkan sifatsifat yang berlaku pada suatu objek geometri. Menurut Hohenwarter & Fuchs (2004), GeoGebra sangat bermanfaat sebagai media pembelajaran matematika dengan beragam aktivitas



sebagai berikut: 1.



Sebagai media demonstrasi dan visualisasi. Dalam hal ini, dalam pembelajaran yang bersifat tradisional, guru memanfaatkan



GeoGebra



untuk



mendemonstrasikan



dan



memvisualisasikan konsep-konsep matematika tertentu. 2.



Sebagai alat bantu konstruksi. Dalam hal ini GeoGebra digunakan untuk memvisualisasikan konstruksi konsep matematika tertentu, misalnya mengkonstruksi lingkaran dalam maupun lingkaran luar segitiga, atau garis singgung.



3.



Sebagai alat bantu proses penemuan Dalam hal ini GeoGebra digunakan sebagai alat bantu bagi siswa untuk menemukan suatu konsep matematis, misalnya tempat kedudukan titik-titik atau grafik parabola. Sebelum program GeoGebra dapat digunakan pada komputer Anda harus



mengunduh aplikasi GeoGebra terlebih dahulu. Aplikasi GeoGebra tersedia di situs http://www.geogebra.org/. untuk megunduh file ini silahkan masuk ke situs tersebut kemudian pilih link Installer. Installer GeoGebra juga tersedia dalam beberapa platform berbeda. Pilih installer yang sesuai dengan sistem operasi yang anda gunakan. Setelah installer selesai didownload kemudian jalankan instalasi dan ikuti langkah instalasi sampai selesai. Menu utama GeoGebra adalah: File, Edit, View, Option, Tools, Windows, dan Help untuk menggambar objek-objek geometri. Menu File digunakan untuk membuat, membuka, menyimpan, dan mengekspor file, serta keluar program. Menu Edit digunakan untuk mengedit lukisan. Menu View digunakan untuk mengatur tampilan. Menu Option untuk mengatur berbagai fitur tampilan, seperti pengaturan ukuran huruf, pengaturan jenis (style) objek-objek geometri, dan sebagainya. Sedangkan menu Help menyediakan petunjuk teknis penggunaan program GeoGebra. Berbagai menu selengkapnya disajikan pada gambar berikut ini.



28



Gambar 1. Menu GeoGebra Kelebihan GeoGebra 4.



Free software



5.



Dapat digunakan pada berbagai sistem operasi (Windows, MacOS, Linux)



6.



Didukung lebih dari 40 bahasa.



7.



Support 3D



8.



Publish Web. File .ggb pada GeoGebra dapat dipublish sebagai web. Ini memudahkan siswa untuk menggunakannya, karena cukup menggunakan browser (IE, Mozilla, Chrome, dll) untuk berinteraksi. Dengan kata lain, pada komputer siswa tidak harus terinstal GeoGebra. Namun tentu saja harus dipastikan sudah terinstal Java versi terbaru.



9.



Easy to Use. Kemudahan di sini adalah setiap tombol dan syntax pada GeoGebra selalu disertai dengan instruksi dan bantuan penggunaan. Kelemahan GeoGebra adalah harus selalu mengupdate Java, kecuali menginstal lersi offline.



29



2.1.4



Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Perangkat adalah alat atau perlengkapan, sedangkan pembelajaran adalah



proses atau cara menjadikan orang belajar. (Zuhdan,(2011: 16). Dalam Permendikbud No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah disebutkan bahwa penyusunan perangkat pembelajaran merupakan bagian dari perencanaan pembelajaran. Perangkta pembelajaran adalaha sekumpulan sumber belajar sebagai alat pendukung yang memungkinkan siswa dan guru melakukan kegiatan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk silabus dan RPP yang mengacu pada standar isi. Selain itu, dalam perencanaan pembelajaran juga dilakukan penyiapan media dan sumber belajar,LKPD, perangkat penilaian, dan skenario pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang valid adalah sekumpulan perlengkapan belajar meliputi RPP, dan LKPD yang memenuhi kriteria validitas isi berdasarkan penilaian para ahli/pakar. Pengembangan perangkat pembelajaran adalah proses untuk menghasilkan produk perangkat pembelajaran yang baik, sesuai dengan langkah-langkah pada model pengembangan yang digunakan yaitu model pengembangan pembelajaran Thiagarajan (model 4D: define, design, development, dan disseminate). Perangkat pembelajaran yang dikatakan baik apabila tim validator (ahli dan praktisi) menyatakan perangkat yang dikembangkan valid (didasarkan pada rasional teoritik yang kuat dan terdapat konsistensi di antara komponen-komponen perangkat secara internal), dan dalam pelaksanaan uji coba perangkat memenuhi syarat-syarat tertentu yaitu: (a) aktifitas siswa selama pembelajaran sesuai dengan batas toleransi waktu ideal; (b) siswa memberikan respon yang positif terhadap komponen-komponen perangkat pembelajaran; serta (c) tes hasil belajar valid. 2.1.5



Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara praktis dapat disebut sebagai



skenario



pembelajaran,



yaitu



untukmenyiapkan,meyelenggarakan,dan



merupakan mengevaluasi



pegangan hasil



bagi



kegiatan



guru



belajar



dan



pembelajaran. (Abdorrahman Gintings, 2011: 224). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada hakikatnya merupakan perencanaan jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan hal-hal yang akan dilakukan dalam pembelajaran (Hamdani, 2011:203). Rencana



Pelaksanaan



Pembelajaran



(RPP)



diartikan



sebagai



seatuan



program



pembelajaran yang dikemas untuk satu atau beberapa kompetensi dasar untuk satu kali



30



atau beberapa kali pertemuan, selain itu RPP berisi garis besar tentang hal-hal yang akan dilakukan oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, baik untuk satu kali pertemuan atau beberapa kali pertemuan (Hamdani, 2011:203). Dalam perencanaan tersebut seorang guru perlu memperhitungkan setidaknya dua belas faktor yang mempengaruhi pembelajaran. Kedua belas faktor tersebut menurut Burden dan David (2001) adalah (1) tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, (2) cakupan isi pembelajaran, (3) bahan dan sumber pembelajaran, (4) strategi pembelajaran, (5) proses penyampaian pembelajaran, (6) media pembelajaran, (7) pengelolaan kelas, (8) situasi kelas, (9) evaluasi siswa, (10) waktu pembelajaran, (11) tempat pembelajaran, dan (12) siapa pembelajarnya (usia, jenjang pendidikan, dan jenis kelamin pembelajar). Keduabelas komponen tersebut menjadi esensial dalam pembelajaran dan kedua belas komponen tersebut hadir dalam bentuk rencana pembelajaran yang biasa disebut dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP menjadi dasar pelaksanaan pembelajaran di kelas. RPP menjadi pusat tolok ukur guru dalam mengevaluasi seluruh proses kegiatan belajar mengajar yang telah dilaksanakan di kelas. RPP pula menjadi cerminan kerberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan para guru. 2.1.6



Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Lembar kerja peserta didik (LKPD) merupakan salah satu sarana untuk



membantu dan mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar sehingga akan terbentuk interaksi yang efektif antara peserta didik , sehingga dapat meningkatkan aktivitas peserta didik dalam peningkatan prestasi belajar.Lembar kerja peserta didik merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh pendidik sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. LKPD yang disusun dapat dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi. Sementara itu lembar kerja pesert a didik adalah lemaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik .Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk ,langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas.Keuntungan penggunaan LKPD adalah memudahkan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran , bagi peserta didik akan belajar mandiri dan belajar memahami serta menjalankan suatu tugas tertulis.



31



Menurut dilihat dari tujuannya maka LKPD dibagi lima macam bentuk: 1.



LKPD yang membantu peserta didik menemukan suatu konsep



2.



LKPD yang membantu peserta didik menerapkan dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah ditemukan.



3.



LKPD yang berfungsi sebagai penuntun belajar



4.



LKPD yang berfungsi sebagai penguatan



5.



LKPD yang berfungsi sebagai petunjuk pratikum



Sedangkan manfaat Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) adalah sebagai berikut: 1.



Mengaktifkan peserta didikdalam proses pembelajaran



2.



Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep



3.



Melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan ketrampilan proses.



4.



Sebagai pedoman pendidik dan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran.



5.



Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatanbelajar. Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.



Prosedur Penyusunan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ada 3 macam antara lain: 1.



Syarat didaktik Lembar kerja peserta didik (LKPD) sebagai salah satu bentuk sarana



berlangsungnya proses belajar mengajar haruslah memenuhi persyaratan didaktikm artinya suatu LKPD harus mengikuti asas belajar mengajar yang efektif, yaitu memperhatikan adanya perbedaan individual ,sehingga LKPD yang baik itu adalah yang dapat digunakan baik oleh peserta didik yang lamban, yang sedang maupun yang pandai, menekankan pada proses untuk menemukan konsep-konsep sehingga LKPD dapat berfungsi sebagai petunjuk jalan bagi peserta didik untuk mencari tahu, memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan peserta didik, dapat mengembangkan kemampuan komunikasi social, emosional, moral, dan estetika pada diri peserta didik, pengalaman belajarnya ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi peserta didik )intelektual, emosional, dan sebagainya), bukan ditentukan oleh materibahan pelajaran.



32



2.



Syarat Konstruksi Syarat konstruksi adalah syarat-syarat berkenaan dengan penggunaan bahasa,



susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan yang pada hakekatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh peserta didik. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan peserta didik, menggunakan struktur kalimat yang jelas, memiliki taat urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik, menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka, tidak mengacu pada buku sumber yang di luar kemampuan keterbacaan peserta didik, menyediakan ruangan yang cukup untuk member keleluasaan pada peserta didik untuk menulis maupun menggambarkan pada LKPD, mengngunakan kalimat yang sederhana dan pendek, lebih banyak menggunakan ilustrasi daripada kata-kata, sehingga akan mempermudah peserta didik dalam menangkap apa yang diisyaratkan LKPD, memiliki tujuan belajar yang jelas serta manfaat dari pelajaran itu sebagai sumber motivasi, mempunyai indentitas untuk memudahkan administrasinya. 3.



Syarat Teknis Dari segi teknis memiliki bebrapa pembahasan yaitu:



a.



Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan hurup latin atau romawi, menggunakan huruf tebal yang agak besar, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah, menggunakan tidak lebih dari 10 kata dalam satu baris, menggunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban peserta didik, mengusahakan agar perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar serasi.



b.



Gambar yang baik untuk LKPD adalah yang dapat menyampaikan pesan/isi dari gambar tersebut secara efektif kepada pengguna LKPD. Yang lebih penting adalah kejelasan isi atau pesan dari gambar itu secara keseluruhan.



c.



Penampilan adalah hal yang sangat penting dalam sebuah LKPD. Apabila suatu LKPD ditampilkan dengan penuh kata-kata, kemudian ada sederetan pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik, hal ini akan menimbulkan kesan jenuh sehingga membosankan atau tidak menarik. Apabila ditampilkan dengan gambarnya saja, itu tidak mungkin karena pesannya atau isinya tidak akan sampai. Jadi yang baik adalah LKPD yang memiliki kombinasi antara gambar dan tulisan.



33



Dari beberapa uraian pendapat para ahli tentang LKPD ternyata betapa pentingnya LKPD itu di setiap proses pembelajaran terutama pembelajaran matematika. Oleh karena begitu besar manfaat dari penggunaan LKPD maka para pakar mengungkapkan hasil dari angket validasi berupa rata-rata total dari angket validasi adalah sebesar 4,3 yang artinya bahwa LKPD menggunakan penemuan terbimbing sangatlah tepat. Jadi berdasarkan penjelasan di atas dapat dikerahui bahwa LKPD merupakan sebuah kumpulan lembaran-lembaran kertas yang berisi materi, tugas-tugas yang harus dilakukan dalam kegiatan pembelajaran, serta langkah-langkahyang harus dilakukan dalam pembelajaran.



2.2 Hasil Penelitian yang Relevan. Berikut ini beberapa penelitian yang relevan yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilaksanakan oleh Ahmad Ardiansyah dan Abdul Haris Royidi dengan Judul Pengembangan Perangkat Pembelajaran Model Penemuan Terbimbing Terintegrasi Dengan Geogebra Pada Materi Pokok Geometri Kelas X , menunjukan bahwa diperoleh peningkatan ketuntasan belajar untuk kompetensi keterampilan dan pengetahuan, dengan tingkat 90,91% dan 81,82%. 2. Penelitian yang dilaksanakan oleh Ratna Widyastuti dan Fitria Nurhamida dengan Judul



Metode



Discovery



Learning



Berbantuan



Software



Geogebra



Untuk



Meningkatkan Kemampuan Berfikir Matematis Mahasiswa Politeknik Kediri, menunjukan bahwa diperoleh kemampuan berfikir matematis mahasiswa terdapat peningkatan dari siklus I ke siklus II. Peningkatannya dimulai dari hasil belajar mahasiswa yang mencapai nilai B meningkat sebesar 16% dari 65% menjadi 81%. Presentase mahasiswa yang dapat mendeskripsikan suatu masalah matematika meningkat sebesar 40%, presentase mahasiswa yang dapat membuat konjektur meningkat sebesar 16% dan presentase mahasiswa dapat menyimpulkan masalah yang telah diselesaikan meningkat sebesar 23%. Terakhir melalui angket diketahui peningkatankepercayaan diri mahasiswa meningkat sebesar 16%. 3. Penelitian yang dilaksanakan oleh Ubaydillah Arifin dan Umi Farihah dengan Judul Pengaruh Metode Penemuan Terbimbing Menggunakan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) Berbantuan Geogebra Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Viii



34



Pada Materi Sistem Koordinat Di Mts Daru Mafatihil Ulum Probolinggo, menunjukan bahwa Terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa kelas VIII A pada materi sistem koordinat sebelum dan sesudah dibelajarkan dengan metode penemuan terbimbing menggunakan lembar kerja peserta didik (LKPD berbantuan geogebra di MTs Daru Mafatihi Ulum Probolingg. Berdasarkan penelitian terdahulu diatas, maka dapat disimpulkan model discovery learning lebih baik dan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. 2.3 Kerangka Berfikir Model discovery learning dinilai dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Model ini melibatkan siswa secara aktif dengan menemukan sendiri baik model matematika, rumus, maupun dalil, guru hanya berfungsi sebagai mediator ataupun fasilitator. Siswa harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsi-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman sesorang, serta pentingnya proses pengaturan dan pengalamanpengalaman itu. Jadi, penerapan model discovery learning dinilai dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Lebih singkatnya berdasarkan latar belakang masalah, kerangka berpikir di atas disajikan dalam bentuk diagram seperti di bawah ini:



35



Metode Penemuan Terbimbing



Rendahnya Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa



Pemecahan Masalah Meningkatkan



Merumuskan Masalah



Kelancaran (Fluency)



Menganalisis Data



Keluesan (Flexibility)



Membuat Perkiraan Kebaruan (Novelty) Menyimpulkan Perkiraan dari Masalah



Gambar 2.3 Kerangka Berpikir



36



BAB III METODE PENELITIAN 3.1



Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu pendekatan campuran



kuantitatif dan kualitatif. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Metode ini digunakan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran berbasis penemuan terbimbing



berbantuan



software geogebra untuk siswa kelas X SMA Katolik Cinta Kasih T.Tinggi. 3.2



Tempat, Kegiatan dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Katolik Cinta Kasih T.Tinggi yang berlokasi



di Jl.Pusara Pejuangan No.5, Rambung. Kec.Tebing Tinggi Kota, Kota Tebing Tinggi. Jadwal penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap Tahun Ajaran 2019/2020. Adapun jadwal penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian Pengembangan LKPD No



Kegiatan



Bulan Jan



Feb



Mar



Persiapan Penelitian a. Mengurus Perizinan b. Koordinasi Dengan Kepala Sekolah dan Guru c. Menyusun Proposal d. Seminar Proposal 1



Penelitian e. Menyiapkan Perangkat f. Mengadakan Simulasi Pelaksanaan Tindakan



37



Apr



Mei



Jun



Jul



Pelaksanaan Penelitian dan Pengembangan (R&D) a. Tahap Analysis (Analisis) b. Tahap Design (Perancangan) c. Tahap Develop (Pengembangan) 2



d. Tahap Implement (Implementasi) e. Tahap Evalution (Evaluasi) Analisis dan Data Pelaporan a. Analisis Data



3



b. Menyusun Laporan/Skripsi Tahap Akhir a. Pelaksanaan Ujian



4



b. Revisi c. Penggandaan dan Pengumpulan Laporan



3.3



Jenis dan Sumber Data Ada dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif dan



kualitatif. Data kuantitatif berupa nilai hasil belajar siswa. Data kualitatif berupa hasil penilaian ahli dan hasil lembar observasi kemampuan mengelola pembelajaran serta angket respon siswa. Sumber data penilaian diperoleh dari angket dan tes hasil siswa.



38



3.4



Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel atau teknik Sampling merupakan metode atau cara



menentukan sampel dan besar sampel. Teknik yang digunakan adalah Cluster Random Sampling. Teknik ini mengambil 2 kelas secara acak dari 3 kelas yang homogen dalam arti bahwa rata-rata kemampuan kognitifnya dianggap sama berdasarkan informasi yang diberikan oleh guru matematika yang mengajar di tempat penelitian. 3.5



Teknik dan Alat Pengumpulan Data



3.5.1 Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan non-tes. Tes yang dimaksud yaitu berupa tes hasil belajar siswa. Selanjutnya, non-tes yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berupa lembar observasi kemampuan mengelola kelas serta angket respon siswa. 3.5.2 Alat Pengumpulan Data Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar validasi (Tes hasil belajar, RPP dan LKPD), data hasil belajar siswa, kemampuan guru mengelola pembelajaran dan angket respon siswa. Berikut adalah penjelasan instrument dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini: 1.



Lembar Validasi Lembar validasi digunakan untuk mendapatkan data mengenai pendapat para ahli



terhadap LKPD dan RPP sehingga dapat dijadikan acuan dalam merevisi LKPD yang dikembangkan. a. Lembar Validasi RPP Lembar validasi ini berisi indikator-indikator yang akan dinilai validator terhadap RPP yang akan dilakukan. Adapun kriteria penilaiannya adalah skor 1 = sangat kurang baik, skor 2 = kurang baik, skor 3 = cukup baik, skor 4 = baik dan skor 5 = sangat baik. Berikut ini adalah indikator dalam lembar validasi RPP pada tabel 3.2. Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Validasi No



Aspek



Indikator Penilaian



39



No



Butir 1



Identitas RPP



a. Kejelasan identitas RPP



1-7



b. Kelengkapan identitas RPP



8-11



c. Ketepatan alokasi waktu 2



Rumusan



a. Kesesuaian



Indikator



indikator



Pencapaian



kompetensi



Kompetensi



dan



rumusan



12 13-15



pencapaian dan



tujuan



pembelajaran



dengan



Tujuan



Kompetensi Inti (KI) dan



Pembelajaran



Kompetensi Dasar (KD) b. Ketercakupan



indikator



16-17



pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran 3



Pemilihan Materi a. Kesesuaian Pembelajaran



dengan



rumusan



18



indikator



pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran b. Kesesuaian



dengan



19



karakteristik siswa c. Keruntutan dan sistematika



20-21



materi pembelajaran d. Ketetapan pengorganisasian



22



materi pembelajaran 4



Pemilihan



a. Kesesuaian



Model/Metode



pembelajaran



Pembelajaran



indikator kompetensi



model/metode



23



dengan pencapaian dan



tujuan



pembelajaran b. Kesesuaian



model/metode



pembelajaran dengan materi



40



24



pembelajaran 5



Pemilihan Sumber a. Kesesuaian



sumber



Belajar/Media



belajar/media pembelajaran



Pembelajaran



dengan



26



indikator



pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran b. Kesesuaian



sumber



27



belajar/media pembelajaran dengan materi pembelajaran c. Kesesuaian



sumber



28



belajar/media pembelajaran dengan



model/metode



pembelajaran d. Kesesuaian



sumber



29



belajar/media pembelajaran dengan karakteristik siswa. 6



Kegiatan



Kesesuaian



Pembelajaran



pembelajaran dengan Model pembelajaran



kegiatan



30-35



Penemuan



Tebimbing. 7



Penilaian Belajar



Hasil a. Kesesuaian teknik penilaian dengan



36-37



indikator



pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran b. Keberadaan dan kejelasan



38



prosedur penilaian c. Kelengkapan instrument



b. Lembar Validasi LKPD



41



39-41



Lembar validasi ini berisi indikator-indikator yang akan dinilai validator terhadap LKPD yang akan digunakan. Adapun kriteria penilaiannya adalah skor 1 = sangat kurang baik, skor 2 = kurang baik, skor 3 = cukup baik, skor 4 = baik dan skor 5 = sangat baik. Berikut indikator dalam lembar validasi RPP pada tabel 3.3. Tabel 3.3 Kisi-Kisi Lembar Validasi LKPD No 1



Aspek Kelayakan Isi



Indikator



No



Kesesuaian Indikator dengan Kompetensi Inti



Butir 1



(KI) dan Kompetensi Dasar (KD) Kesesuaian materi dengan tujuan pembelajaran Keakuratan materi Keakuratan fakta Keakuratan penggunaan simbol dan notasi



2 3 4 5



matematika Keakuratan gambar dan grafik Keakuratan istilah Kegiatan yang disajikan dalam LKPD



6 7 8



mengorientasikan siswa pada penemuan Kegiatan yang disajikan dalam LKPD



9



mengorganisasi siswa belajar Kegiatan yang disajikan dalam LKPD dapat



10



memfasilitasi penemuan individu maupun kelompok Kegiatan yang disajikan dalam LKPD dapat



11



memfasilitasi siswa untuk menyajikan hasil karya Kegiatan yang disajikan dalam LKPD dapat



12



digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar Kesesuaian model yang digunakan dengan



13



2



Penyajian



karakteristik materi Keruntutan isi LKPD



14



3



Materi



Konsistensi penyajian isi LKPD



15



Kegunaan LKPD dalam mendorong siswa untuk



16



memahami masalah Kegunaan LKPD dalam mendorong siswa untuk



17



berpikir visual dalam memecahkan masalah Kegunaan LKPD dalam mendorong siswa untuk



18



42



menemukan Kegunaan LKPD dalam mendorong siswa untuk



19



berpikir visual melakukan analisis terhadap cara dan hasil pemecahan masalah 4



5



2.



Kebahasaan



Kegrafikan



Kesesuain bahasa dengan tingkat perkembangan



20



kognitif siswa Kalimat yang digunakan jelas dan tidak



21



menimbulkan multitafsir Penggunaan ejaan sesuai dengan EYD



22



Konsistensi penggunaan istilah dalam LKPD



23



Kesesuaian ukuran kertas yang digunakan



24



Desain cover LKS menunjukkan isi LKPD Kemenarikan desain setiap halaman Warna latar belakang serasi dan menarik Keterbacaan huruf yang digunakan



25 26 27 28



Kerapian tata letak tulisan yang digunakan



29



Kesesuaian perbandingan antara huruf dan



30



gambar Kesesuaian pemberian gambar dan ilustrasi



31



kepada LKPD dengan materi Spasi yang digunakan normal



32



Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Instrumen tes digunakan untuk melihat kemampuan pemecahan masalah matematis



siswa, disusun berdasarkan kisi-kisi tes dan mengacu pada tujuan pembelajaran khusus/indikator dari materi pembelajaran. Dalam penelitian ini, tes diberikan pada akhir proses pembelajaran. Tes ini berbentuk esai yang sebelumnya sudah divalidasi oleh validator. Tabel 3.4 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis No 1



Aspek Memahami Masalah



Indikator Mengidentifikasi unsur yang diketahui yang ditanyakan, dan kecukupan unsur yang di perlukan Merumuskan matematika



masalah



matematika/menyusun



model



Menerapkan strategi penyelesaian berbagai masalah ( baik yang sejenis maupun masalah baru) di dalam atau di luar



43



matematika Menjelaskan atau menginterpretasi hasil sesuai dengan permasalahan asal Menggunkan matematika secara bermakna 2



Menyusun Rencana Peneyelesaian



Mengidentifikasikan unsur yang diketahui, ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan.



yang



Merumuskan masalah matematika.atau menyusun model matematika Menerapkan strategi penyelesaian berbagai masalah ( baik yang sejenis maupun masalah baru) di dalam atau di luar matematika Menjelaskan atau menginterpretasi hasil sesuai dengan permasalahan asal Menggunkan matematika secara bermakna



3



Melaksanakan Rencana Penyelesaian



Mengidentifikasikan unsur yang diketahui, ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan.



yang



Merumuskan masalah matematika.atau menyusun model matematika Menerapkan strategi penyelesaian berbagai masalah ( baik yang sejenis maupun masalah baru) di dalam atau di luar matematika Menjelaskan atau menginterpretasi hasil sesuai dengan permasalahan asal Menggunkan matematika secara bermakna



4



Pengecekan kembali rencana penyelesaian



Mengidentifikasikan unsur yang diketahui, ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan.



yang



Merumuskan masalah matematika.atau menyusun model matematika Menerapkan strategi penyelesaian berbagai masalah ( baik yang sejenis maupun masalah baru) di dalam atau di luar matematika Menjelaskan atau menginterpretasi hasil sesuai dengan permasalahan asal Menggunkan matematika secara bermakna



44



3.



Lembar Kemampuan Mengelola Pembelajaran Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan guru dalam



menetapkan skenario pembelajaran. Data ini di dapat selama pembelajaran, berisi tentang mengelompokkan siswa, memotivasi siswa.



4.



Lembar Kemampuan Mengelola Pembelajaran Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan guru dalam



menetapkan skenario pembelajaran. Data ini di dapat selama pembelajaran, berisi tentang mengelompokkan siswa, memotivasi siswa, mengarahkan siswa untuk mengerjakan soal, memberikan kesempatan bertanya mengenai soal, memberi petunjuk, memberikan kesempatan berdiskusi, menjelaskan hasil, menjelaskan konsep, memberi tugas, mengelola waktu dan suasana kelas. Pengamatan dilakukan selama pembelajaran berlangsung yang dilakukan oleh satu orang pengamat dengan mengisi lembar observasi kegiatan pembelajaran yang telah disediakan. 3.6



Uji Validitas Data dan Istrumen Penelitian Validitas adalah tindakan pembuktian yang dilakukan dengan cara yang sesuai dengan



prosedur. Sebelum penelitian dilaksanakan semua perangkat pembelajaran seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) serta instrument penelitian seperti tes dan non-tes harus divalidasi. 3.6.1 Uji Validitas Ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrument disebut dengan validitas. Sebuah instrument dikatakan valid jika sudah diukur dan mempunyai kevalidan. Untuk menghitung kevalidan tiap butir soal digunakan rumus: r xy =N ∑ −¿ ¿ ¿ (Suharsimi Arikunto, 2013:87) xy



Keterangan:



∑ : Koefisien korelasi item soal xy



X : Skor tiap-tiap item Y : Skor total



45



N : Banyak siswa per tes Interprestasi terhadap nilai koefisien r xy digunakan kriteria Suharsimi Arikunto (2013:89) sebagai berikut: 0,80